dalam Sejarah Nasional Indonesia IV

Kms. Gerby Novario

(06121004031)

Azuar Anas

(06121004009)

Ayu Rizky Utami

(06121004002)

Pertumbuhan Dan Perkembangan Ideologi dan Organisasi
Pergerakan Nasional Indonesia
1. Pelopor Pergerakan Nasional
Dilatar belakangi oleh diterapkanya politik etis yang dilakukan oleh
pemerintah kolonial Belanda yang membawa dampak, munculnya priyai Jawa
yang “baru”atau Priyai rendahan. Mereka memiliki pandangan bahwa pendidikan
adalah kunci untuk kemajuan. Kelompok inilah yang mempelopori organisasi
yang benar-benar modern.
Pendidikan yang didapat oleh golongan ini merupakan salah satu poin dari

politik etis (politik balas budi) yang dimana dalam politik etis itu terdapat
beberapa poin yaitu (1), Edukasi, (2), Emigrasi, dan (3) Irigasi. Dari poin edukasi
itulah muncul para cendikiawan atau golongan kaum terpelajar. Dari munculnya
kaum terpelajar pada awal abad ke-20 ini merupakan langakah awal bagi rakyat
Indonesia untuk mengadakan perjuangan secara modern. Gejala ini Dinamakan
Kebangkitan Nasional
Gejala Kebangkitan Nasional ini disebabkan oleh dua faktor utama, yakni :
1. Faktot internal, yaitu dengan dibukanya politi etis oleh Pemerintah
Hindia Belanda.
2. Faktor Eksternal, yaitu karena kemenangan bangsa jepang atas Rusia
dalam perang yang dianggap sebagai kemenangan orang asia (kulit
berwarna) terhadap orang Eropa (kulit Putih). Dan selain itu pergerakan
Nasional di indonesia juga dipengaruhi oleh pergerakan nasional di
negara-negara lain.

1|SNI 4

Karena pengaruh gagasan-gagasan modern, anggota elit nasional atau tokoh-tokoh
terpelajar menyadari bahwa perjuangan untuk memajukan bangsa Indonesia harus
dilakukan dengan organisasi modern. Dengan didasari oleh keyakinan tersebut,

maka golongan terpelajar kita sat itu mulai mengadakan gerakan dengan
membentuk organisasi-organisasi salah satunya Organisasi Boedi Oetomo (BU).
(sumber : Ejang Odih dan Sumarni, 1995 Hal. 100-101)
2. Boedi Oetomo (BU)
Dengan semboyan hendak meningkatkan martabat rakyat. Dilatarbelakangi
situasi ekonomi yang memburuk di Pulau Jawa karena eksploitasi kolonial dan
westernisasi, seorang Priyai baru, dr. Wahidin Sudirohusodo bangkit mengangkat
kehormatan

rakyat

jawa

dengan

memberikan

pengajaran.

Ia


berusaha

menghimpun dana beasiswa (study fond) untuk memberikan pendidikan Barat
kepada golongan Priyai Jawa.
Propaganda yang dijalankan oleh dr. Wahidin tersebut disambut oleh
Soetomo, seorang mahasiswa School tot Opleiding van Indische Arsten
(STOVIA) atau Sekolah Dokter Jawa. Bersama rekan-rekannya dia mendirikan
Budi Utomo (BU) di Jakarta pada 20 Mei 1908.
Organisasi Budi Utomo ini sejak awal sudah menetapkan bahwa bidang
perhatiannya meliputi penduduk Jawa dan Madura. Sejak kelahirannya terdapat
pro dan kontra. Kelompok kontra membuat organisasi tandingan yang bernama
Regent Bond, yang anggot-anggotany berasal dari kalangan bupati pengatur status
quo yang tidak ingin berubah. Adapun yang pro, seperti Tirto Kusumo merupakan
kalangan muda yang berpandangan maju.
Pada konres Budi Utomo yang diselenggarakan pada 3-5 Oktober 1908,
Tirto Kusumo diangkat menjadi ketua pengurus besar. Hingga diadakannya
kongres yang pertama ini, BU telah memiliki tujuh cabang di beberapa kota, yakni
Batavia, Bogor, Bandung, Magelang, Yogyakarta, Surabaya, dan Ponorogo. Pada
kongres di Yogyakarta ini, diangkatlah Raden Adipati Tirtokoesoemo (mantan

bupati Karanganyar) sebagai presiden Budi Utomo yang pertama. Semenjak
dipimpin oleh Raden Adipati Tirtokoesoemo, banyak anggota baru BU yang

2|SNI 4

bergabung dari kalangan bangsawan dan pejabat kolonial, sehingga banyak
anggota muda yang memilih untuk menyingkir.
Pada masa itu pula muncul Sarekat Islam, yang pada awalnya dimaksudkan
sebagai suatu perhimpunan bagi para pedagang besar maupun kecil di Solo
dengan nama Sarekat Dagang Islam, untuk saling memberi bantuan dan
dukungan. Tidak berapa lama, nama itu diubah oleh, antara lain, Tjokroaminoto,
menjadi Sarekat Islam, yang bertujuan untuk mempersatukan semua orang
Indonesia yang hidupnya tertindas oleh penjajahan. Sudah pasti keberadaan
perkumpulan ini ditakuti orang Belanda. Munculnya gerakan yang bersifat politik
semacam itu rupanya yang menyebabkan Budi Utomo agak terdesak ke belakang.
Kepemimpinan perjuangan orang Indonesia diambil alih oleh Sarekat Islam dan
Indische Partij karena dalam arena politik Budi Utomo memang belum
berpengalaman. Karena gerakan politik perkumpulan-perkumpulan tersebut,
makna nasionalisme makin dimengerti oleh kalangan luas. Ada beberapa kasus
yang memperkuat makna tersebut. Ketika Pemerintah Hindia Belanda hendak

merayakan ulang tahun kemerdekaan negerinya, dengan menggunakan uang orang
Indonesia sebagai bantuan kepada pemerintah yang dipungut melalui penjabat
pangreh praja pribumi, misalnya, rakyat menjadi sangat marah.
Kemarahan itu mendorong Soewardi Suryaningrat (yang kemudian bernama
Ki Hadjar Dewantara) untuk menulis sebuah artikel "Als ik Nederlander was"
(Seandainya Saya Seorang Belanda), yang dimaksudkan sebagai suatu sindiran
yang sangat pedas terhadap pihak Belanda. Tulisan itu pula yang menjebloskan
dirinya bersama dua teman dan pembelanya, yaitu Douwes Dekker dan Tjipto
Mangoenkoesoemo ke penjara oleh Pemerintah Hindia Belanda (lihat: Boemi
Poetera). Namun, sejak itu Budi Utomo tampil sebagai motor politik di dalam
pergerakan orang-orang pribumi.
Agak berbeda dengan Goenawan

Mangoenkoesoemo

yang

lebih

mengutamakan kebudayaan dari pendidikan, Soewardi menyatakan bahwa Budi

Utomo adalah manifestasi dari perjuangan nasionalisme. Menurut Soewardi,
orang-orang Indonesia mengajarkan kepada bangsanya bahwa "nasionalisme
Indonesia" tidaklah bersifat kultural, tetapi murni bersifat politik. Dengan

