Aspek Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Polis Bancassurance / Produk Kerjasama antara Bank dan Perusahaan Asuransi (Studi Kasus PT. Sun Life Financial Medan).

(1)

ASPEK PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG POLIS

BANCASSURANCE / PRODUK KERJASAMA ANTARA BANK DAN

PERUSAHAAN ASURANSI

(STUDI KASUS PT. SUN LIFE FINANCIAL MEDAN)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dan Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Rangka Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

NAMA : IRVAN AUGUSTYN NIM : 060200134

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ASPEK PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG POLIS

BANCASSURANCE / PRODUK KERJASAMA ANTARA BANK DAN

PERUSAHAAN ASURANSI

(STUDI KASUS PT. SUNLIFE FINANCIAL MEDAN) SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dan Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Rangka Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

IRVAN AUGUSTYN NIM : 060200134

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI Disetujui Oleh :

Ketua Departemen Hukum Ekonomi

Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H. NIP. 19560321986011001

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum Windha, S.H., M.Hum NIP. 196302151989032002 NIP. 197501122005012002

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

KATA PENGANTAR

Salam Sejahtera,

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas berkat, rahmat dan kasih karunia-Nyalah sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini berjudul “Aspek Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Polis Bancassurance / Produk Kerjasama antara Bank dan Perusahaan Asuransi

(Studi Kasus PT. Sun Life Financial Medan)” yang disusun guna memenuhi

persyaratan mencapai gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan, namun dengan lapang hati penulis selalu menerima kririk, saran maupun masukan yang bersifat mendidik dan membangun dari berbagai pihak.

Dalam kesempatan kali ini Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

3. Syafrudin Sulung Hasibuan, S.H., M.H., D.F.M., selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

4. M. Husni, S.H., M.Hum selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;


(4)

5. Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H, M.H. selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi;

6. Prof. Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum selaku Sekretaris Departemen Hukum Ekonomi sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah memberikan arahan, bimbingan dan masukan bagi Penulis;

7. Windha, S.H., M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak membantu memberikan arahan, bimbingan dan masukan bagi Penulis; 8. Alm. Zulkarnain, SH. M. Hum dan Erna Herlinda, SH. M. Hum sebagai

Dosen Pembimbing Akademik dari Penulis;

9. Bapak dan ibu Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan kritik; 10. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmunya serta staff pengajar dan

pegawai administrasi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

11. Instansi terkait, dalam hal ini PT. Sun Life Financial Medan, yaitu Ibu Ratna Kristina Hutauruk sebagai Branch Administrator, Ibu Rianita serta pejabat dan karyawan di mana Penulis melakukan wawancara serta mendapat data-data yang diperlukan mengenai PT. Sun Life Financial. 12. Teristimewa persembahan kepada kedua orang tuaku, Ir. March Jonathan

Bangun dan Ir. Marlina Ginting Manik. Terima kasih atas cinta dan kasih sayang yang tak terbatas, doa-doa yang tak putus, motivasi yang selalu membangun, bantuan moril dan materi yang tak mungkin terbalaskan. 13. Kepada adik dan kakakku, Egi Sapa Prayuda Bangun dan Matthew Bias

Ferari Bangun serta Thia Margaretha juga nenekku, Ersada Sembiring. 14. Kepada sahabat-sahabatku : Andry Lim, Vika, Selly, Layla, Deasy,


(5)

15. Kepada sahabat-sahabatku di luar Fakultas Hukum : Rena, Rico, Johanes Suranta, Erwin Soranata, Loura Trisna, dan Rianita.

16. Kepada rekan-rekan satu pelayanan penulis di ladang Tuhan : Mburak, Natalia, Mercuri, Rizki, Samarita, Kencana, Enda.

17. Kepada teman-temanku : Helen, Lucy, Karina, Alex, Frans Jujung, Sonti, Renatha, Eva, Ika, Evi, Melda, Jhon Slaw, Brando, Masbergani, Dewi (pada masa klinis), Yuli, Martha, Dumaria, Sere Yordan, Reymon, Harsono, Eben dan semua teman-teman yang ada di grup C Stambuk ’06; 18. Seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu per satu;

Akhir kata dengan segala kerendahan hati, Penulis mohon maaf yang sebesar- besarnya apabila terdapat kesalahan- kesalahan di dalam skripsi ini, karena sebagai manusia biasa pasti tak luput dari kesalahan, seperti pepatah “tak ada gading yang tak retak”, sehingga mohon Pembaca memaafkan kesalahan-kesalahan yang terdapat di dalamnya. Penulis berharap agar karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan, terutama dalam penerapan serta pengembangan ilmu hukum di Indonesia. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberkati kita semua. Amin.

Medan, Desember 2010 Penulis,


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ...vii

ABSTRAKSI ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 7

D. Keaslian Penulisan ... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 9

F. Metode Penulisan ... 24

G. Sistematika Penulisan ... 27

BAB II PERKEMBANGAN USAHA PERASURANSIAN DAN PERBANKAN DI INDONESIA A. Pengaturan Usaha Perasuransian di Indonesia ... 29

1. Sejarah Perasuransian ... 29

2. Dasar Hukum Perasuransian ... 35

3. Perkembangan Usaha Perasuransian ... 41

B. Pengaturan Perbankan di Indonesia ... 44

1. Sejarah Perbankan ... 44

2. Dasar Hukum Perbankan ... 50

3. Perkembangan Perbankan ... 54


(7)

BAB III SISTEM PERLINDUNGAN HUKUM YANG DITERAPKAN DAN DIBERIKAN SUNLIFE FINANCIAL TERHADAP PEMEGANG POLIS A. Sejarah Sunlife Financial dan Produk Bancassurance ... 58 B. Sistem Perlindungan Hukum Indonesia terhadap Pemegang Polis

Bancassurance ... 66 C. Sistem Perlindungan Hukum yang diterapkan dan diberikan Sunlife Financial terhadap Pemegang Polis Bancassurance ... 76

BAB IV KLAIM DAN GANTI KERUGIAN YANG DIBERIKAN SUNLIFE FINANCIAL

A. Kerugian dan Faktor Penyebab Terjadinya Kerugian ... 80 B. Penyelesaian Klaim dan Ganti Rugi oleh Sunlife Financial ... 83 1. Penyelesaian Ganti Kerugian menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen ... 83 2. Penyelesaian Ganti Kerugian yang diberikan oleh Sunlife

Financial ... 85

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 113 B. Saran ... 115

DAFTAR PUSTAKA ... x

     


(8)

ASPEK PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG POLIS

BANCASSURANCE / PRODUK KERJASAMA ANTARA BANK DAN

PERUSAHAAN ASURANSI

(STUDI KASUS PT. SUN LIFE FINANCIAL MEDAN

 

Irvan Augustyn*

Prof. Dr. Sunarmi, SH, M.Hum** Windha, SH, M.Hum***

ABSTRAK

Di zaman sekarang asuransi dapat memberikan proteksi terhadap kesehatan, pendidikan, hari tua, harta benda maupun kematian. Berdasarkan kenyataan tersebut banyak bermunculan perusahaan-perusahaan asuransi yang menawarkan berbagai jenis polis, salah satunya yaitu Sunlife Financial. Dan salah satu produk polis asuransi yang ditawarkan oleh Sunlife Financial adalah Bancassurance. Bancassurance merupakan suatu produk patungan atau kerjasama antara Bank Penerbit kartu kredit atau rekening tabungan dengan suatu Perusahaan Asuransi. Dalam hal ini, Bank bertugas untuk menjual dengan direct atau tele marketing dan proses pembayaran untuk itu dapat dilakukan dengan autodebet credit card atau rekening tabungan. Sedangkan perusahaan Asuransi, bertugas dalam segala hal yang berhubungan dengan Polis Asuransi, dimulai dari penerbitan polis, claim asuransi, perubahan polis, pemulihan polis, dan lain-lain.

Metode penulisan yang digunakan dalam mencari data guna mendukung penulisan skripsi ini adalah Metode Penelitian Hukum Normatif yang bersifat deskriptif. Sumber data yang diperoleh yaitu data primer yang diperoleh langsung di lapangan melalui wawancara dengan informan dari pihak Sunlife Financial Medan dan data sekunder berupa buku-buku, artikel-artikel baik dari koran maupun media elektronik, kamus, peraturan-peraturan pemerintah, Undang-Undang Perlindungan Konsumen dan Undang-Undang-Undang-Undang Usaha Perasuransian.

Perlindungan hukum yang diberikan terhadap pemegang polis

Bancassurance adalah melalui perjanjian antara pemegang polis dengan Sunlife

Financial Medan yang berbentuk perjanjian baku dan melalui Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Bentuk penyelesaian klaim yang diajukan konsumen di Sunlife Financial Medan biasanya dilakukan dengan cara melihat staf yang menangani klaim dan cara – cara yang biasa digunakan perusahaan asuransi dalam mengorganisir operasi penanganan klaim mereka. Staf Khusus Penanganan Klaim akan meneliti setiap klaim dan menentukan besarnya kewajiban perusahaan yang timbul akibat dari klaim tersebut. Jika claim analyst melakukan verifikasi atas semua fakta yang telah disebutkan, kemudian ia menyetujui klaim tersebut dan mengikuti prosedur pembayaran klaim yang telah ditentukan. Setelah keputusan dibuat, tiga langkah tersisa dalam proses penanganan klaim adalah menghitung jumlah manfaat pertanggungan yang dapat dibayarkan, menetapkan orang – orang yang berhak untuk menerima manfaat dan menetapkan cara mendistribusikan manfaat.

Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Asuransi, Bank. *) Mahasiswa

**) Dosen Pembimbing I


(9)

ASPEK PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG POLIS

BANCASSURANCE / PRODUK KERJASAMA ANTARA BANK DAN

PERUSAHAAN ASURANSI

(STUDI KASUS PT. SUN LIFE FINANCIAL MEDAN

 

Irvan Augustyn*

Prof. Dr. Sunarmi, SH, M.Hum** Windha, SH, M.Hum***

ABSTRAK

Di zaman sekarang asuransi dapat memberikan proteksi terhadap kesehatan, pendidikan, hari tua, harta benda maupun kematian. Berdasarkan kenyataan tersebut banyak bermunculan perusahaan-perusahaan asuransi yang menawarkan berbagai jenis polis, salah satunya yaitu Sunlife Financial. Dan salah satu produk polis asuransi yang ditawarkan oleh Sunlife Financial adalah Bancassurance. Bancassurance merupakan suatu produk patungan atau kerjasama antara Bank Penerbit kartu kredit atau rekening tabungan dengan suatu Perusahaan Asuransi. Dalam hal ini, Bank bertugas untuk menjual dengan direct atau tele marketing dan proses pembayaran untuk itu dapat dilakukan dengan autodebet credit card atau rekening tabungan. Sedangkan perusahaan Asuransi, bertugas dalam segala hal yang berhubungan dengan Polis Asuransi, dimulai dari penerbitan polis, claim asuransi, perubahan polis, pemulihan polis, dan lain-lain.

Metode penulisan yang digunakan dalam mencari data guna mendukung penulisan skripsi ini adalah Metode Penelitian Hukum Normatif yang bersifat deskriptif. Sumber data yang diperoleh yaitu data primer yang diperoleh langsung di lapangan melalui wawancara dengan informan dari pihak Sunlife Financial Medan dan data sekunder berupa buku-buku, artikel-artikel baik dari koran maupun media elektronik, kamus, peraturan-peraturan pemerintah, Undang-Undang Perlindungan Konsumen dan Undang-Undang-Undang-Undang Usaha Perasuransian.

