Pengembangan Energi Panas Bumi tambu
Pengembangan Energi Panas Bumi
Potensi Panas Bumi Indonesia
Indonesia memiliki potensi panas bumi terbesar di dunia dengan menyimpan 40
persen sumber daya panas bumi dunia. Tetapi dari segi pengembangannya, Indonesia
masih kalah dibandingkan dengan Amerika Serikat dan Filipina. Amerika Serikat memiliki
kapasitas pembangkit energi panas bumi terpasang yang terbesar dengan nilai 3.093
megawatt, diikuti Filipina dengan nilai 1.904 megawatt, dan Indonesia di urutan ketiga
dengan nilai 1.341 megawatt.1 Padahal Indonesia memiliki total potensi energi panas bumi
sebesar 29 ribu megawatt yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Berarti potensi panas
bumi yang terserap untuk pembangkit listrik hanya sebesar 4,6 % dari total potensi.2
Menurut data DESDM, potensi energi panas bumi di Indonesia sebesar 219 Juta
BOE atau setara 27,00 GW. Namun kapasitas yang terpasang baru mencapai 0,8 GW
(DESDM, 2006).
Tabel Potensi Energi Nasional Tahun 2005
Sumber: DESDM
Di sisi lain, jumlah konsumsi bahan bakar minyak di Indonesia mencapai angka 1,4
juta barel per hari. Produksi minyak nasional hanya 850 ribu barel per hari dan jatah
pemerintah hanya berkisar 540 ribu barel per hari. Timbul impor yang cukup besar, sebesar
900 ribu barel per hari yang harus diimpor.3 Sementara itu subsidi tahun 2012 untuk BBM
sebesar Rp 211,9 triliun dan subsidi listrik sebesar Rp 94,6 triliun sehingga total subsidi
sangat besar, yaitu di atas Rp 300 trilyun.4 Dalam kondisi fluktuasi harga minyak yang
pernah mencapai USD 140 per barel, maka subsidi sangat memberatkan Pemerintah. Oleh
karena itu perlu digalakkan energi alternatif dari energi baru dan terbarukan, salah satunya
adalah energi panas bumi.
1
http://www.tempo.co/read/news/2013/03/14/090467109/Energi-Panas-Bumi-Indonesia-Kalah-dari-Filipina
http://ekonomi.inilah.com/read/detail/1979594/potensi-panas-bumi-hanya-terserap-1341mw#.Ubk38dheS84
3
http://www.solopos.com/2013/01/06/konsumsi-bbm-kebutuhan-terus-meningkat-impor-minyak-indonesia2013-bakal-membengkak-365108
4
http://nasional.kontan.co.id/news/realisasi-subsidi-bbm-dan-listrik-membengkak
2
1
Pemerintah cukup menyadari kondisi ini. Maka Presiden pada tanggal 25 Januari
2006 menetapkan Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi
Nasional. Dalam perpres tersebut, pemerintah menargetkan sasaran kebijakan energi
nasional berupa terwujudnya bauran energi yang optimal pada tahun 2025, yaitu minyak
bumi menjadi kurang dari 20%, gas bumi menjadi lebih dari 30%, batubara menjadi lebih
dari 33%, dan total energi baru dan terbarukan menjadi lebih dari 17% dengan proporsi
panas bumi sebesar 5%. Rata-rata proporsi energi panas bumi dalam bauran energi
nasional sangat kecil, hanya sebesar 1,6 persen (Pusdatin, 2006).
Kelebihan
Energi panas bumi sangat layak dikembangkan karena memiliki banyak kelebihan, di
antaranya sebagai berikut:
Energi ini termasuk energi yang ramah lingkungan karena emisi gas CO2 yang
dihasilkan lebih sedikit dibandingkan energi fosil.
Pengembangan panas bumi dapat menjaga kelestarian hutan karena untuk menjaga
keseimbangan sistem panas bumi diperlukan perlindungan hutan yang berfungsi
sebagai daerah resapan.
Kehandalan tenaga listrik yang dihasilkan dari panas bumi dapat dipertahankan dalam
jangka panjang (bisa lebih dari 30 tahun).
Pada umumnya capacity factor pembangkit tenaga listrik panas bumi yang ada di
Indonesia bisa mencapai 90 persen per tahun, sehingga dapat dijadikan sebagai beban
dasar dalam sistem ketenagalistrikan.
