KOMUNIKASI III HISTORY TAKING -- ANAMNESIS

LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIS

  Buku Pedoman Keterampilan Klinis KOMUNIKASI III HISTORY TAKING -- ANAMNESIS Untuk Semester 2 FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2017

  Buku Pedoman Keterampilan Klinis KOMUNIKASI III HISTORY TAKING -- ANAMNESIS Untuk Semester 2

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

  

2017

TIM PENYUSUN

  Ketua : Wachid Putranto* Anggota : Dhani Redhono* Veronika Ika Budiastuti

  # Arsita Eka Prasetyawati

  ^ Suyatmi

  $ Heni Hastuti

  &

  • *Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta/RSUD dr

    Moewardi Surakarta, #

  Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, ^

  $ Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta,

Bagian IKM Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta,

  

&

Bagian Skills Lab Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

KATA PENGANTAR

  Penulis mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena dengan bimbingan-Nya pada akhirnya kami dapat menyelesaikan penyusunan Buku Pedoman Keterampilan Klinis komunikasi III History taking - anamnesisbagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Semester 2 ini. Buku Pedoman

  Problem Based Keterampilan Klinisini disusun sebagai salah satu penunjang pelaksanaan Learning di FK UNS.

  Perubahan paradigma pendidikan kedokteran serta berkembangnya teknologi kedokteran dan meningkatnya kebutuhan masyarakat menyebabkan perlunya dilakukan perubahan dalam kurikulum pendidikan dokter khususnya kedokteran dasar di Indonesia. Seorang dokter umum dituntut untuk tidak hanya menguasai teori kedokteran, tetapi juga dituntut terampil dalam mempraktekkan teori yang diterimanya termasuk dalam melakukan Pemeriksaan Fisik yang benar pada pasiennya.

  Dengan disusunnya buku ini penulis berharap mahasiswa kedokteran lebih mudah dalam mempelajari dan memahami Keterampilan Klinis komunikasi III History taking - anamnesis yang benar, sehingga mampu melakukan diagnosis dan terapi pada pasien dengan baik.

  Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan buku ini. Penulis menyadari bahwa buku ini masih banyak kekurangannya, sehingga Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan dalam penyusunan buku ini.

  Terima kasih dan selamat belajar.

  Surakarta, Desember 2017 Tim penyusun

  

DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................................

  Tim Penyusun .......................................................................................................

  2

  3 Kata Pengantar ......................................................................................................

  4 Daftar Isi ...............................................................................................................

  Abstrak....................................................................................................................

  5

  6 Tata Tertib..............................................................................................................

  Panduan Mahasiswa Belajar Di SkillsLab...................................................................

  7

  8 Komunikasi III History Taking....... ..............................................................................

  10

  

ABSTRAK

Skillslab keterampilan klinis history taking - anamnesisadalahsatuanwaktubelajar

yang bertujuanuntukmembahastentangpraktik struktur komunikasi dokter-pasien yang terdiri

dari empat pilar dan secret seven.Teknis pembelajaran dalam Skillslab keterampilan klinis

history taking - anamnesisdilangsungkan dengan metode kuliah pengantar, terbimbing,

responsi, inhal, dan osce. Untuk setiap kegiatan dilakukan dalam waktu 100menit. Dan dalam

Penilaian dilakukan pada waktu dilaksanakan osce di akhir semester 2.

  

TATA TERTIB SKILLS LAB

Sesuai dengan peraturan yang ada di skillslab.

  Surakarta, Januari 2017 Pengelola Skills Lab

  

PANDUAN MAHASISWA BELAJAR DI SKILLS LAB

Keterampilanklinisperludilatihkansejakawalhinggaakhirpendidikan dokter secara

berkesinambungan. Dalam melaksanakan praktik, lulusan dokter harus menguasai

keterampilan klinis untuk mendiagnosis maupun melakukan penatalaksanaan masalah

kesehatan. Tujuan Daftar Keterampilan Klinis ini disusun dengan tujuan untuk menjadi acuan

bagi institusi pendidikan dokter dalam menyiapkan sumber daya yang berkaitan dengan

keterampilan minimal yang harus dikuasai oleh lulusan dokter layanan primer. Sistematika

Daftar Keterampilan Klinis dikelompokkan menurut sistem tubuh manusia untuk

menghindari pengulangan. Pada setiap keterampilan klinis ditetapkan tingkat kemampuan

yang harus dicapai di akhir pendidikan dokter dengan menggunakan Piramid Miller (knows,

knows how, shows, does).

