The Nation of Islam Perjuangan Modern
The Nation of Islam: Perjuangan Modern Afro-Amerika Abad ke-20
Makalah Sejarah Masyarakat dan Budaya Amerika Serikat
Pengajar: Agus Setiawan, Ph.D.
Disusun Oleh
Savran Billahi 1306454725
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Universitas Indonesia
2015
1
A. Pendahuluan
Masalah ras dan etnisitas dalam perkembangan Amerika Serikat merupakan
persoalan kompleks dan mendapatkan perhatian yang cukup signifikan. Perbedaan
warna kulit antara orang pendatang dari Eropa (berkulit putih) dan pendatang dari
Afrika (berkulit hitam atau kulit berwarna) adalah hal yang mendasar dari
permasalahan ras dan etnisitas itu. Ditinjau secara historis, keduanya (bangsa Eropa
dan Afrika) bukanlah penduduk asli, yang sebenarnya menduduki dan menempati
tanah orang Amerika (Indian). Namun secara garis waktu, bangsa Eropa lebih dahulu
datang daripada pendatang dari Afrika. Hal itu kemudian berdampak terhadap stigma
keduanya (orang-orang berkulit putih dan berwarna).
Selain itu, kedudukan keduanya yang berbeda menciptakan suatu kelas sosial
di dalam sistem masyarakat Amerika Serikat yang begitu tajam. Arus migrasi bangsa
Eropa pada abad ke-16 dan selanjutnya menggantikan—bahkan menghapuskan—
orang-orang Indian sebagai penduduk asli membuat orang berkulit putih merasa
memiliki kedudukan yang tinggi. Bahkan para pendatang Eropa itu menyebut tanah
Amerika sebagai “The New World” (Dunia Baru). Dalam perkembangannya, apa
yang disebut Dunia Baru itu direalisasikan dalam bentuk sistem perpolitikan dan
ekonomi, yang keseluruhan diciptakan oleh para pendatang Eropa itu.
Hal demikian berbeda dengan kisah kedatangan orang-orang Afrika ke
Amerika Serikat. Mereka datang dengan membawa kepentingan orang-orang berkulit
putih untuk dipekerjakan sebagai budak. Dari sanalah muncul etnis superior dan
inferior, di mana orang-orang berkulit putih menjadi bangsa superior dan orang-orang
berkulit hitam —selanjutnya disebuta Afro-Amerika— menjadi bangsa inferior.
Bagaikan bola salju, praktik perbudakan itu terus-menerus melekat dan selanjutnya
menggumpal hinga segala hal dikaitkan pada kedudukan kelas itu. Padahal secara
statistik, pada 1790, populasi orang kulit hitam mencapai 15 persen dari jumlah
keseluruhan penduduk Amerika. Jumlah yang cukup banyak untuk kalangan imigran.1
1 Leon H. Canfield dan Howard B. Wilder, The Making of Modern America, Amerika
Serikat: The Riberside Press Cambridge, 1952, hal. 590.
2
Dalam praktiknya, perbudakan yang dilakukan oleh orang-orang berkulit
putih terhadap orang-orang berkulit hitam mirip dengan imperialisme, yang hadir
dalam suatu hegemoni kelompok tertentu kepada kelompok lainnya. Pada
perkembangannya, praktik perbudakan itu memicu emansipasi, sehingga pecah
perang saudara yang di dalamnya sarat dengan isu perbudakan. Meskipun isu
penolakan budak mencuat, namun rasisme orang kulit putih masih relatif tinggi. Pada
awal 1800-an, muncul suatu gerakan untuk mendorong kebijakan back to Africa
(memulangkan ke Afrika). Gerakan itu tidak lain adalah suatu respon dari masyarakat
Amerika Serikat (orang kulit putih) terhadap orang Afro-Amerika. Bahkan pada
1816, didirikan suatu organisasi di House of Representative
bernama American
Society for Colonizing the Free People of Color in the United States untuk
merealisasikan gerakan itu. Reverend Robert Finley, pendukung gerakan back to
Africa, mengatakan bahwa orang Afro-Amerika dapat hidup damai, namun harus
hidup di luar Amerika Serikat. Bagi Finley, orang Afro-Amerika adalah orang Afrika,
dan tidak dapat berubah meskipun bermigrasi ke Amerika Serikat. Pendapat Finley
itu tentu bernada rasisme, meskipun menurutnya perbudakan adalah haram
Namun, perjuangan untuk menghapuskan stigma negatif terhadap orang kulit
hitam terus berlanjut, sampai pada 1 Januari 1863 Presiden Abraham Lincoln
mengeluarkan Emancipation Proclamation, yang berdampak pada1865 dikeluarkan
kebijakan untuk menghapus praktik perbudakan di Amerika Serikat, dan Kongres
memutuskan amandemen ke-14 untuk memberikan hak-hak penduduk yang penuh
kepada orang Afro-Amerika.2 Namun, orang Afro-Amerika belum puas dengan
kebijakan itu, karena dalam praktik sosial, orang kulit putih masih menganggap
rendah orang Afro-Amerika.
Pada 1875-1883, orang Afro-Amerika mendapatkan suatu kebijakan sosial
yang begitu sarat dengan rasisme, yaitu politik segregasi. Pada kisaran tahun itu,
pemerintah pusat maupun lokal menerapkan segregasi ras yang mendiskriminasi
2 Mustawalena, Perjuangan NAACP dalam Rangka Menghapuskan Diskriminasi Rasial
dalam Bidang Pendidikan Terhadap Afro-Amerika Hingga Kasus Brown VS. Board of
Education Tahun 1954, skripsi, Depok: Universitas Indonesia, 2007, hal. 1
3
orang Afro-Amerika di berbagai area publik, seperti kereta, hotel, dan restoran. 3 Hal
itu tampak pula pada pidato William Jennings Bryan tahun 1896; “I come to speak to
you in defense of a cause as holy as the cause of liberty—the cause of humanity”.
Meskipun apa yang dibawanya adalah mengenai kemerdekaan, namun apa yang
dibawa William Jennings Bryan tidak mendukung hak-hak dasar orang AfroAmerika.4 Bila dilihat dari statistik kependudukan di Amerika Serikat, pada kisaran
1870-an hingga dekade akhir abad ke-19, arus imigran yang datang dari Eropa makin
meningkat.5 Dengan demikian kuantitas orang kulit putih pun makin meningkat. Hal
itu dapat menjadi salah satu faktor denyut rasisme masih tajam di Amerika Serikat.
Dalam merespons itu, pada akhir abad ke-19 hingga pertengahan abad ke-20,
orang Afro-Amerika mulai berani mengeluarkan suaranya menentang rasisme yang
dilakukan oleh orang kulit putih—meskipun pada masa sebelumnya telah ada
perjuangan orang kulit hitam, seperti Frederick Douglass (1718–1895)—. Perjuangan
itu dimanifestasikan melalui berbagai macam gerakan, seperti melalui surat kabar,
musik, dan agama.
