Perlindungan Hukum Nasabah Perusahaan Pialang Terhadap Perdagangan Berjangka Komoditi Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011

(1)

SKRIPSI

“PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH PERUSAHAAN PIALANG TERHADAP PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DI TINJAU DARI

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2011” (Study Kasus PT. Kontak Perkasa Future)

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH :

RAHMAT ARI SEPTIAWAN 090200421

DEPARTEMEN HUKUM PERDATA (Program Kekhususan Hukum Perdata Dagang)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH PERUSAHAAN PIALANG TERHADAP PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DI TINJAU DARI

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2011 (Study Kasus PT. Kontak Perkasa Future)

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH:

Rahmat Ari Septiawan 090200421

Mengetahui:

Ketua Departemen Hukum Perdata

NIP. 19660303198508100 Dr.H.Hasim Purba, SH.M.Hum

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof.Dr.Tan Kamello, SH.MS

NIP. 196204211988031004 NIP. 195303121983031002

Ramli Siregar SH, M.Hum


(3)

KATA PENGANTAR

Ucapan Puji dan syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Iman dan ilmu pengetahuan yang luas yang diberikan kepada manusia untuk kesejahteraan, penerang jalan hidup dan sebagai langkah menuju peradaban yang abadi. Salawat serta salam kemuliaan kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi penulis dalam penyelesaian studi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan untuk memperoleh gelar

sarjana Hukum. Skripsi ini berjudul PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH PERUSAHAAN PIALANG TERHADAP PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DI TINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2011

Penulis dengan segala kerendahan hati menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan kemampuan, pengetahuan, wawasan, serta bahan literatur yang penulis dapatkan. Oleh karena itu penulis menerima segala bentuk kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk semakin menambah wawasan dan ilmu penulis.

Pada dasarnya penulisan skripsi ini bukan semata-mata hasil kerja peneliti sendiri, melainkan banyak pihak yang membantu, baik dari sisi material berupa data maupun


(4)

do’a, kritik dan saran serta semangat yang begitu besar, sehingga dalam penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini dengan rasa hormat dan bahagia penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini maupun kepada semua pihak yang menjadi bagian penting selama penulis menjalankan perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara (USU), yaitu :

Yang terhormat :

1. Prof. Dr. dr. .Syahril Pasaribu, DTMH., MSc (CTM)., SpA(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara,. atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan Kenotariatan di Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. DR. Runtung, SH, M.Hum. Selaku Dekan Fakultas Hukum USU Medan.

3. Prof. DR. Budiman Ginting, SH, M.Hum. Selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum USU.

4. Bapak Syafruddin, SH, MH, DFM. Selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum USU.

5. Bapak M. Husni, SH, M.Hum. Selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum USU.

6. Bapak Dr.Hasim Purba,SH,M.Hum. Selaku Ketua Dapertemen Perdata Fakultas Hukum USU.


(5)

7. Ibu Sinta Uli, SH,M.Hum. Selaku ketua Dapertemen Perdata dagang Fakultas Hukum USU.

8. Ibu Rabiatul Syahriah, SH.Mhum selaku sekretaris Dapertemen Perdata Fakultas Hukum USU

9. Bapak Prof. Dr. Tan Kamello, SH.MS. Selaku Dosen Pembimbing I dalam penulisan skripsi ini yang penuh kesabaran membimbing penulis baik dalam studi maupun dalam penulisan skripsi ini.

10.Bapak Ramli Siregar SH, M.Hum Selaku Dosen Pembimbing II dalam penulisan skripsi ini yang penuh kesabaran membimbing penulis baik dalam studi maupun dalam penulisan skripsi ini.

11.

Para Guru Besar Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara yang telah mendidik dan memberikan dorongan kepada penulis yang tidak bisa sebutkan satu persatu.

12.Abang-abang dan Kakak-Kakak karyawan tata usaha Fakultas Hukum USU yang telah banyak membantu dalam proses administrasi mulai dari penulis masuk kuliah sampai penulis menyelesaikan Skipsi ini.

13.Manager beserta staf PT. Kontak Perkasa Future yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan data sehingga Skripsi ini selesai.

Yang Tercinta :

1. Kedua Orang Tuaku H.Nazar Juah (Alm) dan Hj. Nurbaiti, yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik serta membimbing penulis dalam


(6)

mengarungi bahtera kehidupan hingga mencapai gelar akademik ini. yang tanpa bosan terus mengucurkan kasih sayangnya, harapannya, materi dan segalanya. kakanda Nasrul Hadi, ST,.MT/Nani Fety Wulandari SE , Indra Juni Putra SP/Yoan Immanolisa Shaptieni SH, M.Kn, Andrizal SE/Bunga Agustine Rizki SE, Gusni Arif S.Si /Dindy Oktaviani, SE, Deski Ariato SH,.Mkn/Herli Novia Amd.Keb, Nurhayani Amd.Keb yang telah menjadi bagian dari hidup penulis. 2. Kepada Rekan-rekan pengurus, adinda-adinda, kakanda-kakanda

teman-teman seperjuangan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara yang telah memberi motivasi dan pengalaman berorganisasi bagi penulis di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, rekan-rekan lainnya seperti : M.Dipo Syahputra Lubis (Ketua Umum HMI Komisariat Fakultas Hukum USU Periode 2012-2013), Septya Maulid Siregar (Sekretaris Umum HMI Komisariat Fakultas Hukum USU periode 2012-2013), M Akbar Siregar, Dhirgan Afriyanda Segara, Sari Ramadani Lubis, Amanda Nandatama, Rabithah Khairul, Anggia Putri Rambe, Muhammad Angga Putra, Tiesa Saleh, Hamdan, Rasoki Pardomuan Lubis, Fadhlillah, Mutiara Parwita, Rahma Sari, Hary Azhar Ananda, M Fairuz Zein Hasibuan, dan rekan-rekan lain yang tidak dapat penulis sebutkan satupersatu, yang telah membantu penulis baik dengan motivasi maupun canda tawa dan tetap Yakin Usaha Sampai


(7)

3. Kepada teman-teman GLC_Projection : IPDA.Yudhi Anugrah Putra, Wisman Goklas, Jhonatan Gery Boy, Jigoro Lumbanraja, Alvonso manihuruk SH, Maulana Zulfadli, Dina krisyanti Rupang, Leonardi siringo-ringo, Rivai Sihaloho, Ichan Abdillah, yang selalu setia menemani dalam suka maupun duka.

4. Kepada teman-teman Ikatan Pelajar Mahasiswa Rokan Hulu-Medan (IPMAROHU-MEDAN) Delfi Ardiansyah ST, Opiye Putra Daulay, Rian, Tami, Ikhsan, Pindo lubis, Al muzafri STp.

5. Kepada teman-teman Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Angkatan 2009.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak, semoga Allah SWT meridhoi kita semua. Dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan perkembangan hukum di negara Indonesia. Yakin Usaha Sampai.

Alhamdulillah Hirobbil Alamin…

Medan, Oktober 2013 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH PERUSAHAAN PIALANG TERHADAP PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI BERDASARKAN

KONTRAK BERJANGKA DI TINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2011

(STUDY KASUS PT.KONTAK PERKASA FUTURES PEKANBARU) KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI ABSTRAK

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penulisan dan Manfaat Penulisan ... 7

D. Keaslian Penulisan ... 9

E. Tinjauan Pustaka ... 9

F. Metode Penelitian ... 12

G. Sistematika Penulisan ... 19

BAB II PERAN SERTA PERUSAHAAN PIALANG DAN WAKIL PIALANG DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DI INDONESIA A. Pengertian Perusahaan Pialang Berjangka ... 22


(9)

1. Dasar Hukum Pialang berjangka... 24

2. Kaidah dan Asas Hukum ... 31

a. Kidah Hukum ... 31

b. Asas Hukum ... 46

B. Kegiatan Usaha Pialang Berjangka ... 51

C. Hak dan Kewajiban Perusahaan Pialang Berjangka 58 1. Hak-Hak Perusahaan Pialang ... 58

2. Kewajiban Perusahaan Pialang ... 59

D. Hubungan Perusahaan Pialang dengan Nasabah... 66

E. Izin Wakil Pialang Berjangka ... 68

BAB III TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN BERJANGKA A. Sejarah Perdagangan Berjangka ... 70

B. Perdagangan Berjangka di Indonesia ... 74

1. Hukum Positif Pada Perdagangan Berjangka ... 76

C. Bentuk-Bentuk Perdagangan Berjangka di Indonesia 78 1. Alur perdagangan multilateral……… 80

2. Alur perdagangan bilateral………….. ... 80

D. Manfaat Perdagangan Berjangka ... 85


(10)

1. Analisis Fundamental ... 91 2. Analisis Teknikal ... 94

BAB IV PERATURAN PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH DI BIDANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

A. Perlindungan Bagi Calon Nasabah Dalam Tahap Pra Transaksi Perdagangan Berjangka ... 101

B. Perlindungan Bagi Nasabah Dalam Tahap Pelaksanaan Transaksi Perdagangan Berjangka ... 106

C. Perlindungan Bagi Nasabah Dalam Tahap Pasca Transaksi Perdagangan Berjangka. ... 109

D. Jaminan Yang Dibeikan Oleh Perusahaan Pialang Kepada

Nasabah/Investor Dalam Kaitannya Perlindungan Hukum Konsumen ... 110

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Keimpulan ... 121 B. Saran ... 122

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

ABSTRAK

PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH PERUSAHAAN PIALANG TERHADAP PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DITINJAU DARI

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2011. Oleh :

Rahmat Ari Septiawan 090200421

Skripsi ini membahas tentang perlindungan hukum nasabah perusahaan pialang terhadap perdagangan berjangka komoditi ditinjau dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 tentang perdagangan berjangka komoditi,untuk mengetahui peranan dari perusahaan pialang dalam menyelenggarakan transaksi perdagangan berjangka komoditi dan untuk mengetahui aspek perlindungan hukum yang diberikan oleh perusahaan pialang terhadap perjanjian yang telah dilakukan antara perusahaan perusahaan pialang dalam hal ini adalah PT..Kontak Perkasa Future dan nasabah/investor; dan untuk mengetahui legalitas dan pengawasan dalam transaksi perdagangan berjangka itu kepada nasabah, pelaku bisnis, kepada masyarakat awam, dan khususnya pada perususahaan pialang berjangka di Indonesia.

Penelitian ini menggunakan penelitian yuridis normatif yaitu suatu bentuk penelitian yang menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktik pelaksanaan hukum positif, yang menyangkut dengan permasalahan yang diselidiki. Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, study kepustakaan, pengamatan atau observasi langsung kelapangan. Adanya pasar bebas maka kebebasan konsumen (dalam hal ini nasabah di bidang perdagangan Berjangka) untuk memilih produk dan jasa dari suatu perusahaan pialang Berjangka semakin terbuka. Di sisi lain, kondisi tersebut dapat mengakibatkan kedudukan pelaku usaha (dalam hal ini Pialang Berjangka) dan konsumen (nasabah) menjadi tidak seimbang. Nasabah berada pada posisi yang lemah dan menjadi objek aktivitas bisnis untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya oleh pelaku usaha (Pialang Berjangka). Faktor utama yang menjadi kelemahan konsumen (nasabah) adalah tingkat kesadaran nasabah akan hak-haknya masih sangat rendah di tambah lagi dengan tidak semua perusahaan pialang berjangka yang muncul memiliki izin usaha dari bappebti, oleh sebab itu diperlukan suatu perlindungan hukum bagi nasabah perusahaan pialang di dalam perdagangan berjangka komoditi yangdi atur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011.


