BAB II PERAN SERTA PERUSAHAAN PIALANG DAN WAKIL PIALANG DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DI INDONESIA A. Pengertian Perusahaan Pialang - Perlindungan Hukum Nasabah Perusahaan Pialang Terhadap Perdagangan Berjangka Komoditi Di Tinjau Dari Und

BAB II PERAN SERTA PERUSAHAAN PIALANG DAN WAKIL PIALANG DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DI INDONESIA A. Pengertian Perusahaan Pialang Perusahaan Pialang atau juga disebut Broker Aggota Bursa (AB), adalah

  pihak yang membantu investor untuk melakukan pembelian atau penjualan efek di

   bursa.

  Perusahaan Pialang melakukan suatu transaksi yaitu membeli dan menjual (menawarkan) efek di lantai bursa atas perintah atau permintaan (order) investor.

  Dengan demikian, Perusahaan Pialang hanya akan melakukan pembelian atau penjualan jika sudah mnendapat perintah dari Investor.

  Harga dan besarnya volume juga ditentukan oleh Investor. Jadi perusahaan pialang tidak bisa menetapkan harga atau jumlah yang akan dibeli / jual sekehendak hatinya.

  Namun ada juga perusahaan pialang yang melakukan pembelian atau penjualan atas

   nama perusahaan pialang itu sendiri. 25 Sawidji Widoatmodjo, Cara Cepat Memulai Investasi Saham, (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2004), hal.6 26 Ibid

  Jadi dapat disimpulkan perusahaan pialang yang selanjutnya disebut Pilang berjangka adalah badan usaha yang melakukan kegiatan sebagai perantara jual beli kontrak berjangka untuk dan atas perintah/amanat dari pihak ketiga (nasabah) dan berhak menarik uang jaminan (margin) atas setiap transaksi tersebut sesuai dengan

   peraturan.

  Pialang berjangka merupakan professional utama dalam kegiatan transaksi perdagangan berjangka ini, pialang berjangka adalah satu-satunya profesioanal yang boleh menerima amanat (order) dari nasabah dan diteruskan untuk ditransaksikan dipasar berjangka. Pialang berjangka mewakili nasabahnya dalam semua urusan yang berhubungan dengan bursa berjangka dan lembaga kliring berjangka.

  Kegiatan usaha sebagai pialang berjangka hanya dapat dilakukan oleh anggota bursa berjangka yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang memporoleh izin usaha pialang berjangka dari Bappebti, serta memiliki integritas keuangan serta integritas pribadi yang baik, reputasi bisnis yang baik dan memiliki kacakapan dan profesi dan adanya wakil pialang berjangka. Untuk melindungi nasabahnya, pialang berjangka wajib mengetahui keadaan kemampuan nasabahnya, baik dari segi keuangan (financial),, pengetahuan nasabah mengenai perdaganagan berjangka dan juga menjamin nasabahnya untuk tidak melakukan tindakan yang bertentangan dagan peraturan yang berlaku.

  Dalam melaksanakan kegiatannya ,pialang berjangka ini wajib menunjuk wakil pialang berjangka sebagai tenaga profesioanal yang telah lulus ujian yang di 27 Johanes Arifin Wijaya, Bursa Berjangka , (Yokyakarta : Andi) 2002, Hal 15 selenggarakan oleh Bappebti dan semua kegiatan yang berhubungan dengan nasabah dilakukan oleh wakil pialang berjangka.

  Wakil pialang berjangka adalah orang perseorangan yang berdasarkan kesepakatan, melaksanakan sebagian fungsi pialang berjangka, dalam melaksanakan tugas nya,

   wakil pialang berjangka harus mendapatkan izin dari bappebti.

1. Dasar Hukum Pialang Berjangka

  Semua operasi yang berhubungan dengan industri berjangka dan pegawainya secara ketat diatur dan dilisensi oleh Bappebti, lembaga pemerintah yang berada di bawah Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Badan ini sama dengan Bapepam yang mengawai pasar modal. Bappebti dapat berbagi kekuasaannya dengan asosiasi berjangka. Fungsi utama asosiasi berjangka adalah untuk memastikan melalui self-

  

regulation standar perilaku yang tinggi dan profesionalisme serta tanggungjawab

  keuangan atas nama individu dan organisasi yang menjadi anggotanya seperti : pialang, IB, CTA, pool operator, AP, dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan tanggungjawab keuangan, asosiasi melakukan audit berkala dari catatan keuangan dan lainnya dari anggotanya, memonitori praktek penjualan, dan menyediakan mekanisme arbitrase bagi sengketa yang berhubungan dengan transaksi berjangka

   antar anggota asosiasi dengan publik yang berinvestasi.

  28 29 ibid ` Hanafi sofyan, “ Perdagangan Berjangka dan Ekonomi Indonesia “, (Jakarta : PT.Elex Media Komputindo, 2000) hal. 184 op .Cit. Setiap orang yang mengirimkan dananya untuk berinvestasi di perusahaan pialang harus tahu status perusahaan yang akan di lakukan untuk investasi / bisnis. Apakah perusahaan tersebut memiliki legitimasi dan terdaftar sebagai pialang dan memiliki lisensi Bappebti. Untuk mencek apakah perusahaan pialang dan individu yang bekerja perusahaan tersebut dapat dipercaya, maka dapat langsung menanyakan ke

30 Bappebti, Bursa, dan Asosiasi.

  Perusahaan PT. Kontak Perkasa Futures misalnya, dalam hal ini terdaftar dan juga penasihat memiliki lisensi dari Bappebti, serta anggota Bursa dan Lembaga Kliring.

  Seperti yang kita lihat bahwa untuk menanamkan investasi, seorang Nasabah / Investor harus memilih perusahaan yang baik untuk di jadikan lahan investasi. Seperti di Jakarta misalnya hampir disetiap gedung di segitiga emas terdapat minimal satu perusahaan futures. Perusahaan tersebut ada yang resmi dan ada yang tidak resmi. Perusahaan yang resmi akan selalu tercatat dalam pengawasan Bappebti. Untuk itu harus berhati-hati jika mendapatkan penawaran untuk melakukan forex trading dari perusahaan futures namun perusahaan tersebut tidak terdaftar di Bappebti.