3|SNI 4

demikian, nasionalisme terdapat pada orang Sumatera maupun Jawa, Sulawesi
maupun Maluku.
Pendapat tersebut bertentangan dengan beberapa pendapat yang mengatakan
bahwa Budi Utomo hanya mengenal nasionalisme Jawa sebagai alat untuk
mempersatukan orang Jawa dengan menolak suku bangsa lain. Demikian pula
Sarekat Islam juga tidak mengenal pengertian nasionalisme, tetapi hanya
mempersyaratkan agama Islam agar seseorang bisa menjadi anggota. Namun,
Soewardi tetap mengatakan bahwa pada hakikatnya akan segera tampak bahwa
dalam perhimpunan Budi Utomo maupun Sarekat Islam, nasionalisme "Indonesia"
ada dan merupakan unsur yang paling penting.
(sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Budi_Utomo jam 20.00 selasa 28-01-2014)
Dalam kongres ini, etnonasionalisasi semakin bertambah besar. Selain itu,
dalam kongres tersebut juga timbul dua kelompok, yaitu kelompok pertama
diwakili oleh golongan pemuda yang merupakan minoritas yang cenderung

menempuh jalan politik dalam menghadapi pemerintah kolonial. Adapun
kelompok kedua merupakan golongan mayoritas diwakili oleh golongan tua yang
menempuh perjuangan dengan cara lama, yaitu sosialkultural.
Dari hasil kongres 3-5 Oktober 1908 tersebut diambil keputusan sebagai
berikut :
1. Boedi Oetomo tidak ikut mengadakan kegiatan Politik
2. Kegiatan utama ditunjukan kepada bidang pendidikan dan budaya
3. Ruang garak terbatas hanya Jawa dan Madura
(sumber : Ejang Odih dan Sumarni, 1995 Hal.101)
Golongan minoritas yang berpandangan maju dipelopori oleh Dr. Tjipto
Mangunkusumo. Dia ingin menjadikan Budi Utomo bukan hanya sebagai partai
politik yang mementingkan rakyat, melainkan juga sebuah organisasi yang
kegiatannya tesebar di Indonesia. Sementara golongan tua menginginkan
pembentukan dewan pemimpin yang didomonasi oleh para pejabat generasi tua.

4|SNI 4

Golongan ini juga mendukung pendidikan yang luas bagi kaum priyai dan
mendorong kegiatan pengusaha jawa. Tjipto terpilih sebagai seorang anggota
dewan. Namun, pada 1909 dia mengundurkan diri dan akhirnya bergabung

dengan Inddische Partij yang perjuangannya bersifat radikal.
Dalam perkembangan selanjutnya, Budi Utomo tetap meneruskan cita-cita
yang mulia menuju “kemajuan yang selaras buat tanah air dan bangsa”. Ketika
pecah perang Dunia I (1914) Budi Utomo turut memikirkan cara mempertahankan
Indonesia dari serangan luar(sumber : Nana Supriana, Hal. 145-146).
Dalam konteks penjajahan Kolonial Belanda, lahirnya Budi Utomo
sangatlah besar artinya. Ketika itu peraturan pemerintah kolonial Belanda, yaitu
Regeerings Reglement pasal 111, melarang didirikannya perkumpulan politik atau
perkumpulan

yang

dianggap

menggangu

ketentraman

umum.


Bahkan

pembicaraan yang menyangkut masalah-masalah politik dianggap tabu. Beberapa
pelajar Stovia (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen)

yang kemudian

secara diam-diam melakukan perkumpulan dan mampu menembus peraturan
tersebut dengan melalui pembentukan Budi Utomo di Jakarta. Teknik yang
digunakan guna menembus peraturan pelarangan tersebut adalah dengan
mencantumkan tujuan organisasinya pada segi Sosial Budaya. Jadi mereka
berusaha menghindari pembicaraan yang menyangkut hal-hal yang bersifat
politis(Departemen Penerangan RI, 1999; 2)
Pada awal mula pendirian Budi Utomo ini salah satunya dilatar belakangi
keadaan sosial masyarakat bumi putera yang dikatakan lumayan masih jauh dari
kata sejahtera, dan juga pada waktu itu walaupun sekolah pendidikan dasar sudah
banyak didirikan oleh Pemerintahan Belanda namun suasana pendidikan golongan
bumiputera masih jauh dari memuaskan. Orang Indonesia yang sempat menginjak
bangku perguruan tinggi seperti Soetomo dan Gunawan Mangunkusumo di Stovia
memang masih ada, tetapi rasa tidak puas tetap melekat di dada mahasiswamahasiswa itu. Sebabnya ialah karena mayoritas rakyat masih terbelakang sebagai

akibat pendidikan, kehidupan, dan kebudayaan rakyat masih jauh dari ukuran
normal(Soegeng, 1992: 48)

5|SNI 4

Tentang berdirinya perhimpunan Budi Utomo ini, juga dituliskan dari
cerita Gunawan Mangunkusumo, yang dimuat dalam buku Soembangsih, Sebuah
buku peringatan 10 tahun berdirinya Budi Utomo, diterbitkan pada 20 Mei 1918
sebagai berikut:
“tekanan-tekanan di udara masyarkat luar dan dalam negeri sejak
beberapa bulan dan dalam negeri sejak bebrapa bulan lamanya telah
menyentuh jiwa para pemuda pelajar STOVIA, terutama jiwa Soetomo.
Berita-berita luar negeri menjadi bahan pembicaraan. Demikian juga
kepincangan-kepincangan didalam negeri, terutama dibidang pengajaran,
pendidikan, perekonomian dan ke pangreh prajaa kolonial menjadi bahan
renungan. Diresahkan oleh Soetomo dengan kawan-kawannya perlunya
suatu organisasi tersendiri, untuk menunjukan kepada dunia luar bahwa
pemuda dan pelajar ingin memajukan rakyatnya di segala bidang, ingin
menjadi penuntun bagi rakyatnya dari dalam segala ke alam tenang”
Tokoh yang tidak dapat dilepaskan dari berdirinya Budi Utomo yaitu

Soetomo, Soetomo aktif sekali menyebarkan cita-cita yang sangat luar biasa ini.
Tidak hanya teman-teman sekelasnya yang dihubungi, Soetomo juga mendatangi
juga para murid dari kelas lain, baik yang lebih tinggi maupun yang lebih rendah.
Di kelasnya Soetomo-Goenawan tercatat 17 murid, dikelas yang lebih tinggi ada
11 murid, dikelas yang lebih rendah ada sekitar 20 murid, belum terhitung muridmurid dari kelas yang lebih rendah lagi. Semua kelas itu didatangi oleh Soetomo,
dan dijelaskan maksudnya. Penerimaan dimana-mana baik sekali(Roeslan, 1976;
20).
Ditetapkan kemudian untuk berkumpul bersama pada suatu hari tertentu
untuk membulatkan pendapat. Hari itu adalah hari minggu tanggal 20 Mei 1908.
Tempatnya ialah “ in de zaal van het eerste jaar der geneeskundige afdeeling”,
‘ruang pelajaran kelas satu”. Demikian keterangan Goenawan Mangunkusumo
(ruang ini sekarang telah dipugar dan diberi nama Ruang Budi Utomo)(Roeslan,
1976; 20).
Pada awal lahirnya Budi Utomo, organisasi ini harus dirahasiakan lebih
dulu, para pendirinya sangat berhati-hati jangan sampai timbul rintanganrintangan yang tak perlu, sebelum Budi Utomo kuat. Diusahakan lebih dulu

6|SNI 4

supaya pelajar-pelajar sekolah lain, seperi pendidikan guru, penyuluh pertanian
dan sebagainya diajak untuk memperkuat barisan Budi Utomo
Dalam tulisan Goenawan Mangukusumo:
“Tepat pukul 9 pagi semua sudah berkumpul, Soetomo mulai berbicara,
dan menjelaskan maksud dan tujuan pertemuan pagi itu. Beliau
mengemukakan gagasan dan cita-citanya secara singkat, terang, dan
jelas. Beliau berbicara “zonder hartstocht, sober en duidelijk”; tanpa
nafsu, sederhana, dan tegas. Setelah soetomo berbicara maka – tulis
Goenawan Mangunkusum, reaksinya adalah hebat sekali, “Donderend
was het applaus”; semua tepk-tangan genggap gempita, tanda setuju
sepenuhnya. Gagasan Soetomo dan kawan-kawan berhasil, didirikanlah
saat itu juga perkumpulan”Budi Utomo”; organisasi modern yang
pertama dalam sejarah bangsa Indonesia. Ketuanya adalah Soetomo!”
Demikianlah

apa

yang

disadur

dalam

tulisannya

Goenawan

Mangunkusumo. Tulisan ini boleh dikatakan salah satu laporan otentik ditulis oleh
orang yang ikut hadir dan ikut mendorong cita-cita luar biasa ini(Roeslan, 1976;
25)
Dengan Tujuan menaikkan derajat bangsa, beberapa mahasiswa tersebut
mendirikan organisasi Budi Utomo. Pada hari historis, 20 Mei 1908 didirikan oleh
mereka suatu perkumpulan , bernama Budi Utomo yang diketuai oleh Soetomo.
Penerimaan anggota dibatasi dan yang diterima hanya mereka yang mempunyai
keinsyafan dan kegairahan untuk mendukung dan menyebarkan cita-cita bersama
ke arah emansipasi dan solidaritas. Meskipun tidak dilakukan propaganda secara
besar-besaran, namun dalam satu triwulan saja jumlah anggota sudah mencapai
650 orang, diantaranya terdapat kaum terpelajar, pegawai, pamong praja dan
swastawan(Soegeng, 1992; 48)

