Muhammad rizal sosiologi metode eksposit

ABSTRAK
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar sosiologi melalui metode ekspositori di kelas XI IPA 1
SMA Negeri 5 Banjarmasin. Penelitian ini terdiri dari dua siklus yaitu siklus I
sebanyak 4 kali pertemuan dan siklus II sebanyak 4 kali pertemuan. Teknik
pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan memberikan tes
hasil belajar sosiologi pada siswa di setiap akhir siklus, data tentang proses belajar
mengajar diambil melalui lembar observasi dan angket respon terkait pelaksanaan
tindakan selama pembelajaran berlangsung.
Penelitian ini berangkat dari latar belakang perlunya dilakukan pembaharuan
dan meningkatkan hasil belajar siswa dalam pengelolaan proses pembelajaran
sosiologi. Peneliti menggunakan metode tindakan kelas dengan memberikan tes awal
dan tes akhir. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 yang berjumlah 37
orang siswa yang terdiri dari 25 orang perempuan dan 12 orang laki-laki. Instrument
penelitian menggunakan tes yang berbentuk tes esai yang terdiri dari 10 soal. Data
diperoleh dari tes yang dianalisis secara kuantitatif.
Nilai rata-rata yang diperoleh dari tes awal yaitu 57,56 dan tes akhir yaitu
84,48. Data tersebut menunjukan bahwa peningkatan hasil belajar siswa pada tes
akhir lebih tinggi pada tes awal. Dengan kata lain, metode ekspositori efektif untuk
meningkatkan hasil belajar sosiologi di SMA Negeri 5 Banjarmasin.


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………….
ABSTRAK…………………………………………………………………………….
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….1
A. Latar Belakang...……………………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………4
C. Tujuan Penelitian……………………………………………………………..4
D. Manfaat Penelitian……………………………………………………………5
BAB II KAJIAN PUSTAKA…………………………………………………………7
A. Kajian Pustaka………………………………………………………………..7
B. Kerangka pikir………………………………………………………………32
C. Hipotesis…………………………………………………………………….34
BAB III METODE PENELITIAN………………………………………………….35
A. Jenis Penelitian……………………………………………………………...35

B. Lokasi Penelitian……………………………………………………………36
C. Factor yang Diselidiki……………………………………………………….36

D. Prosedur Penelitian…………………………………………………………..37
E. Instrumen Penelitian…………………………………………………………40
F. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………………..41
G. Teknik Analisis Data………………………………………………………...41
H. Indikator

Keberhasilan………………………………………………………43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………………………44

A. Deskripsi Kegiatan Awal……………………………………………………44
B. Pelaksanaan Siklus…………………………………………………………..47
C. Deskripsi Kegiatan Akhir……………………………………………………52
D. Perbandingan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir……………………………….52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………..55
A. Kesimpulan ………………………………………………………………….55

B. Saran ………………………………………………………………………...55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR TABEL

Tabel I

: Jumlah sampel penelitian meningkatkan hasil belajar sosiologi melalui
metode ekspositori dikelas XI IPA 1 SMA Negeri 5 Banjarmasin
Kabupaten
Majene…………………………………………………….………………….36

Tabel II

: Hasil tes awal (pratindakan)…………………………………….……..…..…45

Tabel III

: Data hasil peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I…………...…..….…48

Tabel IV


: Data hasl peningkatan hasil belajar siswa pada siklus II………..…………….51

Tabel V

: Hasil tes akhir (pascatindakan)………………………………………….…….52

Tabel VI

: Perbandingan Hasil tes awal dan tes akhir…………………………….………54

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan bagian dari integral dalam pembangunan, proses
pendidikan tak dapat dipisahkan dalam proses pembangunan itu sendiri.
Pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya
yang berkualitas. Manusia yang berkualitas dapat dilihat dari segi pendidikan.
Hal ini terkandung dalam tujuan pendidikan Nasional, yang dikemukakan

oleh Mustan (Rahim, 2005:8) bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan pengembangan manusia seutuhnya.
Selain beriman, bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa serta sehat jasmani dan
rohani, juga memiliki kemampuan dan keterampilan.
Dengan penegasan di atas, berarti peningkatan kualitas sumber daya
manusia haruslah dilakukan dalam konteks peningkatan pengetahuan dan
keterampilan melalui model pengajaran yang efektif dan efesien serta
mengikuti perkembangan zaman.
Kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak
akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih
bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya bukan mengetahuinya.
Pembelajaran yang berorientasi pada target penugasan materi terbukti
berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam
membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang,
dan itulah yang terjadi di kelas-kelas sekolah kita.

SMA Negeri 5 Banjarmasin adalah salah satu sekolah yang memiliki
siswa yang mempunyai kemampuan yang beragam. Oleh karena itu, perlu ada
pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa atau peserta didik untuk
memahami pelajaran sehingga pengetahuan yang diperolehnya dapat bertahan

lama. Dan salah satu diantaranya adalah model pembelajaran yang
memperhatikan keragaman individu siswa yaitu model pembelajaran motode
ekspositori.
Kondisi seperti di atas, dialami oleh siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri
5 Banjarmasin. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi
sosiologi pada sekolah tersebut diperoleh informasi bahwa hasil belajar
sosiologi siswa di kelas tersebut tergolong rendah yaitu dengan rata-rata 5,1.
Hal ini disebabkan karena siswa kurang mampu mengaitkan antara materi
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa atau dalam kehidupan seharihari. Selain itu, juga dikarenakan penyajian materi sosiologi yang masih
monoton dan membosankan sehingga siswa kurang tertarik belajar sosiologi.
Dalam situasi demikian, siswa menjadi bosan karena tidak adanya dinamika,
inovasi, kreativitas, dan siswa belum dilibatkan secara aktif sehingga guru
sulit mengembangkan atau meningkatkan pembelajaran agar benar-benar
berkualitas.
Dengan penerapan metode eksporitori diharapkan mampu membantu
siswa dalam memahami konsep yang mereka pelajari dan membantu mereka
menemukan kaitan antar konsep. Hal ini penting bagi siswa dalam mempelajari
bidang studi sosiologi. Sehingga dengan penerapan metode eksporitori