  Cara untuk melakukan pengecekan apakah sebuah perusahaan futures merupakan anggota Bappebti atau bukan adalah dengan mengunjungi website nya ataupun di alamat Graha Mandiri, Jalan Imam Bonjol No. 61, 4 th Fl Indonesia. 10310 30 Ibid

  Adapun hal-hal yang perlu ditanyakan, guna menjamin bahwa perusahaan pialang yang kita pilih benar-benar bertanggung jawab, dan menjadi tempat yang aman untuk melakukan kegiatan investasi yakni sebagai berikut : 1. Siapa pemegang saham utama perusahaan pialang tersebut.

  2. Berapa lama perusahaan pialang tersebut telah beroperasi.

  3. Berapa banyak tenaga profesional yang telah memiliki ijin dari Bapebti 4. Berapa besar komisi yang dibebankan kepada nasabah/Investor.

  5. Apakah perusahaan pialang itu memiliki bagian riset? Mintalah contoh laporan risetnya.

  6. Bagaimanakah format laporan bulanan kepada Investor? mintalah contohnya.

  7. Berapa besar asuransi yang ditutup oleh perusahaan pialang tersebut untuk melindungi rekening investor, jika terjadi kebangkrutan 8. . Apakah perusahaan pialang itu anggota KPEI (Kliring Penjamin Efek Indonesia).

  9. Apakah perusahaan Pialang itu anggota bursa? Kalau tidak, pada perusahaan pialang manakah ordernya diteruskan.

  10. Apakah perusahaan pialang tersebut menyimpan saham Investor / Nasabah dalam bentuk rekening di KSEI (Kastodian Sentral Efek Indonesia).

11. Dapatlah ditunjukan kepada Anda, contoh order yang sudah dikonfirmasi yang

  

  menjamin order telah dilaksanakan sesuai prioritas harga dan waktu Selain itu dapat juga kita ketahui bahwa tidak semua perusahaan pialang sama karena yang komisinya ( Commision fee) murah ada juga yang mahal, ada yang pelayanannya lengkap, tetapi ada juga pelayanannya tidak lengkap (misalnya tidak menyediakan analisis dan penasihat investasi). Perusahaan yang memberikan pelayanan yang lengkap biasanya komisinya mahal.

  Tidak semua saham dapat dijadikan agunan kredit bank. Hanya yang terdaftar dan yang diperjualbelikan dipasar modal yang memenuhi syarat. Ketentuan ini bertujuan membatasi terjadinya spekulasi dan persekongkolan antara debitur dengan komite kredit (loan committee) untuk menerima saham yang belum dikenal kekuatan nilainya. Syarat pendaftaran ditinjau dari segi hukum, sangat realistis dan objektif. Syarat ini merupakan pendorong ke arah pembinaan pengembangan perusahaan yang benar- benar ditanggung organisasi, permodalan dan menejemennya. Hanya perusahaan yang berkualitas yang berani menempatkan prospectusnya secara terbuka untuk

  

  memperoleh pendaftaran

  31 32 Sawidji Widoatmodjo,. Op. Cit,. hal 7 Margarita, “perlindungan hukum terhadap pembeli saham yang digadaikan”, (Medan : USU Press, 2010) hal. 79 Selain hal diatas, sangat disarankan untuk setiap investor menjalankan investasinya pada pialang yang memiliki izin resmi dari pemerintah.

  Daftar Pialang-pialang Berjangka yang memiliki azin resmi dari pemerintah dapat dilihat pada

  Ciri-ciri pialang illegal adalah : a. Tidak terdaftar di BBJ.

  b. Tidak terdaftar di Bappebti.

  c. Tidak terdaftar di KBI.

  d. Tidak mempunyai Ijin transaksi luar negeri

  1). Bursa Berjangka di Jakarta

  Fungsi utama BBJ adalah menyediakan fasilitas bagi anggota untuk bertemu dan bertransaksi Kontrak Berjangka. Harga ditentukan melalui metode elektronis, melalui interaksi antara permintaan dan penawaran dalam sistem perdagangan. Berikut detail

  

  tentang BBJ a). Didirikan pada tanggal 21 November 2000.

  b). Menyediakan fasilitas bagi anggota untuk bertemu dan bertransaksi Kontrak Berjangka atau pasar tempat pertemuan antara penjual dan pembeli semua jenis perdagangan berjangka di Indonesia.

33 Dikutip dari http;//www.legalitas-forex-trading-pialang-di-indonesia.html,. Diakses hari selasa, tanggal 25 juni 2013.

  c). Menyediakan fasilitas bagi anggota untuk bertemu dan bertransaksi Kontrak Berjangka atau pasar tempat pertemuan antara penjual dan pembeli semua jenis perdagangan index, komoditi dan forex.

  Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi atau Bappebti dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi merupakan salah satu unit eselon I berada di bawah naungan Departemen Perindustrian dan Perdagangan berikut detail dengan Babeppti :

  a) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 tentang perdagangan Berjangka Komoditi, Berjangka serta pasar fisik dan jasa.

  b) Situs resmi : http://www.Bappebti.go.id.

  c) Perusahaan terdaftar di http://www.bappebti.go.id/data/perusahaanpialang.asp d) Unit eselon I berada di bawah Departemen Perindustrian dan Perdagangan.

  e) Bertugas melaksanakan pembinaan, pengaturan dan pengawasan kegiatan

   perdagangan.

  Secara praktis Bappebti berfungsi sebagai pengawas keamanan bertransaksi dalam semua perdagangan berjangka di Indonesia, termasuk di dalamnya Forex Trading.

  Secara aktif Bappebti mengeluarkan berbagai regulasi dan peraturan dengan tujuan

34 Dikutip dari http://www.bappebti.go.id/edukasi/glossary. Diakses hari Kamis, tanggal 25

  juni 2013 menjaga keamanan investor dalam bertransaksi di bidang perdagangan komoditi berjangka.

  2). PT. Kliring Berjangka Indonesia (KBI) adalah suatu perusahaan negara (BUMN) yang telah mendapat izin usaha dari Bappebti untuk melakukan penyelesaian dan penjaminan transaksi perdagangan berjangka di bursa berjangka.

