BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengertian Corporate Governance - Analisis Perbandingan Profitabilitas Dan Ukuran Perusahaan Yang Menerapkan Good Corporate Governance Dan Yang Tidak Menerapkan GCG (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Pengertian Corporate Governance
IICG (The Indonesian Institute of Corporate Governance) (dalam Purwoko, 2012:4) mendefinisikan Corporate Governance sebagai berikut: “Corporate Governance merupakan proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan, dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders yang lain”.
Menurut Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) (Tangkilisan, 2003:11) Corporate Governance adalah “sekumpulan hubungan antara pihak manajemen perusahaan, board dan pemegang saham, dan pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan”.
Menurut Purwoko (2012:4), pengertian tentang Corporate Governance dapat dimasukkan dalam dua kategori. Kategori pertama, lebih condong pada serangkaian pola perilaku perusahaan yang diukur melalui kinerja, pertumbuhan, struktur pembiayaan, perlakuan terhadap para pemegang saham, dan stakeholders. Kategori kedua, lebih melihat pada kerangka secara normatif, yaitu segala ketentuan hukum baik yang berasal dari sistem hukum, sistem peradilan, pasar keuangan, dan sebagainya yang mempengaruhi perilaku perusahaan.
Dari uraian di atas, maka bisa digambarkan bahwa Corporate
Governance merupakan suatu siklus yang berjalan secara berkesinambungan
(sustainable), yang dapat digambarkan sebagai berikut.Enabling and Contruction of Board Overseeing Management Governing the Board Functioning Legislation
Assessing Board Performance Stakeholders
Feedback
Gambar 2.1 Siklus Corporate GovernanceSumber: Tangkilisan (2003:13) Dari beberapa pengertian di atas dapat diartikan bahwa “Corporate
Governance merupakan serangkaian mekanisme untuk mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan sesuai dengan harapan para pihak yang berkepentingan terhadap kegiatan bisnis perusahaan” (IICG dalam Suprayitno, 2006:12).
2.1.2. Pengertian Good Corporate Governance
Good Corporate Governance diakui membantu mengebalkan
perusahaan dai kondisi-kondisi yang tidak menguntungkan. Dalam banyak hal, Corporate Governance yang baik telah terbukti juga meningkatkan kinerja korporat sampai 30% di atas tingkat kembalian (rate of return) yang normal (Tangkilisan, 2003:112).
Good Corporate Governance (GCG) menurut Komite Nasional
Kebijakan Governance (KNKG) adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. Corporate Governance berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha di suatu Negara. Penerapan GCG mendorong terciptanya persaingan yang sehat dan iklim usaha yang kondusif. Oleh karena itu, diterapkannya GCG oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia sangat penting untuk menunjang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan. Penerapan GCG juga diharapkan dapat menunjang upaya pemerintah dalam menegakkan Good
Corporate Governance pada umumnya di Indonesia. Saat ini Pemerintah
sedang berupaya untuk menerapkan Good Corporate Governance dalam birokrasinya dalam rangka menciptakan Pemerintah yang bersih dan berwibawa (Purwoko, 2012:4).
Bank Dunia (World Bank) (Tangkilisan, 2003:12) mendefinisikan
Good Corporate Governance sebagai berikut: “Good Corporate Governance
adalah sekumpulan hukum, peraturan dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan bekerja secara efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan”.
Menurut IICG (The Indonesian Institute of Corporate Governance) (The IICG, 2011:4) Good Corporate Governance adalah: “struktur, sistem dan proses yang digunakan oleh organ perusahaan sebagai upaya untuk memberikan nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya berdasarkan norma, etika, budaya, dan aturan yang berlaku”.
2.1.2.1. Manfaat Good Corporate Governance
Menurut IICG (The IICG, 2011:4), Penerapan Good Corporate
Governance memberikan manfaat sebagai berikut: a.
Menjaga sustainability (ketersinambungan) perusahaan b. Meningkatkan nilai perusahaan dan kepercayaan pasar c. Mengurangi agency cost dan cost of capital d. Meningkatkan kinerja, efisiensi, dan pelayanan kepada
stakeholders e.
Melindungi organ dari intervensi politik dan tuntutan hukum f. Membantu terwujudnya good corporate citizen
Menurut the forum for corporate in Indonesia (FCGI) (dalam Tangkilisan, 2003:112), kegunaan dari Corporate Governance yang baik adalah: a.
Lebih mudah memperoleh modal b. Biaya modal (cost of capital) yang lebih rendah c. Memperbaiki kinerja usaha d. Mempengaruhi harga saham e. Memperbaiki kinerja ekonomi
Good Corporate Governance merupakan langkah yang penting
dalam membangun kepercayaan pasar (market confidence) dan mendorong arus investasi internasional yang lebih stabil, dan bersifat jangka panjang.
