Hukum komersial (1) subjek hukum ekonomi

PERTEMUAN 1
Badan usaha
Badan usaha adalah kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari
laba atau keuntungan. Badan Usaha seringkali disamakan dengan perusahaan, walaupun pada
kenyataannya berbeda. Perbedaan utamanya, Badan Usaha adalah lembaga sementara
perusahaan adalah tempat dimana Badan Usaha itu mengelola faktor-faktor industri

PERSEKUTUAN PERDATA
Persekutuan Perdata diartikan sebagai: Perjanjian antara dua orang atau lebih yang saling
mengikatkan dirinya untuk memasukkan sesuatu ke dalam persekutuan dengan maksud untuk
membagi keuntungan (manfaat) yang terjadi karenanya (pasal 1618 KUHPerdata).
Unsur Persekutuan Perdata:
1. PP merupakan perjanjian (kontrak)
2. Prestasi para pihak dengan memasukkan sesuatu ke dalam persekutuan
3. Tujuan untuk membagi keuntungan
Persekutuan Perdata merupakan suatu perjanjian yang konsekuensinya dalam persekutuan
perdata modalnya tidak selalu uang, akan tetapi dapat berupa barang, kerajinan atau
keterampilan.Dalam persekutuan perdata harus ada pembagian keuntungan. Dalam
persekutuan perdata tidak boleh ada perjanjian yang keuntungannya untuk 1 orang, walaupun
hal tersebut telah disepakati mereka. Unsurnya haru membagi keuntungan, jika tidak maka
batal demi hukum.

Cara mendirikan
Konsensual (pasal 1624 KUHPerdata)
Akte Notaris: dimaksudkan untuk menghindari dari persengketaan atau perselisihan di
kemudian hari mengenai tanggung jawab, pembagian hal dan kewajiban masing-masing
pihak.
Pemasukan (inbreng) Pasal 1619 KUHPerdata
1. Uang
2. Barang
3. Tenaga/kerajinan

Pengurusan
1. Pengangkatan: disebutkan dalam anggaran dasar sehingga mempunyai kewenangan
yang mutlak dalam pengurusan persekutuan. Pengecualian bagi sekutu mandater yang
diangkat dengan surat kuasa, dimana telah terdapat akta dahulu baru pengangkatan
sekutu mandater.
2. Tidak melalui pengangkatan: semua sekutu.
Laba/rugi
Hanya diperjanjikan masalah keuntungan saja, tidak mengatur bagiamana seandainya terjadi
kerugian.
Kewenangan mewakili sekutu (hubungan dengan pihak ketiga)

Apabila salah seorang sekutu melakukan perbuatan hukum dengan pihak ketiga yang
mewakili sekutunya maka akan mengikat 1 sekutu saja.
Apabila lebih dari 2 orang sekutu mengikatkan dengan pihak ketiga yang mewakili sekutuny,
maka akan mengikat seluruh sekutu.
Tanggung jawab
Tidak terbatas

Firma
Firma (dari bahasa belanda venootschap onder firma; secara harfiah: perserikatan dagang
antara beberapa perusahaan) atau sering juga disebut Fa, adalah sebuah bentuk persekutuan
untuk menjalankan usaha antara dua orang atau lebih dengan memakai nama
bersama.Pemilik firma terdiri dari beberapa orang yang bersekutu dan masing-masing
anggota persekutuan menyerahkan kekayaan pribadi sesuai yang tercantum dalam akta
pendirian perusahaan.