diharapkan dapat meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar siswa, serta

guru tidak lagi menjadi pusat pembelajaran. Guru hanya akan menjadi
fasilitator dan mengontrol aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran.
Dengan penerapan metode eksporitori, maka diharapkan pelajaran sosiologi
menjadi bidang studi yang disenangi, sehingga pada akhirnya akan
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar sosiologi siswa.
Oleh karena itu berdasarkan latar belakang di atas, dengan mengacu
pada strategi eksporitori, penulis akan melakukan penelitian dengan judul
yaitu, meningkatkan hasil belajar sosiologi melalui metode eksporitori di
Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 5 Banjarmasin.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah
adalah “Apakah penerapan metode ekspositori dapat meningkatkan hasil
belajar sosiologi di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 5 Banjarmasin ?”

C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah Untuk
meningkatkan hasil belajar sosiologi melalui metode ekspositori di kelas XI
IPA 1 SMA Negeri 5 Banjarmasin.
D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi sekolah

Sebagai penambah sumber keilmuan yang baru bagi lembaga,
sehingga lembaga tersebut lebih sering menggunakan metode eksporitori
sebagai upaya menuju terhadap demokratisasi pendidikan.
b. Bagi guru
Sebagai alat tolak ukur bagi strategi yang telah disampaikan oleh guru
dalam

kegiatan

belajar

mengajar

dikelas,

sehingga


guru

dapat

menggunakan strategi yang lebih baik dalam kegiatan belajar mengajar
guna mencapai terhadap berbagai tujuan yang diinginkan.
c. Bagi siswa
Sebagai tambahan ilmu mengenai metode dalam pendidikan, sehingga
mereka mengetahui bahwa dalam pendidikan mereka bukan hanya
dijadikan sebagai obyek, melainkan perlu juga dijadikan sebagai subyek.

BAB II
KAJIAN PISTAKA

A. Kajian Pustaka
1. Pengertian Belajar sosiologi
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan
sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Perubahan tingkah laku tanpa usaha bukanlah hasil belajar, Slameto (1995).


Menurut Gagne dalam Slameto (1987: 3) menyatakan bahwa:
1) Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam
pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, tingkah laku.
2) Belajar adalah penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh dari instruksi.
Berdasarkan beberapa definisi belajar yang telah diuraikan oleh
beberapa ahli, Purwanto mengemukakan adanya elemen yang penting yang
mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu bahwa:
1) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di mana
perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi
ada juga kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.

2) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau
pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh
pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar,
seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.
3) Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap;
harus merupakan akhir dari pada suatu periode waktu yang cukup
panjang. Berapa lama periode waktu itu berlangsung, sulit ditentukan

dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari
suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan
ataupun bertahun-tahun. Ini berarti kita harus mengenyampingkan
perubahan-perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi,
kelelahan, adaptasi, kepekaan seseorang, yang biasanya hanya
berlangsung sementara.
4) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut
berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti;
perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/berpikir,
keterampilan, kecakapan, kebiasaan ataupun sikap.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu kegiatan atau aktivitas manusia yang merupakan proses usaha
yang aktif untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru, sikap,
keterampilan dan pengetahuan secara sadar dan bertahap sebagai akibat
dari interaksi dengan lingkungannya.
2. Pengertian Hasil Belajar
a. Hasil Belajar Sosiologi

Dalam kamus bahasa Indonesia, hasil adalah sesuatu yang diadakan
(dibuat, dijadikan oleh usaha). Hasil merupakan akhir dari sebuah usaha
yang dilakukan setiap orang, ini merupakan tujuan penting dari sebuah
kegiatan tertentu yang ingin dicapai.
Banyak ahli telah mendefinisikan tentang pengertian belajar, namun
pada hakekatnya definisi tersebut memiliki makna yang hampir sama.
Dalam petunjuk proses belajar mengajar disebutkan bahwa belajar
merupakan suatu perubahan sikap dan tingkah laku setelah terjadinya
interaksi dengan berbagai sumber belajar. Setiap proses pembelajaran
yang berlangsung di sekolah, tentunya mengharapkan hasil belajar yang
baik. Hasil belajar yang baik dapat tercapai apabila dalam setiap proses
pembelajaran juga berlangsung dengan baik pula. Dengan belajar,
manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga
tingkah laku berkembang. Belajar adalah suatu proses dan bukan suatu
hasil.
Segala perubahan yang dimaksud diatas, pada dasarnya adalah
perubahan tingkah laku sebagaimana yang dimaksud oleh Slameto
bahwa:
“Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan

sebagai hasil pengalaman dari individu itu sendiri dalam interaksinya
dengan lingkungannya”.
Sedangkan Halim mengemukakan beberapa ciri belajar sebagai
berikut :

“Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar bukan perubahan tingkah
laku, perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar bukan karena
perubahan tingkah laku karena perubahan kondisi fisik, hasil belajar
relatif menetap”.
(Sudjana, 1989) mengemukakan bahwa :
“Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam
mencapai

tujuan

pengajaran,

sedangkan

hasil

belajar

adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya”.
Hasil belajar atau perubahan tingkah laku yang diharapkan itu,
meliputi tiga aspek yaitu :
1. Aspek kognitif, meliputi perubahan-perubahan dalam segi penguasaan
pengetahuan

dan

perkembangan

keterampilan/kemampuan

yang

diperlukan untuk menggunakan pengetahuan tersebut.