3. Cabang Yogya Berdiri
Sebagai api yang semula membara, maka semangat kebangunan dan
kebangitan menyala dimana-mana. Percikan api yang dicetuskan dalam
lingkungan kecil di gedung Stovia menjulang tinggi. Semua itu perlu dikoordinir,
dan dipilihlah Yogya sebagai lokasi cabang pertama Budi Utomo dengan ketuanya

7|SNI 4

dari pihak tua yakni dr. Wahidin Sudirohusodo. Dan juga perencanaan dalam
pengadaan kongres pertama Budi Utomo.
Organisasi yang baru terbentuk ini, walaupun perhatian utamanya
dipusatkan pada kaum bumiputera sebagai anggota, tetapi sebenarnya tidak ada
maksud mengasingkan golongan lain dan tidak membedakan bangsa, jenis
kelamin, dan agama. Semua pihak yang bersimpati terhadap kemajuan Nusa dan
Bangsa Indonesia diundang untuk menghadiri kongres pertamanya yang diadakan
di Yogyakarta pada tanggal 3, 4, dan 5 Oktober 1908.
Motor kongres Budi Utomo yang pertama ini adalah pemuda Sutomo,
dengan cabang Jakarta sebagai basisnya. Biaya kongres yang pertama ini
dikumpulkan dari sumbangan sukarela para pelajar itu sendiri, ada yang
memberikan arloji, kain panjang, ikat kepala, pakaian lama, dan barang-barang
lain untuk dirupakan uang untuk biaya kongres(Roeslan, 1976; 22)
Yang menyatakan kesedian datang ke kongres di Yogya antara lain muridmurid dari sekolah pertanian dan peternakan Bogor, Burger Avond-school (BAS)
Surabaya, Sekolah Pendidikan Pangreh Praja (Opleidings School), dari Magelang
dan Probolinggo, Sekolah Pendidikan Guru (Kweek-School) dari Bandung,
Yogya, Probolinggo, dan sejumlah besar pribadi-pribadi lainnya, dari golongan
intelek dan priyayi.
Terutama

kaum

Priyayi

tinggi

dari

daerah

Yogya

menyatakan

kesanggupannya membantu Kongres di Yogya itu. Kebanyakan mereka adalah
pegawai Pakualaman dan pegawai govermen, yakni pegawai pemerintahan
Belanda(Roeslan, 1976; 22)
Sambutan datang dari mana-mana dan sangat hebat. Peristiwa ini
dipandang sebagai hari yang bersejarah dan disambut dengan penuh kesungguhan
serta kegembiraan.”Inilah kebangunan orang Jawa dan merupakan kehidupan
baru”, demikian komentar-komentar didalam surat kabar-surat kabar Belanda.

8|SNI 4

Adapun yang menjadi inti persoalan dalam kongres pertamanya itu yakni
masih sekitar pengaruh kedudukan peradaban Barat dalam perkembangan
kebudayaan Indonesia, seperti yang tercermin dalam sikap dan pendirian para
pemuda terhadap soal itu. Penyampaian dari tokoh-tokoh Budi Utomo dalam
kongres pertamanya antara lain:
1. Dalam

pidato

membentangkan

pembukaannya,
tujuan

M.

perkumpulan,

Wahidin
yaitu

Sudirohusodo

terutama

dengan

perkemabangan jiwa yang hendak mempertinggi derajat bangsa,
sehingga lebih besar kesadarannya tentang hak dan kewajibannya
sedangkan pengetahuannya dapat mengelakkan beberapa pengaruh
sifat yang hingga saat itu menhalang-halangi jalan kearah kesadaran
atas harga diri, tanpa kehilangan watak nasional sebagai bangsa, tanpa
terbawa oleh oleh imitasi adat-istiadat barat meskipun menuntut ilmu
pengetahuan Barat sebagai alat untuk mencapai kemajuan.
2. Pembicara II, R. Soetomo ketua cabang Jakarta, dikemukakan sebagai
dalil, bahwa pengetahuan memberikan alat-alat untuk menambahkan
kesejahteraan material. Kekurangan pengetahuan menjadikan rakyat
sebagai umpan eksploitasi bangsa asing saja. Pendeknya Jawa sangat
membutuhkan pengajaran di pelbagai lapangan, kata Soetomo.
3. Pembicara III, M. Gunawan Mangunkusumo, wakil ketua cabang
Jakarta. Dikatakan bahwa Boedi Oetomo harus memperbaiki nasib
rakyat kecil yag jelek, karena konservatisme dan takhayul. Budi utomo
bertugas di desa dimana rakyat kecil memerlukan pendidikan .
4. Pembicara IV, Mas Rajiman Mangunhusodo dari Solo, menekankan
nasionalitas Jawa dengan semboyan “Bangsa Jawa tetap Jawa”. Isi
uraiannya

mengandung

banyak

unsur

reaksioner,

aristokratis,

konservatif sehingga membangkitkan reaksi dan bantahan(Soegeng,
1992; 49-50)
Reaksi serta bantahan yang keras tak lain ialah tak lain dari Cipto yang
sangat demokratis itu. Suasana dalam bantahan ini benar-benar merupakan titik
puncak kongres itu.

9|SNI 4

Ditolak pendapat, M. Rajiman yang mengatakan bahwa ada perbedaan
antara bakat Bangsa Barat dan Timur serta pengetahuan Barat tidak sesuai dengan
bangsa

Jawa

dan

tidak

memberikan

hasil.

Dikemukakan

oleh

Cipto

Mangunkusumo bahwa pendidikan benar-benar mempunyai peranan yang besar
dan bangsa Jawa perlu sekali mengambil keuntungan dari kemajuan Barat untuk
memperbaiki tingkat penghidupannya.
Kecuali

itu,

dengan

bersemangat

pula

Cipto

Mangunkusumo

mempertahankan pendiriannya, bahwa sebuah organisasi politik harus bergerak
secara demokratis dan terbuka bagi setiap anak Indonesia. Organisasi ini harus
menjadi pimpinan bagi rakyat banyak dan jangan mencari hubungan dengan
cabang atasan, bupati-bupati dan pegawai-pegawai lain, karena feodalisme sama
sekali tidak cocok dengan demokrasi. Karena tidak adanya persesuaian dengan
Budi Utomo itu, maka keluarlah Cipto Mangunkusumo dari organisasi Budi
Utomo(Soegeng, 1992; 50-51)
Dibawah kepengurusan “generasi tua”, kegiatan Budi Utomo yang
awalnya terpusat dibidang pendidikan, sosial, dan Kebudayaan sedikit demi
sedikit mula bergerser ke politik . Strategi perjuangan Budi utomo juga mulai
bergeser dari awalnya Protonasionalisme menjadi lebih kearah kooperatif dengan
Pemerintahan Kolonial Belanda.
Dalam perjuangannya dibidang politik, ketika pemerintahan Kolonial
Belanda sedang menghadapi Perang Dunia I, Kolonial Belanda menetapkan wajib
militer bagi rakyat pribumi, dan disinilah Budi Utomo bertindak bila pihak
Kolonial Belanda ingin menetapkan Wajib Militer maka ada salah satu syarat
yang diberikan Budi Utomo yaitu harus dibentuk terlebih dahulu sebuah lembaga
perwakilan rakyat (Volksraad) dan usulan tersebut diterima dan disetujui oleh
Gubernur Jendral Van Limburg Stirum sehingga terbetuk Volksraad pada tanggal
18 Mei !918, dan didalam lembaga ini terdapat perwakilan organisasi Budi
Utomo, yaitu Suratmo Suryokusumo(Wikipedia.com)

