BAB II KAJIAN PUSTAKA - Komunikasi Pedagang Pakaian Bekas Dalam Menetapkan Harga Pada Pembeli (Studi Kasus Pada Pasar Tradisional Inpres Medan)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 KAJIAN PUSTAKA

  Kajian Pustaka merupakan acuan atau landasan berpikir peneliti dengan basis pada bahan pustaka yang membahas tentang teori atau hasil penelitian 49). Dengan adanya kajian pustaka, maka peneliti akan mempunyai landasan untuk menentukan tujuan dan arah penelitian. Adapun kajian-kajian yang dianggap relevan untuk digunakan dalam penelitian ini antara lain :

2.1.1 Komunikasi

  Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata komunikasi dapat diartikan secara harfiah sebagai berikut :

  1. Pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksudkan dapat dipahami.

  2. Perhubungan, dua arah dimana terjadi proses pertukaran informasi antara komunikan dan komunikator. Sedangkan pengertian komunikasi dalam Kamus Psikologi juga mengartikan komunikasi sebagai :

  1. Transmisi (penyebaran, pengiriman, pengoperan informasi.

  2. Proses penerimaan tanda, sinyal atau pesan.

  3. Satu pesan atau sinyal. Effendy (2004 : 60) mendefinisikan kata komunikasi sebagai proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambing bermakna sebagai paduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, imbauan dan sebagainya yang dilakukan seseorang kepada yang lain baik secara langsung maupun tak langsung dengan tujuan mengubah sikap, pandangan, atau perilaku. Schramm (Effendy 2007:30-31) mengemukakan bahwa field of experience atau bidang pengalaman merupakan faktor yang amat penting dalam terjadinya proses komunikasi. Apabila bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, maka komunikasi akan berjalan lancer. Sebaliknya jika pengalaman komunikator dan komunikan berbeda, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain.

  Komunikasi menurut Lexicographer (ahli kamus bahasa) menunjuk pada suatu upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Terdapat berikut : 1.

  Sarah Trenholm dan Arthur Jensen (1996:4) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses dimana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beragam saluran ( a process by

  which a source transmits a message to a receiver through some channel )

  2. Hoveland (1948:371) mendefinisikan komunikasi sebagai The Process by which an individual (the communicator) transmits stimult (usually verbal symbols) to modify the behavoiur of other individu.

  3. Everett M. Rogers (1981:18) menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain untuk mendorong terjadinya saling pengertian yang mendalam.

4. Menurut Lasswell (Sendjaja 1997:7) cara yang paling baik untuk

  menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan who says what in which channel to whom with what effect.

  5. Berelson (1964) komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain melalui penggunaan angka , kata-kata, gambar dan simbol lainnya.

  Raymond S. Ross ( Suranto, 2005:15) mendefinisikan komunikasi sebagai proses transaksional yang meliputi pemisahan dan pemilahan lambang secara kognitif begitu rupa sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan dari pengalamannya sendiri atau respon sama dengan yang dimaksud oleh sumber (

  

communication is a transactional process involving cognitive sorting, selecting,

and sharing of symbol in such a way as to help another elicit from his own

  

experiences a meaning or responses similar to the intended by the source. Carl

  I.Hovland mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses dimana seseorang memindahkan perangsang yang biasanya berupa lambang kata-kata untuk mengubah tingkah laku orang lain (Widjaja, 2006:26-27).

  Pakar komunikasi lain, Joseph A Devito mengemukakan komunikasi sebagai transaksi. Transaksi yang dimaksudkannya bahwa komunikasi merupakan suatu proses dimana komponen-komponennya saling terkait dan bahwa para komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai suatu kesatuan dan keseluruhan. elemen lain (Suprapto, 2006 : 5).

  Sebagai proses, kata Smith, komunikasi sekaligus bersifat khas dan umum, sempit dan luas dalam ruang lingkupnya. Ia mengemukakan bahwa : “Komunikasi antarmanusia merupakan suatu rangkaian proses yang halus dan sederhana. Selalu dipenuhi dengan berbagai unsur-sinyal, sandi, arti tak peduli bagaimana sederhananya sebuah pesan atau kegiatan itu. Komunikasi antarmanusia juga merupakan rangkaian proses yang beraneka ragam. Ia dapat menggunakan beratus-ratus alat yang berbeda, baik kata maupun isyarat ataupun kartu berlubang baik berupa percakapan pribadi maupun melalui media massa dengan audience di seluruh dunia…ketika manusia berinteraksi saat itulah mereka berkomunikasi…saat orang mengawasi orang lain, mereka melakukan melalui komunikasi” (Blake dan Haroldsen, 2003 : 2-3).

  Sedangkan, Larry A Samovar, Richard E Porter dan Nemi C Janin mendefinisikan komunikasi sebagai berikut : “Communication is defined as a two way on going, berhaviour affecting process

  

in which one person (a source) intentionally encodes and transmits a message

throught a channel to an intended audience (receiver) in order to induce a

  (Purwasito, 2003 : 198).

  particular attitude or behaviour”

  Dance dan Larson (Vardiansyah, 2004 : 9) setidaknya telah mengumpulkan 126 definisi komunikasi yang berlainan. Namun, Dance dan Larson mengidentifikasi hanya ada tiga dimensi konseptual penting yang mendasari perbedaan dari ke-126 definisi temuannya itu, antara lain :

  1. Tingkat observasi atau derajat keabstrakannya. (a) Definisi bersifat umum, misalnya definisi yang menyatakan komunikasi adalah proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya dalam kehidupan. (b) Definisi bersifat khusus, misalnya definisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah alat untuk mengirimkan pesan militer, perintah dan sebagainya melalui telepon, telegraf, radio, kurir dan sebagainya.

  2. Tingkat kesengajaan. (a) Definisi yang mensyaratkan kesengajaan, misalnya definisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah situasi-situasi yang memungkinkan suatu sumber mentransmisikan suatu pesan kepada seorang penerima dengan disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima. (b) Definisi yang mengabaikan kesengajaan, misalnya dari Gode (1959) yang menyatakan komunikasi sebagai proses yang membuat sesuatu dari yang semula dimiliki oleh seseorang atau monopoli seseorang menjadi dimiliki dua orang atau lebih.

