Komunikasi Pedagang Pakaian Bekas Dalam Menetapkan Harga Pada Pembeli (Studi Kasus Pada Pasar Tradisional Inpres Medan)

(1)

KOMUNIKASI PEDAGANG PAKAIAN BEKAS DALAM

MENETAPKAN HARGA PADA PEMBELI

(Studi Kasus Pada Pasar Tradisional Inpres Medan)

SKRIPSI

Disusun Oleh:

ESRA ERITA SARI SILALAHI 090907006

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA / BISNIS

HALAMAN PERSETUJUAN

Hasil skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh : Nama : ESRA ERITA SARI SILALAHI

NIM : 090907006

Program Studi : Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis

Judul : Komunikasi Pedagang Pakaian Bekas dalam Menetapkan Harga (Studi Kasus pada Pasar Tradisional Inpres Kwala Bekala Medan )

Medan, Juli 2013

Dosen Pembimbing Ketua Program Studi

Drs. Humaizi, MA Prof. Dr. Marlon Sihombing,MA NIP : 195808091986011002 NIP: 195908161986111001

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si NIP 19680525199203100


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA / BISNIS

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan panitia penguji skripsi Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara oleh :

Nama : Esra Erita Sari Silalahi

NIM : 090907006

Program Studi : Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis

Judul : Komunikasi Pedagang Pakaian Bekas dalam Menetapkan Harga (Studi Kasus pada Pasar Tradisional Inpres Kwala Bekala Medan)

Yang dilaksanakan pada :

Hari :

Tanggal : Juli 2013

Pukul :

Tempat : Ruang Sidang FISIP-USU

Panitia Penguji

Ketua : (………)

Penguji I : (………)


(4)

KATA PENGANTAR

Segala sembah puji syukur dan terimakasih penulis ucapkan kepada penguasa jagad raya, Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala cinta kasih, pertolongan, kemurahan dan penyertaanNya selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus penulis penuhi guna menyelesaikan studi di Ilmu Administrasi Bisnis USU Medan untuk memperoleh gelar sarjana Administrasi Bisnis. Adapun judul dari skripsi ini adalah : Komunikasi Pedagang Pakaian Bekas dalam Menetapkan Harga (Studi Kasus Pada Pasar Inpres Kwala Bekala Medan)”

Skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa dukungan dari banyak pihak. Pada kesempatan ini dengan rasa hormat dan penuh ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada orang tua penulis, ayahanda B.Silalahi dan ibunda R.Sinaga, S.S, S.Pd. atas kasih dan cinta serta semangat yang tak kunjung padam dan suri tauladan yang teramat banyak sekali, perhatian dan pengorbanan serta pendidikan karakter yang kuat dan pengajaran mengenai niat dan kesungguhan dalam diri penulis. Semua itu tidak ternilai dan senantiasa ada dalam diri penulis. Tak lupa ucapan terima kasih untuk seluruh keluarga besar St M.Sinaga/H.br Simbolon (Op.Parasian) dan keluarga besar G.Silalahi / B.Sidjabat (Op. Jandri) yang senantiasa menjadi bagian dari penulis.

Penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dan kepada semua pihak yang menjadi bagian penting selama penulis menjalankan perkuliahan di IlmuAdministrasi Bisnis USU Medan, yaitu :

1. Prof. Dr. Badaruddin, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis FISIP USU dan kepada Sekretaris Program Studi, Bapak Arifin Nasution, S.Sos, M.SP.


(5)

3. Dosen Pembimbing penulis Humaizi, MA, Ph.D, Cand yang bersedia membimbing saya, yang bersedia mengeluarkan waktu, tenaga, pikiran dan materi serta mau mengajari saya dari proses awal penyusunan proposal sampai skripsi ini terselesaikan. Terima kasih atas pengetahuan dan ilmu yang sangat berharga yang tidak akan pernah penulis lupakan. Semoga Tuhan membalas budi baik bapak berkali-kali lipat dan melimpah banyaknya. Serta kepada bapak Dr. Ridwan Hanafiah, SH, MA atas nasihat dan motivasi yang akan penulis ingat sampai kapan pun angin berhembus.

4. Seluruh Dosen-dosen dan Staf Pengajar di Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis FISIP USU. Terkhusus kepada Dosen-dosen wanita : Ibu Karlonta Nainggolan, S.E, M.Acc, Ak, Ibu Jovita Sabarina, S.Sos, M.Si dan kak Siswati Saragi, S.Sos, M.SP. Sungguh pola pengajaran mereka memberi penulis inspirasi dan telah mengajari bagaimana menjadi insan yang lebih baik lagi serta menjadi insan yang cerdas dalam segala bidang kehidupan.

5. Kepada pegawai PD. Pasar Medan Cabang II Pasar Inpres Kwala Bekala Medan, kepada bapak kepala pasar Yuarsyah serta kepada bapak Hermanto, Rona Frangky Tarigan, SH, kepada bapak M.Zaki, SH dan ibu Deni Masrela. Keakraban dan budi baik bapak ibu sekalian di lapangan sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Kepada informan penulis, Kak Rame, Ibu Siska, Mak Ribu, kak Herma dan Ibu Lita yang sangat terbuka membantu penulis dalam menjawab setiap pertanyaan yang telah penulis ajukan. Semoga selalu sukses dalam berdagang monja dan diberi keuntungan berlipat ganda.

7. Kepada kakak, abang dan adik penulis : Ruth Marliani Silalahi, S.Farm, Apt, kepada Tonggo Rosian Silalahi, ST dan kepada Alfred Immanuel Silalahi yang selalu mewarnai hidup penulis dengan tawa sehingga hidup penulis lebih seru dan penuh kebahagiaan. Semoga kita semua berhasil dalam segi apa pun.

8. Keluarga Besar Sekolah Minggu HKBP Padang Bulan : Kepada Kak Lusida Hasibuan, SH, kak Anastasia Triyanti Sibuea, S.Pd, M.Pd, kak


(6)

Loura Gultom, BA, Dra. E.Sembiring, Kak Eva Siahaan, S.Pd, Sondang, Desi, kak Dewi dan double Rani. Semoga kita selalu bersemangat melayani dan mengajari anak-anak untuk selalu takut akan Tuhan.

9. Kost Mandolin 5 Padang Bulan, teman-teman penulis : Maryland Siregar, Kak Ondang, Kak Ika, Kak Jeni, dokter Wita, kak Foria, Pestalovers,

Roma, Kak Ani, Kak Lina, Kak Imes, Kak Ningsih dan lain-lain. Semangat dan kelucuan dari kalian sangat membahagiakan hari-hari penulis. Kini penulis telah mampu menjawab pertanyaan yang kerap kalian ajukan : Kapan Siap Skripsinya?

10.Kepada keluarga Besar Ilmu Administrasi Bisnis 2009. Teman-teman yang menemani penulis menimba ilmu pengetahuan : Royana, Marlia, Ebbita, Rouly, Rizka Safrina, Rendi Ravino, Jodie, Ruly, Era, Devi, Cyndi Manik dll yang tidak bisa penulis sebut semuanya. Sukses selalu dimanapun kalian berada.

11.Kepada Pria-pria berbudi baik dan luhur yang mau membantu serta meluangkan waktu, tenaga dan ide untuk turut berpartisipasi memikirkan skripsi penulis serta memberi motivasi lain dari yang lain : Bang BataraS.Sos, Christian Haposan Simanjuntak, bang Nelson S.Sos, bang Kalpin Napitupulu S.Sos, bang Hardi, S.Sos. Semoga kebahagiaan selalu ada di hidup kita masing-masing.

12.Pihak-pihak yang membantu penulis dalam suka mau pun duka namun tidak bisa penulis ucapkan satu persatu.

Penulis dengan segala kerendahan hati menyadari bahwaskripsi ini masih kurang sempurna dikarenakan keterbatasan pengetahuan, kemampuan, wawasan serta bahan-bahan literatur yang penulis dapatkan.Oleh karena itu penulis mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna menyempurnakan karya ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya.

Medan, Juli 2013


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

ABSTRAK……… i

DAFTAR ISI………..iii

DAFTAR GAMBAR……….iv

DAFTAR TABEL………..v

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1

1.2 Pembatasan Masalah ... 7

1.3 Perumusan Penelitian ... 7

1.4 Tujuan Penelitian ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi ... 9

2.1.2 Proses Komunikasi ... 13

2.1.3 Media Komunikasi ... 16

2.1.4 Tujuan Komunikasi ... 17

2.1.5 Fungsi Komunikasi ... 17

2.1.6 Faktor Penghambat Komunikasi ... 18

2.1.7 Komunikasi Verbal dan Komunikasi Nonverbal ... 19

2.1.7.1 Komunikasi Verbal ... 19

2.1.7.2 Komunikasi Nonverbal ... 20

2.1.7.3 Fungsi Komunikasi Nonverbal ... 22

2.2 Harga ... 23

2.2.1 Penetapan Harga (Pricing Decision) ... 25

2.2.2 Prosedur Penetapan Harga ... 27

2.2.3 Tujuan Penetapan Harga ... 29

2.2.4 Sasaran Penetapan Harga Jual ... 30

2.2.5 Strategi Penentuan Harga Jual ... 32

2.2.6 Alternatif Penetapan Harga ... 33

2.2.7 Peranan Penetapan Harga ... 34

2.3 Definisi Konsep ... 35

2.4 Model Teoritis ... 37


(8)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Perspektif / Paradigma Kajian ... 43

3.2 Lokasi Penelitian ... 47

3.3 Unit Analisis dan Informan ... 47

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 48

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data Primer ... 49

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data Sekunder ... 51

3.5 Keabsahan Data ... 52

3.6 Teknik Analisa Data ... 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 56

4.1.1 Sejarah Singkat Pasar Inpres Kwala Bekala ... 58

4.2 Penyajian Data Penelitian ... 59

4.3.1 Deskripsi Hasil Penelitian ... 60

A. Komunikasi Pedagang Dalam Menetapkan Harga di pasar Tradisional Inpres Kwala Bekala ... 63

4.3.2 Analisis Data Kualitatif ... 64

4.3.2.1 Informan I ... 64

A. Interpretasi Data ... 64

B. Analisis Komunikasi Pedagang dalam Menetapkan Harga ... 65

C. Analisis Faktor-Faktor yang diperhatikan Pedagang Dalam Proses Penetapan Harga dengan Pembeli ... 68

4.3.2.2 Informan II ... 70

A. Interpretasi Data ... 71

B. Analisis Komunikasi Pedagang dalam Menetapkan Harga ... 72

C. Analisis Faktor-faktor yang diperhatikan Pedagang Dalam Proses Penetapan Harga dengan Pembeli ... 74

4.3.2.3 Informan III ... 76

A. Interpretasi Data ... 76

B. Analisis Komunikasi Pedagang dalam Menetapkan Harga ... 78

C. Analisis Faktor-faktor yang diperhatikan Pedagang Dalam Proses Penetapan Harga dengan Pembeli ... 80

4.3.2.4 Informan IV ... 82

A. Interpretasi Data ... 82

B. Analisis Komunikasi Pedagang dalam Menetapkan Harga ... 83

C. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pene- tapan harga ... 86

4.3.2.5 Informan V ... 88

A. Interpretasi Data ... 88

B. Analisis Komunikasi Pedagang dalam Menetapkan Harga ... 89

C. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penetapan Harga ... 91


(9)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 93

5.1 Kesimpulan ... 93 5.2 Saran Penelitian ... 94


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Pembagian Komunikasi………20 Tabel 2 Barang Dagangan di Pasar Inpres Kwala Bekala………57


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Prosedur Menentukan Harga………..28