Pada makalah ini, pembahasan difokuskan pada gerakan orang Afro-Amerika
melalui pergerakan agama, khususnya Islam, yang secara institusional dimulai pada
1900 oleh Timothy Drew. Lebih lanjut, akumulasi dan koreksi dari pergerakannya
menciptakan The Nation of Islam, yang memiliki banyak massa dan berpengaruh
kepada stigma orang kulit putih terhadap orang Afro-Amerika.
B. Islam ala Timothy Drew: Eksperimen Baru Perjuangan Afro-Amerika
Di Amerika Serikat, pada awal abad ke-20, Islam sangat kental dengan orang
Afro-Amerika. Angin itu pertama kali dihembuskan oleh Timothy Drew. Keturunan
Afro-Amerika kelahiran New Jersey itu bekerja di sebuah kapal dagang, yang
membawanya menjelajahi berbagai negara, seperti Palestina, Mesir, India, Maroko,
dan Saudi Arabia. Dari perjalanannya itu, ia sangat terobsesi oleh budaya dan agama
3 George Brown Tindall dan David Emory Shi, America A Narrative History, Amerika
Serikat: W.W. Norton & Company, Inc., 1984, hal. 881.
4 Ibid., 878.
5 Robert H. Walker, American Studies Topics and Sources, London: Greenwood, 1976, hal.
116.
4
Islam di dunia Timur, yang bebas dari persoalan rasial seperti yang dialaminya di
Amerika Serikat.6
Pengalaman perjalanannya itulah yang menjadi benih-benih pemikiran
pergerakan Islam di Amerika Serikat, yang kemudian digunakan juga sebagai alat
untuk mengikis permasalahan rasial. Drew meyakini bahwa Islam adalah agama
orang kulit hitam (Afrika), yang dalam sejarah pernah menguasai Eropa (orang kulit
putih). Dari pemahamannya yang sederhana itu, ia menyebarkan agama Islam ke
orang kulit hitam di Amerika, yang secara keturunan berasal dari tanah Afrika.
Dari penjelasan itu, maka pergerakan Islam yang dibawa Timothy Drew
sejatinya bukan keseluruhan atas ajaran Islam, namun Islam yang dibawa adalah
salah satu pesan moral berupa persamaan hak bagi setiap manusia. Secara sederhana,
persamaan hak setiap manusia adalah Islam yang dianut Timothy Drew dalam
menyuarakan hak orang kulit hitam di Amerika Serikat. Bahkan dalam penyebaran
nilai itu, Drew membuat karya semacam kitab suci The Holy Koran, yang berisi
ajaran religius campuran antara Islam, Kristen, Sufisme, dan nilai-nilai ketimuran. 7
Karyanya itu sering disebut sebagai al-Qur’an karangan manusia.
Banyak kalangan menilai Drew telah menyimpang dari ajaran agama Islam
yang sebenarnya. Bahkan terdapat kutipan dalam karyanya itu: “semua Nabi
termasuk Yesus, Muhammad, Budha, dan Confusius”. 8 Bila ditinjau dari isi dalam
karyanya itu, Islam hanya menjadi landasan berpikir dan religiusitas Drew.
Selebihnya adalah persamaan hak dan kedudukan. Terlepas dari itu, Drew berhasil
menghembuskan nafas bagi pergerakan Islam di Amerika Serikat, khususnya
perjuangan orang kulit hitam dalam mengikis persoalan rasisme. Nama Timothy
Drew menjadi Noble Prophet Ali Drew, yang bila dijabarkan: gelar Noble diberikan
Ratu Inggris dan nama Ali diberikan oleh Sultan di Arab Saudi, mencerminkan bahwa
terdapat suatu pengakuan atas kiprah yang dilakukan Drew.
6 Adib Rashad dan Game C. Miller, Islam, Black Nationalism, and Slavery, Maryland:
Beltsville, 1995, hal. 166.
7 Muhammad Said, Islam Afro-Amerika: Pergerakan The Nation of Islam (NOI) (1930 –
1975), thesis, Depok: Universitas Indonesia, 2003, hal. 45-46.
8 Ibid., hal. 46.
5
Apa yang disebut pergerakan Islam Drew adalah pergerakan eksklusif, artinya
pergerakan yang hanya diperuntukkan orang kulit hitam. Dengan tujuan menyamakan
derajat orang kulit hitam dengan orang kulit putih, dalam konteks ini sebagai warga
Amerika Serikat. Untuk itu tidak salah bila menyamakan gerakan Drew dengan
gerakan nasionalisme Afro-Amerika. Pergerakannya cukup luas hingga ke Detroit,
Chicago, Pittsburgh dan kota-kota lain. Dengan demikian, pergerakan Drew menjadi
model baru pergerakan orang kulit hitam di awal abad ke-20. Apa yang dirumuskan
dari pengalamannya menyentuh dunia Timur menjadi bahan eksperimen menciptakan
pola baru perjuangan orang kulit hitam menyuarakan hak-haknya.
Pergerakan di bidang agama itu, selain dilakukan oleh Drew, pada saat yang
hampir sama, juga dilakukan oleh Pendeta Marcus Garvey. Selain agama, pada masa
itu, juga berkembang pola-pola perjuangan orang kulit hitam melalui bidang lain,
seperti surat kabar dan musik R&B. Masa-masa itu dinilai sebagai kebangkitan orang
kulit hitam di Amerika Serikat, mereka menyebutnya The Harlem Rennaisance.
Pergerakan mengatasnamakan agama Islam yang diinisasi oleh Drew menjadi suatu
bagian perjuangan orang kulit hitam yang berpengaruh terhadap perubahan stigma
masyarakat Amerika Serikat
C. The Nation of Islam: Wajah Pergerakan Modern Afro-Amerika
Setelah Drew wafat, pengaruhnya tidak hilang begitu saja, namun dilanjutkan
oleh Wallace D.Farad (kemudian berubah menjadi Wali Farad Muhammad). Saat
wafat, Drew meninggalkan ribuan pengikut yang menjadi basis pergerakannya.
Sebagai perkembangan dari Drew, Farad mendirikan Temple of Islam untuk
menunjang pergerakan muslim orang Afro-Amerika yang jumlahnya mencapai
sekitar 8 ribu orang. Farad menganggap dirinya sebagai juru penyelamat orang kulit
hitam.9 Upayanya yang berhasil menghimpun ribuan orang membuat dirinya
memutuskan membentuk organisasi The Nation of Islam (NOI).
9 Ibid., hal. 53.
6
Layaknya sebuah pergerakan massif, NOI memiliki pusat pergerakan. Pusat
pergerakan NOI berada di Paradise Valley di kawasan Ghetto Detroit. 10 Selama masa
perjuangannya itu, Farad juga mengkader orang Afro-Amerika yang memiliki
keberanian dan tanggung jawab tinggi untuk mengganti posisinya bila sewaktu-waktu
tidak memimpin NOI. Dan, pada 1934, Farad diberitakan menghilang dari publik dan
secara otomatis posisinya digantikan oleh orang yang telah dikaderkanya, yaitu Elijah
Muhammad.