  3. Tingkat keberhasilan dan diterimanya pesan. (a) Definisi yang menekankan keberhasilan dan diterimanya pesan, misalnya definisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah proses pertukaran informasi untuk mendapatkan saling pengertian. (b) Definisi yang tidak menekankan keberhasilan dan tidak diterimanya pesan, misalnya definisi yang menyatakan komunikasi adalah proses transmisi informasi.

  (2006 : 15-16)

  Sementara Riswandi menyimpulkan beberapa karakteristik komunikasi berdasar berbagai definisi yang dikemukakan para ahli, antara lain :

  1. Komunikasi adalah suatu proses, artinya komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada tahapan atau sekuensi) serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu.

2. Komunikasi adalah suatu upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan.

  Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, disengaja, serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari pelakunya.

  3. Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat kegiatan komunikasi akan berlangsung baik apabila pihak-pihak yang berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-sama ikut terlibat dan sama-sama mempunyai perhatian yang sama terhadap topik pesan yang disampaikan.

  4. Komunikasi bersifat simbolis karena dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang. Lambang yang paling umum digunakan dalam komunikasi antar manusia adalah bahasaverbal dalam bentuk kata-kata, kalimat, angka- angka atau tanda-tanda lainnya.

  5. Komunikasi bersifat transaksional. Komunikasi pada dasarnya menuntut dua tindakan, yaitu memberi dan menerima. Dua tindakan tersebut tentunya perlu dilakukan secara seimbang atau porsional.

  6. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu Maksudnya bahwa para pelaku yang terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta tempat yang sama. Dengan adanya berbagai produk teknologi komunikasi seperti telepon, internet, faximili, dan lain-lain, faktor ruang dan waktu tidak lagi menjadi masalah dalam berkomunikasi.

  Komunikasi yang baik sangat penting digunakan dalam hal berdagang atau berjualan sekecil apapun barang dagangan yang ditawarkan. Komunikasi yang terjadi dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan terjadinya transaksi jual beli. Keberhasilan kegiatan perdagangantentu dapat ditentukan oleh penentuan pola komunikasi yang digunakan dalam proses perdagangan yang berlangsung. Pedagang dituntut untuk mempunyai kiat khusus dalam proses tawar menawar dan pada akhirnya mencapai kesepakatan harga.

  Dari berbagai pengertian diatas, maka komunikasi dalam perdagangan erat hubungan dan kaitannya antara tujuan yang hendak dicapai pedagang dengan konsekuensi – konsekuensi masalah yang harus diperhatikan dan mencari cara agar bagaimana mencapai konsekuensi sesuai dengan hasil penjualan yang diharapakan dan keuntungan yang dapat tercapai.

  Salah satu peranan terpenting komunikasi dalam menunjang proses transaksi jual beli yaitu pemilihan penggunaan bahasa, kosakata dan kalimat. Fungsi bahasa dalam arti kehidupan manusia adalah sebagai alat yang dapat melahirkan berbagai macam perasaan dan sebagai alat komunikasi. Pentingnya bahasa dalam kehidupan perdagangan membuat bahasa menjadi alat vital dalam proses perdagangan. Proses komunikasi antara pedagang dan pembeli tidak dapat dipungkiri terjadi di pasar tradisional yang memungkinkan adanya suatu tawar menawar harga. Tidak jarang pula terjadi perdebatan secara emosional antara pedagang dan pembeli terkait dengan harga yang belum mencapai kesepakatan.

2.1.2 Proses Komunikasi

  Dari berbagai definisi komunikasi yang telah dikemukakan oleh para ahli sebagaimana telah diuraikan tadi dapat diambil kesimpulan bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian lambang-lambang yang mengandung pengertian yang sama oleh seseorang kepada orang lain, baik dengan maksud agar mengerti, maupun agar berubah tingkah lakunya ( Effendy, 2003:7). Proses komunikasi adalah proses yang menggambarkan kegiatan komunikasi antar individu yang bersifat interaktif, relasional dan transaksional di dalamnya melibatkan sumber komunikasi yang mengirimkan pesan-pesan melalui media tertentu kepada penerima dengan maksud dan tujuan dalam sebuah konteks tertentu.

  Menurut Effendy (2003:28) proses komunikasi maka proses komunikasi dikategorikan dengan peninjauan dari dua perspektif.

  1. Proses Komunikasi dalam Perspektif Psikologis komunikan. Ketika seorang komunikator berniat akan menyampaikan suatu pesan kepada komunikan, maka dalam dirinya terjadi suatu proses. Komunikasi terdiri dari dua aspek yakni isi pesan dan lambang. Isi pesan umumnya adalah bahasa. Walter Lippman menyebut isi pesan itu picture in our head, sedangkan Walter Hagemann menamakannya das Bewustseininhalte. Proses ‘mengemas’ atau ‘membungkus’ pikiran dengan bahasa yang dilakukan komunikator itu dalam bahasa komunikasi dinamakan encoding. Hasil encoding berupa pesan itu kemudian ia transmisikan atau dikirimkan kepada komunikan. Proses dalam diri komunikan disebut decoding seolah-olah membuka kemasan atau bungkus pesan yang ia terima dari komunikator tadi. Isi bungkusan tadi adalah pikiran komunikator. Apabila komunikan mengerti isi pesan atau pikiran komunikator, maka komunikasi terjadi. Sebaliknya bilamana komunkan tidak mengerti, maka komunikasi pun tidak terjadi.

  2. Proses Komunikasi dalam Perspektif Mekanistis Proses ini berlangsung kertika komunikator mengoperkan atau melemparkan dengan lisan atau tulisan pesannya sampai ditangkap oleh komunikan.Proses komunikasi dalam perspektif ini kompleks atau rumit, sebab bersifat situasional, bergantung pada situasi ketika komunikasi irtu berlangsung.

  Adakalanya komunikannya seorang, maka komunikasi dalam situasi seperti ini dinamakan komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi, kadang- kadang komunikannya sekelompok orang yang disebut dengan komunikasi kelompok; acapkali komunikannya tersebar dalam jumlah yang relatif amat banyak sehingga untuk menjangkaunya diperlukan suatu media atau sarana, maka komunikasi dalam situasi ini disebut komunikasi massa.

  Untuk jelasnya proses komunikasi dalam perspektif mekanistis dapat diklasifikasikan menjadi : a. Proses komunikasi secara primer

  Proses komunikasi secara primer (primary process) adalah proses penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan lambang sebagai media atau salurannya.. Lambang ini umumnya bahasa, tetapi dalam situasi-situasi tertentu lambang-lambang yang dipergunakan dapat berupa kial (gesture) yakni gerak anggota tubuh, gambar, warna dan lain sebagainya.

  b. Proses komunikasi secara sekunder Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.

