Militer masih tetap penting ketika ancam

Nama

: Lathifa Rulia Sadiyyah

NIM

:11141130000077

Kelas

: HI 4C

Judul

: Militer masih tetap penting ketika ancaman tidak lagi dalam bentuk militer

Pertanyaan

: Apakah militer masih tetap penting ketika ancaman tidak lagi dalam bentuk

militer?


Sinopsis
Pemikiran

ancaman kontemporer maupun tradisional tidak hanya berpaku pada

ancaman militer, melainkan non militer. Memahami strategi untuk mengatasi ancaman non
militer ini penting demi berlangsungnya negara.
Penjelasan
Militer identik dengan pertahanan sebuah negara. Pertahanan sebuah negara akan
semakin kuat apabila militernya semakin kuat. Dalam perkembangan global, negara semakin
merasa terpojok untuk selalu meningkatkan kapabilitas powernya melalui militer. Militer
dirangkai tidak hanya untuk menghadapi peperangan saat itu juga namun untuk
mempersiapkan perang yang akan datang.
Perang yang akan datang bermula dari ancaman. Ancaman adalah segala sesuatu yang
berpotensi merusak atau membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan
keselamatan bangsa baik dari dalam ataupun dari luar. Ancaman dikategorikan menjadi dua.
Pertama, ancaman militer dan kedua ancaman non militer. Ancaman militer adalah ancaman
yang menggunakan kekuatan bersenjata yang terorganisasi yang dinilai mempunyai
kemampuan yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan

keselamatan segenap bangsa.1 Ancaman non militer disebut juga ancaman nirmiliter dan
dalam kata lain juga disebut sebagai Non-Traditional Security (NTS).
Ancaman militer meliputi agresi oleh negara lain, pelanggaran wilayah, spionase,
sabotase, aksi teror bersenjata, pemberontakan bersenjata, dan perang saudara. Ancaman non
militer kontemporer digagas oleh Thomas dan Mathews. Mereka menyatakan bahwa
ancaman tidaklah hanya dimensi militer melainkan dalam segala dimensi yang menentukan
eksistensi negara seperti keamanaan ekonomi (economic security), keamanaan lingkungan
(enviroment security), keamaanan pangan (food security), dan keamanaan energi (energy
1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara

security)2. Sementara, dalam NTS meliputi ancaman perubahan iklim, kelangkaan sumber
daya, migrasi besar-besaran, penyakit menular, penyelundupan manusia, kejahatan
transnasional, dan lain-lain.
Secara garis besar dimensi ancaman non militer kontemporer dan tradisional tidak
jauh berbeda. Suatu hal yang menjadi pembahasan adalah apakah militer masih dibutuhkan
apabila yang terjadi adalah ancaman non militer. Dalam menjawab ancaman tersebut
dibutuhkan instrumen yang efektif, efisien, dan tidak menimbulkan peningkatan ancaman lain
seperti dislokasi sosial, ekonomi, politik, ideologi.
Militer akan selalu berelasi dengan ancaman non militer karena ancaman non militer
juga berpotensi menimbulkan kekacauan dan perang. Walaupun perang yang terjadi di masa

datang akan atau perang yang disebabkan ancaman militer akan berbeda. Perang akan terjadi
sangat terbatas, waktu lebih singkat, dan menggunakan teknologi yang tinggi. Sebagai contoh
ancaman ekonomi skala internasional yang dihadapkan negara dapat berupa mempertahankan
hegemon melaui ekonomi, daya saing rendah, depedensi dengan negara lain, dan tidak siap
menghadapi globalisasi.3
Ancaman ekonomi internasional yang dapat dijadikan studi kasus adalah
perkembangan ekonomi Tiongkok semakin hari semakin meningkat dan berpotensi menjadi
negara hegemon melaui ekonomi secara regional. Tiongkok memutuskan untuk meluncurkan
The Asia Infrastructure Invesment Bank (AIIB) dengan modal awal $50 Miliar. Bahkan, AIIB
ini muncul setelah sekitar tahun 2014 sekolompok negara mendirikan Bank pembangunan
BRICS ( Brazil, Russia, India, China, Afrika Selatan). 4 Hal tersebut mengacam Amerika
Serikat yang tampil sebagai kekuatan hegemon melalui ekonomi sejak lama. Selama untuk
mempertahankan hegemon melalui ekonomi tersebut Amerika Serikat memiliki dua cara,
militer dan dolar.
Sebelum ancaman Tiongkok ini Amerika Serikat juga kerap menghadapi pemerintah
yang bersikeras memotong dominansi dolar. Saddam Husain Presiden Irak adalah penggerak
pertama penggantian dolar menjadi euro. Kebijakan tersebut teryata menghasilkan ketepatan
yang nyata. Pada tahun 2002 dolar terdepresiasi 15% terhadap euro 5. Maka banyak keinginan