(12)

ABSTRAK

PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH PERUSAHAAN PIALANG TERHADAP PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DITINJAU DARI

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2011. Oleh :

Rahmat Ari Septiawan 090200421

Skripsi ini membahas tentang perlindungan hukum nasabah perusahaan pialang terhadap perdagangan berjangka komoditi ditinjau dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 tentang perdagangan berjangka komoditi,untuk mengetahui peranan dari perusahaan pialang dalam menyelenggarakan transaksi perdagangan berjangka komoditi dan untuk mengetahui aspek perlindungan hukum yang diberikan oleh perusahaan pialang terhadap perjanjian yang telah dilakukan antara perusahaan perusahaan pialang dalam hal ini adalah PT..Kontak Perkasa Future dan nasabah/investor; dan untuk mengetahui legalitas dan pengawasan dalam transaksi perdagangan berjangka itu kepada nasabah, pelaku bisnis, kepada masyarakat awam, dan khususnya pada perususahaan pialang berjangka di Indonesia.

Penelitian ini menggunakan penelitian yuridis normatif yaitu suatu bentuk penelitian yang menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktik pelaksanaan hukum positif, yang menyangkut dengan permasalahan yang diselidiki. Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, study kepustakaan, pengamatan atau observasi langsung kelapangan. Adanya pasar bebas maka kebebasan konsumen (dalam hal ini nasabah di bidang perdagangan Berjangka) untuk memilih produk dan jasa dari suatu perusahaan pialang Berjangka semakin terbuka. Di sisi lain, kondisi tersebut dapat mengakibatkan kedudukan pelaku usaha (dalam hal ini Pialang Berjangka) dan konsumen (nasabah) menjadi tidak seimbang. Nasabah berada pada posisi yang lemah dan menjadi objek aktivitas bisnis untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya oleh pelaku usaha (Pialang Berjangka). Faktor utama yang menjadi kelemahan konsumen (nasabah) adalah tingkat kesadaran nasabah akan hak-haknya masih sangat rendah di tambah lagi dengan tidak semua perusahaan pialang berjangka yang muncul memiliki izin usaha dari bappebti, oleh sebab itu diperlukan suatu perlindungan hukum bagi nasabah perusahaan pialang di dalam perdagangan berjangka komoditi yangdi atur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011.


(13)

BAB I

`PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Perdagangan Berjangka merupakan salah satu bentuk investasi baru dimana investor mempunyai peluang untuk mendapatkan keuntungan (profit) yang besar, dengan adanya potensi keuntungan ini perdagangan berjangka yang merupakan jenis investasi yang tergolong baru di Indonesia, menarik minat masyarakat. Besarnya animo masyarakat terhadap industri perdagangan berjangka secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan munculnya banyak perusahaan pialang berjangka, sayangnya tidak semua perusahaan pialang berjangka yang muncul memiliki izin usaha dari Bappebti, oleh sebab itu maka diperlukan suatu perlindungan hukum bagi nasabah perusahaan pialang di dalam perdagangan berjangka komoditi.

Krisis ekonomi dan keuangan mereposisikan urgensi akan bursa berjangka Indonesia yang sudah sangat telat di banding Negara lain yang telah memulai perdagangan sejak abad lalu. Akibat kendala di atas maka sosialisasi akan perlunya pasar perlunya pasar berjangka menjadi terabaikan

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 Jo Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang BAPPEBTI Menyebutkan :


(14)

“Perdagangan berjangka komoditi yang selanjutnya di sebut perdagangan berjangka adalah segala sesuau yang berkaitan dengan jual beli komoditi dengan penarikan margin dan dengan penyelasaian kemudian berdasarkan kontrak berjangka, kontrak derivatif syariah, / kontrak derivatif lainnya.”

Kontarak berjangka komoditi adalah suatu komitmen tetap untuk menyerahkan atau menerima sejumlah komoditi tertentu dengan kualitas yang telah ditetapkan sepanjang masa sebelum jatuh tempo dan harga di bentuk melalui lelang terbuka terus menerus di bursa berjangka.1

Globalisasi daan liberisasi komoditi mengharuskan Pemerintah mengantisipasi fluktusai harga komoditi, Indonesia harus mendesain struktur manejemen resiko yang khusus untuk mengakomodasi tidak hanya resiko harga tetapi juga termasuk resiko lainnya yang berasosiasi dengan komoditi. Masyarakat harus memanfaatkan semua alternative yang tersedia bagi pengelolaan resiko termasuk segala bentuk perlindungan asuransi yang mencakup fluktuasi harga, asuransi tanaman, kondisi iklim dan penggunaan instrument keuangan

Contohnya, petani padi, untuk mengamankan panennya dari fluktuasi harga yang masih 3 (tiga) bulan lagi padi itu dipanen, si petani ini mencari pembeli untuk hasil panennya yang akan diserahkan 3 bulan kemudian dengan perjanjian diawal mengenai harga dan waktu penyerahan yang kemudian didaftarkan ke Lembaga Kliring Berjangaka. Yang diatas itulah pengertian perdagangan berjangka secara garis besarnya

1

Hanafi Sofyan, Perdagangan Berjangka dan Ekonomi Indonesia ,Alex Media, Jakarta, 2000, Hlm. 179.


(15)

Kebutuhan penggunaan pasar berjangka semakin besar dalam menghadapi pasar bebas dan globalisasi. Atas dasar tersebut, pemerintah kemudian menerbitkan peraturan mengenai perdagangan berjangka pada tahun 1997, terbitlah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI) sekarang telah di rubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 yang memberikan pengaturan dan regulasi secara garis besar dan mengenai perdagangan berjangka di Indonesia.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 juga mengatur mengenai pihak-pihak yang terkait dalam perdagangan berjangka, antara lain badan pengawas perdagangan berjangka komoditi (BAPPEBTI) yang merupakan pengawas tertinggi, bursa berjangka merupakan sebagai pihak yang menyelanggarakan dan menyedikan sitem dan/atau sarana untuk kegiatan perdagangan berjangka, lembaga kliring berjangka sebagai pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan system dan/atau sarana untuk kegiatan pelaksanaan kliring dan menjamin transaksi pedagangan berjangka, pialang berjangka sebagai pihak yang bertransaksi untuk kepentingan nasabah, dan pedagang berjangka sebagai pihak yang melakukan transaksi untuk rekeningnya sendiri.

Untuk bursa berjangka Indonesia saat ini mempunyai 2 (dua ) bursa berjangka, yaitu PT. Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) dan PT. bursa komoditi dan derivative Indonesia (BKDI). Untuk lembaga kliring berjangka saat ini ada 2 (dua) lembaga kliring berjangka ,Yaitu PT.kliring berjangka Indonesia (KBI) dan PT.


(16)

Indentrust Secuirity Internasional (ISI). Perdagangan berjangka komoditi berbeda dengan perdagangan di pasar modal. Pada dasar nya pasar berjangka adalah pasar primer, karna harga di tentukan oleh komoditi yang kontraknya di perjual belikan di bursa sedangkan pasar modal adalah pasar sekunder, karena harga nya bergantung pada kinerja perusahaan (go public) yang saham nya di perjual belikan.

Perbedaan lain dapat dilihat dari tujuan nya. Pasar modal di selenggarankan dengan tujuan mobilisasi dana suatu perusahan dengan menjual saham perusahaan , sedangkan perdagangan berjangka di selenggarakan dengan tujuan untuk pengalihan resiko dari fluktuasi harga. Dari segi bentuk perdagangan nya, dalam pasar modal yang terjadi adalah perdagangan secara fisik dimana jual beli saham secara fisik, sehingga terjadi serah terima saham secara fisik dengan kewajiban membayar 100% dari transaksi, sedangkan perdagangan berjangka yang di perdagangkan adalah janji atau kesepakatan untuk menyerahkan atau menerima suatu barang tertentu di kemudian hari, penjual dan pembeli dalam pasar berjangka wajib menyerahkan sejumlah dana, sekitar 5-10 % dari nilai komoditi yang di transaksi sebagai margin2

Adapun transaksi kontrak berjangka dapat terjadi baik di dalam maupun di luar bursa. Kontrak berjangka yang ditransaksikan di dalam bursa diatur dengan Keputusan Presiden Nomor 119 Tahun 2001 tentang komoditi yang dapat dijadikan Subjek Kontrak Berjangka, sementara untuk kontrak berjangka yang ditransaksikan

di luar bursa diatur dalam Peraturan Kepala BAPPEBTI Nomor

.

2


(17)

72/BAPPEBTI/Per/9/2009 tentang kontrak derivatif yang diperdagangkan dalam sistem perdagangan alternatif. perdagangan berjangka menawarkan banyak kesempatan bagi investor dengan modal dan adanya resiko. speculator berjangka yang berinvestasi di komoditi berjangka sama hal nya dengan mereka yang berinvestasi pada saham, obligasi dan property yaitu mengambil keuntungan dengan mengambil resiko tentunya dengan ekspetsi mendapatkan keuntungan dari pergerakan harga.

Sebagai suatu sarana lindung nilai, perdagangan berjangka memiliki ciri high risk high return. Kemungkinan nasabah untuk mendapatkan keuntungan dari transaksi kontrak berjangka sama besarnya dengan kemungkinan kerugian. Nasabah dapat menderita kehilangan seluruh dana yang telah disetorkan. Kegunaan pasar berjangka sama dengan seabad yang lalu : yaitu menyediakan mekanisme yang efisien dan efektif untuk menajemen resiko harga bagi produsen dan konsumen komoditi dengan melindungi resiko nya yang di ambil alih oleh spekulan. Jelas tanpa adanya spekulan pasar akan kurang bergairah, dan bursa akan hidup jika banyak locals, yaitu perdagangan berjangka yang mengmbil resiko dari produsen dan pengguna komoditi dengan maksud untuk mendapat kan keuntungan yang berarti, dengan menganalisa pasar dengan cermat, speculator menginvestasikan modalnya atas resiko yang ada untuk mendapatkan keuntungan dari fluktuasi harga.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 beserta peraturan pelaksanaannya juga telah memberikan pengaturan mengenai perlindungan terhadap nasabah, antara


(18)

lain prosedur pemberian izin bagi pialang berjangka, pengaturan mengenai prinsip

Know Your Customer, kewajiban menyetorkan dana ke rekening terpisah,

pengelolaan rekening terpisah, mekanisme penyaluran amanat, serta sanksi apabila terjadi pelanggaran terhadap peraturan.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 beserta peraturan pelaksanaannya juga telah memberikan pengaturan mengenai perlindungan terhadap nasabah, antara lain prosedur pemberian izin bagi pialang berjangka, pengaturan mengenai prinsip

Know Your Customer, kewajiban menyetorkan dana ke rekening terpisah,

pengelolaan rekening terpisah, mekanisme penyaluran amanat, serta sanksi apabila terjadi pelanggaran terhadap peraturan.

Selain itu, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 juga mengatur mengenai penyelesaian apabila terjadi perselisihan perdata di antara para pihak dalam perdagangan berjangka. Semua ketentuan ini bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada nasabah. Walaupun peraturan perundang-undangan di bidang perdagangan berjangka memberikan aturan sedemikian rupa sebagai upaya memberikan perlindungan bagi nasabah, dalam prakteknya banyak nasabah yang merasa tidak puas atau dirugikan dalam transaksi.