10 | S N I 4

Budi Utomo juga menyadari arti penting manfaat organisasi pergerakan
bagi rakyat, maka pada tanggal 1920 organisasi Budi Utomo membuka diri untuk
menerima anggota dari rakyat biasa. Dan pergerakkan nasional bangsa mulai
meluas. Dan oleh sebab itu pada tanggal 20 Mei dijadikan sebagai hari
kebangkitan nasional(iwak-pithik.blogspot.com)

4. Reaksi Pemerintahan Kolonial Belanda terhadap Budi
Utomo
Diawal pergerakan Budi Utomo, organisasi ini lebih banyak berperan
untuk pendidikan, sosial dan budaya bagi rakyat akan tetapi lama kelamaan Budi
Utomo mulai merapat ke politik, hal ini membuat pemerintahan Kolonial Belanda
mengawasi cermat sekali pergerakkan Budi Utomo, karena bila Budi Utomo bisa
lebih merapat ke politik dan dapat lebih memotori pergerakan rakyat hal ini dapat
sangat berdampak atas kedudukan Kolonial Belanda ditanah jajahannya(Roeslan,
1976; 31-32)

5. Berakhirnya Organisasi Budi Utomo di Indonesia
Budi utomo pada dasarnya merupakan suatu organisasi priyayi jawa.
Organisasi ini secara resmi menetapkan bahwa bidang perhatiannya meliputi
penduduk jawa dan madura, dengan demikian mencerminkan kesatuan
administrasi antar kedua pulau tersebut dan mencakup masyarakat sunda dan
Madurayang kebudayaannya mempunyai kaitan erat dengan Jawa. Bukan bahasa
Jawa melainkan bahasa Melayu yang dipilih sebagai bahasa resmi Budi Utomo.
Namun demikian , kalangan priyayi Jawa dan Sunda adalah yang menjadi inti
dukungan Budi Utomo. Organisasi ini pada dasarnya merupakan suatu lembaga
yang mengutamakan kebudayaan dan pendidikan, organisasi tersebut jarang
memainkan peran politik yang aktif(M.C.Riclefs, 2005:250).
Pada bulan oktober 1908 Budo Utomo menyelenggarakan kongresnya
yang pertama di Yogyakarta. Pada saat itu wahidin sudah hanya menjadi tokoh
bapak saja dan bermunculan suara-suara baru untuk mengatur organisasi tersebut.
Suatu kelompok minoritas yang dipimpin oleh Tjipto Mangunkusumo(1885-1943)

11 | S N I 4

yang juga seorang dokter yang sifatnya radikal. Dia ingin agar Budi Utomo
menjadi partai politik yang mengangkat rakyat pada umumnya daripada hanya
golongan priyayi, dan kegiatan-kegiatannya lebih tersebar di seluruh Indonesia
daripada terbatas hanya madura dan jawa saja.
Gubernur Jenderal Van Heutsz menyambut baik Budi Utomo sebagai tanda
keberhasilan politik Ethis. Memang itulah yang dikehendakinya; yaitu suatu
organisasi pribumi yang progresif-moderat yang dikendalikan oleh para pejabat
yang maju. Pejabat-pejabat yang lainnya mencurigai Budi Utomo atau sematamata

menganggapnya

sebagai

gangguan

potensial

akan

tetapi,

pada

bulanDesember 1909 organisasi tersebut dinyatakan sebagai organisasi yang sah.
Runtuhnya organisasi budi Utomo yaitu pada tahun 1935, hal in jugai di
sebabkan karena adanya tekanan terhadap pergerakan nasional dari pemerintah
kolonial membuat Budi Utomo kehilangan wibawa, sehingga terjadi perpisahan
kelompok moderat dan radikal dalam pengaruh Budi Utomo makin berkurang.
Pada tahun 1935 organisasi ini bergabung dengan organisasi lain menjadi Parindra
(Suhartono, 2001 : 31). Sejak saat itu Budi Utomo terus mundur dari arena politik
dan kembali kekeadaan sebelumnya. Dalam bukunya Pringgodigdo, 1998:2-3,
menyebutkan bahwa keruntuhan Budi Utomo disebabkan karena adanya
propaganda kemerdekaan Indonesia yang dilakukan Indische Partji berdasarkan
ke Bangsaan sebagai indier yang terdiri dari Bangsa Indinesia, Belanda
Peranakan, dan Tionghoa. Banyak orang yang memandang Budi Utomo lembek
oleh karena menuju “kemajuan yang selaras buat tanah air dan Bangsa” serta
terlalu sempit keanggotaannya (hanya untuk Bangsa Indonesia dari Jawa, Madura,
Bali, dan Lombok yaitu daerah yang berkebudayaan Jawa semata-mata)
meninggalkan Budi Utomo.
Berdirinya Muhammadyah merugikan Budi Utomo, karena Budi Utomo
tidak mencampuri agama. Jadi Budi Utomo kehilangan kedudukan monopolinya
yang menyebabkan timbulnya perkumpulan beraliran Indisch-Nasionalisme
Radikal yang beraliran demokratis dengan dasar agama dan yang beraliran
keinginan mengadakan pengajaran modern berdasarkan agama dan ke Bangsaan
diluar politik. Beranjak dipemerintahan kolonial menyebut Budi Utomo sebagai

12 | S N I 4

tanda keberhasilan politik Etis dimana memang itu yang dikehendakinya: suatu
organisasi pribumi progresif-moderta serta dikendalikan oleh para pejabat.
Pejabat-pejabat Belanda lainnya mencurigai Budi Utomo atau menganggapnya
sebagai gangguan potensial. Desember 1909 Budi Utomo dinyatakan sebagai
organisasi sah. Adanya sambutan hangat dari Batavia menyebabkan banyak orang
Indonesia tidak puas dengan pemerintah yang mencurigai itu(Ricklefs, 2005 :
250-251).

Daftar Pustaka

13 | S N I 4

George McTurnan Kahin. 1995.Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia:
_____RefleksiPergumulan Lahirnya Republik. UNS Press dan Pustaka Sinar
Harapan.
M.C. Ricklefs. 2005. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gajah Mada
_____University Press.
Poesponegoro , Marwati Djoened. 2008. Sejarah Nasional Indonesia V – Zaman
_____Kebangkitan

Nasional dan Masa Hindia Belanda . –cet-2 Edisi

Pemuktahiran. Jakarta : Balai Pustaka.