Gambar 2 Model Teoritis……… ..36

Gambar 3 Teknik Triangulasi………...………53


(12)

DAFTAR LAMPIRAN


(13)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul Komunikasi Pedagang Pakaian Bekas dalam Menetapkan Harga dengan sub judul studi kasus pada Pasar Inpres Kwala Bekala Medan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk- bentuk komunikasi yang dilakukan pedagang pakaian bekas dalam proses komunikasi dengan pembeli, untuk mengetahui proses tawar- menawar yang terjadi antara pedagang pakaian bekas dan pembeli di Pasar Tradisional Inpres Medan dalam menetapkan harga serta untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi pedagang dalam proses penetapan harga pakaian bekas di Pasar Tradisional Inpres Medan. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus, yaitu penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala- gejala, fakta- fakta, atau kejadian- kejadian secara sistematis dan akurat serta menganalisanya berdasarkan data yang diperoleh. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara mendalam dan observasi. Pembahasannya dianalisis melalui hasil wawancara serta menggunakan interpretasi. Informan dalam penelitian ini berjumlah 5 orang yakni pedagang pakaian bekas yang dipilih berdasarkan kriteria yang peneliti ajukan. Dari hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa bentuk- bentuk komunikasi yang dilakukan pedagang pakaian bekas dalam proses komunikasi dan proses tawar- menawar dengan pembeli terjadi secara verbal yakni berupa menyapa, bersikap ramah, memberi humor, membujuk, meyakinkan, memberi perbandingan dan menekan pembeli. Komunikasi non verbal terjadi dalam bentuk ekspresi wajah, isyarat badan yang bersahabat, kontak mata yang bersemangat, pola titi nada suara dan volume suara. Terdapat faktor- faktor yang mempengaruhi pedagang dalam menetapkan harga pada pembeli di antara penampilan pembeli, primordial, competitor atau pedagang barang sejenis serta cost atau biaya- biaya yang ada dalam proses perdagangan pakaian bekas seperti cukai kebersihan, iuran harian, iuran bulanan dan harga sewa kios.


(14)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul Komunikasi Pedagang Pakaian Bekas dalam Menetapkan Harga dengan sub judul studi kasus pada Pasar Inpres Kwala Bekala Medan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk- bentuk komunikasi yang dilakukan pedagang pakaian bekas dalam proses komunikasi dengan pembeli, untuk mengetahui proses tawar- menawar yang terjadi antara pedagang pakaian bekas dan pembeli di Pasar Tradisional Inpres Medan dalam menetapkan harga serta untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi pedagang dalam proses penetapan harga pakaian bekas di Pasar Tradisional Inpres Medan. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus, yaitu penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala- gejala, fakta- fakta, atau kejadian- kejadian secara sistematis dan akurat serta menganalisanya berdasarkan data yang diperoleh. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara mendalam dan observasi. Pembahasannya dianalisis melalui hasil wawancara serta menggunakan interpretasi. Informan dalam penelitian ini berjumlah 5 orang yakni pedagang pakaian bekas yang dipilih berdasarkan kriteria yang peneliti ajukan. Dari hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa bentuk- bentuk komunikasi yang dilakukan pedagang pakaian bekas dalam proses komunikasi dan proses tawar- menawar dengan pembeli terjadi secara verbal yakni berupa menyapa, bersikap ramah, memberi humor, membujuk, meyakinkan, memberi perbandingan dan menekan pembeli. Komunikasi non verbal terjadi dalam bentuk ekspresi wajah, isyarat badan yang bersahabat, kontak mata yang bersemangat, pola titi nada suara dan volume suara. Terdapat faktor- faktor yang mempengaruhi pedagang dalam menetapkan harga pada pembeli di antara penampilan pembeli, primordial, competitor atau pedagang barang sejenis serta cost atau biaya- biaya yang ada dalam proses perdagangan pakaian bekas seperti cukai kebersihan, iuran harian, iuran bulanan dan harga sewa kios.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa dipisahkan dari komunitas lingkungan di sekitarnya. Manusia dikatakan makhluk sosial karena manusia hidup secara berkelompok untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya sudah berlangsung sejak manusia itu ada dan disebabkan oleh berbagai faktor pendorong. Faktor pendorong tersebut dapat bersifat alamiah seperti dorongan untuk mempertahankan hidup dan dorongan untuk mempertahankan kelompok. Untuk dapat memenuhi kebutuhannya, manusia membutuhkan interaksi dengan individu lain atau lingkungan sekitar. Salah satu sarana pendukung kegiatan manusia dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah diperlukannya pasar sebagai salah satu tempat aktivitas ekonomi.

Perdagangan merupakan salah satu sektor yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan ekonomi masyarakat (Belshaw, 1981:7). Perdagangan merupakan kegiatan atau proses jual beli dan tawar menawar antara seorang penjual di satu pihak dan pembeli di pihak lain. Melalui perdagangan, individu dan kelompok melalukan transaksi ekonomi untuk mendapatkan sesuatu yang menjadi kebutuhannya berupa barang atau jasa secara kontinuitas, tindakan perdagangan dilakukan pada suatu institusi ekonomi yaitu pasar yang didalamnya terdapat proses tawar menawar dan tukar menukar (Rex, 2005:36)

Pasar selama ini sudah melekat di masyarakat dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Aktivitas perdagangan bertumpu pada pasar. Dinamika pasar tradisional akan selalu menarik dimana di dalam pasar tradisional terdapat unsur-unsur yang dapat diperoleh misalnya perilaku konsumen maupun perilaku pedagang di dalam pasar. Menurut Belshaw (Sadilah 2011:1) mengatakan bahwa pasar tidak hanya sebagai lembaga tukaar-menukar, tetapi


(16)

pasar berfungsi sebagai tempat penyebaran dan penyimpanan barang, serta tempat dimana berpindahnya komoditas dari satu ke yang lain. Bagi masyarakat, pasar merupakan sisi dunia usaha yang mempunyai karakteristik kerakyatan yang lekat dengan dimensi sosial, ekonomi dan budaya. Sebagai salah satu tumpuan dari aktivitas ekonomi, masyarakat menuntut pasar untuk dapat memenuhi kebutuhannya sesuai dengan fisik maupun nuansa kegiatan yang terjadi di dalamnya. Pasar melibatkan masyarakat baik yang berperan sebagai penjual atau pembeli yang saling membutuhkan satu sama lain.

Secara umum, masyarakat mengenal dua jenis pasar yakni pasar modern dan pasar tradisional. Keduanya memiliki ciri yang berbeda apabila dilihat dari kondisi fisik bangunan, tempat berjualan dan sistem jual beli yang dilakukan. Pasar tradisional secara umum terdiri dari kios atau tenda, tidak permanen dan lingkungannya tidak nyaman karena bau, becek kotor dan tidak tertata rapi, serta dimungkinkan terjadinya tawar-menawar antara penjual dan pembeli. Sedangkan pasar modern biasanya memiliki bangunan yang permanen, fasilitas memadai, nyaman dan harga yang memiliki label sehingga tidak bisa untuk ditawar.

Zaman yang terus berkembang dan perubahan gaya hidup yang dipromosikan begitu hebat oleh berbagai media baik cetak maupun media elektronik telah mampu mengusik keberadaan pasar tradisional. Namun demikian, kita dapat melihat bahwa keberadaan pasar tradisional masih mampu untuk bertahan dan bersaing ditengah serbuan pasar modern dalam berbagai bentuk yang jauh lebih menarik. Keberadaan pasar tradisional merupakan salah satu indikator paling nyata kegiatan ekonomi masyarakat di suatu wilayah walaupun keberadaan pasar modern telah membuat pengaruh besar terhadap aktivitas pasar tradisional karena banyaknya pembeli lebih memilih belanja di pasar modern. Pertumbuhan pasar modern di Indonesia semakin merangkak naik dan berkembang. Kita dapat menemukan pasar modern dengan mudah dan dalam radius yang berdekatan seperti Alfamart, Alfamidi, Indomaret, Carrefour, Macan Yaohan, serta berbagai pasar modern lain baik yang masuk dalam kategori minimarket, supermarket dan


(17)

Beberapa pengamat mencatat dari tahun ke tahun dimulai dari tahun 2000, pangsa pasar tradisional terus menurun karena semakin menjamurnya retail-retail modern. Hal ini semakin diperparah dengan adanya pergeseran kondisi sosial ekonomi dan gaya hidup dimana pada awalnya pasar modern hanya dikunjungi oleh kalangan atas namun kini merambah ke pembeli menengah ke bawah. Keberadaan pasar tradisional semakin tersingkirkan dengan mall dan pusat perbelanjaan modern (Kompasiana, 22 Oktober 2011). Hal demikian juga terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Menurut data yang dimiliki Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI), hingga tahun 2012 sudah belasan ribu kios pedagang yang tutup dan berdampak langsung pada omzet dan kegiatan ekonomi mereka

Di kota Medan, terdapat banyak pasar tradisional yang lebih dikenal dengan sebutan pajak oleh masyarakat setempat. Pasar tradisional yang terdapat di Medan diantaranya : Pusat Pasar atau Sambu, Pajak Inpres, Pasar Beruang, Pasar Simpang Limun, Pasar Ramai, Pamela (Pajak Melati), Pajak Sore Padang Bulan,

Pajak Pagi Padang Bulan, Pajak Ikan dan Pajak Pringgan. Pajak atau pasar tradisional di Medan umumnya memiliki permasalahannya yang sama yakni ruang gerak yang terlalu sempit, tidak teratur, tidak sehat, kurangnya promosi penjualan, rendahnya tingkat keamanan, alokasi waktu operasional yang terbatas, fasilitas parkir kendaraan yang tidak tertata baik, kotor dan kurangnya tempat sampah, fasilitas air bersih yang kurang, lemahnya pengelolaan dan infrastruktur yang kurang memadai. Pengamat sosial Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Asima Yanti menyatakan bahwa Pasar tradisional di Medan belum dapat menjadi tempat transaksi ekonomi yang layak dan terjamin keamanannya. Tanggung jawab atas ancaman penggusuran, pungutan liar dan tindak kriminal lain dibebankan sepenuhnya kepada penjual dan pembeli (Medan Bisnis, 12 Januari 2009)

Namun demikian, pasar tradisional juga memiliki beberapa keunggulan. Keunggulan ini dapat dijadikan alasan mengapa pasar tradisional saat ini masih dapat bertahan ditengah arus perubahan pola konsumsi dan pola berbelanja


(18)

masyarakat. Keunggulan ini dapat ditemui dalam hal lokasi yang strategis, keanekaragaman penjual, kesegaran barang dagangan, harga yang rendah apabila dibandingkan dengan pusat pembelanjaan modern, serta sistem tawar menawar yang menunjukkan keakraban antara penjual dan pembeli merupakan keunggulan yang dimiliki oleh pasar tradisional. Menurut Pamardi (2002:18) hal yang menarik dari pasar tradisional bahwa pasar tradisional menyangkut hajat hidup masyarakat yang lebih banyak, dan mayoritasnya adalah masyarakat kecil. Implikasinya adalah pasar tradisional mempunyai nilai strategis yang tinggi dalam memelihara keseimbangan pembangunan dan pengendali perekonomian.

Persaingan yang semakin ketat dimana semakin banyak penjual yang terlibat dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan pembeli menyebabkan setiap penjual harus menempatkan orientasi kepuasan pembeli sebagai tujuan utama (Tjiptono, 2000:24). Semakin banyaknya produsen yang menawarkan produk dan jasa, maka pembeli memiliki pilihan yang semakin banyak untuk menentukan jadi atau tidaknya transaksi pembelian. Salah satu orientasi kepuasan pembeli adalah harga. Harga yang diinginkan pembeli adalah harga yang masuk akal menurut kemampuan mereka. Hal ini menjadi menarik karena pasar tradisional memungkinkan terjadinya negosiasi harga antara penjual dan pembeli yang memudahkan pembeli untuk mencapai harga yang rasional.