Pengangkutan sumber daya panas bumi tidak terpengaruh oleh risiko transportasi
karena tidak menggunakan mobile transportation tetapi hanya menggunakan jaringan
pipa dalam jangkauan yang pendek.
Energi panas bumi tersedia secara berkesinambungan sepanjang tahun. Produktivitas
sumber daya panas bumi relatif tidak terpengaruh oleh perubahan iklim tahunan. Ini
berbeda dengan tenaga air yang dipengaruhi musim tahunan.
Pemanfaatan energi panas bumi tidak memerlukan lahan yang luas.
Energi panas bumi dapat dimanfaatkan secara langsung untuk pembangkit listrik.
Harga listrik yang diperoleh dari panas bumi sangat murah yaitu sebesar $ 7 – 10 sen
per kwh. Harga ini jauh di bawah harga listrik yang diperoleh dari bahan bakar minyak
yaitu sebesar $ 40 – 45 sen per kwh.
Hambatan Regulasi
Walaupun potensi panas bumi Indonesia sangat besar dan banyak kelebihan energi
panas bumi, namun sejumlah kendala menghadang pengembangan energi panas bumi.
Kendala yang signifikan adalah hambatan regulasi.
Sejumlah regulasi yang ditetapkan pemerintah terlihat kurang mendukung
pengembangan panas bumi di Indonesia. Salah satunya terlihat dari ketidaksesuaian
undang-undang tentang panas bumi dengan undang-undang kehutanan dan masalah
2
konservasi dalam pelaksanaan panas bumi. Ketidaksesuaian antar dua undang-undang
tersebut menyebabkan terhentinya kegiatan di sejumlah wilayah kerja panas bumi di tingkat
eksplorasi dan eksploitasi.
Sekretaris Dirjen Energi Baru Terbarukan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian
Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Djajang Sukarna, mengungkapkan pembangunan
pembangkit listrik panas bumi masih terkendala peraturan tentang kehutanan dan masalah
konservasi dalam pelaksanaan panas bumi.5 Undang Undang No. 27 tahun 2003 tentang
Panas Bumi dinilai sebagai salah satu penghambat implementasi panas bumi di Indonesia.
Isi UU tersebut yang menyebut kegiatan pemanfaatan panas bumi sebagi pertambangan
membuat pemanfaatan energi terbarukan itu tak bisa dilakukan di wilayah hutan konservasi
yang mencakup banyak wilayah potensial untuk panas bumi.6
Revisi UU
Untuk menghilangkan hambatan regulasi, saat ini revisi Undang Undang No. 27
tahun 2003 tentang Panas Bumi sedang digodok. Bahkan tidak cuma revisi, banyak hal
yang perlu diubah dalam peraturan itu. Wardaya Karnika, Dirjen Energi Baru dan
Terbarukan Kementerian ESDM, menyampaikan empat hal pokok yang menjadi concern
dalam revisi UU itu.7
Keempat hal pokok yang hendak direvisi adalah sebagai berikut:
Konsep dan filosofis
Dari UU itu, sekarang panas bumi dianggap sebagai sumber penerimaan negara.
Harusnya tidak begitu. Panas bumi seharusnya dianggap sebagai alternatif untuk
menyediakan energi yang sustain. Kalau mau dijadikan sebagai sumber penerimaan, itu
bukan yang utama.
Penghilangan kata “pertambangan”
Soal pertambangan, itu akan dihilangkan. Sampai saat ini, eksplorasi energi panas bumi
masih dikategorikan sebagai salah satu bentuk pertambangan sehingga bertentangan
dengan peraturan konservasi hutan. Dengan penghapusan itu, maka kegiatan
pemanfaatan panas bumi bisa dilakukan di wilayah konservasi. Dampak panas bumi
terhadap lingkungan sangat kecil.
Wilayah
Revisi juga mencakup wilayah di mana panas bumi bisa dimanfaatkan. Sekarang panas
bumi itu seolah-olah hanya bisa di darat, tidak di laut. Padahal panas bumi itu soal
gunung berapi dan gunung berapi tidak hanya di darat, tapi juga di laut.
Penyederhanaan proses implementasi
Hal keempat yang disinggung adalah penyederhanaan proses implementasi panas
bumi.