  Komunikator menggunakan media kedua ini karena komunikan yang dijadikan sasaran komunikasinya jauh tempatnya atau banyak jumlahnya atau kedua-duanya. Kalau komunikan jauh menggunakan surat atau telepon, apabila banyak dipergunakan pengeras suara, apabila jauh dan banyak maka pergunakan surat kabar, radio atau televisi.

  Komunikasi dalam proses secara sekunder ini semakin lama semakin efektif dan efisien karena didukung oleh teknologi komunikasi yang semakin canggih, yang ditopang pula oleh teknologi-teknologi lainnya yang bukan teknologi komunikasi.

  c. Proses komunikasi secara linear Istilah linear mengandung makna lurus. Jadi proses linear berarti perjalanan dari satu titik ke titik lain secara lurus. Dalam konteks komunikasi, proses linear adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal.

  Komunikasi linear ini berlansung baik dalam situasi komunikasi tatap muka (face to face communication) maupun dalam situasi komunikasi bermedia (mediated communication).

  Proses komunikasi secara linear umumnya berlangsung pada komunikasi bermedia, kecuali komunikasi melalui media telepon. Komunikasi melalui telepon hampir tidak pernah berlangsung linear, melainkan dialogis, tanya jawab dalam bentuk percakapan.

  d. Proses komunikasi secara sirkular Sirkular sebagai terjemahan dari kata circularsecara harfiah berarti bulat, bundar atau keliling sebagai lawan dari perkataan linear yang bermakna lurus.

  Dalam konteks komunikasi yang dimaksudkan dengan proses secara sirkular itu adalah terjadinya feedback atau umpan balik, yaitu terjadinya arus dari komunikan ke komunikator . Oleh karena itu adakalanya feedback tersebut mengalir dari komunikan ke komunikator itu adalah response atau tanggapan komunikan terhadap pesan yang ia terima dari komunikator.

  Konsep umpan balik ini dalam proses komunikasi amat penting karena dengan terjadinya umpan balik komunikator mengetahui apakah komunikasinya itu berhasil atau gagal, dengan kata lain apakah umpan baliknya itu positif atau negatif. Bila positif ia patut gembira, sebaliknya jika negatif menjadi permasalahan, sehingga ia harus mengulangi lagi dengan perbaikan gaya komunikasinya sampai menimbulkan umpan balik positif.

2.1.3 Media Komunikasi

  Dalam proses komunikasi telah diutarakan bahwa pengiriman suatu pesan disampaikan melalui saluran media komunikasi. Media komunikasi merupakan sarana yang dipergunakan dalam proses pengiriman pesan. Media komunikasi sebagai sarana itu dapat berupa :

  1. Media tulisan : surat kabar, faximile, tabloid dan lain-lain 2.

  Media visual : berbentuk gambar, tanda, simbol, grafik, foto dan lain- lain.

  3. Media audio : berbentuk suara seperti telepon, radio dan lain-lain 4.

  Media Audio Visual : berupa kombinasi gambar dan suara, contohnya film dan sinetron.

  2.1.4 Tujuan Komunikasi

  Menurut Effendy (2003:55) dalam berkomunikasi tidak hanya memahami dan mengerti satu sama lain dan menghasilkan pengertian yang sama, tetapi setiap proses komunikasi pasti memiliki tujuan antara lain :

  1. Untuk mengubah sikap (to change attitude) Memberikan informasi pada komunikan dengan tujuan agar dapat merubah sikapnya. Misalnya memberikan informasi kepada pengguna Narkoba agar menjauhi narkoba sehingga mereka menjadi tahu dan merubah sikapnya.

  Memberikan berbagai informasi kepada masyarakat dengan tujuan akhir agar masyarakat mau merubah pendapat dan persepsinya terhadap tujuan informasi yang disampaikan, misalnya mengenai gerakan Keluarga Berencana.

  3. Untuk merubah perilaku (to change the behavior) Memberi informasi kepada masyarakat dengan tujuan agar masyarakat mau merubah perilakunya. Misalnya informasi yang disampaikan Polisi mengenai penggunaan helm selama berkendara.

  4. Untuk mengubah masyarakat (to change the society) Memberikan informasi kepada masyarakat agar masyarakat mau mendukung dan ikut serta dalam informasi atau program yang disampaikan.

  Contoh Gerakan Kebersihan Lingkungan.

  2.1.5 Fungsi Komunikasi

  Proses komunikasi tidak terlepas dari bentuk dan fungsi komunikasi, dimana fungsi komunikasi yang baik tidak jauh dari fungsi yang mendukung keefektifan komunikasi. Menurut Effendi (2003:55) fungsi komunikasi adalah sebagai berikut :

  1. Menginformasikan (to inform) Kegiatan komunikasi itu memberikan penjelasan, penerangan, mengenai bentuk informasi yang disajikan dari seorang komunikator kepada komunikan. Informasi yang akurat diperlukan oleh beberapa bagian masyarakat untuk pengambilan keputusan.

  2. Mendidik (to educate) Penyebaran informasi tersebut sifatnya memberi pendidikan atau penganjuran suatu pengetahuan, menyebarluaskan kreativitas untuk membuka wawasan dan kesempatan untuk memperoleh pendidikan secara luas baik untuk pendidikan formal di sekolah maupun di luar sekolah.

  3. Menghibur ( to entertaint ) Penyebaran informasi yang disajikan kepada komunikan untuk memberikan hiburan. Menyampaikan informasi dalam lagu, lirik, sinetron dan

  4. Mempengaruhi ( to influence ) Komunikasi dapat menjadi sebuah sarana dalam mempengaruhi khalayak untuk sumber motivasi, mendorong, dan mengikuti kemajuan orang lain melalui apa yang dilihat, dibaca dan di dengar serta dapat memperkenalkan nilai-nilai baru untuk merubah sikap.