Proses Pendirian & Pembubaran
Proses Pendirian

Berdasarkan Pasal 16 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Persekutuan Firma adalah
persekutuan yang diadakan untuk menjalankan suatu perusahaan dengan memakai nama

bersama.Menurut pendapat lain,Persekutuan Firma adalah setiap perusahaan yang didirikan
untuk menjalankan suatu perusahaan di bawah nama bersama atau Firma sebagai nama yang
dipakai untuk berdagang bersama-sama. Persekutuan Firma merupakan bagian dari
persekutuan perdata, maka dasar hukum persekutuan firma terdapat pada Pasal 16 sampai
dengan Pasal 35 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) dan pasal-pasal lainnya
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) yang terkait. Dalam Pasal 22

KUHD disebutkan bahwa persekutuan firma harus didirikan dengan akta otentik tanpa
adanya kemungkinan untuk disangkalkan kepada pihak ketiga bila akta itu tidak ada. Pasal 23
KUHD dan Pasal 28 KUHD menyebutkan setelah akta pendirian dibuat, maka harus
didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri dimana firma tersebut berkedudukan dan
kemudian akta pendirian tersebut harus diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Selama akta pendirian belum didaftarkan dan diumumkan, maka pihak ketiga menganggap
firma sebagai persekutuan umum yang menjalankan segala macam usaha, didirikan untuk
jangka waktu yang tidak terbatas serta semua sekutu berwenang menandatangani berbagai
surat untuk firma ini sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 29 KUHD. Isi ikhtisar resmi akta
pendirian firma dapat dilihat di Pasal 26 KUHD yang harus memuat sebagai berikut:
1. Nama, nama kecil, pekerjaan dan tempat tinggal para sekutu firma.
2. Pernyataan firmanya dengan menunjukan apakah persekutuan itu umum ataukah terbatas
pada suatu cabang khusus perusahaan tertentu dan dalam hal terakhir dengan menunjukan

cabang khusus itu.
3. Penunjukan para sekutu yang tidak diperkenankan bertanda tangan atas nama firma.
4. Saat mulai berlakunya persekutuan dan saat berakhirnya.
5. Dan selanjutnya, pada umumnya bagian-bagian dari perjanjiannya yang harus dipakai untuk
menentukan hak-hak pihak ketiga terhadap para sekutu.

Pada umumnya Persekutuan Firma disebut juga sebagai perusahaan yang tidak berbadan
hukum karena firma telah memenuhi syarat/unsur materiil namun syarat/unsur formalnya
berupa pengesahan atau pengakuan dari Negara berupa peraturan perundang-undangan belum
ada. Hal inilah yang menyebabkan Persekutuan Firma bukan merupakan persekutuan yang
berbadan hukum.
Proses Pembubaran

Pembubaran Persekutuan Firma diatur dalam ketentuan Pasal 1646 sampai dengan Pasal
1652 KUHPerdata dan Pasal 31 sampai dengan Pasal 35 KUHD. Pasal 1646 KUHPerdata
menyebutkan bahwa ada 5 hal yang menyebabkan Persekutuan Firma berakhir, yaitu :
1. Jangka waktu firma telah berakhir sesuai yang telah ditentukan dalam akta pendirian;
2. Adanya pengunduran diri dari sekutunya atau pemberhentian sekutunya;
3. Musnahnya barang atau telah selesainya usaha yang dijalankan persekutuan firma;
4. Adanya kehendak dari seorang atau beberapa orang sekutu;

5. Salah seorang sekutu meninggal dunia atau berada di bawah pengampuan atau dinyatakan
pailit.

Keuntungan
Perihal pembagian keuntungan dan kerugian dalam persekutuan Firma diatur dalam Pasal
1633 sampai dengan Pasal 1635 KUHPerdata yang mengatur cara pembagian keuntungan
dan kerugian yang diperjanjikan dan yang tidak diperjanjikan di antara pada sekutu. Dalam
hal cara pembagian keuntungan dan kerugian diperjanjikan oleh sekutu, sebaiknya
pembagian tersebut diatur di dalam perjanjian pendirian persekutuan. Dengan batasan
ketentuan tersebut tidak boleh memberikan seluruh keuntungan hanya kepada salah seorang
sekutu saja dan boleh diperjanjikan jika seluruh kerugian hanya ditanggung oleh salah satu
sekutu saja. Penetapan pembagian keuntungan oleh pihak ketiga tidak diperbolehkan.
Apabila cara pembagian keuntungan dan kerugian tidak diperjanjikan, maka pembagian
didasarkan pada perimbangan pemasukan secara adil dan seimbang dan sekutu yang
memasukkan berupa tenaga kerja hanya dipersamakan dengan sekutu yang memasukkan
uang atau benda yang paling dikit.

