Tanggung Jawab Direksi Agency Perusahaan Asuransi AIA Financial Berdasarkan Prinsip Good Corperate Governance (GCG) (Studi Pada PT. AIA Financial Agency Uniland – Medan).

  B A B III PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA PERUSAHAAN ASURANSI A. Defenisi Corporate Governance

  Kata “governance” berasal dari bahasa Perancis “gubernance” yang berarti pengendalian. Selanjutnya kata tersebut dipergunakan dalam konteks kegiatan perusahaan atau jenis organisasi yang lain, menjadi corporate

   governance Pengkajian terhadap konsep Corporate Governance ini sudah dimulai

  sejak akhir tahun 1980a n. Dalam bahasa Indonesia corporate governance diterjemahkan sebagai tata kelola atau tata pemerintahan perusahaan. Penerapan konsep Good Corporate Governance ke dalam suatu perusahaan diyakini sudah menjadi suatu keharusan bagi perusahaan-perusahaan modern.

  Perhatian dunia terhadap good corporate governance mulai meningkat tajam sejak Negara-negara Asia dilanda krisis moneter pada tahun 1997 dan sejak kejatuhan perusahaan-perusahaan raksasa terkemuka di dunia, termasuk Enron Corporation dan WorldCom di Amerika Serikat, HIH Insurance Company Ltd dan One-Tell Pty Ltd di Australia serta Parmalat di Itali pada awal decade 2000an.

  Hasil analisis yang dilakukan berbagai organisasi internasional dan regulator pemerintah di banyak negara menemukan sebab utama terjadinya tragedy ekonomi/bisnis diatas adalah karena lemahnya corporate governance di banyak

   perusahaan .

  Secara lebih spesifik, banyak definisi yang sudah diberikan kepada Corporate 21 Governance ini antara lain :

  Siswanto Sutojo & E.John Aldridge. Good Corporate Governance, Tata Kelola Perusahaan yang 22 Sehat. Jakarta, PT Damar Mulia Pustaka, 2008, hal. 1.

  Ibid.

  1. Forum for Corporate Governance memberikan arti kepada Corporate

  Governance sebagai berikut :

  Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang, pengurus ( pengelola ) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak- hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu system yang mengendalikan perusahaan. Tujuan corporate governance ialah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan ( stakeholders

  

  2. Cadburry Committee mengartikan Corporate Governance sebagai : “A set of rule that define the relationship between shareholders, managers,

  

creditors, the government, employees and other internal and external stakeholders

   in respect of their rights and responsibilities.” 3.

  Sedangkan The Organization for Economic Cooperation and Development (

  OECD ) mendefenisikan corporate governance sebagai berikut :

  “Corporate governance is the system by which business corporations are directed

  

and controlled. The corporate governance structure specifies the distribution of

rights and responsibilities among different participants in the corporation, such

as the board, the managers, shareholders and other stakeholders, and spells out

the rules and procedure for making decisions on corporate affairs. By doingthis, it

also provides the structure through which the company objectives are set, and the

means of attaining those objectives and monitoring performance”.

  Sesuai dengan definisi di atas, menurut OECD corporate governance adalah 23 system yang dipergunakan untuk mengarahkan dan mengendalikan kegiatan bisnis 24 I Nyoman Tjager. Corporate Governance. Jakarta, PT. Prenhallindo, 2003, hal. 45 Ibid, hal. 28. perusahaan. Corporate governance mengatur pembagian tugas, hak dan kewajiban mereka yang berkepentingan terhadap kehidupan perusahaan, termasuk para pemegang saham, Dewan Pengurus, para manager, dan semua anggota the stakeholders non-pemegang saham.

  Corporate governance juga mengetengahkan ketentuan dan prosedur yang

  harus diperhatikan Dewan Pengurus ( Board of Directors ) dan Direksi dalam pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan kehidupan perusahaan.

  Dengan pembagian tugas, hak dan kewajiban serta ketentuan dan prosedur pengambilan keputusan penting diatas, perusahaan mempunyai pegangan bagaimana menentukan sasaran usaha ( corporate objective ) dan strategi untuk mencapai sasaran tersebut. Pembagian tugas, hak dan kewajiban di atas juga berfungsi sebagai pedoman bagaimana mengevaluasi kinerja Board of Directors

   dan manajemen perusahaan .

  4. The Australian Stock Exchange (ASX ) Corporate Governance Council mendefinisikan corporate governance sebagai berikut :

  

“ Corporate governance is the system by which companies are directed and

managed. It influences how the objectives of the company set and achived, how

risk is monitored and assessed, and how performance is optimized”.

  Sesuai dengan kutipan di atas ASX mengartikan corporate governance sebagai system yang dipergunakan untuk mengarahkan dan mengelola kegiatan perusahaan. Sistem tersebut mempunyai pengaruh besar dalam menentukan sasaran usaha maupun dalam upaya mancapai sasaran tersebut. Corporate

  

governance juga mempunyai pengaruh dalam upaya mencapai kinerja bisnis yang 25 optimal serta dalam analisis dan pengendalian resiko bisnis yang dihadapi Siswanto Sutojo & E John Aldridge, op.cit, hal.3 perusahaan. Good corporate governance mendorong perusahaan untuk meningkatkan nilai ( the value ) perusahaan serta akuntabilitas dan sistem

   pengendalian kegiatan usaha bisnis .

  5. Definisi corporate governance selanjutnya diutarakan oleh dua orang pakar manajemen Jill Solomon dan Aris Solomon. Dalam buku mereka Corporate

  

Governance and Accountability kedua pakar manajemen tersebut mendefinisikan

corporate governance sebagai sistem yang mengatur hubungan antara perusahaan

  ( diwakili oleh Board of Directors ) dengan pemegang saham. Corporate

  

governance juga mengatur hubungan dan pertanggungjawaban atau akuntabilitas

  perusahaan kepada seluruh anggota the stakeholders non-pemegang saham. The stakeholders non-pemegang saham adalah para kreditur, pelanggan, karyawan dan masyarakat ( terutama yang berada disekitar unit sarana produksi perusahaan ).