Sama seperti Farad, sebagai penunjang pergerakannya, Elijah mendirikan
Temple no. 2, yang kemudian menjadi markas besar NOI. Yang menjadi pembeda
pergerkan NOI pada masa kepemimpinan Elijah adalah dikembangkannya usaha
peningkatan ekonomi orang Afro-Amerika, seperti mendorong mereka membuka toko
atau rumah makan. Untuk meningkatkan peranan ekonomi orang Afro-Amerika, NOI
di bawah pimpinan Elijah juga mendirikan Universitas Islam untuk kalangan orang
Afro-Amerika. Bahkan dalam perkembangannya, NOI berhasil mendirikan bank dan
juga perusahaan.
Dalam tataran itu, NOI berkembang pesat dan bertransformasi menjadi
pergerakan yang semakin massif. Temple of Islam banyak didirikan untuk lebih
menggerakkan NOI, bahkan di tubuh NOI juga didirikan organisasi keagamaan
bernama Fruit of Islam (FOI). Dengan demikian jaringan internal NOI semakin kuat
dan terhubung. NOI di bawah kepemimpinan Elijah dinilai berhasil membangkitkan
kaum kulit hitam dari keterpurukan mental kaum kulit putih. 11 Sebagai suatu
pergerakan dan perjuangan, apa yang dibawa Elijah itu merupakan suatu revolusi
pemikiran yang sangat drastis di kalangan orang Afro-Amerika, di mana pandangan
negatif dari orang kulit putih bisa diredam dengan keberanian orang Afro-Amerika
untuk bebas mengekspresikan dirinya.
Pada kisaran tahun 1950-an, NOI mendapatkan kader baru bernama Malcolm
X, seorang mantan narapida pecandu narkotik. Meskipun begitu, di NOI ia berhasil
mencuat menjadi juru bicara Elijah. Kemampuan bicara dan wawasannya yang luas
10 Ibid., hal. 51
11 H.A. Mukti Ali, Muslim Bilali dan Muslim Muhajir di Amerika Serikat, Jakarta: Haji Mas
Agung, 1990, hal. 61.
7
mampu mengangkat dirinya sebagai orator kelas internasional dan membawa nama
baik kaum kulit hitam. Malcolm X adalah sosok yang lahir dari penderitaan dan
pengalaman buruk berkepanjangan, sehingga sebelum memutuskan untuk menjadi
muslim ia hidup tidak beraturan, dan akhirnya dipenjarakan.
Hingga awal 1960-an Malcolm X menjadi simbol penentangan orang AfroAmerika terhadap kaum kulit putih. Ia banyak menyuarakan hak-hak dasar manusia
untuk mendapatkan kebebasan tanpa melihat golongan atau ciri fisik. Berkat
kemampuannya, NOI berubah dari suatu komunitas minoritas menjadi organisasi
berskala nasional.12 Berkat kemampuannya juga, apa yang melekat pada dirinya, yaitu
lambang X, menjadi bahan bisnis yang laku di pasaran Amerika Serikat. Lambang X
terpampang pada topi-topi ataupun kaos-kaos.
Dengan demikian, secara langsung maupun tidak langsung, posisi orang AfroAmerika dalam praktik sosial mulai disamakan kedudukannya dengan orang kulit
putih. Hal itu merupakan kemajuan yang signifikan sepanjang sejarah perjuangan
orang Afro-Amerika. Sorotan media terhadap perjuangan orang Afro-Amerika dengan
simbol Malcolm X membuat publik Amerika Serikat semakin tersadar akan
kepentingan hak-hak orang Afro-Amerika. Lebih jauh lagi, sebagai organisasi, NOI
berhasil membawa semacam ideologi rasialisme kepada tujuannya, yaitu mengangkat
hak orang Afro-Amerika di mata masyarakat Amerika Serikat.
Do for Self (Berbuat untuk Diri Sendiri) menjadi slogan pergerakan. Dalam
pergerakannya itu, untuk mengangkat kedudukan orang Afro-Amerika, NOI bergerak
dalam berbagai bidang, seperti ekonomi dan pendidikan. Kedua hal itu mengangkat
kemandirian dan kepercayaan orang Afro-Amerika sebagai penduduk Amerika
Serikat. Proses yang terbentuk di dalam internal NOI adalah suatu perkembangan,
yang di setiap masa kepemimpinannya selalu bermetamorfosis. Dimulai dari
pemahaman Islam yang sederhana oleh Timothy Drew, kemudian dilanjutkan Farad
Muhammad yang dianggap oleh kalangan orang Afro-Amerika sebagai Imam
12 Deborah Gillon Straub, African-American Voices.Vol. K-2. UXL. An Imprint of Gale
Research, 1996, hal. 66.
8
Mahdi,13 kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Elijah Muhammad, dan diteruskan
oleh Malcolm X.
Pada masa kepemimpinan Malcolm X, NOI mencapai puncaknya. Hal itu
ditandai dengan konflik internal yang diawali oleh keterbukaan pemikiran Malcolm X
terhadap Islam. Perubahan itu ia dapatkan setelah melakukan perjalanan haji ke Arab
Saudi. Dengan terang-terangan ia menjelaskan bahwa Islam yang diajarkan Elijah
tentang Islam adalah salah, karena muslim selain dianut oleh orang kulit hitam, juga
dianut oleh orang kulit putih.14 Keterbukaan Malcolm itu membuat orang-orang yang
datang untuk mendengar ceramahnya makin banyak. Dan, hal itu membuat iri
beberapa anggota NOI yang juga ingin mendapat posisi sepertinya. Padahal menurut
Malcolm apa yang dilakukannya semata-mata untuk mengabdi kepada gurunya,
Elijah, meskipun dalam hal tertentu ia juga mengkritiknya. Seakan tidak menanggapi
kritik Malcolm, Elijah malah memujinya sebagai pemimpin yang memiliki karakter
kuat.
Konflik internal makin mengerucut saat Elijah diketahui menghamili dua
sekretaris pribadinya. Menanggapi hal itu Malcolm menyatakan bahwa Elijah telah
mengkhianaiti perjuangan black muslim.15 Sampai akhirnya pada kasus kematian John
F. Kennedy, Malcolm keluar dari permintaan Elijah dengan ditandai mengeluarkan
pernyataan bahwa pembunuh John F. Kennedy adalah orang-orang kulit putih yang
hipokrit, padahal di saat yang bersamaan Elijah meminta kepada seluruh anggota NOI
untuk tidak mengeluarkan pernyataan kepada pers.16 Pada perkembangan selanjutnya,
Malcolm ingin membuat suatu organisasi yang dapat menampung segala lapisan kulit
hitam, bukan dari black muslim saja. Kabar itu meluas dan Malcolm mencari dana
untuk pembangunan tempat peribadatan baru, yang dananya ternyata mengucur dari
berbagai kalangan, bahkan dari orang kulit putih dan umat kristiani. Usahanya itu
membuat Elijah mengeluarkan Malcolm dari NOI, dan menyulut kemarahan kaum
fanatik NOI hingga akhirnya membunuh Malcolm saat ingin membuka ceramahnya.