Menyikapi hal tersebut dia atas, maka pada kesempatan ini penulis ingin mengupas tentang persoalan perlindungan hukum terhadap nasabah / investor yang


(19)

melakukan transaksi perdagangan berjangka komoditi pada perusahaan pialang berjangka, kedalam skripsi yang berjudul

“Perlindungan hukum nasabah perusahaan pialang terhadap perdagangan berjangka komoditi berdasarkan kontrak berjangka di tinjau dari undang-undang nomor 10 tahun 2011 tentang bappebti (study kasus pt.kontak perkasa futures pekanbaru)”

B. Perumusan Permasalahan

1. Bagaimanakah peran serta perusahaan pialang berjangka dalam transaksi dan perjanjian perdagangan berjangka komoditi?

2. Mengapa diperlukan perlindungan hukum bagi nasabah dalam perdagangan berjangka komoditi?

3. Bagaimanakah aturan-aturan di bidang perdagangan berjangka yang berlaku saat ini dalam memberikan perlindungan hukum bagi nasabah?

C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Universitas Sumatera Utara. Selain itu berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas maka tujuan yang hendak dicapai oleh penulis yakni


(20)

1. Untuk mengetahui peranan dari perusahaan pialang PT..Kontak Perkasa Future dalam menyelenggarakan transaksi dan perjanjian di bidang perdagangan berjangka komoditi

2. Untuk mengetahui aspek perlindungan hukum yang diberikan oleh perusahaan pialang terhadap perjanjian yang telah dilakukan antara perusahaan PT. Kontak Perkasa Future dan nasabah/investor; dan

3. Untuk mengetahui legalitas dan pengawasan dalam transaksi perdagangan berjangka itu kepada nasabah, pelaku bisnis, kepada masyarakat awam, dan khususnya pada perususahaan pialang berjangka di Indonesia.

Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini yakni:

1. Secara Teoretis

Dapat mengetahui peraturan hukum apa yang dipakai perusahaan pialauntuk tercapainya perlindungan hukum bagi nasabah/investor dalam transaksi perdagangan berjangka komoditi di Indonesia saat ini.

2. Secara Praktis

Dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak yang ingin mengetahui lebih lanjut mengenai dasar perlindungan hukum dalam transaksi perdagangan berjangka komoditi pada perusahaan pialang berjangka di Indonesia.


(21)

D. Keaslian Penulisan

Perlindungan Hukum Nasabah Perusahaan Pialang Terhadap Perdagangan Berjangka Komoditi Di Tinjau Dari Uu No 10 Tahun 2011 Perubahan Atas Uu No 32 Tahun 1997 tentang Bappebti, yang diangakat menjadi judul skripsi ini merupakan hasil karya penulis sendiri dan belum pernah di tulis sebelumnya di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU).

Dilihat dari permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini,

Maka dapat dikatakan penulisan skripsi ini merupakan karya asli dengan melihat dasar-dasar yang telah ada baik melalui literature-literatur yang di peroleh dari perpustakaan, dari media masa , baik media cetak, maupun media elektronik, yang dituangkan dalam skripsi ini serta ditambah lagi dengan riset ke lapangan.

Apabila ternyata suatu saat nanti terdapat judul dan permasalahan yang sama dengan skripsi ini dibuat,maka akan di pertanggung jawabkan sepenuhnya.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini, yang menjadi dasar penelitian adalah teori pasar bebas yang dikemukakan oleh Adam Smith3

3

Adam Smith dalam bukunya An Inquiry Into the Nature and Causes of The Wealth of

Memasuki era pasar bebas, banyak tantangan dan persaingan yang harus dihadapi oleh dunia usaha, termasuk di dalamnya industri

Nations (1776) mengemukakan idenya mengenai pasar bebas yang bergerak menurut mekanisme pasar. Pasar bebas ini mengarah pada perdagangan bebas dimana dalam perdagangan bebas terdapat persaingan di antara para pelaku usaha


(22)

perdagangan berjangka. Kondisi yang demikian pada satu pihak member manfaat bagi konsumen (dalam hal ini nasabah di perdagangan Berjangka) karena dengan adanya pasar bebas maka kebebasan konsumen (dalam hal ini nasabah di bidang perdagangan Berjangka) untuk memilih produk dan jasa dari suatu perusahaan pialang Berjangka semakin terbuka. Di sisi lain, kondisi tersebut dapat mengakibatkan kedudukan pelaku usaha (dalam hal ini Pialang Berjangka) dan konsumen (nasabah) menjadi tidak seimbang. Nasabah berada pada posisi yang lemah dan menjadi objek aktivitas bisnis untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya oleh pelaku usaha (Pialang Berjangka). Faktor utama yang menjadi kelemahan konsumen (nasabah) adalah tingkat kesadaran nasabah akan hak-haknya masih sangat rendah. Oleh karena itu, diperlukan suatu mekanisme perlindungan kepada nasabah.

Menurut Undang-Undang nomor 10 tahun 2011 tentang perdagangan berjangka komoditi menyebutkan bahwa :

“Perdagangan berjangka komoditi yang selanjutnya di sebut perdagangan berjangka adalah segala sesuau yang berkaitan dengan jual beli komoditi dengan penarikan margin dan dengan penyelasaian kemudian berdasarkan kontrak berjangka, kontrak derivatif syariah, / kontrak derivatif lainnya.”. 4

“Komoditi adalah semua barang, jasa, hak dan kepentingan lainnya, dan setiap derivatif dari Komoditi, yang dapat diperdagangkan dan menjadi subjek Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya”.5

“Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi yang selanjutnya disebut Bappebti adalah lembaga pemerintah yang tugas pokoknya melakukan pembinaan, pengaturan, pengembangan, dan pengawasan Perdagangan Berjangka”.6

4

Undang-Undang nomor 10 tahun 2011 Pasal 1 angka 1

5


(23)

“Bursa Berjangka adalah badan usaha yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan/atau sarana untuk kegiatan jual beli Komoditi berdasarkan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya”.7

“Kontrak Berjangka adalah suatu bentuk kontrak standar untuk membeli atau menjual Komoditi dengan penyelesaian kemudian sebagaimana ditetapkan di dalam kontrak yang diperdagangkan di Bursa Berjangka”.8

“Lembaga Kliring dan Penjaminan Berjangka yang selanjutnya disebut Lembaga Kliring Berjangka adalah badan usaha yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan/atau sarana untuk pelaksanaan kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi Perdagangan Berjangka”.9

“Anggota Bursa Berjangka adalah Pihak yang mempunyai hak untuk menggunakan sistem dan/atau sarana Bursa Berjangka dan hak untuk melakukan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya sesuai dengan peraturan dan tata tertib Bursa Berjangka”.10

“Anggota Lembaga Kliring dan Penjaminan Berjangka yang selanjutnya disebut Anggota Kliring Berjangka adalah Anggota Bursa Berjangka yang mendapat hak untuk menggunakansistem dan/atau sarana Lembaga Kliring Berjangka dan mendapat hak dari Lembaga Kliring Berjangka untuk melakukan kliring dan mendapatkan penjaminan dalam rangka penyelesaian transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya”.11

“Pialang Perdagangan Berjangka yang selanjutnya disebut Pialang Berjangka adalah badan usaha yang melakukan kegiatan jual beli Komoditi berdasarkan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya atas amanat Nasabah dengan menarik sejumlah uang dan/atau surat berharga tertentu sebagai Margin untuk menjamin transaksi tersebut”.12

“Pedagang Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang selanjutnya disebut Pedagang Berjangka adalah Anggota Bursa Berjangka yang hanya berhak melakukan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak

6

Ibid Pasal 1 angka 3

7

Ibid Pasal 1 angka 4

8

Ibid Pasal 1 angka 5

9

Ibid Pasal 1 angka 9

10

Ibid Pasal 1 angka 15

11

Ibid Pasal 1 angka 16

12


(24)

Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya di Bursa Berjangka untuk diri sendiri atau kelompok usahanya.”13

“Nasabah adalah Pihak yang melakukan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya melalui rekening yang dikelola oleh Pialang Berjangka”14

“Dana Kompensasi adalah dana yang digunakan untuk membayar ganti rugi kepada Nasabah yang bukan Anggota Bursa Berjangka karena cedera janji dan/atau kesalahan yang dilakukan oleh Anggota Bursa Berjangka dalam kedudukannya sebagai Pialang Berjangka”.15

“Margin adalah sejumlah uang atau surat berharga yang harus ditempatkan oleh Nasabah pada Pialang Berjangka, Pialang Berjangka pada Anggota Kliring Berjangka, atau Anggota Kliring Berjangka pada Lembaga Kliring Berjangka untuk menjamin pelaksanaan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya”.16

F. Metode Penelitian

Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih terarah dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah maka metode penelitian yang digunakan antara lain :

1. Spesifikasi penelitian

Dalam menyusun skripsi ini digunakan penelitian yuridis normatif, yaitu suatu bentuk penelitian yang menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktik pelaksanaan hukum positif, yang menyangkut dengan permasalahan yang diselidiki. Dalam penelitian ini tidak hanya dilakukan pengolahan data dan penyusunannya, tetepi yang lebih penting adalah

13

Ibid Pasal 1 angka 21

14

Ibid Pasal 1 angka 22

15

Ibid Pasal 1 angka 23

16


(25)

analisis dan interpretasi atas data yang telah didapat tersebut agar diketahui maksudnya. Dalam pelaksanaannya penelitian ini merupakan suatu penelitian lapangan, sehingga dengan penelitian ini diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan mengenai perlindungan hukum bagi nasabah perusahaan pialang terhadap perdagangan berjangka komoditi di PT. kontak perkasa future yang sedang penulis teliti.

Penelitian normatif17 adalah metode penelitian hukum yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka. Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini, maka metode pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode pendekatan yuridis empiris.18

17

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit Universitas Indonesia (UI-PRESS), 2012, Hal 13-14

Pendekatan yuridis digunakan untuk menganalisis berbagai peraturan perundang-undangan yang memuat ketentuan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan perlindungan hukum nasabah perusahaan pialang terhadap perdagangan berjangka komoditi di tinjau dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 (study kasus pada PT.Kontak Perkasa Futures, Cabang pekanbaru), sedangkan pendekatan empiris dipergunakan bukan semata-mata sebagai suatu seperangkat aturan perundang-undangan yang bersifat normatif, akan tetapi hukum dilihat sebagai perilaku masyarakat, selalu berinteraksi dan berhubungan dengan aspek kemasyarakatan, seperti politik, ekonomi, social dan budaya.

18

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit Universitas Indonesia (UI-PRESS), 2012, Hal 6


(26)

Berbagai temuan lapangan yang bersifat individual akan dijadikan bahan utama dalam mengungkapkan permasalahan yang di teliti dengan berpegang pada ketentuan yang normatif.

2. Sumber dan jenis data

Data yang diperlukan untuk penulisan skripsi ini terdiri dari data sekunder dan data prime.

a. Data sekunder19

Data sekunder adalah data yang didapat dari penelitian kepustakaan dengan cara study dokumen atau tulisan yang telah dipublikasikan oleh penulisnya, dibedakan menjadi :

1) Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mengikat secara yuridis dan terdiri dari :

a). Norma atau kaidah dasar yaitu Undang –Undang dasar 1945 b). Peraturan dasar

(1) batang tubuh UUD 1945 (2) ketetapan MPR.

c). Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (burgerlijk wetboek)

d). Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi.