  Berikut ini pembagian tingkat kemampuan menurut Piramida Miller serta alternatif cara mengujinya pada mahasiswa :

Does

Shows

  

Knows How

Knows

Sumber:Miller(1990),ShumwayandHarden(2003)

  Tingkatkemampuan 1 (Knows): Mengetahuidan menjelaskan

Lulusan dokter mampu menguasai pengetahuan teoritis termasuk aspek biomedik dan

psikososial keterampilan tersebut sehingga dapat menjelaskan kepada pasien/ klien dan

keluarganya, teman sejawat, serta profesi lainnya tentang prinsip, indikasi, dan komplikasi

yang mungkin timbul. Keterampilan ini dapat dicapai mahasiswa melalui perkuliahan, diskusi,

penugasan, dan belajar mandiri, sedangkan penilaiannya dapat menggunakan ujian tulis.

  Tingkat Kemampuan 2 (Knows How) : Pernah melihat atau didemonstrasikan

Lulusan dokter menguasai pengetahuan teoritis dari keterampilan ini dengan penekanan pada

clinical reasoning dan problem solving serta berkesempatan untuk melihat dan mengamati

keterampilan tersebut dalam bentuk demonstrasi atau pelaksanaan langsung pada pasien/

masyarakat. Pengujian keterampilan tingkat kemampuan 2 dengan menggunakan ujian tulis

pilihan berganda atau penyelesaian kasus secara tertulis dan/ atau lisan (oral test)

Tingkat kemampuan 3 (Shows): Pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah

supervisi

Lulusan dokter menguasai pengetahuan teori keterampilan ini termasuk latarbelakang

biomedik dan dampak psikososial keterampilan tersebut, berkesempatan untuk melihat dan

mengamati keterampilan tersebut dalam bentuk demonstrasi atau pelaksanaan langsung pada

pasien/ masyarakat, serta berlatih keterampilan tersebut pada alat peraga dan/ atau standardized

patient. Pengujianketerampilantingkatkemampuan 3 denganmenggunakan Objective Structured

Clinical Examination (OSCE) atau Objective Structured Assessment of Technical Skills

(OSATS).

  Tingkat kemampuan 4 (Does): Mampumelakukansecaramandiri Lulusandokterdapatmemperlihatkanketerampilannyatersebutdenganmenguasaiseluruhteori,

prinsip, indikasi, langkah-langkahcaramelakukan, komplikasidanpengendaliankomplikasi.

  

Selainpernahmelakukannya di bawahsupervisi, pengujianketerampilantingkatkemampuan 4

denganmenggunakanWorkbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

  4A.Keterampilanyang dicapaipadasaatlulusdokter

  4B.Profisiensi(kemahiran)yangdicapaisetelahselesaiinternsipdan/atauPendidikanKedokteranB erkelanjutan(PKB) DengandemikiandidalamDaftarKeterampilanKlinisinilevel kompetensitertinggiadalah4A

KOMUNIKASI III

HISTORY TAKING -- ANAMNESIS

  Setelah mempelajari keterampilan History Taking/ Anamnesis ini, diharapkan mahasiswa mampu :

  1. Mendapatkan riwayat kesehatan yang holistik (bio-psycososial) secara komplet dan akurat , dengan tujuan untuk mengenali suatu pola yang bisa mengarah pada suatu penyakit.

  2. Menyusun suatu wawancara medis yang efektif dan efisien dalam segi waktu tetapi tetap dapat meningkatkan proses ”diagnostic reasoning”.

  3. Mengikutsertakan pasien dalam suatu proses interaktif, meningkatkan pemahaman pasien, serta menjaga hubungan baik dengan pasien.