Perlindungan hukum yang diberikan terhadap pemegang polis

Bancassurance adalah melalui perjanjian antara pemegang polis dengan Sunlife

Financial Medan yang berbentuk perjanjian baku dan melalui Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Bentuk penyelesaian klaim yang diajukan konsumen di Sunlife Financial Medan biasanya dilakukan dengan cara melihat staf yang menangani klaim dan cara – cara yang biasa digunakan perusahaan asuransi dalam mengorganisir operasi penanganan klaim mereka. Staf Khusus Penanganan Klaim akan meneliti setiap klaim dan menentukan besarnya kewajiban perusahaan yang timbul akibat dari klaim tersebut. Jika claim analyst melakukan verifikasi atas semua fakta yang telah disebutkan, kemudian ia menyetujui klaim tersebut dan mengikuti prosedur pembayaran klaim yang telah ditentukan. Setelah keputusan dibuat, tiga langkah tersisa dalam proses penanganan klaim adalah menghitung jumlah manfaat pertanggungan yang dapat dibayarkan, menetapkan orang – orang yang berhak untuk menerima manfaat dan menetapkan cara mendistribusikan manfaat.

Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Asuransi, Bank. *) Mahasiswa

**) Dosen Pembimbing I


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di zaman sekarang asuransi memegang peranan penting dalam memberikan kepastian proteksi bagi manusia yang bersifat komersial maupun bukan komersial. Asuransi dapat memberikan proteksi terhadap kesehatan, pendidikan, hari tua, harta benda maupun kematian. Salah satu kebutuhan hidup yang tak kalah penting di era globalisasi ini adalah kebutuhan akan jasa asuransi. Hal inilah yang mendorong berkembang pesatnya perusahaan asuransi. Banyaknya penduduk yang khawatir akan jaminan keselamatan hidupnya. Berdasarkan kenyataan tersebut banyak bermunculan perusahaan-perusahaan asuransi yang menawarkan berbagai jenis polis, salah satunya pada saat sekarang ini yaitu Sunlife Financial.

Seorang manusia di dalam suatu masyarakat sering menderita suatu kerugian karena akibat dari suatu peristiwa yang tidak terduga semula, misalnya mendapat kecelakaan dalam perjalanan di darat, di laut atau di udara. Kalau kerugian ini hanya kecil sehingga dapat ditutup dengan uang simpanan, maka kerugian itu tidak begitu terasa. Lain halnya apabila uang simpanan tidak mencukupi untuk kerugian itu, maka orang akan betul-betul menderita. Untuk itulah, jaminan-jaminan perlindungan terhadap keadaan-keadaan tersebut di atas sangat diperlukan oleh setiap masyarakat yang ingin mengantisipasi apabila keadaan di luar dugaan yaitu risiko yang terjadi.


(11)

Risiko tidak lain adalah beban kerugian yang diakibatkan karena suatu peristiwa di luar kesalahannya, misalkan : rumah seseorang terbakar sehingga pemiliknya mengalami kerugian. Inilah resiko yang harus ditanggung pemiliknya. Risiko diartikan pula sebagai kerugian yang tidak pasti (uncertainty of financial loss); di dalamnya terdapat dua unsur, yaitu ketidakpastian dan kerugian. Karena besarnya resiko ini dapat diukur dengan nilai barang yang mengalami peristiwa di luar kesalahan pemiliknya, resiko ini dapat dialihkan pada perusahaan asuransi kerugian dalam bentuk pembayaran klaim asuransi. Pengalihan resiko ini diimbangi dalam bentuk pembayaran premi pada perusahaan asuransi kerugian (penanggung) setiap bulan atau tahun., bergantung pada perjanjian yang tertuang dalam polis. Manfaat peralihan resiko inilah yang diperoleh konsumen (tertanggung).1

Perkembangan dunia dewasa ini ditandai dengan arus globalisasi di segala bidang yang membawa dampak cukup besar bagi perkembangan perekonomian Indonesia. Tingkat perkembangan ekonomi dunia dewasa ini ditandai dengan globalisasi di segala bidang yang diiringi pula oleh tingginya tingkat mobilitas penduduk, lalu lintas uang dan barang dalam arus perdagangan serta semakin pesatnya pertarungan bisnis. Di sisi lain beban tugas pemerintah semakin berat karena semakin tingginya tuntutan peningkatan kesejahteraan rakyat.

Asuransi dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,       

1

Yusuf Shofie, Perlindungan Konsumen dan Instrumen-instrumen Hukumnya, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2003), Halaman 179.


(12)

kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum pihak ke tiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.2

Dalam industri jasa yang paling banyak diatur lewat regulasi pemerintah adalah yang bergerak di bidang sektor jasa keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat, seperti pada perbankan dan asuransi. Salah satu yang semakin berkembang seiring dengan meningkatnya kemakmuran rakyat adalah perkembangan industri asuransi . Dewasa ini industri asuransi telah menjadi suatu bidang usaha atau bisnis yang menarik dan mempunyai peranan yang tidak kecil dalam kehidupan ekonomi maupun dalam pembangunan ekonomi terutama dalam bidang pendanaan . Perkembangan usaha asuransi tidak hanya memberi dampak positif pada pemegang polis, perusahaan asuransi dan mereka yang terlibat didalamnya, tetapi juga memberikan kenikmatan pada seluruh anggota masyarakat. Hal ini dapat dilihat pada dana yang dikumpulkan oleh perusahaan asuransi melalui penarikan premi bagi pemegang polis yang oleh perusahaan asuransi akan di investasikan lebih lanjut di bidang bidang bisnis yang produktif. Investasi tersebut akan sangat berperan dalam meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Seiring dengan perkembangan bisnis asuransi yang semakin cepat maka perusahaan pun mulai meningkatkan layanannya dengan menciptakan layanan yang cepat, efisien dan efektif.

       2


(13)

Salah satu upaya untuk menciptakan efisiensi tersebut, perusahaan asuransi menyiapkan draft-draft perjanjian dalam polis asuransinya, dalam bentuk tercetak dan menjadikan kontrak atau perjanjian menjadi baku. Dalam situasi kontrak yang diciptakan dalam keadaan tercetak dan diupayakan dalam bentuk baku oleh perusahaan asuransi, sering terjadi pihak konsumen menjadi pihak yang lemah.

Dewasa ini, banyak perusahaan-perusahaan asuransi yang menawarkan berbagai jenis polis asuransi yang dapat digunakan atau dimiliki oleh setiap masyarakat, salah satunya seperti yang terdapat pada Sunlife Financial Indonesia. Salah satu produk polis asuransi yang ditawarkan adalah Bancassurance. Bancassurance merupakan suatu produk patungan atau kerjasama antara Bank Penerbit kartu kredit atau rekening tabungan dengan suatu Perusahaan Asuransi. Dalam hal ini, Bank bertugas untuk menjual dengan direct atau tele marketing dan proses pembayaran untuk itu dapat dilakukan dengan autodebet credit card atau rekening tabungan. Sedangkan perusahaan Asuransi, bertugas dalam segala hal yang berhubungan dengan Polis Asuransi, dimulai dari penerbitan polis, claim asuransi, perubahan polis, pemulihan polis, dan lain-lain. Berkembang pesatnya usaha-usaha pertanggungan atau perasuransian di Indonesia, baik itu pertanggungan kerugian atau pertanggungan jiwa yang diselenggarakan pemerintah atau swasta menuntun masyarakat untuk mengerti akan tujuan dan manfaat dari salah satu bentuk polis asuransi pada Sunlife Financial Indonesia yaitu Bancassurance. Produk Bancassurance memiliki beberapa varian, mulai dari asuransi pendidikan, asuransi kesehatan, asuransi jiwa, asuransi kecelakaan, sampai dengan investasi.


(14)

Bisnis Perasuransian di Indonesia hampir sama tuanya dengan bisnis perbankan. Nama-nama perusahaan asuransi jiwa, seperti Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 tergolong perusahaan asuransi yang cukup dikenal masyarakat. Nama-nama beken lainnya, seperti Dharmala Manulife, Lippo Life, New Hampshire Agung, Asuransi Cigna Indonesia, Asuransi Astra Buana, Asuransi Jiwa Buana Putra, Sewu New York Life, dan sebagainya, tak mau kalah dalam persaingan bisnis ini. Sayangnya, jika dibandingkan dengan industri perbankan, industri perasuransian kurang banyak mendapat perhatian konsumen. Sebagian besar konsumen cenderung memisahkan sebagian penghasilannya untuk disimpan di bank daripada digunakan untuk asuransi. Konsumen masih sering merasakan bahwa asuransi tak melindungi aktivitasnya, bahkan cenderung merugikannya meskipun kesan itu tak semuanya benar.3

Seperti gambaran yang telah dipaparkan di atas, maka sering timbul permasalahan yang berupa perilaku para pengusaha cenderung menyalah-fungsikan ide efisiensi dan kecepatan pelayanan, yang melatarbelakangi penyiapan draft-draft perjanjian asuransi dalam bentuk tercetak, menjadi kontrak-kontrak yang secara situasional atau teknis diupayakan bersifat baku dengan tujuan untuk melindungi kepentingan setiap pelaku usaha, termasuk untuk melindungi pihak pengusaha dari potensi-potensi kerugian atau kewajiban-kewajiban lain yang secara normal, sebenarnya masih merupakan konsekuensi yang harus ditanggungnya.

Dalam penjelasan atas undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, disebutkan antara lain bahwa faktor utama yang menjadi

       3


(15)

kelemahan konsumen adalah tingkat kesadaran konsumen akan haknya masih rendah. Konsumen cenderung belum memiliki pengetahuan tentang haknya. Hal ini terutama disebabkan oleh rendahnya pendidikan konsumen. Oleh karena itu, Undang-undang Perlindungan Konsumen dimaksudkan menjadi landasan hukum yang kuat bagi pemerintah dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat untuk melakukan upaya pemberdayaan konsumen melalui pembinaan dan pendidikan konsumen.4

Pentingnya perlindungan hukum bagi konsumen disebabkan posisi tawar konsumen yang lemah. Perlindungan hukum terhadap konsumen mensyaratkan adanya pemihakan kepada posisi tawar yang lemah (konsumen). Perlindungan hukum bagi konsumen adalah suatu masalah yang besar, dengan persaingan global yang terus berkembang. Perlindungan hukum sangat dibutuhkan dalam persaingan dan banyaknya produk serta layanan yang menempatkan konsumen dalam posisi tawar yang lemah. Perlindungan hukum bagi konsumen dalam bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh Negara. 5

Di samping itu, penulis merasakan masih sedikit informasi yang penulis ketahui tentang Perlindungan Hukum bagi pemegang Polis Bancassurance yang terdapat pada Sunlife Financial Indonesia ini, oleh sebab itulah penulis memilih asuransi jenis ini sebagai penambah pengetahuan tentang perlindungan konsumen asuransi. Selain itu juga untuk memenuhi kewajiban menyelesaikan sebuah karya tulis dalam bentuk skripsi yang dapat disumbangkan kepada almamater.

      

  4

 Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

5

Abdul Hakim Barkatullah, Hak hak Konsumen, (Bandung : Nusa Media, 2010), Halaman. 23.