2. Aspek afektif, meliputi perubahan-perubahan dari segi sikap mental,
perasaan dan kesadaran.
3. Aspek psikomotor, meliputi perubahan-perubahan dalam segi
bentuk-bentuk tindakan motorik.
b. Strategi Belajar
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis
besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah
ditentukan. Dihubungkan dengan belajar-mengajar metode bisa
diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam

perwujudan kegiatan belajar-mengajar untuk mencapai tujuan yang
telah digariskan (Trianto, 2007).
Dalam peraturan pemerintah, Bab IV, Pasal 19, Tahun 2005,
dijelaskan

bahwa

proses

pembelajaran

pada

satuan

pendidikan

diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat dan pengembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Karena itu, perencanaan strategi pembelajaran perlu mengacu pada
pencapaian tujuan pembelajaran pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Guru dapat memilih strategi pembelajaran yang ada sesuai
dengan karakteristik materi pembelajaran di sekolah. Strategi yang dipilih
didesain untuk mengoptimalkan partisipasi aktif siswa dalam proses
pembelajaran dan untuk membantu siswa secara kreatif merekonstruksi
pemahamannya terhadap materi pembelajaran. Strategi pembelajaran

diharapkan memaksimalkan interaksi dalam pembelajaran yang dapat
menunjang penguatan aspek kecerdasan emosional, dan kecerdasan
spiritual siswa yang diharapkan menjadi dampak pengiring (nurturant
effects), di samping kecerdasan intelektual yang dicapai melalui tujuantujuan instruksional.
Strategi-strategi belajar mengacu pada perilaku dan proses-proses
berpikir yang digunakan oleh siswa dalam mempengaruhi hal-hal yang
dipelajari, termasuk proses memori dan metakognitif. Pressley (1991),
menyatakan bahwa strategi-strategi belajar adalah operator-operator
kognitif, meliputi dan terdiri atas proses-proses yang secara langsung

terlibat dalam menyelesaikan suatu tugas (belajar). Strategi-strategi
tersebut digunakan siswa untuk memecahkan masalah belajar tertentu.
Untuk menyelesaikanm tugas belajar, siswa memerlukan keterlibatan
dalam proses-proses berpikir dan perilaku, menskim atau membaca
sepintas lalu judul-judul utama, meringkas, dan membuat catatan, di
samping itu juga memonitor jalan berpikir diri sendiri.
Untuk mengajarkan strategi–strategi belajar kepada siswa terdapat
beberapa hal/langkah yang harus diperhatikan, yaitu:
1)

Memberitahukan siswa bahwa mereka akan diajarkan suatu metode

belajar, agar perhatian siswa terfokus.
2) Menunjukkan hubungan positif penggunaan metode belajar terhadap
prestasi belajar dan memberitahukan perlunya kerja pikiran ekstra
untuk membuahkan prestasi yang tinggi.
3) Menjelaskan dan memeragakan metode yang diajarkan.
4) Menjelaskan kapan dan mengapa suatu mettode belajar digunakan.
5) Memberikan penguatan kepada siswa yang memakai metode belajar.
6) Memberikan praktek yang beragam dalam pemakaian metode belajar.

7) Memberikan umpan balik saat menguji materi dengan belajar
tertentu.
8) Mengevaluasi penggunaan metode belajar, dan mendorong siswa
untuk melakukan evaluasi mandiri.

3. Metode Eksporitori
a. Pengertian metode eksporitori

Salah satu metode pembelajaran yang sering digunakan guru
adalah metode eksporitori. Metode eksporitori yang dekat (mirip atau
segolongan

dengan

metode

ceramah,

direct

instruction,

atau

pembelajaran langsung). Secara definisi, metode eksporitori adalah
suatu metode yang menggunakan cara penyampaian pelajaran dari
seorang guru kepada siswa di dalam kelas dengan: (1) berbicara di awal
pelajaran; (2) menerangkan materi dan contoh soal disertai tanya jawab.
Menurut

Wina

Sanjaya

menyatakan:

“metode

pembelajaran

eksporitori adalah metode pembelajaran yang menekankan kepada proses
penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok
siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara
optimal”. Sanjaya (2009) menamakan strategi ini dengan istilah metode
pembelajaran secara langsung (direct instruction). Karena dalam strategi
ini materi pelajaran disampaikan langsung oleh guru.
Menurut Sagala (2010: 78), pendekatan eksporitori bertolak dari
pandangan, bahwa tingkah laku kelas dan penyebarab pengetahuan
dikontrol dan ditentkan oleh guru/pengajar. Hakekat mengajar menurut
pandangan ini adalah menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa.
Siswa dipandang sebagai objek yang menerima apa yang diberikan guru.
Biasanya guru menyampaikan informasi mengenai bahan pengajaran dalam
bentuk penjelasan dan penuturan secara lisan, yang dikenal dengan istilah,
kuliah, ceramah, dan lecture.dalam pendekatan ini guru siswa diharapkan
dapat menagkap dan mengingat informasi yang telah diberikan guru, serta
mengungkapkan kembali apa yang dimilikinya melalui respon yang ia
berikan pada saat diberikan pertanyaan oleh guru.

Aliran psikologi belajar yang sangat mempengaruhi metode
eksporitori ini adalah aliran belajar behavioristik, yang lebih menekankan
kepada pemahaman bahwa perilaku manusia pada dasarnya keterkaitan
antara stimulus dan respon (Sanjaya, 2009: 176). Oleh karenanya dalam
implementasinya peran guru sebagai pemberi stimulus merupakan factor
yang sangat penting. Hingga muncul berbagai konsep bagaimana agar guru

dapat mempasilitasi sehingga hubungan stimulus-respon itu bisa
berlangsung secara efektif.
b. Konsep dan prinsip penggunaan metode pembelajaran

eksporitori 1. Konsep pembelajaran eksporitori
Metode pembelajaran eksporitori adalah strategi pembelajaran yang
menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari
seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa
dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Killen (1998)
menamakan metode ekspositori ini dengan istilah strategi pembelajaran
langsung (direct instruction). Mengapa demikian karena dalam strategi
ini materi pelajaran disampaikan langsung oleh guru.