35 Berikut detail tentang KBI :

  a) Didirikan pada tanggal 25 Agustus tahun 1984

  b) Salah satu otoritas pada Industri Berjangka dan Derivatif di Indonesia yang saat ini dimiliki secara penuh oleh Pemerintah Republik Indonesia.

  c) Berfungsi untuk mendukung kegiatan perdagangan secara teratur, wajar, aman dan efisien.

  d) Dari sisi investor, keberadaan KBI menjamin bahwa setiap dana yang diinvestasikan melalui pialang tidak disalah gunakan untuk kegiatan perusahaan pialang secara pribadi dengan menunjuk Bank Penyimpan untuk Segregated Account dari pialang untuk menampung dana Nasabah.

  3). Definisi Segregated Account : Rekening terpisah dari Perusahaan Pialang yang menampung dana nasabah sehingga jika Pialang mengalami insolvency, dana Nasabah dapat diamankan. Seperated bank account to hold customer funds so that if

  35 ibid

  

a brokerage house becomes insolvent, the customers' funds will be readily

   recognizable and will not be tied up in litigation period of times.

2. Kaidah dan Asas Hukum Kegiatan Pialang Berjangka

a. Kaidah Hukum

  Kaidah-kaidah hukum perdata umumnya termuat dalam kitab Undang- Undang Hukum Perdata (KUH Perdata). Di samping itu, tentu saja juga kaidah- kaidah hukum perdata adat, yang tidak tertulis, tetapi ditunjuk oleh pengadilan- pengadilan dalam perkara-perkara tertentu.

  Kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan masalah hukum antra pelaku usaha penyedia barang dan/atau penyelenggara jasa dengan konsumennya masing-masing termuat dalam:

  1. KUH Perdata, terutama dalam Buku kedua, ketiga, dan keempat;

  2. KUHD, Buku kesatu dan Buku kedua;

  3. Berbagai peraturan perundang-undangan lain yang memuat kaidah-kaidah hukum bersifat perdata tentang subjek-subjek hukum, hubungan hukum dan

36 Dikutip dari http://www.bappebti.go.id/edukasi/glossary.asp Diakses hari selasa, tanggal 25

  juni 2013 masalah antara penyedia barang atau penyelenggara jasa tertentu dan

   konsumen.

  Beberapa hal yang dinilai penting dalam hubungan konsumen dan penyedia barang dan/atau penyelenggara jasa (pelaku usaha) antara lain sebagai berikut.

1) Hal-Hal yang Berkaitan dengan Informasi

  Bagi konsumen, informasi tentang barang dan/atau jasa merupakan kebutuhan pokok, sebelum ia menggunakan sumber dananya untuk mengadakan transaksi konsumen tentang barang/jasa tersebut. Dengan transaksi konsumen dimaksudkan diadakannya hubungan hukum (jual beli, beli-sewa, sewa-menyewa, pinjam- meminjan, dan sebagainya) tentang produk konsumen dengan pelaku usaha itu. Informasi-informasi tersebut meliputi tentang ketersediaan barang atau jasa yang dibutuhkan masyarakat konsumen/nasabah, tentang kualitas produk, keamanannya, harga, tentang berbagai persyaratan dan/atau cara memperolehnya tentang jaminan atau garansi produk, persediaan suku cadang, tersedianya pelayanan jasa purna jual, dan lain-lain yang berkaitan dengan itu. Informasi dari kalangan pemerintah dapat diserap dari berbagai penjelasan, siaran, keterangan, penyusun peraturan perundang-undangan secara umum dalam rangka deregulasi, dan/atau tindakan pemerintah pada umumnya atau tentang suatu produk 37 Celina Tri Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta:Sinar Grafika, 2008) hal

  69 konsumen. Dari sudut penyusunan suatu perundang-undangan terlihat informasi itu termuat sebagai suatu keharusan.

  Dalam perdagangan berjangka komoditi perusaahan pialang berjangka mempunyai peraturan kepala bappebti untuk memberikan informasi kepada nasaabahnya yaitu Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 63/Bappebti/Per/9/2008 Tentang Ketentuan Teknis Perilaku Pialang Berjangka. Ketentuan Pasal 5 ayat (2) diubah sehingga Pasal 5

  

  berbunyi sebagai berikut : (1) Pialang Berjangka bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan oleh pegawai Pialang Berjangka atau pihak yang terkait dengan Pialang Berjangka tersebut dalam melaksanakan kegiatan Perdagangan Berjangka. (2) Dalam melaksanakan kegiatan Perdagangan Berjangka, Pialang Berjangka wajib:

  a. Membuat dan melaksanakan Prosedur Operasional Standar (POS) tentang tata cara penerimaan Nasabah yang disetujui oleh Bappebti; b. Membentuk unit yang berfungsi untuk menyelenggarakan pelatihan mengenai

  Perdagangan Berjangka kepada calon Nasabah;

  c. Membuat materi pelatihan mengenai Perdagangan Berjangka yang paling sedikit meliputi: 1) Peraturan perundang-undangan di bidang Perdagangan Berjangka; 2) Pengetahuan tentang komoditi dan Kontrak Berjangka; 3) Pengetahuan tentang mekanisme transaksi dan risiko di bidang Perdagangan

  Berjangka;

  4. Hak-hak dan kewajiban Nasabah; dan 5. Sarana penyelesaian perselisihan perdata.

  d. Menjelaskan mengenai pengertian dan fungsi Rekening Terpisah (Segregated Account);

  e. Menjelaskan bahwa dana Nasabah harus ditransfer atau disetorkan ke Rekening Terpisah (Segregated Account); 38 Dikutip dari http://www.bappebti.go.id. Diakses hari Kamis, tanggal 25 juni 2013 f. Menjelaskan biaya-biaya yang akan dikenakan kepada Nasabah;

  g. Menyediakan sarana simulasi transaksi Perdagangan Berjangka bagi calon Nasabah;

  h. Membuat dan melaksanakan Prosedur Operasional Standar (POS) tentang pelaksanaan transaksi yang ditetapkan oleh Pialang Berjangka dan telah disetujui Bappebti; i. Menyediakan ruangan perdagangan (dealing room) yang terpisah dengan ruangan penyelesaian (settlement room); j. Menyediakan sarana untuk transaksi secara langsung maupun tidak langsung; k. Merekam dan mencatat penerimaan amanat dari Nasabah dalam Kartu Amanat dengan menggunakan Formulir Nomor: IV.PRO.15.; l. Mengkonfirmasikan kepada Nasabah tentang transaksi yang telah dilaksanakan dengan menggunakan Formulir Nomor: IV.PRO.16., dalam hal penyampaian transaksi dilakukan secara tidak langsung oleh Nasabah; m. Menyampaikan Laporan Transaksi Harian (Daily Statement) kepada Nasabah; n. Menjelaskan alternatif penyelesaian perselisihan perdata khususnya mengenai sengketa keuangan; o. Membuat dan melaksanakan Prosedur Operasional Standar (POS) tentang penanganan pengaduan Nasabah oleh Pialang Berjangka dan telah disetujui

  Bappebti; dan p. Membentuk unit yang berfungsi untuk memberikan pelayanan pengaduan Nasabah dan mengawasi kepatuhan terhadap peraturan.

