T1__BAB III Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Problem Based Learning dan Permainan Lucky Wheel untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Kognitif IPA Kelas IX SMP Anak Terang Salatiga T1 BAB III

BAB III
Hasil dan Pembahasan
3.1 Hasil Penelitian
3.1.1 Hasil Belajar Kognitif
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan hasil belajar kognitif siswa
sebagai berikut :
100%

80%
60%

80

65%
40%

40%
20%

90,2


(B) 100
Rata-rata

Ketuntasan (%)

(A) 100%

75,3
65,3

60
40
20

0%

0
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3

Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3


Gambar 3.1 (A) Persentase Jumlah Siswa yang Memenuhi Nilai KKM 75, (B)
Rata-rata Hasil Belajar Kognitif Siswa.
Dari gambar 3.1 (A) dapat diketahui bahwa pembelajaran menggunakan
model Problem Based Learning dan permainan Lucky Wheel dapat
meningkatkan hasil belajar kognitif. Pada siklus 1, persentase jumlah siswa
yang memenuhi nilai KKM 75 hanya mencapai 40%, pada siklus 2 meningkat
menjadi 65%, dan siklus 3 mencapai 100%. Berdasarkan gambar 3.1 (B) terlihat
bahwa rata-rata hasil belajar kognitif siswa mengalami peningkatan yaitu pada
siklus 1 mencapai 65,3, kemudian meningkat pada siklus 2 hingga mencapai
75,3, dan pada siklus 3 mencapai 90,2.

100%
80%
60%
40%
20%
0%

71%


Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3

Keterlaksanaan
Pembelajaran (%)

Keterlaksanaan
Pembelajaran (%)

3.1.2 Hasil Lembar Observasi dan Angket Keterlaksanaan Model Problem Based
Learning dan Permainan Lucky Wheel
Berdasarkan hasil observasi dan hasil angket persepsi siswa terhadap
keterlaksanaan model Problem Based Learning dan permainan Lucky Wheel
didapatkan hasil sebagai berikut :
95%
100% 100%
(A) 120%
(B) 100%
100% 100%
80%

60%
40%
20%
0%
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3

11

Gambar 3.2 (A) Evaluasi Pembelajaran menggunakan Model Problem Based
Learning dan Permainan Lucky Wheel, (B) Persentase Jumlah Siswa yang
Memiliki Persepsi Minimal Baik terhadap Pembelajaran menggunakan Model
Problem Based Learning dan Permainan Lucky Wheel.
Gambar 3.2 (A) menunjukkan bahwa keterlaksanaan model Problem
Based Learning dan permainan Lucky Wheel mengalami peningkatan
berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada setiap siklus. Pada siklus 1
diketahui 29% indikator keterlaksanaan pembelajaran masih kurang, 62%
indikator pembelajaran terlaksana dengan baik dan 9% indikator pembelajaran
terlaksana dengan sangat baik. Kemudian pada siklus 2 terjadi peningkatan
keterlaksanaan pembelajaran yaitu 80% indikator pembelajaran terlaksana
dengan baik dan 20% indikator pembelajaran terlaksana dengan sangat baik.

Pada siklus 3 meningkat menjadi 49% pembelajaran terlaksana dengan baik
dan 51 % pembelajaran terlaksana dengan sangat baik. Gambar 3.2 (B),
berdasarkan angket yang diberikan pada setiap akhir siklus menunjukkan
peningkatan pada persepsi siswa terhadap pembelajaran menggunakan model
Problem Based Learning dan permainan Lucky Wheel. Persentase siswa yang
memiliki persepsi minimal baik terhadap pembelajaran pada siklus 1 sebesar
95% dengan rincian 85% siswa memiliki persepsi baik dan 10% siswa memilki
persepsi sangat baik, kemudian pada siklus 2 meningkat mencapai 100%
dengan rincian 80% siswa memiliki persepsi baik dan 20% siswa memiliki
persepsi sangat baik. Pada siklus 3, 100% siswa memiliki persepsi minimal baik
terhadap pembelajaran dengan rincian 75% siswa memiliki persepsi baik dan
25% siswa memiliki persepsi sangat baik.
3.1.3 Hasil Lembar Observasi dan Angket Motivasi Siswa
Motivasi Siswa (%)

80%
80%

60%
60%

40%
20%

(B) 100%
Motivasi Siswa (%)

100%

(A) 100%

85%

90%

100%

80%
60%
40%
20%

0%

0%
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3

Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3

Gambar 3.3 (A) Persentase Jumlah Siswa yang Memiliki Motivasi Minimal Baik
berdasarkan Hasil Observasi, (B) Persentase Jumlah Siswa yang Memiliki
Persepsi Minimal Baik terhadap Motivasi Belajar.