Terdapat beberapa karakteristik metode eksporitori. Pertama,
metode eksporitori dilakukan dengan cara menyampaikan materi
pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat
utama dalam melakukan strategi ini, oleh karena itu sering orang
mengidentikanya dengan ceramah. Kedua, biasanya materi pelajaran
yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti
data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga
tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang. Ketiga, tujuan utama

pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri, artinya,
setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat
memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan
kembali materi yang telah diuraikan.
Metode pembelajaran eksporitori merupakan bentuk dari
pendekatan pembelajaran yang beriorentasi kepada guru (teacher
centered approach). Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini
guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui strategi ini
guru menyampaikan materi pembelajaran secara testruktur dengan
harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa
dengan baik.
Strategi pembelajaran akan efektif manakala:
a. Guru akan menyampaikan bahan-bahan baru serta kaitanya
dengan yang akan dan baru dipelajari siswa (overview). Biasanya
bahan atau materi itu diperlukan untuk kegiatan-kegiatan khusus,
seperti kegiatan pemecahan masalah atau untuk melakukan proses
tertentu. Oleh sebab itu, materi yang disampaikan adalah materimateri dasar seperti konsep-konsep tertentu, prosedur, atau
rangkaian aktivitas, dan lain sebagainya.
b. Apabila guru mengiginkan agar siswa mempunyai gaya model
intelektual tertentu, misalnya agar siswa bisa mengingat bahan
pelajarn sehingga ia akan dapat mengungkapkan kembali
manakala diperlukan.
c.

Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan cocok untuk

dipresentasikan, artinya dipandang dari sifat dan jenis materi pelajaran memang materi
pelajaran itu hanya mungkin dapat

dipahami oleh siswa manakala disampaikan oleh guru, misalnya
materi pelajaran dari hasil penelitian berupa data-data khusus.
d. Jika ingin membangkitkan keingintahuan siswa tentang topik
tertentu. Misalnya, materi pelajaran yang bersifat pancingan untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa.
e. Guru mengiginkan untuk mendemonstrasikan suatu teknik atau
prosedur tertentu untuk kegiatan praktik. Prosedur biasanya
merupakan langkah baku atau langkah standar yang harus ditaati
dalam melakukan suatu proses tertentu. Manakala langkah itu tidak
ditaati, maka dapat menimbulkan pengaruh atau resiko tertentu.

f. Apabila seluruh siswa memiliki tingkat kesulitan yang sama
sehingga guru perlu menjelaskan untuk seuruh siswa.
g. Apabila guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang ratarata memiliki kemampuan rendah.
h. Jika lingkungan tidak mendukung untuk menggunakan strategi
yang berpusat pada siswa, misalnya tidak adanya sarana dan
prasarana yang dibutuhkan.
i. Jika guru tidak memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan
pendekatan yang berpusat pada siswa.
2. Prinsip-prinsip penggunaan metode pembelajaran ekspositori

Dalam penggunaan strategi pebelajaran ekspositori terdapat
beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru. Setiap
prinsip tersebut dijelaskan dibawah ini.

a. Beriorentasi pada tujuan
Walaupun penyampaian materi pelajaran merupakan cirri
utama dalam metode pembelajaran ekspositori melaui metode
ceramah, namun tidak berarti proses penyampaians materi tanpa
tujuan pembelajaran; justru tujuan itulah yang harus menjadi
pertimbanga utama dalam pengguanaan strategi ini. Karena itu
sebelum metode ini diterapkan terlebih dahulu, guru harus
merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan terukur.
b. Prinsip komunikasi
Proses

pembelajaran

dapat

dkatakan

sebagain

proses

komunikasi, yang menunjuk pada proses penyampaian pesan dari
seorang (sumber pesan) kepada seorang atau sekelompok orang
(penerima pesan). Pesan yang ingin disampaikan dalam hal ini
adalah materi pelajaran yang diorganisir da disusun sesuai dengan
tujuan tertentu yang ingin dicapai. Dalam proses komunikasi guru
berfungsi sebagai sumber pesan dan siswa berfungsi sebagai
penerima pesan.
c. Prinsip kesiapan
Dalam teori belajar koneksionisme, “kesiapan” merupakan
salah satu hukum belajar. Inti dari hukum belajar ini adalah bahwa
setiap individu akan merespon dengan cepat dari setiap stimulus
manakala dalam dirinya sudah memiliki kesiapan. Yang dapat kita
tarik dalam hukum belajar ini adalah, agar siswa dapat menerima
informasi sebagai stimulus yang kita berikan, terlebih dahulu kita

harus memosisikan mereka dalam keadaan siap baik secara fisik
maupun psikis untuk menerima pelajaran.
d. Prinsip berkelanjutan
Proses pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong
siswa untuk mau mempelajari materi pelajaran lebih lanjut.
Pembelajaran bukan hanya berlangsung pada saat itu, akan tetapi
juga untuk waktu selanjutnya. Ekspositori yang berhasil adalah
manakala melalui proses penyampaian dapat membawa siswa
pada situasi ketidakseimbangan, sehingga mendorong mereka
untuk mencari dan menemukan atau menambah wawasan melalui
proses belajar mandiri.
c. Prosedur Pelaksanaan Metode Ekspositori
Sebelum diuraian tahapan penggunaan metode ekspositori terlebih
dahulu diuraikan beberapa hal yang harus dipahami oleh setiap guru
yang akan menggunakan metode ini.
1. Rumusan tujuan yang ingin dicapai
Merumuskan tujuan merupakan langkah pertama yang harus
dipersiapkan guru. Tujuan yang ingin dicapai sebaiknya dirumuskan
dalam bentuk perubahan tingkah laku yang spesifik, seperti yang telah
dijelaskan diatas, dapat memperjelas kepada arah yang ingin dicapai.