2.1.6 Faktor Penghambat Komunikasi

  Meskipun proses komunikasi sudah terjadi, namun belum dapat dipastikan bahwa tujuan komunikasi tercapai secara efektif. Suranto (2005 : 112-113) mengidentifikasikan faktor-faktor yang mungkin menjadi penghambat terjadinya proses komunikasi, yaitu :

  1. Hambatan Sosiologis Secara sosiologis, warga atau pedagang pasar berasal dari berbagai golongan dan tingkat pendidikan yang menimbulkan perbedaan sehingga dapat menjadi hambatan bagi kelancaran komunikasi.

  2. Hambatan Psikologis Hambatan berkomunikasi yang disebabkan oleh situasi psikologis yang tidak mendukung. Misalnya saja pembeli menawar saat pedagang sedang marah, bingung atau sedang menaruh prasangka kepada pembeli sehingga menghambat proses komunikasi.

  3. Hambatan Semantis Adalah hambatan komunikasi yang disebabkan latar belakang penggunaan bahasa yang berbeda, contohnya bahasa Indonesia “jangan” berbeda makna dengan kata “jangan” dalam bahasa Jawa yang berarti sayur.

  4. Hambatan mekanis Hambatan yang terjadi pada proses komunikasi yang pada umumnya terjadi pada komunikasi yang dilakukan secara formal dengan menggunakan media.Contohnya bunyi gemuruh pada microphone, sinyal telepon yang hilang dan lain-lain

  Hambatan Ekologis Hambatan ini disebabkan oleh gangguan yang terjadi di lingkungan ketika proses komunikasi sedang berlangsung. Misalnya saja saat berkomunikasi hujan deras sedang berlangsung, mesin pabrik yang menderu dan lain-lain.

2.1.7 Komunikasi Verbal dan Komunikasi Nonverbal

2.1.7.1 Komunikasi Verbal

  Komunikasi menurut Hovland, Janis dan Kelly ( Fajar 2009:19) berarti sebuah proses dimana seorang individu sebagai komunikator menyampaikan stimulus yang biasanya verbal untuk mengubah perilaku orang lainnya. Komunikasi verbal merupakan pernyataan lisan antar manusia lewat kata-kata dan simbol umum yang sudah disepakati antar individu, kelompok, bangsa dan negara. Jadi definisi komunikasi verbal dapat disimpulkan bahwa komunikasi yang menggunakan kata-kata secara lisan dengan sadar dilakukan oleh manusia untuk berhubungan dengan manusia lain. Dasar komunikasi verbal adalah interaksi antar manusia dan menjadi salah satu sarana bagi manusia berkomunikasi secara lisan atau bertatapan dengan manusia lain sebagai sarana utama menyatukan pikiran, perasaan dan maksud (Fajar 2009:110)

  Verbal communication adalah bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis (written) atau lisan (oral).

  Komunikasi verbal lebih memudahkan komunikator untuk menyampaikan ide-ide atau gagasan serta keputusan untuk lebih mudah dipahami. Menurut Hardjana (2003:22) Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata baik secara lisan maupun tertulis. Melalui komunikasi secara verbal, manusia dapat menyampaikan fakta, data dan informasi bahkan saling bertengkar.

  Komunikasi Vokal Komunikasi Non Vokal Komunikasi Verbal Bahasa Lisan (spoken Bahasa Tertulis ( Written

  words ) Words )

  Komunikasi Non Verbal Nada Suara (tone of Isyarat (gesture), gerakan

  voice ), desah (sighs), (movement), penampilan

  jeritan (screams), kualitas (appearance), ekspresi vocal (vocal qualities) wajah (facial expression) Gambar 1

  Pembagian Tipe-tipe Komunikasi Menurut Agler & Roadman (1999:96)

2.1.7.2 Komunikasi Nonverbal

  Menurut Larry A Samovar (Mulyana 2007:343), komunikasi nonverbal mencakup rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima. Jadi definisi ini mencakup perilaku yang disengaja juga yang tidak disengaja sebagai bagian dari keseluruhan proses komunikasi, kita mengirim banyak pesan nonverbal tanpa menyadari bahwa pesan-pesan tersebut bermakna bagi orang lain.

  Porter (2010:294) juga menambahkan bahwa komunikasi nonverbal meliputi semua stimulus nonverbal dalam sebuah situasi komunikasi yang dihasilkan, baik oleh sumbernya maupun penggunanya dalam lingkungan dan memiliki nilai pesan yang potensial untuk menjadi sumber atau penerima.

  Komunikasi nonverbal merupakan aktivitas multidimensi. Aspek multidimensi ini terungkap dalam fakta bahwa komunikasi nonverbal tidak dapat berdiri sendiri namun biasanya diikuti oleh pesan verbal. Memang secara teoritis, kedua jenis komunikasi ini dapat dipisahkan. Namun pada kenyataannya, kedua komunikasi ini saling menjalin dan saling melengkapi dalam proses komunikasi yang kita lakukan sehari-hari.

  Komunikasi nonverbal juga terbagi lagi dalam berbagai jumlah bentuk yang meliputi wajah terutama mata, tubuh, sentuhan, suara, ruang, waktu, daya tarik fisik dan pakaian. Menurut Weaver (Budyatna 2011:11-12) sebagian besar dari bentuk-bentuk ini menampilkan beberapa karakteristik seperti berikut : a.

  Komunikasi Nonverbal memiliki sifat berkesinambungan Kata-kata yang keluar dari mulut kita ada waktunya atau sewaktu-waktu. Namun isyarat nonverbal kita keluar secara berkesinambungan. Sebagai contoh, seseorang mengajukan pertanyaan kepada kita, maka orang itu juga berusaha melihat reaksi kita. Apabila kita tidak berbicara atau tidak memberikan jawaban, maka si penanya akan melihat ekspresi muka kita untuk melihat respon kita.

  b.

  Komunikasi Nonverbal kaya akan makna Komunikasi nonverbal sangat banyak bentuknya seperti alis mata terangkat, senyum yang tidak kentara, sentuhan tangan dan lain-lain. Isyarat-isyarat dalam komunikasi nonverbal semacam itu terutama berguna apabila untuk alasan-alasan tertentu, komunikasi secara verbal tidak tepat digunakan.

  c.

  Komunikasi Nonverbal dapat membingungkan Meskipun komunikasi nonverbal kaya akan makna, namun komunikasi nonverbal dapat membingungkan apabila komunikator atau komunikan tidak mampu memahami apa maknanya. Ini menyebabkan keduanya harus saling berhati-hati untuk memahami dan menarik makna dari komunikasi verbal yang terjadi.