  Diantara berbagai informasi tentang barang atau jasa konsumen yang diperlukan konsumen, tampaknya yang paling berpengaruh pada saat ini adalah informasi yang bersumber dalam bentuk iklan atau label, tanpa mengurangi pengaruh dari berbagai bentuk informasi pengusaha lainnya.

2) Tentang Iklan

  Iklan adalah bentuk informasi yang umumnya bersifat sukarela sekalipun pada akhir-akhir ini termasuk juga yang di atur di dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (pasal 9, 10, 12, 13, 17, dan pasal

  

  20) KUH perdata (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) dan/atau KUHD (Kitab Undang-Undang Hukum Dagang), keduanya diummumkan pada tanggal 30 april 1847 dalam staatblad No.23 dengan segala tambahan dan/atau membuat kaidah- kaidah tentang periklanan. Satu-satunya ketentuan termuat dalam KUH Perdata yang tampaknya digunakan adalah ketentuan tentang perbuatan atau melawan hukum (Pasal 1365 KUH Perdata), yaitu sepanjang iklan tertentu menimbulkan kerugian pada pihak lain. Adapun dalam undang-undang kepailitan, terlepas untuk siapa perundang-undangan itu berlaku, khususnya menyangkut perilaku pengumuman iklan keputusan pengadilan tentang pernyataan pailit dan segala akibat-akibatnya dari seseorang atau badan usaha (pasal

  

  13 jis, pasal 16, 105, 163 c dan keseterusnya) Menurut ketentuuan dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

  Perlindungan Konsumen, Pasal 9 ayat (1) berbunyi :

  

“pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, meng-iklankan suatu barang

dan/atau jasa secara tidak benar dan/atau seolah-olah dan seterusnya”.

  39 Az. Nasution, hukum perlindungan konsumen suatu pengantar, (Jakarta: diadit media, 2001), hal 55-57 40 Ibid

  Sayangnya dalam undang-undang ini tidak dicantumkan apa yang dimaksud dengan iklan, yang terdapat dalam perundang-undang ini hanyalah berbagai larangan dan

   suruhan berkaitan dengan periklanannya saja.

  Dari hal-hal tersebut diatas tentang kedudukan periklanan ini dalam masyarakat usaha, setidaknya terdapat dua batasan iklan, yang satunya ditetapkan oleh Dapertemen Kesehatan dan yang lainnya oleh Sistem Penyiaran Nasional. Tentu saja tidak terlepas mana yang baik dan mana yang tepat.

  Dapertemen kesehatan (Peraturan Mentri kesehatan Nomor 329 tahun 1976,

  Pasal 1 Butir 13) menetapkan sebagai berikut : “iklan adalah suatu usaha dengan cara apapun untuk meningkatkan penjualan, baik secara langsung maupun tidak langsung.” Adapun sistem penyiaran nasional (Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002

  Tentang Penyiaran) pasal 1 butir (5) merumuskan siaran iklan adalah : “siaran informasi yang berbentuk komersial dan layanan masyarakat tentang tersedianya jasa, barang, dan gagasan yang dapat dimanfaatkan oleh khalayak dengan atau yanpa imbalan kepeada lembaga penyiaran yang bersangkutan.

  Menurut peraturan kepala badan pengawas perdagangan berjangka komoditi nomor : 83/BAPPEBTI/per/06/2010 Tentang, tata cara pelaksanaan kegiatan promosi 41 Ibid

  

  atau iklan, pelatihan dan pertemuan di bidang perdagangan berjangka komoditi , yaitu Pasal 1 ayat (1) menyebutkan bahwa : “ Promosi atau iklan adalah setiap pernyataan, penjelasan, atau uraian mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan perdagangan berhangka yang disampaikan kepada masyarakat baik secara lisan maupun tertulis, melalui media cetak, media elektronik, pertemuan resmi maupun tidak resmi.”

  Pasal 3 menyenyebutkan bahwa pialang berjangka atau pengelola sentra dana bejangka dalam melakukan kegiatan promosi atau ikalan, pelatihan, dan pertemuan dilararang untuk : 1) Menggunakan cara tidak jujur atau menipu, yang tidak sesuai dengan fakta atau secara sengaja menghilangkan fakta sehingga menyesatkan masyarakat;

2) Menggunakan cara pemaksaan;

  3) Membuat pernyataaan bahwwa perdagagan berjangka merupakan sarana investasi yang tepat bagi semua orang antara lain hanya boleh mengemukakan keuntungan tanpa mengemukakan kemungkinan terjadinya kerugian

  4) Membuat pernyataan yang dapat memperdaya masyarakat anatara lain dengan menyembunyikan atau menghilangkan materi atau fakta, atau hanya menyampaikan laporan keuntungan perdagangan yang diperoleh dimasa lampau tanpa menjelaskan bahwa hal itu bukan cerminan keberhasilan di masa dating, atau menyampaikan data kinerja masa lalu dan laporan keuangan termasuk tingkat mengembalian investasi yang tidak berdasarkan perhitungan yang akurat sesuai peraturan yang berlaku. Sudah jelas bahwa didalam perdagangan berjangka komoditi juga mengatur tentang segala bentuk iklan dalam kegiatan tersebut dan tata cara pelaksanaannya.