(16)

Selain itu, kemungkinan juga masih banyak masyarakat awam yang belum mengetahui tentang Perlindungan Hukum bagi para pemegang polis asuransi jenis Bancassurance, untuk itulah penulis merasa tertarik untuk memilih judul tersebut sebagai bahan skripsi.

B. Perumusan Masalah

Suatu pengajuan permasalahan bertujuan untuk membatasi ruang lingkup permasalahan agar tidak melebar sehingga akan mengaturkan tujuan pembahasan, yang dapat dikatakan bahwa pembahasan dapat menjawab permasalahan tersebut.

Sehubungan dengan tingkah laku dari pelaku usaha yang tersebut di atas, dapat dirumuskan pokok permasalahan, yaitu :

1. Bagaimanakah sistem perlindungan hukum yang diterapkan dan diberikan oleh Sunlife Financial Indonesia terhadap pemegang polis Bancassurance? 2. Bagaimanakah bentuk penyelesaian klaim dan ganti kerugian yang

diberikan oleh Sunlife Financial kepada pemegang polis Bancassurance yang dirugikan?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Penulisan dalam rangka penyusunan skripsi ini mempunyai tujuan yang hendak dicapai, sehingga penulisan skripsi ini diharapkan akan lebih terarah serta dapat mengenai sasarannya. Adapun tujuan utama dari penulisan skripsi ini antara lain adalah sebagai sarana untuk melengkapi tugas akhir dalam memenuhi syarat akademik untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


(17)

Terkait dengan permasalahan yang hendak dibahas dalam penulisan ini, maka tujuan yang lain yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh Sunlife Financial Indonesia terhadap para pemegang polis Bancassurance.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan terhadap penyelesaian klaim dan ganti kerugian konsumen antara Sunlife Financial Medan dengan pemegang polis Bancassurance serta bentuk pemberian ganti rugi yang diberikan kepada pemegang polis Bancassurance yang dirugikan.

Sedangkan manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Secara teoritis

Skripsi ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan secara umum dan ilmu hukum secara khususnya dan lebih khususnya lagi mengenai perkembangan di bidang asuransi dan khususnya perlindungan konsumen.

2. Secara praktis

Diharapkan skripsi ini bermanfaat bagi kalangan praktisi dan pengusaha Perusahaan Asuransi terutama dalam pemberian perlindungan hukum agar setiap konsumen pemegang polis dapat terhindar dari segala kerugian atau kewajiban yang melebihi tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.

D. Keaslian Penulisan

Berdasarkan penelusuran pada perpustakaan Universitas Sumatera Utara, khususnya Fakultas Hukum, di dapati bahwa “Aspek Perlindungan Hukum bagi


(18)

Pemegang Polis Bancassurance (produk kerjasama antara Bank dan Perusahaan Asuransi)“, belum pernah ada yang meneliti dan dijadikan sebagai objek penulisan skripsi sebelumnya.

Penulisan skripsi ini adalah asli dari ide, gagasan, pemikiran, dan usaha Penulis sendiri dengan adanya bantuan dan bimbingan dari dosen pembimbing Penulis, tanpa adanya penipuan, penjiplakan, atau hal-hal lainnya yang dapat merugikan para pihak tertentu. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian untuk skripsi ini adalah asli. Dan untuk itu, Penulis dapat bertanggung jawab atas keaslian penulisan skripsi ini.

E. Tinjauan Kepustakaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “perlindungan” memiliki arti : tempat berlindung; hal (perbuatan dan sebagainya) yang bertujuan untuk memperlindungi (menjadikan atau menyebabkan berlindung).6

Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya       

6

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), Halaman. 595.


(19)

kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Berdasarkan pengertian di atas, bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan.7

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Demokrasi ekonomi itu sendiri dilaksanakan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Berdasarkan asas yang digunakan dalam perbankan, maka tujuan perbankan Indonesia adalah menunjang pelaksanaan pembangunan nasional untuk meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasilnya, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.8

Berdasarkan UU No. 10 Tahun 1998, fungsi bank di Indonesia adalah: a. Sebagai tempat menghimpun dana dari masyarakat Bank bertugas

mengamankan uang tabungan dan deposito berjangka serta simpanan dalam rekening koran atau giro. Fungsi tersebut merupakan fungsi utama bank. b. Sebagai penyalur dana atau pemberi kredit Bank memberikan kredit bagi

masyarakat yang membutuhkan terutama untuk usaha-usaha produktif.9

Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan       

7

Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan 8

Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. 9


(20)

diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.10

Hidup penuh dengan risiko yang terduga maupun tidak terduga, oleh karena itulah kita perlu memahami tentang asuransi. Beberapa kejadian alam yang terjadi pada tahun-tahun belakangan ini dan memakan banyak korban, baik korban jiwa maupun harta, seperti mengingatkan kita akan perlunya asuransi. Bagi setiap anggota masyarakat termasuk dunia usaha, resiko untuk mengalami ketidakberuntungan (misfortune) seperti ini selalu ada. Dalam rangka mengatasi kerugian yang timbul, manusia mengembangkan mekanisme yang saat ini kita kenal sebagai asuransi.

Fungsi utama dari asuransi adalah sebagai mekanisme untuk mengalihkan resiko (risk transfer mechanism), yaitu mengalihkan resiko dari satu pihak (tertanggung) kepada pihak lain (penanggung). Pengalihan resiko ini tidak berarti menghilangkan kemungkinan misfortune, melainkan pihak penanggung menyediakan pengamanan finansial (financial security) serta ketenangan (peace of mind) bagi tertanggung. Sebagai imbalannya, tertanggung membayarkan premi dalam jumlah yang sangat kecil bila dibandingkan dengan potensi kerugian yang mungkin dideritanya.

Pada dasarnya, polis asuransi adalah suatu kontrak yakni suatu perjanjian yang sah antara penanggung (dalam hal ini perusahaan asuransi) dengan tertanggung, dimana pihak penanggung bersedia menanggung sejumlah kerugian

       10


(21)

yang mungkin timbul dimasa yang akan datang dengan imbalan pembayaran (premi) tertentu dari tertanggung.

Asuransi dalam terminologi hukum merupakan suatu perjanjian, oleh karena itu perjanjian itu sendiri perlu dikaji sebagai acuan menuju pada pengertian perjanjian asuransi. Di samping itu karena acuan pokok perjanjian asuransi tetap pada pengertian dasar dari perjanjian.

Asuransi dalam Undang-Undang No.2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum pihak ke tiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.11

Badan yang menyalurkan risiko disebut "tertanggung", dan badan yang menerima resiko disebut "penanggung". Perjanjian antara kedua badan ini disebut kebijakan. Kebijakan ini adalah sebuah kontrak legal yang menjelaskan setiap istilah dan kondisi yang dilindungi. Biaya yang dibayar oleh "tetanggung" kepada "penanggung" untuk risiko yang ditanggung disebut "premi". Ini biasanya ditentukan oleh "penanggung" untuk dana yang bisa diklaim di masa depan, biaya administratif, dan keuntungan.

Menurut Kamus Hukum, Overeenkomst yakni perjanjian; persetujuan; kontrak mempunyai arti sebagai “perbuatan hukum yang diadakan oleh dua orang

       11


(22)

atau lebih, baik yang mengikat dari satu terhadap yang lain, maupun secara timbal balik untuk melakukan prestasi oleh yang berwajib.”12 Dalam KUHPerdata, Perjanjian (Overeenkomst) adalah sesuatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.13

Menurut para ahli hukum, ketentuan Pasal 1313 KUH Perdata memiliki beberapa kelemahan, antara lain : tidak jelas, karena setiap perbuatan tersebut dapat disebut perjanjian; tidak tampak asas konsensualisme; dan bersifat dualisme. Sehingga menurut teori baru setiap perjanjian haruslah berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum.14

Banyak definisi yang telah diberikan kepada istilah asuransi, dimana secara sepintas tidak ada kesamaan antara definisi yang satu dengan yang lainnya. Hal ini bisa dimaklumi, karena mereka dalam mendefinisikannya disesuaikan dengan sudut pandang yang mereka gunakan dalam memandang asuransi, dimana sesuai dengan uraian diatas bahwa asuransi dapat dipandang dari beberapa sudut.

Definsi-definisi tersebut antara lain :

Perasuransian adalah istilah hukum (legal term) yang dipakai dalam perundang–undangan dan Perusahaan Perasuransian. Istilah perasuransian berasal dari kata “asuransi” yang berarti pertanggungan atau perlindungan atas suatu objek dari ancaman bahaya yang menimbulkan kerugian. Apabila kata “asuransi” diberi imbuhan per-an, maka muncullah istilah hukum “perasuransian”, yang berarti segala usaha yang berkenaan dengan asuransi. Usaha yang berkenaan dengan asuransi ada 2 jenis yaitu :

       12

L. Sumartini, Kamus Hukum Umum Bahasa Belanda-Bahasa Indonesia, (Jakarta : Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RI, 1999), Halaman. 105.

13

Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 14

Titik Triwulan Tutik, Pengantar Hukum Perdata di Indonesia, (Jakarta : Prestasi Pustaka, 2006), Halaman. 243.


(23)

a. Usaha di bidang kegiatan asuransi disebut usaha asuransi (insurance business). Perusahaan yang menjalankan usaha asuransi disebut Perusahaan Asuransi (insurance company).15

b. Usaha di bidang kegiatan penunjang usaha asuransi disebut usaha penunjang usaha asuransi (complementary insurance business). Perusahaan yang menjalankan usaha penunjang usaha asuransi disebut Perusahaan Penunjang Asuransi (complementary insurance company). 16

Dalam pengertian “perasuransian” selalu meliputi 2 jenis kegiatan usaha, yaitu usaha asuransi dan usaha penunjang usaha asuransi. Perusahaan Perasuransian selalu meliputi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Penunjang Asuransi. Perusahaan Asuransi adalah jenis perusahaan yang menjalankan usaha asuransi. Usaha asuransi adalah usaha jasa keuangan yang dengan menghimpun dana masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi memberikan perlindungan kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti atau terhadap hidup atau meninggalnya seseorang (Pasal 2 huruf (a) Undang–Undang Nomor 2 Tahun 1992).17

Perusahaan Penunjang Asuransi adalah perusahaan yang menjalankan usaha penunjang usaha asuransi. Dalam Pasal 2 huruf (b) Undang–Undang Nomor 2 Tahun 1992 dinyatakan bahwa usaha penunjang usaha asuransi adalah usaha yang menyelenggarakan : jasa keperantaraan, jasa penilaian kerugian asuransi, dan jasa aktuaria.

       15

Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2006), Halaman. 5.

16

Abdulkadir Muhammad, Ibid. , Halaman. 6 17


(24)

Defenisi Pertanggungan dan Penjaminan yang juga memiliki hubungan dengan istilah perasuransian. Istilah aslinya dalam bahasa Belanda adalah verzekering atau assurantie. Prof. R. Sukardono Guru Besar Hukum Dagang menerjemahkannya dengan “pertanggungan”. Istilah pertanggungan ini umum dipakai dalam literature hukum dan kurikulum perguruan tinggi hukum di Indonesia. Istilah asuransi adalah serapan dari istilah assurantie (Belanda), assurance (Inggris) banyak dipakai dalam praktik dunia usaha (business). Akan tetapi, kenyataan sekarang kedua istilah pertanggungan dan asuransi dipakai, baik dalam kegiatan bisnis maupun pendidikan hukum di perguruan tinggi hukum sebagai sinonim. Kedua istilah tersebut dipakai dalam undang–undang perasuransian dan juga buku – buku hukum perasuransian.