  6. Sedangkan dalam Keputusan Menteri Negara / Kepala Badan Penanaman Modal dan Pembinaan Badan Usaha Milik Negara no. Kep-23/M-PM.PBUMN/2000, tanggal 31 Mei 2000, tentang Pengembangan Praktek Good Corporate

  

Governance dalam Perusahaan Perseroan ( Persero ), disebutkan bahwa yang

  dimaksud dengan Good Corporate Governance adalah “ prinsip korporasi yang sehat yang perlu diterapkan dalam pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan semata-mata demi menjaga kepentingan perusahaan dalam rangka mencapai maksud dan tujuan perusahaan.”

  Dari beberapa definisi Good Corporate Governance seperti tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Good Corporate Governance tidak lain dari sistem pengaturan yang baik terhadap fungsi, tugas, hak, kewajiban, 26 pengawasan, dan hubungan dari masing-masing dan antara direksi, komisaris,

  Ibid, hal. 4 pemegang saham, karyawan, kreditur, investor dan stakeholder lainnya dalam suatu

   perusahaan .

  Terhadap pengertian corporate governance sendiri sebagaimana yang diberikan oleh beberapa ahli terhadap berbagai variasi sebagai berikut :

  1. Corporate governance membicarakan hubungan antara semua pihak yang menentukan arah dan performance suatu perusahaan, yaitu hubungan antara pemegang saham, direksi dan komisaris

  2. Corporate Governance merupakan istilah yang relative baru tetapi ditujukan untuk suatu konsep yang lama, yaitu kewajiban fiduciary dari mereka yang mengontrol perusahaan, untuk bertindak bagi kepentingan seluruh pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas

  3. Corporate Governance merupakan konsep yang berkaitan dengan pengambilan keputusan efektif yang bersumber pada etika bisnis, budaya perusahaan, etika, nilai, sistem, proses bisnis, kebijakan dan struktur organisasi, yang bertujuan untuk mendorong dan mendukung pengembangan perusahaan, pengelolaan sumber daya dan risiko secara lebih efisien serta efektif, serta mempertanggungjawabkan perusahaan kepada pemegang saham dan stakeholders lainnya

  4. Corporate Governance berkaitan dengan pengambilan keputusan yang efektif, yang terbentuk melalui budaya organisasi, etika, nilai, sistem, proses, kebijaksanaan dan struktur, yang bertuuan untuk mengembangkan dan mempromosikan bisnis yang baik, managemen sumber daya dan resiko yang relative dan efisien, akuntabilitas perusahaan dan stakeholders

27 Dr. Munir Fuady. Perlindungan Pemegang Saham Minoritas. Bandung, CV Utomo, 2005, hal. 40.

  5. Corporate Governance menyangkut dengan struktur perseroan, pembagian tugas, pembagian wewenang dan pembagian beban tanggung jawab dari masing-masing unsure yang membenuk struktur perseroan dan mekanisme yang harus ditempuh olehmasing-masing unsur dari struktur perseroan tersebut serta hubungan- hubungan antara unsur-unsur dari struktur perseroan, mulai dari RUPS, Direksi, Komisaris, juga mengatur hubungan antara unsure-unsur dari struktur perseroan dengan unsur-unsur diluar perseroan, yang pada hakekatnya merupakan

  

stakeholders dari perseroan, yaitu negara yang berkepentingan akan perolehan

  pajak dari perseroan yang bersangkutan dan masyarakat luas, yang meliputi para investor public dari perseroan itu ( dalam hal perseroan merupakan perusahaan publik), calon investor, kreditor dan calon kreditor perseroan.

  6. Corporate Governance adalah ketentuan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditor, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya, sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.

  7. Corporate Governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis dan urusan-urusan perusahaan, dalam rangka meningkatkan kemakmuran bisnis dan akuntabilitas perusahaan, dengan tujuan utama mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder yang lain.

  8. Corporate Governance merupakan seluruh sistem dari hak, proses dan pengendalian yagn dibentuk di dalam dan di luar manajemen secara menyeluruh dengan tujuan untuk melindungi kepentingan para stakeholders.

  9. Corporate Governance merupakan keterkaitan antara kepemilikan suatu organisasi perusahaan dan manajemen,peranan, keterkaitan, dan tanggung jawab pada pihak- pihak yagn terkait langsung maupun tidak langsung pada organisasi perusahaan yang disebut stakeholders responsibility.

  10. Corporate Governance merupakan kumpulan hukum, peraturan dan kaidah yang wajib dipenuhi, yang dapat mendorong kinerja perusahaan yang terlaksana secara efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan.

  11. Corporate Governance merupakan sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan, agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan, untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholders. Hal ini berkaitan dengan pengaturan kewenangan pemilik, direktur,manajer, pemegang saham dan sebagainya.

  12. Corporate Governance tidak lain dari seluruh sistem dari hak-hak, proses dan pengendalian yagn dibentuk di dalam dna di luar manajemen secara keseluruhan, dengan tujuan untuk melindungi kepentingan stakeholders secara individual untuk mempengaruhi manajemen.

  13. Corporate Governance meliputi managemen bisnis dari suatu perusahaan yang diorganisasi dalam bentuk perusahaan, yang mekanismenya oleh pihak manager yang selalu disupervisi.

  14. Corporate Governance berarti panduan prilaku terhadap orang-orang dalam suatu perusahaan, khususnya terhadap direktur, komisaris, pemegang saham dan investor, yang berisikan sekumpulan aturan terhadap berjalannya managemen yang baik dengan pengawasan yang layak, dan adanya pembagian tugas, kekuasaan dan tanggung jawab yang memungkinkan terlaksananya keseimbangan pengaruh dari berbagai stakeholders.

  15. Corporate Governance melingkupi aturan, standar, dan organisasi dalam bidang ekonomi, yang mengatur sikap tindak dari manager, direksi dan pemilik dari suatu perusahaan, yang dapat menjelaskan tugas dan akuntabilitasnya kepada investor eksternal.

  16. Corporate Governance adalah seperangkat aturan dan insentif dengan managemen dari perusahaan diatur dan diawasi dengan tujuan untuk memaksimalkan keuntungan dan nilai perusahaan jangka panjang bagi pemegang sham dengan juga mempertimbangkan kepentingan dari pihak stakeholders.