  4. Mampu melakukan anamnesis terkait dengan penyakit-penyakit yang dipelajari pada blok endokrin, hematologi, imunologi, infeksi dan penyakit tropis (keluhan yang sesuai daftar masalah pada SKDI)

STRUKTUR KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN

  Pada modul-modul komunikasi terdahulu telah diuraikan mengenai struktur komunikasi dokter-pasien yang terdiri dari 3 hal yang harus berjalan secara paralel, yaitu : THE CAMBRIDGE CALGARY OBSERVATION GUIDE

  After Silvermann, Kurtz dan Draper Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa tahap komunikasi dokter-pasien meliputi : 1.

  Memulaiwawancara (initiating the session) 2. Mengumpulkaninformasi (gathering information) 3. Penjelasandanperencanaan (explanation and planning) 4. Menutupwawancara (closing the session)

  • – Kemudianpadasaatmelaksanakantahap tahapkomunikasidokterpasientersebutadaduahal yang harusselaludiperhatikan, yaitu :

   Kemampuanmenjalinhubungan / sambung rasa denganpasien(building the relationship).

   Kemampuanmenstrukturwawancara(structuring the consultation).

  Kemampuanmenjalinhubungandankemampuanmenstrukturwawancaraharusselaludig unakan (secaratepat) padatiaptahapkomunikasidokter-pasien.Bisa dikatakan ketiga hal tersebut harus bisa berjalan secara paralel pada saat wawancara sedang berlangsung.

  Pada modul Komunikasi III (HISTORY TAKING/ANAMNESIS) ini akan dibahas lebih lanjut mengenai proses mengumpulkan informasi (gathering information). Proses pengumpulan informasi ini lebih lanjut akan disebut sebagai proses ANAMNESIS.

  

ANAMNESIS

  Anamnesis yang baik harus mengacu pada pertanyaan yang sistematis, yaitu dengan (The Fundamental Four) dan tujuh butir mutiara berpedoman pada empat pokok pikiran

  (The Sacred Seven). anamnesis Yang dimaksuddenganempatpokokpikiran, adalahmelakukan anamnesis dengancaramencaridata :

1. RiwayatPenyakitSekarang (RPS) 2.

  RiwayatPenyakitDahulu (RPD) 3. RiwayatKesehatanKeluarga 4. RiwayatSosialdanEkonomi

  Sebelummelakukan anamnesis lebihlanjut, pertama yang harusditanyakanadalahidentitaspasien, yaituumur, jeniskelamin, ras, status pernikahan, agama danpekerjaan.

1. RiwayatPenyakitSekarang,

  Hal ini meliputi keluhan utama dan anamnesis lanjutan. Keluhanutamaadalahkeluhan yang membuatseseorangdatangketempatpelayanankesehatanuntukmencaripertolongan, misalnya : demam, sesaknafas, nyeripinggang, dll. Keluhanutamainisebaiknyatidaklebihdarisatukeluhan.Kemudiansetelahkeluhanutama, dilanjutkan anamnesis secarasistematisdenganmenggunakantujuhbutirmutiara anamnesis, yaitu : 1.

  Lokasi (dimana ? menyebar atau tidak ?) 2. Onset / awitan dan kronologis (kapan terjadinya? berapa lama?) 3. Kuantitas keluhan (ringan atau berat, seberapa sering terjadi ?)

  4. Kualitas keluhan (rasa seperti apa ?) 5.

  Faktor-faktor yang memperberatkeluhan.

  6. Faktor-faktor yang meringankankeluhan.

  7. Analisis sistem yang menyertai keluhan utama. Anamnesis secara sistematis ini akan dibahas secara rinci, yaitu : 1.

  Lokasi Sakit Anamnesis mengenai lokasi sakit ini harus benar

  • – benar menanyakan di mana tepatnya lokasi nyeri yang dikeluhkan pasien. Seorang penderita yang datang dengan nyeri di ulu hati, perlu ditanyakan lebih lanjut secara tepat bagian mana yang dimaksud, bila perlu penderita diminta menunjukkan dengan tangannya, dimana bagian yang paling sakit dan penjalarannya ke arah mana.

  Bila pusat sakit di tengah (linea mediana) dicurigai proses terjadi di pankreas dan duodenum; sebelah kiri  lambung; sebelah kanan  duodenum, hati, kandung empedu; di atas  hati, oesofagus, paru, pleura dan jantung.