Di pasar tradisional, terdapat keunggulan yang tidak dimiliki oleh pusat perbelanjaan modern yakni sistem komunikasi yang unik yaitu tawar-menawar. Komunikasi dalam aktivitas jual-beli ini dapat dikatakan berada dalam situasi yang tidak resmi (Jurnal Humanity Volume 6 Nomor 1 September 2010 halaman 13-20). Tawar menawar lazim terjadi tatkala harga yang ditawarkan kedua belah pihak yakni penjual dan pembeli tidak mencapai kesepakatan. Hal ini disebabkan oleh harga yang ditawarkan penjual terlalu tinggi atau harga yang diinginkan pembeli terlalu rendah. Komunikasi dalam berbisnis yang baik sangat dibutuhkan dalam proses tawar menawar terkait dalam penetapan harga. Salah satu bentuk komunikasi tersebut adalah komunikasi menyampaikan atau melakukan persuasi harga kepada pembeli. Apabila pedagang memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, maka kesepakatan harga mudah tercapai.


(19)

Sandang atau pakaian sebagai salah satu kebutuhan primer manusia yang tidak kalah pentingnya dengan kebutuhan pangan. Pakaian bekas adalah barang yang dibeli dan dipakai dari konsumen pertama kemudian dijual kembali kepada konsumen kedua ataupun seterusnya. Masyarakat kota Medan sendiri sudah sangat mengenal pakaian bekas atau lebih akrab dengan sebutan monja. Pakaian bekas ini memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat yaitu selain memiliki kualitas yang baik juga harga yang relatif murah dengan merk-merk yang sudah diakui kualitasnya dan dengan model yang tidak ketinggalan zaman.

Banyak masyarakat yang memilih bidang usaha ini karena dianggap memberikan pendapatan yang cukup besar bagi masyarakat dan juga memberikan keuntungan lebih bagi pedagang pakaian bekas. Oleh karena itu, bidang usaha ini dapat tumbuh dan berkembang karena adanya proses alamiah dalam ekonomi yakni adanya permintaan dan penawaran. Pakaian-pakaian bekas ini tidak hanya dijual atau dipasarkan di daerah Medan saja, tetapi juga di wilayah lain di Sumatera Utara.

Di Pasar Tradisional Inpres Kwala Bekala Medan, terdapat banyak sekali jenis pakaian bekas yang diperdagangkan. Pakaian bekas yang diperdagangkan antara lain pakaian wanita dewasa, pakaian pria dewasa, pakaian dalam wanita, pakaian anak-anak, pakaian resmi pria dan wanita, jeans dan lain-lain. Keunikan dari Pasar Tradisional Inpres Kwala Bekala Medan adalah pedagangnya mewakili keanekaragaman suku yang ada di Medan, diantaranya suku Karo, Simalungun, Batak, Padang, Jawa, Mandailing dan lain-lain. Bentuk pergaulannya juga cenderung kepada kebiasaan – kebiasaan yang unik yakni kerap bercanda diantara sesama pedagang, menawarkan barang dagangan dengan suara yang keras, dan saling terburu-buru atau tergesa-gesa. Transaksi dan proses tawar menawar yang terjadi sering terdengar dalam bahasa Indonesia walaupun tak jarang kerap kali terdengar dalam bahasa daerah. Komunikasi yang unik terjadi saat pedagang dan pembeli saling tidak mau mengalah dalam mempertahankan harga yang diinginkan. Selain itu, harga yang ditawarkan pedagang relatif lebih murah apabila dibandingkan dengan pasar tradisional yang menjual barang bekas yang serupa seperti Pajak Melati atau Pajak Sambu. Ini dikarenakan kios pasar


(20)

tradisional Inpres Kwala Bekala Medan tidak terlalu ramai dikunjungi dibanding

pajak yang lain sehingga pedagang sepakat untuk tidak mengambil untung yang lebih banyak agar dapat mempertahankan pembeli untuk datang kembali.

Setiap bisnis dalam bentuk apapun memerlukan komunikasi untuk mendapatkan untung atau mempertahankan usaha. Komunikasi yang digunakan oleh pedagang tentu tidak hanya berkaitan dengan cara bagaimana pedagang mengelola usahanya terkait dengan penetapan harga kepada pembeli. Dalam upayanya untuk bisa tetap bertahan, banyak pedagang yang menerapkan berbagai caradalam menetapkan harga untuk mendapatkan pembeli lebih banyak lagi. Harga yang ditetapkan melalui proses tawar-menawar sangat menarik karena setiap pembeli dan pedagang mempunyai keahlian dalam berkomunikasi yang berbeda. Oleh karena itu, komunikasi pedagang dalam penetapan harga ini semakin menarik untuk diteliti dan diketahui.

Kurangnya pengetahuan peneliti serta terbatasnya penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik yang dibahas khususnya mengenai komunikasi pedagang dalam menetapkan harga jual kepada pembeli menyebabkan ini menjadi menarik untuk diteliti, sehingga penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi masyarakat dan dapat mengisi kekosongan yang ada dan menjadi acuan bagi peneliti lain yang ingin meneliti tentang komunikasi pedagang tradisional dalam menetapkan harga jual. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti “bagaimana komunikasi pedagang dalam menetapkan harga jual kepada pembeli di Pasar Tradisional Inpres Kwala Bekala Medan?

1.2 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah diperlukan untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas agar penelitian nantinya lebih fokus tanpa keluar atau menyimpang dari masalah yang ingin diteliti. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :


(21)

1. Permasalahan yang diteliti adalah bagaimana komunikasi dalam tawar-menawar pedagang pakaian bekas dalam menetapkan harga jual kepada pembeli.

2. Komunikasi yang diteliti adalah komunikasi verbal dan non verbal yang dilakukan oleh pedagang pakaian bekas dalam melayani pembeli.

1.3 Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan pertanyaan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti didasarkan atas pembatasan masalah yang telah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah komunikasi pedagang pakaian bekas dalam menetapkan harga jual pada pembeli di Pasar Tradisional Inpres Kwala Bekala Medan?”

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk komunikasi yang dilakukan pedagang pakaian bekas dalam proses komunikasi dengan pembeli.

2. Untuk mengetahui proses tawar menawar yang terjadi antara pedagang pakaian bekas dan pembeli di Pasar Tradisional Inpres Kwala Bekala Medan dalam menetapkan harga.

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pedagang dalam proses penetapan harga pakaian bekas di Pasar Tradisional Inpres Kwala Bekala Medan.


(22)

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat Penelitian ini adalah :

1. Secara akademis, penelitian diharapkan dapat memperluas khasanah penelitian komunikasi bisnis dan sumber bacaan di Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis FISIP USU

2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memperkaya konsep atau teori yang menyokong perkembangan Ilmu Administrasi Bisnis khususnya yang terkait dengan komunikasi pedagang dalam menentukan harga bagi pembaca. Serta dapat menjadi masukan bagi peneliti lain untuk dijadikan informasi tambahan.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan berguna dan mampu memberikan kontribusi sumbangan pemikiran kepada pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penelitian ini.


(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 KAJIAN PUSTAKA

Kajian Pustaka merupakan acuan atau landasan berpikir peneliti dengan basis pada bahan pustaka yang membahas tentang teori atau hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan dijalankan (Prajarto, 2010: 49). Dengan adanya kajian pustaka, maka peneliti akan mempunyai landasan untuk menentukan tujuan dan arah penelitian. Adapun kajian-kajian yang dianggap relevan untuk digunakan dalam penelitian ini antara lain :

2.1.1 Komunikasi

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata komunikasi dapat diartikan secara harfiah sebagai berikut :

1. Pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksudkan dapat dipahami.

2. Perhubungan, dua arah dimana terjadi proses pertukaran informasi antara komunikan dan komunikator.

Sedangkan pengertian komunikasi dalam Kamus Psikologi juga mengartikan komunikasi sebagai :

1. Transmisi (penyebaran, pengiriman, pengoperan informasi. 2. Proses penerimaan tanda, sinyal atau pesan.

3. Satu pesan atau sinyal.

Effendy (2004 : 60) mendefinisikan kata komunikasi sebagai proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambing bermakna sebagai paduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, imbauan dan sebagainya yang dilakukan seseorang kepada yang lain baik secara langsung maupun tak langsung dengan tujuan mengubah sikap, pandangan, atau perilaku.


(24)

Schramm (Effendy 2007:30-31) mengemukakan bahwa field of experience

atau bidang pengalaman merupakan faktor yang amat penting dalam terjadinya proses komunikasi. Apabila bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, maka komunikasi akan berjalan lancer. Sebaliknya jika pengalaman komunikator dan komunikan berbeda, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain.

Komunikasi menurut Lexicographer (ahli kamus bahasa) menunjuk pada suatu upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Terdapat berbagai pengertian komunikasi menurut para ahli (Fajar 2009:31-32) sebagai berikut :

1. Sarah Trenholm dan Arthur Jensen (1996:4) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses dimana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beragam saluran ( a process by which a source transmits a message to a receiver through some channel)

2. Hoveland (1948:371) mendefinisikan komunikasi sebagai The Process by which an individual (the communicator) transmits stimult (usually verbal symbols) to modify the behavoiur of other individu.

3. Everett M. Rogers (1981:18) menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain untuk mendorong terjadinya saling pengertian yang mendalam.

4. Menurut Lasswell (Sendjaja 1997:7) cara yang paling baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan

who says what in which channel to whom with what effect.

5. Berelson (1964) komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain melalui penggunaan angka , kata-kata, gambar dan simbol lainnya.

Raymond S. Ross ( Suranto, 2005:15) mendefinisikan komunikasi sebagai proses transaksional yang meliputi pemisahan dan pemilahan lambang secara kognitif begitu rupa sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan dari pengalamannya sendiri atau respon sama dengan yang dimaksud oleh sumber ( communication is a transactional process involving cognitive sorting, selecting, and sharing of symbol in such a way as to help another elicit from his own


(25)

experiences a meaning or responses similar to the intended by the source. Carl I.Hovland mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses dimana seseorang memindahkan perangsang yang biasanya berupa lambang kata-kata untuk mengubah tingkah laku orang lain (Widjaja, 2006:26-27).

Pakar komunikasi lain, Joseph A Devito mengemukakan komunikasi sebagai transaksi. Transaksi yang dimaksudkannya bahwa komunikasi merupakan suatu proses dimana komponen-komponennya saling terkait dan bahwa para komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai suatu kesatuan dan keseluruhan. Dalam setiap proses transaksi, setiap elemen berkaitan secara integral dengan elemen lain (Suprapto, 2006 : 5).

Sebagai proses, kata Smith, komunikasi sekaligus bersifat khas dan umum, sempit dan luas dalam ruang lingkupnya. Ia mengemukakan bahwa :

“Komunikasi antarmanusia merupakan suatu rangkaian proses yang halus dan sederhana. Selalu dipenuhi dengan berbagai unsur-sinyal, sandi, arti tak peduli bagaimana sederhananya sebuah pesan atau kegiatan itu. Komunikasi antarmanusia juga merupakan rangkaian proses yang beraneka ragam. Ia dapat menggunakan beratus-ratus alat yang berbeda, baik kata maupun isyarat ataupun kartu berlubang baik berupa percakapan pribadi maupun melalui media massa dengan audience di seluruh dunia…ketika manusia berinteraksi saat itulah mereka berkomunikasi…saat orang mengawasi orang lain, mereka melakukan melalui komunikasi” (Blake dan Haroldsen, 2003 : 2-3).