12

Gambar 3.3 (A) menunjukkan peningkatan persentase siswa yang
memiliki motivasi belajar minimal baik berdasarkan hasil lembar observasi.
Pada siklus 1 terdapat 60% siswa yang memiliki motivasi belajar baik,
kemudian pada siklus 2 meningkat hingga 80% dengan rincian 65% siswa
memiliki motivasi baik dan 15% siswa memiliki motivasi sangat baik. Pada
akhir siklus 3 motivasi belajar siswa dapat mencapai 100% dengan rincian 60%
siswa memiliki motivasi baik dan 40% siswa memiliki motivasi sangat baik.

Gambar 3.3 (B) menunjukkan peningkatan persentase siswa yang memiliki
persepsi minimal baik terhadap motivasi belajar melalui angket yang diberikan
pada setiap akhir siklus. Pada siklus 1 sebanyak 85% siswa memiliki persepsi
minimal baik terhadap motivasi belajarnya dengan rincian 75% siswa memiliki
persepsi baik dan 10% siswa memiliki persepsi sangat baik, kemudian pada
siklus 2 meningkat menjadi 90% dengan rincian 75% siswa memiliki persepsi
baik dan 15% siswa memiliki persepsi sangat baik terhadap motivasi
belajarnya. Pada akhir siklus 3, 100% siswa memiliki persepsi minimal baik
terhadap motivasi belajarnya dengan rincian 85% siswa memiliki persepsi baik
dan 15% siswa memiliki persepsi sangat baik.
3.2 Pembahasan
3.2.1 Peningkatan hasil belajar kognitif melalui model problem based learning dan
permainan lucky wheel
Berdasarkan gambar 3.1 (A) dan 3.1 (B) diketahui bahwa penerapan
model Problem Based Learning dan permainan Lucky Wheel mampu
meningkatkan hasil belajar kognitif siswa kelas IX SMP Anak Terang Salatiga.
Melalui penerapan model Problem Based Learning dan permainan Lucky
Wheel pada pokok bahasan materi genetik dan hukum Mendel I pada siklus 1,
diperoleh data hanya 40% siswa yang mampu mencapai nilai KKM 75 dengan
rata-rata 65,3. Pada pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1 ini masih

terdapat kekurangan yaitu siswa belum terbiasa dengan penerapan model
Problem Based Learning dan permainan Lucky Wheel.
Pada tahap orientasi siswa pada masalah, siswa tidak memperhatikan
guru ketika guru menyampaikan tujuan pembelajaran sehingga siswa kurang
memahami tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Pada tahap ini, guru
sudah menyajikan masalah dan siswa telah memperhatikan penjelasan guru
mengenai masalah tersebut. Namun, pemilihan masalah kurang dikaitkan
dengan kehidupan sehari-hari sehingga membuat siswa kurang tertarik pada
pembelajaran yang dilakukan.
Pada tahap mengorganisasi siswa untuk belajar, guru membagi siswa
menjadi 4 kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang
13

siswa. Berdasarkan hasil observasi, jumlah anggota kelompok tersebut terlalu
banyak sehingga menyebabkan beberapa siswa tidak mengerjakan LKS. Selain
itu, pada tahap ini guru belum memberikan waktu yang cukup kepada siswa
untuk membaca LKS dan bahan bacaan yang diberikan guru sehingga
beberapa siswa tidak mengerti apa yang harus dikerjakan.
Pada tahap membimbing penyelidikan individual maupun kelompok,
siswa kurang diarahkan untuk mencari sumber-sumber belajar, serta media