19

Amirudin Dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003) Hal 31-32


(27)

e). Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi.

f). Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen g). Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan

Perdagangan Berjangka Komoditi

h). Keputusan Presiden Nomor 119 Tahun 2001 tentang Komoditi yang Dapat Dijadikan Subjek Kontrak Berjangka

i). Peraturan Kepala Bappebti Nomor 63/BAPPEBTI/Per/9/2008 dan Nomor 64/BAPPEBTI/Per/9/2009 tentang Ketentuan Teknis Perilaku Pialang Berjangka

j). Bahan hukum yang tidak dikodefikasikan

Yang dimaksud dengan kodefikasi adalah pembukuan jenis-jenis hukum tertentu dalam kitab undang-undang secara sistematis dan lengkap.20

k). Yurissprudensi

Yang dimaksud dengan yurisprudensi ialah keputussan hakim terdahulu yang sering diikuti dan dijadikan dasar keputusan oleh hakim kemudian mengenai masalah yang sama.21

2). Bahan Hukum Sekunder

20

C. S. T. kansil,” Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, PN. Balai Pusataka, Jakarta, 1982, hal. 70

21


(28)

Yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis serta memahami bahan hukum primer seperti :

a). Buku-buku hasil karya para serjana. b). Hasil-hasil penelitian

c). Berbagai hasil pertemuan ilmiah yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas

b. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari narasumber yang dianggap mengetahui segala informasi yang diperlukan dalam penelitian, yang berupa pengalaman praktik dan pendapat subyek penelitian tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan perlindungan hukum nasabah perusahaan pilang terhadap perdagangan berjangka komoditi (study kasus PT. Kontak Perkasa Future cabang Pekanbaru).

c. Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan-bahan yang memberikan informasi tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yang terdiri dari :

a). Kamus Hukum

b). Kamus-kamus lainnya yang menyangkut penelitian ini. 3. Alat Pengumpulan Daata


(29)

a. Wawancara

Wawancara (interview) adalah situasi peran antara pribadi bertatap muka (face to face), untuk seseorang yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian kepada seorang responden22

Wawancara ini, responden yang diwawancarai adalah Syahyuda Ningsih sebagai wakil pialang berjangka PT.Kontak Perkasa Future cabang Pekanbaru dengan Nomor SK 558/BAPPEBTI/SI/10/2011 dari Bapebbti yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini. Dari hasil wawancara ini diharapkan dapat memberikan gambaran dalam praktik tentang perlindungan hukum nasabah perusahan pialang terhadap perdagangan berjangka komoditi ditinjau dari Undang-Undang Nomor 10 TAHUN 2011 tentang Perdagangan Berjangka Komodit (study kasus PT.Kontak Perkasa Future).

. Metode wawancara dianggap sebagai metode yang paling efektif dalam pengumpulan data primer dilapangan, karene interviewer dapat bertatap muka langsung dengan responden untuk menyatakan fakta-fakta yangada dan pendapat (opinion ) maupun persepsi dari responden.

b. Studi Kepustakaan

Dipergunakan untuk mendapatkan landasan-landasan teoritis berupa pendapat-pendapat atau tulisan-tulisan para ahli atau pihak-pihak lain yang

22

Fred F. Kerlinger, Asas-asas Penelitian Behavorial, (Yogyakarta : Gajahmada University Press, Cetakan kelima, 1996) hal 770


(30)

berwenang dan juga untuk memperoleh informasi baik dalam bentuk ketentuan-ketentuan formal maupun melalui data naskah resmi yang ada. c. Pengamatan atau observasi

Adapun tujuan utama daripada pengamatan atau observasi, adalah antara lain : a) Mendapatkan data yang menyeluruh dari perilaku manusia atau

sekelompok manusia, sebagaimana terjadi didalam kenyataannya. Hal ini memungkinkan peneliti untuk memahami perilaku yang diamati dalam prosesnya.

b) Mendapatkan deskripsi yang relative lengkap mengenai kehidupan social atau salah satu aspeknya.

c) Mengadakan eksplorasi (penjelajahan)

Dari sudut prosedurnya, maka dibedakan antara pengamatan terlibat (“participant observation”), dengan pengamatan tidak terlibat (“non participant observation”)23

4. Analisis Data

.

Analisis dimaksudkan sebagai suatu penjelasan dan interpretasi secara logis, sistematis, dan konsisten sesuai dengan teknik yang dipakai dalam pengumpulan data dan sifat data yang diperoleh. Dalam menganalisis data menganalisis data penelitian ini dipergunakan system primer dan data sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian di analisa secara kualitatif dengan menggunakan metode deduktif dan induktif. Metode deduktif dilakukan dengan membaca, menafsirkan, dan

23


(31)

membandingkan, sedangkan metode induktif dilakukan dengan menerjemahkan berbaggai sumber yang berhubungan dengan topik dalam skripsi ini, sehingga memperoleh kesimpulan yang sesuai dengan penelitian yang di rumuskan. Dari hasil penelitian tersebut kemudian ditarik suatu kesimpulan secara deduktif, yaitu dari hal yang bersifat umum menuju ke hal yang bersifat khusus, yang merupakan jawabab atas permasalahan yang ada dalam penelitian ini.24

G.Sistematika Penulisan

Untuk menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya harus diuraikan secara sistematis. Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, maka diperlukan suatu sestematika penulisan yang teratur yang penulis bagi dalam bab per bab, dimana masing-masing bab ini saling berkaitan antara satu sama lain. Adapun yang menjadi sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari V (lima) Bab diamana terdiri dari :

BAB I PENDAHULUAN

Meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan, keaslian penulisan,dan sistematika penulisan.

24


(32)

BAB II PERAN SERTA PERUSAHAAN PIALANG DAN WAKIL PIALANG DALAM TRANSAKSI DAN PERJANJIAN PERDAGANGAN

BERJANGKA KOMODITI DI INDONESIA

Meliputi pengertian perusahaan pialang berjangka, dasar hukum pialang berjangka, kaidah an asas hukum, kegiatan usaha pialang berjangka, hak dan kewajiban perusahaan pialang berjangka, hubungan perusahaan pialang dengan nasabah, izin wakil pialang berjangka yang diberikan oleh bappebti

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG TRANSAKSI PERDAGANGAN BERJANGKA

Meliputi sejarah perdangan berjangka, perdagangan berjangka di indonesia, hukum positif pada perdagangan berjangka,manfaat perdagangan berjangka, resiko perdagangan berjangka

BAB IV PERATURAN PERLINDUNGAN NASABAH DI BIDANG

PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

Meliputi perlindungan bagi calon nasabah dalam tahap pra transaksi perdagangan berjangka, perlindungan bagi nasabah dalam tahap pelaksanaan transaksi perdagangan berjangka, perlindungan bagi nasabah dalam tahap pasca transaksi perdagangan berjangka, jaminan yang dibeikan oleh perusahaan pialang kepada nasabah/investor dalam


(33)

kaitannya perlindungan hukum konsumen, permasalahan penerapan aturan perlindungan nasabah dalam berdagangan berjangka

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Meliputi Kesimpulan dan Saran serta di ikuti dengan Daftar Pustaka dan Lampiran.


(34)

BAB II

PERAN SERTA PERUSAHAAN PIALANG DAN WAKIL PIALANG DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DI INDONESIA

A. Pengertian Perusahaan Pialang

Perusahaan Pialang atau juga disebut Broker Aggota Bursa (AB), adalah pihak yang membantu investor untuk melakukan pembelian atau penjualan efek di bursa.25

Perusahaan Pialang melakukan suatu transaksi yaitu membeli dan menjual (menawarkan) efek di lantai bursa atas perintah atau permintaan (order) investor. Dengan demikian, Perusahaan Pialang hanya akan melakukan pembelian atau penjualan jika sudah mnendapat perintah dari Investor.

Harga dan besarnya volume juga ditentukan oleh Investor. Jadi perusahaan pialang tidak bisa menetapkan harga atau jumlah yang akan dibeli / jual sekehendak hatinya. Namun ada juga perusahaan pialang yang melakukan pembelian atau penjualan atas nama perusahaan pialang itu sendiri.26

25

Sawidji Widoatmodjo, Cara Cepat Memulai Investasi Saham, (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2004), hal.6

26


(35)

Jadi dapat disimpulkan perusahaan pialang yang selanjutnya disebut Pilang berjangka adalah badan usaha yang melakukan kegiatan sebagai perantara jual beli kontrak berjangka untuk dan atas perintah/amanat dari pihak ketiga (nasabah) dan berhak menarik uang jaminan (margin) atas setiap transaksi tersebut sesuai dengan peraturan.27

Pialang berjangka merupakan professional utama dalam kegiatan transaksi perdagangan berjangka ini, pialang berjangka adalah satu-satunya profesioanal yang boleh menerima amanat (order) dari nasabah dan diteruskan untuk ditransaksikan dipasar berjangka. Pialang berjangka mewakili nasabahnya dalam semua urusan yang berhubungan dengan bursa berjangka dan lembaga kliring berjangka.

Kegiatan usaha sebagai pialang berjangka hanya dapat dilakukan oleh anggota bursa berjangka yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang memporoleh izin usaha pialang berjangka dari Bappebti, serta memiliki integritas keuangan serta integritas pribadi yang baik, reputasi bisnis yang baik dan memiliki kacakapan dan profesi dan adanya wakil pialang berjangka.

Untuk melindungi nasabahnya, pialang berjangka wajib mengetahui keadaan kemampuan nasabahnya, baik dari segi keuangan (financial),, pengetahuan nasabah mengenai perdaganagan berjangka dan juga menjamin nasabahnya untuk tidak melakukan tindakan yang bertentangan dagan peraturan yang berlaku.

Dalam melaksanakan kegiatannya ,pialang berjangka ini wajib menunjuk wakil pialang berjangka sebagai tenaga profesioanal yang telah lulus ujian yang di

27


(36)

selenggarakan oleh Bappebti dan semua kegiatan yang berhubungan dengan nasabah dilakukan oleh wakil pialang berjangka.

Wakil pialang berjangka adalah orang perseorangan yang berdasarkan kesepakatan, melaksanakan sebagian fungsi pialang berjangka, dalam melaksanakan tugas nya, wakil pialang berjangka harus mendapatkan izin dari bappebti.28

1. Dasar Hukum Pialang Berjangka

Semua operasi yang berhubungan dengan industri berjangka dan pegawainya secara ketat diatur dan dilisensi oleh Bappebti, lembaga pemerintah yang berada di bawah Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Badan ini sama dengan Bapepam yang mengawai pasar modal. Bappebti dapat berbagi kekuasaannya dengan asosiasi berjangka. Fungsi utama asosiasi berjangka adalah untuk memastikan melalui self-regulation standar perilaku yang tinggi dan profesionalisme serta tanggungjawab keuangan atas nama individu dan organisasi yang menjadi anggotanya seperti : pialang, IB, CTA, pool operator, AP, dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan tanggungjawab keuangan, asosiasi melakukan audit berkala dari catatan keuangan dan lainnya dari anggotanya, memonitori praktek penjualan, dan menyediakan mekanisme arbitrase bagi sengketa yang berhubungan dengan transaksi berjangka antar anggota asosiasi dengan publik yang berinvestasi.29

28

ibid

`29 Hanafi sofyan, “ Perdagangan Berjangka dan Ekonomi Indonesia “, (Jakarta : PT.Elex Media Komputindo, 2000) hal. 184 op .Cit.