  Penjalaran nyeri tepat lurus di belakang menunjukkan adanya proses di pankreas atau duodenum dinding belakang; di punggung lebih ke atas  lambung dan duodenum; bawah belikat kanan  kandung empedu; bahu kanan  duodenum, kandung empedu, diafragma kanan; bahu kiri

   diafragma kiri.

  2. Onset dan kronologis Perlu ditanyakan kapan mulai timbulnya sakit atau sudah berlangsung berapa lama.

  Apakah keluhan itu timbul mendadak atau perlahan-lahan, hilang timbul atau menetap. Apakah ada waktu-waktu tertentu keluhan timbul. Misalnya bila nyeri ulu hati timbul secara ritmik

   curiga ulkus peptikum, malam hari  ulkus peptikum dan tiap pagi  dispepsia non ulkus.

  3. Kualitas (sifat sakit) Bagaimana rasa sakit yang dialami penderita harus ditanyakan, misalnya rasa sakit yang tajam (jelas) seperti rasa panas, terbakar, pedih, diiris, tertusuk, menunjukkan inflamasi organ. Rasa sakit yang tumpul (dull) seperti diremas, kramp, kolik, sesuatu yang bergerak biasanya menunjukkan proses pada organ yang berongga (saluran cerna, empedu). Rasa sakit yang tidak khas menunjukkan organ padat (hati, pankreas).

  4. Kuantitas (derajat sakit) Ditanyakan seberapa berat rasa sakit yang dirasakan penderita. Hal ini tergantung dari penyebab penyakitnya, tetapi sangat subjektif, karena dipengaruhi antara lain kepekaan seorang penderita terhadap rasa sakit, status emosi dan kepedulian terhadap penyakitnya.

  Dapat ditanyakan apakah sakitnya ringan, sedang atau berat. Apakah sakitnya mengganggu kegiatan sehari-hari, pekerjaan penderita atau aktifitas fisik lainnya.

  5. Faktor yang memperberat keluhan.

  Ditanyakan adakah faktor-faktor yang memperberat sakit, seperti aktifitas makan, fisik, keadaan atau posisi tertentu. Adakah makanan/ minuman tertentu yang menambah sakit, seperti makanan pedas asam, kopi, alkohol panas, obat dan jamu. Bila aktifitas makan/ minum menambah sakit menunjukkan proses di saluran cerna empedu dan pankreas. Aktifitas fisik dapat menambah sakit pada pankreatitis, kholesistitis, apendisitis, perforasi, peritonitis dan abses hati. Batuk, nafas dalam dan bersin menambah sakit pada pleuritis.

  6. Faktor yang meringankan keluhan.

  Ditanyakan adakah usaha penderita yang dapat memperingan sakit, misalnya dengan minum antasida rasa sakit berkurang, menunjukkan adanya inflamasi di saluran cerna bagian atas. Bila posisi membungkuk dapat mengurangi sakit menunjukkan proses inflamasi dari pankreas atau hati.

  7. Keluhan yang menyertai Perlu ditanyakan keluhan

  • –keluhan lain yang timbul menyertai dan faktor pencetusnya, misalnya bila penderita mengeluh nyeri ulu hati, yang perlu ditanyakan lebih lanjut adalah :

  Apakah keluhan tersebut berhubungan dengan aktifitas makan ?

  • Bagaimana buang air besarnya, adakah flatus ?
  • Adakah ikterik ?
  • Adakah pembengkakan, benjolan atau tumor, atau nyeri tekan ?
  • Adakah demam, batuk, sesak nafas, nyeri dada, berdebar-debar, keringat
  • dingin atau badan lemas ?

  Adakah penurunan berat badan ?

Dalam anamnesis alur pikir yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut : 1.

  Pendekatan sistematis, sehingga perlu diingat : Fundamental Four & Sacred Seven.

  2. Mulai berfikir organ mana yang terkena dan jangan berpikir penyakit apa, sehingga pengetahuan anatomi dan fisiologi harus dikuasai dengan baik.