2.1.2.2. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance
Secara umum terdapat lima prinsip dasar dari corporate
governance yaitu (Purwoko, 2011:5) : 1.
Tranparency (keterbukaan informasi), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan.
2. Accountability (akuntabilitas), yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.
3. Responsibility (pertanggungjawaban), yaitu kesesuaian
(kepatuhan) di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku.
4. Independency (kemandirian), yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manajemen yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
5. Fairness (kesetaraan dan kewajaran), yaitu perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku.
2.1.2.3. Penerapan Prinsip Good Corporate Governance
Selain para pemegang saham atau investor, perlu diperhatikan juga kepentingan para kreditor karena hampir tidak ada perusahaan yang dapat berjalan dengan modalnya sendiri, sehingga mencari tambahan dana yang diperlukan untuk biaya operasional perusahaan ataupun ekspansi usaha.
Penerapan prinsip-prinsip good corporate governance dalam suatu perusahaan merupakan salah satu bahan pertimbangan utama bagi kreditor dalam mengevaluasi potensi suatu perusahaan untuk menerima pinjaman kredit. Bahkan bagi perusahaan yang berdomisili di negara-negara berkembang, implementasi prinsip Corporate Governance secara konkret, dapat memberikan kontribusi untuk memulihkan kepercayaan para kreditor terhadap kinerja suatu perusahaan yang telah dilanda krisis, misalnya di Indonesia. Di dunia Internasional, penerapan Good Corporate
Governance sudah merupakan suatu syarat utama dalam perjanjian
pemberian kredit. Seringkali perusahaan yang telah mengimplementasikan prinsip-prinsip Good Corporate Governance, mempunyai kemungkinan besar untuk memeproleh bantuan kredit bagi usahanya.
Hal-hal tersebut sangat berkaitan dengan filosofi dasar kepentingan kreditor, yaitu bahwa kepentingan utama kreditor adalah mendapatkan keuntungan maksimal dan menekan seminimal mungkin resiko kegagalan pengembalian pinjaman. Keuntungan maksimal ini dapat diperoleh dengan berbagai jalan, salah satunya adalah dengan meningkatkan tingkat kemampuan perusahaan debitor untuk mengembalikan dana yang telah dipinjam melalui efektivitas kinerja perusahaan tersebut.
Penerapan prinsip Good Corporate Governance ini adalah untuk menghasilkan kinerja perusahaan yang efektif dan efisien, melalui harmonisasi manajemen perusahaan. Dibutuhkan peran yang penuh komitmen dan independent dari dewan direksi dan dewan komisaris dalam menjalankan kegiatan perusahaan, sehingga menghasilkan kinerja perusahaan yang baik.
2.1.3. IICG dan CGPI
The Indonesian Institute of Corporate Governance (IICG) yang
didirikan pada tanggal 2 Juni 2000 adalah sebuah lembaga independen yang melakukan kegiatan diseminasi dan pengembangan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) di Indonesia. Pernyataan visi “Menjadi lembaga independen dan bermatabat untuk mendorong terciptanya perilaku bisnis yang sehat”, menjadi inspirasi IICG untuk senantiasa berupaya memasyarakatkan konsep, praktik dan manfaat GCG kepada dunia bisnis khususnya, dan masyarakat luas pada umumnya. Kegiatan utama yang dilakukan adalah melaksanakan riset penerapan GCG, yang hasilnya berupa Corporate Governance Perception Index (CGPI).
Corporate Governance Perception Index (CGPI) adalah riset dan pemeringkatan penerapan GCG di perusahaan publik yang tercatat di BEJ.
Program ini dilaksanakan sejak tahun 2001 dilandasi oleh pemikiran tentang pentingnya mengetahui sejauhmana perusahaan-perusahaan publik telah menerapkan GCG. Program riset dan pemeringkatan CGPI diselenggarakan bekerjasama dengan Majalah SWA sebagai mitra media publikasi dengan melakukan studi banding (benchmarking). CGPI telah diikuti oleh lebih dari 60 perusahaan publik (emiten), BUMN, Perbankan nasional dan daerah, dan perusahaan swasta lainnya selama penyelenggaraan CGPI tahun 2001 hingga
2011. Kepesertaan CGPI bersifat sukarela dan melibatkan peran aktif perusahaan bersama seluruh stakeholders dalam memenuhi tahapan pelaksanaan program CGPI, dan hal tersebut menunjukkan komitmen bersama dalam memasyarakatkan Good Corporate Governance.