  Contohnya saja ada orang yang selalu mengelus rambutnya apapun alasannnya. Ini merupakan kebiasaan mereka dan tidak memiliki makna apapun sejauh komunikasi nonverbal berlangsung.

  d.

  Komunikasi nonverbal menyampaikan emosi Apabila anda merenungkan mengenai ini, bahwa objek-objek dan tindakan dapat membangkitkan lebih banyak emosi daripada kata-kata karena objek dan tindakan kurang abstrak dibandingkan kata-kata. Kata-kata biasanya lebih banyak digunakan pada penampilan intelektual. Apabila kita ingin menunjukan ketulusan dan kesungguhan hati, maka wajah dan isyarat tubuh kita lebih efektif dibandingkan kata-kata atau ucapan kita.

2.1.7.3 Fungsi Komunikasi Nonverbal

  Menurut Verderber et.al (Budyatna, 2011:118), komunikasi nonverbal memiliki lima fungsi sebagai berikut : a. Melengkapi Informasi Kebanyakan informasi atau isi sebuah pesan disampaikann secara nonverbal. Isyarat-isyarat nonverbal kita dapat mengulang, mensubsitusi, menguatkan atau mempertentangkan pesan verbal kita. Kita dapat menggunakan isyarat-isyarat nonverbal untuk mengulangi apa yang telah kita katakana secara verbal. Apabila kita mengatakan “tidak” dan menggelengkan kepada Anda pada saat yang sama, Anda telah menggunakan isyarat nonverbal untuk mengulang apa yang telah anda katakan secara verbal.

  b. Mengatur Interaksi Kita mengelola sebuah interaksi melalui cara-cara yang tidak kentara dan kadang-kadang melalui isyarat nonverbal yang jelas. Kita gunakan perubahan atau pergeseran dalam kontak mata, gerakan kepala yang perlahan, bergeser dalam sikap badan, mengangkat alis, menganggukkan kepala, memberitahukan pihak lain kapan boleh melanjutkan, mengulang, menguraikan, bergegas atau berhenti.

  Kita telah menjelaskan bahwa kebanyakan dari aspek-aspek emosional dari komunikasi disampaikan melalui cara-cara nonverbal. Secara alternatif kita dapat gunakan perilaku nonverbal untuk menutupi perasaan kita yang sebenarnya.

  d. Memperlihatkan kuasa atau kendali Banyak perilaku nonverbal merupakan isyarat dari kekuasaan, terlepas dari apakah mereka bermaksud menunjukkan kuasa atau kendali. Coba lihat bagaimana manajer atau direktur perusahaan memperlihatkan kekuasaan mereka melalui perilaku nonverbal. Manajer menggunakan baju gaya eksekutif, perabot kantor seperti meja dan kursi yang mahal.

2.2 Pengertian Harga

  Setiap produk yang diperdagangkan baik barang maupun jasa memiliki harga atau satuan nilai. Menurut Buchari (2002:125) Harga merupakan nilai suatu barang atau jasa yang dinyatakan dengan uang. Sedangkan menurut Simamora (2002:74), harga merupakan sejumlah uang yang dibebankan atau dikeluarkan atas sebuah produk atau jasa. Pedagang harus menetapkan harga secara tepat agar sukses dalam menjual barang. Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang member pemasukan atau pendapatan bagi pedagang. Disamping itu, harga merupakan unsur bauran pemasaran yang bersifat fleksibel, artinya dapat diubah dengan cepat yang mengikuti kondisi-kondisi yang mempengaruhinya.

  Harga adalah merupakan salah satu tindakan perusahaan untuk mendatangkan pendapatan. Walaupun demikian, masih banyak organisasi bisnis yang tidak menggarap masalah harga dengan baik. Keaalahan-kesalahan yang umumnya terjadi adalah penetapan harga terlalu mengarah kepada biaya, harga jual kurang sering ditinjau padahal pasar selalu berubah, harga jual ditetapkan sendiri dan bukan merupakan satu unsur terpadu dalam strategi penempatan pasar, harga kurang bervariasi bagi jenis produk dan segmen pasar yang berlainan (Kotler 2011:94) pembeli (Tjiptono, 1999) yaitu :

  1. Peranan alokasi harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan cara memperolehnya manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya belinya. Dengan demikian, adanya harga dapat membantu para pembeli untuk memutuskan cara mengalokasikan daya belinya pada berbagai jenis barang dan jasa. Pembeli membandingkan harga dari berbagai alternatif yang tersedia, kemudian memutuskan alokasi dana yang dikehendaki.

  2. Peranan informasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam memberi tahu pembeli mengenai faktor-faktor produk, seperti kualitas. Hal ini terutama bermanfaat dalam situasi dimana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaatnya secara objektif. Persepsi yang sering berlaku adalah bahwa harga yang tinggi mencerminkan kualitas yang baik Selanjutnya Kotler (2001:25) menyatakan bahwa terdapat enam usaha utama yang dapat diraih suatu perusahaan melalui harga yaitu bertahan hidup, maksimalisasi laba jangka pendek, maksimalisasi pendapatan jangka pendek, unggul dalam pasar dan unggul dalam mutu produk. Pedagang harus mempertimbangkan berbagai faktor dalam menetapkan harga.

  Harga jual adalah sejumlah kompensasi (uang ataupun barang) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi barang atau jasa. Pedagang selalu menetapkan harga produknya dengan harapan produk tersebut laku terjual dan boleh memperoleh laba yang maksimal. Hansen dan Mowen (2001:633) mendefinisikan “harga jual adalah jumlah moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang dijual atau diserahkan”. Menurut Mulyadi (2001:78) “pada prinsipnya harga jual harus dapat menutupi biaya penuh ditambah dengan laba yang wajar. Harga jual sama dengan biaya produksi ditambah mark-up”.

  Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa harga jual adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi suatu barang atau jasa ditambah dengan persentase laba yang diinginkan perusahaan, karena itu untuk untuk menarik minat pembeli adalah dengan cara menentukan harga yang tepat untuk produk yang terjual. Harga yang tepat adalah harga yang sesuai dengan kualitas produk suatu barang dan harga tersebut dapat memberikan kepuasan kepada pembeli.