Dalam verzekeringsrecht dikenal juga istilah verzekeraar dan verzekerde. Prof. R. Soekardono menerjemahkan verzekeraar dengan penanggung yaitu pihak yang menanggung resiko. Sementara verzekerde diterjemahkannya dengan tertanggung, yaitu pihak yang mengalihkan risiko atas kekayaan atau jiwanya kepada penanggung. Dalam hukum asuransi atau pertanggungan di Inggris, asuransi atau pertanggungan disebut insurance, penanggung disebut the insurer, dan tertanggung disebut the insured. Walaupun istilah asuransi dan pertanggungan dipakai sebagai sinonim, istilah pengasuransi dan terasuransi tidak pernah dipakai, yang dipakai adalah istilah penanggung dan tertanggung, baik dalam undang– undang maupun dalam kontrak.

Berbeda dengan Prof. R. Soekardono, Prof. Wirjono Prodjodikoro Guru Besar Hukum Perdata, mantan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia menggunakan istilah asuransi sebagai serapan dari assurantie (Belanda), penjamin


(25)

untuk penanggung, dan terjamin untuk tertanggung. Walaupun istilah yang dimaksud itu mempunyai kesamaan pengertian, istilah penjamin dan terjamin lebih tepat dipakai pada hukum perdata mengenai perjanjian penjaminan (garantie, borgtocht, hoofdelijkheid). Oleh karena itu, perlu dibedakan antara istilah hukum yang dipakai pada perjanjian khusus dalam lingkup hukum perdata.18

J.E Kaihatu menjelaskan perbedaan penggunaan istilah insurance dan assurance dalam praktik asuransi di Inggris. Beliau menyatakan bahwa istilah insurance dipakai untuk asuransi kerugian, sedangkan istilah assurance dipakai untuk asuransi jumlah.

Terjadinya perbedaan istilah dalam bahasa Indonesia adalah akibat terjemahan bahasa Belanda ke dalam bahasa Indonesia. Sebagaimana di ketahui bahwa hukum yang berlaku di Indonesia adalah hukum tertulis yang sebagian besar berasal dari hukum Belanda yang ditulis dalam bahasa Belanda. Oleh karena itu, untuk menciptakan istilah hukum dalam bahasa Indonesia yang lebih tepat, sesuai dan tidak rancu dalam penggunaannya, sebaiknya berhati–hati dalam menerjemahkan istilah hukum yang ditulis dalam bahasa Belanda ke dalam bahasa Indonesia.19

Menurut Titik Triwulan, perjanjian adalah suatu persetujuan dimana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan.20 Dalam defenisi di atas, secara jelas terdapat konsensur antara para pihak, yakni persetujuan antara para pihak satu dengan pihak lainnya.

       18

Abdulkadir Muhammad, Ibid, Halaman. 7 19

Abdulkadir Muhammad, Ibid, Halaman. 7 20


(26)

Perjanjian di sini dapat dikatakan sebagai Undang-Undang yang merupakan ketentuan di luar UUPK, sebab sesuai dengan ketentuan dalam KUHPerdata yang menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya.21 Ketentuan ini menganut asas kebebasan berkontrak yang berarti setiap orang bebas membuat perjanjian apapun baik yang diatur secara khusus dalam KUHPerdata maupun yang belum diatur dalam KUHPerdata atau peraturan lainnya. Hal ini berarti bahwa masyarakat selain bebas membuat perjanjian apapun, mereka pada umumnya juga diperbolehkan untuk mengesampingkan atau untuk tidak mengesampingkan peraturan-peraturan yang terdapat dalam bagian khusus buku III KUHPerdata.

Pada setiap perjanjian yang dibuat para pihak (disebut pihak pertama dan pihak kedua), tentu sudah ditetapkan berbagai ketentuan seperti hak dan kewajiban masing-masing pihak serta ketentuan lain yang disepakati. Sesuai dengan perjanjian yang berisikan ketentuan-ketentuan yang mengatur para pihak inilah, yang mana perjanjian ini juga yang akan memberikan perlindungan bagi para pihak apabila ada salah satu pihak yang melanggar ketentuan-ketentuan bersangkutan (wanprestasi) dan sebaliknya pihak lain berhak mendapatkan ganti kerugian.

Subekti, memberikan pengertian perjanjian sebagai suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seseorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.22 Sedangkan Sardjono, mengatakan bahwa yang

       21

Pasal 1338 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 22


(27)

dimaksud dengan perjanjian adalah suatu perbuatan dimana salah satu pihak mengikatkan diri pada pihak lain untuk melakukan suatu perbuatan.

Setiap perjanjian pada dasarnya akan meliputi hal-hal tersebut di bawah ini:

a. Perjanjian selalu menciptakan hubungan hukum.

b. Perjanjian menunjukkan adanya kemampuan atau kewenangan menurut hukum.

c. Perjanjian mempunyai atau berisikan suatu tujuan, bahwa pihak yang satu akan memperoleh dari pihak yang lain suatu prestasi yang mungkin memberikan sesuatu, melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.

d. Dalam setiap perjanjian, Kreditor berhak atas prestasi dari debitor, yang dengan sukarela akan memenuhinya.

e. Bahwa dalam setiap perjanjian debitor wajib dan bertanggung-jawab melakukan prestasinya sesuai dengan isi perjanjian.

Kelima unsur termaksud di atas pada hakikatnya selalu terkandung pada setiap jenis perjanjian termasuk perjanjian asuransi. Jadi, pada perjanjian asuransi di samping harus mengandung kelima unsur pokok termaksud, mengandung pula unsur-unsur lain yang menunjukkan ciri-ciri khusus dalam karakteristiknya. Ciri-ciri dan karakteristik perjanjian asuransi inilah nanti yang membedakannya dengan jenis perjanjian pada umumnya dan perjanjian-perjanjian lain.23

Perjanjian asuransi atau pertanggungan itu mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

       23

Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, (Jakarta: Sinar Grafika, 1995), Halaman. 83.


(28)

a. Perjanjian asuransi atau pertanggungan pada dasarnya adalah suatu perjanjian penggantian kerugian (shcadeverzekering atau indemniteits contract). Penanggung mengikatkan diri untuk menggantikan kerugian karena pihak tertanggung menderita kerugian dan yang diganti itu adalah seimbang dengan kerugian yang sungguh-sungguh diderita (prinsip indemnitas).

b. Perjanjian asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian bersyarat. Kewajiban mengganti rugi dari penanggung hanya dilaksanakan kalau peristiwa yang tidak tertentu atas mana pertanggungan itu terjadi.

c. Perjanjian asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian timbal balik. Kewajiban penanggung mengganti rugi diharapkan dengan kewajiban tertanggung membayar premi.

d. Kerugian yang diderita adalah akibat dari peristiwa yang tidak tertentu atas mana diadakan pertanggungan.

Sesuai dengan ketentuan perjanjian dalam KUHPerdata, syarat sahnya suatu perjanjian, yakni : 24

a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan; c. Suatu hal tertentu;

d. Suatu sebab yang halal.

Dengan diberlakukannya kata sepakat mengadakan perjanjian maka berarti bahwa kedua belah pihak harusnya mempunyai kebebasan kehendak. Kedua belah pihak harus mempunyai kemauan yang bebas untuk mengikatkan diri dan kemauan itu harus dinyatakan. Pernyataan dapat dilakukan dengan tegas ataupun

       24


(29)

secara diam-diam.25 Perusahaan Perasuransian adalah terdiri dari Perusahaan Asuransi Kerugian, Perusahaan Reasuransi, Perusahaan Pialang Asuransi, Perusahaan Pialang Reasuransi, Agen Asuransi, Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi dan Perusahaan Konsultan Aktuaria.26

Asuransi dalam Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian adalah perjanjian antara kedua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

Badan yang menyalurkan risiko disebut tertanggung, dan badan yang menerima risiko disebut penanggung. Perjanjian antara kedua badan ini disebut kebijakan, yaitu sebuah kontrak legal yang menjelaskan setiap istilah dan kondisi yang dilindungi. Para pihak yang membuat perjanjian asuransi juga mempunyai kebebasan untuk mengatur sendiri isi perjanjiannya (asas kebebasan berkontrak) dengan berdasar pada Pasal 1338 KUHPerdata, yaitu:

a. Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

       25

T. Darwini, Diktat Hukum Perdata, (Medan : 2007), Halaman. 84. 26


(30)

b. Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu.

c. Suatu perjanjian harus dilakukan dengan itikad baik.

Arti penting dari perjanjian asuransi adalah bahwa asuransi merupakan perjanjian yang memberikan proteksi. Oleh karena itu, perjanjian asuransi adalah perjanjian yang menawarkan suatu kepastian dari suatu ketidakpastian mengenai kerugian-kerugian yang bersifat ekonomis, yang mungkin timbul karena suatu peristiwa yang belum pasti. Perjanjian Asuransi pada dasarnya merupakan perjanjian penggantian kerugian, dimana penanggung mengikatkan diri untuk mengganti kerugian yang diperkirakan akan terjadi dan akan diderita oleh tertanggung, dimana penggantian kerugian tersebut seimbang jumlahnya dengan kerugian sesungguhnya yang diderita oleh tertanggung.27

Dalam suatu perjanjian tanggung menanggung ditemui beberapa masalah, di antaranya tuntutan pihak tertanggung kepada penanggung untuk memperoleh ganti rugi apabila peristiwa tidak tertentu terjadi, yang dalam istilah asuransi disebut klaim. Dalam memperoleh ganti rugi biasanya tertanggung sering menghadapi kendala, seperti penentuan diganti seluruhnya atau sebagian masalah total ross. Apabila terjadi suatu peristiwa yang mengakibatkan kerugian kepada tertanggung, maka tertanggung harus melaporkan atau memberitahukan kepada penanggung dalam waktu 72 jam dengan membawa surat keterangan.28

       27

Marhainis Abdul Hay, Hukum Perbankan, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1997), Halaman. 56.

28

Hak Pemegang Polis tetap Harus Dibayar, www.bisnis.com, diakses pada tanggal 28 Agustus 2010.


(31)

Di dalam perjanjian tersebut harus dicantumkan beberapa faktor, di antaranya tanggung jawab penanggung atas kerugian yang diderita tertanggung, faktor-faktor apa saja yang menentukan jumlah pembayaran ganti rugi tersebut dan bagaimana proses penggantian kerugian yang dibayarkan pihak penanggung.

Tanggung Jawab secara perdata tersebut Merupakan konsekuensi logis yang memegang harus dilaksanakan oleh perusahaan asuransi selaku pihak penanggung. Pelaksanaan tanggung jawab secara perdata tersebut yang berupa penggantian kerugian yang diderita oleh pihak tertanggung dapat dikatakan telah selesai apabila kondisi barang yang dipertanggung-jawabkan telah kembali ke bentuk semula.

Dalam hal ini, perusahaan asuransi perlu memberikan penjelasan yang lengkap tentang peranan asuransi sebagai cara pengalihan risiko, dan disamping itu perlu pula dukungan pemerintah untuk mengembangkan proteksi asuransi melainkan pada masyarakat pada umumnya, mengingat masyarakat masih banyak yang belum memahami dari manfaat asuransi serta pembaharuan dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.