Rigo Firmanto

(06121004008 )

Ruli Seftiana Aziza

(06121004029)
14 | S N I 4

Nuzon Sugito

(06121004035)

Sejarah berdirinya Sarekat Islam
1. Latar Belakang berdirinya Sarekat Islam.
Tahun 1909 Tirtoadisurjo mendirikan Sarekat Dagang Islamiyah di
Batavia

1

.Perkumpulan

ini

semakin

berkembang

pesat

ketika

Tjokroaminoto memegang tampuk pimpinan dan mengubah nama
perkumpulan itu menjadi Sarekat Islam.Kata “Dagang” dalam Serikat
Dagang Islam dihilangkan dengan maksud agar ruang geraknya lebih luas
tidak dalam bidang dagang saja (Ricklefs,2005:252).
Dalam perkembangan awalnya SI merupakan suatu “banjir besar”
dalam artian bahwa massa dapat dimobilisasi serentak secara besarbesaran,baik dari kota-kota besar maupun pedesaan.Sejak empat tahun
didirikan keanggotaannya sudah mencapai 360.000 orang dan menjelang
tahun 1919,keanggotaannya telah mencapai hampir dua setengah juta,dan
proram kebangsaannya yang militan benar-benar dibuktikan untuk
memperoleh kemerdekaan penuh (Kartidirdjo,1999:107).
Sarekat Islam meratakan kesadaran nasional terhadap seluruh
lapisan

masyarakat,atas,tengah

dan

rakyat

biasa

diseluruh

tanah

air,terutama melalui kongres Nasional Sentral Islam di Bandung pada
1916.Perkembangan

Sarekat

Islam

dapat

dibagi

menjadi

empat

bagian:periode pertama,1911-1916 memberi corak dan bentuk bagi
partai,kedua,1916-1921

dapat

puncak;ketiga,1921-1927,periode

dikatakan

merupakan

periode

konsolidasi,keempat,1927-1942,yang

memperlihatkan usaha partai untuk tetap mempertahankan eksistensinya di
forum politik Indonesia (D.Noer,1980:114-115).
1.
Tirtoadisurjo adalah seorang lulusan OSVIA Tahun 1911 dia mendirikan
suatu organisasi semacam itu lagi di Buitenzorg (Bogor).Di tahun yang sama
dia mendorong seorang pedagang batik bernama Haji Samanhudi untuk
mendirikan Sarekat Dagang Islam(SDI) sebagai suatu koperasi pedagang batik
anti Cina dikota Solo

15 | S N I 4

Pada periode antara tahun 1911-1923 Sarekat Islam menempuh
garis perjuangan parlementer dan evolusioner. Artinya, Sarekat Islam
mengadakan politik kerja sama dengan pemerintah kolonial. Namun
setelah tahun 1923, Sarekat Islam menempuh garis perjuangan
nonkooperatif. Artinya, organisasi tidak mau bekerja sama dengan
pemerintah kolonial, atas nama dirinya sendiri (L.M.Sitorus,1987:21).
Terdapat alasan berdirinya organisasi ini yaitu kompetisi
tinggi pada bidang perdagangan batik, terutama dengan golongan
Cina dan sikap superioritas orang Cina terhadap orang pribumi
sehubungan dengan berhasilnya revolusi Cina dalam tahun 1911.
Hal ini sebagai akibat dari digantinya tekstil pribumi dengan
bahan-bahan yang diimpor dan dibeli oleh para pembatik dari
pedagang perantara Cina, maka seluruh industri batik beralih ke
tangan orang Cina. Untuk mempertahankan diri terhadap praktekpraktek orang Cina, para pedagang batik Jawa akhirnya bersatu
pada tahun 1911 dan mendirikan SI, hal ini dikemukakan oleh Van
Niel(D.Noer,1980:114).
Latar belakang dibentuknya perkumpulan ini adalah reaksi
terhadap monopoli penjualan bahan baku oleh pedagang China yang
dirasakan sangat merugikan pedagang Islam. Namun, para pendiri Sarekat
Islam mendirikan organisasi itu bukan hanya untuk mengadakan
perlawanan terhadap orang-orang Cina namun untuk membuat front
melawan penghinaan terhadap rakyat bumi putera.Juga merupakan reaksi
terhadap rencana krestenings politik (politik pengkristenan) dari kaum
Zending,perlawanan terhadap kecurangan-kecurangan dan penindasanpenindasan dari pihak ambtenar2 bumi putera dan Eropa.Pokok utama
perlawanan Sarekat Islam ditujukan terhadap setiap bentuk penindasan
(Poesponegoro,2011:343).
Jika ditinjau menurut anggaran dasarnya,maka tujuan organisasi ini
dapat dirumuskan seperti berikut:mengembangkan jiwa dagang:membantu
para anggota yang mengalami kesulitan dalam bidang usaha;memajukan
pengajaran

dan

semua

usaha

yang

menaikkan

derajat

rakyat

bumiputera;menentang pendapat-pendapat yang keliru mengenai agama
2. Ambtenaar adalah orang-orang yang bekerja sebagai pegawai negeri.

16 | S N I 4

Islam,SI terang tidak berisikan politik,namun dari seluruh aksi
perkumpulan itu dapat dilihat bahwa Sarekat Islam tidak lain
melaksanakan suatu tujuan ketatanegaraan;serta tujuan lainnya yaitu hidup
menurut perintah agama (Poesponegoro,2011:344).
SI terpecah menjadi beberapa kelompok,walaupun arti penting
sepenuhnya kelompok-kelompok tersebut belum jelas.Kelompok yang
beraliran kiri yang dipimpin oleh cabang Semarang berusaha keras
mendapatkan kekuasaan.Di Jawa Barat suatu cabang revolusioner rahasia
yang diberi nama ‘Afdeeling B’3 mulai didirikan oleh Sosrokardono dari
CSI dan beberapa aktivis lainnya tahun 1917.Sementara itu,CSI
mengharapkan dapat menjalankan kegiatan politik yang sah di dalam
Volksraad (Ricklefs, 2005: 262-263).
D.M.G. Koch mengemukakan terdapat tiga aliran dalam tubuh
Sarekat Islam yaitu yang bersifat islam fanatik,yang bersifat menentang
keras dan golongan yang hendak berusaha mencari kemajuan dengan
berangsur-angsur dengan bantuan pemerintah.Akan tetapi,apabila cita-cita
tidak adil terhadap rakyat Indonesia,kerohanian Sarekat Islam tetap
demokratis dan militan(sangat siap untuk berjuang).Beberapa aspek
perjuangan berkumpul dalam tubuh SI sehingga ada yang menyebut SI
merupakan “gerakan nasionalistis-demokratis-ekonomis’. (Poesponegoro,
2011: 344).
2. Perkembangan Sarekat Islam
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan Serikat Islam cepat
berkembang

adalah:

Kesadaran

sebagai

bangsa

yang

mulai

tumbuh;Sifatnya kerakyatan;Didasari agama Islam;Persaingan dalam
perdagangan;Digerakkan para ulama.
Tahun 1912 organisasi itu merubah namanya yang semula SDI
menjadi SI.Asal usul organisasi yang bersifat islam dan dagang segera
3.
Afdeling B merupakan suatu organisasi yang tertutup atau organisasi
bawah tanah yang secara resmi tidak mempunyai hubungan apapun dengan
SI.

17 | S N I 4

menjadi kabur,dan istilah islam pada namanya kini sedikit banyak lebih
mencerminkan adanya kesadaran umum bahwa anggota-anggotanya yang
berkebangsaan Indonesia adalah kaum muslimin,sedangkan orang-orang
Cina dan Belanda bukanlah muslim.Penggantian nama itu jugalah yang
menyebabkan massanya semakin meluas (Ricklefs, 2005: 252).
Selama kemunculan SI 1911-1916,organisasi ini telah banyak
mendapat sambutan positif dari rakyat,jika dilihat dari gerakannya,SI
merupakan organisasi yang paling berbeda pada tahun-tahun tersebut.SI
merupakan gerakan total artinya tidak terbatas pada satu orientasi
tujuan,akan

tetapi

mencakup

berbagai

aspek

aktivitas

yakni

ekonomi,sosial,kultural.Tahun 1916 saja diperkirakan anggotanya telah
mencapai 800.000 orang dan terus mengalami peningkatan pada tahuntahun berikutnya (Al Anshori, 2007: 97).
Pemerintah