2 Mathews, Jessica Tuchman. 1997 Redefining Security, Foreign Affairs 50-66

3 Baldwin, david. 1997. The Concept of Security. Page 17-20
4 http://jakartagreater.com/cina-sedang-membunuh-dominasi-amerika-serikat/ Diakses pada 7 Mei 20.00
5 http://www.suaramerdeka.com/harian/0304/05/eko2.htm Diakses pada 7 Mei 21.00

yang terus tergulir oleh negara lain. Melihat hal pembangkangan Saddam Husain membayar
dengan kepalanya kepada militer Amerika Serikat.
Kebijakan Amerika Serikat pada ancaman sebelumnya pada Irak dapat dibilang
berhasil. Namun, dalam menghadapi ancaman Tiongkok perlu dibedakan. Alasannya
ancaman ini terlihat seperti ancaman banyak negara kepada satu negara yaitu Amerika
Serikat. Maka kekuatan militer negara-negara yang mendukung Tiongkok dapat disatukan
hingga mengalahkan militer Amerika Serikat. Perlu diketahui ditengah gelombang
interdepedensi antarbangsa, suatu negara

tidak bisa mengamankan dirinya dengan

mengancam orang lain. Upaya keamaanan bergeser dari “security against” menjadi “security
with”.6
Strategi yang dikeluarkan Amerika Serikat harus benar-benar dikalkulasikan dengan
baik. Peningkatan militer adalah salah satu instrumen jika Amerika Serikat ingin tetap
menjadi hegemon. Selain militer, pemerintah juga instrumen penting. Peran pemerintah

adalah bertanggung jawab penuh atas kebijakan yang akan direncanakan sedangkan peran
militer adalah bertanggung jawab melancarkan segala sesuatu yang berkaitan dengan operasi
dan pertahanan. Namun, berkaitan dengan konsep “security with” tentu langkah tersebut
bertolak belakang, dan kemungkinan Amerika Serikat tidak dapat mengatasi ancaman
tersebut. Semua bergantung kepada kekuatan militernya kembali.
Contoh kasus ancaman non militer yang lain adalah kemanaan pangan (food
security). Bertambahnya populasi dunia akan terus berdampak pada sumber daya terutama
pangan. Selain itu lingkungan yang semakin memburuk juga mengurangi ketersediaan ini.
Mungkin sekarang ini banyak yang mencari jalan keluar atas ancaman ini. Dalam Forum
Science, Technology and Innovation for Sustainable Development 11-15 June Rio de Jeneiro
merangkai berbagai langkah rekomendasi. Salah satunya keamanan pangan dan pertanian
berkelanjutan harus diintegrasikan ke dalam global dan nasional. Kebijakan yang dibuat
harus selaras dengan pertumbuhan hijau, menangani aspek adaptasi iklim dan mitigasi
pertanian.7

6 Anggoro, kusnanto. Keamanaan Nasional, Pertahanan Negara, dan Ketertiban Umum. Seminar
pembangunan nasional vii 2003. Page 8
7 Co-convenors’ Recomendations and Summaries “Forum Science, Technology and Innovation for Sustainable
Development 11-15 June Rio de Jeneiro” Page 1-3


Dari contoh diatas berarti tidak ada peran militer menghadapi ancaman tersebut.
Tidak ada bukan bearti tidak penting. Bagaimana jika ancaman ini terus berkelanjutan
meskipun sejumlah langkah non militer dijalankan. Negara-negara akan mengalami
kegelisahan karena pangan tidak lagi didapatkan. Terpaksa atau tidak, akan ada negara yang
menyerang negara lain untuk mendapatkan bahan pangan di negara tersebut. Untuk
menyerang dibutuhkan kekuatan militer yang besar untuk mengokupasiya. Maka jawaban
tetap berujung kepada militer. Militer akan selalu penting walaupun ancaman yang
dihadapkan bukanlah ancaman militer.
Pertanyaan lain muncul, lalu bagaimana dengan ancaman non militer yang
diakibatkan bencana alam. Apakah bencana alam yang terjadi secara alami diciptakan oleh
Tuhan dapat ditangani. Apakah perlu militer turun tangan menghadapinya. Jawabannya
adalah bahwa militer dapat turut serta menanggulangi peristiwa tersebut. Direktur Jenderal
Potensi Pertahanan Kementrian Pertahanan, Pos M Hutabarat mengatakan "Jadi terjadi
bencana tsunami, banjir, bahkan bencana sosial, juga menjadi bagian tugas militer untuk
menanganinya oleh karena itu,

dalam kurikulum pendidikan akademi militer saat ini

sebanyak 30 persen diisi dengan kegiatan non militer yang mencakup nilai utama”. Seperti,
kegiatan sosial kemasyarakatan atau pendidikan karakter.8

Kesimpulan
Perang diawali oleh datangnya ancaman, baik ancaman militer maupun ancaman non militer.
Pada dasarnya ancaman non militer yang dikonsepkan para tokoh kontemporer maupun
tradisional adalah sama. Walaupun ancaman tersebut berupa ancaman non militer, namun
upaya mengatasinya selalu melibatkan militer karena ancaman tersebut berujung kepada
keamanan nasional maupun internasional.

8 http://nasional.sindonews.com/read/719393/14/ancaman-non-militer-perlu-diwaspadai-1361270436
Diakses 9 Mei 05.00