BAB I PENDAHULUAN - Komunikasi Pedagang Pakaian Bekas Dalam Menetapkan Harga Pada Pembeli (Studi Kasus Pada Pasar Tradisional Inpres Medan)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa dipisahkan dari komunitas lingkungan di sekitarnya. Manusia dikatakan makhluk sosial karena manusia hidup secara berkelompok untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya sudah berlangsung sejak manusia itu ada dan disebabkan oleh berbagai faktor pendorong. Faktor pendorong tersebut dapat bersifat alamiah seperti dorongan untuk mempertahankan hidup dan dorongan untuk mempertahankan kelompok. Untuk dapat memenuhi kebutuhannya, manusia membutuhkan interaksi dengan individu lain atau lingkungan sekitar. Salah satu sarana pendukung kegiatan manusia dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah diperlukannya pasar sebagai salah satu tempat aktivitas ekonomi.

  Perdagangan merupakan salah satu sektor yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan ekonomi masyarakat (Belshaw, 1981:7). Perdagangan merupakan kegiatan atau proses jual beli dan tawar menawar antara seorang penjual di satu pihak dan pembeli di pihak lain. Melalui perdagangan, individu dan kelompok melalukan transaksi ekonomi untuk mendapatkan sesuatu yang menjadi kebutuhannya berupa barang atau jasa secara kontinuitas, tindakan perdagangan dilakukan pada suatu institusi ekonomi yaitu pasar yang didalamnya terdapat proses tawar menawar dan tukar menukar (Rex, 2005:36)

  Pasar selama ini sudah melekat di masyarakat dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Aktivitas perdagangan bertumpu pada pasar. Dinamika pasar tradisional akan selalu menarik dimana di dalam pasar tradisional terdapat unsur-unsur yang dapat diperoleh misalnya perilaku konsumen maupun perilaku pedagang di dalam pasar. Menurut Belshaw (Sadilah 2011:1) mengatakan bahwa pasar tidak hanya sebagai lembaga tukaar-menukar, tetapi pasar berfungsi sebagai tempat penyebaran dan penyimpanan barang, serta tempat dimana berpindahnya komoditas dari satu ke yang lain. Bagi masyarakat, pasar merupakan sisi dunia usaha yang mempunyai karakteristik kerakyatan yang lekat dengan dimensi sosial, ekonomi dan budaya. Sebagai salah satu tumpuan dari aktivitas ekonomi, masyarakat menuntut pasar untuk dapat memenuhi kebutuhannya sesuai dengan fisik maupun nuansa kegiatan yang terjadi di dalamnya. Pasar melibatkan masyarakat baik yang berperan sebagai penjual atau pembeli yang saling membutuhkan satu sama lain.

  Secara umum, masyarakat mengenal dua jenis pasar yakni pasar modern dan pasar tradisional. Keduanya memiliki ciri yang berbeda apabila dilihat dari kondisi fisik bangunan, tempat berjualan dan sistem jual beli yang dilakukan. Pasar tradisional secara umum terdiri dari kios atau tenda, tidak permanen dan lingkungannya tidak nyaman karena bau, becek kotor dan tidak tertata rapi, serta dimungkinkan terjadinya tawar-menawar antara penjual dan pembeli. Sedangkan pasar modern biasanya memiliki bangunan yang permanen, fasilitas memadai, nyaman dan harga yang memiliki label sehingga tidak bisa untuk ditawar.