Hindia

Belanda

merasa

khawatir

terhadap

perkembangan SI yang begitu pesat karena mengandung unsur-unsur
revolusioner.SI dianggap membahayakan kedudukan pemerintah Hindia
Belanda, karena mampu memobilisasikan massa.Sehingga pihak Hindia
Belanda mengirimkan salah seorang penasihatnya kepada organisasi
tersebut. Gubernur Jenderal Idenburg meminta nasihat dari para residen
untuk menetapkan kebijakan politiknya.Hasil sementaranya SI tidak boleh
berupa organisasi besar dan hanya diperbolehkan berdiri secara lokal
(Poesponegoro, 2011: 344).
Jenderal Idenburg secara hati-hati mendukung SI,dan pada tahun
1913 dia memberi pengakuan resmi kepada SI.Meski dia hanya mengakui
organisasi-organisasi tersebut sebagai suatu kumpulan cabang-cabang
yang otonom saja dari pada sebagai suatu organisasi nasional yang
dikendalikan oleh markas besarnya(CSI).Dengan tindakan itu Idenburg
menganggap bahwa ia membanti para pemimpin organisasi baru dengan
tidak membebani CSI dengan tanggung jawab atas semua cabang
SI.Namun,atas keputusannya itu CSI menjadi sulit melakukan pengawasan

18 | S N I 4

dan orang Belanda menganggap bahwa keputusan Idenburg tersebut
adalah keliru (Ricklefs, 2005: 253).
Disebutkan dalam berbagai sumber,sebagai faktor penting dalam
mempropagandakan SI ialah pers-pers Indonesia dan kongres-kongres
SI.Jumlah koran pada masa sebelum dan selama munculnya SI cepat
bertambah.Adapun kongres dan pertemuan lain yang diadakan mempunyai
pengaruh yang sangat penting dalam propaganda pergerakan.
Pada perkembangan selanjutnya tumbuhlah cabang-cabang SI di
berbagai daerah, seperti SI Semarang, SI Yogyakarta, SI Surakarta serta SI
Surabaya dan tidak lupa dibentuk pula semacam SI pusat atau CSI dengan struktur
modern. Salah satu faktor berkembangnya SI secara pesat dengan memiliki basis
massa yang besar adalah karena diperbolehkannya kartu keanggotaan rangkap.
Akibatnya, mayoritas anggota SI merupakan anggota dari organisasi lain, seperti
ISDV, PKI, ataupun serikat-serikat kerja/buruh. (Al Anshori, 2007: 97).
Partai ini benar-benar mencapai puncak kejayaan pada tahun 1915,
tapi setelah tahun itu memasuki masa kemunduran, hilangnya pengaruh dan
tumbuhnya pertentangan internal. Pertentangan pertama terjadi apada tahun 1916
ketika pemimipin S.I di Jawa Barat melakukan upaya pemisahan diri cabang Jawa
barat dan Sumatera Selatan dari bagian lain. Namun pada masa ini belum jelas
visinya karena masih bersifat mendua.dan masih mengunakan istilah “kongres”
(D.Noer, 1980: 118).
Dengan jumlah massa yang banyak, mendorong organisasiorganisasi lainnya untuk melirik dan mendapat pengaruh dalam tubuh SI.
Sebut saja seperti ISDV4.Tahun 1914 seorang pemuda Jawa buruh kereta
api bernama Semaun menjadi anggota SI cabang Surabaya (Ricklefs,
2005: 262).

4 Organisasi berpaham sosialis yang didirikan oleh Sneevlit tersebut, yaitu
ISDV (Indische Social Democratische Vereeniging) yang didirikan orang
Belanda di Indonesia ini tidak mendapat simpati rakyat, oleh karena itu
diadakan “Gerakan Penyusupan” ke dalam tubuh Serikat Islam yang akhirnya
berhasil mempengaruhi tokoh-tokoh Serikat Islam muda seperti Semaun,
Darsono, Tan Malaka, dan Alimin.

19 | S N I 4

Di bawah pengaruh Semaun cabang Semarang mengambil garis
anti kapitalis yang kuat.Cabang ini menentang peran serta SI dalam kampanye
Indie weerbar,menentang gagasan untuk dalam Volksraad dan dengan sengit
menyerang kepemimpinan CSI (Ricklefs, 2005: 262).
Periode 1916-1921, telah ada kemajuan sudah ada rumusan
yang jelas ditunjukkan pada program kerjanya. Selanjutnya adanya usulan
pembentukan dewan rakyat (Volksraad) dengan ketua Cokroaminoto(1918),
forum ini sebagai aksi pendapat bagi parlemen Belanda dan menjadi rem terhadap
aliran konservatif juga dapat digunakan sebagai media menyalurkan ide-ide
politik S.I dan juga untuk menghindari sikap anarkhis, tapi lama-lama lembaga ini
digunakan sebagai alat pemerintah.Periode 1921-1927melakukan struktur baru
melalui kongres nasional ketujuh di Madinah tanggal 17-20 Februari 1923.
Karena struktur lama dianggap berbahaya dalam kepemimpinan organisasi dan
tranformasi baru tahun 1927. Dengan pemerintah mengambil jarak .dalam
susunan struktur menghilangkan wakil dalam dewan rakyat. Pada tahun 1926
terjadi pertikain dengan Muhammadiyah yang berdampak banyak orang-orang
Muhammadiyah dikeluarkan dari S.I. Periode 1927-1942.Pada masa ini banyak
berdiri partai baru misalnya PNI di bawah pimpinan Soekarno. Pada periode ini
ada dua kubu yang berseteru nasionalisme Islam dan nasionalisme agama dalam
pergerakan perjuangan kemerdekaan, pada masa ini S.I pecah menjadi PSII,
Komite Kebenaran, dan Partai Penyadar. Tahun 1930-an S.I dirubah menjadi
partai syari’at Islam Indonesia, yang senantiasa bermusuhan dengan pemerintah.
Pada tahun 1934 Cokroaminoto meninggal dunia, tiga tahun berikutnya H. Agus
Salaim dipecat lalu muncul partai-partai baru, seperti: PII, GAPI, MIAI, MRI
(D.Noer, 1980: 129-131).
3. Kongres-kongres Sarekat Islam.
Kongres Pertama Sarekat Islam diadakan pada 26 Januari 1913 di
Surabaya.

Kongres

tersebut

dipimpin

oleh

Tjokroaminoto

yang

menjelaskan dengan tegas bahwa SI bukanlah partai politik dan tidak
memiliki maksud serta tujuan untuk melakukan perlawanan pada

20 | S N I 4

pemerintah Hindia-Belanda (A. K. Pringgodigdo, 1994: 6).
Pada kongres kedua Sarekat Islam di Yogayakarta pada tahun 1914, HOS
Tjokroaminoto terpilih sebagai Ketua Sarekat Islam. Ia berusaha tetap
mempertahankan keutuhan dengan mengatakan bahwa kecenderungan
untuk memisahkan diri dari Central Sarekat Islam harus dikutuk dan
persatuan harus dijaga karena Islam sebagai unsur penyatu.Kongres Ketiga
(17-24 Juni 1916) diadakan di Bandung.Kongres ini merupakan Kongres
Nasional SI yang Pertama dengan peserta sebanyak 360.000 orang sebagai
perwakilan dari 80 SI daerah yang total anggotanya mecapai 800.000
orang. Kongres ini dipimpin oleh Tjokroaminoto dengan harapan agar SI
dapat menuju ke arah persatuan yang teguh antar-golongan bangsa
Indonesia(Kartodirdjo, 1999: 138).
Namun sebelum Kongres Sarekat Islam Kedua tahun 1917 yang
diadakan di Jakarta .Muncul aliran revolusioner sosialistis(bercorak
demokratis) yang selalu siap berjuang dipimpin oleh Semaun dan Darsono
yang merupakan pelopor penggunaan senjata dalam berjuang melawan
imperialisme yaitu teori perjuangan Marx. Pada saat itu Semaun
menduduki jabatan ketua pada SI lokal Semarang.Timbulah pertentangan
antara pendukung paham Islam dan paham Marx sehingga terjadilah
perdebatan

antara

H.Agus

Salim-Abdul

Muis

dengan

pihak

Semaun.Dalam Kongres itu diputuskan pula tentang keikutsertaan partai
dalam Volksraad5.HOS Tjokroaminoto (anggota yang diangkat) dan Abdul
Muis (anggota yang dipilih) mewakili Sarekat Islam dalam Volksraad
tersebut (A. K. Pringgodigdo, 1999: 8).
Pada Kongres Sarekat Islam tahun 1921 di Madiun SI
mengubah namanya menjadi PSI (Partai Sarekat Islam). Tahun
1921,Sarekat Islam pecah menjadi dua ketika cabang SI yang mendapat
pengaruh

komunis

yaitu

golongan

kiri(paham

Marx)dapat

5 Volksraad atau Dewan Rakyat", adalah semacam dewan perwakilan
rakyat Hindia Belanda. Dewan ini
dibentuk pada tanggal 16
Desember 1916 oleh pemerintahan Hindia Belanda yang diprakarsai
oleh Gubernur-Jendral J.P. van Limburg Stirum bersama dengan Menteri
Urusan Koloni Belanda; Thomas Bastiaan Pleyte.

