PENGARUH MINAT BACA DAN KOLEKSI BUKU PERPUSTAKAAN TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS NARASI PADA SISWA KELAS V SD SE DABIN 1 KECAMATAN TEGAL BARAT KOTA TEGAL

(1)

PENGARUH

MINAT BACA DAN KOLEKSI BUKU PERPUSTAKAAN

TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS NARASI

PADA SISWA KELAS V SD SE-DABIN 1

KECAMATAN TEGAL BARAT

KOTA TEGAL

Skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

oleh

Dian Aprilianingtyas 1401412452

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016


(2)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan karya tulis orang lain baik sebagian atau keseluruhan. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.


(3)

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan ke Sidang Skripsi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Hari, tanggal : Jumat, 17 Juni 2016 Tempat : Tegal


(4)

Skripsi dengan judul “Pengaruh Minat Baca dan Koleksi Buku Perpus-takaan terhadap Kemampuan Menulis Narasi pada Siswa Kelas V SD se-Dabin 1 Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal” oleh Dian Aprilianingtyas 1401412452, telah dipertahankan di hadapan panitia sidang ujian skripsi FIP UNNES pada tanggal 30 Juni 2016.


(5)

Motto

 Orang yang berdoa tetapi tidak berusaha seperti orang yang menembakkan panah tanpa tali busur. (Ali Bin Abi Thalib)

 Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah memudahkan bagi orang itu karena ilmu tersebut jalan menuju surga. (HR. Muslim)

 Belajar membaca bagaikan menyalakan api. Setiap suku kata yang dieja akan menjadi percik yang menerangi. (Victor Hugo)

Persembahan

Skripsi ini saya persembahkan untuk Ibu Muflikhah dan Bapak Nurokhi, serta adikku Nailul Arini.


(6)

vi

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Minat Baca dan Koleksi Buku Perpustakaan terhadap Kemampuan Menulis Narasi pada Siswa Kelas V SD se-Dabin 1 Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Penyusunan skripsi ini melibatkan bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberi kesempatan untuk melaksanakan studi di Universitas Negeri Semarang.

2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah mengijinkan penulis untuk melaksanakan penelitian.

3. Drs. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberi kesempatan untuk menuangkan gagasan dalam bentuk skripsi.

4. Drs. Utoyo, M.Pd., Koordinator PGSD UPP Tegal Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah membantu kelancaran dalam proses pengerjaan skripsi.

5. Drs. Suwandi, M.Pd. dan Tri Astuti, S.Pd.,M.Pd., Dosen Pembimbing 1 dan 2 yang telah mengarahkan, memotivasi, dan membimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.


(7)

vii

mengijinkan penulis untuk melaksanakan penelitian.

7. Guru dan siswa kelas V SD se-Dabin 1 Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

8. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini.

Semoga semua pihak tersebut mendapatkan ridho dari Allah SWT dan keberkahan dalam hidupnya. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat untuk semua pihak.

Tegal, Juni 2016


(8)

viii

Aprilianingtyas, Dian. 2016. Pengaruh Minat Baca dan Koleksi Buku Perpustakaan terhadap Kemampuan Menulis Narasi pada Siswa Kelas V SD se-Dabin 1 Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing 1: Drs. Suwandi, M.Pd. Pembimbing 2: Tri Astuti, S.Pd.,M.Pd.

Kata Kunci: kemampuan menulis narasi, koleksi buku perpustakaan, minat baca Kemampuan menulis tidak dapat dipisahkan dari kemampuan membaca karena menulis membutuhkan pengetahuan kosakata yang diperoleh melalui membaca. Kemampuan menulis dipengaruhi oleh faktor internal salah satunya minat dan faktor eksternal salah satunya ketersediaan sarana penunjang. Minat memengaruhi kemampuan menulis dan membaca. Tingginya minat mendorong siswa aktif mengasah kemampuan dan menambah intensitas membaca untuk memperoleh pengetahuan kosakata. Intensitas membaca yang tinggi harus diimbangi kelengkapan sarana penunjang di lingkungan sekolah. Sekolah perlu memperhatikan kelengkapan sarana perpustakaan sekolah khususnya ketersediaan koleksi buku. Lengkapnya koleksi buku memudahkan siswa menemukan bahan bacaan yang dibutuhkan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh minat baca dan koleksi buku perpustakaan terhadap kemampuan menulis narasi.

Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas V SD se-Dabin 1 Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal yang berjumlah 232 siswa. Pengambilan sampel menggunakan teknik Proporsionate Random Sampling. Penentuan jumlah sampel menggunakan tabel Krecjie dengan taraf kesalahan 5%, sehingga diperoleh sampel sebanyak 144 siswa. Penelitian ini merupakan jenis penelitian

expost facto. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi wawancara, observasi, analisis dokumen dan angket. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu pedoman wawancara, observasi, pedoman penilaian, dan angket. Uji prasyarat yang digunakan yaitu uji normalitas, linieritas, multikolinieritas, dan heteroskedastisitas. Uji analisis akhir yang digunakan yaitu analisis korelasi sederhana, regresi sederhana, korelasi berganda, regresi berganda, koefisien determinasi, dan uji F.

Hasil penelitian menunjukkan variabel bebas dalam penelitian ini memberikan pengaruh terhadap variabel terikat. Terdapat pengaruh minat baca terhadap kemampuan menulis narasi siswa dengan kontribusi pengaruh sebesar 12,4%. Terdapat pengaruh koleksi buku perpustakaan terhadap kemampuan menulis narasi dengan kontribusi sebesar 10%. Terdapat pengaruh antara minat baca dan koleksi buku perpustakaan secara bersama-sama terhadap kemampuan menulis narasi. Hal ini dibuktikan dengan nilai Fhitung yang lebih besar dari Ftabel yaitu 14,232 > 3,06 dan nilai kontribusi pengaruh sebesar 16,8%. Jika nilai minat baca dan koleksi perpustakaan meningkat, maka kemampuan menulis narasi juga akan meningkat. Guru dan pihak sekolah disarankan meningkatkan kemampuan menulis siswa melalui pembiasaan membaca dan peningkatan fasilitas bahan pustaka di perpustakaan sekolah.


(9)

ix

JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 8

1.3 Pembatasan Masalah ... 9

1.4 Rumusan Masalah ... 10

1.5 Tujuan penelitian ... 11

1.5.1 Tujuan Umum ... 11

1.5.2 Tujuan Khusus ... 11

1.6 Manfaat Penelitian ... 12

1.6.1 Manfaat Teoritis ... 12


(10)

x

2.1 Landasan Teori ... 15

2.1.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ... 15

2.1.2 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 18

2.1.3 Membaca dan Minat Baca ... 21

2.1.4 Perpustakaan Sekolah ... 27

2.1.5 Menulis dan Karangan Narasi ... 32

2.2 Kajian Empiris ... 38

2.3 Kerangka Berpikir ... 44

2.4 Hipotesis ... 46

3. METODE PENELITIAN ... 47

3.1 Desain Penelitian ... 47

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 48

3.3 Variabel dan Definisi Operasional ... 49

3.3.1 Variabel Penelitian ... 49

3.3.2 Definisi Operasional Variabel ... 50

3.4 Populasi dan Sampel ... 52

3.4.1 Populasi ... 52

3.4.2 Sampel ... 53

3.5 Data Penelitian ... 55

3.5.1 Jenis Data ... 55

3.5.2 Sumber Data ... 56


(11)

xi

3.6.2 Observasi ... 58

3.6.3 Analisis Dokumen ... 59

3.6.4 Angket ... 60

3.7 Instrumen Penelitian ... 61

3.7.1 Pedoman Wawancara ... 61

3.7.2 Pedoman Observasi ... 62

3.7.3 Pedoman Penilaian ... 62

3.7.4 Angket ... 63

3.7.5 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 64

3.8 Teknik Analisis Data ... 69

3.8.1 Deskripsi Data ... 69

3.8.2 Uji Prasyarat Analisis ... 72

3.8.3 Analisis Akhir (Pengujian Hipotesis) ... 75

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 79

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 79

4.2 Deskripsi Data Penelitian ... 80

4.2.1 Deskripsi Data Minat Baca ... 83

4.2.2 Deskripsi Data Koleksi Buku Perpustakaan ... 86

4.2.3 Deskripsi Data Kemampuan Menulis Narasi ... 88

4.3 Hasil Penelitian ... 90

4.3.1 Uji Prasyarat Analisis ... 90


(12)

xii

4.4.1 Minat Baca ... 111

4.4.2 Koleksi Buku Perpustakaan ... 112

4.4.3 Kemampuan Menulis Narasi ... 113

4.4.4 Pengaruh Minat Baca terhadap Kemampuan Menulis Narasi ... 114

4.4.5 Pengaruh Koleksi Buku Perpustakaan tehadap Kemampuan Menulis Narasi ... 115

4.4.6 Pengaruh Minat Baca dan Koleksi Buku Perpustakaan terhadap Kemampuan Menulis Narasi ... 117

5. PENUTUP ... 119

5.1 Simpulan ... 119

5.2 Saran ... 121

DAFTAR PUSTAKA ... 123


(13)

xiii

3.1 Populasi Penelitian ... 53

3.2 Hasil Penghitungan Sampel Penelitian ... 54

3.3 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Angket Uji Coba ... 66

3.4 Rancangan Angket Minat Baca dan Koleksi Buku Perpustakaan ... 67

3.5 Pedoman Konversi Variabel Kemampuan Menulis Narasi ... 72

3.6 Kriteria Penggolongan Kemampuan Menulis Narasi ... 72

3.7 Pedoman Konversi Analisis Korelasi Ganda ... 77

4.1 Pedoman Konversi Data Observasi Koleksi Buku Perpustakaan ... 81

4.2 Kategori Interval Data Observasi Koleksi Buku Perpustakaan ... 82

4.3 Persebaran Kategori Keadaan Koleksi Buku Perpustakaaan SD se-Dabin 1 Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal ... 82

4.4 Deskripsi Data Variabel Minat Baca ... 83

4.5 Nilai Indeks Variabel Minat Baca ... 85

4.6 Deskripsi Data Variabel Koleksi Buku Perpustakaan ... 86

4.7 Nilai Indeks Variabel Koleksi Buku Perpustakaan ... 88

4.8 Deskripsi Data Variabel Kemampuan Menulis Narasi ... 89

4.9 Penggolongan Kemampuan Menulis Narasi Siswa Kelas V ... 89

4.10 Hasil Uji Normalitas Data ... 91

4.11 Hasil Uji Linieritas Kemampuan Menulis Narasi dan Minat Baca ... 91

4.12 Hasil Uji Linieritas Kemampuan Menulis Narasi dan Koleksi Buku Perpustakaan ... 92


(14)

xiv

4.15 Hasil Nilai Korelasi Sederhana Variabel Minat Baca dan

Kemam-puan Menulis Narasi ... 96 4.16 Hasil Nilai Signifikansi Regresi Sederhana Variabel Minat Baca

dan Kemampuan Menulis Narasi ... 96 4.17 Hasil Nilai B pada Analisis Regresi Sederhana Variabel Minat Baca

dan Kemampuan Menulis Narasi ... 97 4.18 Nilai Koefisien Determinasi Variabel Minat Baca terhadap