Yang dimaksud dengan Polis adalah surat perjanjian yang memuat perjanjian asuransi jiwa antara penanggung dengan pemilik polis. Sedangkan yang dimaksud dengan pemegang polis adalah orang/ badan yang mengadakan perjanjian asuransi jiwa dengan penanggung dan yang berhak atas polis.29

Ada pihak-pihak dan istilah yang terkait di dalam perlindungan konsumen, yaitu :

       29

Adrian Sutedi, Tanggung Jawab Produk Dalam Hukum Perlindungan Konsumen, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2008), Halaman. 10.


(32)

1. Konsumen

Menurut hukum positif masih sangat sedikit peraturan perundang-undangan yang menyebutkan tentang konsumen. Hal ini disebabkan karena ketidaktahuan atau keengganan konsumen untuk memanfaatkan waktunya. Di lain pihak, masih banyak produsen yang bertindak semena-mena di balik ketidakberdayaan dan ketidaktahuan konsumen tersebut.30

Istilah konsumen berasal dari kata consumer (Inggris-Amerika) atau consument/konsument (Belanda). Secara harafiah arti kata consumer adalah “(lawan dari produsen) setiap orang yang menggunakan barang”, sedangkan menurut Kamus Bahasa Inggris-Indonesia, consumer adalah “pemakai atau konsumen”.

Sebelum lahirnya UUPK, batasan dan pengertian tentang konsumen masih rancu. Istilah konsumen telah dimuat pertama kali dalam TAP MPR No. II/MPR/119 Bab IV huruf f butir 4a tentang GBHN dan selanjutnya disinggung sedikit dalam beberapa peraturan perundang-undangan. Tidak satupun menjelaskan pengertian konsumen. Untuk memperkecil lingkup pengertian konsumen, maka pengertian konsumen dapat terdiri dari tiga bagian, yaitu :31

a. Konsumen dalam arti umum adalah pemakai, pengguna dan/atau pemanfaat barang dan/atau jasa untuk tujuan tertentu.

b. Konsumen antara adalah pemakai, pengguna dan/atau pemanfaat barang dan/atau jasa untuk diproduksi (produsen) menjadi barang/jasa lain atau untuk diproduksi (produsen) menjadi barang/ jasa atau untuk memperdagangkannya (distributor), dengan tujuan komersial. Konsumen antara ini sama dengan pelaku usaha.

       30


(33)

c. Konsumen akhir adalah pemakai, pengguna dan/atau pemanfaat barang dan/atau jasa konsumen untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, keluarga atau rumah tangganya dan tidak untuk diperdagangkan kembali.32

Setelah lahirnya UUPK, maka jenis konsumen yang dilindungi adalah jenis konsumen akhir. Hal ini terlihat dari defenisi konsumen yang menjelaskan, yaitu : konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/ atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.”33 Selanjutnya pengertian konsumen yang akan dibahas dalam penulisan ini adalah konsumen akhir sesuai dengan pengertian konsumen dalam UUPK.

F. Metode Penulisan

Untuk menghasilkan karya tulis ilmiah ini agar tujuan dapat lebih terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka harus didukung dengan fakta-fakta/dalil-dalil yang akurat yang diperoleh dari penelitian, maka metode penulisan yang digunakan antara lain :

1. Jenis Penelitian

Penulis dalam menyusun skripsi ini menggunakan Metode Penelitian Hukum Normatif yang bersifat deskriptif. Penelitian Hukum Normatif adalah penelitian dengan hanya mengolah dan menggunakan data-data sekunder, sedangkan bersifat deskriptif maksudnya adalah penelitian tersebut kadangkala dilakukan dengan melakukan suatu survei ke lapangan untuk mendapatkan informasi yang dapat mendukung teori yang telah ada.

       32

Adrian Sutedi, Ibid, Halaman. 10. 33

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 1 angka 2.


(34)

2. Sumber data a. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh langsung di lapangan melalui wawancara dengan informan yang berasal dari pihak Sunlife Financial Medan dan pihak-pihak yang terkait.

b. Data sekunder

Data sekunder meliputi :

1) Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri dari :

a) Undang-Undang Dasar 1945; b) Peraturan Perundang-undangan :

1)) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan Konsumen;

2)) Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian; 3)) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 perubahan atas

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan 4)) Peraturan Bank Indonesia No. 5 /8/PBI 2003

5)) Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/43/DPNP

2) Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti Rancangan Undang-Undang (RUU), hasil-hasil penelitian atau pendapat pakar hukum.

3) Bahan Hukum Tertier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus (hukum) dan ensiklopedia.


(35)

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara :

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau yang disebut dengan data sekunder. Adapun data sekunder yang digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain, artikel-artikel baik yang diambil dari media cetak maupun elektronik, dokumen-dokumen pemerintah, termasuk peraturan perundang-undangan. b. Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu suatu pengumpulan data

lapangan guna memperoleh data-data yang diperlukan dan data yang diperoleh itu disebut dengan data primer. Penelitian ini didukung dengan wawancara (interview), yaitu situasi peran antar pribadi bertatap muka (face-to-face), dimana seketika seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian kepada seorang responden.

4. Analisis Data

Data primer dan data sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian dianalisa secara perspektif dengan menggunakan metode deduktif dan induktif. Metode deduktif dilakukan dengan cara membaca, menafsirkan dan membandingkan, sedangkan metode induktif dilakukan dengan menterjemahkan berbagai sumber yang berhubungan dengan topik dalam skripsi ini, sehingga diperoleh kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan.


(36)

G. Sistematika Penulisan

Dalam menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya harus diuraikan secara sitematis. Maka untuk memudahkan penulisan skripsi ini, maka diperlukan adanya sistematis penulisan yang teratur yang terbagi dalam bab per bab yang saling berkaitan satu sama lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :

Bab I : Bab ini menerangkan secara ringkas mengenai Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode dan Sistematika.

Bab II : Bab ini membahas tentang Perkembangan usaha perasuransian di Indonesia yang meliputi tentang Sejarah Perasuransian, Dasar Hukum Perasuransian, Perkembangan Usaha Perasuransian yang ada di Indonesia dan Perkembangan perbankan di Indonesia yang meliputi Sejarah Perasuransian, Dasar Hukum Perbankan, Perkembangan Perbankan yang ada di Indonesia serta Perkembangan Bancassurance di Indonesia.

Bab III : Bab ini menguraikan tentang Sejarah Sunlife Financial dan Produk Bancassurance, Sistem Perlindungan Hukum Indonesia terhadap Pemegang Polis Bancassurance, Sistem Perlindungan Hukum yang diterapkan dan diberikan Sunlife Financial terhadap Pemegang Polis Bancassurance

Bab IV : Bab ini menguraikan dengan jelas tentang Kerugian dan Faktor yang menyebabkan terjadinya Kerugian. Bab ini juga membahas tentang Penyelesaian Klaim dan Ganti Rugi oleh Sunlife Financial yang


(37)

meliputi Penyelesaian Ganti Kerugian menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Penyelesaian Ganti Kerugian yang diberikan oleh Sunlife Financial Bab V : Bab ini berisikan kesimpulan dari bab-bab yang telah dibahas

sebelumnya dan saran yang mungkin berguna dan dapat dipergunakan untuk menyempurnakan penulisan skripsi ini.


(38)

BAB II

PERKEMBANGAN USAHA PERASURANSIAN DAN PERBANKAN DI INDONESIA

A. Pengaturan Usaha Perasuransian di Indonesia 1. Sejarah Perasuransian

a. Sebelum Masehi

Pada zaman kebesaran Yunani di bawah kekuasaan Alexander The Great (356–323 BC) seorang pembantunya yang bernama Antimenes memerlukan sangat banyak uang guna membiayai pemerintahannya pada waktu itu. Untuk mendapatkan uang tersebut Antimenes mengumumkan kepada para pemilik budak belian supaya mendaftarkan budak – budaknya dan membayar sejumlah uang tiap tahun kepada Antimenes. Sebagai imbalannya, Antimenes menjanjikan kepada mereka jika ada budak yang melarikan diri, maka dia akan memerintahkan supaya budak itu ditangkap, atau jika tidak dapat ditangkap, dibayar dengan sejumlah uang sebagai gantinya.34

Apabila ditelaah dengan teliti, uang yang diterima oleh Antimenes dari pemilik budak itu adalah semacam premi yang diterima dari tertanggung, sedangkan kesanggupan Antimenes untuk menangkap budak yang melarikan diri atau membayar ganti kerugian karena budak yang hilang adalah semacam resiko yang dipikul oleh penanggung. Perjanjian ini mirip dengan asuransi kerugian. Demikianlah kesimpulan dapat diambil dari uraian Scheltema dalam bukunya yang berjudul Verzekeringsrecht.

       34

Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2006), Halaman. 1


(39)

Selanjutnya, Scheltema menjelaskan bahwa pada zaman Yunani banyak juga orang yang meminjamkan sejumlah uang kepada Pemerintah Kotapraja dengan janji bahwa pemilik uang tersebut diberi bunga setiap bulan sampai wafatnya dan bahkan setelah wafat diberi bantuan biaya penguburan. Jadi, perjanjian ini mirip asuransi jiwa. Bedanya hanya pada pembayaran premi dan santunan. Pada asuransi jiwa, tertanggung yang membayar premi setiap bulan, bila terjadi kematian atau asuransi jiwa berakhir tanpa kematian, tertanggung memperoleh dari penganggung. Pada pinjaman Pemerintah Kotapraja, pemerintah membayar bunga setiap bulan kepada pemilik uang serta biaya penguburan bila pemilik uang meninggal dunia.

Perjanjian seperti ini terus berkembang pada zaman Romawi sampai tahun ke–10 sesudah Masehi. Pada waktu itu dibentuk perkumpulan (collegium). Setiap anggota perkumpulan harus membayar uang pangkal dan uang iuran bulanan. Apabila ada anggota perkumpulan yang meninggal dunia, perkumpulan memberikan bantuan biaya penguburan yang disampaikan kepada ahli warisnya. Apabila ada anggota perkumpulan yang pindah ke tempat lain, perkumpulan memberikan bantuan biaya perjalanan. Apabila ada anggota perkumpulan yang mengadakan upacara tertentu, perkumpulan memberikan bantuan biaya upacara.35 Apabila ditelaah dengan teliti, maka dapat dipahami bahwa perjanjian-perjanjian tersebut merupakan peristiwa hukum permulaan dari perkembangan asuransi kerugian dan asuransi jumlah.