Program CGPI akan memberikan apresiasi dan pengakuan kepada perusahaan-perusahaan yang telah menerapkan CG melalui CGPI Awards dan penobatan sebagai Perusahaan Terpercaya. CGPI telah diikuti oleh lebih dari 60 perusahaan publik (emiten), BUMN, Perbankan nasional dan daerah, dan perusahaan swasta lainnya selama penyelenggaraan CGPI tahun 2001 hingga 2011. Kepesertaan CGPI bersifat sukarela dan melibatkan peran aktif perusahaan bersama seluruh stakeholders dalam memenuhi tahapan pelaksanaan program CGPI, dan hal tersebut menunjukkan komitmen bersama dalam memasyarakatkan Good Corporate Governance.
2.1.3.1. Cakupan Penilaian Riset dan Pemeringkatan CGPI
GCG melalui penerapan prinsip Transparency, Accountability,
Responsibility, Independency , dan Fairness, pada riset ini dicerminkan dan
diukur dengan enam cakupan penilaian riset dan pemeringkatan (Suprayitno, 2006:12), yaitu: 1.
Komitmen terhadap tata kelola perusahaan Komitmen terhadap tata kelola perusahaan adalah sistem CG yang mendorong anggota perusahaan untuk menyelenggarakan GCG dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan.
2. Hak pemegang saham dan fungsi kepemilikan kunci
Hak pemegang saham dan fungsi kepemilikan kunci adalah system CG yang dapat melindungi dan memfasilitasi pemenuhan hak-hak pemegang saham.
3. Perlakuan yang setara terhadap seluruh pemegang saham Perlakuan yang setara terhadap seluruh pemegang saham adalah sistem CG yang dapat menjamin adanya perlakuan yang setara terhadap seluruh pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing. Semua pemegang saham harus diberikan kesempatan yang sama untuk mendapatkan tanggapan yang efektif terhadap pelanggaran hak-hak pemegang saham.
4. Peran stakeholders dalam tata kelola perusahaan Peran stakeholders dalam tata kelola perusahaan adalah sistem CG yang dapat mengakui hak-hak para stakeholder yang telah ditetapkan oleh hukum atau melalui perjanjian kerjasama, dan mendorong kerja sama yang aktif antara perusahaan dan para
stakeholder dalam penciptaan kesejahteraan, lapangan kerja,
kondisi keuangan perusahaan yang sehat serta meningkatkan kualitas penyelenggaraan tanggung jawab sosial perusahaan.
5. Pengungkapan dan transparansi Pengungkapan dan transparansi adalah sistem CG yang dapat menjamin terlaksananya kelengkapan pengungkapan dengan tepat waktu dan akurat atas semua informasi material yang berkaitan dengan perusahaan melalui berbagai media.
6. Tanggung jawab Dewan Komisaris dan Dewan Direksi Tanggung jawab dewan komisaris dan dewan direksi adalah sistem CG yang dapat menjamin pelaksanaan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Dewan Direksi terhadap pengelolaan perusahaan.
Sistem CG yang menjadi sorotan khusus dalam riset dan pemeringkatan ini meliputi peran dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Dewan Direksi dalam memenuhi hak-hak pemegang saham dengan tetap menjaga profesionalisme dan independensi dari pengaruh dan kepentingan pemegang saham kunci atau mayoritas. Kedua area tersebut memiliki bobot penilaian yang paling besar dalam riset dan pemeringkatan ini. Cakupan bobot dan penilaian CGPI dapat dilihat pada tabel 2.1 dan alur riset dan pengembangan CGPI dapat dilihat pada gambar 2.2.
Tabel 2.1 Cakupan dan Bobot Penilaian CGPI No. Cakupan Bobot (%)6. Tanggung jawab dewan komisaris dan dewan direksi
Pengisian kuesioner Self Assesment & uji dokumen
Panel Ahli
Penganugerahan CGPI Tahapan observasi
Publikasi Registrasi Peserta Pemeringkatan &
Konfirmasi peserta dan penyebaran kuesioner Pengembangan metodologi dan database
Kinerja perusahaan ditentukan sejauh mana keseriusannya dalam menerapkan Good Corporate Governance. Perusahaan yang terdaftar dalam skor pemeringkatan Corporate Governance yang dilakukan oleh IICG telah menerapkan Good Corporate Governance dengan baik dan secara langsung menaikkan nilai sahamnya. Semakin tinggi penerapan Corporate Governance
Sumber : Suprayitno (2006:15)
Gambar 2.2 Alur Riset dan Pemeringkatan CGPI20 Sumber : Suprayitno (2006:13)
15
1. Komitmen terhadap tata kelola perusahaan
5. Pengungkapan dan transparansi
15
4. Peran stakeholders dalam tata kelola perusahaan
15
3. Perlakuan yang setara terhadap seluruh pemegang saham
20
2. Hak pemegang saham dan fungsi kepemilikan kunci
15
2.1.4. Pengaruh Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan
yang diukur dengan CGPI semakin tinggi pula tingkat ketaatan perusahaan dan menghasilkan kinerja perusahaan yang baik.