Kemampuan Menulis Narasi ... 99 4.19 Hasil Nilai Korelasi Sederhana Variabel Koleksi Buku

Perpustakaan dan Kemampuan Menulis Narasi ... 100 4.20 Hasil Nilai Signifikansi Regresi Sederhana Variabel Koleksi Buku

Perpustakaan dan Kemampuan Menulis Narasi ... 101 4.21 Hasil Nilai B pada Analisis Regresi Sederhana Variabel Koleksi

Buku Perpustakaan dan Kemampuan Menulis Narasi ... 102 4.22 Nilai Koefisien Determinasi Variabel Koleksi Buku Perpustakaan

terhadap Kemampuan Menulis Narasi ... 103 4.23 Hasil Nilai Korelasi Berganda Minat Baca, Koleksi Buku

Perpustakaan, dan Kemampuan Menulis Narasi ... 105 4.24 Hasil Nilai Signifikansi Regresi Berganda Minat Baca, Koleksi

Buku Perpustakaan, dan Kemampuan Menulis Narasi ... 105 4.25 Hasil Nilai B pada Analisis Regresi Berganda Minat Baca, Koleksi

Buku Perpustakaan, dan Kemampuan Menulis Narasi ... 106 4.26 Nilai Koefisien Determinasi Minat Baca dan Koleksi Buku


(15)

xv


(16)

xvi

1. Daftar Nama Siswa Uji Coba ... 127

2. Daftar Nama Siswa Populasi Penelitian ... 129

3. Daftar Nama Siswa Sampel Penelitian ... 138

4. Pedoman Wawancara Tidak Terstruktur ... 141

5. Pedoman Observasi Koleksi Buku Perpustakaan ... 142

6. Lembar Observasi Koleksi Buku Perpustakaan ... 144

7. Pedoman Penilaian Karangan Narasi ... 145

8. Lembar Penilaian Karangan Narasi ... 147

9. Kisi-Kisi Instrumen Angket Uji Coba ... 148

10.Lembar Angket Uji Coba ... 149

11.Lembar Validitas Konstruk ... 155

12.Tabulasi Skor Angket Uji Coba ... 159

13.Hasil Uji Validitas Angket Uji Coba ... 168

14.Kisi-Kisi Instrumen Angket Penelitian ... 173

15.Lembar Angket Penelitian ... 174

16.Hasil Uji Reliabilitas Angket Penelitian ... 178

17.Tabulasi Data Angket Penelitian ... 180

18.Distribusi Frekuensi Skor Pilihan Jawaban Angket Penelitian ... 195

19.Data Hasil Kemampuan Menulis Narasi ... 201

20.Hasil Uji Normalitas ... 204

21.Hasil Uji Linieritas ... 205


(17)

xvii

24.Hasil Uji Regresi Linier Sederhana ... 210

25.Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 212

26.Rekapitulasi Data Hasil Penelitian ... 213

27.Surat Ijin Penelitian dari PGSD UPP Tegal ... 216

28.Surat Ijin Penelitian dari Bappeda ... 217

29.Surat Keterangan telah Melaksanakan Uji Coba Instrumen ... 218

30.Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian ... 220

31.Dokumentasi Kegiatan Penelitian ... 228


(18)

1

PENDAHULUAN

Pendahuluan merupakan bab pertama yang menjelaskan kepada pembaca mengenai topik penelitian, alasan, dan pentingnya suatu karya ilmiah. Bab pendahuluan dapat membimbing pembaca melalui pemikiran logis mengenai apa yang dibahas dalam suatu penelitian. Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Berikut ini penjelasan untuk masing-masing sub bab:

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal mendasar bagi kehidupan manusia. Dewantara (1947) dalam Munib (2012:30) menjelaskan, “Pendidikan merupakan daya upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak.” Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses dalam mengembangkan diri untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Manusia memperoleh pendidikan dalam rangka meningkatkan pengetahuan, mengembangkan potensi, dan kepribadian yang dimiliki. Pendidikan yang berkualitas akan memengaruhi terbentuknya manusia yang berkualitas pula.

Indonesia membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas tinggi untuk menghadapi tantangan di era globalisasi. Kualitas SDM dibentuk melalui peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan tersebut diarahkan agar sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Undang-Undang Nomor


(19)

20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 menyebutkan tujuan pendidikan nasional negara Indonesia adalah sebagai berikut:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk ber-kembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

Sekolah Dasar (SD) sebagai salah satu bentuk pendidikan formal memiliki peran strategis dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui proses pembelajaran. Majid (2014:5) menyatakan, “Pembelajaran adalah suatu konsep dari belajar dan mengajar yang harus direncanakan dan diaktualisasikan, serta diarahkan pada pencapaian tujuan atau penguasaan kompetensi dan indikatornya sebagai gambaran hasil belajar.” Siswa diarahkan untuk mengembangkan diri sesuai bakat, minat, dan kemampuan dengan dibekali berbagai pengetahuan dan keterampilan.

Keterampilan berbahasa merupakan salah satu keterampilan yang diberikan kepada siswa sebagai bekal dalam mengembangkan diri. Siswa dapat menerapkan keterampilan berbahasa untuk berkomunikasi, baik secara langsung, tidak langsung, tertulis, maupun lisan. Tarigan (2008:1) menyebutkan, terdapat empat komponen keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sehingga disebut catur tunggal.

Salah satu keterampilan berbahasa yang penting untuk dikuasai siswa adalah keterampilan menulis. Tarigan (2008:3) menjelaskan, “Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak


(20)

langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.” Menulis adalah keterampilan berbahasa yang memberikan berbagai manfaat bagi individu yang mempelajarinya. Keterampilan menulis penting untuk dipelajari siswa karena dapat meningkatkan daya ingat dan berpikir kritis. Susanto (2015:248) menyebutkan, “Menulis juga dapat memperdalam daya tangkap, memecahkan masalah, dan menyusun urutan suatu peristiwa.” Menurut Tarigan (2008:23), tidak jarang seseorang menemukan apa yang sebenarnya dipikirkan dan dirasakan mengenai orang lain, gagasan, masalah, dan kejadian hanya dalam proses menulis. Keterampilan berbahasa memiliki keterkaitan satu sama lain, begitu halnya dengan keterampilan menulis dan keterampilan membaca. Tarigan (2008:4) menjelaskan, hubungan antara menulis dan membaca pada dasarnya adalah hubungan antara penulis dan pembaca. Penulis harus mengetahui maksud dan tujuan yang hendak dicapai sebelum menulis. Penulis yang dapat merumuskan maksud dan tujuan dari sudut pembaca akan menghasilkan karya yang tepat. Ketepatan yang dimaksud dalam hal ini yaitu sesuai dan serasi dengan yang diharapkan oleh pembaca. Karya yang tepat akan diminati oleh lebih banyak pembaca daripada suatu karya yang dihasilkan hanya dari sudut pandang penulis.

Berdasarkan pendapat para ahli, baik menulis maupun membaca merupakan keterampilan yang penting untuk dikuasai siswa. Keterampilan menulis dan membaca memberikan bekal kepada siswa untuk mengembangkan potensi diri. Keterampilan tersebut dapat dikuasai oleh siswa melalui latihan dan praktik yang berulang.

Keterampilan menulis dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut memberikan pengaruh bagi perkembangan kemampuan menulis


(21)

seseorang. Menurut Syarif, dkk (2009:13), faktor-faktor yang memengaruhi keterampilan menulis dapat dikategorikan menjadi dua yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal salah satunya yaitu keadaan lingkungan fisik, sedangkan faktor internal mencakup faktor teknis dan psikologis.

Faktor psikologis yang memengaruhi kemampuan menulis salah satunya yaitu minat. Nuryanti (2008:56) menjelaskan, minat merupakan perhatian khusus terhadap suatu hal tertentu. Minat dapat dikatakan sebagai dorongan kuat bagi seseorang untuk melakukan sesuatu dalam mewujudkan tujuan yang diinginkan. Secara sederhana, minat diartikan oleh Susanto (2015:16) sebagai kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar dari seseorang terhadap sesuatu. Siswa yang memiliki minat besar terhadap keterampilan menulis akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa yang lain. Pemusatan perhatian yang tinggi mendorong siswa mempelajari keterampilan menulis secara intensif dan memungkinkan capaian kemampuannya melebihi siswa lain.

Faktor minat selain memberikan pengaruh pada keterampilan menulis juga memberikan pengaruh terhadap keterampilan berbahasa lain, yaitu membaca. Menurut Rahim (2009:28), minat baca adalah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca. Siswa yang mempunyai minat membaca tinggi diwujudkan dalam usahanya mendapatkan bahan bacaan dan kemudian membaca-nya atas kesadaran sendiri. Kesadaran diri tersebut disertai dengan perasaan senang dan ketertarikan yang tinggi terhadap kegiatan membaca sehingga mengarahkan siswa untuk membaca dengan kemauannya sendiri.

Membaca dan menulis merupakan aktivitas berbahasa ragam tulis. Membaca adalah kegiatan yang bersifat reseptif, sedangkan menulis adalah


(22)

kegiatan berbahasa yang bersifat produktif. Kedua keterampilan tersebut tidak dapat dipisahkan, sehingga keterampilan membaca seorang siswa akan memengaruhi keterampilan menulisnya. Minat baca sebagai pendorong tercapainya keterampilan membaca juga secara tidak langsung akan memengaruhi keterampilan menulis siswa.

Faktor lain yang memengaruhi keterampilan menulis adalah keadaan lingkungan fisik. Keadaan lingkungan fisik yang dimaksud yaitu tersedianya bahan pustaka atau bacaan yang menarik, bervariasi, dan mudah ditemukan. Ketersediaan bahan bacaan akan memunculkan pengalaman membaca pada siswa. Rahim (2009:8) menjelaskan, pengalaman membaca berbagai jenis bahan bacaan memberikan siswa pengetahuan sejumlah struktur teks dan meningkatkan proses memahami suatu teks. Struktur-struktur teks yang telah dipahami dapat membantu siswa dalam melakukan kegiatan menulis.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan perlu mewujudkan keadaan lingkungan fisik yang memadai bagi kebutuhan siswa. Keadaan tersebut dapat diwujudkan melalui perpustakaan sekolah. “Perpustakaan adalah suatu ruangan berisi buku-buku koleksi yang disusun dan diatur sedemikian rupa sehingga mudah dicari dan digunakan oleh pembaca” (Sutarno 2006:12). Perpustakaan sekolah diupayakan dapat meningkatkan mutu pendidikan melalui ketersediaan koleksi bahan pustaka. Koleksi bahan pustaka tersebut disimpan menurut tata susunan tertentu untuk memudahkan pembaca dalam memanfaatkannya.