CV
CV atau Comanditaire Venootschap adalah bentuk usaha yang merupakan salah satu alternatif yang
dapat dipilih oleh para pengusaha yang ingin melakukan kegiatan usaha dengan modal yang terbatas.

Karena, berbeda dengan PT yang mensyaratkan minimal modal dasar sebesar Rp. 50jt dan harus di
setor ke kas Perseroan minimal 25%nya, untuk CV tidak ditentukan jumlah modal minimal. Jadi,
misalnya seorang pengusaha ingin berusaha di industri rumah tangga, percetakan, biro jasa,
perdagangan, catering, dll dengan modal awal yang tidak terlalu besar, dapat memilih CV sebagai
alternatif Badan Usaha yang memadai.

Perbedaan yang mendasar antara PT dan CV adalah, PT merupakan Badan Hukum, yang
dipersamakan kedudukannya dengan orang dan mempunyai kekayaan yang terpisah dengan
kekayaan para pendirinya. Jadi, PT dapat bertindak keluar baik di dalam maupun di muka
pengadilan sebagaimana halnya dengan orang, serta dapat memiliki harta kekayaan sendiri.
Sedangkan CV, dia merupakan Badan Usaha yang tidak berbadan hukum, dan kekayaan para
pendirinya tidak terpisahkan dari kekayaan CV.
Karakteristik CV yang tidak dimiliki Badan Usaha lainnya adalah: CV didirikan minimal
oleh dua orang, dimana salah satunya akan bertindak selaku Persero Aktif (persero pengurus)
yang nantinya akan bergelar Direktur, sedangkan yang lain akan bertindak selaku Persero
Komanditer (Persero diam). Seorang persero aktif akan bertindak melakukan segala tindakan
pengurusan atas Perseroan; dengan demikian, dalam hal terjadi kerugian maka Persero Aktif
akan bertanggung jawab secara penuh dengan seluruh harta pribadinya untuk mengganti
kerugian yang dituntut oleh pihak ketiga. Sedangkan untuk Persero Komanditer, karena dia
hanya bertindak selaku sleeping partner, maka dia hanya bertanggung jawab sebesar modal

yang disetorkannya ke dalam perseroan.
Perbedaan lain yang cukup penting antara PT dengan CV adalah, dalam melakukan
penyetoran modal pendirian CV, di dalam anggaran dasar tidak disebutkan pembagiannya

seperti halnya PT. Jadi, para persero harus membuat kesepakatan tersendiri mengenai hal
tersebut, atau membuat catatan yang terpisah. Semua itu karena memang tidak ada pemisahan
kekayaan antara CV dengan kekayaan para perseronya.
CARA MENDIRIKAN CV
CV dapat didirikan dengan syarat dan prosedur yang lebih mudah daripada PT, yaitu hanya
mensyaratkan pendirian oleh 2 orang, dengan menggunakan akta Notaris yang berbahasa
Indonesia. Walaupun dewasa ini pendirian CV mengharuskan adanya akta notaris, namun
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dinyatakan bahwa pendirian CV tidak mutlak
harus dengan akta Notaris.
Pada saat para pihak sudah sepakat untuk mendirikan CV, maka dapat datang ke kantor
Notaris dengan membawa KTP. Untuk pendirian CV, tidak diperukan adanya pengecekan
nama CV terlebih dahulu. Oleh karena itu proses nya akan lebih cepat dan mudah
dibandingkan dengan pendirian PT.
Namun demikian, dengan tidak didahuluinya dengan pengecekan nama CV, menyebabkan
nama CV sering sama antara satu dengan yang lainnya.
Pada waktu pendirian CV, yang harus dipersiapkan sebelum datang ke Notaris adalah adanya