kancing yang digunakan dalam pembelajaran kurang tepat sehingga membuat
siswa kesulitan untuk menentukan genotip dan fenotip pada persilangan
monohibrid. Hal ini disebabkan karena di awal kegiatan pada siklus 1, siswa
kurang mendapat penjelasan mengenai makna penggunaan media kancing
tersebut sehingga hanya beberapa siswa yang mampu memecahkan masalah,
sementara siswa yang lain hanya mencontek pekerjaan teman kelompoknya.
Selanjutnya, pada tahap mengembangkan dan menyajikan hasil karya,
siswa telah dibimbing dan diarahkan dengan baik untuk menyajikan hasil
karyanya, namun di akhir pembelajaran hanya beberapa siswa saja yang
mampu merefleksikan dan mengevaluasi hasil dari pemecahan masalah yang
telah dilakukan. Penerapan permainan Lucky Wheel pada siklus 1 ini belum
maksimal karena siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami materi
dan belum semua siswa mempersiapkan diri untuk mengikuti permainan
tersebut sehingga hanya 30% siswa yang mampu menjawab pertanyaan
dengan benar.
Pada siklus 2, terjadi peningkatan persentase siswa yang mencapai nilai
KKM 75 yaitu pada pokok bahasan hukum Mendel II. Persentase ketuntasan
siswa meningkat menjadi 65% dengan rata-rata 75,3. Di siklus 2 ini, tahap
orientasi siswa pada masalah terlaksana dengan baik karena masalah yang
disajikan sudah dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari yaitu penurunan sifat

berupa bentuk rambut dan warna kulit sehingga membuat siswa lebih tertarik
dengan pembelajaran. Pembelajaran menggunakan model Problem Based
Learning diawali dengan masalah yang autentik dan bermakna, melalui
masalah yang disajikan, siswa didorong untuk melakukan penyelidikan dan
menemukan pemecahan masalah (Susilo,2012).
Pada tahap selanjutnya yaitu tahap mengorganisasi siswa untuk belajar,
siswa dibagi ke dalam kelompok yang lebih kecil yaitu menjadi 7 kelompok
sehingga masing-masing kelompok hanya beranggotakan 2-3 orang siswa.
Melalui pembagian kelompok seperti ini, pembelajaran berjalan dengan lebih
baik. Di siklus 2 ini siswa sudah diberikan waktu untuk membaca LKS sebelum
mengerjakannya sehingga jumlah siswa yang bertanya mengenai tugas yang
harus dikerjakan berkurang.
14

Pada tahap membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, guru
tidak lagi menggunakan media kancing namun siswa lebih didorong untuk
memanfaatkan sumber-sumber belajar sehingga terjadi peningkatan
penggunaan sumber belajar, hal ini dilihat dari beberapa siswa sudah
membawa laptop dan mencari informasi dari internet maupun buku. Menurut
Sanjaya (2008) model Problem Based Learning ini siswa diberikan kesempatan
untuk mengekplorasi, mengumpulkan, dan menganalisis data sehingga dapat
mendorong siswa untuk berpikir dan menemukan pemecahan masalah
(Susilo,2012). Pada siklus 2 ini, siswa sudah mampu mengidentifikasi masalah
dan memecahkannya, meskipun demikian, belum semua siswa terlihat aktif
menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru. Siswa yang memiliki
kemampuan rendah hanya menempel kertas dan siswa yang memiliki
kemampuan tinggi memecahkan masalah yang disajikan di LKS. Seharusnya
siswa memecahkan masalah bersama-sama dengan kelompoknya melalui
kegiatan diskusi terlebih dahulu, kemudian menyiapkan hasil karya sehingga
siswa yang memiliki kemampuan rendah juga dapat mengembangkan
kemampuan berpikirnya dan terlibat aktif dalam memecahkan masalah.
Melalui kegiatan diskusi, siswa bekerjasama dengan teman kelompoknya
untuk menganalisis masalah dan mengumpulkan informasi (Simone,2014).
Menurut Nurhadi dan Senduk (2003), model Problem Based Learning mampu
mendorong siswa untuk mendapatkan pengetahuan dan konsep esensial dari
materi pelajaran (Atmojo,2012).
Pada tahap mengembangkan dan menyajikan hasil karya, beberapa siswa
tidak memperhatikan ketika siswa lain melakukan presentasi. Hal ini
disebabkan karena semua kelompok mengerjakan topik yang sama, akibatnya,
kelas menjadi gaduh. Pada tahap refleksi dan evaluasi, guru sudah
membimbing siswa untuk merefleksikan dan mengevaluasi hasil karyanya
sehingga siswa terllihat aktif dalam menyampaikan pendapatnya mengenai
pemecahan masalah yang telah dikerjakan.
Permainan Lucky Wheel pada siklus 2 terlaksana dengan lebih baik, hal ini
terlihat dari aktivitas guru yang mendorong siswa untuk mempelajari lagi
materi yang telah diajarkan di sekolah sehingga terjadi peningkatan
persentase jumlah siswa yang mampu menjawab pertanyaan pada permainan
Lucky Wheel yaitu sebanyak 65%. Pada saat mengikuti permainan siswa
tampak antusias. Namun di akhir permainan, beberapa siswa yang telah
mendapat giliran menjawab, tidak fokus dan berbicara dengan teman
disampingnya, hal ini disebabkan karena permainan Lucky Wheel dilaksanakan
pada jam pelajaran terakhir dimana siswa sudah merasa lelah setelah seharian
mengikuti pembelajaran.
15