  Zaman yang terus berkembang dan perubahan gaya hidup yang dipromosikan begitu hebat oleh berbagai media baik cetak maupun media elektronik telah mampu mengusik keberadaan pasar tradisional. Namun demikian, kita dapat melihat bahwa keberadaan pasar tradisional masih mampu untuk bertahan dan bersaing ditengah serbuan pasar modern dalam berbagai bentuk yang jauh lebih menarik. Keberadaan pasar tradisional merupakan salah satu indikator paling nyata kegiatan ekonomi masyarakat di suatu wilayah walaupun keberadaan pasar modern telah membuat pengaruh besar terhadap aktivitas pasar tradisional karena banyaknya pembeli lebih memilih belanja di pasar modern. Pertumbuhan pasar modern di Indonesia semakin merangkak naik dan berkembang. Kita dapat menemukan pasar modern dengan mudah dan dalam radius yang berdekatan seperti Alfamart, Alfamidi, Indomaret, Carrefour, Macan Yaohan, serta berbagai

  hypermarket .

  Beberapa pengamat mencatat dari tahun ke tahun dimulai dari tahun 2000, pangsa pasar tradisional terus menurun karena semakin menjamurnya retail-retail modern. Hal ini semakin diperparah dengan adanya pergeseran kondisi sosial ekonomi dan gaya hidup dimana pada awalnya pasar modern hanya dikunjungi oleh kalangan atas namun kini merambah ke pembeli menengah ke bawah. Keberadaan pasar tradisional semakin tersingkirkan dengan mall dan pusat perbelanjaan modern (Kompasiana, 22 Oktober 2011). Hal demikian juga terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Menurut data yang dimiliki Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI), hingga tahun 2012 sudah belasan ribu kios pedagang yang tutup dan berdampak langsung pada omzet dan kegiatan ekonomi mereka

  Di kota Medan, terdapat banyak pasar tradisional yang lebih dikenal dengan sebutan pajak oleh masyarakat setempat. Pasar tradisional yang terdapat di Medan diantaranya : Pusat Pasar atau Sambu, Pajak Inpres, Pasar Beruang, Pasar Simpang Limun, Pasar Ramai, Pamela (Pajak Melati), Pajak Sore Padang Bulan,

  

Pajak Pagi Padang Bulan, Pajak Ikan dan Pajak Pringgan. Pajak atau pasar

  tradisional di Medan umumnya memiliki permasalahannya yang sama yakni ruang gerak yang terlalu sempit, tidak teratur, tidak sehat, kurangnya promosi penjualan, rendahnya tingkat keamanan, alokasi waktu operasional yang terbatas, fasilitas parkir kendaraan yang tidak tertata baik, kotor dan kurangnya tempat sampah, fasilitas air bersih yang kurang, lemahnya pengelolaan dan infrastruktur yang kurang memadai. Pengamat sosial Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Asima Yanti menyatakan bahwa Pasar tradisional di Medan belum dapat menjadi tempat transaksi ekonomi yang layak dan terjamin keamanannya. Tanggung jawab atas ancaman penggusuran, pungutan liar dan tindak kriminal lain dibebankan sepenuhnya kepada penjual dan pembeli (Medan Bisnis, 12 Januari 2009) Keunggulan ini dapat dijadikan alasan mengapa pasar tradisional saat ini masih dapat bertahan ditengah arus perubahan pola konsumsi dan pola berbelanja masyarakat. Keunggulan ini dapat ditemui dalam hal lokasi yang strategis, keanekaragaman penjual, kesegaran barang dagangan, harga yang rendah apabila dibandingkan dengan pusat pembelanjaan modern, serta sistem tawar menawar yang menunjukkan keakraban antara penjual dan pembeli merupakan keunggulan yang dimiliki oleh pasar tradisional. Menurut Pamardi (2002:18) hal yang menarik dari pasar tradisional bahwa pasar tradisional menyangkut hajat hidup masyarakat yang lebih banyak, dan mayoritasnya adalah masyarakat kecil. Implikasinya adalah pasar tradisional mempunyai nilai strategis yang tinggi dalam memelihara keseimbangan pembangunan dan pengendali perekonomian.