  3. Anamnesis menggunakan keterampilan interpersonal sehingga dibutuhkan pengetahuan sosiologi, psikologi dan antropologi.

  2. Riwayat Penyakit Dahulu

  Ditanyakan adakah penderita pernah sakit serupa sebelumnya, bila dan kapan terjadinya dan sudah berapa kali dan telah diberi obat apa saja, serta mencari penyakit yang relevan dengan keadaan sekarang dan penyakit kronik (hipertensi, diabetes mellitus, dll), perawatan lama, rawat inap, imunisasi, riwayat pengobatan dan riwayat menstruasi (untuk wanita). Ditanyakan juga mengenai obat-obat yang dikonsumsi pasien meliputi jenis obat, dosis dan frekuensi minum obat dalam satu hari. Pada poin ini juga harus menanyakan riwayat alergi obat yang dialami pasien. Obat – obatan yang membuat pasien alergi.

  3. Riwayat Penyakit Keluarga

  Anamnesis ini digunakan untuk mencari ada tidaknya penyakit keturunan dari pihak keluarga (diabetes mellitus, hipertensi, tumor, dll) atau riwayat penyakit yang menular. Ditanyakan juga penyakit

  • – penyakit genetik dalam keluarga pasien misalnya: Polycystic kidney disease.

  4. Riwayat Sosial dan Ekonomi

  Hal ini untuk mengetahui status sosial pasien, yang meliputi pendidikan, pekerjaan pernikahan, kebiasaan yang sering dilakukan (pola tidur, minum alkohol atau merokok, obat-obatan, aktivitas seksual, sumber keuangan, asuransi kesehatan dan kepercayaan).

  BAGAN ALUR PROSES ANAMNESIS

  Berikut ini disajikan bagan yang diharapkan dapat membantu pemahaman mengenai proses anamnesis. Dari dua bagan di atas dapat kita lihat ada beberapa bagian dari ”ANAMNESIS”.

  A. TAHAP

  • – TAHAP ANAMNESIS yang terdiri atas: 1. Initial exploration:Berisi keluhan utama pasien.

  2. Further exploration : Untuk menggali lebih dalam mengenai keluhan pasien, baik dari sisi penyakit maupun perspektif pasien.

  3. Essential background information. content) yang terdiriatas :

  B. ISI ( Disease framework 1. Illness framework 2. disease frameworkmaupunillness frameworktermasukdalamtahapfurther

  Baik exploration. Dari duabagan di atasdapatkitalihat pula bahwatujuh butir mutiara anamnesis (The

  Sacred Seven)

  merupakan bagian dalam ”disease framework”, dan berguna untuk mencari kemungkinan penyakit apa yang diderita pasien. Untuk empat pokok pikiran (The Fundamental Four) dapat kita jabarkan sebagai berikut : Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) bagian dari ”initial exploration”; Riwayat

  Penyakit Dahulu (RPD), Riwayat Kesehatan Keluarga serta Riwayat Sosial dan Ekonomi merupakan bagian dari ”essential background information”.

  Satu hal penting pada ketrampilan anamnesis adalah membuat resume dari anamnesis yang sudah dilakukan. Kita harus melakukan review apa yang telah diceritakan oleh pasien.Ulangi beberapa hal point penting sehingga pasien bisa melakukan konfirmasi ulang apabila terdapat kesalahpahaman/ketidaksesuaian antara dokter-pasien dalam proses anamnesis tersebut.

  Pada anamnesis ini pasien juga diberi kesempatan untuk menanyakan sesuatu tentang penyakitnya. Hal ini penting untuk menghindari supaya dokter tidak memberikan informasi yang salah.

KETERAMPILAN YANG HARUS DIKUASAI DALAM MELAKUKAN ANAMNESIS

  KETERAMPILAN MENGEKSPLORASI MASALAH PASIEN : 1.

  Memberi kesempatan pada pasien untuk menceritakan permasalahan yang dihadapinya (dengan kata – kata pasien sendiri).

  2. Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup secara tepat. Mulailah dengan pertanyaan terbuka terlebih dahulu, baru diikuti dengan pertanyaan tertutup.

  3. Dengarkan dengan penuh perhatian. Berilah kesempatan pada pasien untuk menyelesaikan ceritanya, dan jangan menginterupsi.