Tujuan diselenggarakannya perpustakaan sekolah adalah menunjang dan mendukung kegiatan sekolah baik kurikuler, kokurikuler dan ekstra kurikuler. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan Bab I Pasal 4


(23)

menyebutkan, penyelenggaraan perpustakaan bertujuan memberikan layanan kepada pembaca, meningkatkan kegemaran membaca, serta memperluas wawasan dan pengetahuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Perpustakaan sekolah menyediakan koleksi bahan bacaan yang memadai, berkualitas, dan beragam. Tersedianya koleksi bahan bacaan dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam memperoleh informasi yang mereka perlukan. Penyelenggaraan perpustakaan sekolah diharapkan dapat membantu warga sekolah dalam proses pembelajaran. Pengadaan koleksi bahan pustaka hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang diterapkan di sekolah dan kebutuhan pembaca khususnya siswa. Terpenuhinya kebutuhan siswa akan memunculkan minat membaca dan kebiasaan membaca.

Penulis melakukan studi pendahuluan untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi. Studi pendahuluan dilakukan dalam bentuk wawancara dengan wali kelas V dan pengelola perpustakaan sekolah. Narasumber wawancara berasal dari 9 SD yang berada di wilayah Dabin 1 Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal. Data-data pendukung juga dikumpulkan pada kegiatan studi pendahuluan. Data-data tersebut seperti data jumlah dan nama siswa kelas V serta beberapa data yang terkait dengan perpustakaan sekolah. Data yang berkaitan dengan perpustakaan sekolah antara lain daftar kunjungan dan data inventaris jumlah koleksi buku perpustakaan sekolah.

Berdasarkan studi pendahuluan, masih terdapat siswa kelas V yang belum menguasai keterampilan membaca. Keterampilan membaca yang dimaksud yaitu keterampilan membaca pemahaman. Siswa belum dapat memahami isi bacaan dan informasi-informasi apa saja yang terdapat dalam suatu bacaan. Hal tersebut berdampak pada pendapat siswa yang menganggap bahwa kegiatan membaca


(24)

tidak memberikan manfaat untuk dirinya. Dampak dari pendapat tersebut adalah rendahnya minat membaca pada diri siswa. Menurut beberapa wali kelas V, tinggi dan rendahnya minat membaca pada diri siswa mengakibatkan perbedaan pengetahuan kosakata. Pengetahuan kosakata tersebut berpengaruh terhadap kemampuan menulis siswa. Siswa yang pengetahuan kosakatanya rendah cenderung mengalami kesulitan saat diberikan tugas menulis oleh guru.

Informasi lain yang diperoleh dari kegiatan studi pendahuluan yaitu terdapat beberapa sekolah yang belum memiliki tenaga perpustakaan khusus. Pengelolaan perpustakaan sekolah diserahkan kepada wali kelas secara bergiliran, sehingga administrasi perpustakaan belum tertata rapi. Wali kelas cenderung lebih mengutamakan pengelolaan kelas yang diampunya dibandingkan mengelola perpustakaan sekolah. Koleksi buku perpustakaan di sekolah tersebut juga tidak sesuai dengan perkembangan informasi dan teknologi masa kini karena belum adanya agenda pembaharuan koleksi oleh masing-masing SD. Pengorganisasian koleksi bahan pustakapun belum dilaksanakan secara rutin sehingga informasi yang diberikan oleh pengelola perpustakaan kurang akurat.

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Salah satu penelitian yang relevan yaitu penelitian yang dilakukan Ratnasari tahun 2013 dengan judul Pengaruh Ketersediaan Koleksi Mobil Pintar Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Semarang terhadap Minat Baca Siswa SDN

Sendangmulyo 01 Semarang. Simpulan penelitian tersebut adalah terdapat pengaruh ketersediaan koleksi pada Mobil Pintar Arpusda Kota Semarang terhadap minat baca siswa SDN Sendangmulyo 01 Semarang. Jika ketersediaan koleksi di Mobil Pintar ditingkatkan, maka minat baca siswa akan meningkat.


(25)

Penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Lusanti tahun 2013 yang berjudul Hubungan Minat Baca dengan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas VA SDN 71 Kota Bengkulu. Simpulan penelitian tersebut menyatakan bahwa tingkat minat baca berpengaruh terhadap kemampuan menulis karangan narasi pada siswa kelas VA SDN 71 Kota Bengkulu. Jika tingkat minat baca tinggi, maka kemampuan menulis narasi juga akan mengalami peningkatan.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis melaksanakan penelitian yang menghubungkan tiga variabel. Variabel tersebut yaitu minat baca, koleksi buku perpustakaan, dan kemampuan menulis narasi. Penelitian yang dilaksanakan berjudul “Pengaruh Minat Baca dan Koleksi Buku Perpustakaan terhadap Kemampuan Menulis Narasi pada Siswa Kelas V SD se-Dabin 1 Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal”.

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah berarti mengenali masalah dengan membuat daftar permasalahan yang muncul pada suatu penelitian. Identifikasi masalah dilakukan untuk menemukan ruang lingkup masalah tertentu dalam sebuah penelitian. Masalah penelitian secara umum dapat ditemukan baik melalui studi literatur maupun studi lapangan, seperti observasi, survei, dan lain-lain. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, dapat diidentifikasi masalah yang muncul sebagai berikut: (1) Terdapat siswa kelas V SD se-Dabin 1 Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal

yang belum menguasai keterampilan membaca khususnya membaca pemahaman.


(26)

(2) Terdapat siswa kelas V SD se-Dabin 1 Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal yang menganggap kegiatan membaca tidak memberikan manfaat untuk dirinya.

(3) Terdapat perbedaan minat membaca pada siswa kelas V SD se-Dabin 1 Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal.

(4) Terdapat perbedaan pengetahuan kosakata pada siswa kelas V SD se-Dabin 1 Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal.

(5) Terdapat SD di Dabin 1 Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal yang belum memiliki tenaga perpustakaan khusus.

(6) Wali kelas yang ditugasi sebagai pengelola perpustakaan sekolah cenderung mengutamakan pengelolaan kelas yang diampunya dibandingkan pengelolaan perpustakaan sekolah.

(7) Terdapat koleksi buku perpustakaan sekolah di Dabin 1 Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal yang tidak sesuai dengan perkembangan informasi dan teknologi masa kini.

1.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah berkaitan dengan pemilihan masalah dari berbagai masalah yang telah diidentifikasikan. Pembatasan masalah dilakukan untuk membatasi ruang lingkup masalah yang terlalu luas sehingga penelitian lebih bisa fokus untuk dilakukan. Ruang lingkup masalah yang telah dibatasi memudahkan penulis dalam mengumpulkan data dan menentukan metode dan jenis penelitian yang digunakan. Pembatasan masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:


(27)

(1) Minat baca yang dimaksud dalam penelitian ini adalah minat baca siswa dalam membaca buku bacaan yang tersedia di perpustakaan sekolah.

(2) Data kemampuan menulis narasi diperoleh dari analisis dokumen hasil karangan narasi siswa.

(3) Objek penelitian adalah siswa kelas V SD se-Dabin 1 Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal.

1.4 Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan rumusan pertanyaan yang dicarikan jawaban melalui pengumpulan data. Bagian ini berisi pertanyaan lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah. Rumusan masalah berfungsi sebagai penentu arah atau fokus dalam suatu penelitian. Penulis juga dapat menentukan jenis, sumber data, teknik pengumpulan data, dan instrumen penelitian yang relevan dengan penelitian melalui penentuan rumusan masalah. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) Bagaimana pengaruh minat baca terhadap kemampuan menulis narasi pada siswa kelas V SD se-Dabin 1 Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal?

(2) Bagaimana pengaruh koleksi buku perpustakaan terhadap kemampuan menulis narasi pada siswa kelas V SD se-Dabin 1 Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal?

(3) Bagaimana pengaruh minat baca dan koleksi buku perpustakaan secara bersama-sama terhadap kemampuan menulis narasi pada siswa kelas V SD se-Dabin 1 Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal?


(28)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah uraian yang menyebutkan secara spesifik mengenai maksud atau tujuan yang hendak dicapai dari sebuah penelitian. Tujuan penelitian berkaitan erat dengan rumusan masalah yang telah dibuat. Rumusan tujuan menjelaskan keinginan penulis untuk memperoleh jawaban dari permasalahan yang diteliti. Tujuan pada penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan khusus. Penjelasan tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum adalah tujuan yang melingkupi keseluruhan dari sebuah penelitian. Tujuan umum mengandung uraian garis besar dan skala cakupannya lebih luas. Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui pengaruh minat baca dan koleksi buku perpustakaan terhadap kemampuan menulis narasi pada siswa kelas V SD se-Dabin 1 Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal tahun pelajaran 2015/2016.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus merupakan uraian yang sifatnya lebih operasional dan spesifik dari tujuan umum. Tujuan umum sebuah penelitian dijabarkan pada rumusan tujuan khusus. Apabila semua tujuan khusus tercapai, maka tujuan umum penelitian juga terpenuhi. Tujuan khusus mengandung hal-hal lebih rinci yang ingin dicapai. Tujuan khusus pada penelitian disesuaikan dengan rumusan masalah yang diteliti. Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) Mengetahui pengaruh minat baca terhadap kemampuan menulis narasi pada siswa kelas V SD se-Dabin 1 Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal.


(29)

(2) Mengetahui pengaruh koleksi buku perpustakaan terhadap kemampuan menulis narasi pada siswa kelas V SD se-Dabin 1 Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal.

(3) Mengetahui pengaruh minat baca dan koleksi buku perpustakaan secara bersama-sama terhadap kemampuan menulis narasi pada siswa kelas V SD se-Dabin 1 Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian yang baik adalah penelitian yang mampu memberikan manfaat bagi lingkungan di sekitarnya. Manfaat penelitian merupakan dampak dari tercapainya tujuan dan terjawabnya rumusan masalah. Bagian ini menunjukkan pada pentingnya penelitian dilakukan, baik untuk pengembangan ilmu maupun referensi penelitian selanjutnya. Manfaat penelitian ini mencakup manfaat teoritis dan praktis. Penjabaran masing-masing manfaat pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis adalah kegunaan penelitian dalam konstruksi keilmuan. Konstruksi kelimuan yaitu proses pembentukan pengetahuan yang terus menerus sampai dapat menjelaskan suatu fenomena atau bidang kajian ilmu tertentu. Manfaat teoritis berkaitan dengan kontribusi tertentu dari penyelenggaraan penelitian terhadap perkembangan teori dan ilmu pengetahuan. Secara teori, penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang berguna bagi pendidikan. Ilmu pengetahuan yang dimaksud khususnya berkaitan dengan pembelajaran bahasa Indonesia di jenjang sekolah dasar.