(37)

Setiap orang yang mengirimkan dananya untuk berinvestasi di perusahaan pialang harus tahu status perusahaan yang akan di lakukan untuk investasi / bisnis. Apakah perusahaan tersebut memiliki legitimasi dan terdaftar sebagai pialang dan memiliki lisensi Bappebti. Untuk mencek apakah perusahaan pialang dan individu yang bekerja perusahaan tersebut dapat dipercaya, maka dapat langsung menanyakan ke Bappebti, Bursa, dan Asosiasi.30

Perusahaan PT. Kontak Perkasa Futures misalnya, dalam hal ini terdaftar dan juga penasihat memiliki lisensi dari Bappebti, serta anggota Bursa dan Lembaga Kliring.

Seperti yang kita lihat bahwa untuk menanamkan investasi, seorang Nasabah / Investor harus memilih perusahaan yang baik untuk di jadikan lahan investasi. Seperti di Jakarta misalnya hampir disetiap gedung di segitiga emas terdapat minimal satu perusahaan futures. Perusahaan tersebut ada yang resmi dan ada yang tidak resmi. Perusahaan yang resmi akan selalu tercatat dalam pengawasan Bappebti. Untuk itu harus berhati-hati jika mendapatkan penawaran untuk melakukan forex trading dari perusahaan futures namun perusahaan tersebut tidak terdaftar di Bappebti.

Cara untuk melakukan pengecekan apakah sebuah perusahaan futures merupakan anggota Bappebti atau bukan adalah dengan mengunjungi website nya ataupun di alamat Graha Mandiri, Jalan Imam Bonjol No. 61, 4 th Fl Indonesia. 10310

30


(38)

Adapun hal-hal yang perlu ditanyakan, guna menjamin bahwa perusahaan pialang yang kita pilih benar-benar bertanggung jawab, dan menjadi tempat yang aman untuk melakukan kegiatan investasi yakni sebagai berikut :

1. Siapa pemegang saham utama perusahaan pialang tersebut. 2. Berapa lama perusahaan pialang tersebut telah beroperasi.

3. Berapa banyak tenaga profesional yang telah memiliki ijin dari Bapebti 4. Berapa besar komisi yang dibebankan kepada nasabah/Investor.

5. Apakah perusahaan pialang itu memiliki bagian riset? Mintalah contoh laporan risetnya.

6. Bagaimanakah format laporan bulanan kepada Investor? mintalah contohnya.

7. Berapa besar asuransi yang ditutup oleh perusahaan pialang tersebut untuk melindungi rekening investor, jika terjadi kebangkrutan

8. . Apakah perusahaan pialang itu anggota KPEI (Kliring Penjamin Efek Indonesia).

9. Apakah perusahaan Pialang itu anggota bursa? Kalau tidak, pada perusahaan pialang manakah ordernya diteruskan.

10.Apakah perusahaan pialang tersebut menyimpan saham Investor / Nasabah dalam bentuk rekening di KSEI (Kastodian Sentral Efek Indonesia).


(39)

11.Dapatlah ditunjukan kepada Anda, contoh order yang sudah dikonfirmasi yang menjamin order telah dilaksanakan sesuai prioritas harga dan waktu31

Selain itu dapat juga kita ketahui bahwa tidak semua perusahaan pialang sama karena yang komisinya ( Commision fee) murah ada juga yang mahal, ada yang pelayanannya lengkap, tetapi ada juga pelayanannya tidak lengkap (misalnya tidak menyediakan analisis dan penasihat investasi). Perusahaan yang memberikan pelayanan yang lengkap biasanya komisinya mahal.

Tidak semua saham dapat dijadikan agunan kredit bank. Hanya yang terdaftar dan yang diperjualbelikan dipasar modal yang memenuhi syarat. Ketentuan ini bertujuan membatasi terjadinya spekulasi dan persekongkolan antara debitur dengan komite kredit (loan committee) untuk menerima saham yang belum dikenal kekuatan nilainya.

Syarat pendaftaran ditinjau dari segi hukum, sangat realistis dan objektif. Syarat ini merupakan pendorong ke arah pembinaan pengembangan perusahaan yang benar-benar ditanggung organisasi, permodalan dan menejemennya. Hanya perusahaan yang berkualitas yang berani menempatkan prospectusnya secara terbuka untuk memperoleh pendaftaran32

31

Sawidji Widoatmodjo,. Op. Cit,. hal 7

32

Margarita, “perlindungan hukum terhadap pembeli saham yang digadaikan”, (Medan : USU Press, 2010) hal. 79


(40)

Selain hal diatas, sangat disarankan untuk setiap investor menjalankan investasinya pada pialang yang memiliki izin resmi dari pemerintah.

Daftar Pialang-pialang Berjangka yang memiliki azin resmi dari pemerintah dapat dilihat pada

Ciri-ciri pialang illegal adalah : a. Tidak terdaftar di BBJ. b. Tidak terdaftar di Bappebti. c. Tidak terdaftar di KBI.

d. Tidak mempunyai Ijin transaksi luar negeri

1). Bursa Berjangka di Jakarta

Fungsi utama BBJ adalah menyediakan fasilitas bagi anggota untuk bertemu dan bertransaksi Kontrak Berjangka. Harga ditentukan melalui metode elektronis, melalui interaksi antara permintaan dan penawaran dalam sistem perdagangan. Berikut detail tentang BBJ33

a). Didirikan pada tanggal 21 November 2000.

b). Menyediakan fasilitas bagi anggota untuk bertemu dan bertransaksi Kontrak Berjangka atau pasar tempat pertemuan antara penjual dan pembeli semua jenis perdagangan berjangka di Indonesia.

33

Dikutip dari http;//www.legalitas-forex-trading-pialang-di-indonesia.html,. Diakses hari selasa, tanggal 25 juni 2013.


(41)

c). Menyediakan fasilitas bagi anggota untuk bertemu dan bertransaksi Kontrak Berjangka atau pasar tempat pertemuan antara penjual dan pembeli semua jenis perdagangan index, komoditi dan forex.

Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi atau Bappebti dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi merupakan salah satu unit eselon I berada di bawah naungan Departemen Perindustrian dan Perdagangan berikut detail dengan Babeppti :

a) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 tentang perdagangan Berjangka Komoditi, Berjangka serta pasar fisik dan jasa.

b) Situs resmi : http://www.Bappebti.go.id.

c) Perusahaan terdaftar di http://www.bappebti.go.id/data/perusahaanpialang.asp

d) Unit eselon I berada di bawah Departemen Perindustrian dan Perdagangan.

e) Bertugas melaksanakan pembinaan, pengaturan dan pengawasan kegiatan perdagangan.34

Secara praktis Bappebti berfungsi sebagai pengawas keamanan bertransaksi dalam semua perdagangan berjangka di Indonesia, termasuk di dalamnya Forex Trading. Secara aktif Bappebti mengeluarkan berbagai regulasi dan peraturan dengan tujuan

34

Dikutip dari http://www.bappebti.go.id/edukasi/glossary. Diakses hari Kamis, tanggal 25 juni 2013


(42)

menjaga keamanan investor dalam bertransaksi di bidang perdagangan komoditi berjangka.

2). PT. Kliring Berjangka Indonesia (KBI) adalah suatu perusahaan negara (BUMN) yang telah mendapat izin usaha dari Bappebti untuk melakukan penyelesaian dan penjaminan transaksi perdagangan berjangka di bursa berjangka. Berikut detail tentang KBI35

a) Didirikan pada tanggal 25 Agustus tahun 1984 :

b) Salah satu otoritas pada Industri Berjangka dan Derivatif di Indonesia yang saat ini dimiliki secara penuh oleh Pemerintah Republik Indonesia.

c) Berfungsi untuk mendukung kegiatan perdagangan secara teratur, wajar, aman dan efisien.

d) Dari sisi investor, keberadaan KBI menjamin bahwa setiap dana yang

diinvestasikan melalui pialang tidak disalah gunakan untuk kegiatan perusahaan pialang secara pribadi dengan menunjuk Bank Penyimpan untuk Segregated Account dari pialang untuk menampung dana Nasabah.

3). Definisi Segregated Account : Rekening terpisah dari Perusahaan Pialang yang menampung dana nasabah sehingga jika Pialang mengalami insolvency, dana Nasabah dapat diamankan. Seperated bank account to hold customer funds so that if

35


(43)

a brokerage house becomes insolvent, the customers' funds will be readily recognizable and will not be tied up in litigation period of times.36

2. Kaidah dan Asas Hukum Kegiatan Pialang Berjangka a. Kaidah Hukum

Kaidah-kaidah hukum perdata umumnya termuat dalam kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata). Di samping itu, tentu saja juga kaidah-kaidah hukum perdata adat, yang tidak tertulis, tetapi ditunjuk oleh pengadilan-pengadilan dalam perkara-perkara tertentu.

Kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan masalah hukum antra pelaku usaha penyedia barang dan/atau penyelenggara jasa dengan konsumennya masing-masing termuat dalam:

1. KUH Perdata, terutama dalam Buku kedua, ketiga, dan keempat;

2. KUHD, Buku kesatu dan Buku kedua;

3. Berbagai peraturan perundang-undangan lain yang memuat kaidah-kaidah hukum bersifat perdata tentang subjek-subjek hukum, hubungan hukum dan

36

Dikutip dari http://www.bappebti.go.id/edukasi/glossary.asp Diakses hari selasa, tanggal 25 juni 2013


(44)

masalah antara penyedia barang atau penyelenggara jasa tertentu dan konsumen.37

Beberapa hal yang dinilai penting dalam hubungan konsumen dan penyedia barang dan/atau penyelenggara jasa (pelaku usaha) antara lain sebagai berikut.

1) Hal-Hal yang Berkaitan dengan Informasi

Bagi konsumen, informasi tentang barang dan/atau jasa merupakan kebutuhan pokok, sebelum ia menggunakan sumber dananya untuk mengadakan transaksi konsumen tentang barang/jasa tersebut. Dengan transaksi konsumen dimaksudkan diadakannya hubungan hukum (jual beli, beli-sewa, sewa-menyewa, pinjam-meminjan, dan sebagainya) tentang produk konsumen dengan pelaku usaha itu.

Informasi-informasi tersebut meliputi tentang ketersediaan barang atau jasa yang dibutuhkan masyarakat konsumen/nasabah, tentang kualitas produk, keamanannya, harga, tentang berbagai persyaratan dan/atau cara memperolehnya tentang jaminan atau garansi produk, persediaan suku cadang, tersedianya pelayanan jasa purna jual, dan lain-lain yang berkaitan dengan itu.

Informasi dari kalangan pemerintah dapat diserap dari berbagai penjelasan, siaran, keterangan, penyusun peraturan perundang-undangan secara umum dalam rangka deregulasi, dan/atau tindakan pemerintah pada umumnya atau tentang suatu produk

37

Celina Tri Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta:Sinar Grafika, 2008) hal 69


(45)

konsumen. Dari sudut penyusunan suatu perundang-undangan terlihat informasi itu termuat sebagai suatu keharusan.