42 Dikutip dari http://www.bappebti.go.id. Diakses hari Kamis, tanggal 25 juni 2013

  Mengenai perilaku periklanan yang lengkap diatur dalam pasal 17 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, adalah sebagai berikut : 1) Pelaku usaha periklanan dilarang memproduksi iklan yang:

  a. Mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan, kegunaan dan harga barang dan/atau tarif jasa serta ketepatan waktu penerimaan barang dan/atau jasa;

  b. Mengelabui jaminan/garansi terhadap barang dan/atau jasa;

  c. Memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat mengenai barang dan/atau jasa; d. Tidak memuat informasi mengenai risiko pemakaian barang dan/atau jasa;

  e. Mengeksploitasi kejadian dan/atau seseorang tanpa seizin yang berwenang atau persetujuan yang bersangkutan, f. Melanggar etika dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan mengenaiperiklanan. 2) Pelaku usaha periklanan dilarang melanjutkan peredaran iklan yang telah melanggar ketentuan pada ayat (1).

  Selanjutnya, berkaitan dengan tanggung jawab pelaku usaha perikalanan ini diatur dalam pasal 20, sebagai berikut.

  Pelaku usaha periklanan bertanggung jawab atas iklan yang di produksi dan segala akibat yang ditimbulkan oleh iklan tersebut. Berkaitan dengan pelaku periklanan itu yang dilararang dan tentang tanggung jawabnya itu, suatu hal yang perlu dipertanyakan, siapakah pelaku usaha perikalanan itu? Dari sudut perikalan menurut

   Az. Nasution terdapat tiga jenis pelaku usaha, yaitu

a. Pengiklan, yaitu perusahaan yang memesan iklan untuk mempromosikan, memasarkan, dan/atau menawarkan produk yang mereka edarkan.

  43 Ibid hal 245-246 b. Perusahaan iklan, adalah perusahaan/biro yang bidang usahanya adalah mendesain atau membuat iklan untuk para pemesannya

c. Media, media elektronik atau non elektronik atau bentuk media lain, yang menyiarkan atau menayangkan iklan-iklan tersebut.

3) Hal-hal yang berkitan dengan perikatan

  Dalam KUH Perdata Buku ke III, tentang perikatan (van verbintenissen), termuat ketentuan-ketentuan tentang subjek-subjek hukum dari perikatan, syarat-syarat perikatan, tentang resiko jenis-jenis perikatan tertentu, syarat-syarat pembatalannya, dan beragai bentuk perikatan yang dapat diadakan (pasal 1233).

  Selanjutnya Pasal 1234 menyebutkan jenis-jenis perjanjian (prestasi) yang dapat diadakan terdiri atas memberikan sesuatu, berbuat sesuatu atau tidak berbuat

   sesuatu.

  Perikatan yang terjadi karna undang-undang, dapat timbul karna undang-undang, baik karna undang-undang maupun sebagai akibat perbuatan seseorang, perbuatan itu dapat berupa perbuatan yang diperbolehkan (halal) atau perbuatan yang melanggar hukum (pasal 1352,1353, dan seterusnya).

  Dalam perikatan yang timbul karna perjanjian, tidak dipenuhi atau dilanggarnya butir-butir perjanjian itu, setelah di penuhinya syarat tertentu, dapat 44 Ibid hal. 73 mengakibatka cedera janji (wanprestatie). Perbuatan cedera janji memberikan pada pihak yang di cederai janji untuk menggugat ganti rugi berupa biaya, kerugian, dan bunga (pasal 1236 dalam hal perjanjian memberikan sesuatu, pasal 1239, dan Pasal 1242 dalam hal perjanjian atau tidak berbuat sesuatu, pasal 1243,1244,1246), dan seterusnya.

  Kerugian-kerugian itu selain dari biaya yang sungguh-sungguh telah dikeluarkan, kerugian kerugian yang dialami, juga termasuk keuntungan (winstderving) yang diharapkan yang tidak diterima karna perbuatan ingkar janji tertentu.

  Perikatan juga dapat terjadi tanpa adanya perjanjian. Antara lain, yang terpenting terlihat pada perikatan karna terjadinya perbuatan atau kealpaan yang melanggar atau

  

  melawan hukum (selanjutnya disebut PMH) Apabila seseorang dirugikan karna karna perbuatan seseorang lain, sedang antara mereka tidak terdapat sesuatu perjanjian (hubungan hukum suatu perjanjian), maka berdasarkan undang-undang dapat juga timbul atau terjadi hubungan hukum antara orang tersebut dan orang yang menimbulkan kerugian itu.

  Pasal 1365 KUH perdata berbunyi : “Setiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian pada orang lain,

  

mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti

kerugian tersebut”. 45 Ibid. hal 77

  Unsur-unsur perbuatan Melawan Hukum

   1) Unsur pelanggran atas hak-hak orang lain.

  : Yang dimaksudkan adalah hak-hak subjektif orang lain. Kedalamnya termasuk hak-jak kebendaan dan lain-lain hak yang bersifat mutlak ( seperti hak milik, oktroi, dan hak merek), hak-hak pribadi perseorangan (persoonlijk-rechten) seperti hak-hak atas integritas (harga diri), kehormatan dan nama baik seseorang.

  2) Unsur bertentangan dengan kewajiban hukum pelaku Yang dimaksud adalah kewajiban hukum yang diletakkan perundang-undangan dalam arti materil, ditetapkan oleh lembaga yang berwenang, baik bersifat perdata maupun public (misalnya perbuatan pelanggaran atau kejahatan seperti termuat dalam KUHP)

  3) Unsur bertentangan dengan kehati-hatian yang hidup atau harus diindahkan dalam kehidupan masyarakat.

  Sejak tahun 1919, unsur ini tampaknya merupakan unsur yang terpenting dalam penetuan tolok ukur perbuatan melawan hukum. Ia menunjuk pada kebiasaan tidak tertulis, yang dapat digunakan dalam dengan berdiri sendiri, baik secara terlepas dari atau secara bersama-sama unsur-unsur lainnya. Pada pokoknya orang haruslah memperhatikan perilaku yang dianggap patut (behoorlijk) dalam masyarakat 46 Mr. N.E Algra (voorzitter), poly yuridisch Zakboekj, Kon, PBNA, Arnhen 1987, hB1/ 110 dalam Az nasution, ibid hal. 81-82. dikaitkan dengan kepentingan perorangan satu sama lain. Mengenai penerapannya harus dilihat kasus per kasus.