  4. Berilah kesempatan pada pasien untuk memberikan respons baik secara verbal maupun nonverbal. Tehnik yang digunakan bisa pemberian dukungan/ dorongan, adanya pengulangan, paraphrasing, interpretasi, dll.

  5. Mengenali isyarat verbal dan non verbal yang ditunjukkan oleh pasien.

  6. Mengklarifikasi pernyataan pasien yang kurang jelas, atau yang membutuhkan suatu keterangan tambahan.

  7. Secara berkala buatlah ringkasan dari pernyataan yang dibuat pasien untuk memverifikasi pengertian anda. Mintalah pasien untuk mengkoreksi pernyataan anda, atau mintalah pada pasien untuk memberikan keterangan tambahan bila diperlukan.

  8. Gunakan pertanyaan yang ringkas dan mudah dipahami. Hindari menggunakan istilah

  • – istilah medis yang tidak dipahami pasien.

  9. Buatlah urutan waktu suatu kejadian.

CONTOH KASUS

  Skenario 1 Seoranglaki-lakiusia 20 tahun, datangke IGD RumahSakitdengankeluhanutamanyeripadaperut.

  Identitas pasien Nama bu : Widhi Jeniskelamin : laki-laki Pekerjaan : mahasiswa Usia : 20 tahun (tempat, tgl lahir, sesuaikan tgl saat skenario digunakan) Alamat : Jebres, Surakarta (detailkan untuk kepentingan RM)

  Keluhanutama : nyeripadaperut RiwayatPenyakitSekarang :  Onset : nyeri dirasakan sejak 12 jam awalnya nyeri dirasakan diulu hati, makin lama makin berat.  Lokasi : Nyeriperutterutama dirasakan di perut bagian kananbawah  Kualitas nyeri : Nyeri berat sehingga mengganggu aktifitas (Visual analog scale/VAS:8)  Kuantitas nyeri : Nyeri dirasakan terus menerus sejak 12 jam yang lalu  Yang memperberat : bila mencoba makan dan banyak bergerak semakin nyeri

 Yang memperingan : bila berbaring dan minum obat pereda nyeri keluhan sedikit

berkurang

   Keluhanlainnya : mual, kembung, nafsumakanberkurang, demam, hariini tidakdapatbuang air besar, kebiasaan BAB kurang teratur. Riwayat penyakit dahulu : punya riwayat sakit mag, tidak ada alergi obat dan makanan, belum pernah rawat inap di RS Riwayat penyakit keluarga : tidak ada orang tua yang menderita sakit, tidak ada riwayat DM, hipertensi, maupun penyakit yang menahun Riwayat sosial ekonomi :pasien anak pertama dari 2 bersaudara, saat ini tinggal di kost, kedua orang tua pegawai negeri. Pasien mendapatkan asuransi kesehatan BPJS. Pola makan kurang teratur, jarang makan sayur maupun buah. Pasien jarang berolahraga, tidak mengkonsumsi rokok maupun alkohol.

  Skenario 2 Seorang perempuan berusia 40 tahun datang ke dokter dengan keluhan badan lemas.

  Identitas pasien Nama : Sri Lestari Usia : 40tahun JenisKelamin : Perempuan Pekerjaan : iburumahtangga, kadangmenjadiburuhtukangcucidanseterika di rumahtetangga-tetangganya. Status perkawinan : Menikah mempunyai 2 anak Keluhanutama : badanlemas RiwayatPenyakitSekarang :

   Lokasi : tidak relevan untuk ditanyakan  Onset dankronologi : selama 1 bulan ini merasakan badannya lemas sehingga terasa cepat lelah saat bekerja  Kualitas : badan terasa lemas, setelah duduk hendak berdiri seakan mau jatuh  Kuantitas : keluhan hilang timbul, terutama dirasakan terutama sekitar jam sepuluh pagi pada saat sedang bekerja.

   Hal-hal yang memperberat : badan teras lemas saat banyak mengangkat angkat cucian.  Hal-hal yang meringankan : keluhan berkurang setelah beristirahat  Keluhan lain :mual, nyeri kepala, kadang ujung ujung jari terasa kesemutan.