  17. Corporate Governance adalah suatu sistem yang merupakan seperangkat aturan yang menjelaskan hubungan antara pemegang saham, manager, kreditor, pemerintah dan stakeholders lainnya ( dalam hubungan dengan hak dan tanggung jawabbya), dan seperangkat mekanisme yang dapat menolong ditegakkan aturan tersebut secara langsung maupun tidak langsung.

  18. Corporate Governance mempunyai tujuan untuk mengoptimalkan hubungan kerja antara pelanggan, pegawai, supplier, komunitas lokal dan stakeholders lainnya, yang dapat dimanfaatkan untuk menciptakan keuntungan komparatif dengan jalan memaksimumkan unsure efektifitas dari suatu sistem operasi dari suatu

   perusahaan .

  Dari beberapa pengertian Good Corporate Governance tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa setelah disesuaikan dengan kondisi Indonesia, maka suatu

  Corporate Governance sekurang-kurangnya meliputi objek-objek sebagai berikut :

28 Ibid, Hal. 36-41.

  1. Perlindungan stakeholders, seperti perlindungan terhadap pemegang saham minoritas, para pekerja, investor, konsumen, lingkungan, dan masyarakat.

  2. Meningkatkan kinerja perusahaan.

  3. Managemen bisnis dan perusahaan yang efektif.

  4. Pengawasan yang intensif terhadap jalannya perusahaan.

  5. Hubungan yang lebih baik dan optimal antara pemegang saham, direksi, komisaris, dan stakeholders lainnya.

  6. Aturan dan panduan prilaku yang jelas antar pelaku perusahaan.

  7. Fiduciary duties dari pengontrol perusahaan.

  8. Proses dan struktur yang efektif dalam rangka mengelola perusahaan.

  9. Pengambilan keputusan yang efektif dan efisien.

  10. Mekanisme kerja yang baik dan pembagian tugas, hak dan tanggung jawab yang seimbang antar pelaku perusahaan.

  11. Sistem, hak, proses, pengendalian dan managemen yang baik dari perusahaan.

  12. Keterkaitan dan atau keterpisahan antara kepemilikan perusahaan dengan managemen perusahaan.

B. Prinsip-Prinsip Corporate Governance

  Sebagaimana diketahui bahwa prinsip Good Corporate Governance telah merupakan prinsip dalam perusahaan yang diterima secara internasional. Sejak terjadinya krisis moneter yang melanda Indonesia pada akhir tahun 1997 masalah

  Corporate Governance mendapat perhatian yang cukup basar dari masyarakat dan

  pemerintah Republik Indonesia. Hal ini karena adanya anggapan bahwa masalah- masalah yang dihadapi oleh perusahaan Indonesia yang secara tidak langsung juga menyebabkan terjadinya krisis moneter tersebut akibat kurang diterapkannya prinsip- prinsip pengelolaan perusahaan yang baik ( Good Corporate Governance ) didalam banyak perusahaan di Indonesia. Selain itu tuntutan atas adanya penerapan Good

  Corporate Governance juga telah mencanangkan isu untuk menarik minat masuknya

  pemodal asing ke dalam pasar modal / bursa suatu Negara. Dengan demikian, penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance ( pemerintahan yang baik ) merupakan indikasi adanya perlakuan yang baik terhadap pemodal.

  Good Corporate Governance sebagai tata kelola organisasi perusahaan secara

  baik dengan prinsip-prinsip keterbukaan, keadilan, dan dapat bertanggungjawab dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Tata kelola organisasi secara baik dapat dilihat dalam konteks mekanisme internal organisasi maupun mekanisme eksternal organisasi. Mekanisme internal lebih focus kepada bentuk pimpinan atau organisasi yang mengatur jalannya organisasi sesuai dengan prinsip Good Corporate

  Governance diatas, sedangkan mekanisme eksternal berjalan secara harmonis tanpa

  mengabaikan pencapaian tujuan organisasi. Good Corporate Governance dapat diterapkan dalam suatu aktivitas amupun keputusan top manajemen organisasi selalu

  

  berorientasi kepada pencapaian tujuan organisasi . Meskipun penerapan prinsip

  

Good Corporate Governance berbeda di tiap-tiap Negara, tergantung dari

  penekanannya masing-masing, tetapi dapat dikatakan bahwa terdapat beberapa prinsip pokok dari suatu Good Corporate Governance yang sudah diterima secara internasional. Prinsip-prinsip pokok tersebut adalah sebagai berikut : 1.

  Hak dari pemegang saham untuk memperoleh informasi yang akurat dan tepat waktu, hak untuk ikut serta dalam managemen dan hak untuk mendapatkan bagian keuntungan.

  2. 29 Perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham.

  Akhmad Syakhroza, Reformasi Profesi Akuntansi Sektor Publik dan Good Corporate Governance, Manajemen Usahawan Indonesia, No. 02/TH. XXXII Februari 2003, Hal. 15

  3. Pengakuan terhadap peranan pemegang saham dalam perusahaan 4.

  Keterbukaan informasi pentinh yang akurat dan tepat waktu 5. Pertanggungjawaban yang harus dipikul oleh managemen perusahaan atas kesalahannya dalam memimpin perusahaan

   Dalam rangka pengembangan prinsip Good Governance dalam suatu negara, United Nation Development Program ( UNDP ) menjelaskan bahwa suatu Good Governance haruslah mengandung unsur-unsur sebagai berikut :

  

  1. Participation Dalam hal ini harus ada jaminan bahwa setiap warga Negara mempunyai suara dalam pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun melalui intermediasi, atau institusi yang mewakili kepentingannya, yang dibangun atas dasar kebebasan dan berbicara serta dapat berpartisipasi secara konstruktif.

  2. Rule of Law Unsur Rule of Law ini mensyaratkan agar hukum antara lain harus adil dan semua orang adalah sama dalam hukum yang berlaku dengn jaminan penegakan hak-hak asasi manusia.