5
http://economy.okezone.com/read/2012/07/18/19/665122/aturan-tumpang-tindih-persulit-pembangunangeothermal
6
http://sains.kompas.com/read/2011/12/02/20495191/Empat.Rencana.Revisi.UU.Panas.Bumi
7
ibid
3
Sosialisasi RUU Panas Bumi
Rancangan Undang-Undang tentang Panas Bumi (RUU Panas Bumi) sebagai
pengganti Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi kemudian
disosialisasikan oleh pemerintah.8
Hal-hal penting dari RUU tersebut adalah sebagai berikut:
Landasan hukum bagi pembaruan usaha panas bumi
Penyusunan RUU Panas Bumi ini bertujuan untuk lebih memberikan landasan hukum
bagi langkah-langkah pembaruan dan penataan kembali pada kegiatan usaha panas
bumi.
RUU Panas Bumi ini diharapkan lebih memberikan kepastian hukum kepada pelaku
sektor panas bumi secara seimbang dan tidak diskriminatif sehingga sumber daya panas
bumi dapat dimanfaatkan secara optimal dalam rangka mendukung ketahanan dan
kemandirian energi nasional.
Penghilangan istilah pertambangan
Dalam RUU Panas Bumi ini diatur beberapa hal pokok di antaranya adalah
penghilangan istilah „pertambangan/penambangan‟ dalam kegiatan usaha panas bumi.
Hal ini dimaksudkan agar pengusahaan panas bumi dapat sinergi dengan regulasi yang
mengatur tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, yaitu
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990, sehingga pemanfaatan panas bumi tidak hanya
dapat dilakukan di kawasan hutan lindung dan hutan produksi, namun juga dapat
dilakukan di kawasan hutan konservasi.
Hal lain yang penting
Selain itu, RUU ini juga mengatur tentang harga energi panas bumi, izin lingkungan
dalam kegiatan usaha panas bumi, participating interest, pengalihan saham, penugasan
Pemerintah kepada BLU atau BUMN, adanya kewenangan menteri untuk menghentikan
sementara, mencabut, dan membatalkan Izin Panas Bumi yang dikeluarkan oleh
gubernur atau bupati/walikota pada kondisi tertentu, pembatasan jangka waktu kuasa,
kontrak atau izin pengusahaan panas bumi dan mekanisme renegosiasi harga
uap/tenaga listrik.
Nilai Ekonomi
Sejumlah kendala ekonomi menghambat pengembangan panas bumi. Panas bumi
memerlukan dana yang sangat besar untuk investasi awal. Sebagai contoh, untuk
pengembangan energi panas bumi yang dapat menghasilkan listrik 45 MW diperlukan
investasi sekira USD105 juta.9 Selain itu, kurangnya minat bank lokal dalam memberikan
pembiayaan proyek-proyek panas bumi di Indonesia. Karena menurut perbankan, proyek
8
http://ekbis.sindonews.com/read/2013/04/18/34/739417/kementerian-esdm-sosialisasikan-ruu-panas-bumi
9
http://economy.okezone.com/read/2011/01/20/320/416024/3-kendala-hambatan-pengembangan-energigeothermal
4
panas bumi memiliki risiko usaha tinggi dan memerlukan waktu yang relatif lama untuk
memperoleh modal kembali.10
Untuk menggairahkan investasi panas bumi, pemerintah akan menaikkan harga
listrik yang dihasilkan pembangkit listrik panas bumi (PLTP) dari 9,7 sen dollar AS per
kilowatt hour (kWh) menjadi 10-17 sen dollar AS per kWh dengan besaran tarif beragam
antardaerah dan pulau.11
Penolakan Masyarakat
Sejumlah proyek panas bumi menghadapi kendala penolakan masyarakat. Di
Lampung, pembangunan proyek panas bumi di Gunung Rajabasa ditolak oleh masyarakat
adat. Ada alasan ekonomi, lingkungan, dan budaya. Mereka khawatir eksplorasi panas bumi
di perut gunung itu akan mematikan sumber penghidupan masyarakat adat. Ada puluhan
ribu jiwa di delapan kecamatan yang menggantungkan hidup dari Gunung Rajabasa. Di
gunung itu terdapat puluhan sumber mata air yang selama ini menjadi sumber utama