(30)

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis adalah manfaat penelitian yang terkait dengan kegunaan secara langsung yang dapat dipakai dengan mudah oleh masyarakat. Manfaat praktis berkaitan dengan kontribusi praktis dari penyelenggaraan penelitian terhadap objek penelitian, baik individu, kelompok, maupun organisasi. Manfaat praktis bersifat terapan dan dapat dirasakan secara langsung oleh objek pendidikan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai pihak yaitu:

1.4.2.1 Bagi Guru

Hasil penelitian dapat menambah informasi guru mengenai pengaruh minat baca dan koleksi buku perpustakaan terhadap kemampuan menulis narasi. Informasi tersebut dapat digunakan untuk menentukan langkah pembelajaran yang membantu meningkatkan minat baca dan kemampuan menulis pada siswa. Peningkatan minat baca dan kemampuan menulis juga dapat dikaitkan dengan pembiasaan kegiatan membaca di perpustakaan sekolah.

1.4.2.2 Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini memberi informasi bagi pihak sekolah agar menghim-bau para guru untuk melaksanakan pembelajaran yang mendorong terbentuknya minat baca pada diri siswa. Pihak sekolah juga dapat melakukan usaha pengelolaan layanan perpustakaan sekolah agar lebih maksimal. Hal tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutuhan warga sekolah terhadap sumber bacaan. Pengelolaan perpustakaan sekolah yang lebih maksimal juga dapat membantu guru dalam upaya meningkatkan minat membaca pada diri siswa.


(31)

1.4.2.3 Bagi Peneliti Lanjutan

Hasil penelitian dapat menambah pengetahuan mengenai pengaruh minat baca dan koleksi buku perpustakaan terhadap kemampuan menulis. Pengetahuan tersebut dapat membantu untuk menentukan kebijakan yang akan diambil jika menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan isi penelitian. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi referensi baik bagi peneliti maupun peneliti lain yang ingin melaksanakan penelitian lanjutan mengenai pengaruh minat baca dan koleksi buku perpustakaan terhadap kemampuan menulis.


(32)

15

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

Kajian pustaka terdiri dari landasan teori, kajian empiris, kerangka berpikir, dan hipotesis. Landasan teori membahas konsep dan uraian sistematis dari berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian. Konsep dan uraian tersebut juga perlu diperkuat dengan kajian empiris. Kerangka berpikir dapat dibuat sebagai pedoman pelaksanaan penelitian melalui pembahasan teoritis dan empiris tersebut. Berikut ini uraian masing-masing sub bab:

2.1 Landasan Teori

Landasan teori adalah seperangkat definisi, konsep serta proposisi yang telah disusun rapi serta sistematis tentang variabel-variabel dalam sebuah penelitian. Bagian landasan teori membahas teori-teori tentang pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar, karakteristik siswa sekolah dasar, membaca dan minat baca, perpustakaan sekolah, menulis dan karangan narasi. Landasan teoritis diuraikan sebagai berikut:

2.1.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar

Pembelajaran bahasa Indonesia tidak dapat terlepas dari empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan berbahasa lisan meliputi berbicara dan menyimak, sedangkan keterampilan berbahasa tulis meliputi membaca dan menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan.


(33)

Keterampilan berbahasa sangat diperlukan bagi kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial menggunakan bahasa sebagai media untuk berinteraksi dan berkomunikasi, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Jika seseorang ingin menggunakan bahasa dalam suatu interaksi, maka ia harus menguasai keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa tersebut bukan merupakan keterampilan yang dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh melalui latihan dan pembiasaan.

Pendidikan formal dalam lingkungan sekolah memiliki kurikulum tertulis yang dilaksanakan secara terjadwal dan dalam suatu interaksi edukatif di bawah arahan guru. Kurikulum merupakan alat yang penting dalam merealisasikan dan mencapai tujuan sekolah. Sutomo (2012:40) mengartikan kurikulum sebagai berikut:

Kurikulum adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan sungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinyu terhadap situasi belajar secara efektif dan efisien demi membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Kurikulum merupakan suatu pedoman penyelenggaraan proses pendidikan yang direncanakan sebagai usaha dalam merealisasikan tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum memuat tujuan, isi, bahan ajar, dan langkah-langkah pembelajaran. Pelaksanaan kurikulum hendaknya disesuaikan pula dengan perkembangan informasi dan teknologi serta kebutuhan lingkungan sekitar. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 Ayat 19 menyatakan, “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan


(34)

sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.

Kurikulum bahasa Indonesia merupakan suatu alat yang penting dalam merealisasikan dan mencapai tujuan kebahasaan Indonesia. Tujuan kebahasaan Indonesia yaitu meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tulisan. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006) dalam Susanto (2015:245), standar isi Bahasa Indonesia sebagai berikut:

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar antara lain bertujuan agar siswa mampu memiliki pengetahuan tentang karya sastra. Pengetahuan tersebut dapat digunakan untuk mengembangkan kepribadian, meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Pembelajaran bahasa Indonesia juga dimaksudkan untuk melatih keterampilan mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Tujuan khusus pembelajaran bahasa Indonesia agar siswa memiliki kegemaran membaca, mempertajam kepekaan, dan memperluas wawasannya (Susanto 2015:245).

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan tujuan utama pembelajaran bahasa Indonesia adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam ber-komunikasi melalui empat keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa tersebut dapat dimanfaatkan siswa untuk mengembangkan kepribadian dan


(35)

wawasan kehidupannya. Selain itu, siswa juga dapat menggunakan kemampuan berbahasa untuk berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis.

2.1.2 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Pertumbuhan dan perkembangan siswa merupakan salah satu pengetahuan yang harus dimiliki oleh guru. Sumantri (2005) dalam Susanto (2015:71) menjelaskan, pentingnya seorang guru mempelajari teori perkembangan anak adalah untuk memperoleh gambaran perbandingan yang nyata antara teori dan fakta pada diri siswa. Pengetahuan tentang psikologi perkembangan anak juga membantu guru untuk merespon sebagaimana mestinya perilaku tertentu pada diri siswa. Respon yang tepat dapat mengarahkan siswa untuk mengembangkan diri ke arah yang lebih baik.

Susanto (2015:73) merumuskan perkembangan mental pada siswa sekolah dasar meliputi perkembangan intelektual, bahasa, sosial, emosi, dan moral keagamaan. Perkembangan intelektual pada usia sekolah dasar ditandai dengan kemampuan melaksanakan kegiatan belajar yang menuntut kemampuan kognitif. Kemampuan kognitif yang dimaksud adalah kemampuan menulis, membaca, dan menghitung. Menurut Yusuf (2004) dalam Susanto (2015:73), anak usia sekolah dasar sudah mampu mengklasifikasikan, menyusun, dan mengasosiasikan angka serta memiliki kemampuan memecahkan masalah yang sederhana.

Kemampuan memecahkan masalah pada diri siswa tidak akan berkembang tanpa diimbangi dengan kemampuan berbahasanya. Bahasa merupakan simbol-simbol sebagai sarana untuk komunikasi dengan orang lain. Manusia dapat meng-akses pengetahuan dan memperoleh informasi dari berbagai sumber melalui kemampuan berbahasa. Yusuf (2007) dalam Susanto (2015:73) menjelaskan,


(36)

“Perkembangan bahasa mencakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata-kata, kalimat bunyi, lambang, gambar, atau lukisan”.

Usia sekolah dasar merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan mengenal dan menguasai perbendaharaan kata. Pengalaman belajar memberikan kontribusi besar dalam perkembangan bahasa siswa. Siswa SD minimal dapat membuat kalimat majemuk dan menyusun serta mengajukan pertanyaan.

Kemampuan berbahasa pada diri siswa dapat memengaruhi perkembangan sosialnya. Perkembangan sosial berkenaan dengan bagaimana seorang siswa ber-interaksi dengan lingkungan sosialnya. Buhler (1928) dalam Susanto (2015:74) menjelaskan, “Perkembangan sosial adalah bagian dari perubahan yang saling berkaitan dalam perilaku individu untuk menjadi makhluk sosial.” Siswa SD mengalami proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi, dan moral keagamaan. Hubungan sosial siswa juga semakin luas seiring dengan berkembangnya interaksi sosial. Siswa mulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya atau teman sekelas, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya bertambah luas. Siswa mulai dapat beradaptasi dari sifat egosentris menjadi kooperatif dan peduli terhadap lingkungan sekitar. Hal tersebut berpengaruh terhadap perkembangan emosi siswa.

Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu. Emosi berkaitan dengan perasaan seseorang yang terefleksi dalam bentuk perbuatan atau tindakan nyata kepada orang lain atau pada diri sendiri. Emosi dimiliki oleh setiap orang, mulai dari anak-anak sampai dewasa, namun kapasitas dan intensitas emosi pada setiap orang berbeda. Seseorang menunjukkan emosi


(37)

untuk menyatakan suasana batin dan jiwa. Emosi seseorang akan terwujud dalam perkataan dan perbuatan serta sikap yang ditunjukkannya.

Menurut Yusuf (2005) dalam Susanto (2015:76), pada usia SD, siswa mulai belajar mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya. Karakteristik emosi yang stabil pada diri siswa ditandai dengan menunjukkan wajah ceria, bergaul dengan teman secara baik, dan menghargai diri sendiri serta orang lain. Kestabilan emosi juga ditunjukkan pada konsentrasi belajarnya. Konsentrasi belajar akan semakin baik seiring dengan stabilnya emosi pada diri siswa.

Perkembangan emosi siswa berperan terhadap perkembangan moralnya. Perkembangan moral pada siswa SD ditandai dengan kemampuan siswa dalam mengikuti peraturan dari orang tua atau lingkungan sosialnya. Selain itu, siswa sudah dapat mengelompokkan setiap bentuk perilaku dengan konsep benar atau salah dan baik atau buruk. Konsep-konsep tersebut secara sederhana kemudian diterapkan dalam kegiatan sehari-hari.

Pendapat lain mengenai karakteristik siswa SD dikemukakan oleh Piaget (1950). Piaget (1950) dalam Susanto (2015:76) mengelompokkan tahap per-kembangan kognitif anak menjadi empat tahap. Tahap-tahap tersebut yaitu tahap sensori motor, pra-operasional, operasional konkret, dan operasional formal.

Siswa SD termasuk dalam tahap operasional konkret. Tahap operasional konkret biasanya dialami anak pada usia 7 sampai 11 tahun. Siswa SD sudah mulai memahami aspek-aspek kumulatif materi, seperti volume dan jumlah. Siswa sudah mampu mengombinasikan beberapa golongan benda yang bervariasi tingkatannya. Selain itu, siswa sudah mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret.