Berdasarkan hasil uji t dari hasil belajar kognitif siswa pada siklus 3
didapatkan t hitung sebesar 2,496 dan t tabel sebesar 1,729 dengan nilai
signifikansi 0,022 pada tingkat kepercayaan 5%. Melalui hasil analisis tersebut
dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan hasil belajar kognitif siswa secara
signifikan, yaitu pada pokok bahasan pewarisan sifat pada manusia dimana
100% siswa mampu mencapai nilai KKM 75 dengan rata-rata 90,2. Dari hasil
observasi, diketahui bahwa pada siklus 3 ini, siswa mulai terbiasa dengan
model Problem Based Learning dan permainan Lucky Wheel sehingga
pembelajaran terlaksana dengan baik. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Ni Nyoman Sri Lestari, prestasi belajar siswa lebih baik setelah dilakukan
pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning jika dibandingkan
dengan model pembelajaran secara konvensional (Lestari, 2015).
Pada tahap awal pembelajaran yaitu tahap orientasi siswa pada masalah,
guru telah mendorong siswa untuk fokus terhadap pembelajaran sehingga
siswa terlihat memperhatikan penjelasan guru mengenai tujuan pembelajaran
dan pemberian masalah. Melalui perbaikan tersebut, siswa tidak lagi bertanya
mengenai apa yang harus dikerjakan tetapi siswa langsung mengerjakan LKS
yang diberikan.
Pada tahap mengorganisasi siswa untuk belajar, siswa sudah dibagi
menjadi 6 kelompok, sehingga masing-masing kelompok beranggotakan 3-4
orang siswa. Jumlah kelompok ini didasarkan pada jumlah topik masalah yang
harus diselesaikan siswa, sehingga topik untuk tiap kelompok berbeda satu
sama lain. Hal tersebut mampu mendorong siswa untuk saling bekerjasama
dalam memecahkan masalah dan mendorong siswa untuk memperhatikan
presentasi kelompok lain pada tahap penyajian hasil karya.
Penggunaan sumber belajar sudah sangat dimanfaatkan siswa, hal ini
dilihat dari aktivitas siswa dimana siswa telah menggunakan internet, buku,
maupun bahan bacaan tanpa perintah dari guru sehingga pada siklus 3 ini,
guru hanya mengecek apakah siswa sudah memecahkan masalah dengan baik
atau tidak. Hal tersebut menunjukkan bahwa tahap membimbing siswa
penyelidikan individual maupun kelompok sudah terlaksana dengan baik.
Pada siklus 3 ini siswa telah memecahkan masalah, mampu menyajikan
hasil karya, menganalisis, dan mengevaluasi pemecahan masalah dengan baik.
Menurut Howard Barrows dan Kelson, Problem Based Learning merupakan
pembelajaran yang dirancang dengan masalah-masalah yang dapat menuntut
siswa untuk mendapatkan pengetahuan, mendorong siswa memecahkan
masalah, bekerjasama dalam kelompok, dan menentukan strategi belajar
(Wahhab,2012). Hal ini didukung pula dengan penelitian yang dilakukan oleh
Dedy Hamdani, Dio Aru Prasetya, dan Connie yang menyatakan bahwa
16

pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning dapat mendorong
siswa untuk berpikir secara aktif, berkomunikasi, mencari dan mengolah data,
serta membuat kesimpulan, bukan sekedar mendengarkan, mencatat, dan
menghafal materi (Hamdani.dkk,2015). Berdasarkan hasil penelitian dapat
diketahui bahwa peningkatan hasil belajar kognitif siswa kelas IX SMP Anak
Terang Salatiga pada siklus 3 ini juga didukung dengan penerapan permainan
Lucky Wheel. Pada siklus ini, siswa tampak bersemangat dalam mengikuti
permainan serta siswa sudah mempersiapkan diri dengan lebih baik sehingga
75% siswa dapat menjawab pertanyaan dengan tepat. Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Fiki Munazar, Thamrin Kamaruddin, dan Amsal Amri
(2016) menunjukkan bahwa strategi roda keberuntungan (Lucky Wheel)
mampu membuat siswa tertarik untuk mengikuti pembelajaran sehingga
dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi (Munazar,2016).
Melalui strategi roda keberuntungan (Lucky Wheel) ini, siswa dituntut untuk
mandiri, bekerjasama, serta berbagi ilmu antara siswa yang memiliki
kemampuan tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan yang rendah
(Silvia,2012).
3.2.2 Peningkatan Motivasi Belajar Melalui Model Problem Based Learning dan
Permainan Lucky Wheel
Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan
persentase siswa yang memiliki motivasi belajar minimal baik setelah
diterapkannya model Problem Based Learning dan permainan Lucky Wheel.
Pada siklus 1, siswa yang memiliki motivasi belajar minimal baik sebanyak 12
orang siswa atau sebesar 60%. Sementara itu, dari hasil angket motivasi yang
diisi siswa di setiap akhir siklus dapat diketahui bahwa 85% siswa memiliki
persepsi minimal baik terhadap motivasi belajarnya. Dari hasil observasi pada
siklus 1, siswa terlihat bersemangat ketika mengikuti pembelajaran. Meskipun
demikian, motivasi siswa belum mencapai target yang diharapkan. Beberapa
siswa masih tampak bosan dan kurang bersemangat, serta tidak
memperhatikan penjelasan guru. Menurut hasil angket motivasi pada siklus 1
diketahui bahwa 25% siswa merasa pembelajaran menggunakan model
Problem Based Learning belum membuat siswa bersemangat karena siswa
belum terbiasa dengan pembelajaran menggunakan model Problem Based
Learning dan permainan Lucky Wheel. Hal ini dilihat dari hasil observasi yang
menunjukkan bahwa hanya beberapa siswa saja yang berusaha aktif
menjawab pertanyaan yang diajukan guru atas kemauannya sendiri sementara
siswa lain menjawab hanya ketika ditunjuk oleh guru, terutama pada siswa
yang memiliki kemampuan rendah. Pada pelaksanaan pembelajaran pada
17