Sedangkan, Larry A Samovar, Richard E Porter dan Nemi C Janin mendefinisikan komunikasi sebagai berikut :

Communication is defined as a two way on going, berhaviour affecting process in which one person (a source) intentionally encodes and transmits a message throught a channel to an intended audience (receiver) in order to induce a particular attitude or behaviour” (Purwasito, 2003 : 198).

Dance dan Larson (Vardiansyah, 2004 : 9) setidaknya telah mengumpulkan 126 definisi komunikasi yang berlainan. Namun, Dance dan Larson mengidentifikasi hanya ada tiga dimensi konseptual penting yang mendasari perbedaan dari ke-126 definisi temuannya itu, antara lain :

1. Tingkat observasi atau derajat keabstrakannya. (a) Definisi bersifat umum, misalnya definisi yang menyatakan komunikasi adalah proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya dalam kehidupan. (b) Definisi bersifat khusus, misalnya definisi yang menyatakan bahwa


(26)

komunikasi adalah alat untuk mengirimkan pesan militer, perintah dan sebagainya melalui telepon, telegraf, radio, kurir dan sebagainya.

2. Tingkat kesengajaan. (a) Definisi yang mensyaratkan kesengajaan, misalnya definisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah situasi-situasi yang memungkinkan suatu sumber mentransmisikan suatu pesan kepada seorang penerima dengan disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima. (b) Definisi yang mengabaikan kesengajaan, misalnya dari Gode (1959) yang menyatakan komunikasi sebagai proses yang membuat sesuatu dari yang semula dimiliki oleh seseorang atau monopoli seseorang menjadi dimiliki dua orang atau lebih.

3. Tingkat keberhasilan dan diterimanya pesan. (a) Definisi yang menekankan keberhasilan dan diterimanya pesan, misalnya definisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah proses pertukaran informasi untuk mendapatkan saling pengertian. (b) Definisi yang tidak menekankan keberhasilan dan tidak diterimanya pesan, misalnya definisi yang menyatakan komunikasi adalah proses transmisi informasi.

Sementara Riswandi (2006 : 15-16)menyimpulkan beberapa karakteristik komunikasi berdasar berbagai definisi yang dikemukakan para ahli, antara lain : 1. Komunikasi adalah suatu proses, artinya komunikasi merupakan serangkaian

tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada tahapan atau sekuensi) serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu.

2. Komunikasi adalah suatu upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan. Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, disengaja, serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari pelakunya.

3. Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat kegiatan komunikasi akan berlangsung baik apabila pihak-pihak yang berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-sama ikut terlibat dan sama-sama mempunyai perhatian yang sama terhadap topik pesan yang disampaikan. 4. Komunikasi bersifat simbolis karena dilakukan dengan menggunakan

lambang-lambang. Lambang yang paling umum digunakan dalam komunikasi antar manusia adalah bahasaverbal dalam bentuk kata-kata, kalimat, angka-angka atau tanda-tanda lainnya.

5. Komunikasi bersifat transaksional. Komunikasi pada dasarnya menuntut dua tindakan, yaitu memberi dan menerima. Dua tindakan tersebut tentunya perlu dilakukan secara seimbang atau porsional.


(27)

6. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu Maksudnya bahwa para pelaku yang terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta tempat yang sama. Dengan adanya berbagai produk teknologi komunikasi seperti telepon, internet, faximili, dan lain-lain, faktor ruang dan waktu tidak lagi menjadi masalah dalam berkomunikasi.

Komunikasi yang baik sangat penting digunakan dalam hal berdagang atau berjualan sekecil apapun barang dagangan yang ditawarkan. Komunikasi yang terjadi dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan terjadinya transaksi jual beli. Keberhasilan kegiatan perdagangantentu dapat ditentukan oleh penentuan pola komunikasi yang digunakan dalam proses perdagangan yang berlangsung. Pedagang dituntut untuk mempunyai kiat khusus dalam proses tawar menawar dan pada akhirnya mencapai kesepakatan harga.

Dari berbagai pengertian diatas, maka komunikasi dalam perdagangan erat hubungan dan kaitannya antara tujuan yang hendak dicapai pedagang dengan konsekuensi – konsekuensi masalah yang harus diperhatikan dan mencari cara agar bagaimana mencapai konsekuensi sesuai dengan hasil penjualan yang diharapakan dan keuntungan yang dapat tercapai.

Salah satu peranan terpenting komunikasi dalam menunjang proses transaksi jual beli yaitu pemilihan penggunaan bahasa, kosakata dan kalimat. Fungsi bahasa dalam arti kehidupan manusia adalah sebagai alat yang dapat melahirkan berbagai macam perasaan dan sebagai alat komunikasi. Pentingnya bahasa dalam kehidupan perdagangan membuat bahasa menjadi alat vital dalam proses perdagangan. Proses komunikasi antara pedagang dan pembeli tidak dapat dipungkiri terjadi di pasar tradisional yang memungkinkan adanya suatu tawar menawar harga. Tidak jarang pula terjadi perdebatan secara emosional antara pedagang dan pembeli terkait dengan harga yang belum mencapai kesepakatan.

2.1.2 Proses Komunikasi

Dari berbagai definisi komunikasi yang telah dikemukakan oleh para ahli sebagaimana telah diuraikan tadi dapat diambil kesimpulan bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian lambang-lambang yang mengandung pengertian yang sama oleh seseorang kepada orang lain, baik dengan maksud agar mengerti, maupun agar berubah tingkah lakunya ( Effendy, 2003:7).


(28)

Proses komunikasi adalah proses yang menggambarkan kegiatan komunikasi antar individu yang bersifat interaktif, relasional dan transaksional di dalamnya melibatkan sumber komunikasi yang mengirimkan pesan-pesan melalui media tertentu kepada penerima dengan maksud dan tujuan dalam sebuah konteks tertentu.

Menurut Effendy (2003:28) proses komunikasi maka proses komunikasi dikategorikan dengan peninjauan dari dua perspektif.

1. Proses Komunikasi dalam Perspektif Psikologis

Proses komunikasi perspektif ini terjadi pada diri komunikator dan komunikan. Ketika seorang komunikator berniat akan menyampaikan suatu pesan kepada komunikan, maka dalam dirinya terjadi suatu proses. Komunikasi terdiri dari dua aspek yakni isi pesan dan lambang. Isi pesan umumnya adalah bahasa. Walter Lippman menyebut isi pesan itu picture in our head, sedangkan Walter Hagemann menamakannya das Bewustseininhalte. Proses ‘mengemas’ atau ‘membungkus’ pikiran dengan bahasa yang dilakukan komunikator itu dalam bahasa komunikasi dinamakan encoding. Hasil encoding berupa pesan itu kemudian ia transmisikan atau dikirimkan kepada komunikan. Proses dalam diri komunikan disebut decoding seolah-olah membuka kemasan atau bungkus pesan yang ia terima dari komunikator tadi. Isi bungkusan tadi adalah pikiran komunikator. Apabila komunikan mengerti isi pesan atau pikiran komunikator, maka komunikasi terjadi. Sebaliknya bilamana komunkan tidak mengerti, maka komunikasi pun tidak terjadi.

2. Proses Komunikasi dalam Perspektif Mekanistis

Proses ini berlangsung kertika komunikator mengoperkan atau melemparkan dengan lisan atau tulisan pesannya sampai ditangkap oleh komunikan.Proses komunikasi dalam perspektif ini kompleks atau rumit, sebab bersifat situasional, bergantung pada situasi ketika komunikasi irtu berlangsung. Adakalanya komunikannya seorang, maka komunikasi dalam situasi seperti ini dinamakan komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi, kadang-kadang komunikannya sekelompok orang yang disebut dengan komunikasi kelompok; acapkali komunikannya tersebar dalam jumlah yang relatif amat


(29)

banyak sehingga untuk menjangkaunya diperlukan suatu media atau sarana, maka komunikasi dalam situasi ini disebut komunikasi massa.

Untuk jelasnya proses komunikasi dalam perspektif mekanistis dapat diklasifikasikan menjadi :

a. Proses komunikasi secara primer

Proses komunikasi secara primer (primary process) adalah proses penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan lambang sebagai media atau salurannya.. Lambang ini umumnya bahasa, tetapi dalam situasi-situasi tertentu lambang-lambang yang dipergunakan dapat berupa kial (gesture) yakni gerak anggota tubuh, gambar, warna dan lain sebagainya. b. Proses komunikasi secara sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.

Komunikator menggunakan media kedua ini karena komunikan yang dijadikan sasaran komunikasinya jauh tempatnya atau banyak jumlahnya atau kedua-duanya. Kalau komunikan jauh menggunakan surat atau telepon, apabila banyak dipergunakan pengeras suara, apabila jauh dan banyak maka pergunakan surat kabar, radio atau televisi.

Komunikasi dalam proses secara sekunder ini semakin lama semakin efektif dan efisien karena didukung oleh teknologi komunikasi yang semakin canggih, yang ditopang pula oleh teknologi-teknologi lainnya yang bukan teknologi komunikasi.

c. Proses komunikasi secara linear

Istilah linear mengandung makna lurus. Jadi proses linear berarti perjalanan dari satu titik ke titik lain secara lurus. Dalam konteks komunikasi, proses linear adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal.

Komunikasi linear ini berlansung baik dalam situasi komunikasi tatap muka (face to face communication) maupun dalam situasi komunikasi bermedia (mediated communication).


(30)

Proses komunikasi secara linear umumnya berlangsung pada komunikasi bermedia, kecuali komunikasi melalui media telepon. Komunikasi melalui telepon hampir tidak pernah berlangsung linear, melainkan dialogis, tanya jawab dalam bentuk percakapan.

d. Proses komunikasi secara sirkular

Sirkular sebagai terjemahan dari kata circularsecara harfiah berarti bulat, bundar atau keliling sebagai lawan dari perkataan linear yang bermakna lurus. Dalam konteks komunikasi yang dimaksudkan dengan proses secara sirkular itu adalah terjadinya feedback atau umpan balik, yaitu terjadinya arus dari komunikan ke komunikator . Oleh karena itu adakalanya feedback tersebut mengalir dari komunikan ke komunikator itu adalah response atau tanggapan komunikan terhadap pesan yang ia terima dari komunikator.

Konsep umpan balik ini dalam proses komunikasi amat penting karena dengan terjadinya umpan balik komunikator mengetahui apakah komunikasinya itu berhasil atau gagal, dengan kata lain apakah umpan baliknya itu positif atau negatif. Bila positif ia patut gembira, sebaliknya jika negatif menjadi permasalahan, sehingga ia harus mengulangi lagi dengan perbaikan gaya komunikasinya sampai menimbulkan umpan balik positif.