(38)

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat diketahui bahwa seorang anak mengalami perkembangan pesat dalam berbagai aspek pada usia sekolah dasar. Anak mulai berpikir konkret dan mampu mengerjakan tugas intelektual, seperti membaca, menulis, dan menghitung. Interaksi sosial dan perkembangan bahasanya juga berkembang pesat seiring dengan perkembangan emosinya.

2.1.3 Membaca dan Minat Baca

Kegiatan membaca sangat penting bagi perkembangan pengetahuan siswa. Kemampuan membaca dan minat baca saling berhubungan satu sama lain. Siswa dengan minat membaca tinggi akan memberikan perhatian lebih terhadap aktivitas membaca. Tingginya aktivitas membaca membuat kemampuan membacanya lebih baik karena siswa tersebut terbiasa berlatih membaca dibandingkan siswa lain. Berikut dijelaskan beberapa hal terkait membaca dan minat baca:

2.1.3.1 Pengertian Membaca

Nurhadi (1987) dalam Somadayo (2011:5) menjelaskan, membaca merupakan suatu proses yang kompleks. Kompleks berarti dalam proses membaca dipengaruhi berbagai faktor internal dan faktor eksternal pada diri pembaca. Faktor internal berupa faktor intelegensi, minat, sikap, bakat, motivasi, dan tujuan membaca. Faktor eksternal dapat dalam bentuk sarana membaca, teks bacaan, faktor lingkungan atau faktor latar belakang sosial ekonomi, kebiasaan, tradisi membaca.

Gillet dan Temple (1994) dalam Somadayo (2011:5) menjelaskan, “Membaca adalah kegiatan visual, berupa serangkaian gerakan mata dalam mengikuti baris tulisan, pemusatan penglihatan pada kata dan kelompok kata, melihat ulang kata dan kelompok kata untuk memperoleh pemahaman terhadap


(39)

bacaan”. Harjasujana (1983) dalam Somadayo (2011:5) mendefinisikan membaca sebagai suatu kegiatan komunikasi interaktif yang memberikan kesempatan kepada pembaca dan penulis untuk membawa latar belakang masing-masing. Bonomo (1973) dalam Somadayo (2011:5) menjelaskan “Membaca adalah suatu proses memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung dalam bahasa tulis.” Crawley dan Mountain (1995) dalam Somadayo (2011:6) berpendapat tentang pengertian membaca sebagai berikut:

Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibat-kan banyak hal, tidak hanya sekadar melafalmelibat-kan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, dan metakognitif sebab proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulisan ke dalam kata-kata lisan.

Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan membaca merupakan kegiatan berbahasa yang bertujuan untuk melafalkan simbol-simbol tulisan. Membaca juga dapat diartikan sebagai kegiatan berbahasa yang dilakukan seseorang untuk memperoleh pemahaman terhadap suatu bacaan. Bacaan tersebut dapat mudah dipahami melalui penentuan strategi membaca yang sesuai dengan teks dan tujuan membaca.

2.1.3.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemampuan Membaca

Kemampuan membaca siswa tidak terlepas dari faktor-faktor yang memengaruhinya. Lamb dan Arnold (1976) dalam Rahim (2009:16) mengelompokkan faktor-faktor yang memberikan pengaruh terhadap kemampuan membaca menjadi empat bagian. Faktor-faktor yang dimaksud adalah faktor fisiologis, intelegensi, lingkungan, dan psikologis.

Faktor fisiologis meliputi kesehatan fisik dan pertimbangan neurologis. Siswa yang kesehatannya baik cenderung lebih mudah berkonsentrasi


(40)

dibanding-kan siwa lain, terutama dalam kegiatan membaca. Keterbatasan neurologis dan kekurangan secara fisik juga dapat menghambat siswa dalam meningkatkan kemampuan membacanya. Siswa yang indera penglihatannya normal tidak akan mengalami kesulitan untuk membaca tulisan di papan tulis dibandingkan siswa yang membutuhkan penggunaan kacamata.

Faktor fisiologis pada diri siswa memengaruhi perkembangan intelegensi-nya. Istilah intelegensi didefinisikan oleh Heinz (1980) dalam Rahim (2009:17) sebagai suatu kegiatan berpikir yang terdiri dari pemahaman tentang situasi yang diberikan dan meresponnya secara tepat. Wechster (1980) dalam Rahim (2009:17) mengartikan intelegensi sebagai kemampuan global individu untuk bertindak sesuai dengan tujuan, berpikir rasional, dan berbuat secara efektif terhadap lingkungan. Intelegensi dapat membantu memengaruhi kemampuan membaca awal pada diri siswa. Siswa yang memiliki tingkat intelegensi tinggi cenderung lebih mudah menguasai kemampuan membaca dibandingkan siswa dengan intelegensi rendah.

Faktor lingkungan juga memengaruhi kemajuan kemampuan membaca siswa. Faktor lingkungan mencakup latar belakang dan pengalaman siswa di rumah, serta sosial ekonomi keluarga anak. Lingkungan dapat membentuk pribadi, sikap, dan kemampuan berbahasa siswa. Kondisi di rumah memengaruhi pribadi dan penyesuaian diri siswa dalam masyarakat. Orang tua yang gemar membaca, memiliki koleksi buku, dan senang membacakan cerita kepada anak umumnya menghasilkan anak yang gemar membaca.

Faktor sosial ekonomi orangtua dan lingkungan tetangga juga menjadi faktor pembentuk lingkungan siswa. Status sosioekonomi memengaruhi


(41)

kemampuan verbal siswa. Semakin tinggi status sosioekonomi keluarga seorang siswa, semakin tinggi pula kemampuan verbalnya. Siswa yang berasal dari lingkungan rumah yang memberikan kesempatan membaca dan menyediakan bahan bacaan yang beragam akan mempunyai kemampuan membaca yang tinggi.

Faktor lain yang juga memengaruhi kemampuan membaca siswa adalah faktor psikologis. Faktor ini mencakup motivasi, minat, kematangan sosial, emosi, dan penyesuaian diri. Faktor psikologis berfungsi sebagai penyeimbang ketiga faktor lainnya.Motivasi adalah faktor kunci dalam belajar membaca. Motivasi dalam diri siswa memengaruhi minat membacanya. Siswa yang mempunyai motivasi tinggi terhadap membaca, akan mempunyai minat yang tinggi pula terhadap kegiatan membaca.

Siswa juga harus mempunyai pengontrolan emosi pada tingkat tertentu. Siswa yang bereaksi secara berlebihan ketika mendapatkan sesuatu atau menarik diri ketika kehilangan sesuatu, akan mendapat kesulitan dalam kegiatan membaca. Sebaliknya, siswa yang lebih mudah mengontrol emosinya, akan lebih mudah memusatkan perhatiannya pada teks yang dibaca. Pemusatan perhatian pada bahan bacaan memungkinkan kemajuan kemampuan siswa dalam membaca dan memahami bacaan.

2.1.3.3 Pengertian Minat

Menurut Sukardi (1988) dalam Susanto (2015:57), minat dapat diartikan sebagai suatu kesukaan, kegemaran atau kesenangan akan sesuatu. Bernard (1996) dalam Susanto (2015:57) menjelaskan “Minat timbul tidak secara tiba-tiba atau spontan, melainkan timbul akibat partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar.” Susanto (2015:58) menyatakan pengertian minat sebagai berikut:


(42)

Minat merupakan dorongan dalam diri seseorang atau faktor yang menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara efektif, yang menyebabkan dipilihnya suatu objek atau kegiatan yang meng-untungkan, menyenangkan, dan lama-kelamaan akan mendatang-kan kepuasan dalam dirinya.

Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan minat merupakan ketertarikan seseorang terhadap suatu objek sebagai akibat dari pengalaman dan kebiasaan. Ketertarikan tersebut akan menimbulkan rasa suka dan senang pada diri seseorang terhadap suatu objek. Minat tidak terbatas pada objek yang berbentuk benda melainkan kegiatan-kegiatan yang dianggap menguntungkan bagi masing-masing individu.

2.1.3.4 Jenis dan Ciri-ciri Minat

Menurut Gagne (1975) dalam Susanto (2015:60), sebab timbulnya minat pada diri seseorang dibedakan menjadi dua macam, yaitu minat spontan dan minat terpola. Minat spontan merupakan minat yang timbul secara spontan dari dalam diri sesorang tanpa dipengaruhi oleh pihak luar. Minat terpola adalah minat yang timbul sebagai akibat adanya pengaruh dari kegiatan-kegiatan yang terencana dan terpola, misalnya dalam kegiatan belajar mengajar, baik di lembaga sekolah maupun di luar sekolah.

Kuder (1996) dalam Susanto (2015:61) mengelompokkan jenis-jenis minat menjadi beberapa macam. Perbedaan minat dipengaruhi oleh ketertarikan seseorang terhadap suatu hal. Pengalaman, kebiasaan, dan keadaan lingkungan juga dapat memengaruhi perbedaan minat. Jenis-jenis minat yang dimaksud oleh Kuder (1996) yaitu minat terhadap alam sekitar, mekanis, hitung menghitung, ilmu pengetahuan, minat persuasif, seni, leterer, musik, layanan sosial, dan minat klerikal.


(43)

Minat baca yang menjadi salah satu variabel dalam penelitian ini termasuk dalam jenis minat leterer. Minat leterer adalah minat yang berhubungan dengan kegiatan membaca dan menulis berbagai karangan. Seseorang yang berminat pada jenis minat leterer memiliki kemampuan membaca dan menulis yang baik.

Hurlock (1990) dalam Susanto (2015:62) menjelaskan, minat bersifat egosentris. Jika seseorang senang terhadap sesuatu, maka akan muncul ketertarikan pada hal tersebut. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental. Minat siswa terhadap sesuatu akan berubah sesuai perkembangan fisik dan mentalnya.

Kesempatan belajar juga memengaruhi timbulnya minat pada seseorang. Kesempatan belajar merupakan faktor yang sangat berharga, sebab tidak semua orang dapat merasakannya. Kesempatan belajar berkaitan dengan pengalaman seseorang dalam mempelajari suatu hal. Ketertarikan terhadap sesuatu akan semakin tinggi apabila individu tersebut tekun dalam mempelajarinya.

2.1.3.5 Konsep Minat Baca

Minat baca adalah keinginan kuat yang disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca. Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkannya dalam kesediaannya untuk mendapat bahan bacaan. Bahan bacaan tersebut akan dibaca atas kesadarannya sendiri tanpa ada unsur paksaan.

Perkembangan minat baca seorang siswa berbeda dengan siswa yang lain. Frymeir (1995) dalam Rahim (2009:28) mengidentifikasi beberapa faktor yang memengaruhi perkembangan minat baca siswa. Faktor-faktor tersebut adalah pengalaman belajar, jenis informasi yang diberikan, dan tingkat keterlibatan siswa dalam kegiatan membaca.