Penerapan konsep CG umumnya masih didorong oleh kepatuhan terhadap aturan atau regulasi, sehingga sektor keuangan masih menjadi sektor yang dominan dalam setiap pelaksanaan CGPI dari segi kepesertaan. Hal ini diduga oleh ketatnya peraturan tentang GCG yang wajib diimplementasikan.
Sebagian besar perusahaan peserta CGPI yang diselenggarakan oleh IICG telah memiliki sistem dan organ yang diwajibkan dalam penerapan GCG, antara lain manual GCG, komite fungsional, komisaris independent, dan sekretaris perusahaan. Penerapan prinsip-prinsip GCG pada perusahaan yang telah memiliki budaya kerja yang baik, tercermin telah melekat dalam budaya dan sistem kerja yang telah terbangun dengan baik (Suprayitno, 2006:40).
2.1.4.1 Pengaruh Corporate governance terhadap Profitabilitas
Corporate governance dapat didefinisikan sebagai serangkaian mekanisme yang mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan agar operasional perusahaan berjalan sesuai dengan harapan para pemangku kepentingan (stakeholders). Harapan yang dimaksud di sini tentunya adalah laba atau return yang besar bagi perusahaan dan untuk menghitung kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba tersebut digunakan rasio profitabilitas.
Menurut Simamora (2000:528), “profitabilitas merupakan suatu ukuran pokok keseluruhan keberhasilan perusahaan”. Profitabilitas merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan keputusan, dimana rasio ini digunakan sebagai alat pengukur atas kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Dengan demikian, pengukuran profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan keefektifan manajemen secara menyeluruh dan secara tidak langsung para investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis ini. Selain itu, keuntungan (profitabilitas) sangat penting bagi perusahaan bukan saja untuk terus mempertahankan pertumbuhan bisnisnya, namun juga memperkokoh kondisi keuangan perusahaan. Menurut M. Zafar Iqbal (2002:260) rasio profitabilitas dapat dihitung dengan Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), dan Net Profit Margin (NPM).
Return on assets (ROA) mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Return on assets merupakan perbandingan antara laba sebelum bunga dan pajak (Earning Before Interest
and Tax ) dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Return on assets
(ROA) yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi, perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan.
Sebaliknya apabila return on assets yang negatif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan, perusahaan mendapatkan kerugian. Jadi jika suatu perusahaan mempunyai ROA yang tinggi, maka perusahaan tersebut berpeluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan modal sendiri. Tetapi jika total aktiva yang digunakan perusahaan tidak memberikan laba maka perusahaan akan mengalami kerugian dan akan menghambat pertumbuhan modal sendiri.
Return on equity (ROE) menggambarkan kemampuan modal sendiri
untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham. (ROE) merupakan salah satu indikator penting yang sering digunakan oleh investor untuk menilai tingkat profitabilitas perusahaan sebelum melakukan investasi. A ngka ROE merupakan gambaran berapa yang bisa perusahaan hasilkan untuk setiap Rp 100 milik Anda di perusahaan tersebut.
Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang digunakan untuk
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih setelah dipotong pajak. Semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Nilai NPM ini juga berada diantara 0 dan satu. Nilai NPM semakin besar mendekati satu, maka berarti semakin efisien biaya yang dikeluarkan dan juga berarti semakin besar tingkat kembalian keuntungan bersih.
2.1.4.2 Hubungan Ukuran Perusahaan dan Corporate Governance
Besar (ukuran) perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan itu. Variabel ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur melalui logaritma dari total aktiva. Total aktiva dipilih sebagai proxy atas ukuran perusahaan dengan mempertimbangkan bahwa nilai aktiva relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai market capitalized dan penjualan. Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam.
Perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki public demand akan informasi yang lebih tinggi dibanding perusahaan yang berukuran lebih kecil. Alasan lain adalah perusahaan besar yang memiliki biaya keagenan lebih besar tentu akan mengungkapkan informasi yang lebih luas, hal ini dilakukan untuk mengurangi biaya keagenan yang dikeluarkan. Lebih banyak pemegang saham, berarti memerlukan lebih banyak juga pengungkapan, hal ini dikarenakan tuntutan dari para pemegang saham dan para analis pasar modal (Gunawan, 2000:24).