kehidupan warga. Sementara secara adat, Gunung Rajabasa pernah menjadi tempat
perlindungan warga saat letusan Gunung Krakatau pada 1883 silam. Di lereng dan puncak
gunung itu juga terdapat belasan benteng pertahanan dan tempat bersejarah peninggalan
Radin Intan dari gempuran Belanda.12
Di Bali, pengembangan panas bumi Bedugul di Kabupaten Tabanan ditolak oleh
masyarakat, DPRD, dan pemerintah provinsi Bali. Alasannya, proyek panas bumi Bedugul
sulit dilaksanakan baik dari segi kajian teknis maupun sosial budaya. Proyek itu juga
dikhawatirkan akan merusak lingkungan dan tatanan areal spiritual Bali. Bedugul merupakan
kawasan hutan yang merupakan daerah resapan air bagi Bali.13
Sementara itu, di Pangalengan, Bandung, akibat pecahnya katup pengaman pipa,
warga sekitar mempertanyakan dampak proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi
(PLTP) Wayang Windu terhadap keselamatan warga. Warga juga tidak puas atas program
Community Development yang mereka nilai tidak tepat dan terjadi diskriminasi. Selain itu,
warga juga menuntut diimplementasikannya program CSR secara transparan dan
menyeluruh kepada masyarakat.14
Penutup
Potensi besar energi panas bumi mengadapi sejumlah tantangan dalam
pengembangannya. Tantangan itu harus diatasi sehingga potensi besar panas bumi itu
dapat dimanfaatkan untuk kemaslahatan masyarakat. Di sini diperlukan koordinasi semua
pihak yaitu pemerintah, pengusaha, dan masyarakat.
10
ibid
http://sains.kompas.com/read/2012/07/19/03045363/Investasi.Panas.Bumi.Bergairah
12
http://www.tempo.co/read/news/2013/05/29/058484292/Masyarakat-Adat-Lampung-Tolak-Proyek-PanasBumi
13
http://www.voaindonesia.com/content/bali-tolak-rencana-pengembangan-geothermal-bedugul136660338/102978.html
11
14
http://kecamatan-kutawaringin.blogspot.com/2009/10/warga-menolak-pltp-tahap-iii-setelah.html
5
Potensi Panas Bumi Indonesia
Indonesia memiliki potensi panas bumi terbesar di dunia dengan menyimpan 40
persen sumber daya panas bumi dunia. Tetapi dari segi pengembangannya, Indonesia
masih kalah dibandingkan dengan Amerika Serikat dan Filipina. Amerika Serikat memiliki
kapasitas pembangkit energi panas bumi terpasang yang terbesar dengan nilai 3.093
megawatt, diikuti Filipina dengan nilai 1.904 megawatt, dan Indonesia di urutan ketiga
dengan nilai 1.341 megawatt.1 Padahal Indonesia memiliki total potensi energi panas bumi
sebesar 29 ribu megawatt yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Berarti potensi panas
bumi yang terserap untuk pembangkit listrik hanya sebesar 4,6 % dari total potensi.2
Menurut data DESDM, potensi energi panas bumi di Indonesia sebesar 219 Juta
BOE atau setara 27,00 GW. Namun kapasitas yang terpasang baru mencapai 0,8 GW
(DESDM, 2006).
Tabel Potensi Energi Nasional Tahun 2005
Sumber: DESDM
Di sisi lain, jumlah konsumsi bahan bakar minyak di Indonesia mencapai angka 1,4
juta barel per hari. Produksi minyak nasional hanya 850 ribu barel per hari dan jatah
pemerintah hanya berkisar 540 ribu barel per hari. Timbul impor yang cukup besar, sebesar
900 ribu barel per hari yang harus diimpor.3 Sementara itu subsidi tahun 2012 untuk BBM
sebesar Rp 211,9 triliun dan subsidi listrik sebesar Rp 94,6 triliun sehingga total subsidi
sangat besar, yaitu di atas Rp 300 trilyun.4 Dalam kondisi fluktuasi harga minyak yang
pernah mencapai USD 140 per barel, maka subsidi sangat memberatkan Pemerintah. Oleh
karena itu perlu digalakkan energi alternatif dari energi baru dan terbarukan, salah satunya
adalah energi panas bumi.