  3. Transparency Dalam hal ini, transparansi mesti dibangun atas dasar kebebasan arus informasi, dimana proses, lembaga dan informasi dapat langsung diterima oleh pihak- pihak yang membutuhkan dan informasi tersebut haruslah selalu dapat dipahami dan dimonitor.

  4. Responsiveness Ini berarti bahwa proses dan lembaga yang ada harus dapat melayani setiap stakeholders. 30 Misahardi Wilamarta.Hak Pemegang Saham Minoritas Dalam Rangka Good Corporate Governance, Jakarta, Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia, 2002, Hal. 71-72.

  5. Consensus Orientation Unsur consensus orientation ini menerangkan bahwa prinsip corporate

  

governance menjadi perantara kepentingan yang berbeda agar memperoleh pilihan

terbaik untuk kepentingan yang lebih luas dalam hal kebijakan maupun prosedur.

  6. Equity Dalam hal ini semua warga Negara mempunyai kesempatan yang sama untuk meningkatkan dan mempertahankan kesejahteraannya.

  7. Effectiveness and Efficiency Harus ada jaminan bahwa proses dan lembaga yang ada harus menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan program yang telah digariskan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia.

  8. Accountability Ini berarti bahwa para pembuat keputusan dalam pemerintahan sektor swasta dan masyarakat ( Civil Sociaty ) masti bertanggungjawab kepada public dan lembaga- lembaga stakeholders.

  9. Strategis Vision Dalam hal ini pihak yang memimpin haruslah mempunyai perspektif corporate

  

governance dan pengembangan manusia yang luas serta jauh kedepan, sejalan

dengan program yang diperlukan untuk pembangunan.

  Ke sembilan karakteristik tersebut saling memperkuat yang tidak dapat berdiri

  

  sendiri . Salah satu dari keuntungan bagi perusahaan yang menerapkan prinsip- prinsip Good Corporate Governance adalah bahwa perusahaan tersebut akan 31 terhindar dari perbuatan-perbuatan tercela, terutama yang dilakukan oleh pihak Ibid, Hal. 50. insider. Prinsip pengelolaan perusahaan sebagai seperangkat aturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus ( pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan ( stakeholders ) intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.

  Jika dilihat Global Corporate Governance forum, forum ini secara tegas menyatakan : “ Good Corporate Governance sudah menjadi sebuah isu penting dunia. Organisasi mempunyai peran kunci untuk bermain peningkatan pengembangan ekonomi dan social. Good Governance adalah mesinnya pertumbuhan global pertanggungjawaban menyediakan lapangan pekerjaan, pelayanan publik dan private, pengadaan barang dan jasa serta infrastruktur. Sekarang ini efisiensi dan pertanggungjawaban organisasi tidka peduli apakah organisasi publik atau private, God Governance telah

  

  menjadi agenda pokok Internasional. ” Satu hal yang perlu dicatat adalah bahwa sebenarnya Indonesia menyimpan potensi yang baik sebagai tempat investor menanamkan dananya. Hal tersebut dapat kita lihat dari pernyataan para pemodal asing yang menyatakan bahwa mereka berani memberikan premi sebesar 27 % (persen) hingga 30% (persen) pada setiap investasi

   dengan catatan bahwa Good Corporate Governance telah dijalankan dengan baik .

  Dalam bentuk penerapan, prinsip-prinsip Good Corporate Governance memberikan hal kepada pemegang saham untuk mengetahui dan ikut menentukan keberlangsungan usaha perseroan dalam bentuk pengambilan keputusan yang 32 berlangsung di dalam sebuah rapat umum pemegang saham. Panduan yang 33 Op.cit Bacelius Ruru, Tantangan dan Peluang BEJ Dalam Era Perdagangan Bebas, Jurnal Hukum Bisnis,

  Volume 22, Januari-Februari 2003, Hal. 21 dikeluarkan oleh OECD ( Organization for Economic Cooperation and Development ), bahwa prinsip-prinsip yang menetapkan beberapa hal-hal yang penting diantaranya adalah pertama, yang berkaitan dengan hak-hak pemegang saham ( The Right of

  Share Holders ); kedua, yang berhubungan dengan konsepsi perlakuan sama ( The Equitable of Treatment of Share Holders ); ketiga, yang berkaitan dengan peraturan

  tentang penerapan Corporate Governance ( The Role of Stakeholders in Corporate

  Governance ) ; keempat, berhubungan dengan penerapan prinsip keterbukaan dan

  transparansi ( Disclosure and Transparancy ); kelima, berhubungan dengan tanggung

   jawab dari pengurus perseroan ( Responsibility of the Board) .

  Keseluruhan cakupan dari pedoman itu mencakup 4 ( empat ) bidang utama, yaitu :

  1. Fairness ( keadilan ). Menjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham, termasuk hak-hak pemegang sahan minoritas dan para pemegang saham asing serta menjamin terlaksananya komitmen dengan para investor.

  2. Transparancy ( transparansi ). Mewajibkan adanya suatu informasi yang terbuka, tepat waktu serta jelas dan dapat diperbandingkan yang menyangkut keadaan keuangan pengelolaan perusahaan dan kepemilikan perusahaan.

  3. Accountability ( akuntabilitas ). Menjelaskan peran dan tanggungjawab serta mendukung usaha untuk menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan pemegang saham, sebagaimana yang diawasi oleh Dewan Komisaris.

4. Responsibility ( pertanggungjawaban ). Memastikan dipatuhinya peraturan serta ketentuan yang berlaku sebagai cerminan dipatuhinya nilai-nilai sosial.

  Dengan penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang 34 demikian, penerapannya merupakan landasan atas pengelola perusahaan yang baik.