2.2.1 Penetapan Harga (Pricing Decision)

  Dalam bisnis, penetapan harga merupakan salah satu elemen penting dalam pengambilan keputusan strategis untuk dapat mempertahankan usaha tetap eksis dalam persaingan. Menurut Horngren dan Datar (2006:398) ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam penetapan harga jual yaitu :

  1. Customer

  Customer memberikan pengaruh melalui efek terhadap permintaan akan produk dan jasa berdasarkan kualitas dan fungsi produk. Perusahaan harus melihat dari sudut pandang pembeli. Apabila pedagang terlalu tinggi menetapkan harga jual akan menyebabkan pelanggan memilih produk yang dijual dari pesaing atau produk substitusi.

  2. Competitor

  Pedagang harus selalu berhati-hati dan mengamati pergerakan pesaing. Pada suatu saat produk substitusi atau produk dari pesaing akan mempengaruhi permintaan sehingga menyebabkan pedagang hars menurunkan harga. Akan sangat menguntungkan apabila dapat memprediksi harga yang ditawarkan pesaing dan menetapkan harga jual yang lebih menguntungkan.

  3. Costs

  Biaya mempengaruhi harga jual karena jika biaya bisa dikurangi maka harga jual akan bisa diturunkan untuk mendapatkan keuntungan yang sama atau harga jual tetap maka keuntungan yang diperoleh pedagang akan meningkat.

  Menurut Saladin (2000:8), Faktor – faktor yang mempengaruhi penetapan harga adalah :

  1. Demand For The Product (Permintaan Produk) Dimana perusahaan perlu memperkirakan permintaan terhadap produk yang merupakan langkah penting dalam penetapan harga suatu produk.

  Target dan bagian pasar yaitu pasar saham yang ditargetkan oleh perusahaan

  3.Competitive Reaction (Reaksi Pesaing) Yaitu reaksi dari para pesaing

  4.Use Of Cream – Skiming Pricing Of Penetration Pricing Yaitu mempertimbangkan langkah-langkah yang perlu di ambil pada saat perusahaan memasuki pasar dengan harga yang tinggi atau dengan harga yang rendah.

  5. Other Parts Of The Marketing Mix (Bauran Pemasaran) Bauran pemasaran yaitu perusahaan perlu mempertimbangkan kebijakan bauran pemasaran, kebijakan promosi dan saluran distribusi.

  6. Biaya untuk memproduksi atau untuk membeli produk.

  Masalah penetapan harga mencakup segala usaha-usaha mencocokkan biaya dan volume penjualan dengan barang yang tersedia dibayar oleh pembeli sedemikian rupa sehingga mampu memberi nafkah bagi pemilik usaha, menyediakan lapangan kerja yang layak bagi karyawan dan memberikan laba bagi pembiayaan udaha dimasa depan (Lewis 2009:99). Harga suatu barang lebih ditentukan oleh pandangan orang mengenai nilai barang. Menurut Winardi (2012:19), mekanisme harga merupakan salah satu kekuatan terpenting di dalam berbagai perekonomian yang berorientasi pada pasar (market oriented economy). Ia menambahkan, mekanisme harga melaksanakan tiga macam fungsi penting sebagai berikut :

  1. Persoalan Perbandingan (Comparison) Harga suatu produk memungkinkan suatu pembeli untuk memperkirakan nilainya, relatif dibandingkan dengan produk-produk lain yang serupa

  2. Stimulasi (Stimulation)

  Mekanisme harga melaksanakan suatu fungsi stimulasi. Ini berarti makin tinggi harga produk yang bersangkutan, maka makin besar hasil total yang dicapai.

  3. Distribusi (Rationing) Mekanisme harga mendeterminasi siapa yang akan membeli apa. Walaupun sistem kredit pada saat tertentu mendistorsi fungsi-fungsi distribusi dan harga, masih cukup jelas terlihat bahwa barang-barang di distribusikan melalui keputusan-keputusan penetapan harga.

  Kotler (2000:523-524) menguraikan beberapa pertimbangan sebuah unit usaha untuk menetapkan kebijakan harganya. Adapun prosedur dalam menetapkan harga adalah :

  1. Memilih tujuan penetapan harga Pertama-tama perusahaan harus memutuskan apa yang ingin dicapai dengan penawaran produk tertentu. Jika perusahaan telah memilih pasar sasaran dan penentuan posisi pasarnya dengan cermat, maka harganya akan cukup jelas.

  2. Menentukan Permintaan Tiap harga yang dikenakan perusahaan akan menghasilkan tingkat permintaan yang berbeda-beda dan karena itu akan memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap tujuan penetapan harganya.

  3. Memperkirakan biaya Permintaan menentukan batas harga tertinggi yang dapat dikenakan perusahaan atas produknya dan biaya perusahaan menentukan batas terendahnya.

  Perusahaan ingin menetapkan harga yang dapat menutup biaya produksi, distribusi dan penjualan produk, termasuk pengembalian yang memadai atas usaha dan resikonya.

  4. Menganalisis biaya, harga dan penawaran pesaing Dalam rentang harga yang mungkin, yaitu diantara biaya dan permintaan pasar, harga pesaing dan kemungkinan reaksi harga membantu perusahan menetapkan harga yang akan dikenakan. Perusahaan perlu mengukur biayanya dengan biaya pesaing untuk mengetahui apakah biaya produksinya lebih tinggi atau lebih rendah. Setiap bisnis yang ingin mapan dan berkelanjutan (establish) perlu mengetahui harga dan kualitas penawaran pesaing.

  5. Memilih metode penetapan harga Perusahaan memecahkan masalah penetapan harga ini dengan memilih suatu metode penetapan harga yang menyertakan satu atau beberapa unsur dari ketiga pertimbangan ini. Metode penetapan harga akan menghasilkan suatu harga tertentu.

  6. Memilih harga akhir dipilih perusahaan untuk menentukan harga akhir. Dalam memilih harga akhir, perusahaan harus mempertimbangkan sebagai faktor tambahan, termasuk penetapan harga dengan memperhatikan daya beli dan kemampuan ekonomi dan dampak dari penetapan harga terhadap pihak-pihak lain.