1
http://www.tempo.co/read/news/2013/03/14/090467109/Energi-Panas-Bumi-Indonesia-Kalah-dari-Filipina
http://ekonomi.inilah.com/read/detail/1979594/potensi-panas-bumi-hanya-terserap-1341mw#.Ubk38dheS84
3
http://www.solopos.com/2013/01/06/konsumsi-bbm-kebutuhan-terus-meningkat-impor-minyak-indonesia2013-bakal-membengkak-365108
4
http://nasional.kontan.co.id/news/realisasi-subsidi-bbm-dan-listrik-membengkak
2
1
Pemerintah cukup menyadari kondisi ini. Maka Presiden pada tanggal 25 Januari
2006 menetapkan Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi
Nasional. Dalam perpres tersebut, pemerintah menargetkan sasaran kebijakan energi
nasional berupa terwujudnya bauran energi yang optimal pada tahun 2025, yaitu minyak
bumi menjadi kurang dari 20%, gas bumi menjadi lebih dari 30%, batubara menjadi lebih
dari 33%, dan total energi baru dan terbarukan menjadi lebih dari 17% dengan proporsi
panas bumi sebesar 5%. Rata-rata proporsi energi panas bumi dalam bauran energi
nasional sangat kecil, hanya sebesar 1,6 persen (Pusdatin, 2006).
Kelebihan
Energi panas bumi sangat layak dikembangkan karena memiliki banyak kelebihan, di
antaranya sebagai berikut:
Energi ini termasuk energi yang ramah lingkungan karena emisi gas CO2 yang
dihasilkan lebih sedikit dibandingkan energi fosil.
Pengembangan panas bumi dapat menjaga kelestarian hutan karena untuk menjaga
keseimbangan sistem panas bumi diperlukan perlindungan hutan yang berfungsi
sebagai daerah resapan.
Kehandalan tenaga listrik yang dihasilkan dari panas bumi dapat dipertahankan dalam
jangka panjang (bisa lebih dari 30 tahun).
Pada umumnya capacity factor pembangkit tenaga listrik panas bumi yang ada di
Indonesia bisa mencapai 90 persen per tahun, sehingga dapat dijadikan sebagai beban
dasar dalam sistem ketenagalistrikan.
Pengangkutan sumber daya panas bumi tidak terpengaruh oleh risiko transportasi
karena tidak menggunakan mobile transportation tetapi hanya menggunakan jaringan
pipa dalam jangkauan yang pendek.
Energi panas bumi tersedia secara berkesinambungan sepanjang tahun. Produktivitas
sumber daya panas bumi relatif tidak terpengaruh oleh perubahan iklim tahunan. Ini
berbeda dengan tenaga air yang dipengaruhi musim tahunan.
Pemanfaatan energi panas bumi tidak memerlukan lahan yang luas.
Energi panas bumi dapat dimanfaatkan secara langsung untuk pembangkit listrik.
Harga listrik yang diperoleh dari panas bumi sangat murah yaitu sebesar $ 7 – 10 sen
per kwh. Harga ini jauh di bawah harga listrik yang diperoleh dari bahan bakar minyak
yaitu sebesar $ 40 – 45 sen per kwh.
Hambatan Regulasi
Walaupun potensi panas bumi Indonesia sangat besar dan banyak kelebihan energi
panas bumi, namun sejumlah kendala menghadang pengembangan energi panas bumi.
Kendala yang signifikan adalah hambatan regulasi.
Sejumlah regulasi yang ditetapkan pemerintah terlihat kurang mendukung
pengembangan panas bumi di Indonesia. Salah satunya terlihat dari ketidaksesuaian
undang-undang tentang panas bumi dengan undang-undang kehutanan dan masalah
2
konservasi dalam pelaksanaan panas bumi. Ketidaksesuaian antar dua undang-undang
tersebut menyebabkan terhentinya kegiatan di sejumlah wilayah kerja panas bumi di tingkat
eksplorasi dan eksploitasi.
Sekretaris Dirjen Energi Baru Terbarukan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian
Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Djajang Sukarna, mengungkapkan pembangunan
pembangkit listrik panas bumi masih terkendala peraturan tentang kehutanan dan masalah
konservasi dalam pelaksanaan panas bumi.5 Undang Undang No. 27 tahun 2003 tentang
Panas Bumi dinilai sebagai salah satu penghambat implementasi panas bumi di Indonesia.