(44)

Faktor-faktor yang telah dikemukakan oleh Frymeir (1995) dapat dijadikan bahan pertimbangan guru dalam meningkatkan minat baca siswa. Guru dapat menentukan langkah-langkah pembelajaran yang menyenangkan dan menarik perhatian siswa. Guru juga perlu memperhatikan informasi yang akan disampaikan kepada siswa. Siswa akan lebih tertarik pada informasi yang berkaitan dengan kehidupannya sehari-hari dan mudah dipahami. Keaktifan dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran perlu ditingkatkan agar semakin banyak pengalaman yang diperoleh untuk mengembangkan minat membacanya.

2.1.4 Perpustakaan Sekolah

Perpustakaan sekolah merupakan unit kerja dari suatu sekolah yang menyelenggarakannya. Menurut Bafadal (2009:5), perpustakaan sekolah adalah kumpulan bahan pustaka yang diorganisasi secara sistematis dalam suatu ruang. Bahan pustaka tersebut dapat digunakan siswa dan guru dalam proses belajar mengajar. Supriyadi (1982) dalam Bafadal (2009:4) menjelaskan, perpustakaan sekolah merupakan perpustakaan yang diselenggarakan di sekolah guna menunjang program belajar mengajar di sekolah tersebut. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan menyatakan pengertian perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut:

Perpustakaan Sekolah atau Madrasah adalah perpustakaan yang merupakan bagian integral dari kegiatan pembelajaran dan berfungsi sebagai pusat sumber belajar untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan yang berkedudukan di sekolah atau madrasah.

Berdasarkan definisi yang diberikan para ahli, dapat disimpulkan pengertian perpustakaan sekolah hampir sama dengan pengertian perpustakaan secara umum. Perbedaan yang mendasar dari keduanya adalah perpustakaan


(45)

sekolah lebih spesifik dalam hal institusi yang menaungi dan sasaran pemustaka atau pengguna bahan pustakanya. Perpustakaan sekolah merupakan unit kerja yang berada di lembaga sekolah tertentu dan pengguna perpustakaannya adalah warga sekolah itu sendiri, seperti guru dan siswa.

2.1.4.1 Tujuan Perpustakaan Sekolah

Tujuan didirikannya perpustakaan sekolah tidak terlepas dari tujuan di-selenggarakannya pendidikan sekolah secara keseluruhan. Tujuan tersebut adalah memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengikuti pendidikan di jenjang yang lebih tinggi. Perpustakaan sekolah sebagai bagian dari penyelenggaraan pendidikan di sekolah dimanfaatkan sebagai alat penunjang pencapaian tujuan pendidikan. Yusuf dan Suhendar (2013:3) menjelaskan, tujuan perpustakaan sekolah antara lain menumbuhkembangkan kemampuan berbahasa siswa. Kemampuan berbahasa tersebut khususnya minat dan kebiasaan membaca siswa, serta membantu menulis kreatif bagi siswa dengan bimbingan guru dan pustakawan.

Perpustakaan sekolah juga bertujuan untuk menghimpun informasi dalam berbagai bentuk untuk pelestarian bahan pustaka. Perpustakaan menyediakan sumber informasi yang sesuai dengan pelaksanaan kurikulum. Sumber informasi yang ada di perpustakaan sekolah juga diharapkan mampu memberikan hiburan sehat untuk mengisi waktu senggang melalui kegiatan membaca.

2.1.4.2 Fungsi Perpustakaan Sekolah

Bafadal (2009:6) menyebutkan lima fungsi umum perpustakaan sekolah, yaitu fungsi edukatif, informatif, tanggung jawab administratif, riset, dan rekreatif. Perpustakaan sekolah menyediakan buku-buku baik yang bersifat fiksi


(46)

maupun nonfiksi. Koleksi buku tersebut dapat membantu siswa untuk belajar dan memperoleh kemampuan dasar dalam mentransfer berbagai konsep pengetahuan. Pengadaan buku-buku yang tersedia di dalam perpustakaan disesuaikan dengan kurikulum sekolah. Hal tersebut bertujuan untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan di sekolah, sehingga perpustakaan sekolah dikatakan memiliki fungsi edukatif.

Perpustakaan yang sudah maju tidak hanya menyediakan bahan pustaka berupa buku, tetapi juga menyediakan bahan pustaka bukan berupa buku seperti majalah, surat kabar, artikel dan peta. Perpustakaan yang sudah maju juga di-lengkapi dengan alat-alat seperti slide projector dan video tape recorder. Fasilitas tersebut memberikan informasi yang diperlukan oleh siswa dan warga sekolah lainnya, sehingga perpustakaan sekolah dikatakan memiliki fungsi informatif.

Pemanfaatan fasilitas perpustakaan sekolah perlu diberlakukan beberapa aturan agar penggunaannya dapat tertib dan terorganisasi dengan baik. Aturan atau tata tertib yang berlaku berkenaan dengan fungsi tanggung jawab administratif perpustakaan sekolah. Setiap siswa yang akan masuk ke perpustakaan sekolah harus menunjukkan kartu anggota perpustakaan dan tidak diperbolehkan membawa tas. Denda akan diberlakukan bagi siswa yang terlambat mengembalikan buku pinjaman. Aturan-aturan tersebut selain mendidik siswa ke arah tanggung jawab, juga membiasakan siswa bersikap dan bertindak secara lebih administratif.

Fasilitas perpustakaan sekolah khususnya koleksi bahan pustaka dapat dijadikan informasi untuk membantu dilakukannya kegiatan penelitian sederhana. Semua warga sekolah dapat melakukan riset literatur (library research) dengan


(47)

cara membaca buku-buku yang telah tersedia di dalam perpustakaan sekolah. Pelaksanaan penelitian sederhana dapat memupuk sikap teliti, berpikir kritis, dan peka pada diri siswa. Penelitian sederhana yang dapat dilakukan siswa misalnya penelitian mengenai jenis-jenis simbiosis di lingkungan kebun sekolah.

Koleksi bahan pustaka yang bersifat ringan seperti majalah, koran, dan buku fiksi diharapkan dapat menghibur pembacanya. Siswa dapat mengisi waktu luang mereka dengan membaca buku-buku cerita. Guru juga dapat membaca koran saat tidak ada jam mengajar. Hal tersebut berkaitan dengan fungsi rekreatif perpustakaan.

Fungsi rekreatif memang bukan merupakan tujuan utama diselenggarakan-nya perpustakaan sekolah, namun sangat penting kedudukandiselenggarakan-nya bagi upaya peningkatan kesadaran intelektual warga sekolah. Seseorang tidak mungkin selalu berhadapan dengan bahan bacaan yang serius dan berat. Mereka juga membutuhkan bahan bacaan yang ringan dan bersifat menghibur seperti buku cerita, surat kabar, dan majalah.

2.1.4.3 Pengertian Koleksi Perpustakaan Sekolah

Perpustakaan sekolah berisi berbagai koleksi pustaka yang dapat digunakan oleh pemustaka sesuai kebutuhan. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan Bab I Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan, koleksi perpustakaan yaitu semua informasi dalam bentuk karya tulis, karya cetak, dan karya rekam dalam berbagai media yang mempunyai nilai pendidikan, yang dihimpun, diolah, dan dilayankan. Sutarno (2006:85) menjelaskan, koleksi perpustakaan adalah sejumlah bahan pustaka yang dimiliki oleh perpustakaan dan cukup memadai jumlah koleksinya serta koleksi tersebut disediakan agar dapat


(48)

dimanfaatkan oleh pemustaka. Yusuf dan Suhendar (2013:8) menjelaskan “Koleksi perpustakaan sekolah merupakan sejumlah bahan atau sumber informasi, baik berupa buku atau bukan buku, yang dikelola untuk kepentingan proses belajar mengajar di sekolah.” Koleksi perpustakaan sekolah secara keseluruhan mengandung bahan-bahan yang dapat menunjang program kegiatan sekolah, baik yang bersifat kurikuler maupun ekstrakurikuler.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa koleksi perpustakaan sekolah merupakan keseluruhan bahan pustaka yang dimanfaatkan oleh warga sekolah sebagai pemustaka. Pemustaka memanfaatkan bahan pustaka untuk menunjang proses pembelajaran di sekolah. Koleksi perpustakaan sekolah diatur sedemikian rupa dan disesuaikan dengan kurikulum serta program yang dilaksanakan di sekolah.

2.1.4.4 Jenis Koleksi Perpustakaan Sekolah

Koleksi bahan pustaka merupakan salah satu bagian penting dari perpus-takaan. Perpustakaan yang baik memiliki koleksi yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Standar Nasional Perpustakaan RI Tahun 2011 menyebutkan, koleksi perpustakaan yang dimiliki perpustakaan sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah terdiri dari lima bagian. Koleksi-koleksi perpustakaan yang dimaksud yaitu: (1) buku (buku teks, buku penunjang kurikulum, buku bacaan, buku referensi dan buku biografi); (2) terbitan berkala (majalah, surat kabar); (3) audio visual; (4) multimedia; dan (5) kamus bahasa Indonesia, kamus bahasa Inggris-Indonesia, kamus bahasa Indonesia-Inggis, kamus bahasa daerah, ensiklopedia, buku statistik daerah, peraturan perundang-undangan, atlas, peta, biografi tokoh dan kitab suci.


(49)

Menurut Bafadal (2009:27), jenis bahan pustaka dapat ditinjau dari bentuk fisik dan isinya. Berdasarkan bentuk fisiknya, bahan pustaka terdiri dari bahan pustaka berbentuk buku dan bukan buku. Bahan pustaka apabila ditinjau berdasar-kan isinya terdiri dari bahan pustaka fiksi dan nonfiksi. Standar Nasional Perpus-takaan RI Tahun 2011 menjelaskan, perpusPerpus-takaan perlu memperkaya koleksi dan menyediakan bahan perpustakaan dalam berbagai bentuk media dan format. Ketentuan jumlah minimal koleksi bahan pustaka yang harus dimiliki perpustakaan sekolah disesuaikan dengan jumlah siswa. Rincian ketentuan jumlah koleksi bahan pustaka dapat dibaca pada Lampiran 5.

Bahan pustaka yang ada di perpustakaan sekolah juga perlu diberikan perawatan atau tindakan pemeliharaan. Standar Nasional Perpustakaan RI Tahun 2011 menyebutkan, terdapat dua langkah perawatan yang dapat dilakukan pada perpustakaan sekolah jenjang sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah. Langkah perawatan tersebut adalah pengendalian kondisi ruangan berupa menjaga kecukupan cahaya dan kelembaban udara dan melakukan perbaikan bahan pustaka yang rusak minimal satu tahun sekali.