2. Kuasai materi pelajaran dengan baik
Penguasaan materi pelajaran dengan baik merupakan syarat
mutlak penggunaan metode ekspositori. Penggunaan materi yang
sempurna, akan membuat kepercayaan diri guru meningkat, sehingga
guru akan mudah mengelola kelas, ia akan bebas bergerak, berani

menatap siswa, tidak takut dengan perilkau-perilaku siswa,
menjelaskan materi pelajaran serba tanggung dengan suara yang
pelan dan miskin ilustrasi dan lain sebagainya.
Agar guru dapat menguasai materi ada beberapa hal yang dapat
dilakukan:
a. Pelajari sumber-sumber yang mutakhir.
b. Persiapkan masalah-masalah yang mungkin muncul dengan cara
menganalisis materi pelajaran sampai detailnya.
c. Buatlah garis besar materi pelajaran yang akan disampaikan untuk
memandu dalam penyajian agar tidak melebar.
3. Kenali medan dan berbagai hal yang dapat mempengaruhi proses
penyampaian.
Mengenali lapangan atau medan merupakan hal penting dalam
langkah periapan. Pengenalan medan yang baik memungkinkan guru
dapat mengantisipasi berbagai keungkinan yang dapat menggangu
proses penyajian materi pelajaran. Beberapa hal yang berhubungan
dengan medan yang harus dikenali diantaranya:
a) Latar belakang audiens atau siswa yang akan menerima materi,
misalnya kemampuan dasar atau pengalaman belajar siswa sesuai
dengan materi yang akan disampaikan, minat dan daya belajar
siswa, dan lain sebagainya.
b) Kondisi ruangan, pencahayaan, posisi tempat duduk, maupun
kelengkapan ruangan itu sendiri. Misalnya dimana sebaiknya
layar ONP atau LCD disimpan, dimana sebaiknya gambar
dipasang, dan lain sebagainya.

Ada beberapa langkah dalam penerapan metode ekspositori,
yaitu:
a. Persiapan (preparation)
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa
untuk menerima pelajaran. Dalam metode ekspositori, langkah
persiapan merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan
pelaksanaan

pembelajaran

dengan

menggunakan

strategi

ekspositori sangat tergantung pada langkah persiapan. Tujuan
yang ingin dicapai dalam melakukan persiapan adalah:
1) Mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang pasif.
2) Membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar.
3) Merangsang dan menggugah rasa ingin tahu siswa.
4) Menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka.
Beberapa hal yang harus dilakukan dalam langkah persiapan
diantaranya adalah:
1). Berikan sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negative
Memberikan sugesti yang positif akan dapat membangkitkan
kekuatan pada siswa untuk menembus rintangan dalam belajar.
Sebaliknya, sugesti yang negatif dapat mematikan semangat
belajar.
2). Mulailah dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai
Mengemukakan tujuan sangat penting artinya dalam setiap
proses pembelajaran. Dengan mengemukakan tujuan siswa
akan paham apa yang harus mereka kuasai serta mau dibawa

kemana mereka. Dengan demikian, tujuan merupakan
“pengikat” baik bagi guru maupun bagi siswa.
3). Bukalah file dalam otak siswa
Coba

anda

bayangkan,

seandainya

seorang

guru

menyampaikan materi pelajaran yang sama sekali asing bagi
anda, artinya materi itu sama sekali materi belum anda kenal.
Anda akan sulit menangkap meteri yang disampaikan itu.
b. Penyaian (presentation)
Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi
pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakuakan. Oleh
sebab itu, beberapa hal yang harus diperhaikan dalam pelaksanaan
langkah ini adalah sebagai berikut:
1). Penggunaan bahasa
Penggunaan

bahasa merupakan

aspek

yang

sangat

berpengaruh untuk keberhasilan presentasi. Ada beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam penggunaan bahasan yaitu:
a. Bahasa yang digunakan sebaiknya bahasa yang besrsifat
komunikatif dan mudah dipahamai.
b. Dalam penggunaan bahasa guru harus memerhatikan tingkat
perkembangan audiens atau siswa. Misalnya, penggunaan
bahasa untuk anak SD berbeda dengan bahasa untuk tingkat
mahasiswa.
2). Intonasi suara
Intonasi suara adalah pengaturan suara sesuai dengan
pesan yang ingin disampaikan. Guru yang baik akan

memahami kapan ia harus menigginkan nada suaranya, dan
kapan ia harus melemahkan suaranya. Pengaturan nada suara
akan membuat perhatian siswa tetap terkontrol, sehingga tidak
akan mudah bosan.
3). Menjaga kontak mata dengan siswa
Dalam proses penyajian materi pelajaran, kontak mata (eye
contact) merupakan hal yang sangat penting untuk membuat
siswa tetap memperhatikan pelajaran.oleh sebab itu guru
sebaiknya secara terus-menerus menjaga dan memeliharanya.
Pandanlah siswa secara bergiliran, jangan biarkan pandangan
mereka tertuju pada hal-hal diluar materi pelajaran.
4). Menggunakan joke-joke menyegarkan
Menggunakan joke adalah kemampuan guru agar menjaga
agar kelas tetap hidup dan segar melalui penggunaan atau
bahasa yang lucu. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
menggunakan joke diantaranya. Pertama, Joke yang digunakan
harus relevan dengan isi materi yang sedang dibahas. Kedua,
Sebaiknya joke muncul tidak terlalu sering guru yang terlalu
serung memunculkan joke hanya akan membuat kelas seperti
dalam suasan pertunjukan. Oleh sebab itu, guru mesti paham
kapan sebaiknya ia memunculkan joke-joke tertentu.
c. Korelasi (correlation)
Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi
pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal yang
memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitanya dalam

struktur pengetahuan yang telah dilmikinya. Langkah korelasi
dilakukan tiada lain untuk memberikan makna materi pelajaran,
baik untuk makna memperbaiki struktur pengetahuan yang telah
dimilikinya

maupun

untuk

makna

meningkatkan

kualitas

kemampuan berpikir dan kemampuan motorik siswa.
d. Menyimpulkan (Generalization)
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti (core) dar
materi pelajaran yang telah disajikan. Langkah menyimpulkan
merupakan langkah yang sangat penting dalam strategi ekspositori,
sebab melalui langkah menyimpulkan berarti pula memberikan
keyakinan kepada siswa tentang kebenaran suatu paparan.