21 | S N I 4

disingkirkan,lalu menamakan dirinya bernaung dalam Sarekat Rakyat(SR)
atau Sarekat Islam Merah yang merupakan organisasi dibawah naungan
Partai Komunis Indonesia(PKI) dipimpin oleh Semaun sedangkan Sarekat
Islam Putih dipimpin oleh Cokroaminoto dengan anggotanya yaitu SI awal
.Sejak itu, SI dan SR berusaha untuk mencari dukungan dari massa dan
keduanya cukup berhasil (Poesponegoro, 2011: 345).
Kongres SI, 8-11 Agustus 1924 di Surabaya, mengambil keputusan
non-kooperasi terhadap pemerintah dan Volksraad serta keputusan
menentang kaum komunis secara giat.Kemudian Kongres CSI 21-27
Agustus 1925 di Yogya bertujuan untuk memerdekakan bangsa Indonesia
dari penindasan dan penjajahan melalui pembukaan sekolah-sekolah guna
mencetak pribadi yang tangguh dalam kehidupan sosial, budaya dan
ekonomi berdasarkan syariat-syariat Islam.
Kongres Partai Sarekat Islam tahun 1927 menegaskan struktur
partai yang kuat sehingga SI bergabung kedalam PPPKI6.
PSI yang merupakan anggota federasi PPPKI,lambat laun tidak
senang terhadap badan federatif itu.Dalam kongres PPPKI akhir bulan
Desember 1929 di Solo, Mohammad Husni Thamrin menyatakan bahwa ia
sangat keberatan terhadap sikap PSI cabang Batavia yang tidak ikut serta
dalam rapat-rapat protes PPPKI terhadap poenale sanctie(sanksi hukuman
yang diberikan bila para kuli melanggar kontrak/melarikan diri) yang
diadakan bulan september sebelumnya(tahun 1929).Menanggapi kritik
itu,maka PSI mengancam akan keluar dari PPPKI.Kemudian salah satu
keputusan kongres PSI tahun 1930 adalah mengubah nama PSI menjadi
PSII(Partai Sarekat Islam Indonesia).Perubahan itu dilakukan untuk
menunjukkan bahwasanya PSII sangat berbakti terhadap pembentukan
Negara Kesatuan Indonesia (Poesponegoro, 2011: 345).
6. SI memantapkan perjuangannya adalah mencapai kemerdekaan
nasional berdasarkan agama Islam. Karena tujuannya adalah untuk
mencapai kemerdekaan nasional maka Partai Sarekat Islam
menggabungkan diri dengan Pemufakatan Perhimpunan-Perhimpunan
Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI).

22 | S N I 4

4. Perpecahan dan kemunduran Sarekat Islam.
Antara tahun 1918-1921, hubungan SI terjalin baik dengan PKI
dan berhasil memberikan kontribusi penting terhadap serikat-serikat buruh
dalam meningkatkan kondisi dan upah para anggotanya. Sempat SI dan
PKI membentuk semacam federasi pada tahun 1919, namun pemimpin
serikat kerja dari CSI (Surjopranoto) yang menjabat wakil federasi,
menggugat kepemimpinan Semaoen dalam federasi tersebut melalui
berbagai pemogokan. Sejak saat itu, munculah pertikaian terbuka SI dan
PKI (Ricklefs, 2005: 364).
Bulan Juli dan Agustus 1930 hubungan PSII dengan golongan
nasionalis non agama memburuk dikarenakan terdapat serangkaian tulisan
di surat kabar Soeara Oemoem yang ditulis oleh banyak anggota
PPPKI.Tulisan-tulisan tersebut ditafsirkan sebagai penghinaan terhadap
keyakinan PSII.Hal tersebut menyebabkan tanggal 28 Desember
1929(tidak menunggu kongres) PSII mengumumkan keluar dari PPPKI 7.
(Poesponegoro, 2011: 345).
Perselisihan

antara

anggota

pengurus

besar

partai

yairu

Cokroaminoto dan H.Agus Salim dengan dr.Sukiman Wiryosanjoyo dan
Suryopranoto mengakibatkan perpecahan dalam tubuh PSII.Maka tahun
1933

Dr.Sukiman

Wiryosanjoyo

dan

Suryopranoto

dipecat

dari

PSII.Pertengahan bulan Mei 1933 berdiri partai baru di Yogyakarta
bernama Partai Islam Indonesia(Parii).Partai ini bertujuan ke arah
harmonis dari nusa bangsa atas dasar agama islam dan pada waktu itu Parii
dipimpin oleh dr.Sukiman namun partai ini berumur pendek.Tahun 1935
Cokroaminoto meninggal dunia,dan muncul suara-suara bahwa Parii mau
bergabung lagi dengan PSII.Namun,untuk bergabung kembali masih ada
7
Alasan SI keluar dari PPPKI yaitu karena Pasal 1 Anggaran Dasar PPPKI
berlawanan dengan anggaran dasar PSII yang memperbolehkan keanggotaan
bagi semua orang islam apa pun kebangsaannya.Juga karena kelompok studi
umum di Surabaya kurang menghormati agama Islam.

23 | S N I 4

halangan karena H.Agus Salim menjadi ketua PSII menggantikan
Cokroaminoto (Al Anshori, 2007: 98-99).
Perselisihan

antara

anggota

pengurus

besar

partai

yairu

Cokroaminoto dan H.Agus Salim dengan dr.Sukiman Wiryosanjoyo dan
Suryopranoto mengakibatkan perpecahan dalam tubuh PSII.Maka tahun
1933 Dr.Sukiman Wiryosanjoyo dan Suryopranoto dipecat dari PSII.
H.Agus Salim menghendaki agar PSII bekerjasama dengan pemerintah
yang sebelumnya PSII bersikap nonkooperasi yang menyebabkan PSII
dibatasi geraknya.Sehingga tanggal 7 Maret 1935 H.Agus Salim
mengusulkan agar PSII membuang sikap nonkooperasi. Hal tersebut
mengakibatkan perpecahan dalam pimpinan PSII (Posponegoro, 2011:
346-347).
Pada tanggal 13 Februari PSII memecat kaum oposisi dengan
alasan bahwa tindakan mereka bertentangan dengan hukum dan sumpah
partai yang membuat 29 tokoh terkemuka PSII dipecat termasuklah
H.Agus Salim. Selanjutnya kongres ke 23 di Bandung yang diadakan
tanggal 19-25 Juli 1937 antara lain memutuskan mencabut pemecatan atas
anggota yang telah dikeluarkan dari PSII.Mereka diberi kesempatan untuk
kembali ke PSII.Maka,pada 17 September 1937 PSII bersatu kembali
dengan partai asal.Mereka yang kembali bergabung ke PSII yaitu
dr.Sukiman,Wali Al-Fatah dan lainnya. Namun perdamaian dengan
golongan ini(dr.Sukiman)tidak berlangsung lama (Poesponegoro, 2011:
347).
Kartosuwiryo yang membuat pengurus PSII Marah.Ia telah
menulis brosur yang terdiri dari dua jilid tentang hijrah tanpa
membicarakannya

lebih

dulu

dengan Abikusno.Kartosuwiryo

dan

beberapa temannya temannya telah menyatakan bantahannya dengan cara
yang dipandang tidak baik atas tindakan PSII menggabungkan diri dalam
Gapi.Kartosuwiryo menolak menghentikan penerbitan tulisan itu dan ia
mendapat dukungan dari beberapa cabang PSII di Jawa Tengah,sehingga
Kartosuwiryo dan 8 cabang PSII di Jawa Tengah dipecat dari partai tahun

24 | S N I 4

1939.Permulaan tahun 1940 Kartosuwiryo mendirikan Komite Pertahanan
Kebenaran PSII sehingga berdirilah PSII kedua,dalam hal ini bendera dan
nama PSII dipakai dengan menggunakan asas dan anggaran dasar yang
sama. Namun,kesempatan untuk berkembang lenih lanjut lagi terhambat
karena keadaan perang.Maka tanggal 10 Mei 1940 karena keadaan darurat
habislah riwayat kedua partai tersebut dibidang politik (Poesponegoro,
2011: 349).