13 Op.Cit., Muhammad Said, hal. 69.
14 Ibid., hal. 78.
15 Fauzan Hamrika, NOI Memimpin Black Muslim Dalam Civil Rights Movement (1955-
1965), skripsi, Depok: Universitas Indonesia, 2003, hal. 62.
16 Ibid.
9
Meskipun begitu, apa yang dibawa Malcolm memiliki pengaruh cukup besar terhadap
perubahan stigma orang kulit putih terhadap orang Afro-Amerika.
D. Pergerakan NOI di Bidang Rehabilitasi dan Pendidikan
Terlepas dari konflik di atas, yang menarik dari pergerakan orang AfroAmerika itu (NOI) adalah langkah konkret yang dilakukan di dalamnya terkait
pengembangan moral dan pendidikan. NOI sejatinya bukan hanya menuntut
persamaan kedudukan dan hak mereka, namun memberikan upaya sekaligus solusi
terkait pandangan negatif dari orang kulit putih. Pemikiran itu mereka kembangkan
dari nilai-nilai Islam tentang persamaan kedudukan manusia di mata Tuhan.
Dalam proses rehibitalisasi, target NOI adalah orang-orang Afro-Amerika
yang mengalami kecanduan obat-obatan narkotik. Untuk membalikkan kehidupan
negatif seseorang Afro-Amerika, NOI memiliki beberapa langkah strategis. Dimulai
dari proses penyadaran, kemudian penjelasan sebab mereka menggunakan obat
narkotik, kemudian proses peyakinan diri pecandu, hingga mereka meninggalkan
secara utuh obat-obatan terlarang itu. Setelah sembuh, mereka harus mencari orangorang Afro-Amerika lainnya yang juga kecanduan untuk direhibitalisasi. 17 Dari proses
itu secara perlahan keturunan-keturunan Afro-Amerika berasil direhibitalisasi.
Di bidang pendidikan, NOI mendirikan jenjang pendidikan berkelanjutan,
mulai dari Taman Kanak-kanak, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Sekolah
Lanjutan Atas, sampai Universitas Islam. Dalam proses pendidikan itu, apa yang
diajarkan di dalamnya adalah metode didaktis untuk mengenalkan keberadaan
kedudukan orang Afro-Amerika, seperti bahasa dan sejarah. Proses di dalam
pendidikan itu digunakan NOI untuk menyandarkan orang Afro-Amerika terhadap
kecerdasan intelektual sebagai modal dasar menuntut persamaan hak dan kedudukan.
Sebagai lanjutan, NOI juga mendirikan bank dan pasar mandiri. Apa yang
dibangun itu memiliki tujuan untuk mengembangkan bisnis orang kulit hitam ke
dunia internasional. Di pasar mandiri yang didirikan NOI itu juga dibentuk suatu
kontak dagang internasional, namun uang yang berasal dari konsumen lebih diputar
17 Op.Cit., Muhammad Said, hal. 70.
10
di kalangan internal. Dari sana, orang Afro-Amerika menjadi lebih giat
mengembangkan usahanya, seperti membuka lahan bisnis, bekerja sebagai pedagang,
agen, dan lain-lain. Pada tahap itu, fondasi yang diletakkan oleh NOI mampu
mengubah cukup signifikan moral dan sikap orang Afro-Amerika. Kebanyakan dari
mereka sebelumnya adalah peminum, pecandu narkotik, pencuri, dan lainnya.18
E. Kesimpulan
Perjuangan orang Afro-Amerika untuk mengangkat kedudukannya di Amerika
Serikat telah berlangsung lama, yang terbentuk dari praktik perbudakan. Perjuangan
itu, pada 1 Januari 1863, membuat Presiden Abraham Lincoln mengeluarkan
Emancipation Proclamation, yang berdampak pada1865 dikeluarkan kebijakan untuk
menghapus praktik perbudakan di Amerika Serikat, dan Kongres memutuskan
amandemen ke-14 untuk memberikan hak-hak penduduk yang penuh kepada orang
kulit hitam. Hal itu menjadi angin segar bagi orang Afro-Amerika, namun, mereka
belum puas dengan kebijakan itu, karena dalam praktik sosial, orang kulit putih masih
menganggap rendah orang Afro-Amerika.
Pada awal abad ke-20, gerakan perjuangan itu makin meningkat. Hal itu
ditandai dengan munculnya berbagai varian, salah satu yang paling giat dan mendapat
sorotan adalah The Nation of Islam (NOI). Pergerakan yang diinisiasi oleh Timothy
Drew itu dimulai dari pemikiran Islam yang sederhana, kemudian dilanjutkan Farad
Muhammad, dan kemudian dikembangkan oleh Elijah Muhammad dan Malcolm X.
Sebagai suatu gerakan, NOI dapat dikatakan sebagai wajah modern gerakan AfroAmerika. Meskipun apa yang dibawa di dalamnya adalah Islam, namun bukan serta
merta NOI adalah gerakan fundamentalis. NOI bergerak dengan membawa unsur
pendidikan dan kemandirian ekonomi. Hal itu yang mendorong semangat orang AfroAmerika untuk tampil setara dengan orang kulit putih.
18 Alex Haley, Malcolm X: Sebuah Autobiografi, Yogyakarta: Ikon Teralitera, 2002, hal. 214.
11
Daftar Pustaka
___Ali, H.A. Mukti, Muslim Bilali dan Muslim Muhajir di Amerika Serikat, Jakarta:
Haji Mas Agung, 1990.
___Canfield, Leon H. dan Howard B. Wilder, The Making of Modern America,
Amerika Serikat: The Riberside Press Cambridge, 1952.
___Haley, Alex, Malcolm X: Sebuah Autobiografi, Yogyakarta: Ikon Teralitera, 2002.
___Hamrika, Fauzan, NOI Memimpin Black Muslim Dalam Civil Rights Movement
(1955-1965), skripsi, Depok: Universitas Indonesia, 2003.
___Mustawalena, Perjuangan NAACP dalam Rangka Menghapuskan Diskriminasi
Rasial dalam Bidang Pendidikan Terhadap Afro-Amerika Hingga Kasus Brown VS.
Board of Education Tahun 1954, skripsi, Depok: Universitas Indonesia, 2007.
___Rashad, Adib dan Game C. Miller, Islam, Black Nationalism, and Slavery,
Maryland: Beltsville, 1995.
___Robert H. Walker, American Studies Topics and Sources, London: Greenwood,
1976.
___Said ,Muhammad, Islam Afro-Amerika: Pergerakan The Nation of Islam (NOI)
(1930 – 1975), thesis, Depok: Universitas Indonesia, 2003.
___Straub, Deborah Gillon, African-American Voices.Vol. K-2. UXL. An Imprint of
Gale Research, 1996.
___Tindall, George Brown dan David Emory Shi, America A Narrative History,
Amerika Serikat: W.W. Norton & Company, Inc., 1984.