  Adapun skema prosedur penetapan harga dapat digambarkan sebagai berikut :

  1. Menentukan Tujuan Penetapan Harga

  2. Menentukan Permintaan

  3. Memperkirakan Biaya

  4. Menganalisis Harga yang ditawarkan pesaing

  5. Memilih metode penetapan harga

  6. Memilih harga akhir Gambar 1 Menentukan Kebijakan Penetapan Harga

  Sumber : Kotler (2000:523)

2.2.3 Tujuan Penetapan Harga

  Menurut Simamora (2000:575) ada 4 tujuan penetapan harga. 4 tujuan penetapan harga tersebutantara lain sebagai berikut :

  1. Memaksimalkan Laba atau Keuntungan Salah satu tujuan lazim dalam penetapan harga jual adalah untuk memperoleh laba yang maksimum. Banyak organisasi yang membutuhkan laba usaha untuk memuaskan komunitas pemegang saham dan penyediaan dana ekspansi dalam mengembangkan produk dalam rangka memaksimalkan laba usaha dibutuhkan data jumlah unit yang dijual padaharga jual yang berbeda ditambah etimasi biaya variabel dan biaya tetap.

  2. Memaksimalkan Pendapatan. Demi mendapatkan pertumbuhan pasar, sering perusahaan besedia untuk mengorbankan sedikit keuntungan demi meningkatkan volumepenjualan.

  Beberapa perusahaan berpendapat dan yakin lebih mudah memaksimalkan penjualan dari pada memaksimalkan keuntungan yang sifatnya lebih abstrak. Harga jual yang lebih rendah serta diiringi dengan memaksimalkan pendapatan dapat pula digunakan supaya competitor tidak dapat memasuki pasar.

  3. Memaksimalkan Pangsa Pasar. Tujuan memaksimalkan pangsa pasar untuk mendapatkan posisi pasar akan mengorbankan berbagai keuntungan dan pendapatan. Rancangan ini biasanya dipakai untuk menerobos pasar baru. Volume unit pasar yang maksimal biasanya penting dalam situasi dimana data penjualan unit dan angka-angka pasar dari keseluruhan bisnis dalam upaya menopang citranya. Terlepas dari apapun imbasnya terhadap laba usaha. Memaksimalkan pangsa pasar paling baik dipakai disaat perusahaan mempunyai arus kas dari lini produk lain yang digunakan untuk mensubsidikan silang, Perbaikan produk dan ekspansi fasilitas produk.

  4. Kepemimpinan Mutu. Tujuan penetapan harga jual lain adalah untuk menopang suatu citra, seperti pemimpin mutu di sebuah pasar. Beberapa pelanggan menggunakan harga jual sebagai indikator mutu. Para pembeli cenderung menyukai produk berharga jual mahal. Mana kala harga jual merupakan sau-satunya informasi yang tersedia, ketika mereka yakin bahwa mutu dari meraka yang tersedia adalah berbagai secara signifikan, dan pada saat perbedaan harga jual diantara merk-merk yang ada adalah besar. Konsekuensinya harga jual suatu produk yang sesuai dapat memberikan persepsi di benak konsumen bahwa harga jual produk di perusahaan yang bermutu tinggi. Menurut Lupiyodi dalam Rambat (2001 : 88 ) metode penentuan harga harus dimulai dengan pertimbangan atas tujuan penentuan harga jual itu sendiri. Tujuan-tujuan penetapan harga tersebut adalah sebagai berikut :

  1. Survival yaitu merupakan usaha untuk tidak melaksanakan tindakan-tindakan untuk meningkatkan profit ketika perusahaan sedang dalam kondisi pasar yang hidup.

  2. Profit Maximization Penentuan harga bertujuan untuk memaksimumkan profit dalam periode tertentu.

  3. Sales Maximazation Penetuan harga bertujuan untuk membangun pangsa pasar (market share) dengan melakukan penjualan pada harga jual awal yang merugikan.

  4. Prestige Tujuan penentuan harga adalah mempromosikan produk (barang atau jasa) perusahaan tersebut sebagai produk yang eksklusif.

  5. ROI (Return On Investment) Tujuan penetapan harga adalah didasarkan atas

  Return On Investment yang diinginkan (ROI)

2.2.4 Sasaran Penetapan Harga Jual

  Para pemasar berusaha untuk mencapai sasaran tertentu melalui komponen- komponen penetapan harga. Beberapa perusahaan mencoba untuk meningkatkan keuntungan dengan menetapkan harga rendah untuk menarik bisnis baru. Menurut Boone dan Kurtz (2002:70) “ada empat kategori dasar atau sasaran penetapan harga, yaitu:

  1) profitabilitas, 2) volume, 3) tingkat kompetisi, dan 4) pretise.

  1) Sasaran profitabilitas Sebagian besar perusahaan mengejar sejumlah sasaran profitabilitas dalam strategi penetapan harganya. Para pemasar mengerti bahwa laba diperoleh dari selisih pendapatan dan beban. Dan juga pendapatan merupakan harga jual dikalikan dengan jumlah yang terjual.Berbagai teori ekonomi mendasari prinsip maksimalisasi keuntungan (profit maximization). Akan tetapi pada kenyatannya prinsip ini masih sulit diterapkan. Maka banyak perusahaan beralih pada sasaran profitabilitas yang lebih sederhana, yaitu Target Return Goal, dimana perusahaan pengembalian finansial atas penjualan ataupun investasi.

  2) Sasaran volume Pendekatan yang lain dalam strategi penetapan harga disebut maksimalisasi penjualan (sales maximization), para manajer menetapkan tingkat minimum profitabilitas yang dapat diterima dan kemudian menetapkan harga yang akan mengahasilkan volume penjualan tertinggi tanpa menyebabkan laba turun di bawah level itu. Strategi ini memandang ekspansi penjualan sebagai suatu prioritas yang lebih penting bagi posisi persaingan jangka panjang perusahaan daripada laba jangka pendek. 3) Tingkat Kompetisi Sasaran penetapan harga ini hanyalah untuk menyamakan harga dengan pesaing.

  Jadi perusahaan berusaha untuk menghindari perang harga dengan tidak menekankan elemen harga dari bauran pemasaran dan memfokuskan usaha persaingannya pada variabel selain harga seperti menambah nilai, meningkatkan kualitas, mendidik pembeli, dan menciptakan hubungan. 4) Sasaran Prestise Pengaruh harga pada prestise membuat sebuah harga menjadi relatif tinggi untuk mengembangkan dan menjaga sebuah citra dari kualitas dan eksklusivitas. Para pemasar menetapkan sasaran tersebut karena mereka mengakui peran harga dalam mengkomunikasikan citra suatu perusahaan dan produk-produknya.