  Persaingan yang semakin ketat dimana semakin banyak penjual yang terlibat dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan pembeli menyebabkan setiap penjual harus menempatkan orientasi kepuasan pembeli sebagai tujuan utama (Tjiptono, 2000:24). Semakin banyaknya produsen yang menawarkan produk dan jasa, maka pembeli memiliki pilihan yang semakin banyak untuk menentukan jadi atau tidaknya transaksi pembelian. Salah satu orientasi kepuasan pembeli adalah harga. Harga yang diinginkan pembeli adalah harga yang masuk akal menurut kemampuan mereka. Hal ini menjadi menarik karena pasar tradisional memungkinkan terjadinya negosiasi harga antara penjual dan pembeli yang memudahkan pembeli untuk mencapai harga yang rasional.

  Di pasar tradisional, terdapat keunggulan yang tidak dimiliki oleh pusat perbelanjaan modern yakni sistem komunikasi yang unik yaitu tawar-menawar. Komunikasi dalam aktivitas jual-beli ini dapat dikatakan berada dalam situasi yang tidak resmi (Jurnal Humanity Volume 6 Nomor 1 September 2010 halaman 13-20). Tawar menawar lazim terjadi tatkala harga yang ditawarkan kedua belah pihak yakni penjual dan pembeli tidak mencapai kesepakatan. Hal ini disebabkan oleh harga yang ditawarkan penjual terlalu tinggi atau harga yang diinginkan pembeli terlalu rendah. Komunikasi dalam berbisnis yang baik sangat dibutuhkan dalam proses tawar menawar terkait dalam penetapan harga. Salah satu bentuk harga kepada pembeli. Apabila pedagang memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, maka kesepakatan harga mudah tercapai.

  Sandang atau pakaian sebagai salah satu kebutuhan primer manusia yang tidak kalah pentingnya dengan kebutuhan pangan. Pakaian bekas adalah barang yang dibeli dan dipakai dari konsumen pertama kemudian dijual kembali kepada konsumen kedua ataupun seterusnya. Masyarakat kota Medan sendiri sudah sangat mengenal pakaian bekas atau lebih akrab dengan sebutan monja. Pakaian bekas ini memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat yaitu selain memiliki kualitas yang baik juga harga yang relatif murah dengan merk-merk yang sudah diakui kualitasnya dan dengan model yang tidak ketinggalan zaman.

  Banyak masyarakat yang memilih bidang usaha ini karena dianggap memberikan pendapatan yang cukup besar bagi masyarakat dan juga memberikan keuntungan lebih bagi pedagang pakaian bekas. Oleh karena itu, bidang usaha ini dapat tumbuh dan berkembang karena adanya proses alamiah dalam ekonomi yakni adanya permintaan dan penawaran. Pakaian-pakaian bekas ini tidak hanya dijual atau dipasarkan di daerah Medan saja, tetapi juga di wilayah lain di Sumatera Utara.

  Di Pasar Tradisional Inpres Kwala Bekala Medan, terdapat banyak sekali jenis pakaian bekas yang diperdagangkan. Pakaian bekas yang diperdagangkan antara lain pakaian wanita dewasa, pakaian pria dewasa, pakaian dalam wanita, pakaian anak-anak, pakaian resmi pria dan wanita, jeans dan lain-lain. Keunikan dari Pasar Tradisional Inpres Kwala Bekala Medan adalah pedagangnya mewakili keanekaragaman suku yang ada di Medan, diantaranya suku Karo, Simalungun, Batak, Padang, Jawa, Mandailing dan lain-lain. Bentuk pergaulannya juga cenderung kepada kebiasaan – kebiasaan yang unik yakni kerap bercanda diantara sesama pedagang, menawarkan barang dagangan dengan suara yang keras, dan saling terburu-buru atau tergesa-gesa. Transaksi dan proses tawar menawar yang terjadi sering terdengar dalam bahasa Indonesia walaupun tak jarang kerap kali terdengar dalam bahasa daerah. Komunikasi yang unik terjadi saat pedagang dan pembeli saling tidak mau mengalah dalam mempertahankan harga yang apabila dibandingkan dengan pasar tradisional yang menjual barang bekas yang serupa seperti Pajak Melati atau Pajak Sambu. Ini dikarenakan kios pasar tradisional Inpres Kwala Bekala Medan tidak terlalu ramai dikunjungi dibanding

  pajak yang lain sehingga pedagang sepakat untuk tidak mengambil untung yang lebih banyak agar dapat mempertahankan pembeli untuk datang kembali.