2.1.3 Media Komunikasi

Dalam proses komunikasi telah diutarakan bahwa pengiriman suatu pesan disampaikan melalui saluran media komunikasi. Media komunikasi merupakan sarana yang dipergunakan dalam proses pengiriman pesan. Media komunikasi sebagai sarana itu dapat berupa :

1. Media tulisan : surat kabar, faximile, tabloid dan lain-lain

2. Media visual : berbentuk gambar, tanda, simbol, grafik, foto dan lain-lain.

3. Media audio : berbentuk suara seperti telepon, radio dan lain-lain 4. Media Audio Visual : berupa kombinasi gambar dan suara, contohnya


(31)

2.1.4 Tujuan Komunikasi

Menurut Effendy (2003:55) dalam berkomunikasi tidak hanya memahami dan mengerti satu sama lain dan menghasilkan pengertian yang sama, tetapi setiap proses komunikasi pasti memiliki tujuan antara lain :

1. Untuk mengubah sikap (to change attitude)

Memberikan informasi pada komunikan dengan tujuan agar dapat merubah sikapnya. Misalnya memberikan informasi kepada pengguna Narkoba agar menjauhi narkoba sehingga mereka menjadi tahu dan merubah sikapnya. 2. Untuk mengubah opini / pendapat / pandangan (to change the opinion)

Memberikan berbagai informasi kepada masyarakat dengan tujuan akhir agar masyarakat mau merubah pendapat dan persepsinya terhadap tujuan informasi yang disampaikan, misalnya mengenai gerakan Keluarga Berencana. 3. Untuk merubah perilaku (to change the behavior)

Memberi informasi kepada masyarakat dengan tujuan agar masyarakat mau merubah perilakunya. Misalnya informasi yang disampaikan Polisi mengenai penggunaan helm selama berkendara.

4. Untuk mengubah masyarakat (to change the society)

Memberikan informasi kepada masyarakat agar masyarakat mau mendukung dan ikut serta dalam informasi atau program yang disampaikan. Contoh Gerakan Kebersihan Lingkungan.

2.1.5 Fungsi Komunikasi

Proses komunikasi tidak terlepas dari bentuk dan fungsi komunikasi, dimana fungsi komunikasi yang baik tidak jauh dari fungsi yang mendukung keefektifan komunikasi. Menurut Effendi (2003:55) fungsi komunikasi adalah sebagai berikut :

1. Menginformasikan (to inform)

Kegiatan komunikasi itu memberikan penjelasan, penerangan, mengenai bentuk informasi yang disajikan dari seorang komunikator kepada komunikan. Informasi yang akurat diperlukan oleh beberapa bagian masyarakat untuk pengambilan keputusan.


(32)

2. Mendidik (to educate)

Penyebaran informasi tersebut sifatnya memberi pendidikan atau penganjuran suatu pengetahuan, menyebarluaskan kreativitas untuk membuka wawasan dan kesempatan untuk memperoleh pendidikan secara luas baik untuk pendidikan formal di sekolah maupun di luar sekolah.

3. Menghibur ( to entertaint )

Penyebaran informasi yang disajikan kepada komunikan untuk memberikan hiburan. Menyampaikan informasi dalam lagu, lirik, sinetron dan film dapat membawa setiap orang dalam situasi menikmati hiburan.

4. Mempengaruhi ( to influence )

Komunikasi dapat menjadi sebuah sarana dalam mempengaruhi khalayak untuk sumber motivasi, mendorong, dan mengikuti kemajuan orang lain melalui apa yang dilihat, dibaca dan di dengar serta dapat memperkenalkan nilai-nilai baru untuk merubah sikap.

2.1.6 Faktor Penghambat Komunikasi

Meskipun proses komunikasi sudah terjadi, namun belum dapat dipastikan bahwa tujuan komunikasi tercapai secara efektif. Suranto (2005 : 112-113) mengidentifikasikan faktor-faktor yang mungkin menjadi penghambat terjadinya proses komunikasi, yaitu :

1. Hambatan Sosiologis

Secara sosiologis, warga atau pedagang pasar berasal dari berbagai golongan dan tingkat pendidikan yang menimbulkan perbedaan sehingga dapat menjadi hambatan bagi kelancaran komunikasi.

2. Hambatan Psikologis

Hambatan berkomunikasi yang disebabkan oleh situasi psikologis yang tidak mendukung. Misalnya saja pembeli menawar saat pedagang sedang marah, bingung atau sedang menaruh prasangka kepada pembeli sehingga menghambat proses komunikasi.


(33)

3. Hambatan Semantis

Adalah hambatan komunikasi yang disebabkan latar belakang penggunaan bahasa yang berbeda, contohnya bahasa Indonesia “jangan” berbeda makna dengan kata “jangan” dalam bahasa Jawa yang berarti sayur.

4. Hambatan mekanis

Hambatan yang terjadi pada proses komunikasi yang pada umumnya terjadi pada komunikasi yang dilakukan secara formal dengan menggunakan media.Contohnya bunyi gemuruh pada microphone, sinyal telepon yang hilang dan lain-lain

5. Hambatan Ekologis

Hambatan ini disebabkan oleh gangguan yang terjadi di lingkungan ketika proses komunikasi sedang berlangsung. Misalnya saja saat berkomunikasi hujan deras sedang berlangsung, mesin pabrik yang menderu dan lain-lain.

2.1.7 Komunikasi Verbal dan Komunikasi Nonverbal 2.1.7.1 Komunikasi Verbal

Komunikasi menurut Hovland, Janis dan Kelly ( Fajar 2009:19) berarti sebuah proses dimana seorang individu sebagai komunikator menyampaikan stimulus yang biasanya verbal untuk mengubah perilaku orang lainnya. Komunikasi verbal merupakan pernyataan lisan antar manusia lewat kata-kata dan simbol umum yang sudah disepakati antar individu, kelompok, bangsa dan negara. Jadi definisi komunikasi verbal dapat disimpulkan bahwa komunikasi yang menggunakan kata-kata secara lisan dengan sadar dilakukan oleh manusia untuk berhubungan dengan manusia lain. Dasar komunikasi verbal adalah interaksi antar manusia dan menjadi salah satu sarana bagi manusia berkomunikasi secara lisan atau bertatapan dengan manusia lain sebagai sarana utama menyatukan pikiran, perasaan dan maksud (Fajar 2009:110)

Verbal communication adalah bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis (written) atau lisan (oral). Komunikasi verbal lebih memudahkan komunikator untuk menyampaikan ide-ide atau gagasan serta keputusan untuk lebih mudah dipahami. Menurut Hardjana (2003:22) Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata


(34)

baik secara lisan maupun tertulis. Melalui komunikasi secara verbal, manusia dapat menyampaikan fakta, data dan informasi bahkan saling bertengkar.

Komunikasi Vokal Komunikasi Non Vokal Komunikasi Verbal Bahasa Lisan (spoken

words)

Bahasa Tertulis ( Written Words)

Komunikasi Non Verbal Nada Suara (tone of voice), desah (sighs), jeritan (screams), kualitas vocal (vocal qualities)

Isyarat (gesture), gerakan (movement), penampilan (appearance), ekspresi wajah (facial expression) Gambar 1

Pembagian Tipe-tipe Komunikasi Menurut Agler & Roadman (1999:96)

2.1.7.2 Komunikasi Nonverbal

Menurut Larry A Samovar (Mulyana 2007:343), komunikasi nonverbal mencakup rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima. Jadi definisi ini mencakup perilaku yang disengaja juga yang tidak disengaja sebagai bagian dari keseluruhan proses komunikasi, kita mengirim banyak pesan nonverbal tanpa menyadari bahwa pesan-pesan tersebut bermakna bagi orang lain.

Porter (2010:294) juga menambahkan bahwa komunikasi nonverbal meliputi semua stimulus nonverbal dalam sebuah situasi komunikasi yang dihasilkan, baik oleh sumbernya maupun penggunanya dalam lingkungan dan memiliki nilai pesan yang potensial untuk menjadi sumber atau penerima.

Komunikasi nonverbal merupakan aktivitas multidimensi. Aspek multidimensi ini terungkap dalam fakta bahwa komunikasi nonverbal tidak dapat berdiri sendiri namun biasanya diikuti oleh pesan verbal. Memang secara teoritis, kedua jenis komunikasi ini dapat dipisahkan. Namun pada kenyataannya, kedua komunikasi ini saling menjalin dan saling melengkapi dalam proses komunikasi yang kita lakukan sehari-hari.


(35)

Komunikasi nonverbal juga terbagi lagi dalam berbagai jumlah bentuk yang meliputi wajah terutama mata, tubuh, sentuhan, suara, ruang, waktu, daya tarik fisik dan pakaian. Menurut Weaver (Budyatna 2011:11-12) sebagian besar dari bentuk-bentuk ini menampilkan beberapa karakteristik seperti berikut :

a. Komunikasi Nonverbal memiliki sifat berkesinambungan

Kata-kata yang keluar dari mulut kita ada waktunya atau sewaktu-waktu. Namun isyarat nonverbal kita keluar secara berkesinambungan. Sebagai contoh, seseorang mengajukan pertanyaan kepada kita, maka orang itu juga berusaha melihat reaksi kita. Apabila kita tidak berbicara atau tidak memberikan jawaban, maka si penanya akan melihat ekspresi muka kita untuk melihat respon kita.

b. Komunikasi Nonverbal kaya akan makna

Komunikasi nonverbal sangat banyak bentuknya seperti alis mata terangkat, senyum yang tidak kentara, sentuhan tangan dan lain-lain. Isyarat-isyarat dalam komunikasi nonverbal semacam itu terutama berguna apabila untuk alasan-alasan tertentu, komunikasi secara verbal tidak tepat digunakan.

c. Komunikasi Nonverbal dapat membingungkan

Meskipun komunikasi nonverbal kaya akan makna, namun komunikasi nonverbal dapat membingungkan apabila komunikator atau komunikan tidak mampu memahami apa maknanya. Ini menyebabkan keduanya harus saling berhati-hati untuk memahami dan menarik makna dari komunikasi verbal yang terjadi. Contohnya saja ada orang yang selalu mengelus rambutnya apapun alasannnya. Ini merupakan kebiasaan mereka dan tidak memiliki makna apapun sejauh komunikasi nonverbal berlangsung.

d. Komunikasi nonverbal menyampaikan emosi

Apabila anda merenungkan mengenai ini, bahwa objek-objek dan tindakan dapat membangkitkan lebih banyak emosi daripada kata-kata karena objek dan tindakan kurang abstrak dibandingkan kata-kata. Kata-kata biasanya lebih banyak digunakan pada penampilan intelektual. Apabila kita ingin menunjukan ketulusan dan kesungguhan hati, maka wajah dan isyarat tubuh kita lebih efektif dibandingkan kata-kata atau ucapan kita.

2.1.7.3 Fungsi Komunikasi Nonverbal

Menurut Verderber et.al (Budyatna, 2011:118), komunikasi nonverbal memiliki lima fungsi sebagai berikut :

a. Melengkapi Informasi

Kebanyakan informasi atau isi sebuah pesan disampaikann secara nonverbal. Isyarat-isyarat nonverbal kita dapat mengulang, mensubsitusi, menguatkan atau mempertentangkan pesan verbal kita. Kita dapat menggunakan isyarat-isyarat nonverbal untuk mengulangi apa yang telah kita katakana secara verbal. Apabila kita mengatakan “tidak” dan menggelengkan kepada Anda pada saat yang sama,


(36)

Anda telah menggunakan isyarat nonverbal untuk mengulang apa yang telah anda katakan secara verbal.

b. Mengatur Interaksi

Kita mengelola sebuah interaksi melalui cara-cara yang tidak kentara dan kadang-kadang melalui isyarat nonverbal yang jelas. Kita gunakan perubahan atau pergeseran dalam kontak mata, gerakan kepala yang perlahan, bergeser dalam sikap badan, mengangkat alis, menganggukkan kepala, memberitahukan pihak lain kapan boleh melanjutkan, mengulang, menguraikan, bergegas atau berhenti. c. Mengekspresikan atau menyembunyikan emosi dan perasaan

Kita telah menjelaskan bahwa kebanyakan dari aspek-aspek emosional dari komunikasi disampaikan melalui cara-cara nonverbal. Secara alternatif kita dapat gunakan perilaku nonverbal untuk menutupi perasaan kita yang sebenarnya. d. Memperlihatkan kuasa atau kendali

Banyak perilaku nonverbal merupakan isyarat dari kekuasaan, terlepas dari apakah mereka bermaksud menunjukkan kuasa atau kendali. Coba lihat bagaimana manajer atau direktur perusahaan memperlihatkan kekuasaan mereka melalui perilaku nonverbal. Manajer menggunakan baju gaya eksekutif, perabot kantor seperti meja dan kursi yang mahal.