siklus 1 ini siswa tampak aktif bertanya, namun hal ini disebabkan karena
siswa kurang memahami kegiatan yang harus dikerjakan. Pada saat dilakukan
permainan Lucky Wheel hanya beberapa siswa yang terlihat bersemangat
menjawab pertanyaan dan merasa senang ketika mendapatkan hadiah dari
guru. Hal ini dikarenakan siswa baru pertama kali mengikuti permainan Lucky
Wheel dan siswa belum mempersiapkan diri dengan baik.
Melalui perbaikan yang dilakukan pada siklus 2, motivasi siswa meningkat
yaitu 80% siswa memiliki motivasi belajar minimal baik. Berdasarkan hasil
angket persepsi siswa terhadap motivasi belajarnya dapat diketahui bahwa
90% siswa memiliki persepsi minimal baik terhadap motivasi belajarnya. Dari
hasil observasi diketahui bahwa jumlah siswa yang memberikan persepsi
bosan dengan pembelajaran di kelas berkurang. Hal ini juga didukung dengan
hasil angket motivasi siswa dimana hanya 2 orang siswa yang mengatakan
bahwa pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning belum
membuat siswa bersemangat. Pada siklus 2 ini, jumlah siswa yang aktif untuk
menjawab pertanyaan semakin meningkat, hal ini berdasarkan hasil observasi
dimana hanya 6 orang siswa yang belum berusaha aktif untuk menjawab
pertanyaan guru. Pada kegiatan diskusi, guru membagi siswa ke dalam 7
kelompok sehingga jumlah anggota kelompok menjadi lebih sedikit, hal ini
membuat siswa lebih antusias dan terdorong untuk ikut mengerjakan tugas
yang diberikan dalam kelompoknya. Pada pembelajaran di siklus 2 ini, jumlah
siswa yang bertanya mengenai kegiatan yang harus dikerjakan berkurang
tetapi beberapa siswa lebih bertanya mengenai hasil diskusi mengenai
pemecahan masalah. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lia Lestari dan
Sutama (2013) juga menunjukkan bahwa model Problem Based Learning
mampu meningkatkan motivasi belajar siswa. Melalui model pembelajaran
tersebut, siswa lebih antusias untuk menjawab pertanyaan, bertanya, dan
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Penerapan model Problem Based
Learning membuat siswa lebih aktif dan bersemangat sehingga motivasi
belajar siswa pun meningkat (Lestari,2013). Pada saat dilakukan permainan
Lucky Wheel, siswa bersemangat untuk mengikuti. Dari hasil observasi, siswa
tampak berusaha untuk aktif menjawab pertanyaan dengan benar dan
bersemangat dengan memberikan dukungan kepada anggota kelompoknya
yang sedang menjawab pertanyaan. Namun, masih terdapat beberapa siswa
yang tidak memperhatikan teman-temannya yang sedang menjawab
pertanyaan, karena siswa tersebut merasa lelah dan bosan serta disebabkan
karena permainan Lucky Wheel dilakukan pada jam pelajaran terakhir.
Berdasarkan lembar observasi dan angket motivasi siswa pada siklus 3
dapat diketahui bahwa 100% siswa memiliki motivasi minimal baik. Pada siklus
18

ini, seluruh siswa tampak antusias dalam mengikuti pembelajaran, hal ini
ditunjukkan berdasarkan hasil observasi dimana siswa fokus mengerjakan LKS
dan saling bekerjasama antar anggota kelompok pada saat siswa melakukan
diskusi kelompok. Pada siklus 3 ini, siswa langsung mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru dan siswa hanya bertanya mengenai hasil pemecahan
masalah yang telah didiskusikan bersama dengan kelompoknya. Berdasarkan
hasil angket motivasi siswa diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah siswa
mengatakan bahwa pembelajaran menggunakan model Problem Based
Learning dan permainan Lucky Wheel membuat siswa bersemangat dimana
90% siswa mengatakan bahwa model Problem Based Learning membuat siswa
bersemangat dan 85% siswa mengatakan bahwa permainan Lucky Wheel
membuat siswa bersemangat. Menurut Rogal dan Snides serta Park yang
menyatakan bahwa model Problem Based Learning mendorong siswa untuk
aktif dalam mengembangkan dan mendapatkan pengetahuan melalui masalah
yang mampu meningkatkan motivasi dan membuat pembelajaran menjadi
lebih menarik (Lestari,2015). Hal ini didukung pula melalui pernyataan Sobur
(2003) yang menyatakan bahwa pembelajaran menggunakan model Problem
Based Learning dapat membuat siswa termotivasi karena siswa langsung
dihadapkan pada permasalahan yang nyata sehingga siswa cenderung aktif
ketika mengikuti pembelajaran (Anila,2015)
Berdasarkan hasil observasi pada ketiga siklus, diketahui bahwa siswa
tampak senang ketika berhasil menjawab pertanyaan pada saat mengikuti
permainan Lucky Wheel. Permainan Lucky Wheel ini menuntut siswa untuk
aktif dan selalu siap untuk menjawab pertanyaan (Rahmi,2012). Ketika siswa
mampu menjawab dengan tepat, maka siswa akan mendapatkan pujian atau
hadiah. Menurut Syah pemberian pujian dan hadiah merupakan suatu bentuk
motivasi ekstrinsik yang dapat mendorong siswa untuk belajar (Silvia,2012).

19

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

AN ANALYSIS OF GRAMMATICAL ERRORS IN WRITING DESCRIPTIVE PARAGRAPH MADE BY THE SECOND YEAR STUDENTS OF SMP MUHAMMADIYAH 06 DAU MALANG

44 306 18

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24