  Perjanjian antara perusahaan Pialang Berjangka dengan nasabah tidak diatur dalam KUH Perdata, tetapi dengan adanya asas kebebasan berkontrak dalam pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya, maka perjanjian antara perusahaan Berjangka dengan nasabah dapat saja terjadi Perjanjian antara perusahaan Pialang Berjangka dengan nasabah tidak diatur dalam KUH Perdata, tetapi dengan adanya asas kebebasan berkontrak dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya, maka perjanjian

  

  antara perusahaan Berjangka dengan nasabah dapat saja terjadi Perjanjian antara perusahaan pialang berjangka dengan nasabah / investor dalam transaksi perdagangan berjangka komoditi harus berlandaskan pada Pasal

  

  1320 KUH Perdata mengenai syarat sahnya perjanjian bahwa : Syarat sahnya perjanjian ada empat yaitu :

  1. Sepakat bagi mereka yang mengikatkan dirinya;

  2. Kecakapan untuk membuat suatu pendapat;

  3. Suatu hal tertentu; 4. Suatu sebab yang halal. 47 48 Dikutip dari http://www.bappebti.go.id. Diakses hari Kamis, tanggal 25 juni 2013 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Pasal 1320

  Syarat 1 dan 2 dinamakan syarat subyektif karena mengenai subyek yang melakukan perjanjian, sedangkan dua syarat terakhir dinamakan syarat obyektif karena mengenai obyek dari perjanjian tersebut. Apabila salah satu syarat subyektif tidak terpenuhi maka perjanjian tersebut dapat dibatalkan atas permintaan salah satu pihak. Sedangkan jika salah satu syarat obyektif tidak terpenuhi maka perjanjian tersebut batal demi hukum, artinya dari semula tidak pernah dilahirkan suatu

   perjanjian dan tidak pernah ada perikatan.

  Dalam Pasal 1320 KUH Perdata sebenarnya tidak mempermasalahkan media yang digunakan dalam transaksi. Dengan kata lain Pasal 1320 KUH Perdata tidak mensyaratkan bentuk dan jenis media yang digunakan dalam bertransaksi. Oleh karena itu, dapat saja dilakukan secara langsung maupun secara elektronik. Demikian pula asal kebebasan berkontrak yang dianut KUH Perdata, para pihak dapat dengan bebas menentukan dan membuat suatu perjanjian dalam bertransaksi yang dilakukan dengan itikad baik. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata. Jadi apapun bentuk dan media dari kesepakatan tersebut, tetap berlaku dan mengikat para pihak karena perikatan tersebut merupakan Undang-undang bagi yang membuatnya.

  Dari perjanjian sebagaimana disebut diatas, Perjanjian antara Perusahaan Pialang Berjangka dengan Nasabah / Investor dalam transaksi perdagangan berjangka adalah dibuat dalam formulir-formulir yang telah dibakukan secara rinci dan cermat. 49

  http ://www.dudung.net Dalam perjanjian transaksi tersebut, isinya direncanakan terlebih dahulu oleh para pihak perusahaan pialang berjangka. Sehingga nasabah / investor tinggal menyetujuinya saja apabila nasabah bersedia menerima aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan serta yang ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh perusahaan pialang berjangka. Akibatnya perjanjian tersebut tidak memberikan kesempatan kepada nasabah untuk membicarakan lebih lanjut klausula yang diajukan oleh Pialang Berjangka. Syarat-syarat itu berlaku bagi siapapun juga yang mengikatkan diri dalam perjanjian itu atas dasar prinsip take it or leave it, tanpa ada negosiasi sebelumnya. Perjanjian yang demikian itu dinamakan perjanjian standar

   atau perjanjian baku.

  Pengertian klausula baku terdapat dalam Pasal 1 angka 10 Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yaitu setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen. Yang dibakukan dalam perjanjian tersebut adalah klausul-klausulnya bukan formulir perjanjian. Pada saat ini, kedudukan nasabah sangat lemah sehingga ia menerima saja aturan dan syarat-syarat oleh pihak perusahaan pialang berjangka.

  50 ibid

  Suatu perjanjian akan berakhir sebagaimana diamanatkan Pasal 1381 KUH

51 Perdata, yaitu :

  Perikatan hapus : (1) karna pembayaran (2) karena penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpan atau penitipan; (3) karena pembaharuan utang; (4) karena perjumpaan utang atau kompensasi; (5) karena pencampuran utang; (6) karena pembebasan utang; (7) krena musnahnya barang yang terutang; (8) karena kebatalan dan pembatalan; (9) karena berlakunya suatu syarat pembatalan dan karena kadaluarsa.

  Dengan adanya Undang-undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen maka perjanjian dengan klausula baku telah dilarang. Larangan membuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen dan/atau perjanjian diatur dalam

   Pasal 18 ayat (1), berupa : a) Menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha.

  b) Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali barang yang dibeli konsumen.

  c) Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali uang yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli konsumen.

  d) Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran. 51 52 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Pasal 1381 Undang-undang No.8, LN No.3674 Tahun 1999, tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 18

  ayat (1) e) Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen.

  f) Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi obyek jual beli jasa.

  g) Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru, tambahan, lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya.

  h) Menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan terhadap barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran. Kemudian dalam ayat-ayatnya disebutkan bahwa pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letaknya atau bentuknya sulit terlihat, atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang pengungkapannya sulit dimengerti. Lalu dalam ayat (3) dinyatakan bahwa setiap klausula baku yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha pada dokumen atau perjanjian yang memenuhi ketentuan sebagimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) dinyatakan batal demi hukum.

  Hubungan kontraktual antara Pialang Berjangka dengan nasabah suatu bentuk kontrak campuran yang menampakkan ciri-ciri perjanjian pemberi kuasa (lastgeving), sebagaimana diatur dalam perjanjian dalam transaksi Perdagangan Berjangka . Komoditi antara perusahaan pialang berjangka dengan nasabah / investor

b. Asas Hukum

  Berkaitan dengan tujuan diatas, ada sejumlah asas yang terkandung di dalam usaha memberikan perlindungan hukum kepada konsumen/nasabah. Perlindungan konsumen diselenggarakan sebagai usaha bersama seluruh pihak yang terkait, masyarakat, pelaku usaha, dan pemerintah berdasarkan lima asas, yang menurut Pasal

  2 Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 tahun 1999 ini adalah : 1) Asas manfaat, 2) Asas keadilan, 3) Asas keseimbangan, 4) Asas keamanan dan kesalamatan konsumen, serta 5) Asas kepastian hukum.

  Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar- besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan. Asas ini menghendaki bahwa pengaturan dan penegakan hukum perlindungan konsumen tidak dimaksudkan untuk menempatkan salah satu pihak di atas pihak lain atau sebaliknya, tetapi adalah untuk memberikan kepada masing-masing pihak , produsen dan konsumen, apa yang menjadi haknya. Dengan demikian, diharapkan bahwa pengaturan dan penegakan hukum perlindungan konsumen bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat dan pada gilirannya bermanfaat bagi kehidupan berbangsa.

  Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil. Asas ini menghendaki bahwa melalui pengaturan dan penegakan hukum perlindungan konsumen ini, konsumen dan produsen dapat berlaku adil melalui perolehan hak dan penunaian kewajiban secara seimbang. Karna itu, undang-undang ini mengatur sejumlah hak dan kewajiiban konsumen dan pelaku usaha (produsen) Asas keseimbangan dimaksud untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materil dan

  

  spiritual . Asas ini menghendaki agar konsumen, pelaku usaha (produsen) , dan pemerintah memperoleh manfaat yang seimbang dari pengaturan dan penegakan hukum perlindungan konsumen. Kepentingan antara konsumen, produsen dan pemerintah diatur dan harus diwujudkan secara seimbang dan sesuai dengan hak dan kewajibannya masing-masing dalam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

  Asas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.

  Asas ini menghendaki adanya jaminan hukum bahwa konsumen akan memperoleh manfaat dari produk yang dikonsumsi/dipakainya, dan sebaliknya bahwa produk itu tidak akan mengancam ketentraman dan keselamatan jiwa dan harta bendanya. Karna itu undang-undang ini membebankan sejumlah kewajiban yang harus dipenuhi dan menetapkan sejumlah larangan yang harus dipatuhi oleh produsen dalam memproduksi dan mengedarkan produknya.

  Asas kepastian Hukum dimaksudkan agar, baik pelaku usaha maupun konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan 53 Asas keseimbangan ini juga dianut oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang

  Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, lihat Pasal 2: … kesimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan umum. konsumen, serta Negara menjamin kepastian hukum. Artinya, undang-undang ini mengharapkan bahwa aturan-aturan tentang hak dan kewajiban yang terkandung dalam undang-undang ini harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga maasing-masing pihak memperoleh keadilan. Oleh karna itu, Negara bertugas dan menjamin terlaksananya undang-undang ini sesuai dengan bunyinya.

  Beberapa asas yang terkandung dalam KUH Perdata yang sangat penting dalam Hukum Perdata adalah :

  1. Asas kebebasan berkontrak, Asas ini mengandung pengertian bahwa setiap orang dapat mengadakan perjanjian apapun juga, baik yang telah diatur dalam undang-undang, maupun yang belum diatur dalam undang-undang (lihat Pasal 1338 KUHPdt).

  Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, yang berbunyi: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.” Asas ini merupakan suatu asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk: 1) Membuat atau tidak membuat perjanjian; 2) Mengadakan perjanjian dengan siapa pun; 3) Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya; 4) Menentukan bentuk perjanjiannya apakah tertulis atau lisan.

  Latar belakang lahirnya asas kebebasan berkontrak adalah adanya paham individualisme yang secara embrional lahir dalam zaman Yunani, yang diteruskan oleh kaum Epicuristen dan berkembang pesat dalam zaman renaissance melalui antara lain ajaran-ajaran Hugo de Grecht, Thomas Hobbes, John Locke dan J.J.

  

Rosseau. Menurut paham individualisme, setiap orang bebas untuk memperoleh apa

saja yang dikehendakinya.

  Dalam hukum kontrak, asas ini diwujudkan dalam “kebebasan berkontrak”. Teori leisbet fair in menganggap bahwa the invisible hand akan menjamin kelangsungan jalannya persaingan bebas. Karena pemerintah sama sekali tidak boleh mengadakan intervensi didalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Paham individualisme memberikan peluang yang luas kepada golongan kuat ekonomi untuk menguasai golongan lemah ekonomi. Pihak yang kuat menentukan kedudukan pihak yang lemah. Pihak yang lemah berada dalam cengkeraman pihak yang kuat seperti yang diungkap dalam exploitation de homme par l’homme.

  2. Asas Konsesualisme Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1) KUHPdt.

  Pada pasal tersebut ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian adalah adanya kata kesepakatan antara kedua belah pihak. Asas ini merupakan asas yang menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya tidak diadakan secara formal, melainkan cukup dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak. Kesepakatan adalah persesuaian antara kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak.

  Asas konsensualisme muncul diilhami dari hukum Romawi dan hukum Jerman. Didalam hukum Jerman tidak dikenal istilah asas konsensualisme, tetapi lebih dikenal dengan sebutan perjanjian riil dan perjanjian formal. Perjanjian riil adalah suatu perjanjian yang dibuat dan dilaksanakan secara nyata (dalam hukum adat disebut secara kontan). Sedangkan perjanjian formal adalah suatu perjanjian yang telah ditentukan bentuknya, yaitu tertulis (baik berupa akta otentik maupun akta bawah tangan).

  Dalam hukum Romawi dikenal istilah contractus verbis literis dan contractus

  

innominat. Yang artinya bahwa terjadinya perjanjian apabila memenuhi bentuk yang

  telah ditetapkan. Asas konsensualisme yang dikenal dalam KUHPdt adalah berkaitan dengan bentuk perjanjian.

B. Kegiatan Usaha Pialang Berjangka

  Perusahaan Pialang atau juga disebut Broker Aggota Bursa (AB), adalah pihak yang membantu investor untuk melakukan pembelian atau penjualan efek di

   bursa.