2.2. Penelitian Terdahulu
Adapun hasil-hasil dari penelitian sebelumnya yang relevan dan mendukung penelitian yang akan dilakukan penulis, adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2 Penelitian TerdahuluNo. Judul Penelitian Peneliti Hasil Penelitian
1. Perbandingan Nurmala Profitabilitas perusahaan yang diukur Profitabilitas Sebelum dan dengan Gross Profit Margin, Operating
dan Sesudah Pemenuhan Maulana Profit Margin, Net profit Margin dan
Corporate Governance (2001) Return on Assets mengalami penurunan pada Perusahaan setelah GCG dan hanya return on Equity Manufaktur yang Go yang mengalami peningkatan. Publik di BEJ2. Perbandingan Kinerja Irayanti Terdapat perbedaan yang sangat
Perusahaan Sebelum dan (2012) signifikan dalam rasio profitabilitas
Sesudah Penerapan GCG antara tahun sebelum dan sesudah
dengan Menggunakan penerapan GCG. Rasio Keuangan pada Industri Manufaktur yang Terdaftar di BEI3. Penerapan Corporate Yudha Penerapan GCG berpengaruh positif
Governance Terhadap Pranata terhadap terhadap kinerja keuangan
Kinerja Perusahaan (2007) perusahaan dan perubahan yang terjadi
pada skor penerapan GCG disebabkan oleh faktor lain yang tidak tercakup dalam model regresi.2.3. Kerangka Konseptual
“Corporate Governance dapat didefinisikan sebagai serangkaian mekanisme untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan sesuai dengan harapan para pihak yang berkepentingan terhadap kegiatan bisnis perusahaan” (IICG dalam Suprayitno, 2006:12). Harapan yang dimaksud di sini tentunya adalah laba atau return yang besar bagi perusahaan dan untuk menghitung kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba tersebut digunakan rasio profitabilitas.
Sejak tahun 2001, The Indonesian Institude for Corporate Governance
(IICG) mengumumkan sepuluh perusahaan terbaik (Top Ten) yang memiliki
index tertinggi setiap tahun. Di antara sepuluh perusahaan terbaik tersebut, ada perusahaan yang bergerak di bidang perbankan dan ada juga yang bergerak di bidang non perbankan baik di sektor keuangan maupun non keuangan. Perusahaan yang terdaftar dalam sepuluh besar skor pemeringkatan Corporate Governance yang dilakukan oleh IICG diasumsikan telah menerapkan Good Corporate Governance dengan baik.
Berdasarkan penjelasan singkat di atas, maka kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Profitabilitas:
- ROA (X1)
- ROE (X2)
- NPM (X3) Ukuran Perusahaan:
- Size (X4) Perusahaan yang Perusahaan yang
Menerapkan GCG Tidak Menerapkan dibandingkan GCG
Gambar 2.3 Kerangka Konseptual2.4. Pengembangan Hipotesis
Menurut Erlina dan Sri Mulyani (2007:41), “hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proposisi yang dapat diuji secara empiris”. Hipotesis dikembangkan dari telaah teoritis sebagai jawaban sementara dari masalah atau pertanyaan penelitian yang memerlukan pengujian secara empiris (Sugiyono, 2007:51).
Penelitian ini berusaha untuk membandingkan profitabilitas dan ukuran perusahaan antara perusahaan yang menerapkan GCG dengan perusahaan yang tidak menerapkan GCG. Perusahaan yang menerapkan GCG merupakan perusahaan manufaktur dan jasa yang pernah tercatat dalam peringkat sepuluh besar CGPI yang diselenggarakan oleh IICG. Sedangkan perusahaan yang tidak menerapkan GCG merupakan perusahaan manufaktur dan jasa yang terdaftar di BEI namun belum pernah tercatat dalam sepuluh besar CGPI. Penerapan prinsip
Good Corporate Governance ini adalah untuk menghasilkan kinerja perusahaan
yang efektif dan efisien, melalui harmonisasi manajemen perusahaan.Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis membuat hipotesis penelitian sebagai berikut: H1 : Ada perbedaan yang signifikan pada profitabilitas yang diukur dengan ROA, ROE, dan NPM antara perusahaan yang menerapkan GCG dengan perusahaan yang tidak menerapkan GCG.
H2 : Ada perbedaan yang signifikan pada ukuran perusahaan (Size) yang diukur dengan ln total assets antara perusahaan yang menerapkan GCG dengan perusahaan yang tidak menerapkan GCG.