  RiwayatPenyakitDahulu : Belum pernah mengalami keluhan serupa, belum pernah sakit lama maupun rawat inap di Rumah sakit. Tidak mempunyai riwayat alergi obat dan makanan.

  

RiwayatPenyakitKeluarga : Tidak ada anggota keluarga yang sakit serupa. Tidak ada

riwayat sakit kencing manis, hipertensi, asma maupun penyakit menahun pada orang tuanya. Riwayatsosial ekonomi :Pasien seorang ibu rumah tangga yang bekerja sebagai asisten rumah tangga. Suami adlah seorang tukang batu.

  Mempunyai 2 orang anak sedang sekolah SD. Pasien memiliki kartu sehat. Kebiasaan makan pasien tidak teratur, biasa makan sesempatnya setelah pekerjaan selesai yaitu sekitar jam 11 pagi. Pasien mengaku terbiasa sarapan dengan minum teh manis saja. Pasien jarang mengkonsumsi daging atau telur, sehari-hari biasa dengan lauk seadanya terutama tahu tempe, kerupuk dan sayur saja. Pasien tidak merokok tetapi menjadi perokok pasif karena suami merokok di rumah. Tidak mengkonsumsi alkhohol.

  Skenario 3 Seoranglaki-laki, umur 28 tahun datang ke puskesmasdengankeluhansakit kepala.

  Identitas: Nama : Tn. Eka Nugraha Usia : 38 tahun (tempat, tgl lahir mohon menyesuaikan real time) Alamat : Kadipiro Rt 03 RW10, Banjarsari, Surakarta Pekerjaan : Karyawan Perusahaan swasta Status perkawinan: sudah menikah Keluhanutama : sakit kepala RiwayatPenyakitSekarang :

   Onset dan kronologis : sakit kepala dirasakan sudah kurang lebih selama satu minggu, sampai saat ini tidak menghilang.  Kualitas : sakit kepala dirasakan seperti ada tekanan di bagian belakang kepala, leher belakang terasa tegang, tetapi keluhan masih dapat ditahan sehingga masih pasien

dapat melakukan pekerjaan.

   Kuantitas : keluhan mulai dirasakan pada sore hari dan semakin mengganggu pada malam hari.  Yang memperberat : apabila harus kerja lembur nyeri kepala semakin memberat  Yang memperingan : tidur dan minum paracetamol dirasakan dapat mengurangi keluhan sakit kepala.  Keluhan penyerta : tidak ada panas, mual, maupun nyeri otot.

  Riwayat penyakit dahulu: Pasien sering mengalami keluhan serupa biasanya sembuh setelah berobat ke dokter. Pasien pernah mengalami tensi tinggi tetapi tidak rutin minum obat penurun tensi

  Riwayat penyakit keluarga:

Kedua orang tua menderita hipertensi, tetapi tidak ada riwayat DM maupun penyakit

menahun yang lain Riwayat sosial ekonomi:

Pasien adalah karyawan sebuah perusahaan Finance, bagian pemasaran. Sudah berkeluarga

dengan 2 anak dan istri sebagai ibu rumah tangga. Pasien tinggal di perumahan dengan

lingkungan yang bersih. Tidak ada tetangga yang sedang sakit.

Pola makan teratur dengan menu yang cenderung tinggi garam dan lemak. Pasien merokok 1

bungkus sehari, tidak mengkonsumsi alkhohol. Pasien melakukan aktivitas olah raga rutin

berupa tenis 2 kali seminggu.

  Skenario 4 Seorangwanita, berusia 22 tahun, datangmengunjungidokterdengankeluhandemam 2 hari.

  Identitas pasien Nama : Tuti Usia : 22tahun (mohon ditambah detail tempat, tgl lahir) Pekerjaan : karyawan perusahaan swasta Alamat : Jebres, Surakarta (mohon ditambah detail alamat) Status perkawinan : belum menikah Keluhanutama : demam RiwayatPenyakitSekarang :

   Onset dan kronologis : Demamtinggisejak 2 hariterakhir, demam dirasakan mendadak sejak 2 hari sampai saat ini demam belum turun.