2.2 Pengertian Harga

Setiap produk yang diperdagangkan baik barang maupun jasa memiliki harga atau satuan nilai. Menurut Buchari (2002:125) Harga merupakan nilai suatu barang atau jasa yang dinyatakan dengan uang. Sedangkan menurut Simamora (2002:74), harga merupakan sejumlah uang yang dibebankan atau dikeluarkan atas sebuah produk atau jasa. Pedagang harus menetapkan harga secara tepat agar sukses dalam menjual barang. Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang member pemasukan atau pendapatan bagi pedagang. Disamping itu, harga merupakan unsur bauran pemasaran yang bersifat fleksibel, artinya dapat diubah dengan cepat yang mengikuti kondisi-kondisi yang mempengaruhinya.


(37)

Harga adalah merupakan salah satu tindakan perusahaan untuk mendatangkan pendapatan. Walaupun demikian, masih banyak organisasi bisnis yang tidak menggarap masalah harga dengan baik. Keaalahan-kesalahan yang umumnya terjadi adalah penetapan harga terlalu mengarah kepada biaya, harga jual kurang sering ditinjau padahal pasar selalu berubah, harga jual ditetapkan sendiri dan bukan merupakan satu unsur terpadu dalam strategi penempatan pasar, harga kurang bervariasi bagi jenis produk dan segmen pasar yang berlainan (Kotler 2011:94)

Harga memiliki dua peranan utama dalam pengambilan keputusan para pembeli (Tjiptono, 1999) yaitu :

1. Peranan alokasi harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan cara memperolehnya manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya belinya. Dengan demikian, adanya harga dapat membantu para pembeli untuk memutuskan cara mengalokasikan daya belinya pada berbagai jenis barang dan jasa. Pembeli membandingkan harga dari berbagai alternatif yang tersedia, kemudian memutuskan alokasi dana yang dikehendaki.

2. Peranan informasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam memberi tahu pembeli mengenai faktor-faktor produk, seperti kualitas. Hal ini terutama bermanfaat dalam situasi dimana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaatnya secara objektif. Persepsi yang sering berlaku adalah bahwa harga yang tinggi mencerminkan kualitas yang baik

Selanjutnya Kotler (2001:25) menyatakan bahwa terdapat enam usaha utama yang dapat diraih suatu perusahaan melalui harga yaitu bertahan hidup, maksimalisasi laba jangka pendek, maksimalisasi pendapatan jangka pendek, unggul dalam pasar dan unggul dalam mutu produk. Pedagang harus mempertimbangkan berbagai faktor dalam menetapkan harga.

Harga jual adalah sejumlah kompensasi (uang ataupun barang) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi barang atau jasa. Pedagang selalu menetapkan harga produknya dengan harapan produk tersebut laku terjual dan boleh memperoleh laba yang maksimal. Hansen dan Mowen (2001:633)


(38)

mendefinisikan “harga jual adalah jumlah moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang dijual atau diserahkan”. Menurut Mulyadi (2001:78) “pada prinsipnya harga jual harus dapat menutupi biaya penuh ditambah dengan laba yang wajar. Harga jual sama dengan biaya produksi ditambah mark-up”.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa harga jual adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi suatu barang atau jasa ditambah dengan persentase laba yang diinginkan perusahaan, karena itu untuk mencapai laba yang diinginkan oleh perusahaan salah satu cara yang dilakukan untuk menarik minat pembeli adalah dengan cara menentukan harga yang tepat untuk produk yang terjual. Harga yang tepat adalah harga yang sesuai dengan kualitas produk suatu barang dan harga tersebut dapat memberikan kepuasan kepada pembeli.

2.2.1 Penetapan Harga (Pricing Decision)

Dalam bisnis, penetapan harga merupakan salah satu elemen penting dalam pengambilan keputusan strategis untuk dapat mempertahankan usaha tetap eksis dalam persaingan. Menurut Horngren dan Datar (2006:398) ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam penetapan harga jual yaitu :

1. Customer

Customer memberikan pengaruh melalui efek terhadap permintaan akan produk dan jasa berdasarkan kualitas dan fungsi produk. Perusahaan harus melihat dari sudut pandang pembeli. Apabila pedagang terlalu tinggi menetapkan harga jual akan menyebabkan pelanggan memilih produk yang dijual dari pesaing atau produk substitusi.

2. Competitor

Pedagang harus selalu berhati-hati dan mengamati pergerakan pesaing. Pada suatu saat produk substitusi atau produk dari pesaing akan mempengaruhi permintaan sehingga menyebabkan pedagang hars menurunkan harga. Akan sangat menguntungkan apabila dapat memprediksi harga yang ditawarkan pesaing dan menetapkan harga jual yang lebih menguntungkan.


(39)

3. Costs

Biaya mempengaruhi harga jual karena jika biaya bisa dikurangi maka harga jual akan bisa diturunkan untuk mendapatkan keuntungan yang sama atau harga jual tetap maka keuntungan yang diperoleh pedagang akan meningkat.

Menurut Saladin (2000:8), Faktor – faktor yang mempengaruhi penetapan harga adalah :

1. Demand For The Product (Permintaan Produk)

Dimana perusahaan perlu memperkirakan permintaan terhadap produk yang merupakan langkah penting dalam penetapan harga suatu produk. 2.Target Share Of The Market (Target dan Bagian Pasar Saham)

Target dan bagian pasar yaitu pasar saham yang ditargetkan oleh perusahaan

3.Competitive Reaction (Reaksi Pesaing) Yaitu reaksi dari para pesaing 4.Use Of Cream – Skiming Pricing Of Penetration Pricing

Yaitu mempertimbangkan langkah-langkah yang perlu di ambil pada saat perusahaan memasuki pasar dengan harga yang tinggi atau dengan harga yang rendah.

5. Other Parts Of The Marketing Mix (Bauran Pemasaran)

Bauran pemasaran yaitu perusahaan perlu mempertimbangkan kebijakan bauran pemasaran, kebijakan promosi dan saluran distribusi.

6. Biaya untuk memproduksi atau untuk membeli produk.

Masalah penetapan harga mencakup segala usaha-usaha mencocokkan biaya dan volume penjualan dengan barang yang tersedia dibayar oleh pembeli sedemikian rupa sehingga mampu memberi nafkah bagi pemilik usaha, menyediakan lapangan kerja yang layak bagi karyawan dan memberikan laba bagi pembiayaan udaha dimasa depan (Lewis 2009:99). Harga suatu barang lebih ditentukan oleh pandangan orang mengenai nilai barang. Menurut Winardi (2012:19), mekanisme harga merupakan salah satu kekuatan terpenting di dalam berbagai perekonomian yang berorientasi pada pasar (market oriented economy). Ia menambahkan, mekanisme harga melaksanakan tiga macam fungsi penting sebagai berikut :

1. Persoalan Perbandingan (Comparison)

Harga suatu produk memungkinkan suatu pembeli untuk memperkirakan nilainya, relatif dibandingkan dengan produk-produk lain yang serupa


(40)

Mekanisme harga melaksanakan suatu fungsi stimulasi. Ini berarti makin tinggi harga produk yang bersangkutan, maka makin besar hasil total yang dicapai. 3. Distribusi (Rationing)

Mekanisme harga mendeterminasi siapa yang akan membeli apa. Walaupun sistem kredit pada saat tertentu mendistorsi fungsi-fungsi distribusi dan harga, masih cukup jelas terlihat bahwa barang-barang di distribusikan melalui keputusan-keputusan penetapan harga.

2.2.2 Prosedur Penetapan Harga

Kotler (2000:523-524) menguraikan beberapa pertimbangan sebuah unit usaha untuk menetapkan kebijakan harganya. Adapun prosedur dalam menetapkan harga adalah :

1. Memilih tujuan penetapan harga

Pertama-tama perusahaan harus memutuskan apa yang ingin dicapai dengan penawaran produk tertentu. Jika perusahaan telah memilih pasar sasaran dan penentuan posisi pasarnya dengan cermat, maka harganya akan cukup jelas. 2. Menentukan Permintaan

Tiap harga yang dikenakan perusahaan akan menghasilkan tingkat permintaan yang berbeda-beda dan karena itu akan memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap tujuan penetapan harganya.

3. Memperkirakan biaya

Permintaan menentukan batas harga tertinggi yang dapat dikenakan perusahaan atas produknya dan biaya perusahaan menentukan batas terendahnya. Perusahaan ingin menetapkan harga yang dapat menutup biaya produksi, distribusi dan penjualan produk, termasuk pengembalian yang memadai atas usaha dan resikonya.

4. Menganalisis biaya, harga dan penawaran pesaing

Dalam rentang harga yang mungkin, yaitu diantara biaya dan permintaan pasar, harga pesaing dan kemungkinan reaksi harga membantu perusahan menetapkan harga yang akan dikenakan. Perusahaan perlu mengukur biayanya dengan biaya pesaing untuk mengetahui apakah biaya produksinya lebih tinggi


(41)

atau lebih rendah. Setiap bisnis yang ingin mapan dan berkelanjutan (establish) perlu mengetahui harga dan kualitas penawaran pesaing.

5. Memilih metode penetapan harga

Perusahaan memecahkan masalah penetapan harga ini dengan memilih suatu metode penetapan harga yang menyertakan satu atau beberapa unsur dari ketiga pertimbangan ini. Metode penetapan harga akan menghasilkan suatu harga tertentu.

6. Memilih harga akhir

Metode-metode penetapan harga mempersempit rentang harga yang dipilih perusahaan untuk menentukan harga akhir. Dalam memilih harga akhir, perusahaan harus mempertimbangkan sebagai faktor tambahan, termasuk penetapan harga dengan memperhatikan daya beli dan kemampuan ekonomi dan dampak dari penetapan harga terhadap pihak-pihak lain.

Adapun skema prosedur penetapan harga dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1 Menentukan Kebijakan Penetapan Harga Sumber : Kotler (2000:523)

1. Menentukan Tujuan Penetapan Harga

2. Menentukan Permintaan

3. Memperkirakan Biaya

4. Menganalisis Harga yang ditawarkan pesaing

5. Memilih metode penetapan harga


(42)

2.2.3 Tujuan Penetapan Harga

Menurut Simamora (2000:575) ada 4 tujuan penetapan harga. 4 tujuan penetapan harga tersebutantara lain sebagai berikut :

1. Memaksimalkan Laba atau Keuntungan

Salah satu tujuan lazim dalam penetapan harga jual adalah untuk memperoleh laba yang maksimum. Banyak organisasi yang membutuhkan laba usaha untuk memuaskan komunitas pemegang saham dan penyediaan dana ekspansi dalam mengembangkan produk dalam rangka memaksimalkan laba usaha dibutuhkan data jumlah unit yang dijual padaharga jual yang berbeda ditambah etimasi biaya variabel dan biaya tetap.