12
Makalah Sejarah Masyarakat dan Budaya Amerika Serikat
Pengajar: Agus Setiawan, Ph.D.
Disusun Oleh
Savran Billahi 1306454725
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Universitas Indonesia
2015
1
A. Pendahuluan
Masalah ras dan etnisitas dalam perkembangan Amerika Serikat merupakan
persoalan kompleks dan mendapatkan perhatian yang cukup signifikan. Perbedaan
warna kulit antara orang pendatang dari Eropa (berkulit putih) dan pendatang dari
Afrika (berkulit hitam atau kulit berwarna) adalah hal yang mendasar dari
permasalahan ras dan etnisitas itu. Ditinjau secara historis, keduanya (bangsa Eropa
dan Afrika) bukanlah penduduk asli, yang sebenarnya menduduki dan menempati
tanah orang Amerika (Indian). Namun secara garis waktu, bangsa Eropa lebih dahulu
datang daripada pendatang dari Afrika. Hal itu kemudian berdampak terhadap stigma
keduanya (orang-orang berkulit putih dan berwarna).
Selain itu, kedudukan keduanya yang berbeda menciptakan suatu kelas sosial
di dalam sistem masyarakat Amerika Serikat yang begitu tajam. Arus migrasi bangsa
Eropa pada abad ke-16 dan selanjutnya menggantikan—bahkan menghapuskan—
orang-orang Indian sebagai penduduk asli membuat orang berkulit putih merasa
memiliki kedudukan yang tinggi. Bahkan para pendatang Eropa itu menyebut tanah
Amerika sebagai “The New World” (Dunia Baru). Dalam perkembangannya, apa
yang disebut Dunia Baru itu direalisasikan dalam bentuk sistem perpolitikan dan
ekonomi, yang keseluruhan diciptakan oleh para pendatang Eropa itu.
Hal demikian berbeda dengan kisah kedatangan orang-orang Afrika ke
Amerika Serikat. Mereka datang dengan membawa kepentingan orang-orang berkulit
putih untuk dipekerjakan sebagai budak. Dari sanalah muncul etnis superior dan
inferior, di mana orang-orang berkulit putih menjadi bangsa superior dan orang-orang
berkulit hitam —selanjutnya disebuta Afro-Amerika— menjadi bangsa inferior.
Bagaikan bola salju, praktik perbudakan itu terus-menerus melekat dan selanjutnya
menggumpal hinga segala hal dikaitkan pada kedudukan kelas itu. Padahal secara
statistik, pada 1790, populasi orang kulit hitam mencapai 15 persen dari jumlah
keseluruhan penduduk Amerika. Jumlah yang cukup banyak untuk kalangan imigran.1
1 Leon H. Canfield dan Howard B. Wilder, The Making of Modern America, Amerika
Serikat: The Riberside Press Cambridge, 1952, hal. 590.
2
Dalam praktiknya, perbudakan yang dilakukan oleh orang-orang berkulit
putih terhadap orang-orang berkulit hitam mirip dengan imperialisme, yang hadir
dalam suatu hegemoni kelompok tertentu kepada kelompok lainnya. Pada
perkembangannya, praktik perbudakan itu memicu emansipasi, sehingga pecah
perang saudara yang di dalamnya sarat dengan isu perbudakan. Meskipun isu
penolakan budak mencuat, namun rasisme orang kulit putih masih relatif tinggi. Pada
awal 1800-an, muncul suatu gerakan untuk mendorong kebijakan back to Africa
(memulangkan ke Afrika). Gerakan itu tidak lain adalah suatu respon dari masyarakat
Amerika Serikat (orang kulit putih) terhadap orang Afro-Amerika. Bahkan pada
1816, didirikan suatu organisasi di House of Representative
bernama American
Society for Colonizing the Free People of Color in the United States untuk
merealisasikan gerakan itu. Reverend Robert Finley, pendukung gerakan back to
Africa, mengatakan bahwa orang Afro-Amerika dapat hidup damai, namun harus
hidup di luar Amerika Serikat. Bagi Finley, orang Afro-Amerika adalah orang Afrika,
dan tidak dapat berubah meskipun bermigrasi ke Amerika Serikat. Pendapat Finley
itu tentu bernada rasisme, meskipun menurutnya perbudakan adalah haram
Namun, perjuangan untuk menghapuskan stigma negatif terhadap orang kulit
hitam terus berlanjut, sampai pada 1 Januari 1863 Presiden Abraham Lincoln
mengeluarkan Emancipation Proclamation, yang berdampak pada1865 dikeluarkan
kebijakan untuk menghapus praktik perbudakan di Amerika Serikat, dan Kongres
memutuskan amandemen ke-14 untuk memberikan hak-hak penduduk yang penuh
kepada orang Afro-Amerika.2 Namun, orang Afro-Amerika belum puas dengan
kebijakan itu, karena dalam praktik sosial, orang kulit putih masih menganggap
rendah orang Afro-Amerika.
Pada 1875-1883, orang Afro-Amerika mendapatkan suatu kebijakan sosial
yang begitu sarat dengan rasisme, yaitu politik segregasi. Pada kisaran tahun itu,
pemerintah pusat maupun lokal menerapkan segregasi ras yang mendiskriminasi
2 Mustawalena, Perjuangan NAACP dalam Rangka Menghapuskan Diskriminasi Rasial
dalam Bidang Pendidikan Terhadap Afro-Amerika Hingga Kasus Brown VS. Board of
Education Tahun 1954, skripsi, Depok: Universitas Indonesia, 2007, hal. 1
3
orang Afro-Amerika di berbagai area publik, seperti kereta, hotel, dan restoran. 3 Hal
itu tampak pula pada pidato William Jennings Bryan tahun 1896; “I come to speak to
you in defense of a cause as holy as the cause of liberty—the cause of humanity”.
Meskipun apa yang dibawanya adalah mengenai kemerdekaan, namun apa yang
dibawa William Jennings Bryan tidak mendukung hak-hak dasar orang AfroAmerika.4 Bila dilihat dari statistik kependudukan di Amerika Serikat, pada kisaran
1870-an hingga dekade akhir abad ke-19, arus imigran yang datang dari Eropa makin
meningkat.5 Dengan demikian kuantitas orang kulit putih pun makin meningkat. Hal
itu dapat menjadi salah satu faktor denyut rasisme masih tajam di Amerika Serikat.
Dalam merespons itu, pada akhir abad ke-19 hingga pertengahan abad ke-20,
orang Afro-Amerika mulai berani mengeluarkan suaranya menentang rasisme yang
dilakukan oleh orang kulit putih—meskipun pada masa sebelumnya telah ada
perjuangan orang kulit hitam, seperti Frederick Douglass (1718–1895)—. Perjuangan
itu dimanifestasikan melalui berbagai macam gerakan, seperti melalui surat kabar,
musik, dan agama.