  Konsepsi Corporate Governance di Pasar Modal, diakses 26 Mei 2010 Pedoman Good Corporate Governance merupakan dasar pengembang kebijakan dari sektoral ketingkat institusional yang berfungsi untuk memastikan bahwa praktik pengelolaan perusahaan sesuai dengan praktik usaha yang baik. GCG merupakan konsep yang penting untuk mengatur perilaku pengelolaan perusahaan ( Ethical

  Governance ) yang melibatkan etika moral individu,

C. Penerapan Good Corporate Governance dalam Perusahaan Asuransi

  dan dijalankannya prinsip-prinsip tata kelola perusahaan (GCG) dalam proses manajerial perusahaan. Dengan mengenal prinsip-prinsip yang berlaku secara universal ini diharapkan perusahaan dapat hidup secara berkelanjutan dan memberikan manfaat bagi para stakeholdernya. Sejak diperkenalkan oleh OECD, prinsip-prinsip corporate governance berikut ini telah dijadikan acuan oleh negara- negara di dunia termasuk Indonesia. Prinsip-prinsip tersebut disusun seuniversal mungkin sehingga dapat berlaku bagi semua negara atau perusahaan dan diselaraskan dengan sistem hukum, aturan atau tata nilai yang berlaku di negara masing-masing.

  Prinsip-prinsip tatakelola perusahaan yang baik ini antara lain : 1.

  Akuntabilitas(accountability) Prinsip ini memuat kewenangan-kewenangan yang harus dimiliki oleh dewan komisaris dan direksi beserta kewajiban-kewajibannya kepada pemegang saham dan stakeholders lainnya. Dewan direksi bertanggung jawab atas keberhasilan pengelolaan perusahaan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh pemegang saham. Komisaris bertanggung jawab atas keberhasilan pengawasan dan wajib memberikan nasehat kepada direksi atas pengelolaan perusahaan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Pemegang saham bertanggung jawab atas keberhasilan pembinaan dalam rangka pengelolaan perusahaan.

2. Pertanggungan-jawab(responsibility)

  Prinsip ini menuntut perusahaan maupun pimpinan dan manajer perusahaan melakukan kegiatannya secara bertanggung jawab. Sebagai pengelola perusahaan hendaknya dihindari segala biaya transaksi yang berpotensi merugikan pihak ketiga maupun pihak lain di luar ketentuan yang telah disepakati, seperti tersirat pada undang-undang, regulasi, kontrak maupun pedoman operasional bisnis perusahaan.

  3. Keterbukaan(transparancy) Dalam prinsip ini, informasi harus diungkapkan secara tepat waktu dan akurat.

  Informasi yang diungkapkan antara lain keadaan keuangan, kinerja keuangan, kepemilikan dan pengelolaan perusahaan. Audit yang dilakukan atas informasi dilakukan secara independen. Keterbukaan dilakukan agar pemegang saham dan orang lain mengetahui keadaan perusahaan sehingga nilai pemegang saham dapat ditingkatkan.

  4. Kewajaran(fairness) Seluruh pemangku kepentingan harus memiliki kesempatan untuk mendapatkan perlakuan yang adil dari perusahaan. Pemberlakuan prinsip ini di perusahaan akan melarang praktek-praktek tercela yang dilakukan oleh orang dalam yang merugikan pihak lain. Setiap anggota direksi harus melakukan keterbukaan jika menemukan transaksi-transaksi yang mengandung benturan kepentingan.

  5. Kemandirian(independency) Prinsip ini menuntut para pengelola perusahaan agar dapat bertindak secara mandiri sesuai peran dan fungsi yang dimilikinya tanpa ada tekanan-tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan sistem operasional perusahaan yang berlaku. Tersirat dengan prinsip ini bahwa pengelola perusahaan harus tetap memberikan pengakuan terhadap hak-hak stakeholders yang ditentukan dalam undang-undang maupun peraturan perusahaan.

  Dalam prakteknya prinsip-prinsip tatakelola perusahaan yang baik ini perlu dibangun dan dikembangkan secara bertahap. Perusahaan harus membangun sistem dan pedoman tata kelola perusahaan yang akan dikembangkannya. Demikian juga tentang prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik yang akan dijalankan perusahaan. Untuk memudahkan memberikan gambaran bagaimana prinsip-prinsip GCG tersebut akan dibangun, dipahami dan dilaksanakan, berikut ini diberikan beberapa acuan praktis yang perlu dikembangkan lebih lanjut di masing-masing perusahaan. Acuan ini diuraikan mengikuti urutan butir-butir prinsip GCG yang telah dibahas di atas.

1. Accountability a.

  Pimpinan, manajer dan karyawan perusahaan telah mengetahui visi, misi, tujuan dan target-target operasional di perusahaan.

  : b.

  Pimpinan. Manajer, karyawan perusahaan telah mengetahui dan memahami peran, tugas dan tanggung jawabnya masing-masing c.

  Uraian tugas di setiap unit usaha atau unit organisasi telah ditetapkan dengan benar dan sesuai dengan visi, misi dan tujuan perusahaan d.

  Proses dalam pengambilan keputusaan telah mengacu dan mentaati sistem dan prosedur yang telah dibangun. e.

  Proses cek dan balance telah dilakukan secara menyeluruh di setiap unit organisasi.

  d.

  Manajer dan unit organisasi telah melakukan pertanggungan jawab hasil kerja secara teratur.

  g.

  Proses pendelegasian kewenangan telah dijalankan dengan cukup dan baik demi terselenggaranya pekerjaan.

  f.

  Unit kerja organisasi perusahaan telah berupaya menghindari pengelolaan perusahaan yang berpotensi merugikan perusahaan dan stakeholder.

  e.

  Manajer dan karyawan perusahaan telah bekerja sesuai dengan standar operasional, prosedur maupun ketentuan yang berlaku di perusahaan.

  Proses dalam pengambilan keputusan di perusahaan senantiasa mengacu dan mentaati sistem dan prosedur yang telah dibangun.

  f.

  c.

  Pimpinan. Manajer dan karyawan perusahaan telah menerapkan sistem tata nilai dan budaya perusahaan yang dianut perusahaan.

  b.

  Pimpinan, manajer dan karyawan perusahaan telah mengetahui dan memahami seluruh peraturan perusahaan yang berlaku.

  Hasil pekerjaan telah didokumentasikan, dipelihara dan dijaga dengan baik a.

  h.

  Pertanggungan jawab kinerja pimpinan (BOC, BOD) perusahaan secara rutin seyogyanya dapat dibangun dan dilaporkan.