  Yang dikerjakan Perusahaan Pialang ialah membeli dan menjual (menawarkan) efek di lantai bursa atas perintah atau permintaan (order) investor. Dengan demikian, Perusahaan Pialang hanya akan melakukan pembelian atau penjualan jika sudah mnendapat perintah dari Investor. 54 Sawidji Widoatmodjo,. Log. Cit,.

  Harga dan besarnya volume juga ditentukan oleh Investor. Jadi perusahaan pialang tidak bisa menetapkan harga atau jumlah yang akan dibeli / jual sekehendak hatinya.

  Namun ada juga perusahaan pialang yang melakukan pembelian atau penjualan atas

   nama perusahaan pialang itu sendiri.

  Pasar Berjangka (Futures Market) merupakan bagian dari pasar derivatif yang digunakan oleh berbagai pihak untuk mengelola risiko. Di Indonesia pasar ini sudah lama dirasakan kebutuhannya, tetapi realisasinya sangat lambat. Berbagai kendala seperti sedikitnya yang berminnat jadi promotor kesan bahwa perdagangan Berjangka sama dengan judi dan sebagainya, belum lagi masalah persaingan dan perselisihan

   antara pemerintah dengan pialang tidak resmi.

  Kegiatan Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK) sebenarnya cukup unik, karena ada tahapan yang harus dimengerti oleh seorang calon investor. Untuk terjun didalam kegiatan PBK, ia dituntut untuk mengerti tentang margin dan pengelolaannya, bagaimana pembukaan rekening, dan lain sebagainya. Tapi, yang terpenting, bila tertarik berinvestasi didalam PBK, maka ia perlu memilih Perusahaan Pialang dan mengetahui jenis-jenisnya. Sebagai perbandingan kita mengambil contoh Bursa-bursa di AS. Ada tiga kriteria umum yang mengkatagorikan baik tidaknya sebuah perusahaan pialang, yaitu Legalitas, semua perizinan atas keterlibatannya didalam kegiatan PBK lengkap, domisili dan alamat perusahaannya jelas, dalam 55 56 ibid ibid artian di bursa berjangka mana sajakah mereka melakukan kegiatannya selama itu. Kemudian, transparan, terpercaya dan jujur dalam mengemban amanat nasabahnya terutama menyangkut penempatan, pengelolaan dan penggunaan dana nasabah dalam suatu rekening yang terpisah (segragated account). Dan yang terakhir adalah piawai. Di dalam setiap perusahaan pialang yang bonafide, biasanya dilengkapi dengan divisi

  

“Research & Development” yang ditempati oleh orang-orang yang rajin, tekun dan

  cermat dalam mengamati perkembangan pasar. Mereka selalu membuat berbagai analisis tentang kondisi pasar terakhir. Disini, kedua belah pihak harus melakukan komunikasi yang harmonis dan terbuka. Karena setiap saat nasabah akan bertanya dan pialang pun akan memberikan berbagai analisisnya untuk mempermudah nasabah dalam membuat suatu keputusan. Di lapangan, investor dihadapkan pada dua jenis kelompok Pialang yang akan dihubungi. Mereka harus menyeleksi daftar nama perusahaan pialang yang ada. Secara umum, pialang berjangka di AS dikategorikan

  

  menjadi dua kelompok, yaitu: Pertama, Perusahaan pialang yang menyediakan “palayanan jasa penuh” (Full

  

Service Brokerage). Di kelompok perusahaan pialang ini, berbagai macam pelayanan

  jasa akan diberikan, seperti layaknya melakukan riset sendiri, dapat mengamati pasar satu per satu, chart analysis, berita-berita surat kabar, macam-macam rekomendasi sampai pada portofolio komplit dengan risk management nya. Jenis perusahaan pialang ini memang memberikan pelayanan jasa di bidang keuangan seperti stock, 57 Penulis adalah staf Bagian Humas & Kerjasama Bappebti,

  

bonds, reseach publication, termasuk perdagangan berjangka dan option. Berarti,

  jenis pialang ini biasa menangani transaksi derivative saham maupun komoditi berjangka. Selain itu, perusahaan pialang ini menyediakan hasil riset, kuotasi harga

  futures advise untuk membantu nasabah mengambil sebuah keputusan bertransaksi

  Kedua, Perusahaan pialang yang menyediakan “pelayanan jasa tidak penuh”

  

(“Simply” atau “Discount Brokerage”). Perusahaan pialang ini tidak memberikan

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Nasabah Perusahaan Pialang Terhadap Perdagangan Berjangka Komoditi Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011

8 85 139

Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Perusahaan Pialang Berjangka yang Dibubarkan.

3 86 93

Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Perusahaan Pialang Berjangka yang Dibubarkan.

4 94 93

Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah / Investor Dalam Transaksi Forex Margin Trading, Pada Perusahaan Pialang Berjangka. (Studi : PT. Inter Pan Pasifik Futures)

9 84 139

ASPEK KOGNITIF, AFEKTIF, DAN BEHAVIORAL TERKAIT INFORMASI EKONOMI DAN INVESTASI DI KALANGAN WAKIL PIALANG BERJANGKA Studi Pada Karyawan PT. Victory International Futures Malang

0 7 35

Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Transaksi E-Commerce Di Tinjau Dari Hukum Perikatan

0 54 221

Perlindungan Hukum Terhadap Investor Atas Pailitnya Perusahaan Pilang Berjangka Dalam Perjanjian Kerjasama Investasi Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 Tentang Perdagangan Berjangka Komoditi Junctio Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tent

0 8 1

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DI INDONESIA A. Pengertian dan Sejarah Perusahaan Pembiayaan 1. Defenisi Perusahaan Pembiayaan - Implikasi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaa

0 0 23

BAB II KERANGKA HUKUM PERDAGANGAN BEBAS AFTA A. Tinjauan Umum tentang Perdagangan Bebas 1. Sejarah dan Pengertian Perdagangan Bebas - Perlindungan Terhadap Industri Dalam Negeri Dalam Kerangka Pasar Bebas AFTA

2 2 34

BAB II DEPOSITO BERJANGKA SEBAGAI JAMINAN GADAI DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK A. Gadai 1. Pengertian Gadai dan Dasar Hukumnya. - Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur (Bank) sebagai Pemegang Jaminan Gadai Deposito Berjangka pada Perjanjian Kredit Bank (Stud

0 0 28