Dalam perdagangan berjangka komoditi perusaahan pialang berjangka mempunyai peraturan kepala bappebti untuk memberikan informasi kepada nasaabahnya yaitu Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 63/Bappebti/Per/9/2008 Tentang Ketentuan Teknis Perilaku Pialang Berjangka. Ketentuan Pasal 5 ayat (2) diubah sehingga Pasal 5 berbunyi sebagai berikut38

(1) Pialang Berjangka bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan oleh pegawai Pialang Berjangka atau pihak yang terkait dengan Pialang Berjangka tersebut dalam

:

melaksanakan kegiatan Perdagangan Berjangka.

(2) Dalam melaksanakan kegiatan Perdagangan Berjangka, Pialang Berjangka wajib: a. Membuat dan melaksanakan Prosedur Operasional Standar (POS) tentang tata cara

penerimaan Nasabah yang disetujui oleh Bappebti;

b. Membentuk unit yang berfungsi untuk menyelenggarakan pelatihan mengenai Perdagangan Berjangka kepada calon Nasabah;

c. Membuat materi pelatihan mengenai Perdagangan Berjangka yang paling sedikit meliputi:

1) Peraturan perundang-undangan di bidang Perdagangan Berjangka; 2) Pengetahuan tentang komoditi dan Kontrak Berjangka;

3) Pengetahuan tentang mekanisme transaksi dan risiko di bidang Perdagangan Berjangka;

4. Hak-hak dan kewajiban Nasabah; dan 5. Sarana penyelesaian perselisihan perdata.

d. Menjelaskan mengenai pengertian dan fungsi Rekening Terpisah (Segregated Account);

e. Menjelaskan bahwa dana Nasabah harus ditransfer atau disetorkan ke Rekening Terpisah (Segregated Account);

38


(46)

f. Menjelaskan biaya-biaya yang akan dikenakan kepada Nasabah;

g. Menyediakan sarana simulasi transaksi Perdagangan Berjangka bagi calon Nasabah;

h. Membuat dan melaksanakan Prosedur Operasional Standar (POS) tentang pelaksanaan transaksi yang ditetapkan oleh Pialang Berjangka dan telah disetujui Bappebti;

i. Menyediakan ruangan perdagangan (dealing room) yang terpisah dengan ruangan penyelesaian (settlement room);

j. Menyediakan sarana untuk transaksi secara langsung maupun tidak langsung; k. Merekam dan mencatat penerimaan amanat dari Nasabah dalam Kartu Amanat

dengan menggunakan Formulir Nomor: IV.PRO.15.;

l. Mengkonfirmasikan kepada Nasabah tentang transaksi yang telah dilaksanakan dengan menggunakan Formulir Nomor: IV.PRO.16., dalam hal penyampaian transaksi dilakukan secara tidak langsung oleh Nasabah;

m. Menyampaikan Laporan Transaksi Harian (Daily Statement) kepada Nasabah; n. Menjelaskan alternatif penyelesaian perselisihan perdata khususnya mengenai

sengketa keuangan;

o. Membuat dan melaksanakan Prosedur Operasional Standar (POS) tentang penanganan pengaduan Nasabah oleh Pialang Berjangka dan telah disetujui Bappebti; dan

p. Membentuk unit yang berfungsi untuk memberikan pelayanan pengaduan Nasabah dan mengawasi kepatuhan terhadap peraturan.

Diantara berbagai informasi tentang barang atau jasa konsumen yang diperlukan konsumen, tampaknya yang paling berpengaruh pada saat ini adalah informasi yang bersumber dalam bentuk iklan atau label, tanpa mengurangi pengaruh dari berbagai bentuk informasi pengusaha lainnya.

2) Tentang Iklan

Iklan adalah bentuk informasi yang umumnya bersifat sukarela sekalipun pada akhir-akhir ini termasuk juga yang di atur di dalam Undang-Undang Nomor 8


(47)

Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (pasal 9, 10, 12, 13, 17, dan pasal 20)39

KUH perdata (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) dan/atau KUHD (Kitab Undang-Undang Hukum Dagang), keduanya diummumkan pada tanggal 30 april 1847 dalam staatblad No.23 dengan segala tambahan dan/atau membuat kaidah-kaidah tentang periklanan.

Satu-satunya ketentuan termuat dalam KUH Perdata yang tampaknya digunakan adalah ketentuan tentang perbuatan atau melawan hukum (Pasal 1365 KUH Perdata), yaitu sepanjang iklan tertentu menimbulkan kerugian pada pihak lain. Adapun dalam undang-undang kepailitan, terlepas untuk siapa perundang-undangan itu berlaku, khususnya menyangkut perilaku pengumuman iklan keputusan pengadilan tentang pernyataan pailit dan segala akibat-akibatnya dari seseorang atau badan usaha (pasal 13 jis, pasal 16, 105, 163 c dan keseterusnya)40

Menurut ketentuuan dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 9 ayat (1) berbunyi :

“pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, meng-iklankan suatu barang dan/atau jasa secara tidak benar dan/atau seolah-olah dan seterusnya”.

39

Az. Nasution, hukum perlindungan konsumen suatu pengantar, (Jakarta: diadit media, 2001), hal 55-57

40


(48)

Sayangnya dalam undang-undang ini tidak dicantumkan apa yang dimaksud dengan iklan, yang terdapat dalam perundang-undang ini hanyalah berbagai larangan dan suruhan berkaitan dengan periklanannya saja.41

Dari hal-hal tersebut diatas tentang kedudukan periklanan ini dalam masyarakat usaha, setidaknya terdapat dua batasan iklan, yang satunya ditetapkan oleh Dapertemen Kesehatan dan yang lainnya oleh Sistem Penyiaran Nasional. Tentu saja tidak terlepas mana yang baik dan mana yang tepat.

Dapertemen kesehatan (Peraturan Mentri kesehatan Nomor 329 tahun 1976, Pasal 1 Butir 13) menetapkan sebagai berikut :

“iklan adalah suatu usaha dengan cara apapun untuk meningkatkan penjualan, baik secara langsung maupun tidak langsung.”

Adapun sistem penyiaran nasional (Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran) pasal 1 butir (5) merumuskan siaran iklan adalah :

“siaran informasi yang berbentuk komersial dan layanan masyarakat tentang tersedianya jasa, barang, dan gagasan yang dapat dimanfaatkan oleh khalayak dengan atau yanpa imbalan kepeada lembaga penyiaran yang bersangkutan.

Menurut peraturan kepala badan pengawas perdagangan berjangka komoditi nomor : 83/BAPPEBTI/per/06/2010 Tentang, tata cara pelaksanaan kegiatan promosi

41


(49)

atau iklan, pelatihan dan pertemuan di bidang perdagangan berjangka komoditi42

Pasal 1 ayat (1)

, yaitu

menyebutkan bahwa : “ Promosi atau iklan adalah setiap pernyataan, penjelasan, atau uraian mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan perdagangan berhangka yang disampaikan kepada masyarakat baik secara lisan maupun tertulis, melalui media cetak, media elektronik, pertemuan resmi maupun tidak resmi.”

Pasal 3

menyenyebutkan bahwa pialang berjangka atau pengelola sentra dana bejangka dalam melakukan kegiatan promosi atau ikalan, pelatihan, dan pertemuan dilararang untuk :

1) Menggunakan cara tidak jujur atau menipu, yang tidak sesuai dengan fakta atau secara sengaja menghilangkan fakta sehingga menyesatkan masyarakat;

2) Menggunakan cara pemaksaan;

3) Membuat pernyataaan bahwwa perdagagan berjangka merupakan sarana investasi yang tepat bagi semua orang antara lain hanya boleh mengemukakan keuntungan tanpa mengemukakan kemungkinan terjadinya kerugian

4) Membuat pernyataan yang dapat memperdaya masyarakat anatara lain dengan menyembunyikan atau menghilangkan materi atau fakta, atau hanya menyampaikan laporan keuntungan perdagangan yang diperoleh dimasa lampau tanpa menjelaskan bahwa hal itu bukan cerminan keberhasilan di masa dating, atau menyampaikan data kinerja masa lalu dan laporan keuangan termasuk tingkat mengembalian investasi yang tidak berdasarkan perhitungan yang akurat sesuai peraturan yang berlaku.

Sudah jelas bahwa didalam perdagangan berjangka komoditi juga mengatur tentang segala bentuk iklan dalam kegiatan tersebut dan tata cara pelaksanaannya.

42


(50)

Mengenai perilaku periklanan yang lengkap diatur dalam pasal 17 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, adalah sebagai berikut :

1) Pelaku usaha periklanan dilarang memproduksi iklan yang:

a. Mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan, kegunaan dan harga barang dan/atau tarif jasa serta ketepatan waktu penerimaan barang dan/atau jasa;

b. Mengelabui jaminan/garansi terhadap barang dan/atau jasa;

c. Memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat mengenai barang dan/atau jasa;

d. Tidak memuat informasi mengenai risiko pemakaian barang dan/atau jasa; e. Mengeksploitasi kejadian dan/atau seseorang tanpa seizin yang berwenang

atau persetujuan yang bersangkutan,

f. Melanggar etika dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan mengenaiperiklanan.

2) Pelaku usaha periklanan dilarang melanjutkan peredaran iklan yang telah melanggar ketentuan pada ayat (1).

Selanjutnya, berkaitan dengan tanggung jawab pelaku usaha perikalanan ini diatur dalam pasal 20, sebagai berikut.

Pelaku usaha periklanan bertanggung jawab atas iklan yang di produksi dan segala akibat yang ditimbulkan oleh iklan tersebut. Berkaitan dengan pelaku periklanan itu yang dilararang dan tentang tanggung jawabnya itu, suatu hal yang perlu dipertanyakan, siapakah pelaku usaha perikalanan itu? Dari sudut perikalan menurut Az. Nasution terdapat tiga jenis pelaku usaha, yaitu43

a. Pengiklan, yaitu perusahaan yang memesan iklan untuk mempromosikan, memasarkan, dan/atau menawarkan produk yang mereka edarkan.

43


(51)

b. Perusahaan iklan, adalah perusahaan/biro yang bidang usahanya adalah mendesain atau membuat iklan untuk para pemesannya

c. Media, media elektronik atau non elektronik atau bentuk media lain, yang menyiarkan atau menayangkan iklan-iklan tersebut.

3) Hal-hal yang berkitan dengan perikatan

Dalam KUH Perdata Buku ke III, tentang perikatan (van verbintenissen), termuat ketentuan-ketentuan tentang subjek-subjek hukum dari perikatan, syarat-syarat perikatan, tentang resiko jenis-jenis perikatan tertentu, syarat-syarat pembatalannya, dan beragai bentuk perikatan yang dapat diadakan (pasal 1233).

Selanjutnya Pasal 1234 menyebutkan jenis-jenis perjanjian (prestasi) yang dapat diadakan terdiri atas memberikan sesuatu, berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu.44

Perikatan yang terjadi karna undang-undang, dapat timbul karna undang-undang, baik karna undang-undang maupun sebagai akibat perbuatan seseorang, perbuatan itu dapat berupa perbuatan yang diperbolehkan (halal) atau perbuatan yang melanggar hukum (pasal 1352,1353, dan seterusnya).

Dalam perikatan yang timbul karna perjanjian, tidak dipenuhi atau dilanggarnya butir-butir perjanjian itu, setelah di penuhinya syarat tertentu, dapat

44


(52)

mengakibatka cedera janji (wanprestatie). Perbuatan cedera janji memberikan pada pihak yang di cederai janji untuk menggugat ganti rugi berupa biaya, kerugian, dan bunga (pasal 1236 dalam hal perjanjian memberikan sesuatu, pasal 1239, dan Pasal 1242 dalam hal perjanjian atau tidak berbuat sesuatu, pasal 1243,1244,1246), dan seterusnya.