2.1.5 Menulis dan Karangan Narasi

Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa. Seseorang dapat menuangkan ide atau gagasan dengan tujuan memberitahu, meyakinkan, atau menghibur melalui media tulis. Suparno dan Yunus (2008:1.3) mendefinisikan kegiatan menulis sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Susanto (2015:243) mengartikan “Menulis merupakan keterampilan individu mengkomunikasikan pesan dalam sebuah tulisan.” Keterampilan ini berkaitan dengan kegiatan individu


(50)

dalam memilih dan menyusun pesan untuk diwujudkan melalui bahasa tulis. Penulis harus mampu menyusun bahasa tulis dengan baik agar pesan di dalam karya tulis dapat dipahami pembaca.

Menurut Tarigan (2008:22), menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang. Lambang grafik tersebut ditulis agar orang lain dapat membaca dan memahami apa yang ingin disampaikan penulis. Rusyana (1984) dalam Susanto (2015:247) menjelaskan “Menulis adalah kemampuan menggunakan pola-pola bahasa dalam penyampaiannya secara tertulis untuk mengungkapkan suatu pesan atau gagasan.” Dalman (2015:4) mendefinisikan, menulis merupakan proses penyampaian pikiran dan perasaan. Perasaan dan pemikiran tersebut disampaikan dalam bentuk lambang, tanda, dan tulisan yang bermakna. Dalman (2015:4) menambahkan pendapatnya mengenai menulis sebagai berikut:

Pada kegiatan menulis terdapat suatu kegiatan merangkai, menyusun, melukiskan suatu lambang, tanda, tulisan berupa kumpulan huruf yang membentuk kata, kumpulan kata membentuk kelompok kata atau kalimat, kumpulan kalimat membentuk paragraf, dan kumpulan paragraf membentuk wacana atau karangan yang utuh dan bermakna.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan menulis adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan pola-pola bahasa untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada orang lain melalui media tulis. Menulis juga dapat diartikan sebagai kegiatan merangkai kumpulan huruf agar menjadi karangan yang utuh dan bermakna. Penulis dilatih berpikir kreatif dalam menuliskan gagasannya agar informasi yang terdapat dalam tulisan penulis dapat dipahami oleh pembaca.


(51)

2.1.5.1 Tujuan Menulis

Susanto (2015:253) berpendapat, terdapat beberapa tujuan dalam kegiatan menulis. Menulis bertujuan untuk mengekspresikan perasaan dan emosi dalam diri penulis. Menulis juga bertujuan untuk menghibur atau menghindarkan kedukaan para pembaca melalui karyanya tersebut.

Hasil karya dari kegiatan menulis dapat memberikan informasi mengenai segala sesuatu, baik fakta, data, maupun peristiwa. Penulis juga dapat mengemukakan pendapatnya agar pembaca memperoleh pemahaman baru terhadap suatu hal. Pembaca juga dapat diyakinkan untuk menentukan sikap atau melakukan sesuatu yang diinginkan melalui sebuah tulisan yang dibuat.

2.1.5.2 Manfaat Menulis

Susanto (2015:254) menjelaskan, kegiatan menulis memberikan manfaat bagi seseorang yang melakukannya. Menulis membantu seseorang menemukan kembali apa yang pernah ia ketahui. Kegiatan menulis mengenai suatu topik akan merangsang pemikiran seseorang mengenai topik tersebut. Hal tersebut membantu seseorang mengingat pengetahuan dari pengalaman masa lalu. Menulis juga membantu seseorang memecahkan masalah dengan memperjelas unsur-unsurnya dan menuangkannya dalam konsep tertulis. Konsep-konsep yang sudah disusun dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Konsep yang disusun secara tertulis juga memudahkan seseorang dalam menganalisis kesalahan yang mungkin terjadi dalam kegiatan pemecahan masalah.

Akhdiah (1992) dalam Susanto (2015:255) juga mengemukakan beberapa manfaat menulis, antara lain menulis digunakan sebagai sarana untuk lebih mengenali kemampuan dan potensi diri serta mengetahui sampai dimana


(52)

pengetahuan diri tentang suatu topik. Menulis juga dapat digunakan sebagai sarana mengembangkan gagasan secara sistematis dan mengungkapkannya dalam bentuk tulisan. Gagasan-gagasan tersebut dapat digunakan untuk memecahkan suatu masalah dalam konteks yang konkret.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan menulis berikan manfaat bagi individu yang melakukannya. Aktivitas menulis dapat mem-bantu seseorang mengenali potensi dan mengukur pengetahuannya terhadap suatu permasalahan. Menulis juga dapat membiasakan seseorang berpikir kreatif dan sistematis, sehingga dapat menghasilkan tulisan yang baik.

2.1.6 Karangan Narasi

Salah satu keterampilan menulis yang diajarkan pada siswa SD adalah menulis karangan narasi. Karangan yang disebut sebagai karangan narasi menyajikan serangkaian peristiwa menurut urutan kejadiannya (Suparno dan Yunus 2009:4.32). Karangan narasi mengandung unsur utama berupa unsur pembuatan dan waktu kronologi.

Finoza (2008) dalam Dalman (2015:105) mendefinisikan karangan narasi sebagai bentuk tulisan yang berusaha mengisahkan dan merangkaikan perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau berlangsung dalam suatu kesatuan waktu. Menurut Widyamartaya (1992) dalam Dalman (2015:106), narasi bertujuan menyampaikan gagasan dalam urutan waktu untuk menghadirkan kepada pembaca serentetan peristiwa yang memuncak pada kejadian utama.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan karangan narasi adalah bentuk karangan yang menjelaskan serangkaian peristiwa kepada pembaca. Peristiwa-peristiwa tersebut disajikan dalam urutan waktu secara sistematis.


(53)

Karangan narasi juga digunakan sebagai media penyampai gagasan dan pesan. Berikut ini dijelaskan mengenai ciri-ciri, prinsip, dan tujuan karangan narasi: 2.1.6.1 Ciri-ciri Karangan Narasi

Keraf (2007) dalam Dalman (2015:110) menyebutkan, terdapat empat ciri-ciri karangan narasi. Ciri-ciri-ciri tersebut yaitu menonjolkan unsur tindakan, dirangkai dalam urutan waktu, berusaha menjawab pertanyaan “apa yang terjadi?”, dan memiliki konflik. Semi (2007) dalam Dalman (2015:111) juga menjelaskan ciri-ciri karangan narasi antara lain berupa cerita tentang peristiwa yang benar-benar terjadi, imajinasi, atau gabungan keduanya. Karangan narasi dibuat berdasarkan konflik, memiliki nilai estetika, dan menekankan susunan secara kronologis.

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan ciri-ciri karangan narasi yaitu berisi suatu cerita dan dirangkai dalam satu kesatuan waktu. Karangan narasi juga memiliki konflik dan disajikan secara kronologis. Keempat ciri-ciri tersebut disajikan dalam satu kesatuan membentuk karangan narasi yang bermakna.

2.1.6.2 Tujuan Menulis Narasi

Dalman (2015:106) menyebutkan, tujuan menulis karangan narasi adalah memberikan pengalaman estetik pada diri pembaca. Karangan narasi membentuk imajinasi dan menggerakkan emosi pembaca agar seolah-olah sudah menyaksikan atau mengalami kejadian yang diceritakan. Pengalaman estetik tersebut dapat memberikan hiburan untuk memperbaiki suasana hati para pembaca.

Penulis juga dapat menggambarkan dengan detail mengenai peristiwa yang telah terjadi dan menyampaikan amanat terselubung kepada pembaca.


(54)

Penggambaran detail tersebut dapat memberikan informasi dan memperluas pengetahuan para pembaca tentang suatu kejadian atau peristiwa. Pemberian informasi tersebut disajikan dengan memenuhi unsur-unsur karangan narasi. 2.1.6.3 Prinsip-prinsip Narasi

Prinsip merupakan sebuah pedoman yang dijadikan sebagai acuan dalam berpikir atau bertindak. Menurut Suparno dan Yunus (2009:4.39), menulis karangan narasi perlu memperhatikan prinsip dasar sebagai tumpuan dalam berpikir. Prinsip-prinsip tersebut yaitu sudut pandang, penokohan, alur, dan latar.

Prinsip pertama yang harus ditentukan terlebih dahulu sebelum membuat karangan narasi adalah sudut pandang. Sudut pandang menjelaskan kedudukan pencerita atau narator dalam sebuah karangan narasi. Macam-macam sudut pandang yaitu sudut pandang narator serba tahu, narator bertindak objektif, narator aktif, dan narator sebagai peninjau. Sudut pandang apapun yang dipilih penulis akan menentukan corak dan gaya cerita sebuah karangan narasi.

Ciri khas karangan narasi adalah mengisahkan tokoh cerita yang terlibat dalam suatu rangkaian peristiwa. Penentuan penokohan disesuaikan dengan panjang atau pendeknya cerita yang dibuat. Tokoh adalah orang-orang yang diceritakan dalam cerita dan banyak mengambil peran dalam cerita. Tokoh dibagi menjadi 3, yaitu tokoh utama pada cerita, tokoh penentang atau lawan dari tokoh utama, dan penengah antara tokoh utama dan tokoh lawan.

Tokoh-tokoh dalam karangan narasi digambarkan pada suatu peristiwa dalam satu kesatuan waktu. Rangkaian peristiwa tersebut akan membentuk pola sesuai dengan alur yang dibuat oleh penulis. Alur adalah rangkaian pola tindak-tanduk yang berusaha memecahkan konflik yang terdapat dalam narasi. Alur


(55)

mengatur bagaimana suatu peristiwa harus mempunyai hubungan dengan peristiwa yang lain. Alur dikupas menjadi beberapa bagian, yaitu pengenalan, timbul konflik, konflik memuncak, klimaks, dan pemecahan masalah.

Peristiwa dalam sebuah alur cerita tidak terlepas dari penggambaran latarnya. Latar adalah tempat dan waktu terjadinya perbuatan tokoh atau peristiwa yang dialami tokoh. Latar tempat dalam karangan narasi, misalnya di tepi hutan, di sebuah desa, dan di sebuah pulau. Latar waktu karangan narasi, antara lain pada zaman dahulu, pada suatu malam, atau pada suatu hari.