  

: tidak relevan untuk ditanyakan

 Lokasi : badan merasakan panas tinggi sampai menggigil  Kualitas : demam dirasakan terus menerus sepanjang hari  Kuantitas  Yang memperberat : tidak jelas, karena panas dirasakan terus  Yang memperingan : panas berkurang sebentar setelah minum obat kemudian demam dirasakan lagi

 Keluahan penyerta :pasien merasakan pusing, mual, nyeri otot, tetapi pasien tidak

mengeluhkan batuk pilek maupun nyeri tenggorok.

  Riwayat penyakit dahulu: Pasien belum pernah menderita sakit yang serupa dengan keluhan saat ini. Pasien belum pernah mengalami rawat inap di Rumah sakit. Tidak mempunyai riwayat alergi obat dan makanan.

  Riwayat keluarga: Tidak ada anggota keluarga yang sedang menderita sakit serupa, orang tua sehat dan tidak menderita penyakit DM, hipertensi, asma, maupun penyakit menahun.

  Riwayat sosial ekonomi:

Pasien tinggal dengan orangtuanya di daerah perumahan. Satu minggu yang lalu tetangga ada

yang menderita panas dan di rawat di rumah sakit. Pola makan pasien teratur makan 3 kali sehari dengan menu seimbang, olah raga 3 kali seminggu, tidak mengkonsumsi rokok maupun alkhohol. Pasien mendapatkan asuransi kesehatan dari perusahaan tempat bekerja.

  CHECKLIST PENILAIAN KETERAMPILAN ANAMNESIS / HISTORY TAKING

  SKOR No ASPEK PENILAIAN

  1

  2 MEMBUKA WAWANCARA 1.

  a. Menyapapasien

  b. Memperkenalkandiri

  c. Menunjukkan sikap hormat dan respek pada pasien

  d. Mengidentifikasi dan mengkonfirmasi permasalahan pasien

  e. Menegosiasikan agenda konsultasi

SAMBUNG RASA

  2. Melakukan sambung rasa

  a. Menunjukkantingkahlaku (non verbal) yang sesuai

  b. Bilamelakukankegiatan lain (misalmelihatcatatanataumenulis), tidaksampaimengganggu proses wawancaradenganpasien.

  c. Tidakmenghakimi

  d. Memberikan empati dan dukungan terhadap pasien

  e. Tampak percaya diri

  ANAMNESIS

  3 Menanyakan identitas penderita :

  a. Namalengkap (minimal 2 suku kata, diakhirditambahNy/Nn)

  b. Alamatlengkap (Rt, Rw)

  c. Tempat, tanggallahir/umur ....................................

  4 Menanyakan keluhan utama

  5 Menanyakan lokasi

  6 Menanyakan onset dan kronologi

  7 Menanyakan kualitas keluhan

  8 Menanyakan kuantitas keluhan

  9 Menanyakan faktor-faktor pemberat

  10 Menanyakan faktor-faktor peringan

  11 Menanyakan gejala penyerta

  12 Menanyakan riwayat penyakit dahulu

  12 Menanyakan riwayat kesehatan keluarga

  13 Menanyakan riwayat sosial ekonomi

  14 Menanyakan kebiasaan pribadi

  15 Penggunaan bahasa yang mudah dipahami pasien

  16 Menggunakan pertanyaan terbuka secara tepat

  17 Menggunakan pertanyaan tertutup secara tepat

  18 Membuat resume anamnesis

MENUTUP WAWANCARA

  19

  a. Menanyakan pada pasien apakah ada hal yang terlewat

  b. Menutup wawancara dengan membuat suatu ringkasan (contracting)

  c. Membuat kesepakatan dengan pasien . Menggunakan signposting dengan tepat d e. Menjalankan wawancara dengan urutan yang logis/ tepat

  f. Memperhatikan waktu

JUMLAH SKOR

  Penjelasan : Tidak dilakukan mahasiswa

  1 Dilakukan, tapi belum sempurna

  2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena situasi yang tidak memungkinkan (tidak diperlukan dalam skenario yang sedang dilaksanakan).

  NilaiMahasiswa :Jumlah Skor x 100%

  = …………

  38