Isi UU tersebut yang menyebut kegiatan pemanfaatan panas bumi sebagi pertambangan
membuat pemanfaatan energi terbarukan itu tak bisa dilakukan di wilayah hutan konservasi
yang mencakup banyak wilayah potensial untuk panas bumi.6
Revisi UU
Untuk menghilangkan hambatan regulasi, saat ini revisi Undang Undang No. 27
tahun 2003 tentang Panas Bumi sedang digodok. Bahkan tidak cuma revisi, banyak hal
yang perlu diubah dalam peraturan itu. Wardaya Karnika, Dirjen Energi Baru dan
Terbarukan Kementerian ESDM, menyampaikan empat hal pokok yang menjadi concern
dalam revisi UU itu.7
Keempat hal pokok yang hendak direvisi adalah sebagai berikut:
Konsep dan filosofis
Dari UU itu, sekarang panas bumi dianggap sebagai sumber penerimaan negara.
Harusnya tidak begitu. Panas bumi seharusnya dianggap sebagai alternatif untuk
menyediakan energi yang sustain. Kalau mau dijadikan sebagai sumber penerimaan, itu
bukan yang utama.
Penghilangan kata “pertambangan”
Soal pertambangan, itu akan dihilangkan. Sampai saat ini, eksplorasi energi panas bumi
masih dikategorikan sebagai salah satu bentuk pertambangan sehingga bertentangan
dengan peraturan konservasi hutan. Dengan penghapusan itu, maka kegiatan
pemanfaatan panas bumi bisa dilakukan di wilayah konservasi. Dampak panas bumi
terhadap lingkungan sangat kecil.
Wilayah
Revisi juga mencakup wilayah di mana panas bumi bisa dimanfaatkan. Sekarang panas
bumi itu seolah-olah hanya bisa di darat, tidak di laut. Padahal panas bumi itu soal
gunung berapi dan gunung berapi tidak hanya di darat, tapi juga di laut.
Penyederhanaan proses implementasi
Hal keempat yang disinggung adalah penyederhanaan proses implementasi panas
bumi.
5
http://economy.okezone.com/read/2012/07/18/19/665122/aturan-tumpang-tindih-persulit-pembangunangeothermal
6
http://sains.kompas.com/read/2011/12/02/20495191/Empat.Rencana.Revisi.UU.Panas.Bumi
7
ibid
3
Sosialisasi RUU Panas Bumi
Rancangan Undang-Undang tentang Panas Bumi (RUU Panas Bumi) sebagai
pengganti Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi kemudian
disosialisasikan oleh pemerintah.8
Hal-hal penting dari RUU tersebut adalah sebagai berikut:
Landasan hukum bagi pembaruan usaha panas bumi
Penyusunan RUU Panas Bumi ini bertujuan untuk lebih memberikan landasan hukum
bagi langkah-langkah pembaruan dan penataan kembali pada kegiatan usaha panas
bumi.
RUU Panas Bumi ini diharapkan lebih memberikan kepastian hukum kepada pelaku
sektor panas bumi secara seimbang dan tidak diskriminatif sehingga sumber daya panas
bumi dapat dimanfaatkan secara optimal dalam rangka mendukung ketahanan dan
kemandirian energi nasional.
Penghilangan istilah pertambangan
Dalam RUU Panas Bumi ini diatur beberapa hal pokok di antaranya adalah
penghilangan istilah „pertambangan/penambangan‟ dalam kegiatan usaha panas bumi.
Hal ini dimaksudkan agar pengusahaan panas bumi dapat sinergi dengan regulasi yang
mengatur tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, yaitu
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990, sehingga pemanfaatan panas bumi tidak hanya
dapat dilakukan di kawasan hutan lindung dan hutan produksi, namun juga dapat
dilakukan di kawasan hutan konservasi.
Hal lain yang penting
Selain itu, RUU ini juga mengatur tentang harga energi panas bumi, izin lingkungan
dalam kegiatan usaha panas bumi, participating interest, pengalihan saham, penugasan
Pemerintah kepada BLU atau BUMN, adanya kewenangan menteri untuk menghentikan
sementara, mencabut, dan membatalkan Izin Panas Bumi yang dikeluarkan oleh
gubernur atau bupati/walikota pada kondisi tertentu, pembatasan jangka waktu kuasa,
kontrak atau izin pengusahaan panas bumi dan mekanisme renegosiasi harga
uap/tenaga listrik.