Pada makalah ini, pembahasan difokuskan pada gerakan orang Afro-Amerika
melalui pergerakan agama, khususnya Islam, yang secara institusional dimulai pada
1900 oleh Timothy Drew. Lebih lanjut, akumulasi dan koreksi dari pergerakannya
menciptakan The Nation of Islam, yang memiliki banyak massa dan berpengaruh
kepada stigma orang kulit putih terhadap orang Afro-Amerika.
B. Islam ala Timothy Drew: Eksperimen Baru Perjuangan Afro-Amerika
Di Amerika Serikat, pada awal abad ke-20, Islam sangat kental dengan orang
Afro-Amerika. Angin itu pertama kali dihembuskan oleh Timothy Drew. Keturunan
Afro-Amerika kelahiran New Jersey itu bekerja di sebuah kapal dagang, yang
membawanya menjelajahi berbagai negara, seperti Palestina, Mesir, India, Maroko,
dan Saudi Arabia. Dari perjalanannya itu, ia sangat terobsesi oleh budaya dan agama
3 George Brown Tindall dan David Emory Shi, America A Narrative History, Amerika
Serikat: W.W. Norton & Company, Inc., 1984, hal. 881.
4 Ibid., 878.
5 Robert H. Walker, American Studies Topics and Sources, London: Greenwood, 1976, hal.
116.
4
Islam di dunia Timur, yang bebas dari persoalan rasial seperti yang dialaminya di
Amerika Serikat.6
Pengalaman perjalanannya itulah yang menjadi benih-benih pemikiran
pergerakan Islam di Amerika Serikat, yang kemudian digunakan juga sebagai alat
untuk mengikis permasalahan rasial. Drew meyakini bahwa Islam adalah agama
orang kulit hitam (Afrika), yang dalam sejarah pernah menguasai Eropa (orang kulit
putih). Dari pemahamannya yang sederhana itu, ia menyebarkan agama Islam ke
orang kulit hitam di Amerika, yang secara keturunan berasal dari tanah Afrika.
Dari penjelasan itu, maka pergerakan Islam yang dibawa Timothy Drew
sejatinya bukan keseluruhan atas ajaran Islam, namun Islam yang dibawa adalah
salah satu pesan moral berupa persamaan hak bagi setiap manusia. Secara sederhana,
persamaan hak setiap manusia adalah Islam yang dianut Timothy Drew dalam
menyuarakan hak orang kulit hitam di Amerika Serikat. Bahkan dalam penyebaran
nilai itu, Drew membuat karya semacam kitab suci The Holy Koran, yang berisi
ajaran religius campuran antara Islam, Kristen, Sufisme, dan nilai-nilai ketimuran. 7
Karyanya itu sering disebut sebagai al-Qur’an karangan manusia.
Banyak kalangan menilai Drew telah menyimpang dari ajaran agama Islam
yang sebenarnya. Bahkan terdapat kutipan dalam karyanya itu: “semua Nabi
termasuk Yesus, Muhammad, Budha, dan Confusius”. 8 Bila ditinjau dari isi dalam
karyanya itu, Islam hanya menjadi landasan berpikir dan religiusitas Drew.
Selebihnya adalah persamaan hak dan kedudukan. Terlepas dari itu, Drew berhasil
menghembuskan nafas bagi pergerakan Islam di Amerika Serikat, khususnya
perjuangan orang kulit hitam dalam mengikis persoalan rasisme. Nama Timothy
Drew menjadi Noble Prophet Ali Drew, yang bila dijabarkan: gelar Noble diberikan
Ratu Inggris dan nama Ali diberikan oleh Sultan di Arab Saudi, mencerminkan bahwa
terdapat suatu pengakuan atas kiprah yang dilakukan Drew.
6 Adib Rashad dan Game C. Miller, Islam, Black Nationalism, and Slavery, Maryland:
Beltsville, 1995, hal. 166.
7 Muhammad Said, Islam Afro-Amerika: Pergerakan The Nation of Islam (NOI) (1930 –
1975), thesis, Depok: Universitas Indonesia, 2003, hal. 45-46.
8 Ibid., hal. 46.
5
Apa yang disebut pergerakan Islam Drew adalah pergerakan eksklusif, artinya
pergerakan yang hanya diperuntukkan orang kulit hitam. Dengan tujuan menyamakan
derajat orang kulit hitam dengan orang kulit putih, dalam konteks ini sebagai warga
Amerika Serikat. Untuk itu tidak salah bila menyamakan gerakan Drew dengan
gerakan nasionalisme Afro-Amerika. Pergerakannya cukup luas hingga ke Detroit,
Chicago, Pittsburgh dan kota-kota lain. Dengan demikian, pergerakan Drew menjadi
model baru pergerakan orang kulit hitam di awal abad ke-20. Apa yang dirumuskan
dari pengalamannya menyentuh dunia Timur menjadi bahan eksperimen menciptakan
pola baru perjuangan orang kulit hitam menyuarakan hak-haknya.
Pergerakan di bidang agama itu, selain dilakukan oleh Drew, pada saat yang
hampir sama, juga dilakukan oleh Pendeta Marcus Garvey. Selain agama, pada masa
itu, juga berkembang pola-pola perjuangan orang kulit hitam melalui bidang lain,
seperti surat kabar dan musik R&B. Masa-masa itu dinilai sebagai kebangkitan orang
kulit hitam di Amerika Serikat, mereka menyebutnya The Harlem Rennaisance.
Pergerakan mengatasnamakan agama Islam yang diinisasi oleh Drew menjadi suatu
bagian perjuangan orang kulit hitam yang berpengaruh terhadap perubahan stigma
masyarakat Amerika Serikat
C. The Nation of Islam: Wajah Pergerakan Modern Afro-Amerika
Setelah Drew wafat, pengaruhnya tidak hilang begitu saja, namun dilanjutkan
oleh Wallace D.Farad (kemudian berubah menjadi Wali Farad Muhammad). Saat
wafat, Drew meninggalkan ribuan pengikut yang menjadi basis pergerakannya.
Sebagai perkembangan dari Drew, Farad mendirikan Temple of Islam untuk
menunjang pergerakan muslim orang Afro-Amerika yang jumlahnya mencapai
sekitar 8 ribu orang. Farad menganggap dirinya sebagai juru penyelamat orang kulit
hitam.9 Upayanya yang berhasil menghimpun ribuan orang membuat dirinya
memutuskan membentuk organisasi The Nation of Islam (NOI).
9 Ibid., hal. 53.
6
Layaknya sebuah pergerakan massif, NOI memiliki pusat pergerakan. Pusat
pergerakan NOI berada di Paradise Valley di kawasan Ghetto Detroit. 10 Selama masa
perjuangannya itu, Farad juga mengkader orang Afro-Amerika yang memiliki
keberanian dan tanggung jawab tinggi untuk mengganti posisinya bila sewaktu-waktu
tidak memimpin NOI. Dan, pada 1934, Farad diberitakan menghilang dari publik dan
secara otomatis posisinya digantikan oleh orang yang telah dikaderkanya, yaitu Elijah
Muhammad.