Kerugian-kerugian itu selain dari biaya yang sungguh-sungguh telah dikeluarkan, kerugian kerugian yang dialami, juga termasuk keuntungan (winstderving) yang diharapkan yang tidak diterima karna perbuatan ingkar janji tertentu.

Perikatan juga dapat terjadi tanpa adanya perjanjian. Antara lain, yang terpenting terlihat pada perikatan karna terjadinya perbuatan atau kealpaan yang melanggar atau melawan hukum (selanjutnya disebut PMH)45

Apabila seseorang dirugikan karna karna perbuatan seseorang lain, sedang antara mereka tidak terdapat sesuatu perjanjian (hubungan hukum suatu perjanjian), maka berdasarkan undang-undang dapat juga timbul atau terjadi hubungan hukum antara orang tersebut dan orang yang menimbulkan kerugian itu.

Pasal 1365 KUH perdata berbunyi :

“Setiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian pada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”.

45


(53)

Unsur-unsur perbuatan Melawan Hukum46 1) Unsur pelanggran atas hak-hak orang lain.

:

Yang dimaksudkan adalah hak-hak subjektif orang lain. Kedalamnya termasuk hak-jak kebendaan dan lain-lain hak yang bersifat mutlak ( seperti hak milik, oktroi, dan hak merek), hak-hak pribadi perseorangan (persoonlijk-rechten) seperti hak-hak atas integritas (harga diri), kehormatan dan nama baik seseorang.

2) Unsur bertentangan dengan kewajiban hukum pelaku

Yang dimaksud adalah kewajiban hukum yang diletakkan perundang-undangan dalam arti materil, ditetapkan oleh lembaga yang berwenang, baik bersifat perdata maupun public (misalnya perbuatan pelanggaran atau kejahatan seperti termuat dalam KUHP)

3) Unsur bertentangan dengan kehati-hatian yang hidup atau harus diindahkan dalam kehidupan masyarakat.

Sejak tahun 1919, unsur ini tampaknya merupakan unsur yang terpenting dalam penetuan tolok ukur perbuatan melawan hukum. Ia menunjuk pada kebiasaan tidak tertulis, yang dapat digunakan dalam dengan berdiri sendiri, baik secara terlepas dari atau secara bersama-sama unsur-unsur lainnya. Pada pokoknya orang haruslah memperhatikan perilaku yang dianggap patut (behoorlijk) dalam masyarakat

46

Mr. N.E Algra (voorzitter), poly yuridisch Zakboekj, Kon, PBNA, Arnhen 1987, hB1/ 110 dalam Az nasution, ibid hal. 81-82.


(54)

dikaitkan dengan kepentingan perorangan satu sama lain. Mengenai penerapannya harus dilihat kasus per kasus.

Perjanjian antara perusahaan Pialang Berjangka dengan nasabah tidak diatur dalam KUH Perdata, tetapi dengan adanya asas kebebasan berkontrak dalam pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya, maka perjanjian antara perusahaan Berjangka dengan nasabah dapat saja terjadi Perjanjian antara perusahaan Pialang Berjangka dengan nasabah tidak diatur dalam KUH Perdata, tetapi dengan adanya asas kebebasan berkontrak dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya, maka perjanjian antara perusahaan Berjangka dengan nasabah dapat saja terjadi47

Perjanjian antara perusahaan pialang berjangka dengan nasabah / investor dalam transaksi perdagangan berjangka komoditi harus berlandaskan pada Pasal 1320 KUH Perdata mengenai syarat sahnya perjanjian bahwa48

Syarat sahnya perjanjian ada empat yaitu :

:

1. Sepakat bagi mereka yang mengikatkan dirinya; 2. Kecakapan untuk membuat suatu pendapat; 3. Suatu hal tertentu;

4. Suatu sebab yang halal.

47

Dikutip dari http://www.bappebti.go.id. Diakses hari Kamis, tanggal 25 juni 2013

48


(55)

Syarat 1 dan 2 dinamakan syarat subyektif karena mengenai subyek yang melakukan perjanjian, sedangkan dua syarat terakhir dinamakan syarat obyektif karena mengenai obyek dari perjanjian tersebut. Apabila salah satu syarat subyektif tidak terpenuhi maka perjanjian tersebut dapat dibatalkan atas permintaan salah satu pihak. Sedangkan jika salah satu syarat obyektif tidak terpenuhi maka perjanjian tersebut batal demi hukum, artinya dari semula tidak pernah dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada perikatan.49

Dalam Pasal 1320 KUH Perdata sebenarnya tidak mempermasalahkan media yang digunakan dalam transaksi. Dengan kata lain Pasal 1320 KUH Perdata tidak mensyaratkan bentuk dan jenis media yang digunakan dalam bertransaksi. Oleh karena itu, dapat saja dilakukan secara langsung maupun secara elektronik. Demikian pula asal kebebasan berkontrak yang dianut KUH Perdata, para pihak dapat dengan bebas menentukan dan membuat suatu perjanjian dalam bertransaksi yang dilakukan dengan itikad baik. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata. Jadi apapun bentuk dan media dari kesepakatan tersebut, tetap berlaku dan mengikat para pihak karena perikatan tersebut merupakan Undang-undang bagi yang membuatnya.

Dari perjanjian sebagaimana disebut diatas, Perjanjian antara Perusahaan Pialang Berjangka dengan Nasabah / Investor dalam transaksi perdagangan berjangka adalah dibuat dalam formulir-formulir yang telah dibakukan secara rinci dan cermat.

49


(56)

Dalam perjanjian transaksi tersebut, isinya direncanakan terlebih dahulu oleh para pihak perusahaan pialang berjangka. Sehingga nasabah / investor tinggal menyetujuinya saja apabila nasabah bersedia menerima aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan serta yang ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh perusahaan pialang berjangka. Akibatnya perjanjian tersebut tidak memberikan kesempatan kepada nasabah untuk membicarakan lebih lanjut klausula yang diajukan oleh Pialang Berjangka. Syarat-syarat itu berlaku bagi siapapun juga yang mengikatkan diri dalam perjanjian itu atas dasar prinsip take it or leave it, tanpa ada negosiasi sebelumnya. Perjanjian yang demikian itu dinamakan perjanjian standar atau perjanjian baku.50

Pengertian klausula baku terdapat dalam Pasal 1 angka 10 Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yaitu setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen. Yang dibakukan dalam perjanjian tersebut adalah klausul-klausulnya bukan formulir perjanjian. Pada saat ini, kedudukan nasabah sangat lemah sehingga ia menerima saja aturan dan syarat-syarat oleh pihak perusahaan pialang berjangka.

50


(57)

Suatu perjanjian akan berakhir sebagaimana diamanatkan Pasal 1381 KUH Perdata, yaitu :51

Perikatan hapus : (1) karna pembayaran

(2) karena penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpan atau penitipan; (3) karena pembaharuan utang;

(4) karena perjumpaan utang atau kompensasi; (5) karena pencampuran utang;

(6) karena pembebasan utang;

(7) krena musnahnya barang yang terutang; (8) karena kebatalan dan pembatalan;

(9) karena berlakunya suatu syarat pembatalan dan karena kadaluarsa.

Dengan adanya Undang-undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen maka perjanjian dengan klausula baku telah dilarang. Larangan membuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen dan/atau perjanjian diatur dalam Pasal 18 ayat (1), berupa :52

a) Menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha.

b) Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali barang yang dibeli konsumen.

c) Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali uang yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli konsumen.

d) Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran.

51

Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Pasal 1381

52

Undang-undang No.8, LN No.3674 Tahun 1999, tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 18 ayat (1)


(58)

e) Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen.

f) Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi obyek jual beli jasa.

g) Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru, tambahan, lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya.

h) Menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan terhadap barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran.

Kemudian dalam ayat-ayatnya disebutkan bahwa pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letaknya atau bentuknya sulit terlihat, atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang pengungkapannya sulit dimengerti. Lalu dalam ayat (3) dinyatakan bahwa setiap klausula baku yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha pada dokumen atau perjanjian yang memenuhi ketentuan sebagimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) dinyatakan batal demi hukum.

Hubungan kontraktual antara Pialang Berjangka dengan nasabah suatu bentuk kontrak campuran yang menampakkan ciri-ciri perjanjian pemberi kuasa (lastgeving), sebagaimana diatur dalam perjanjian dalam transaksi Perdagangan Berjangka Komoditi antara perusahaan pialang berjangka dengan nasabah / investor.

b. Asas Hukum

Berkaitan dengan tujuan diatas, ada sejumlah asas yang terkandung di dalam usaha memberikan perlindungan hukum kepada konsumen/nasabah. Perlindungan konsumen diselenggarakan sebagai usaha bersama seluruh pihak yang terkait,


(59)

masyarakat, pelaku usaha, dan pemerintah berdasarkan lima asas, yang menurut Pasal 2 Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 tahun 1999 ini adalah :

1) Asas manfaat, 2) Asas keadilan, 3) Asas keseimbangan,

4) Asas keamanan dan kesalamatan konsumen, serta 5) Asas kepastian hukum.

Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan. Asas ini menghendaki bahwa pengaturan dan penegakan hukum perlindungan konsumen tidak dimaksudkan untuk menempatkan salah satu pihak di atas pihak lain atau sebaliknya, tetapi adalah untuk memberikan kepada masing-masing pihak , produsen dan konsumen, apa yang menjadi haknya. Dengan demikian, diharapkan bahwa pengaturan dan penegakan hukum perlindungan konsumen bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat dan pada gilirannya bermanfaat bagi kehidupan berbangsa.

Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil. Asas ini menghendaki bahwa melalui pengaturan dan penegakan hukum perlindungan konsumen ini, konsumen dan produsen dapat berlaku adil melalui perolehan hak dan


(60)

penunaian kewajiban secara seimbang. Karna itu, undang-undang ini mengatur sejumlah hak dan kewajiiban konsumen dan pelaku usaha (produsen)

Asas keseimbangan dimaksud untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materil dan spiritual53

Asas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan. Asas ini menghendaki adanya jaminan hukum bahwa konsumen akan memperoleh manfaat dari produk yang dikonsumsi/dipakainya, dan sebaliknya bahwa produk itu tidak akan mengancam ketentraman dan keselamatan jiwa dan harta bendanya. Karna itu undang-undang ini membebankan sejumlah kewajiban yang harus dipenuhi dan menetapkan sejumlah larangan yang harus dipatuhi oleh produsen dalam memproduksi dan mengedarkan produknya.

. Asas ini menghendaki agar konsumen, pelaku usaha (produsen) , dan pemerintah memperoleh manfaat yang seimbang dari pengaturan dan penegakan hukum perlindungan konsumen. Kepentingan antara konsumen, produsen dan pemerintah diatur dan harus diwujudkan secara seimbang dan sesuai dengan hak dan kewajibannya masing-masing dalam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Asas kepastian Hukum dimaksudkan agar, baik pelaku usaha maupun konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan

53

Asas keseimbangan ini juga dianut oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, lihat Pasal 2:


(61)

konsumen, serta Negara menjamin kepastian hukum. Artinya, undang-undang ini mengharapkan bahwa aturan-aturan tentang hak dan kewajiban yang terkandung dalam undang-undang ini harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga maasing-masing pihak memperoleh keadilan. Oleh karna itu, Negara bertugas dan menjamin terlaksananya undang-undang ini sesuai dengan bunyinya.