       35


(40)

b. Abad Pertengahan

Peristiwa – peristiwa hukum yang telah diuraikan di atas terus berkembang pada abad pertengahan. Di Inggris sekelompok orang yang mempunyai profesi sejenis membentuk 1 (satu) perkumpulan yang disebut gilde. Perkumpulan ini mengurus kepentingan anggota – anggotanya dengan janji apabila ada anggota yang kebakaran rumah, gilde akan memberikan sejumlah uang yang diambil dari dana gilde yang terkumpul dari anggota – anggota. Perjanjian ini banyak terjadi pada abad ke – 9 dan mirip dengan asuransi kebakaran.36

Bentuk perjanjian seperti ini lebih lanjut berkembang di Denmark, Jerman, dan negara – negara Eropa lainnya sampai pada abad ke – 12. Pada abad ke – 13 dan abad ke – 14 perdagangan melalui laut mulai berkembang pesat. Akan tetapi, tidak sedikit bahaya yang mengancam dalam perjalanan perdagangan melalui laut. Keadaan ini mulai tepikir oleh para pedagang waktu itu untuk mencari upaya yang dapat mengatasi kemungkinan kerugian yang timbul melalui laut. Inilah titik awal perkembangan asuransi kerugian laut. 37

Untuk kepentingan perjalanan melalui laut, pemilik kapal meminjam sejumlah uang dari pemilik uang dengan bunga tertentu, sedangkan kapal dan barang muatannya dijadikan jaminan. Dengan ketentuan, apabila kapal dan barang muatannya rusak atau tenggelam, uang dan bunganya tidak usah dibayar kembali. Akan tetapi, apabila kapal dan barang muatannya tiba dengan selamat di tempat tujuan, uang yang dipinjam itu dikembalikan ditambah dengan bunganya. Ini disebut bodemerij. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa bunga yang dibayar itu seolah-olah berfungsi sebagai premi, sedangkan pemilik uang berfungsi       

36

Abdulkadir Muhammad, Ibid, Halaman. 2 37


(41)

sebagai pihak yang menanggung resiko kehilangan uang dalam hal terjadi bahaya yang menimbulkan kerugian. Jadi, uang hilang itu dianggap seolah – olah sebagai ganti kerugian kepada pemiliki kapal dan barang muatannya.

Karena ada larangan menarik bunga oleh agama Nasrani yang dianggap sebagai riba, maka pola perjanjian tersebut diubah. Dalam perjanjian peminjaman uang itu, pemberi pinjaman tidak perlu memberikan sejumlah uang lebih dahulu kepada pemilik kapal dan barang muatannya, tetapi setelah benar – benar terjadi bahaya yang menimpa kapal dan barang muatannya, barulah dapat diberikan sejumlah uang. Namun, pada permulaan berlayar pemilik kapal dan barang muatannya perlu menyetor sejumlah uang kepada pemberi pinjaman sebagai pihak yang menanggung. Dengan ketentuan apabila tidak terjadi peristiwa yang merugikan, maka uang yang sudah disetor itu menjadi hak pemberi pinjaman. Jadi, fungsi uang setoran tersebut mirip dengan premi asuransi.38

Demikianlah permulaan perkembangan asuransi pada pengangkutan laut. Asuransi ini berkembang pesat terutama di Negara-negara pantai (coastal countries), seperti Inggris, Perancis, Belanda, Jerman, Denmark, dan lain-lain.

c. Sesudah Abad Pertengahan

Sesudah abad pertengahan, bidang asuransi laut dan asuransi kebakaran mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama di Negara-negara Eropa Barat, seperti di Inggris pada abad ke-17, kemudian di Perancis pada abad ke-18, dan terus ke negeri Belanda. Perkembangan pesat asuransi laut di Negara-negara tersebut dapat dimaklumi karena Negara-negara tersebut banyak berlayar melalui

       38


(42)

laut dari dan ke Negara-negara seberang laut (overseas countries) terutama daerah-daerah jajahan mereka.

Pada waktu pembentukan Code de Commerce Perancis awal abad ke-19, asuransi laut dimasukkan dalam kodifikasi. Pada waktu pembentukan Wetboek van Koophandel Nederland, di samping asuransi laut dimasukkan juga asuransi kebakaran, asuransi hasil panen, dan asuransi jiwa. Sementara di Inggris, asuransi laut diatur secara khusus dalam Undang-Undang Asuransi Laut (Marine Insurance Act) yang dibentuk pada tahun 1906. Berdasarkan asas konkordansi, Wetboek van Koophandel Nederland diberlakukan pula di Hindia Belanda melalui Staatsblad Nomor 23 Tahun 1847.39

d. Abad Ilmu dan Teknologi

Perkembangan ilmu dan Teknologi yang pesat pada abad ke – 20 berdampak positif pada perkembangan usaha bidang perasuransian. Kegiatan usaha tidak hanya bidang asuransi, tetapi juga bidang penunjang asuransi. Pembangunan bidang prasarana transportasi sampai ke daerah pelosok mendorong perkembangan sarana transportasi darat, laut, dan udara serta meningkatkan mobilitas penumpang dari suatu daerah ke daerah bahkan negara lain. Ancaman bahaya lalu lintas juga makin meningkat, sehingga kebutuhan perlindungan terhadap barang muatan dan jiwa penumpang juga meningkat. Keadaan ini mendorong perkembangan perusahaan asuransi kerugian dan asuransi jiwa serta asuransi social (social security insurance).40

       39

Abdulkadir Muhammad, Ibid, Halaman. 4 40


(43)

Pembangunan bidang ekonomi ditandai oleh munculnya perusahaan besar yang memerlukan banyak modal melalui kredit, bangunan kantor, tenaga kerja yang membutuhkan jaminan perlindungan dari ancaman bahaya kemacetan, kebakaran, dan kecelakaan kerja. Hal ini mendorong perkembangan asuransi kredit, asuransi kebakaran, dan asuransi tenaga kerja. Perkembangan di bidang teknologi satelit komunikasi juga memerlukan perlindungan dari ancaman kegagalan peluncuran dan berfungsinya satelit, sehingga perlu diasuransikan. Hal ini pernah terjadi ketika Indonesia meluncurkan satelit Palapa B2 yang gagal masuk garis orbit. Karena kegagalan tersebut, Indonesia mengklaim dan mendapat ganti kerugian dari perusahaan asuransi yang bersangkutan.

Perkembangan usaha perasuransian mengikuti perkembangan ekonomi masyarakat. Makin tinggi pendapatan per kapita masyarakat, makin mampu masyarakat memiliki harta kekayaan dan makin dibutuhkan pula perlindungan keselamatannya dari ancaman bahaya. Karena pendapatan masyarakat meningkat, maka kemampuan membayar premi asuransi juga meningkat. Dengan demikian, usaha perasuransian juga berkembang. Kini banyak sekali jenis asuransi yang berkembang dalam masyarakat yang meliputi asuransi kerugian, asuransi jiwa, dan asuransi sosial yang diatur dalam berbagai undang-undang. Khusus mengenai asuransi sosial bukan didasarkan pada perjanjian, melainkan diatur dengan undang-undang sebagai asuransi wajib (compulsory insurance).41

       41


(44)

2. Dasar Hukum Perasuransian

Menurut KUHP Pasal 246: “Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang di harapkan, yang mungkin akan diderita karena sesuatu yang tak tertentu.”

Macam-macam Asuransi :

1. Asuransi kerugian adalah asuransi yang memberikan ganti rugi kepada tertanggung yang menderita kerugian barang atau benda miliknya, kerugian mana terjadi karena bencana atau bahaya terhadap mana pertanggungan ini diadakan, baik kerugian itu berupa: kehilangan nilai pakai, kekurangan nilainya dan kehilangan keuntungan yang diharapkan oleh tertanggung. Penanggung tidak harus membayar ganti rugi kepada tertanggung kalau selama jangka waktu perjanjian objek pertanggungan tidak mengalami bencana atau bahaya yang dipertanggungkan.

2. Asuransi jiwa adalah perjanjian tentang pembayaran uang dengan nikmat dari premi dan yang berhubungan dengan hidup atau matinya seseorang termasuk juga perjanjian asuransi kembali uang dengan pengertian catatan dengan perjanjian dimaksud tidak termasuk perjanjian asuransi kecelakaan (yang masuk dalam asuransi kerugian) berdasarkan pasal I a Bab I Staatblad 1941 – 101). Dalam asuransi jiwa (yang mengandung SAVING) penanggung akan tetap mengembalikan jumlah uang yang diperjanjikan kepada tertanggung.


(45)

3. Asuransi Sosial ialah asuransi yang memberikan jaminan kepada masyarakat dan diselenggarakan oleh pemerintah, yaitu:

a. Asuransi kecelakaan lalu lintas (jasa raharja). b. Asuransi TASPEN, ASTEK. ASKES, ASABRI. Sifat asuransi social

a. Dapat bersifat asuransi kerugian b. Dapat bersifat asuransi jiwa.

Pengaturan hukum asuransi di Indonesia dewasa ini antara lain dijumpai dalam Buku I Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) mulai pasal 246-pasal 286, Undang-undang Nomor 34 Tahun 1964 tentang Dana Kecelakaan Lalu Lintas jo Peraturan Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan, Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian jo Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1992 tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia Indonesia ke dalam Modal Saham Perusahaan dan beberapa Keputusan Menteri Keuangan. Walaupun telah banyak peraturan perundang-undangan yang mengatur asuransi, namun semua undang-undang yang ada belum dapat memberikan perlindungan hukum yang maksimal, misalnya bagi nasabah perusahaan asuransi (tertanggung) dalam pengajuan klaim asuransi. Adapun peraturan perundangan yang berhubungan dengan pengaturan usaha perasuransian dalam hubungannya dengan perlindungan bagi pemegang polis adalah sebagai berikut :

1). Kitab Undang – Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)

Berdasarkan Pasal 1 KUHD, ketentuan umum perjanjian dalam KUHPerdata dapat berlaku pula bagi perjanjian asuransi dengan kepentingan pemegang polis yang perlu diperhatikan. Ketentuan dimaksud antara lain :


(46)

Pasal 1266 KUHPerdata mengatur bahwa syarat batal dianggap selalu dicantumkan dalam perjanjian timbal balik apabila salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya. Namun demikian disebutkan pula bahwa perjanjian tidak batal demi hukum, tetapi pembatalah harus dimintakan kepada hakim. Permintaan tersebut juga harus dilakukan meskipun syarat batal mengenai tidak dipenuhinya kewajiban dinyatakan di dalam perjanjian.

Bagi kepentingan pemegang polis ketentuan pasal tersebut perlu diperhatikan sebab kemungkinan misalnya yang bersangkutan terlambat dalam melakukan pembayaran premi.

Apabila ternyata penanggung wajib memberikan ganti kerugian atau sejumlah uang dalam perjanjian asuransi dan ternyata melakukan ingkar janji, maka pemegang polis dapat menuntut penggantian biaya, rugi dan bunga dengan memperhatikan Pasal 1267 KUHPerdata yang menyatakan bahwa pihak terhadap siapa perikatan tidak dipenuhi, dapat memilih apakah ia, jika hal itu masih dapat dilakukan, akan memaksa pihak yang lain untuk memenuhi perjanjian, disertai penggantian biaya, kerugian dan bunga. 42

Untuk mencegah penanggung menambah syarat – syarat lainnya dalam memberikan ganti rugi atau sejumlah uang, maka sebaiknya pemegang polis memperhatikan ketentuan Pasal 1253 s/d 1262 KUHPerdata.

Bahwa ahli waris dari pemegang polis/tertanggung dalam perjanjian asuransi juga mempunyai hak untuk dilaksanakan prestasi dari perjanjian tersebut dapat disimpulkan dari ketentuan Pasal 1318 KUHPerdata. Disebutkan dalam pasal tersebut bahwa jika seorang minta diperjanjikan sesuatu hal, maka dianggap       

42

Man Suparman Sastrawidjaja, Hukum Asuransi Perlindungan Tertanggung Asuransi


(47)

itu adalah untuk ahli waris – ahli warisnya dan orang – orang yang memperoleh hak dari padanya, kecuali jika dengan tegas ditetapkan atau dapat disimpulkan dari sifat perjanjian bahwa tidak demikian maksudnya.

Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata mengatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang – undang bagi mereka yang membuatnya. Dengan adanya perkataan “semua” dalam pasal tersebut berarti juga berlaku bagi perjanjian asuransi. Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata melahirkan beberapa asas antara lain asas kebebasan berkontrak, asas kekuatan mengikat, dan asas kepercayaan.43

Selanjutnya Pasal 1338 ayat (2) KUHPerdata berbunyi bahwa perjanjian – perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak atau karena alasan – alasan yang oleh undang – undang dinyatakan cukup untuk itu. Dengan demikian apabila misalnya pemegang polis terlambat membayar premi maka penanggung tidak secara sepihak menyatakan perjanjian asuransi batal.

Pasal 1338 KUHPerdata ditutup dengan ayat (3) yang menegaskan bahwa perjanjian – perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Itikad baik merupakan suatu dasar pokok dan kepercayaan yang menjadi landasan setiap perjanjian termasuk perjanjian asuransi dan pada dasarnya hukum tidak melindungi pihak yang beritikad buruk.44

Pasal 1339 KUHPerdata berbunyi bahwa perjanjian – perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal – hal yang dengan tegas dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh       

43

Man Suparman Sastrawidjaja, Ibid., Halaman 12. 44


(48)

kepatutan, kebiasaan atau undang – undang. Ketentuan ini yang melahirkan asas kepatutan berkaitan dengan ketentuan mengenai isi perjanjian.

Pasal 1324 KUHPerdata mengenai menafsirkan perjanjian harus diperhatikan pula oleh para pihak yang mengadakan perjanjian asuransi.

Pasal 1365 KUHPerdata tentang perbuatan melanggar hukum dapat juga dipergunakan oleh pemegang polis apabila dapat membuktikan penanggung telah melakukan perbuatan yang merugikannya.45

2). Kitab Undang – Undang Hukum Dagang (KUHD)

Dalam hubungan dengan perlindungan kepentingan pemegang polis asuransi, di dalam KUHD terdapat pula beberapa peraturan lainnya yang harus diperhatikan. Ketentuan dimaksud antara lain :

Pasal 254 KUHD yang melarang para pihak dalam perjanjian, baik pada waktu diadakannya perjanjian maupun selama berlangsungnya perjanjian asuransi menyatakan melepaskan hal – hal yang oleh ketentuan undang – undang diharuskan sebagai pokok suatu perjanjian asuransi ataupun hal – hal yang dengan tegas telah dilarang. Apabila hal demikian dilakukan mengakibatkan perjanjian asuransi itu batal.46

Dalam Pasal 257 disebutkan bahwa perjanjian asuransi diterbitkan, seketika setelah ditutup, hak dan kewajiiban bertimbal balik dari penanggung dan tertanggung mulai berlaku sejak saat itu, bahkan sebelum polisnya ditandatangani. Dengan demikian perjanjian asuransi merupakan perjanjian konsensual sehingga telah terbentuk dengan adanya kata sepakat kedua belah pihak.

       45

Man Suparman Sastrawidjaja, Ibid., Halaman 15. 46


(49)

Mengenai pembuktian adanya perjanjian asuransi diatur dalam Pasal 258 KUHD. Disebutkan bahwa untuk membuktikan hal ditutupnya perjanjian tersebut diperlukan pembuktian dengan tulisan, namun demikian bolehlah lain – lain alat pembuktian dipergunakan juga, manakala sudah ada permulaan pembuktian dengan tulisan. 47

Pasal 260 dan 261 KUHD yang mengatur tentang asuransi yang ditutup dengan perantaraan makelar. Dari Pasal 260 KUHD diketahui bahwa dalam hal perjanjian asuransi ditutup dengan perantaraan seorang makelar, maka polis yang telah ditandatangani harus diserahkan di dalam waktu 8 hari setelah ditutupnya perjanjian. Demikian pula Pasal 259 KUHD yang mengatur mengenai perjanjian asuransi yang ditutup langsung oleh tertanggung dengan penanggung, diharuskan pihak yang disebut terakhir ini menandatanganinya dalam waktu 24 jam. Apabila waktu yang ditentukan di atas dilampaui, tertanggung perlu memperhatikan Pasal 261 KUHD yang menyatakan bahwa jika ada kelalaian, dalam hal – hal yang ditentukan dalam pasal 259 dan 260 KUHD tersebut, maka wajiblah penanggung atau makelar yang bersangkutan memberikan ganti rugi kepada tertanggung dalam hal timbul kerugian yang diakibatkan kelalaian tersebut.48

3). Peraturan Perundang-undangan lain

a) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1988 tanggal 26 Oktober 1988 tentang Usaha di Bidang Asuransi Kerugian.

b) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 1249/KMK.013/1988Ntanggal 20 Desember 1988 tentang       

47

Man Suparman Sastrawidjaja, Ibid., Halaman 18. 48


(50)

Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Usaha di Bidang Asuransi Kerugian.

c) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 1250/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988 tentang Usaha Asuransi Jiwa.49

3. Perkembangan Usaha Perasuransian

Perkembangan industri asuransi di Indonesia tentunya tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dan teknologi dalam kehidupan manusia, dimana dengan semakin terbatasnya sumber-sumber kebutuhan manusia dalam usaha untuk meningkatkan kemakmurannya maka bertambah besar usaha manusia untuk mendayagunakan sumber-sumber yang ada serta usaha untuk mengamankan baik atas diri atau keluarga mereka serta harta miliknya dari peristiwa-peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian atau menyebabkan gangguan dalam mencapai tujuan hidup mereka.

Sasaran utama pembangunan jangka pangjang Indonesia adalah terciptanya landasan kuat bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan sendiri menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang -Undang Dasar 1945 dan didasari bahwa pembangunan ekonomi memerlukan dukungan investasi dalam jumlah yang besar yang pelaksanaannya harus berdasarkan pada kemampuan sendiri dan oleh karena itu diperlukan usaha yang sungguh- sungguh untuk mengerahkan dana investasi, khususnya yang bersumber dari tabungan masyarakat.

       49


(51)

Usaha persuransian sebagai salah satu lembaga keuangan non bank menjadi semakin penting peranannya, karena dari kegiatan usahanya disamping memberikan proteksi kepada masyarakat juga merupakan lembaga penghimpun dana yang bersumber dari penerimaan premi asuransi dari masyarakat dimana dana ini dapat diinvestasikan pada sektor-sektor yang produktif dan aman serta diharapkan industri asuransi ini dapat semakin meningkatkan pengerahan dana masyarakat ini untuk pembiayaan pembangunan.

Dalam pada itu, kegiatan pembangunan tidak luput pula dari berbagai risiko yang dapat mengganggu hasil pembangunan yang telah dicapai, Sehubungan itu dibutuhkan kehadiran usaha perasuransian yang tangguh yang dapat menampung kerugian yang dapat timbul oleh adanya berbagai risiko.50

Kebutuhan akan jasa usaha perasuransian juga merupakan sarana finansial dalam tata kehidupan ekonomi rumah tangga, baik dalam menghadapi risiko finansial yang timbul sebagai akibat risiko yang mendasar, yaitu risiko alamiah datangnya kematian maupun dalam menghadapi berbagai yang secara sadar atas harta benda dimilikinya. Kebutuhan akan hadirnya usaha perasuransian yang dirasakan oleh dunia usaha mengingat di satu pihak terdapat berbagai risiko yang secara sadar dan rasional dirasakan dapat menggangu kesinambungan kegiatan usahanya, dilain pihak dunia usaha seringkali tidak dapat menghindarkan diri dari sistem yang memaksanya menggunakan jasa usaha perasuransian.

Usaha perasuransian telah cukup lama hadir dalam perekonomian Indonesia dan berperan dalam perjalanan sejarah bangsa berdampingan dengan sektor usaha lainnya; dan sejauh ini kehadiran usaha perasuransian seringkali       

50

https://www.maa.com.my/Document/InvestorCorner/Indonesia.pdf, diakses pada tanggal 05 September 2010.


(52)

terlihat sejalan dengan perkembangan pembangunan ekonomi yang semakin meningkat serta dalam rangka pengamanan kepentingan masyarakat atas hak milik maupun diri dan keluarganya.

Dalam era sepuluh tahun ini sedemikian pesatnya terlebih dengan telah diundangkannya Undang-undang Nomor 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian beserta peraturan pelaksanaannya baik ditingkat Keputusan Presiden dan Keputusan Menteri Keuangan terutama perkembangan baik dalam jumlah perusahaan maupun perolehan premi asuransinya pada perusahaan asuransi kerugian perusahaan asuransi jiwa. Perusahaan penunjang kegiatan perasuransian sedangkan dalam bidang reasuransi jumlah perusahaannya relatif tetap akan tetapi perolehan premi asuransinya meningkat dari tahun ke tahun.51

Menghadapi hal-hal tersebut diatas disamping semakin merebaknya masalah globalisasi serta liberalisasi ekomoni di berbagai negara termasuk Indonesia yang mau tidak mau akan berpengaruh dalam dunia usaha termasuk industri asuransi di Indonesia maka usaha untuk pengembangan sektor perasuransian semakin dibutuhkan agar bukan saja meningkatkan kemampuan industri asuransi itu sendiri agar beroperasi dengan daya saing yang tinggi akan tetapi juga usaha untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusianya agar dapat mengelola perusahaan dengan profesional.

Hal ini terlebih sangat dirasakan oleh industri asuransi dimana secara langsung ataupun tidak langsung terkait dengan perkembangan ekonomi Terknologi yang memberikan wawasan lebih luas dengan jenis-jenis risiko yang ada maupun belum ada dewasa ini, kebutuhan sumber daya manusia di dalam       

51

https://www.maa.com.my/Document/InvestorCorner/Indonesia.pdf, diakses pada tanggal 05 September 2010.


(53)

berbagai disiplin ilmu bertambah besar sehingga industri asuransi harus memulai untuk memikirkan dan merencanakan bagaimana usaha-usaha penarikan sumber daya manusia disamping mengembangkan mutu pendidikan dan manusianya agar tidak saja memiliki gelar akademik atau gelar profesi akan tetapi juga mampu mengembangkan seluruh potensinya demi kemajuan perusahaan dimana ia bekerja.

Melihat pada kondisi usaha perasuransian tersebut di atas khususnya yang berkaitan dengan sumber daya manusianya pada dasarnya dapat disimpulkan bahwa "supply" dari sumber daya manusia dengan latar belakang pendidikan profesi maupun pendidikan akademik yang berorientasi kepada manajernen risiko belum begitu berkembang sehingga untuk mengisi kebutuhan sumber daya manusianya membutuhkan pendidikan ataupun latihan profesi tambahan baik non-gelar maupun gelar terutama apabila dikaitkan dengan pengembangan karir untuk naik ke jenjang yang lebih tinggi bahkan dimungkinkan mencapai jenjang tertinggi perusahaan dimana kesemuanya ini sangat tergantung kepada kemampuan serta produktivitas kerjanya.52

B. Pengaturan Perbankan Indonesia 1. Sejarah Perbankan

Sejarah mencatat asal mula dikenalnya kegiatan perbankan adalah pada zaman kerjaan tempo dulu di daratan Eropa. Kemudian usaha perbankan ini berkembang ke Asia Barat oleh para pedagang. Perkembangan perbankan di Asia,

       52

https://www.maa.com.my/Document/InvestorCorner/Indonesia.pdf, diakses pada tanggal 05 September 2010.