2.2 Kajian Empiris

Kajian empiris adalah segala informasi yang diperoleh melalui kegiatan eksperimen, penelitian, atau observasi. Kajian empiris diperoleh dari hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan bahasan yang diteliti. Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian baru, sehingga penelitian terdahulu hanya digunakan sebagai referensi dalam pelaksanaan penelitian. Hasil penelitian terdahulu yang digunakan sebagai referensi dalam melaksanakan penelitian sebagai berikut:

Penelitian pertama yang relevan dengan penelitian ini dilakukan oleh Ahmadi tahun 2010 mahasiswa Universitas Negeri Semarang. Judul penelitian tersebut adalah Meningkatkan Minat Membaca Siswa Sekolah Dasar dengan Metode Glenn Doman Berbasis Multimedia. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu penelitian tindakan kelas. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Daya serap siswa terhadap materi dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia semester 1 kelas I dapat ditingkatkan. Hal ini ditandai dengan


(56)

kemampuan siswa dalam menyerap materi pembelajaran baik konvensional maupun berbasis multimedia pada siklus II mengalami peningkatan yang signifikan; (2) Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia semester 1 kelas I dapat ditingkatkan. Hal tersebut dapat dilihat pada pokok bahasan meningkatkan pemahaman dan minat membaca terhadap siswa yaitu ditandai dengan meningkatnya nilai rata-rata siklus I dan Siklus II. Rata-rata hasil belajar pada siklus II yaitu 65 dan termasuk kategori baik dan dipersentasekan 60% dari sejumlah siswa; (3) Minat belajar siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia berbantuan CD pembelajaran Glenn Doman berbasis multimedia masuk dalam kategori tinggi, yaitu skor rata-ratanya adalah 60%.

Penelitian relevan yang kedua yaitu penelitian yang dilakukan oleh Novriliam tahun 2012 mahasiswa Universitas Negeri Padang dengan judul

Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah sebagai Pusat Sumber Belajar di Sekolah

Dasar Negeri 23 Painan Utara. Metode penelitian ini adalah kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa hal. Pertama, keberadaan perpustakaan sekolah sebagai pusat sumber belajar masih belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat sekolah. Kedua, belum optimalnya pemanfataan perpustakaan sekolah karena penyelenggaraan perpustakaan sekolah yang kurang baik. Keadaan tersebut perlu mendapat perhatian dari pihak sekolah demi terwujudnya pemanfaatan perpustakaan sekolah sebagai pusat sumber belajar dengan menetapkan pengolah perpustakaan sehingga perpustakaan dapat dibuka dengan waktu yang efektif. Selain itu, pihak sekolah diharapkan lebih memperhatikan lagi keadaan koleksi agar perpustakaan dapat dimanfaatkan sebagai pusat sumber belajar.


(57)

Penelitian relevan yang ketiga adalah penelitian yang dilakukan Ariani, dkk tahun 2013 mahasiswa Universitas Lampung dengan judul Hubungan Minat Baca dan Kemampuan Menulis Cerita Pendek Kelas X SMAN 4 Bandar Lampung

2012/2013. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Minat baca siswa kelas X SMA Negeri 4 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 termasuk dalam predikat cukup, yaitu mencapai presentase nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 67,42. Kemampuan menulis cerita pendek termasuk dalam predikat baik, yaitu mencapai presentase nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 73,67. Besarnya nilai hubungan minat baca dan kemampuan menulis cerita pendek sebesar 0,638. Hasil tersebut menunjukkan adanya hubungan minat baca dan kemampuan menulis cerita pendek yang termasuk dalam predikat tinggi.

Penelitian keempat dilakukan oleh Mulyadi dan Primasari tahun 2014 mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta. Judul penelitian tersebut adalah Implementasi Perpustakaan Sekolah sebagai Sumber Belajar dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus. Berdasarkan hasil penelitian, perpustakaan di SD Tunggulsari 1 Laweyan belum digunakan sebagai sumber belajar. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa penyebab, yaitu (1) Pengelolaan perpustakaan yang kurang mendapat perhatian pihak sekolah, sehingga memunculkan kurangnya minat siswa untuk berkunjung; (2) Keberadaan perpustakaan yang kurang mendukung kebutuhan siswa, sehingga pelaksanaan perpustakaan sekolah menjadi sepi peminat; (3) Peran guru juga masih terbatas, guru hanya sekadar mengarahkan kepada siswa, belum memberikan contoh tindakan secara nyata; (4) Keterbatasan


(58)

waktu di sekolah juga mengakibatkan siswa enggan memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber belajar; dan (5) Koleksi buku kurang mendukung proses pembelajaran.

Penelitian relevan selanjutnya dilakukan oleh Yuliyati tahun 2014. Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya ini melakukan penelitian dengan judul

Model Budaya Baca-Tulis Berbasis Balance Literacy dan Gerakan Informasi

Literasi di SD. Metode penelitian ini adalah Research and Development (R&D). Model mengonstruksi budaya baca-tulis berbasis balance literacy dan gerakan informasi literasi efektif untuk mengembangkan kemampuan membaca dan menulis, namun terdapat kendala-kendala yang harus diminimalkan. Kendala tersebut antara lain (a) minimnya sarana prasarana; (b) pemahaman sekolah yang belum memberikan prioritas dalam mengembangkan budaya baca-tulis; (c) kurangnya pemahaman guru dalam menerjemahkan penekanan pengembangan baca-tulis dalam prinsip dan program pendidikan nasional; (d) kurangnya kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran membaca dan menulis untuk pengembangan budaya baca-tulis SD; dan (e) minimnya petugas perpustakaan berkualifikasi S1 Perpustakaan.

Penelitian relevan berikutnya dilakukan oleh Zulela tahun 2014 mahasiswa Universitas Negeri Jakarta. Judul penelitian tersebut adalah Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Menulis di Sekolah Dasar. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Tindakan kelas dilakukan sebanyak dua siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN 04 Karet Setiabudi Jakarta Selatan. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan tes menulis narasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pendekatan


(59)

kontekstual dengan variasi metode dan alat bantu yang tepat dapat meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa kelas V SD.

Penelitian relevan selanjutnya dilakukan oleh Darminto tahun 2014 mahasiswa Universitas Negeri Surabaya dengan judul Hubungan antara Penguasaan Kosakata dan Kalimat Efektif dengan Keterampilan Menulis Narasi

Siswa Kelas V SDN Wonokusumo V Surabaya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Terdapat hubungan positif antara penguasaan kosakata dan keterampilan menulis narasi dengan rhitung 0,671 dan taraf signifikansi 1%; (2) Terdapat hubungan positif antara penguasaan kalimat efektif terhadap keterampilan menulis narasi dengan rhitung 0,68 dan taraf signifikansi 1 %; (3) Terdapat korelasi positif antara penguasaan kosakata dan kalimat efektif terhadap keterampilan menulis narasi dengan rhitung sebesar 0.738 dan taraf signifikansi 1 % .

Penelitian relevan yang selanjutnya dilakukan oleh Putra tahun 2015. Judul penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Tadulako ini adalah

Penggunaan Media Gambar Seri untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis

Narasi pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SDN Moahino

Kabupaten Morowali. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Rancangan penelitian dilakukan dalam dua siklus dengan melalui empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan media gambar seri menggunakan metode latihan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membuat karangan narasi, dilihat pada nilai ketuntasan belajar klasikal yaitu pada siklus I tuntas sebanyak 45 % dan ketuntasan belajar klasikal pada siklus II tuntas sebanyak 85 %.


(60)

Penelitian relevan yang lain dilakukan oleh Ashaver dan Mwuese tahun 2013 dari Benue State University dengan judul The Use of Libraries Among Children in Primary Schools in Makurdi Metropolis, Benue State, Nigeria. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode survey. Penelitian ini meneliti pemanfaatan perpustakaan oleh anak usia sekolah dasar di sekolah negeri, swasta, dan keagamaan di Kota Makurdi. Hasil penelitian menyimpulkan, bahwa meskipun anak-anak memiliki minat dan kemampuan yang tinggi dalam membaca, namun jumlah bahan bacaan yang mereka baca masih sedikit sehingga menunjukkan bahwa pemanfaatan perpustakaan oleh anak usia sekolah dasar di kota tersebut masih rendah.

Penelitian relevan yang selanjutnya dilakukan oleh Ahmed dan Rajab tahun 2015 dari Cairo University dan King Abdulaziz University dengan judul

Enhancing Elementary Level EFL Students’ Reading Comprehension dan Writing

Skills through Extensive Reading Enrichment Program. Metode penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif jenis quasi eksperimental. Penelitian ini meneliti pengaruh tingkat baca pada pemahaman membaca dan kemampuan menulis pada siswa sekolah dasar yang mempelajari bahasa Inggris sebagai bahasa asing di dua negara Arab, yaitu Mesir dan Arab Saudi. Hasil penelitian menyimpulkan, pokok persoalan pembelajaran berhubungan dengan kurangnya penggunaan bahasa Inggris pada siswa di kehidupannya sehari-hari. Hal tersebut berdampak pada kemampuan mereka dalam menguasai bahasa kedua.

Terdapat beberapa perbedaan antara penelitian terdahulu dan penelitian yang dilakukan penulis saat ini. Beberapa penelitian terdahulu pernah membahas minat baca, koleksi buku perpustakaan, dan kemampuan menulis, namun belum


(1)

Pengisian Angket Penelitian di SDN Pekauman 5 Tegal


(2)

Observasi Koleksi Buku Perpustakaan di SDN Pekauman 7 Tegal


(3)

Observasi Koleksi Buku Perpustakaan di SDN Pekauman 3 Tegal Observasi Koleksi Buku Perpustakaan di SD Ihsaniyah Gajahmada Tegal


(4)

Lampiran 32

HASIL KARANGAN NARASI SISWA


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Ketersediaan Koleksi Perpustakaan Terhadap Minat Baca Siswa SMP Negeri 30 Medan

11 117 83

Program Peningkatan Minat Baca Masyarakat Oleh Kantor Perpustakaan Arsip Dan Dokumentasi Aceh Selatan

3 47 43

ANALISIS KETERSEDIAAN DAN PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TIK DI SDN DABIN V KECAMATAN TEGAL TIMUR KOTA TEGAL

3 25 215

PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH DASAR SE DABIN I KECAMATAN TEGAL BARAT KOTA TEGAL

3 20 239

PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU SD SE DABIN III TEGAL BARAT KOTA TEGAL

6 78 269

PENGARUH KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD SE GUGUS KI HAJAR DEWANTARA KECAMATAN TEGAL TIMUR KOTA TEGAL

3 52 190

PENGARUH MINAT DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SDN GUGUS WERKUDORO KECAMATAN TEGAL TIMUR KOTA TEGAL -

1 1 55

KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PADA MATA PELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN (SBK) DI SD NEGERI DABIN IV KECAMATAN TEGAL BARAT KOTA TEGAL

0 0 77

PENGARUH KETERSEDIAAN KOLEKSI PERPUSTAKAAN TERHADAP MINAT BACA SISWA OLEH KHALIDA AZRIN ABSTRAK - PENGARUH KETERSEDIAAN KOLEKSI PERPUSTAKAAN TERHADAP MINAT BACA SISWA SMA IPIEMS SURABAYA Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 8

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SINEKTIK TERHADAP PENINGKATAN MINAT DAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI (Kajian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SD Negeri Mertasinga 07 Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap) - repository perpustakaan

0 0 13