Sama seperti Farad, sebagai penunjang pergerakannya, Elijah mendirikan
Temple no. 2, yang kemudian menjadi markas besar NOI. Yang menjadi pembeda
pergerkan NOI pada masa kepemimpinan Elijah adalah dikembangkannya usaha
peningkatan ekonomi orang Afro-Amerika, seperti mendorong mereka membuka toko
atau rumah makan. Untuk meningkatkan peranan ekonomi orang Afro-Amerika, NOI
di bawah pimpinan Elijah juga mendirikan Universitas Islam untuk kalangan orang
Afro-Amerika. Bahkan dalam perkembangannya, NOI berhasil mendirikan bank dan
juga perusahaan.
Dalam tataran itu, NOI berkembang pesat dan bertransformasi menjadi
pergerakan yang semakin massif. Temple of Islam banyak didirikan untuk lebih
menggerakkan NOI, bahkan di tubuh NOI juga didirikan organisasi keagamaan
bernama Fruit of Islam (FOI). Dengan demikian jaringan internal NOI semakin kuat
dan terhubung. NOI di bawah kepemimpinan Elijah dinilai berhasil membangkitkan
kaum kulit hitam dari keterpurukan mental kaum kulit putih. 11 Sebagai suatu
pergerakan dan perjuangan, apa yang dibawa Elijah itu merupakan suatu revolusi
pemikiran yang sangat drastis di kalangan orang Afro-Amerika, di mana pandangan
negatif dari orang kulit putih bisa diredam dengan keberanian orang Afro-Amerika
untuk bebas mengekspresikan dirinya.
Pada kisaran tahun 1950-an, NOI mendapatkan kader baru bernama Malcolm
X, seorang mantan narapida pecandu narkotik. Meskipun begitu, di NOI ia berhasil
mencuat menjadi juru bicara Elijah. Kemampuan bicara dan wawasannya yang luas
10 Ibid., hal. 51
11 H.A. Mukti Ali, Muslim Bilali dan Muslim Muhajir di Amerika Serikat, Jakarta: Haji Mas
Agung, 1990, hal. 61.
7
mampu mengangkat dirinya sebagai orator kelas internasional dan membawa nama
baik kaum kulit hitam. Malcolm X adalah sosok yang lahir dari penderitaan dan
pengalaman buruk berkepanjangan, sehingga sebelum memutuskan untuk menjadi
muslim ia hidup tidak beraturan, dan akhirnya dipenjarakan.
Hingga awal 1960-an Malcolm X menjadi simbol penentangan orang AfroAmerika terhadap kaum kulit putih. Ia banyak menyuarakan hak-hak dasar manusia
untuk mendapatkan kebebasan tanpa melihat golongan atau ciri fisik. Berkat
kemampuannya, NOI berubah dari suatu komunitas minoritas menjadi organisasi
berskala nasional.12 Berkat kemampuannya juga, apa yang melekat pada dirinya, yaitu
lambang X, menjadi bahan bisnis yang laku di pasaran Amerika Serikat. Lambang X
terpampang pada topi-topi ataupun kaos-kaos.
Dengan demikian, secara langsung maupun tidak langsung, posisi orang AfroAmerika dalam praktik sosial mulai disamakan kedudukannya dengan orang kulit
putih. Hal itu merupakan kemajuan yang signifikan sepanjang sejarah perjuangan
orang Afro-Amerika. Sorotan media terhadap perjuangan orang Afro-Amerika dengan
simbol Malcolm X membuat publik Amerika Serikat semakin tersadar akan
kepentingan hak-hak orang Afro-Amerika. Lebih jauh lagi, sebagai organisasi, NOI
berhasil membawa semacam ideologi rasialisme kepada tujuannya, yaitu mengangkat
hak orang Afro-Amerika di mata masyarakat Amerika Serikat.
Do for Self (Berbuat untuk Diri Sendiri) menjadi slogan pergerakan. Dalam
pergerakannya itu, untuk mengangkat kedudukan orang Afro-Amerika, NOI bergerak
dalam berbagai bidang, seperti ekonomi dan pendidikan. Kedua hal itu mengangkat
kemandirian dan kepercayaan orang Afro-Amerika sebagai penduduk Amerika
Serikat. Proses yang terbentuk di dalam internal NOI adalah suatu perkembangan,
yang di setiap masa kepemimpinannya selalu bermetamorfosis. Dimulai dari
pemahaman Islam yang sederhana oleh Timothy Drew, kemudian dilanjutkan Farad
Muhammad yang dianggap oleh kalangan orang Afro-Amerika sebagai Imam
12 Deborah Gillon Straub, African-American Voices.Vol. K-2. UXL. An Imprint of Gale
Research, 1996, hal. 66.
8
Mahdi,13 kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Elijah Muhammad, dan diteruskan
oleh Malcolm X.
Pada masa kepemimpinan Malcolm X, NOI mencapai puncaknya. Hal itu
ditandai dengan konflik internal yang diawali oleh keterbukaan pemikiran Malcolm X
terhadap Islam. Perubahan itu ia dapatkan setelah melakukan perjalanan haji ke Arab
Saudi. Dengan terang-terangan ia menjelaskan bahwa Islam yang diajarkan Elijah
tentang Islam adalah salah, karena muslim selain dianut oleh orang kulit hitam, juga
dianut oleh orang kulit putih.14 Keterbukaan Malcolm itu membuat orang-orang yang
datang untuk mendengar ceramahnya makin banyak. Dan, hal itu membuat iri
beberapa anggota NOI yang juga ingin mendapat posisi sepertinya. Padahal menurut
Malcolm apa yang dilakukannya semata-mata untuk mengabdi kepada gurunya,
Elijah, meskipun dalam hal tertentu ia juga mengkritiknya. Seakan tidak menanggapi
kritik Malcolm, Elijah malah memujinya sebagai pemimpin yang memiliki karakter
kuat.
Konflik internal makin mengerucut saat Elijah diketahui menghamili dua
sekretaris pribadinya. Menanggapi hal itu Malcolm menyatakan bahwa Elijah telah
mengkhianaiti perjuangan black muslim.15 Sampai akhirnya pada kasus kematian John
F. Kennedy, Malcolm keluar dari permintaan Elijah dengan ditandai mengeluarkan
pernyataan bahwa pembunuh John F. Kennedy adalah orang-orang kulit putih yang
hipokrit, padahal di saat yang bersamaan Elijah meminta kepada seluruh anggota NOI
untuk tidak mengeluarkan pernyataan kepada pers.16 Pada perkembangan selanjutnya,
Malcolm ingin membuat suatu organisasi yang dapat menampung segala lapisan kulit
hitam, bukan dari black muslim saja. Kabar itu meluas dan Malcolm mencari dana
untuk pembangunan tempat peribadatan baru, yang dananya ternyata mengucur dari
berbagai kalangan, bahkan dari orang kulit putih dan umat kristiani. Usahanya itu
membuat Elijah mengeluarkan Malcolm dari NOI, dan menyulut kemarahan kaum
fanatik NOI hingga akhirnya membunuh Malcolm saat ingin membuka ceramahnya.