Nilai Ekonomi
Sejumlah kendala ekonomi menghambat pengembangan panas bumi. Panas bumi
memerlukan dana yang sangat besar untuk investasi awal. Sebagai contoh, untuk
pengembangan energi panas bumi yang dapat menghasilkan listrik 45 MW diperlukan
investasi sekira USD105 juta.9 Selain itu, kurangnya minat bank lokal dalam memberikan
pembiayaan proyek-proyek panas bumi di Indonesia. Karena menurut perbankan, proyek
8
http://ekbis.sindonews.com/read/2013/04/18/34/739417/kementerian-esdm-sosialisasikan-ruu-panas-bumi
9
http://economy.okezone.com/read/2011/01/20/320/416024/3-kendala-hambatan-pengembangan-energigeothermal
4
panas bumi memiliki risiko usaha tinggi dan memerlukan waktu yang relatif lama untuk
memperoleh modal kembali.10
Untuk menggairahkan investasi panas bumi, pemerintah akan menaikkan harga
listrik yang dihasilkan pembangkit listrik panas bumi (PLTP) dari 9,7 sen dollar AS per
kilowatt hour (kWh) menjadi 10-17 sen dollar AS per kWh dengan besaran tarif beragam
antardaerah dan pulau.11
Penolakan Masyarakat
Sejumlah proyek panas bumi menghadapi kendala penolakan masyarakat. Di
Lampung, pembangunan proyek panas bumi di Gunung Rajabasa ditolak oleh masyarakat
adat. Ada alasan ekonomi, lingkungan, dan budaya. Mereka khawatir eksplorasi panas bumi
di perut gunung itu akan mematikan sumber penghidupan masyarakat adat. Ada puluhan
ribu jiwa di delapan kecamatan yang menggantungkan hidup dari Gunung Rajabasa. Di
gunung itu terdapat puluhan sumber mata air yang selama ini menjadi sumber utama
kehidupan warga. Sementara secara adat, Gunung Rajabasa pernah menjadi tempat
perlindungan warga saat letusan Gunung Krakatau pada 1883 silam. Di lereng dan puncak
gunung itu juga terdapat belasan benteng pertahanan dan tempat bersejarah peninggalan
Radin Intan dari gempuran Belanda.12
Di Bali, pengembangan panas bumi Bedugul di Kabupaten Tabanan ditolak oleh
masyarakat, DPRD, dan pemerintah provinsi Bali. Alasannya, proyek panas bumi Bedugul
sulit dilaksanakan baik dari segi kajian teknis maupun sosial budaya. Proyek itu juga
dikhawatirkan akan merusak lingkungan dan tatanan areal spiritual Bali. Bedugul merupakan
kawasan hutan yang merupakan daerah resapan air bagi Bali.13
Sementara itu, di Pangalengan, Bandung, akibat pecahnya katup pengaman pipa,
warga sekitar mempertanyakan dampak proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi
(PLTP) Wayang Windu terhadap keselamatan warga. Warga juga tidak puas atas program
Community Development yang mereka nilai tidak tepat dan terjadi diskriminasi. Selain itu,
warga juga menuntut diimplementasikannya program CSR secara transparan dan
menyeluruh kepada masyarakat.14
Penutup
Potensi besar energi panas bumi mengadapi sejumlah tantangan dalam
pengembangannya. Tantangan itu harus diatasi sehingga potensi besar panas bumi itu
dapat dimanfaatkan untuk kemaslahatan masyarakat. Di sini diperlukan koordinasi semua
pihak yaitu pemerintah, pengusaha, dan masyarakat.
10
ibid
http://sains.kompas.com/read/2012/07/19/03045363/Investasi.Panas.Bumi.Bergairah
12
http://www.tempo.co/read/news/2013/05/29/058484292/Masyarakat-Adat-Lampung-Tolak-Proyek-PanasBumi
13
http://www.voaindonesia.com/content/bali-tolak-rencana-pengembangan-geothermal-bedugul136660338/102978.html
11
14
http://kecamatan-kutawaringin.blogspot.com/2009/10/warga-menolak-pltp-tahap-iii-setelah.html
5