(54)

Afrika, dan Amerika dibawa oleh Bangsa Eropa pada saat melakukan penjajahan ke negara jajahannya baik di Asia, Afrika, maupun benua Amerika.

Jika ditelusuri sejarah dikenalnya kegiatan perbankan dimulai dari jasa penukaran uang, sehingga dalam sejarah perbankan, arti bank dikenal sebagai meja tempat menukarkan uang. Dalam perjalanan sejarah kerajaan tempo dulu mungkin penukaran uangnya dilakukan antarkerajaan yang satu dengan kerajaan yang lain. Kegiatan penukaran uang ini sekarang dikenal nama dengan pedagang valuta asing (money changer).53

Kemudian dalam perkembangan selanjutnya kegiatan operasional perbankan berkembang lagi menjadi tempat penitipan uang atau yang disebut sekarang ini menjadi kegiatan simpanan. Berikutnya kegiatan perbankan bertambah dengan kegiatan peminjaman uang. Uang yang disimpan oleh masyarakat oleh perbankan dipinjamkan kembali ke masyarakat yang membutuhkannya.

Jasa-jasa bank lainnya menyusul sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat yang semakin beragam. Akibat dari kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat dan beragam, maka peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat baik yang berada di negara maju maupun negara berkembang. Bahkan dewasa ini perkembangan dunia perbankan semakin pesat dan modern, perbankan semakin mendominasi perkembangan ekonomi dan bisnis suatu negara. Bahkan aktivitas dan keberadaan perbankan sangat menentukan kemajuan suatu negara.54

       53

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2008), Halaman. 29

54


(1)

perkembangannya. Bank sebagai lembaga keuangan ternyata bisa menjadi tempat yang memberikan layanan keuangan maupun layanan penjualan asuransi. Bentuk kerjasama bank dan perusahaan asuransi dalam memasarkan produk asuransi, atau gabungan produk asuransi, dan bank kepada nasabah, biasa dikenal dengan sebutan bancassurance. Dengan berfokus pada perspektif kehidupan nasabah, Sunlife Financial akan selalu berupaya untuk memahami kebutuhan masyarakat secara personal, baik membantu para nasabah mencari solusi perencanaan financial serta saat perusahaan asuransi ini terpanggil untuk turut membantu masyarakat di sekitar tempat perusahaan ini bekerja melalui program tanggung jawab sosial perusahaan. Sunlife Financial selalu terbuka dalam menerima pendapat dan saran dari berbagai pihak untuk terus mengembangkan, memperbaharui dan meningkatkan kinerja melalui kemampuan opeasional. 2. Bentuk penyelesaian klaim yang diajukan konsumen di Sunlife Financial

Medan biasanya dilakukan dengan cara melihat staf yang menangani klaim dan cara – cara yang biasa digunakan perusahaan asuransi dalam mengorganisir operasi penanganan klaim mereka. Sunlife Financial juga akan membahas pentingnya membentuk dan mematuhi suatu falsafah klaim. Staf Khusus Penanganan Klaim akan meneliti setiap klaim dan menentukan besarnya kewajiban perusahaan yang timbul akibat dari klaim tersebut. Penanganan klaim juga termasuk berkonsultasi dengan departemen medis, hukum dan pemasaran dari perusahaan asuransi dan penyelidik luar yang dipekerjakan untuk mengumpulkan atau memastikan informasi yang terkait dengan klaim. Setelah setiap fakta tersebut di atas diverifikasi, claim analyst


(2)

melanjutkan dengan melakukan verifikasi atas fakta berikutnya. Jika claim

analyst melakukan verifikasi atas semua fakta yang telah disebutkan,

kemudian ia menyetujui klaim tersebut dan mengikuti prosedur pembayaran klaim yang telah ditentukan. Setelah keputusan dibuat, tiga langkah tersisa dalam proses penanganan klaim adalah menghitung jumlah manfaat pertanggungan yang dapat dibayarkan, menetapkan orang – orang yang berhak untuk menerima manfaat dan menetapkan cara mendistribusikan manfaat.

B. Saran

Berikut ini penulis akan mengemukakan beberapa saran yang disarikan dari pembahasan dan kesimpulan yang diharapkan dapat memberikan manfaat dan berguna bagi perusahaan atau bagi siapa saja yang memerlukannya.

1. Agar Sunlife Financial Medan dalam memberikan perlindungan hukum bagi pemegang polis senantiasa mengacu kepada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen serta memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagaimana yang diatur di dalam Undang-undang tersebut.

2. Setiap permasalahan yang ada baik itu keluhan-keluhan ataupun klaim-klaim yang diajukan oleh pelanggan kepada Sunlife Financial Medan secara cepat, tepat ditanggapi dan ditangani oleh Sunlife Financial Medan, agar pengguna jasa (konsumen) tidak terlalu lama menunggu penanggulangan atas keluhan-keluhan dan klaim-klaim tersebut.


(3)

3. Sunlife Financial Medan lebih mengedepankan prinsip keterbukaan baik kepada calon pemegang polis maupun pemegang polis yang telah ada sehingga para pemegang polis dapat memahami dan mengetahui secara jelas tentang perjanjian asuransi yang dijalin dengan Sunlife Financial Medan. Selain itu juga dapat menambah pengetahuan para pemegang polis tentang hak dan kewajiban yang akan ditanggung sehingga para pemegang polis dapat mengetahui hal-hal apa saja yang dapat dilakukan jika ingin mengajukan tuntutan maupun klaim asuransi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku, Makalah, Skripsi :

Barkatulah, Abdul Halim. Hukum Perlindungan Konsumen Kajian Teoritis dan Perkembangan Pemikiran. Bandung, Nusa Media : 2008.

Darwini, T. Diktat Hukum Perdata, Medan : 2007.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta, Balai Pustaka : 1996.

Hartono, Sri Rejeki. Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Jakarta, Sinar Grafika : 1995.

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta, Rajagrafindo Persada : 2008.

Muhammad, Abdulkadir. Hukum Asuransi Indonesia, Bandung, Citra Aditya Bakti : 2006.

Marhainis, Abdul Hay. Hukum Perbankan, Jakarta, Pradnya Paramita : 1997. Nasution, Az. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta, Diadit Media : 2002. Salim, H. Abbas. Asuransi dan Manajemen Resiko, Jakarta, RajaGrafindo Persada

: 2003.

Sastrawidjaja, Man Suparman. Hukum Asuransi Perlindungan Tertanggung Asuransi Deposito Usaha Perasuransian. Bandung, Penerbit Alumni : 1997.

Shofie, Yusuf. Perlindungan Konsumen dan Instrumen-Instrumen Hukumnya. Bandung, PT. Citra Aditya Bakti : 2003.

Sidabalok, Janus. Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia. Bandung, Citra Aditya Bakti : 2000.

Subekti. Hukum Perjanjian. Jakarta, Penerbit Alumni : 1982.

Sumartini, L. Kamus Hukum Umum Bahasa Belanda-Indonesia. Jakarta, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RI : 1999.

Sunlife Financial, Sunlife Financial Indonesia Profile Book.


(5)

Sunlife Financial, Briliant Participant Book, Sales Training Department.

Sutedi, Adrian. Tanggung Jawab Produk Dalam Hukum Perlindungan Konsumen. Bogor, Ghalia Indonesia : 2008.

Tutik, Titik Triwulan. Pengantar Hukum Perdata di Indonesia. Jakarta, Prestasi Pustaka : 2006.

Widjaja, Gunawan dan Ahmad Yani. Hukum Tentang Perlindungan Konsumen. Jakarta, PT. Gramedia Pustaka : 2003.

Peraturan Perundang-undangan :

Bank Indonesia, Surat Edaran Nomor 6/43/DPNP.

Menteri Keuangan Republik Indonesia, Keputusan tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi, Keputusan Nomor 426/KMK.06/2003.

Republik Indonesia, Undang tentang Usaha Perasuransian, Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992.

Republik Indonesia, Undang-Undang tentang Perbankan, Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998.

Republik Indonesia, Undang tentang Perlindungan Konsumen, Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999.

Subekti, R dan R. Tjitrosudibio. 2004. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jakarta : PT. Pradnya Paramita.

Internet :

Anonim. “Asuransi”, http://id. Wikipedia.org, diakses tanggal 28 Agustus 2010 Anonim. “Hak Pemegang Polis tetap Harus Dibayar”, www.bisnis.com, diakses

28 Agustus 2010.

Anonim. https://www.maa.com.my/Document/InvestorCorner/Indonesia.pdf, diakses 05 September 2010.

Anonim. http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=1624, diakses 07 September 2010.

Anonim. indonesia/, diakses 07 September 2010


(6)

Anonim. http://www.media-asuransi.com/sejarah-asuransi.html, diakses 05 September 2010.

Anonim. ://www.afand.cybermq.com/post/detail/2357/sejarah-perbankan--pengertian-asas-fungsi-dan-tujuan, diakses 05 September 2010.

Anonim. http://id.shvoong.com/businessmanagement/investing/2012801-undang-undang-perbankan-1992/, diakses 07 September 2010


Dokumen yang terkait

Pengaruh Keterlambatan Pembayaran Premi Terhadap Pengajuan Klaim Asuransi Pada PT. Sun Life Financial Indonesia Jakarta (Studi pada PT. Sun Life Financial Indonesia Kantor Pusat Jakarta)

23 197 102

Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Polis Asuransi Pada PT.Prudential Life Assurance Cabang Medan Mengenai Kecelakaan Patah Tulang

7 123 139

Aspek Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Polis Bancassurance / Produk Kerjasama antara Bank dan Perusahaan Asuransi (Studi Kasus PT. Sun Life Financial Medan).

2 73 128

Aspek Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Polis Bancassurance / Produk Kerjasama antara Bank dan Perusahaan Asuransi (Studi Kasus PT. Sun Life Financial Medan).

6 67 128

Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Polis Dalam Kepailitan Perusahaan Asuransi

2 53 152

Sistem Likuidasi Terhadap Perusahaan Asuransi Dalam Kaitannya Terhadap Perlindungan Pemegang Polis

0 35 2

BAB II ASURANSI DAN USAHA PERASURANSIAN A. Pengertian dan Pengaturan Asuransi dan Usaha Perasuransian - Pengaruh Keterlambatan Pembayaran Premi Terhadap Pengajuan Klaim Asuransi Pada PT. Sun Life Financial Indonesia Jakarta (Studi pada PT. Sun Life Financ

0 1 28

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pengaruh Keterlambatan Pembayaran Premi Terhadap Pengajuan Klaim Asuransi Pada PT. Sun Life Financial Indonesia Jakarta (Studi pada PT. Sun Life Financial Indonesia Kantor Pusat Jakarta)

0 1 18

Pengaruh Keterlambatan Pembayaran Premi Terhadap Pengajuan Klaim Asuransi Pada PT. Sun Life Financial Indonesia Jakarta (Studi pada PT. Sun Life Financial Indonesia Kantor Pusat Jakarta)

1 1 10

Aspek Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Polis Bancassurance / Produk Kerjasama antara Bank dan Perusahaan Asuransi (Studi Kasus PT. Sun Life Financial Medan).

0 0 8