2.2.5 Strategi Penentuan Harga Jual

  Harga yang ditentukan untuk sebuah produk akan mempengaruhi pendapatan perusahaan dan pada akhirnya tingkat laba. Perusahaan menentukan harga jual produknya dengan tiga dasar pertimbangan yaitu biaya produksi, suplai persediaan, dan harga persaingan. 1) Penentuan harga berdasarkan biaya produksi Pada strategi ini, perusahaan menentukan harga untuk sebuah produk dengan mengestimasi biaya per unit untuk memproduksi produk tersebut dan mencatat semua biaya yang melengkapi produksi sebuah produk dan diupayakan agar harga tersebut dapat menutupi semua biaya tersebut.Sebuah strategi harga harus menghitung skala ekonomis. Bagi produk atau jasa yang berada di dalam skala ekonomis, harga harus cukup rendah agar dapat mencapai volume tingkat penjualan yang tinggi sehingga biaya produksi mengalami penurunan. 2) Penentuan harga berdasarkan suplai persediaan Pada umumnya perusahaan cenderung menurunkan harga jika mereka harus mengurangi persediaan. 3) Penentuan harga berdasarkan harga pesaing Penentuan harga berdasarkan harga pesaing dibagi atas tiga yaitu:

  a) Penentuan harga penetrasi, dimana perusahaan menentukan harga yang lebih rendah dari harga pesaing agar dapat menembus pasar. Keberhasilan penentuan harga penetrasi tergantung pada seberapa besar tanggapan pembeli terhadap penurunan harga dan juga perusahaan tidak perlu menggunakan strategi ini bila produknya tidak elastis terhadap harga karena kebanyakan pembeli tidak akan beralih ke produk pesaing untuk mengambil keuntungan dari harga yang lebih rendah.

  b) Penentuan harga defensive, dimana perusahaan menurunkan harga produk untuk mempertahankan pangsa pasarnya. Selain itu beberapa perusahaan juga menurunkan harga untuk menyerang pesaing baru yang masuk ke dalam pasar, disebut dengan biaya predatori.

2.2.6 Alternatif Penetapan Harga

  Banyak strategi-strategi khusus yang digunakan oleh perusahaan untuk menentukan harga barang dan jasa, yang berasal dari strategi pemasaran yang mereka rumuskan untuk mencapai keseluruhan sasaran organisasi. Menurut Sukirno (2006 : 226) ada enam strategi penetapan harga : (1) Penetapan harga yang kompetitif. Hal ini berlaku pada pasar dimana terdapat produsen atau penjual. Dalam pasar seperti ini untuk menjual barangnya, perusahaan harus menetapkan harga pada (2) Menentukan harga terobosan. Cara ini sering dipakai ketika meluncurkan barang baru, yang menetapkan harga pada tingkat yang rendah atau murah dengan harapan dapat memaksimalkan volume penjualan. (3) Menetapkan harga berdasarkan permintaan. Penentuan harga barang ini terutama dipraktekkan oleh perusahaan jasa seperti pengangkutan Kereta Api, Jasa Penerbangan, Restoran dan Bioskop. Perusahaan Kereta Api misalnya, menawarkan tiket murah untuk orang yang selalu berpergian bagi pelajar dan orang tua yang sudah pensiun. (4) Kepemimpinan harga. Penentuan harga seperti ini berlakun dalam pasar barang yang bersifat oligopoli yang merupakan struktur pasar, dimana terdapat perusahaan yang dominan yang mempunyai persaingan yang lebih kukuh dari pada perusahaan lainnya. (5) Menjual barang berkualitas dengan harga yang rendah. Kebijakan ini dapat dilakukan oleh perusahaan industri Manufaktur atau

  

Hypermarket seperti Makro dan Carrefour. Srategi penentuan harga mereka lebih

  menekankan kepada peningkatan volume barang yang terjual dan bukan memperoleh keuntungan yang tinggi. (6) Kebijakan harga tinggi jangka pendek. Kebijakan Harga (Price Skimming) adalah cara untuk menetapkan harga tinggi yang bersifat sementara, yaitu pada waktu barang yang dihasilkan mulai dipasarkan. Pada periode itu, perusahaan belum menghadapi persaingan dan akan menetapkan harga yang tinggi supaya pengembalian modal dapat dipercepat.

2.2.7 Peranan Penetapan Harga

  Harga mempunyai peranan penting dalam keberhasilan penjualan produk dan keberhasilan usaha. Peranan harga dalam keberhasilan penjualan produk dan keberhasilan hidup perusahaan berdasarkan pendapat Sutojo (2010:64-65) adalah :

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-faktor Minat Beli konsumen Terhadap Pakaian Bekas (Monza) (Studi Pada Pasar Tradisional Sambu di Medan)

64 436 93

Strategi Optimalisasi Operasional Pasar Tradisional (Studi Kasus Pada Pasar Pusat Pasar Kota Medan)

4 89 98

Komunikasi Pedagang Pakaian Bekas Dalam Menetapkan Harga Pada Pembeli (Studi Kasus Pada Pasar Tradisional Inpres Medan)

4 103 116

Peranan Pasar Tradisional Dalam Pemberdayaan Kesejahteraan Sektor Informal di Kota Medan (Studi Banding Antara Pedagang Pasar Inpres Sei Sikambing dan Pasar Pusat Pasar)

0 35 124

Analisis Faktor-faktor Minat Beli konsumen Terhadap Pakaian Bekas (Monza) (Studi Pada Pasar Tradisional Sambu di Medan)

0 0 10

BAB II KERANGKA TEORI - Analisis Faktor-faktor Minat Beli konsumen Terhadap Pakaian Bekas (Monza) (Studi Pada Pasar Tradisional Sambu di Medan)

0 0 23

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Faktor-faktor Minat Beli konsumen Terhadap Pakaian Bekas (Monza) (Studi Pada Pasar Tradisional Sambu di Medan)

1 0 7

Analisis Faktor-faktor Minat Beli konsumen Terhadap Pakaian Bekas (Monza) (Studi Pada Pasar Tradisional Sambu di Medan)

0 0 12

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian, Jenis dan Fungsi Pasar - Strategi Optimalisasi Operasional Pasar Tradisional (Studi Kasus Pada Pasar Pusat Pasar Kota Medan)

1 2 23

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 PerspektifParadigma Kajian - Peran Komunikasi Antar Pribadi Pengajar Tari Dalam Meningkatkan Potensi Diri Anak (Studi Kasus Pada Sanggar Tari Sir Istana Maimun Medan)

0 0 17