e. Mengaplikasikan (application)
Langkah aplikasi adalah langkah untuk kemampuan siswa
setelah mereka menyimak penjelasan guru. Langkah ini merupaka
langkah yang sangat penting dalam proses pembelajaran
ekspasitori, sebab melalui langkah ini akan dapat mengumpulkan
informasi tentang penguasaan dan pemahaman materi pelajaran
oleh siswa. Teknik yang biasa dilakukan langkah ini diantaranya.
Pertama, dengan membuar tugas yang relevan dengan materi yang
telah disajikan. Kedua, dengan memberikan tes yang sesuai
dengan materi pelajaran yang telah disajikan.
d. Keunggulan dan Kelemahan Metode

Ekspositori 1. Keunggulan

Metode

pembelajaran

ekspositori

merupakan

strategi

pembelajaran yang banyak dan sering digunakan. Hal ini disebabkan
strategi ini memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:
a. Dengan metode pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol
urutan dan keluasan materi pemblajaran, dengan demikian ia dapat

mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran
yang disampaikan.
b. Metode pembelajaran ekspositori dianggap sangat epektif apabila
materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara
itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
c. Melalui metode pembelajaran ekspositori siswa dapat mendengar
melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga
sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui
pelaksanaan demonstrasi).
d. Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan
untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang benar.
2. kelemahan
Disamping memiliki keunggulan, metode ekpositori juga
memiliki kelemahan, diantaranya:
a. Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan
terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan
menyimak secara baik. Untuk siswa yang tidak memiliki
kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi yang lain.

b. Metode ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap
individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan,
minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.
c. Karena metode lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka
akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal
kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan
berpikir kritis.
d. Keberhasilan metode pembelajaran ekspositori sangat tergantung
apa yang dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa
percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi, dan berbagai
kemampuan seperti kemampuan bertutur (bekomunikasi), da
kemampuan mengelola kelas. Tanpa itu sudah dapat dipastikan
proses pembelajaran tidak mungkin berhasil.
e. Oleh karena gaya komunikasi startegi pembelajaran lebih banyak
terjadi satu arah, maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman
siswa akan materi pembelajaran akan sangat terbatas pula.
Disamping itu, komunikasi satu arah bisa mengakibatkan
pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang
diberikan guru.
4. Pembelajaran Sosiologi

a. Pengertian sosiologi

Istilah sosiolgi pertama kali dikemukakan oleh ahli filsafat moralis,
dan sekaligus sosiolog berkebangsaan prancis, Auguste Comte, melalui
Cour de Philosophie Positive. Menurut Comte sosiologi berasal dari
kata latin socius yang artinya teman atau sesama dan logos dari kata

Yunani yang artinya cerita. Jadi pada awalnya, sosiologi berarti
bercerita tentang teman atau kawan (masyarakat).
Sebagai

sebuah

ilmu,

sosiologi

merupakan

pengetahuan

kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan
dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain atau umum. Berikut ini
definisi-definisi sosiologi yang dikemukakan berbagai ahli sebagai
berikut:
1. Pitirim Sorokin, mengatakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang
mempelajari:
a. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala
sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala agama, gejala keluarga,
dan gejala moral).
b. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan
gejala non sosial (gejala geografis, biologis).
c. Ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain.
2. Roucek dan Warren
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia
dan kelompok-kelompok.
3. William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkopf
Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial
dan hasilnya, yaitu organisasi sosial.
4. J.A.A. von Dorn C.J. Lammers
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan
proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.

5. Max Weber
Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakantindakan sosial.
6. Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi
Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari tentang
struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan sosial.
7. Soerjono Soekanto
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi
kemasyarakatan

yang

bersifat

umum

dan

berusaha

untuk

mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.
Dari beberapa definisi di atas dapat dirangkum bahwa sosiologi
adalah ilmu yang membicarakan apa yang sedang terjadi saat ini,
khususnya pola-pola hubungan dalam masyarakat, serta berusaha
mencari pengertian-pengertian umum, rasonal, dan empiris tentang
masyarakat. Rasional berarti apa yang dipelajari sosiologi selalu
berdasarkan penalaran dan empiris.
b. Ciri dan hakikat sosiologi
Sosiologi merupakan salah satu bidang ilmu sosial yang
mempelajari masyarakat. Sebagai ilmu pengetahuan, sosiologi memilki
ciri-ciri utama sebagai berikut:
1. Empiris, artinya ilmu pengetahuan tersebut didasarkan pada
observasi terhadap kenyataan dan akal sehat serta hasilnya tidak
bersifat spekulatif (menduga-duga).

2. Teoritis, artinya suatu ilmu pengetahuan yang selalu berusaha untuk
menyususn abstraksi dari hasil-hasil pengamatan. Abstraksi tersebut
merupakan kesimpulan logis yang bertujuan menjelaskan hubungan
sebab akibat sehingga menjadi teori.
3. Kumulatif, artinya disusun atas dasar teori-teori yang sudah ada, atau
memperbaiki, memperluas, serta memperkuat teori-teori yang lama.
4. Nonetis, artinya pembahasan atau masalah tidak mempersoalkan baik
atau buruk masalah tersebut, tetapi lebih bertujuan untuk
menjelaskan masalah tersebut secara mendalam.
Hakikat sosiologi sebagai ilmu pengetahuan antara lain sebagai
berikut:
1. Sosiologi adalah ilmu sosial, hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa
sosiologi

mempelajari

atau

hubungan

dengan

gejala-gejala

kemasyarakatan.
2. Dilihat dari segi penerapanya, sosiologi dapat digolongkan kedalam
ilmu pengetahuan murni (pure science) dan dapat pula menjadiilmu
terapan (applied science).
3. Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang abstrak dan bukan
pengetahuan konkret. Artinya, yang menjadi perhatian adalah bentuk
dan pola-pola peristiwa dalam masyarakat secara menyeluruh, bukan
hanya peristiwa itu sendiri.
4. Sosiologi bertujuan untuk menghasilkan pengertian-pengertian dan
pola-pola umum manusia dan masyarakatnya. Sosiologi meneliti dan

mencari apa yang menjadi prinsip dan hukum-hukum umum dari
interaksi manusia secara sifat, bentuk, isi, dan struktur masyarakat.
c. Objek sosiologi
Objek studi suatu ilmu dapat dipahami dari segi material maupun
segi formalnya (sudut pandang ilmu itu sendiri). Secara material, objek
studi sosiologi adalah manusia, baik sebagai individu maupun sebagai
bagian kelompok sosial. Sedangkan dari segi formal, sosiologi
memandang manusia sebagai perwujudan hubungan sosial antar
manusia serta proses timbal balik dari hubungan sosial dalam
masyarakat sehingga membentuk struksur sosial.