13 Op.Cit., Muhammad Said, hal. 69.
14 Ibid., hal. 78.
15 Fauzan Hamrika, NOI Memimpin Black Muslim Dalam Civil Rights Movement (1955-
1965), skripsi, Depok: Universitas Indonesia, 2003, hal. 62.
16 Ibid.
9
Meskipun begitu, apa yang dibawa Malcolm memiliki pengaruh cukup besar terhadap
perubahan stigma orang kulit putih terhadap orang Afro-Amerika.
D. Pergerakan NOI di Bidang Rehabilitasi dan Pendidikan
Terlepas dari konflik di atas, yang menarik dari pergerakan orang AfroAmerika itu (NOI) adalah langkah konkret yang dilakukan di dalamnya terkait
pengembangan moral dan pendidikan. NOI sejatinya bukan hanya menuntut
persamaan kedudukan dan hak mereka, namun memberikan upaya sekaligus solusi
terkait pandangan negatif dari orang kulit putih. Pemikiran itu mereka kembangkan
dari nilai-nilai Islam tentang persamaan kedudukan manusia di mata Tuhan.
Dalam proses rehibitalisasi, target NOI adalah orang-orang Afro-Amerika
yang mengalami kecanduan obat-obatan narkotik. Untuk membalikkan kehidupan
negatif seseorang Afro-Amerika, NOI memiliki beberapa langkah strategis. Dimulai
dari proses penyadaran, kemudian penjelasan sebab mereka menggunakan obat
narkotik, kemudian proses peyakinan diri pecandu, hingga mereka meninggalkan
secara utuh obat-obatan terlarang itu. Setelah sembuh, mereka harus mencari orangorang Afro-Amerika lainnya yang juga kecanduan untuk direhibitalisasi. 17 Dari proses
itu secara perlahan keturunan-keturunan Afro-Amerika berasil direhibitalisasi.
Di bidang pendidikan, NOI mendirikan jenjang pendidikan berkelanjutan,
mulai dari Taman Kanak-kanak, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Sekolah
Lanjutan Atas, sampai Universitas Islam. Dalam proses pendidikan itu, apa yang
diajarkan di dalamnya adalah metode didaktis untuk mengenalkan keberadaan
kedudukan orang Afro-Amerika, seperti bahasa dan sejarah. Proses di dalam
pendidikan itu digunakan NOI untuk menyandarkan orang Afro-Amerika terhadap
kecerdasan intelektual sebagai modal dasar menuntut persamaan hak dan kedudukan.
Sebagai lanjutan, NOI juga mendirikan bank dan pasar mandiri. Apa yang
dibangun itu memiliki tujuan untuk mengembangkan bisnis orang kulit hitam ke
dunia internasional. Di pasar mandiri yang didirikan NOI itu juga dibentuk suatu
kontak dagang internasional, namun uang yang berasal dari konsumen lebih diputar
17 Op.Cit., Muhammad Said, hal. 70.
10
di kalangan internal. Dari sana, orang Afro-Amerika menjadi lebih giat
mengembangkan usahanya, seperti membuka lahan bisnis, bekerja sebagai pedagang,
agen, dan lain-lain. Pada tahap itu, fondasi yang diletakkan oleh NOI mampu
mengubah cukup signifikan moral dan sikap orang Afro-Amerika. Kebanyakan dari
mereka sebelumnya adalah peminum, pecandu narkotik, pencuri, dan lainnya.18
E. Kesimpulan
Perjuangan orang Afro-Amerika untuk mengangkat kedudukannya di Amerika
Serikat telah berlangsung lama, yang terbentuk dari praktik perbudakan. Perjuangan
itu, pada 1 Januari 1863, membuat Presiden Abraham Lincoln mengeluarkan
Emancipation Proclamation, yang berdampak pada1865 dikeluarkan kebijakan untuk
menghapus praktik perbudakan di Amerika Serikat, dan Kongres memutuskan
amandemen ke-14 untuk memberikan hak-hak penduduk yang penuh kepada orang
kulit hitam. Hal itu menjadi angin segar bagi orang Afro-Amerika, namun, mereka
belum puas dengan kebijakan itu, karena dalam praktik sosial, orang kulit putih masih
menganggap rendah orang Afro-Amerika.
Pada awal abad ke-20, gerakan perjuangan itu makin meningkat. Hal itu
ditandai dengan munculnya berbagai varian, salah satu yang paling giat dan mendapat
sorotan adalah The Nation of Islam (NOI). Pergerakan yang diinisiasi oleh Timothy
Drew itu dimulai dari pemikiran Islam yang sederhana, kemudian dilanjutkan Farad
Muhammad, dan kemudian dikembangkan oleh Elijah Muhammad dan Malcolm X.
Sebagai suatu gerakan, NOI dapat dikatakan sebagai wajah modern gerakan AfroAmerika. Meskipun apa yang dibawa di dalamnya adalah Islam, namun bukan serta
merta NOI adalah gerakan fundamentalis. NOI bergerak dengan membawa unsur
pendidikan dan kemandirian ekonomi. Hal itu yang mendorong semangat orang AfroAmerika untuk tampil setara dengan orang kulit putih.
18 Alex Haley, Malcolm X: Sebuah Autobiografi, Yogyakarta: Ikon Teralitera, 2002, hal. 214.
11
Daftar Pustaka
___Ali, H.A. Mukti, Muslim Bilali dan Muslim Muhajir di Amerika Serikat, Jakarta:
Haji Mas Agung, 1990.
___Canfield, Leon H. dan Howard B. Wilder, The Making of Modern America,
Amerika Serikat: The Riberside Press Cambridge, 1952.
___Haley, Alex, Malcolm X: Sebuah Autobiografi, Yogyakarta: Ikon Teralitera, 2002.
___Hamrika, Fauzan, NOI Memimpin Black Muslim Dalam Civil Rights Movement
(1955-1965), skripsi, Depok: Universitas Indonesia, 2003.
___Mustawalena, Perjuangan NAACP dalam Rangka Menghapuskan Diskriminasi
Rasial dalam Bidang Pendidikan Terhadap Afro-Amerika Hingga Kasus Brown VS.
Board of Education Tahun 1954, skripsi, Depok: Universitas Indonesia, 2007.
___Rashad, Adib dan Game C. Miller, Islam, Black Nationalism, and Slavery,
Maryland: Beltsville, 1995.
___Robert H. Walker, American Studies Topics and Sources, London: Greenwood,
1976.
___Said ,Muhammad, Islam Afro-Amerika: Pergerakan The Nation of Islam (NOI)
(1930 – 1975), thesis, Depok: Universitas Indonesia, 2003.
___Straub, Deborah Gillon, African-American Voices.Vol. K-2. UXL. An Imprint of
Gale Research, 1996.
___Tindall, George Brown dan David Emory Shi, America A Narrative History,
Amerika Serikat: W.W. Norton & Company, Inc., 1984.
12