2. Memaksimalkan Pendapatan.

Demi mendapatkan pertumbuhan pasar, sering perusahaan besedia untuk mengorbankan sedikit keuntungan demi meningkatkan volumepenjualan. Beberapa perusahaan berpendapat dan yakin lebih mudah memaksimalkan penjualan dari pada memaksimalkan keuntungan yang sifatnya lebih abstrak. Harga jual yang lebih rendah serta diiringi dengan memaksimalkan pendapatan dapat pula digunakan supaya competitor tidak dapat memasuki pasar.

3. Memaksimalkan Pangsa Pasar.

Tujuan memaksimalkan pangsa pasar untuk mendapatkan posisi pasar akan mengorbankan berbagai keuntungan dan pendapatan. Rancangan ini biasanya dipakai untuk menerobos pasar baru. Volume unit pasar yang maksimal biasanya penting dalam situasi dimana data penjualan unit dan angka-angka pasar dari keseluruhan bisnis dalam upaya menopang citranya. Terlepas dari apapun imbasnya terhadap laba usaha. Memaksimalkan pangsa pasar paling baik dipakai disaat perusahaan mempunyai arus kas dari lini produk lain yang digunakan untuk mensubsidikan silang, Perbaikan produk dan ekspansi fasilitas produk.

4. Kepemimpinan Mutu.

Tujuan penetapan harga jual lain adalah untuk menopang suatu citra, seperti pemimpin mutu di sebuah pasar. Beberapa pelanggan menggunakan harga jual sebagai indikator mutu. Para pembeli cenderung menyukai produk berharga jual mahal. Mana kala harga jual merupakan sau-satunya informasi yang tersedia, ketika mereka yakin bahwa mutu dari meraka yang tersedia adalah berbagai


(43)

secara signifikan, dan pada saat perbedaan harga jual diantara merk-merk yang ada adalah besar. Konsekuensinya harga jual suatu produk yang sesuai dapat memberikan persepsi di benak konsumen bahwa harga jual produk di perusahaan yang bermutu tinggi. Menurut Lupiyodi dalam Rambat (2001 : 88 ) metode penentuan harga harus dimulai dengan pertimbangan atas tujuan penentuan harga jual itu sendiri. Tujuan-tujuan penetapan harga tersebut adalah sebagai berikut : 1. Survival yaitu merupakan usaha untuk tidak melaksanakan tindakan-tindakan untuk meningkatkan profit ketika perusahaan sedang dalam kondisi pasar yang tidak menguntungkan, usaha tersebut dilakukan perusahaan untuk bertahan tetap hidup.

2. Profit Maximization Penentuan harga bertujuan untuk memaksimumkan profit dalam periode tertentu.

3. Sales Maximazation

Penetuan harga bertujuan untuk membangun pangsa pasar (market share) dengan melakukan penjualan pada harga jual awal yang merugikan.

4. Prestige

Tujuan penentuan harga adalah mempromosikan produk (barang atau jasa) perusahaan tersebut sebagai produk yang eksklusif.

5. ROI (Return On Investment) Tujuan penetapan harga adalah didasarkan atas

Return On Investment yang diinginkan (ROI)

2.2.4 Sasaran Penetapan Harga Jual

Para pemasar berusaha untuk mencapai sasaran tertentu melalui komponen-komponen penetapan harga. Beberapa perusahaan mencoba untuk meningkatkan keuntungan dengan menetapkan harga rendah untuk menarik bisnis baru. Menurut Boone dan Kurtz (2002:70) “ada empat kategori dasar atau sasaran penetapan harga, yaitu:

1) profitabilitas, 2) volume,

3) tingkat kompetisi, dan 4) pretise.


(44)

1) Sasaran profitabilitas

Sebagian besar perusahaan mengejar sejumlah sasaran profitabilitas dalam strategi penetapan harganya. Para pemasar mengerti bahwa laba diperoleh dari selisih pendapatan dan beban. Dan juga pendapatan merupakan harga jual dikalikan dengan jumlah yang terjual.Berbagai teori ekonomi mendasari prinsip maksimalisasi keuntungan (profit maximization). Akan tetapi pada kenyatannya prinsip ini masih sulit diterapkan. Maka banyak perusahaan beralih pada sasaran profitabilitas yang lebih sederhana, yaitu Target Return Goal, dimana perusahaan menetapkan harga dengan tingkat profitabilitas yang diinginkan sebagai pengembalian finansial atas penjualan ataupun investasi.

2) Sasaran volume

Pendekatan yang lain dalam strategi penetapan harga disebut maksimalisasi penjualan (sales maximization), para manajer menetapkan tingkat minimum profitabilitas yang dapat diterima dan kemudian menetapkan harga yang akan mengahasilkan volume penjualan tertinggi tanpa menyebabkan laba turun di bawah level itu. Strategi ini memandang ekspansi penjualan sebagai suatu prioritas yang lebih penting bagi posisi persaingan jangka panjang perusahaan daripada laba jangka pendek.

3) Tingkat Kompetisi

Sasaran penetapan harga ini hanyalah untuk menyamakan harga dengan pesaing. Jadi perusahaan berusaha untuk menghindari perang harga dengan tidak menekankan elemen harga dari bauran pemasaran dan memfokuskan usaha persaingannya pada variabel selain harga seperti menambah nilai, meningkatkan kualitas, mendidik pembeli, dan menciptakan hubungan.

4) Sasaran Prestise

Pengaruh harga pada prestise membuat sebuah harga menjadi relatif tinggi untuk mengembangkan dan menjaga sebuah citra dari kualitas dan eksklusivitas. Para pemasar menetapkan sasaran tersebut karena mereka mengakui peran harga dalam mengkomunikasikan citra suatu perusahaan dan produk-produknya.


(45)

2.2.5 Strategi Penentuan Harga Jual

Harga yang ditentukan untuk sebuah produk akan mempengaruhi pendapatan perusahaan dan pada akhirnya tingkat laba. Perusahaan menentukan harga jual produknya dengan tiga dasar pertimbangan yaitu biaya produksi, suplai persediaan, dan harga persaingan.

1) Penentuan harga berdasarkan biaya produksi

Pada strategi ini, perusahaan menentukan harga untuk sebuah produk dengan mengestimasi biaya per unit untuk memproduksi produk tersebut dan menambahkan suatu kenaikan. Jika metode ini digunakan, perusahaan harus mencatat semua biaya yang melengkapi produksi sebuah produk dan diupayakan agar harga tersebut dapat menutupi semua biaya tersebut.Sebuah strategi harga harus menghitung skala ekonomis. Bagi produk atau jasa yang berada di dalam skala ekonomis, harga harus cukup rendah agar dapat mencapai volume tingkat penjualan yang tinggi sehingga biaya produksi mengalami penurunan.

2) Penentuan harga berdasarkan suplai persediaan

Pada umumnya perusahaan cenderung menurunkan harga jika mereka harus mengurangi persediaan.

3) Penentuan harga berdasarkan harga pesaing

Penentuan harga berdasarkan harga pesaing dibagi atas tiga yaitu:

a) Penentuan harga penetrasi, dimana perusahaan menentukan harga yang lebih rendah dari harga pesaing agar dapat menembus pasar. Keberhasilan penentuan harga penetrasi tergantung pada seberapa besar tanggapan pembeli terhadap penurunan harga dan juga perusahaan tidak perlu menggunakan strategi ini bila produknya tidak elastis terhadap harga karena kebanyakan pembeli tidak akan beralih ke produk pesaing untuk mengambil keuntungan dari harga yang lebih rendah.

b) Penentuan harga defensive, dimana perusahaan menurunkan harga produk untuk mempertahankan pangsa pasarnya. Selain itu beberapa perusahaan juga menurunkan harga untuk menyerang pesaing baru yang masuk ke dalam pasar, disebut dengan biaya predatori.


(46)

2.2.6 Alternatif Penetapan Harga

Banyak strategi-strategi khusus yang digunakan oleh perusahaan untuk menentukan harga barang dan jasa, yang berasal dari strategi pemasaran yang mereka rumuskan untuk mencapai keseluruhan sasaran organisasi. Menurut Sukirno (2006 : 226) ada enam strategi penetapan harga :

(1) Penetapan harga yang kompetitif.

Hal ini berlaku pada pasar dimana terdapat produsen atau penjual. Dalam pasar seperti ini untuk menjual barangnya, perusahaan harus menetapkan harga pada tingkat yang bersamaan dengan barang yang sejenis yang dipasarkan.

(2) Menentukan harga terobosan.

Cara ini sering dipakai ketika meluncurkan barang baru, yang menetapkan harga pada tingkat yang rendah atau murah dengan harapan dapat memaksimalkan volume penjualan.

(3) Menetapkan harga berdasarkan permintaan.

Penentuan harga barang ini terutama dipraktekkan oleh perusahaan jasa seperti pengangkutan Kereta Api, Jasa Penerbangan, Restoran dan Bioskop. Perusahaan Kereta Api misalnya, menawarkan tiket murah untuk orang yang selalu berpergian bagi pelajar dan orang tua yang sudah pensiun.

(4) Kepemimpinan harga.

Penentuan harga seperti ini berlakun dalam pasar barang yang bersifat oligopoli yang merupakan struktur pasar, dimana terdapat perusahaan yang dominan yang mempunyai persaingan yang lebih kukuh dari pada perusahaan lainnya.

(5) Menjual barang berkualitas dengan harga yang rendah.

Kebijakan ini dapat dilakukan oleh perusahaan industri Manufaktur atau

Hypermarket seperti Makro dan Carrefour. Srategi penentuan harga mereka lebih menekankan kepada peningkatan volume barang yang terjual dan bukan memperoleh keuntungan yang tinggi.

(6) Kebijakan harga tinggi jangka pendek.

Kebijakan Harga (Price Skimming) adalah cara untuk menetapkan harga tinggi yang bersifat sementara, yaitu pada waktu barang yang dihasilkan mulai dipasarkan. Pada periode itu, perusahaan belum menghadapi persaingan dan akan menetapkan harga yang tinggi supaya pengembalian modal dapat dipercepat.


(47)

2.2.7 Peranan Penetapan Harga

Harga mempunyai peranan penting dalam keberhasilan penjualan produk dan keberhasilan usaha. Peranan harga dalam keberhasilan penjualan produk dan keberhasilan hidup perusahaan berdasarkan pendapat Sutojo (2010:64-65) adalah : 1. Harga adalah salah satu faktor penentu jumlah permintaan produk di pasar

Dalam kehidupan sehari-hari, permintaan produk dapat bersifat elastis atau tidak elastis terhadap perubahan harga. Permintaan dapat dikatakan elastis terhadap harga apabila permintaan berubah setiap kali harga turun atau naik. Sedangkan harga dikatakan tidak elastis apabila permintaan tidak atau tidak banyak berubah karena perubahan harga. Kategori produk yang elastis terhadap perubahan harga adalah barang atau jasa yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan sekunder, misalnya barang atau jasa yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan sekunder, misalnya barang/jasa rekreasi. Oleh karena sifat kebutuhan akan barang atau jasa tersebut tidak mendesak apabila terjadi kenaikan harga maka banyak konsumen akan menunda, mengurangi jumlah atau menghentikan pemakaiannya.

2. Harga menentukan jumlah hasil penjualan dan keuntungan.

Hasil penjualan yang diterima oleh sebuah usaha setiap masa tertentu sama dengan jumlah satuan yang terjual kali harga per satuan produk. Sedangkan keuntungan yang diperoleh setiap masa tertentu sama dengan hasil penjualan dikurangi jumlah biaya yang ditanggung perusahaan dalam masa yang sama. 3. Harga dapat mempengaruhi segmen pasar yang dapat ditembus usaha

Melebarkan sayap penjualan produk dengan memasuki segmen pasar lain yang belum digarap sebelumnya dapat menambah jumlah keuntungan. Salah satu segmen pasar di berbagai Negara yang dipergunakan sebagai sasaran melebarkan jangkauan pemasaran produk adalah segmen pasar tingkat bawah.