  Sistem penilaian kinerja operasional, organisasi dan kinerja perseorangan telah sepakat ditetapkan, diterapkan dan dievaluasi dengan baik g.

  3. transparency dan disclosure a.

  Bahwa berbagai pemegang kepentingan (manajemen, karyawan, pelanggan) dapat melihat dan memahami proses dalam pengambilan keputusan manajerial di perusahaan.

  b.

  Pemegang saham berhak memperoleh informasi keuangan perusahaan yang relevan secara berkala dan teratur.

  c.

  Proses pengumpulan dan pelaporan informasi operasional perusahaan telah dilakukan oleh unit organisasi dan karyawan secara terbuka dan obyektif, dengan tetapa menjaga kerahasiaan nasabah/pelanggan.

  d.

  Pimpinan, manajer dan karyawan perusahaan telah melakukan keterbukaan dalam proses pengambilan keputusan, sistem pengawasan dan standardisasi yang dilakukan.

  e.

  Informasi tentang prosedur dan kebijakan di unit kerja maupun unit organisasi telah dipublikasikan secara tertulis dan dapat diakses oleh semua pihak di dalam dan oleh unit-unit terkait di luar perusahaan.

  f.

  Eksternal auditor, komite audit, internal auditor memiliki akses atas informasi dengan syarat kerahasiaan tetap dijaga.

  g.

  Menyampaikan laporan keuangan audited dan kinerja usaha ke publik secara rutin, maupun laporan corporate governance pada instansi yang berwenang.

  4. Fairness a.

  Pengelola dan karyawan perusahaan akan memperhatikan kepentingan seluruh stakeholder secara wajar menurut ketentuan yang berlaku umum.

  b.

  Perlakuan adil kepada seluruh pihak pemegang kepentingan (nasabah, pelanggan, pemilik) dalam memberikan pelayanan dan informasi. c.

  Manajer, pimpinan unit organisasi dan karyawan dapat membedakan kepentingan perusahaan dengan kepentingan organisasi.

  d.

  Perlakuan, pengembangan timwork, hubungan kerja dan pembinaan pada para karyawan akan dilakukan dengan memperhatikan hak dan kewajibannya secara adil dan wajar.

  5. Independency a.

  Keputusan pimpinan perusahaan hendaknya lepas dari kepentingan berbagai pihak yang merugikan perusahaan.

  b.

  Proses pengambilan keputusan di perusahaan telah dilakukan secara obyektif untuk kepentingan perusahaan

  B A B IV TANGGUNG JAWAB DIREKSI AGENCY PERUSAHAAN ASURANSI AIA FINANCIAL BERDASARKAN PRINSIP GCG A. Tanggung Jawab Dan Tugas Board Of Director Pada Perusahaan Asuransi Dalam Penerapan GCG

  Dalam rangka upaya peningkatan penerapan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan, bersama dengan konsultan, AIA Financial melakukan berbagai kegiatan sebagai berikut : 1.

  Melakukan assessment atas pelaksanaan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan di PT. AIA Financial, dan atas rekomendasi tersebut dijadikan dasar perbaikan.

  2. Mempersiapkan infrastruktur terkait dengan pelaksanaan tata kelola perusahaan, diantarnya dengan penyusunan pedoman Good Corporate Governance PT. AIA Financial.

  3. Mengembangkan kerangka kerja implementasi, prosedur pelaksanaan dan penyusunan dokumen-dokumen yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan..

  Di era bisnis global dewasa ini, penerapan Good Corporate Governance (GCG) telah menjadi satu kebutuhan. GCG berperan penting dalam membangun citra perusahaan. Implementasi GCG adalah bukti perusahaan telah dikelola dan diawasi dengan baik. Pengelolaan perusahaan ini haruslah sesuai dengan prinsip GCG dan UU guna melindungi kepentingan stakeholders. Keberhasilan implementasi GCG sangat ditentukan oleh komitmen seluruh jajaran perusahaan. Kesiapan dan kelengkapan organ pendukung (infrastruktur GCG) serta kebijakan GCG lainnya (soft structure) juga turut berperan dengan memerhatikan kesesuaian, karakteristik bisnis, dan kebutuhan perusahaan.

  Arti penting GCG dalam meningkatkan nilai dan pertumbuhan bisnis jangka panjang sangat disadari oleh PT AIA Financial. Karenanya, Asuransi AIA Financial berkomitmen mengimplementasikan GCG secara konsisten. Hal ini diwujudkan melalui penyusunan Pedoman Etika Bisnis dan Etika Kerja Asuransi AIA Financial yang selanjutnya disebut Code of Conduct Asuransi AIA Financial. Code of Conduct Asuransi AIA Financial adalah pernyataan tertulis Asuransi AIA Financial mengenai GCG terhadap Manajemen, Karyawan, dan Stakeholders lainnya. Pernyataan ini menjelaskan filsafat bisnis serta nilai-nilai dalam mengelola perusahaan secara menyeluruh guna mencapai tujuan bisnis sesuai visi dan misinya. Code of Conduct Asuransi AIA Financial adalah sekumpulan komitmen berisi etika bisnis Asuransi AIA Financial dan etika kerja segenap jajaran Manajemen dan Karyawan yang sifatnya sukarela. Etika bisnis dan etika kerja ini disusun untuk memengaruhi, membentuk, mengatur, dan menciptakan kesesuaian tingkah laku. Tujuannya adalah menghasilkan keluaran yang konsisten dalam mencapai visi dan misi Asuransi AIA Financial. Asuransi AIA Financial akan mengkomunikasikan kebijakan ini secara aktif kepada para pemegang saham, tertanggung, agen asuransi, lembaga keuangan, mitra kerja, dan stakeholders lainnya. Tujuannya adalah menciptakan sinergi yang sejalan dengan penerapan Code of Conduct ini.

  Dikarenakan sifat pedomannya yang dinamis, Code of Conduct Asuransi AIA Financial akan dikaji secara berkala dan berkelanjutan sesuai dinamika lingkungan usaha yang terjadi. Namun demikian, dalam setiap perubahannya, Asuransi AIA Financial tidak akan mengorbankan nilai-nilai yang ada demi keuntungan jangka pendek.