  Setiap bisnis dalam bentuk apapun memerlukan komunikasi untuk mendapatkan untung atau mempertahankan usaha. Komunikasi yang digunakan oleh pedagang tentu tidak hanya berkaitan dengan cara bagaimana pedagang mengelola usahanya terkait dengan penetapan harga kepada pembeli. Dalam upayanya untuk bisa tetap bertahan, banyak pedagang yang menerapkan berbagai caradalam menetapkan harga untuk mendapatkan pembeli lebih banyak lagi. Harga yang ditetapkan melalui proses tawar-menawar sangat menarik karena setiap pembeli dan pedagang mempunyai keahlian dalam berkomunikasi yang berbeda. Oleh karena itu, komunikasi pedagang dalam penetapan harga ini semakin menarik untuk diteliti dan diketahui.

  Kurangnya pengetahuan peneliti serta terbatasnya penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik yang dibahas khususnya mengenai komunikasi pedagang dalam menetapkan harga jual kepada pembeli menyebabkan ini menjadi menarik untuk diteliti, sehingga penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi masyarakat dan dapat mengisi kekosongan yang ada dan menjadi acuan bagi peneliti lain yang ingin meneliti tentang komunikasi pedagang tradisional dalam menetapkan harga jual. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti “bagaimana komunikasi pedagang dalam menetapkan harga jual kepada pembeli di Pasar Tradisional Inpres Kwala Bekala Medan?

1.2 Pembatasan Masalah

  Pembatasan masalah diperlukan untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas agar penelitian nantinya lebih fokus tanpa keluar atau menyimpang dari masalah yang ingin diteliti. Adapun pembatasan masalah dalam

  1. Permasalahan yang diteliti adalah bagaimana komunikasi dalam tawar- menawar pedagang pakaian bekas dalam menetapkan harga jual kepada pembeli.

2. Komunikasi yang diteliti adalah komunikasi verbal dan non verbal yang dilakukan oleh pedagang pakaian bekas dalam melayani pembeli.

  1.3 Perumusan Masalah

  Perumusan masalah merupakan pertanyaan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti didasarkan atas pembatasan masalah yang telah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah komunikasi pedagang pakaian bekas dalam menetapkan harga jual pada pembeli di Pasar Tradisional Inpres Kwala Bekala Medan?”

   1.4 Tujuan Penelitian

  Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk komunikasi yang dilakukan pedagang pakaian bekas dalam proses komunikasi dengan pembeli.

  2. Untuk mengetahui proses tawar menawar yang terjadi antara pedagang pakaian bekas dan pembeli di Pasar Tradisional Inpres Kwala Bekala Medan dalam menetapkan harga.

  3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pedagang dalam proses penetapan harga pakaian bekas di Pasar Tradisional Inpres Kwala Bekala Medan.

1.5 Manfaat Penelitian

  Manfaat Penelitian ini adalah : 1.

  Secara akademis, penelitian diharapkan dapat memperluas khasanah penelitian komunikasi bisnis dan sumber bacaan di Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis FISIP USU 2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memperkaya konsep atau teori yang menyokong perkembangan Ilmu Administrasi Bisnis khususnya yang terkait dengan komunikasi pedagang dalam menentukan harga bagi pembaca. Serta dapat menjadi masukan bagi peneliti lain untuk dijadikan informasi tambahan.

  3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan berguna dan mampu memberikan kontribusi sumbangan pemikiran kepada pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penelitian ini.