Beberapa asas yang terkandung dalam KUH Perdata yang sangat penting dalam Hukum Perdata adalah :

1. Asas kebebasan berkontrak,

Asas ini mengandung pengertian bahwa setiap orang dapat mengadakan perjanjian apapun juga, baik yang telah diatur dalam undang-undang, maupun yang belum diatur dalam undang-undang (lihat Pasal 1338 KUHPdt).

Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, yang berbunyi:

“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.”

Asas ini merupakan suatu asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk: 1) Membuat atau tidak membuat perjanjian;

2) Mengadakan perjanjian dengan siapa pun;

3) Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya; 4) Menentukan bentuk perjanjiannya apakah tertulis atau lisan.


(62)

Latar belakang lahirnya asas kebebasan berkontrak adalah adanya paham individualisme yang secara embrional lahir dalam zaman Yunani, yang diteruskan oleh kaum Epicuristen dan berkembang pesat dalam zaman renaissance melalui antara lain ajaran-ajaran Hugo de Grecht, Thomas Hobbes, John Locke dan J.J. Rosseau. Menurut paham individualisme, setiap orang bebas untuk memperoleh apa saja yang dikehendakinya.

Dalam hukum kontrak, asas ini diwujudkan dalam “kebebasan berkontrak”. Teori leisbet fair in menganggap bahwa the invisible hand akan menjamin kelangsungan jalannya persaingan bebas. Karena pemerintah sama sekali tidak boleh mengadakan intervensi didalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Paham individualisme memberikan peluang yang luas kepada golongan kuat ekonomi untuk menguasai golongan lemah ekonomi. Pihak yang kuat menentukan kedudukan pihak yang lemah. Pihak yang lemah berada dalam cengkeraman pihak yang kuat seperti yang diungkap dalam exploitation de homme par l’homme.

2. Asas Konsesualisme

Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1) KUHPdt. Pada pasal tersebut ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian adalah adanya kata kesepakatan antara kedua belah pihak. Asas ini merupakan asas yang menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya tidak diadakan secara formal, melainkan cukup dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak. Kesepakatan adalah persesuaian antara kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak.


(1)

Perdagangan berjangka sebagai salah satu bentuk alternatif investasi dan sarana lindung nilai merupakan suatu mekanisme perdagangan yang bersifat high risk high return. Di satu sisi, nasabah yang berinvestasi di perdagangan berjangka (baik hedger ataupun spekulan) mempunyai peluang untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Akan tetapi disisi lain, terdapat resiko yang melekat (inheren) dimana karena keadaan pasar yang fluktuatif nasabah dapat kehilangan seluruh dana yang diinvestasikan dan tidak menutup kemungkinan nasabah diminta untuk menambah dananya. Faktor resiko yang besar inilah yang membuat nasabah di bidang perdagangan berjangka memerlukan perlindungan, khususnya perlindungan hukum, agar hak-hak mereka selaku nasabah diperhatikan.

Suatu aturan hukum haruslah dapat berlaku secara efisien dan efektif di masyarakat. Di dalam prakteknya, aturan-aturan di bidang perdagangan berjangka yang ditujukan untuk memberikan perlindungan bagi nasabah belum dapat dikatakan berlaku secara efisien dan efektif.

B. Saran

Perlu dilakukan upaya yang berkesinambungan yang lebih bersifat preventif untuk meminimalisir penyimpangan ataupun pelanggaran ketentuan perdagangan berjangka oleh Pialang Berjangka sehingga hak-hak nasabah di bidang perdagangan berjangka dapat dipenuhi, misalnya dilakukan audit rutin terhadap Pialang Berjangka oleh Bappebti dan Bursa Berjangka. Dengan adanya audit rutin, indikasi pelanggaran


(2)

ataupun penyimpangan dapat segera diketahui, dan dengan demikian dapat dicari suatu langkah perbaikan, sehingga dapat meminimalisir kemungkinan nasabah menderita kerugian.

Perlu dilakukan evaluasi terhadap ketentuan peraturan perundangundangan di bidang perdagangan berjangka yang saat ini berlaku dengan memperhatikan masukan dari semua pihak, termasuk nasabah dan masyarakat. Apabila dari hasil evaluasi tersebut ternyata aturan yang ada belum dapat memberikan perlindungan yang adil bagi nasabah maupun pelaku usaha, maka aturan tersebut perlu untuk diamandemen.

Perlu dilakukan sosialisasi secara rutin kepada masyarakat, calon nasabah, dan nasabah mengenai industri perdagangan berjangka secara mendalam agar masyarakat, calon nasabah, dan nasabah mengetahui dengan jelas hak dan kewajibannya

Perlu adanya koordinasi diantara stakeholder di bidang perdagangan berjangka dalam hal terjadi suatu penyimpangan ataupun pelanggaran ketentuan untuk mencegah kerugian lebih lanjut dari masyarakat (nasabah).


(3)

DAFTAR PUSTAKA A. Buku

Az. Nasution. Suatu Pengantar Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta. Diadit Media. 2001

Berlianta Charisma Heli. Mengenal Valuta Asing. Yogyakarta. Gajah Mada University Press. 2000

Bungin. Penelitian Kualitatif. Jakarta. Prenada Media Group, 2007

Fred F. Kerlinger. Asas-asas Penelitian Behavorial. Yogyakarta. Gajahmada University Press, Cetakan kelima, 1996

H.B Sutopo, metedologi penelitian hukum kualitatif . Surakaarta: UNS Press, 1998

Kristiyanti, Celina Tri Siwi. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: Sinar Grafika, 2000

Lucius M, S dan Indrawati Yulika. Panduan Trading Forex. Yogyakarta. Andi. 2006

Lumban Batu, Pantas. Perdagangan Berjangka (Futures Trading). Jakarta: Elex Media Komputindo, 2010.

Magerita. Perlindungan Hukum Terhadap Pembelian Saham yang Digadaikan. Medan. USU Press. 2010

Nasarudin Irsan dkk. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta. Kencana. 2010


(4)

Purba Hasim. Suatu Pedoman Memahami Ilmu Hukum. Medan. Cahaya Ilmu. 2006

Sawidji Widoatmodjo. Cara Cepat Memulai Investasi Saham. Jakarta. PT. Elex Media Komputindo, 2004

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta. Penerbit UI-Press. 2012.

Sofyan Hanapi. Perdagangan Berjangka dan Ekonomi Indonesia. Jakarta. PT. Alex Media Kompetindo. 2000

Sophie yusuf. Perlindungan Konsumen. Bandung. PT. Citra Aditya Bakti. 2003 Sidabalok Janus. Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia. Bandung. PT.

Citra Aditya Bhakti. 2006

Subekti. Pokok-pokok Hukum Perdata. Jakarta. Intermassa. 2001 Subekti. Hukum Perjanjian. Cet.14. Jakarta. Intermedia. 1992

Vibby Santo. The Stock Market Secret Profit of When Buy and Sell Candlestick can Tell. Jakarta 2012

Wahyuni Sri Endang. Aspek Hukum Sertifikasi dan Keterkaitannya dengan Perlindungan Konsumen. Bandung. PT. Citra Aditya Bhakri. 2003

Wijaya Krisna. Reformasi Perbankan Nasional. Jakarta. Harian Kompas. 2000 Wijaya, Johanes Arifin. Bursa Berjangka, Yokyakarta : Andi Yokyakarta, 2002


(5)

B. Peraturan Perundang-undangan

Bappebti. Peraturan Kepala Bappebti Tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Bappebti Nomor 63/BAPPEBTI/Per/9/2008 Tentang Ketentuan Teknis Perilaku Pialang Berjangka. Peraturan Kepala Bappebti Nomor 64/BAPPEBTI/Per/1/2009.

Keputusan Presiden Tentang Komoditi Yang Dapat Dijadikan Subjek Kontrak Berjangka. Keppres Nomor 119 Tahun 2001.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata [Burgerlijk Wetboek]. Diterjemahkan oleh Subekti Jakarta: Pradnya Paramita, 2001.

Peraturan Pemerintah Tentang Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Komoditi. PP Nomor 9 Tahun 1999, LN Nomor 16 Tahun 1999, TLN Nomor 3805.

Peraturan Kepala Bappebti Tentang Kontrak Derivatif Yang Diperdagangkan Dalam Sistem Perdagangan Alternatif. Peraturan Kepala Bappebti Nomor: 72/BAPPEBTI/Per/9/2009.

Peraturan Tentang Tata Cara Penyaluran Amanat Nasabah Ke Bursa Berjangka Luar Negeri. Peraturan Kepala Bappebti Nomor: 82/BAPPEBTI/Per/04/2010.

Peraturan Kepala Bappebti Tentang Tata Cara Pelaksanaan Kegiatan Promosi Atau Iklan, Pelatihan, dan Pertemuan di Bidang Perdagangan Berjangka Komoditi. Peraturan Kepala Bappebti Nomor: 83/BAPPEBTI/Per/06/2010.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Perdagangan Berjangka Komoditi. UU LN Nomor 79 Tahun 2011, TLN Nomor 5232


(6)

C. Internet

http://www.bappebti.go.id. Diunduh 15 Juni 2013.

http://www.bbj-jfx.com. Diunduh 15 Juni 2013

http://www.KP-Futures.com. Diunduh 15 Juni 2013

http://www.albachtimi.com/belajar-forex/exponential-moving-average/. Diunduh 15 Juni 2013


Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Perusahaan Pialang Berjangka yang Dibubarkan.

3 86 93

Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Perusahaan Pialang Berjangka yang Dibubarkan.

4 94 93

Peranan PT Premier Equity Futures Dalam Menjamin Dana Nasabah Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 Tentang Perdagangan Berjangka Komoditi

0 8 36

Perlindungan Hukum Terhadap Investor Atas Pailitnya Perusahaan Pilang Berjangka Dalam Perjanjian Kerjasama Investasi Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 Tentang Perdagangan Berjangka Komoditi Junctio Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tent

0 8 1

Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Dalam Perdagangan Berjangka Komoditi Atas Perilaku Pialang Berjangka Yang Tidak Mendapat Izin Usaha Dari Bappebti Dikaitkan Dengan UU. Perdagangan Berjangka Komoditi.

0 0 2

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DI PT.MILLENIUM PENATA FUTURES.

0 0 12

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

0 0 87

BAB II PERAN SERTA PERUSAHAAN PIALANG DAN WAKIL PIALANG DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DI INDONESIA A. Pengertian Perusahaan Pialang - Perlindungan Hukum Nasabah Perusahaan Pialang Terhadap Perdagangan Berjangka Komoditi Di Tinjau Dari Und

0 0 48

BAB I `PENDAHULUAN A. Latar belakang Perdagangan Berjangka merupakan salah satu bentuk investasi baru dimana - Perlindungan Hukum Nasabah Perusahaan Pialang Terhadap Perdagangan Berjangka Komoditi Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011

0 0 21

PELAKSANAAN PERJANJIAN JUAL BELI SAHAM MELALUI PIALANG BERJANGKA BERDASARKAN UNDANG UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI (Studi Kasus di PT. Fasting Futures Semarang) - Unika Repository

0 0 10