(48)

2.3 Definisi Konsep

Definisi konsep merupakan hal yang penting dalam sebuah penelitian dikarenakan banyak sekali kata-kata yang memiliki pengertian yang sama sehingga dapat menimbulkan kesalahpahaman dari pembaca. Konsep diperlukan untuk memberikan definisi agar batas makna yang akan ditentukan jelas sehingga nantinya tidak terjadi penyimpangan dalam menguji konsep tersebut. Ihalauw (2007:27) mengatakan bahwa perumusan definisi konsep mempunyai tujuan untuk memperkaya kosakata, menghilangkan kerancuan, menjelaskan secara teoritis, mengurangi kekaburan dan mempengaruhi sikap.

Konsep adalah simbol-simbol atau pernyataan yang dapat digunakan untuk memaknai fenomena, serta dapat juga menjadi unsur utama dalam membentuk dalil (Ihalauw 2007:28). Cara untuk melihat jelas atau tidaknya konsep adalah didasarkan pada masalah penelitian dan persoalan penelitian yaitu apakah konsep tersebut terkait dengan suatu penelitian dan dapat mendung serta memberi penjelasan masalah penelitian. Untuk menghindari adanya kemungkinan terjadi penafsiran yang salah tentang istilah-istilah yang digunakan dalam judul skripsi ini, maka diperlukan suatu konsep dan penjelasan sebagai berikut :

1. Komunikasi

Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan membangun hubungan antarsesama manusia melalui pertukaran infomasi untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu (Cangara, 2007: 19). Komunikasi yang dimaksudkan dalam skripsi ini adalah komunikasi verbal dan nonverbal pedagang pakaian bekas di Pasar Tradisional Inpres Kwala Bekala Medan dalam menetapkan harga.

2. Pedagang Pakaian Bekas

Dalam kegiatan perdagangan yang ada di pasar tradisional, pedagang merupakan unsur penting dalam proses terjadinya kegiatan transaksi atau jual beli. Menurut Damsar (2002:95) pedagang adalah orang atau institusi yang memperjualbelikan produk atau barang kepada konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Wikipedia Indonesia, pedagang adalah orang


(49)

yang melakukan perdagangan, memperjualbelikan barang yang tidak diproduksi sendiri untuk memproleh keuntunga

Menurut Geertz (Damsar 2002:107), pedagang dibagi atas :

1. Pedagang professional yaitu pedagang yang menganggap aktivitas perdagangan merupakan pendapatan dari hasil perdagangan merupakan sumber utama dan satu-satunya bagi ekonomi keluarga.

2. Pedagang semi professional adalah pedagang yang mengakui aktivitasnya untuk memperoleh uang tetapi pendapatan dari hasil perdagangan merupakan sumber tambahan ekonomi keluarga.

3. Pedagang subsistensi merupakan pedagang yang menjual produk atau barang dari hasil aktivitas subsistensi untuk memenuhi ekonomi rumah tangga.

4. Pedagang semu adalah orang yang melakukan kegiatan perdagangan karena hobi atau untuk mendapatkan suasana baru atau mengisi waktu luang.

Sedangkan menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia pakaian adalah sesuatu yang dikenakan pada bagian tubuh. Dalam hal ini adalah baju, celana, rok, jeans dan pakaian dalam.

Pedagang pakaian bekas yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pedagang yang menjual pakaian bekas yang membeli pakaian bekas tersebut dari agen atau

toke baldan menjual pakaian bekas tersebut kepada pembeli untuk mendapatkan keuntungan.

3. Penetapan Harga

Menurut Ebert (2008:56) mengemukakan bahwa: “Penetapan harga adalah proses penentuan apa yang akan diterima suatu perusahaan dalam penjualan produknya”.Harga merupakan salah satu faktor pemicu apakah transaksi jual-beli akan terjadi atau batal dilaksanakan. Penetapan harga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah harga yang disepakati antara penjual dan pembeli setelah melewati proses komunikasi (tawar menawar) baik verbal maupun nonverbal.


(1)

Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyadi, 2001. Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat, dan Rekayasa. Penerbit Salemba Empat, Jakarta

Mulyana, Deddy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosdakarya Nasution. S. 2007. Metode Research (Pendekatan Ilmiah). Jakarta : PT Bumi

Aksara.

Nawawi Hadari, Martini Hadari. 2011. Penelitian Terapan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Neumann, Lawrence. 1997. Social Research Methods : Qualitative and Quantitative Approaches. Boston : Allyn and Bacon

Ohmae, Kenichi. 2003. The End of the Nation State. New York : Free Press

Pamardi Utomo. 2002. Merencanakan Pasar Tradisional di Wilayah Yogyakarta. Surakarta : Gema Teknik

Pierce , Richard B. Robinson. 2000. Manajemen Strategi. Boston: McGraw- Hill Porter, Dawn C. 2010. Ekonometrika Dasar. Jakarta : Erlangga

Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta. LKIS

Prajarto, MA, Nunung. 2010. Metode Penelitian Komunikasi. Yogyakarta : UGM Press

Purwasito. 2003. Komunikasi Multikultural. Surakarta : Muhammadiyah University Press

Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Rambat, Lupiyoadi. 2001. Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta : Salemba Empat Rangkuti, Freddy 2004. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT.

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Rex Brown. 2005. Decision Analysis. New Jersey : John Wiley & Sons, Inc

Riswandi, 2006. Definisi Komunikasi dan Tingkatan Proses Komunikasi. Jakarta : PT Gramedia


(2)

Sadillah, Emiliana dkk. 2011. Eksistensi Pasar Tradisional. Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional.

Saladin Jaslim. 2000. Intisari Pemasaran dan Unsur- Unsur Pemasaran. Jakarta : PT Gramedia.

Simamora, Henry. 2000. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis. Jakarta : Erlangga

Sugiono. 2010. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta

Sukirno, Sadono. 2006, Ekonomi Pembangunan Proses masalah dan Dasar Kebijakan, cetakan ketiga, Penerbit. Kencana, Jakarta

Sunarto. 2006. Pengantar Manajemen Pemasaran, UST Press, Yogyakarta.

Suprapto, Tommy. 2006. Pengantar Teori Komunikasi. Yogyakarta : Media Pressindo.

Suranto, A.W. 2005. Komunikasi Perkantoran. Yogyakarta : Media Wacana Sutojo, Siswanto. 2008. Menangani Kredit Bermasalah konsep dan kasus, PT

Damar Mulia Pustaka, Jakarta

Tjiptono Fandi. 2000. Strategi pemasaran. ANDI. Yogyakarta Vardiansyah, Dani. 2004. Filsafat Ilmu Komunikasi. Jakarta : Indeks

Widjaja Candra, Metode Penelitian Keuangan. (Prosedur, Ide dan Kontrol), Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006.

Yin, Robert K. 2002. Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.

Jurnal

Budiarto, Patricia 2013. Perilaku Penjual dan Pembeli dalam Proses Pembentukan Harga di Pasar Splendid Malang. Jurnal Ekonomi Universitas Brawijaya Volume IV 2013

Jurnal Humanity Volume 6 No.1 September 2010

Hasil Publikasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri Departemen Perdagangan RI 2007.


(3)

Samsung Economic Research Institute. 2013. Merchants in Korea’s Traditional Market. Weekliy Insght April 2013

Skripsi dan Thesis

Agdina, Winda. 2010. Komunikasi Tawar Menawar Dalam Perdagangan (Studi pada Pedagang Souvenir Pasar Atas Bukittinggi Sumatera Barat. Universitas Andalas Padang. Skripsi Tidak di terbitkan.

Arifiyanto, Teguh. 2003. Penetapan Harga Makanan di Kantin Putra Pondok Pesantren Sunan Pandan. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Skripsi tidak diterbitkan.

Costa, Romilda. 2003. Komunikasi Tawar Menawar Antarpenutur di pasar Ikan Ambon. Thesis Universitas Gadjah Mada

Khasanah, Nurul. 2008. Prinsip Dasar Penetapan Harga Susu Sapi antara Pihak Kelompok dan Produsen Sapi Madura. Universitas Gadjah Mada. Skripsi Tidak diterbitkan.

Pradoko, Rudi. 2004. Strategi Penetapan Harga Tiket Pada Maskapai Penerbangan,. Universitas Gadjah Mada. Skripsi tidak diterbitkan.

Rosita, Dessi. 2009. Penetapan Harga Jual Beli Tiket Taif Lebaran Bus Ramayana Jogja Palembang Tahun 2008. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Skripsi tidak diterbitkan

Internet

Medan Bisnis 2009

Kompasiana, 22 Oktober 2011

Finance.detik.com/read/2012/01/30/184311/1829774/4/miris-10000-warungtradisional-di-dki-tutup-dilibas-minimarket

Sumber Lain

Kamus Besar Bahasa Indonesia Kamus Psikologi


(4)

(5)

Isu Utama Sub Isu Pertanyaan Komunikasi

Pedagang Pakaian Bekas

Komunikasi Verbal - Persuasif

• Sapaan • Humor • Rayuan - Represif

• Menekan Pembeli • Berbicara dengan keras Komunikasi Non Verbal (Menurut Verderber, 2007) - Kinesics

• Ekspresi Wajah • Sikap Badan

• Isyarat (gesture) - Paralanguage

• Pola Titinada suara • Volume

Apakah pedagang Menyapa pembeli untuk mampir di kios pedagang?

Apakah anda menggunakan humor untuk mengakrabkan diri kepada Pembeli ? Bagaimana cara membujuk pembeli agar transaksi terjadi ?

Bagaimana cara menekan pembeli agar jadi membeli dan menyetujui harga yg ditawarkan? Apakah anda berbicara dengan keras kepada pembeli agar transaksi terjadi?

Bagaimana ekspresi wajah anda dalam melayani pembeli ?

Bagaimana sikap badan anda dalam melayani pembeli ?

Apakah anda memberikan isyarat tertentu dalam melayani pembeli ?

Bagaimana Suara anda ketika melayani pembeli ?

Bagaimana volume suara anda ketika ada pengunjung atau ketika tawar menawar sedang berlangsung ?

Penetapan Harga

Menurut Hongren dan Datar (2006) ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam penetapan harga :

-Customer

• Melihat Penampilan Pembeli

• Promordial

Apakah anda melihat penampilan pembeli sewaktu membuka harga sebuah pakaian ? Apakah Berpengaruh jika pembeli

menggunakan bahasa daerah yang dimengerti oleh pedagang terhadap penawaran harga suatu barang?


(6)

PEDOMAN WAWANCARA Karakteristik Informan

Nama :

Lama Berdagang : Barang yang dijual : Keuntungan :

-Competitor

• Pedagang barang sejenis • Defensive

- Cost

• Iuran Harian

• Harga Kios

• Biaya lain-lain

Apakah harga yang ditawarkan pedagang dipengaruhi oleh adanya pedagang lain yang menjual barang sejenis?

Apakah pedagang menetapkan harga kepada pembeli dibawah harga yang ditawarkan pesaing pada umumnya?

Apakah penetapan harga yang dilakukan pedagang dipengaruhi oleh adanya iuran harian sehingga dibebankan ke barang dagangan?

Berapa harga sewa kios di pasar inpres ? Apakah harga kios juga mempengaruhi penetapan harga ?

Apakah anda menetapkan harga yang dapat menutup semua biaya yang telah dikeluarkan ?

Apakah penetapan harga yang dilakukan terlebih dahulu mempertimbangkan laba yang wajar ?