  Pernyataan Visi dan Misi Asuransi AIA Financial

  Code of Conduct ini diharapkan menjadi acuan dalam membentuk nilai, norma, dan etika jajaran manajemen dan karyawan. Tujuannya adalah membangun hubungan yang lebih sehat, harmonis, dan fair dengan para pemegang saham, komisaris, pelanggan, agen asuransi, lembaga keuangan, mitra kerja, dan masyarakat sehingga mendorong peningkatan kinerja dan produktivitas yang signifikan.Hal lainnya akan terwujud jika terdapat hubungan erat antara aspek dalam Code of Conduct Asuransi AIA Financial dengan visi dan misi perusahaan yang dimiliki.

  

Visi Asuransi AIA Financial:

Menjadi penyedia jasa keuangan yang paling dibutuhkan dan terpercaya di Indonesia. Kami akan menjadi pemimpin di setiap jalur usaha dengan menawarkan beragam produk & layanan yang fleksibel, inovatif dan bernilai tinggi; melalui berbagai jalur distribusi yang terbaik di Indonesia.

  Misi Asuransi AIA Financial: Untuk meningkatkan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat Indonesia dengan memenuhi kebutuhan finansial mereka yang senantiasa berubah sambil memahami harapan para pemegang polis, mitra perusahaan, dan pemegang saham.

B. Prinsip GCG Yang Diterapkan Agen Asuransi AIA Financial

  Agen Asuransi AIA Financial melakukan kegiatan usahanya dengan cara yang dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini tercantum dalam surat perjanjian agen.

  Prinsip GCG yang diterapkan oleh agen asuransi AIA Financial yang secara jelas dijabarkan adalah prinsip transparansi ( transparency ). Agen, pada saat diminta oleh perusahaan, wajib untuk memberikan laporan terperinci kepada perusahaan mengenai polis-polis, surat permohonan asuransi, tanda terima, atau catatan yang berada dalam penguasaannya untuk diserahkan kepada atau diambil oleh pemegang polis, mengenai polis-polis, surat permohonan asuransi, tanda terima yang dikembalikan oleh pemegang polis kepada agen untuk dibatalkan oleh perusahaan, dan mengenai setiap transaksi yang dilakukan oleh agen. Agen, pada saat diminta oleh perusahaan, juga harus memberikan secara terperinci atas seluruh uang, barang- barang atau jaminan milik perusahaan yang berada dalam penguasaan agen. Seluruh laporan dan pertanggung jawaban yang diberikan agen kepada perusahaan wajib ditanda-tangani sendiri oleh agen. Apabila laporan dan pertanggung jawaban tersebut menunjukan bahwa agen telah menguasai uang, barang-barang atau jaminan milik perusahaan, maka pada saat diminta oleh perusahaan, agen wajib segera menyerahkan uang, barang-barang atau jaminan tersebut kepada perusahaan.

  Selain itu, Agen wajib untuk mengungkapkan secara benar kepada perusahaan setiap fakta dan keadaan calon pemegang polis dan tertanggung yang berkaitan dengan penerimaan risiko yang akan dilakukan oleh perusahaan dan secara akurat memberitahu perusahaan mengenai semua fakta yang diberikan kepadanya oleh calon pemegang polis atau tertanggung dan/ atau orang lain yang berkaitan dengan penerimaan risiko tersebut oleh perusahaan.

  Prinsip transparansi ( transparency ) yang diterapkan kepada agen asuransi AIA Financial bukan hanya pada beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan oleh agen asuransi AIA Financial. Tetapi juga pada beberapa larangan yang dicantumkan dalam perjanjian agen tersebut seperti :

  1. Larangan perubahan dokumen a.

  Agen dilarang mengubah, menambah dan/atau menghapus data-data yang tercantum dalam dokumen milik perusahaan, atau surat permohonan asuransi atau data pemegang polis dan tertanggung yang , dari waktu ke waktu, berada dalam penguasaan agen. b.

  Agen dilarang menggunakan atau menyediakan ilustrasi, surat pemahaman, brosur, bahan pemasaran atau dokumen apapun baik dalam bentuk tertulis ataupun elektronik kepada calon pemegang polis atau pihak manapun selain ilustrasi, surat pemahaman, brosur, bahan pemasaran atau dokumen lain yang telah disediakan atau diberikan oleh perusahaan kepada agen untuk digunakan.

  c.

  Agen harus memastikan bahwa setiap perubahan yang dibuat/ dilakukan dalam asli surat permohonan asuransi ditandatangani oleh pemegang polis dan agen. Ketentuan ini tidak berlaku apabila surat permohonan asuransi dikirimkan dalam bentuk elektronik

  2. Batas kewenangan agen a.

  Agen dilarang untuk melakukan negosiasi, mengikatkan diri ke dalam kontrak dan/atau perjanjian untuk dan atas nama perusahaan, dan oleh karena itu perusahaan tidak akan terikat oleh kontrak dan atau perjanjian apapun yang dibuat oleh agen. Namun demikian, ketentuan dalam pasal ini tidak mempengaruhi atau mengurangi hak agen untuk memasarkan atau menjual produk asuransi dan/atau anuitas dengan tujuan untuk mewujudkan perjanjian asuransi antara perusahaan dengan seseorang atau suatu badan usaha yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum.

  b.

  Agen tidak mempunyai kewenangan untuk membuat, mengubah atau membatalkan perjanjian apapun, atau menghapuskan atau menimbulkan kewajiban atau hutang atau piutang perusahaan; atau menerima ung yang menjadi atau akan menjadi jatuh tempo kepada perusahaan, kecuali atas dasar tanda terima premi yang telah ditandatangani oleh petugas perusahaan yang berwenang yang hanya diberikan kepada agen untuk ditagihkan apabila telah mematuhi syarat dan ketentuan yang tercantum dalam tanda terima tersebut.

  Agen tidak berwenang untuk mengkredit atau memotong premi yang belum secara sah diterima menurut perjanjian dan instruksi perusahaan. Kewenangan agen hanya sebatas yang telah dinyatakan secara tegas dalam perjanjian ini.

  c.