B. Kerangka pikir
Dalam proses pembelajaran, aktivitas dan hasil belajar merupakan
komponen yang sangat penting diketahui oleh guru, agar dapat mendesain
pembelajaran selanjutnya secara tepat dan benar. Hasil belajar yang dicapai
oleh siswa sangat bervariasi. Hal ini dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu
faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa atau faktor
lingkungan. Faktor dari dalam diri menyangkut cara atau kemampuan untuk
memahami suatu konsep yang berbeda. Sedangkan faktor dari luar dapar
berasal dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah atau kualitas pengajaran
yang dilakukan oleh guru.
Berhasilnya suatu proses belajar mengajar, dipengaruhi oleh metode ajar
yang digunakan guru. Dengan menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai

dengan kebutuhan peserta didik, maka siswa akan lebih mudah menerima dan
mengolah informasi yang disajikan.
Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap peserta didik memiliki kemampuan
yang berbeda-beda dalam menerima dan mengolah informasi yang
didapatkan, hal ini dipengaruhi oleh cara kerja otak mereka.
Keberhasilan pembelajaran merupakan hal utama yang didambakan
dalam pelaksanaan pendidikan. Agar pembelajaran berhasil guru harus
membimbing siswa, sehingga mereka dapat mengembangkan pengetahuannya
sesuai dengan struktur pengetahuan bidang studi yang dipelajarinya. Untuk
mencapai keberhasilan itu guru harus dapat memilih metode pembelajaran
yang tepat untuk dapat diterapkan dalam pembelajaran.

Landasan pemikiran tersebut di gambarkan seperti bagan di bawah ini.

Proses pembelajaran
sosiologi

Metode
pemebelajaran
ekspitori

Meningkatkan hasil belajar sosiologi melalui metode
penmbelajaran ekspositori



Perencanaan

Tindakan
Siklus 1 dan siklus 2

Refleksi

Observasi
Proses pembelajaran

Kegiatan belajar siswa dengan menggunakan
metode pembelajaran ekspositori

Meningkatkan hasil belajar
sosiologi

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, diharapkan model pendekatan
pembelajaran ekspositori dapat diterapkan pada mata pelajaran sosiologi.

C. Hipotesis
Jika metode ekspositori diterapkan pada siswa siswa kelas XI IPA 1
SMA Negeri 5 Banjarmasin, maka hasil belajar sosiologi meningkat.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang
melibatkan refleksi yang berulang, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, refleksi, dan
perencanaan ulang. Penelitian ini dilaksanakan 2 (dua) siklus, setiap siklus dilaksanakan
empat kali pertemuan.
Perencanaan
Refleksi

Siklus 1

Tindakan

Observasi
Perencanaan
Refleksi

Siklus 2

Tindakan

Observasi
?
Skema penelitian tindakan kelas
B. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Negeri 5 Banjarmasin pada semester
ganjil tahun pelajaran 2015/2016 selama dua bulan, dimulai pada bulan oktober sampai
desember 2015. Sebagai subjek penelitian adalah siswa SMA Negeri 5 Banjarmasin
kelas XI IPA 1 dengan jumlah siswa 37 orang yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 25
siswa perempuan.
Tabel I. Jumlah Subjek penelitian meningkatkan hasil belajar sosiologi di kelas XI IPA
1 SMA Negeri 5 Banjarmasin.

No
1.

Kelas
XI IPA 1

Laki-laki

Perempuan

12

Jumlah siswa

25

37

C. Faktor yang Diselidiki
Untuk mampu menjawab permasalahan tersebut di atas, beberapa faktor yang ingin
diselidiki adalah sebagai berikut:
1. Faktor proses, yaitu melihat kehadiran, serta bagaimana keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran melalui pendekatan metodei ekspositori.
2. Faktor hasil, yaitu bagaimana ketuntasan belajar sosiologi setelah dilaksanakan
pembelajaran melalui pendekatan pendekatan metode ekspositori.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam dalam 2 siklus. Prosedur penelitian yang
dilakukan terdiri atas empat tahap yang dilakukan dalam siklus berulang. Empat
kegiatan utama yang ada pada tiap siklus yaitu: (a) Perencanaan, (b) Tindakan, (c)
Observasi, dan (d) Refleksi. Prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1. Siklus I.
a. perencanaan

1) Menelaah kurikulum SMA dan sederajat kelas XI semester I mata pelajaran
Sosiologi
2) Memilih pokok bahasan
3) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
4) Membuat skenario pembelajaran untuk melaksanakan tindakan dengan
menerapkan pendekatan metode ekspositori.