Daftar Pustaka

25 | S N I 4

Al

Anshori,M.Junaidi.Sejarah

Nasional

Indonesia.Jakarta:PT.Mitra

Aksara,2007.
Kartodirdjo,Sartono.Pengantar Sejarah Indonesia Baru: sejarah pergerakan
nasional dari kolonialisme sampai nasionalisme,Jilid 2.Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama,1999.
Noer,Deliar.Gerakan

Modern

Islam

di

Indonesia

1900-

1942.Jakarta:LP3ES,1980.
Poesponegoro,Marwati Djoened.Sejarah Nasional Indonesia V: zaman
kebangkitan

nasional

dan

masa

Hindia

Belanda.Jakarta:Balai

Pustaka,2011.
Pringgodigdo SH, A. K. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta: Dian
Rakyat_Anggota IKAPI, 1994.
Ricklefs,M.C. Sejarah Indonesia Modern.Terj. Dharmono Hardjowidjono.
Yogyakarta:Gadjah Mada University Press,2005.

.

ELLA KAROLINA

(06121004017)

26 | S N I 4

FAHMI WIRATAMA

(06121004011)

RENDY MARTA AGUNG (06121004033)

INDISCHE PARTIJ
1. Latar Belakang
Salah satu organisasi pendukung gagasan revolusioner nasional adalah
Indische Partij yang didirikan pada 25 Desember 1912. Organisasi ini juga ingin
menggantikan Indische Bond

1

. Perumus gagasan itu adalah E.F.E Douwes

Dekker kemudian terkenal dengan nama Danudirja Setyabudi, seorang Indo, yang
melihat keganjilan-keganjilan dalam masyarakat colonial khusunya diskriminasi
antara keturunan Belanda totok dan kaum Indo. Lebih daripada hanya membatasi
pandangan dan kepentingan golongan kecil masyarakat Indo, Douwes Dekker
meluaskan pandangannya terhadap masyarakat Indonesia umumnya, yang masih
tetap hidup di dalam situasi colonial(Pusponegoro, 2008:350).
Nasib para Indo tidak ditentukan oleh pemerintah colonial, tetapi terletak
di dalam bentuk kerja sama dengan penduduk Indonesia lainnya. Bahkan menurut
Suwardi Suryaningrat ia tidak mengenal supremasi Indo atas penduduk
bumiputera, malah ia menghendaki hilangnya golongan Indo dengan jalan
peleburan ke dalam masyarakat bumiputra. Melalui karangan-karangan di dalam
Het Tijdschrift kemudian dilanjutkan ke dalam De Express, propagandanya
meliputi: pelaksanaan suatu program “Hindia” untuk setiap gerakan politik yang
sehat dengan tujuan menghapuskan perhubungan colonial; menyadarkan golongan
Indo dan penduduk bumiputra, bahwa masa depan mereka terancam oleh bahaya
yang sama, yaitu bahaya eksploitasi colonial. Alat untuk melancarkan aksi-aksi
perlawanan ialah dengan membentuk suatu partij : Indische Partij. Untuk
persiapan pendirian Indische Partij, Douwes Dekker mengadakan perjalanan
propaganda di Pulau Jawa yang dimulai pada tanggal 15 September dan berakhir
pada tanggal 3 Oktober 1912. Di dalam perjalanan inilah ia bertemu dengan
27 | S N I 4

Dokter Tjipto Mangunkusumo, yang segera mengadakan pertukaran mengenai
soal-soal yang bertalian dengan pembinaan partai yang bercorak nasional. Lain
daripada itu, di Bandung ia mendapat dukungan dari Suwardi Suryaningrat dan
Abdul Muis yang pada waktu itu telah menjadi pemimpin-pemimpin Sarekat
Islam cabang Bandung. Di Yogyakarta ia mendapat sambutan dari pengurus Budi
Utomo. Redaktur-redaktur surat kabar Jawa Tengah di Semarang dan Tjahaya
Timoer di Malang juga menyokong berdirinya Indische Partij. Begitupun di derah
Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, gagasannya mendapat sokongan. Bukti
nyata dari propaganda ini ialah didirikannya 30 cabang dengan anggota sejumlah
7.300 orang, kebanyakan Indo-Belanda. Jumlah anggota Bangsa Indonesia adalah
1.500 orang. Bahkan seorang sahabatnya pernah menamakan aksi-aksi Douwes
Dekker yang bergerak ke seluruh pulau Jawa “bagaikan sebuah tornado yang
meninggalkan emosi-emosi yang meluap di kota-kota, yang tidak pernah terjadi
sebelumnya”. Memang mereka dan beberapa orang lainnya tidak puas dengan
langkah-langkah yang telah diambil oleh Budi Utomo, sehingga golongan
progresif mencari kepuasan politik dengan menggabungkan diri dengan Sarekat
Islam. Pada tahun 1912 itu Sarekat Islam belum menunjukkan gerakan
revolusionernya. Oleh karena itu, gagasan perlunya satu partai pelopor
berdasarkan

konsepsi

nasional

yang

luas

mendapat

sambutan

dari

mereka(Pusponegoro, 2008:350).
2. Tiga Serangkai
Dekker berusaha memerjuangkan pemikiran itu dengan mendirikan
Indische Partij (Partai Hindia). Dukungan utama bagi upaya ini datang dari dr.
Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat yang lebih dikenal dengan nama
Ki Hajar Dewantara. Mereka kemudian dikenal dengan Tiga Serangkai(Nino,
2009:168).
Latar belakang ketiga tokoh ini mencerminkan inti pemikiran Indische
Partij. Organisasi ini menginginkan kebangsaan Hindia bagi semua penduduk
Hindia tanpa melihat perbedan keturunan, golongan, dan agama. Cipto adalah

28 | S N I 4

wakil dari golongan abangan Jawa yang pernah menjadi anggota Budi Utomo.
Suwardi adalah seorang ningrat bekas anggota Sarekat Islam. Keduanya
bergabung ke Indische Partij karena mereka kecewa dengan Budi Utomo dan
Sarekat Islam yang saat itu belum menunjukkan sikap revolusioner. Oleh karena
itu, mereka menyambut baik gagasan Dekker tentang perlunya partai pelopor yang
bersifat nasional(Nino, 2009:168).
3. Pembentukan Awal
Setelah permusyawaratan wakil-wakil Indische Partij daerah di Bandung
pada tanggal

Dokumen yang terkait

ANALISIS DANA PIHAK KETIGA PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE TRIWULAN I 2002 – TRIWULAN IV 2007

40 502 17

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

OPTIMASI FORMULASI dan UJI EFEKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN KRIM EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L) dalam BASIS VANISHING CREAM (Emulgator Asam Stearat, TEA, Tween 80, dan Span 20)

97 464 23

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Diskriminasi Perempuan Muslim dalam Implementasi Civil Right Act 1964 di Amerika Serikat

3 55 15

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Kekerasan rumah tangga terhadap anak dalam prespektif islam

7 74 74