  Agen wajib untuk segera melaporkan kepada perusahaan atas klaim yang diajukan oleh pemegang polis atau yang ditunjuk untuk menerima manfaat asuransi (beneficiary ), dan agen, dalam keadaan apapun, dilarang untuk mengakui suatu kewajiban atau menawarkan jasa untuk menyelesaikan klaim atas nama perusahaan.

  d.

  Agen dilarang untuk membuat dan atau menyampaikan pernyataan, gambaran, perbandingan apapun baik secara tertulis maupun lisan, yang menurut sepengetahuan agen tidak benar, palsu atau belum dibuktikan kebenarannya, yang berkaitan dengan produk asuransi atau informasi keuangan. Agen akan mematuhi atau tunduk pada setiap peraturan dalam bentuk apapun baik yang dikeluarkan oleh perusahaan, pemerintah maupun asosiasi perusahaan.

  3. Larangan penerbitan atau pemasangan iklan oleh agen Agen dilarang untuk menerbitkan atau menyebabkan diterbitkannya iklan apapun mengenai perusahaan atau perusahaan asuransi yang lain di surat kabar, majalah atau jenis media lainnya ( baik tercetak, tertulis maupun dalam bentuk elektronis ) tanpa mendapatkan ijin tertulis terlebih dahulu dari perusahaan. Agen juga dilarang untuk membagikan, mendistribusikan atau menyebabkan diterbitkannya atau didistribusikannya surat edaran atau tulisan, atau menyebabkan dituliskannya suatu berita di surat kabar, majalah, publikasi, media lain atau kepada pihak yang berwenang, tentang perusahaan atau perusahaan asuransi lainnya tanpa mendapatkan izin tertulis terlebih dahulu dari perusahaan. Dalam hal terjadi tuntutan hukum terhadap perusahaan sebagai akibat tindakan atau pernyataan agen yang melebihi batas kewenangannya, maka seluruh biaya dan kerugian yang timbul akan menjadi tanggung jawab agen secara pribadi.

  4. Larangan pemberian potongan harga atau bujukan a.

  Agen, selama perjanjian berlaku atau setelah perjanjian berakhir, dilarang untuk membayarkan atau memberikan, atau menawarkan untuk membayarkan atau memberikan potongan premi sebagai bujukan terhadap seseorang untuk mengikuti asuransi. Agen dilarang untuk berupaya atau mencoba untuk membujuk, baik secara lansung maupun tidak langsung, agen lainnya atau wakil perusahaan untuk menghentikan kerjasamanya dengan perusahaan atau mengakhiri perjanjian keagenannya dengan perusahaan ( sebagaimana berlaku ).

  b.

  Agen, selama perjanjian berlaku atau setelah perjanjian berakhir, dilarang untuk turut serta dalam suatu rencana atau membujuk pemegang polis atau siapapun, untuk membuat klaim asuransi apapun yang tidak wajar dan tidak sah dan agen dilarang untuk menerima atau berusaha untuk menerima pembayaran uang apapun baik sebagian atau sepenuhnya, dari klaim yang dibayarkan oleh perusahaan yang terbukti sah maupun dari hasil penyelesaian atas klaim.

  c.

  Tanpa mengesampingkan butir (a) dan (b), jika seorang agen sebelum menjadi agen dari perusahaan adalah agen dari perusahaan asuransi lain, maka agen dilarang secara sadar menyebabkan seorang pemegang polis dari perusahaan asuransi lain untuk mengubah, menghentikan, membatalkan atau mengganti polis yang dimilikinya.

  d.

  Selama jangka waktu 1 ( satu ) tahun sejak perjanjian ini berakhir, agen dilarang untuk membujuk atau menerima atau berusaha membujuk, baik secara langsung maupun tidak langsung, agen lainnya, agency leader, karyawan atau wakil perusahaan untuk meninggalkan atau mengakhiri perjanjiannya atau perjanjian lainnya dengan perusahaan ( apabila ada ).

  Dengan adanya beberapa larangan yang tidak boleh dilakukan oleh seorang agen asuransi AIA Financial maka telah jelaslah bahwa penerapan prinsip keterbukaan benar-benar dijalankan oleh seorang agen. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh agen asuransi AIA financial harus dilakukan secara terbuka dan dengan sepengetahuan Perusahaan Asuransi AIA financial. Karena agen hanya merupakan wali dari perusahaan.

Dokumen yang terkait

Aspek Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Polis Bancassurance / Produk Kerjasama antara Bank dan Perusahaan Asuransi (Studi Kasus PT. Sun Life Financial Medan).

2 73 128

Tanggung Jawab Direksi Agency Perusahaan Asuransi AIA Financial Berdasarkan Prinsip Good Corperate Governance (GCG) (Studi Pada PT. AIA Financial Agency Uniland – Medan).

2 68 92

Tinjauan Prinsip Akuntabilitas Direksi Perseroan Dalam Penerapan Good Corporate Governance

11 148 120

Aspek Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Polis Bancassurance / Produk Kerjasama antara Bank dan Perusahaan Asuransi (Studi Kasus PT. Sun Life Financial Medan).

6 67 128

Tanggung Jawab Direksi Perseroan Terbuka Dalam Kerangka Good Corporate Governance Di Pasar Modal

8 87 146

Penerapan Prinsip Good Corporate Governance (GCG) Pada BUMN Di PTP Nusantara IV (Persero) Medan

0 36 117

Penerapan Prinsip Transparansi Dalam Good Corporate Governance (GCG) Pada Program Aplikasi Pelayanan Pelanggan Terpusat (AP2T) (Studi di PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung)

47 437 188

Does Financial Performance Of Local Government Influence On The Audit Agency Opinion?

0 0 22

Aspek Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Polis Bancassurance / Produk Kerjasama antara Bank dan Perusahaan Asuransi (Studi Kasus PT. Sun Life Financial Medan).

0 0 8

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tanggung Jawab Direksi Agency Perusahaan Asuransi AIA Financial Berdasarkan Prinsip Good Corperate Governance (GCG) (Studi Pada PT. AIA Financial Agency Uniland – Medan).

0 1 13