5) Membuat instrument penelitian berupa hasil tes belajar untuk melakukan
evaluasi disetiap akhir siklus
6) Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi atau keadaan
siswa di kelas saat proses mengajar berlangsung selalu menggunakan
pendekatan metode ekspositori.
7) Menyediakan atau menyiapkan media/alat bantu yang akan digunakan dalam
pembelajaran
8) Membuat alat evaluasi berupa soal-soal yang disusun berdasarakan materimateri yang telah diajarkan.
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Mengidentifikasi kesiapan siswa untuk mengikuti mata pelajaran.
2) Membahas materi pelajaran melalui pendekatan metode ekspositori dengan cara:

a. Menentukan konsep-konsep yang perlu diajarkan
b.Mengenal dan memilih konteks yang sesuai dengan konsep.
c. Merumuskan menjadi masalah kontekstual.
3) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan masalah sesuai

dengan strategi yang ia ketahui baik secara perorangan maupun dengan kerja
kelompok.
4) Memberikan umpan balik positif terhadap tanggapan siswa dan menekankan

konsep dari materi yang diberikan.
5) Melakukan penugasan kepada siswa sesuai dengan bahan yang telah

dikembangkan baik secara individual maupun kelompok.
6) Dengan memberikan motivasi dan menciptakan interaksi yang harmonis antara

guru dan siswa. Siswa diarahkan untuk menyelesaikan masalah/soal.
7) Mencatat semua kejadian yang dianggap penting selama kegiatan proses belajar

mengajar berlangsung dalam lembar observasi.
8) Pada akhir siklus diberikan tes dari materi yang diajarkan.

c. Observasi dan evaluasi
Pada tahap observasi ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan
tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat serta
melaksanakan:
1) Siswa yang hadir
2) Banyaknya siswa yang memperhatikan penjelasan materi pelajaran
3) Siswa yang mengajukan pertanyaan dan tanggapan
4) Siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar
5) Siswa yang tampil menyelesaikan soal di papan tulis
6) Siswa yang aktif dalam kelompoknya
7) Banyaknya kelompok yang melakukan diskusi yang baik
8) Siswa yang membantu membimbing temannya
9) Siswa yang bertanya pada kelompok lain
10) Kelompok yang dapat menyelesaikan tugas atau soal dengan benar
11) Siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat proses pembelajaran
berlangsung.
d. Refleksi
Hasil yang dicapai pada tahap observasi dikumpulkan dan dianalisis. Refleksi
yang dimaksud adalah pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan siswa, dan
kemudian menjadi bahan pertimbangan untuk merumuskan rencana perbaikan pada
tahap selanjutnya.

2. Siklus II
Pada prinsipnya kegiatan dalam siklus II ini adalah pengulangan langkah kerja
siklus sebelumnya yang telah mengalami perbaikan dan pengembangan yang
disesuaikan dengan hasil refleksi dari siklus I. Kegiatan-kegiatan dalam siklus ini
dilakukan secara spiral yang memungkinkan terjadinya siklus-siklus yang lebih

kecil dimana tiap siklus kecil tersebut adalah perbaikan dari siklus sebelumnya.
Siklus kedua berlangsung selama 4 kali pertemuan, dengan rincian: pertemuan
pertama, kedua, dan ketiga penyajian materi, dan pada pertemuan keempat
dilakukan tes akhir siklus II serta pengisian angket tanggapan siswa.
E. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data penelitian ini, maka digunakan instrument penelitian
berupa tes hasil belajar Sosiologi, pedoman wawancara, dan angket.
Tes hasil belajar sosiologi siswa dibuat pada akhir setiap siklus untuk mengukur
sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan, Pedoman wawancara,
yakni sejumlah daftar pertanyaan dalam melakukan tanya jawab dengan informan untuk
mendapatkan keterangan yang dibutuhkan, dan angket digunakan untuk merekam situasi
proses pembelajaran di kelas, dan angket digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa
mengenai pelaksanaan tindakan.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penilitian ini adalah sebagai berikut:
a. Data mengenai keaktifan siswa mengikuti proses belajar mengajar diambil dengan
lembar observasi
b. Data mengenai tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran setelah diadakan
tindakan, diambil dengan menggunakan tes hasil belajar sosiologi pada setiap akhir
siklus
c. Data mengenai tanggapan siswa terhadap pelaksanaan tindakan yang digunakan,
diambil dengan menggunakan lembar observasi dan melalui tanggapan pada akhir
siklus II.
G. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Data
mengenai hasil belajar sosiologi siswa dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif

yang terdiri atas rataan (mean), rentang (range), median, standar deviasi, nilai maksimum,
dan nilai minimum yang diperoleh siswa pada tiap siklus. Sedangkan hasil observasi akan

dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan data kategori. Kriteria yang digunakan
untuk menentukan kategori keberhasilan dalam penilaian mengacu pada tekhnik kategori
nilai hasil belajar menurut Direktorat Jenderal Pendidikan.
Pada metode ekspositori dalam judul meningkatkan hasil belajar sosiologi melalui
metode ekspositori di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 5 Banjarmasin dikaitkan dengan
ketuntasan belajar siswa yang mendapatkan nilai rata-rata 80.31. dan kategori
keberhasilan 70-95 persen, maka metode ekspositori ini dapat berhasil efektif dari empar
kategori yang telah ditentukan diberi bobot nilai secara keseluruhan 100 masing-masing
kategori jawaban.
Prosedur dalam analisis kuantitatif ini menggunakan rumus sebagai berikut:
a. Skor siswa pada tes awal, siklus 1, dan siklus II dan tes akhir.
b. Tabulasi skor siswa pada tes awal, siklus I, siklus II dan tes akhir.
c. Kalkulasi presentase prestasi siswa dalam menemukan hasil belajar siswa.


Dasar dan Menengah (Muhammad Syakir, 2007:24) yaitu sebagai berikut
Nilai

Kategori

8,5 – 10

Sangat tinggi

6,5 – 8,4

Tinggi

5,5 – 6,4

Sedang

3,4 – 5,4

Rendah

0 – 3,4

Sangat rendah

H. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah

1. Apabila jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar mengalami peningkatan.
Berdasarkan ketentuan Depdiknas (Syakir, 2007:24), siswa dikatakan tuntas belajar
apabila memperoleh skor minimal 6.5 dari skor ideal 10
2. Apabila aktivitas siswa dalam pembelajaran minimal 75% yang diukur dengan
melihat lembar observasi siswa.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Pada bab ini akan d