persiapan mengenai:
1. Calon nama yang akan digunakan oleh CV tersebut
2. tempat kedudukan dari CV
3. Siapa yang akan bertindak selaku Persero aktif, dan siapa yang akan bertindak selaku
persero diam.
4. Maksud dan tujuan yang spesifik dari CV tersebut (walaupun tentu saja dapat
mencantumkan maksud dan tujuan yang seluas-luasnya).
Untuk menyatakan telah berdirinya suatu CV, sebenarnya cukup hanya dengan akta Notaris
tersebut, namun untuk memperkokoh posisi CV tersebut, sebaiknya CV tersebut di daftarkan
pada Pengadilan Negeri setempat dengan membawa kelengkapan berupa Surat Keterangan
Domisili Perusahaan (SKDP) dan NPWP atas nama CV yang bersangkutan.
Apakah itu akta, SKDP, NPWP dan pendaftaran pengadilan saja sudah cukup?
Sebenarnya semua itu tergantung pada kebutuhannya. Dalam menjalankan suatu usaha yang
tidak memerlukan tender pada instansi pemerintahan, dan hanya digunakan sebagai wadah
berusaha, maka dengan surat-surat tersebut saja sudah cukup untuk pendirian suatu CV.
Namun, apabila menginginkan ijin yang lebih lengkap dan akan digunakan untuk keperluan
tender, biasanya dilengkapi dengan surat-surat lainnya yaitu:
1. Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP)
2. Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP)
3. Tanda Daftar Perseroan (khusus CV)

4. Keanggotaan pada KADIN Jakarta.
Pengurusan ijin-ijin tersebut dapat dilakukan bersamaan sebagai satu rangkaian dengan
pendirian CV dimaksud, dengan melampirkan berkas tambahan berupa:
1. Copy kartu keluarga Persero Pengurus (Direktur) CV
2. Copy NPWP Persero Pengurus (Direktur) CV
3. Copy bukti pemilikan atau penggunaan tempat usaha, dimana
a. apabila milik sendiri, harus dibuktikan dengan copy sertifikat dan copy bukti
pelunasan PBB th terakhir

b. apabila sewa kepada orang lain, maka harus dibuktikan dengan adanya
perjanjian sewa menyewa, yang dilengkapi dengan pembayaran pajak sewa
(Pph) oleh pemilik tempat.
sebagai catatan berdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta, untuk wilayah Jakarta, yang
dapat digunakan sebagai tempat usaha hanyalah Rumah toko, pasar atau perkantoran.
Namun ada daerah-daerah tertentu yang dapat digunakan sebagai tempat usaha yang
tidak membayakan lingkungan, asalkan mendapat persetujuan dari RT/RW setempat
4. Pas photo ukuran 3X4 sebanyak 4 lembar dengan latar belakang warna merah
Jangka waktu pengurusan semua ijin-ijin tersebut dari pendirian sampai dengan selesai lebih
kurang selama 2 bulan.


Perseroan Terbatas
Perseroan Terbatas (PT), dulu disebut juga Naamloze Vennootschap (NV), adalah suatu
badan hukum untuk menjalankan usaha yang memiliki modal terdiri dari saham-saham, yang
pemiliknya memiliki bagian sebanyak saham yang dimilikinya. Karena modalnya terdiri dari
saham-saham yang dapat diperjualbelikan, perubahan kepemilikan perusahaan dapat
dilakukan tanpa perlu membubarkan perusahaan.
Perseroan terbatas merupakan badan usaha dan besarnya modal perseroan tercantum dalam
anggaran dasar. Kekayaan perusahaan terpisah dari kekayaan pribadi pemilik perusahaan
sehingga memiliki harta kekayaan sendiri. Setiap orang dapat memiliki lebih dari satu saham
yang menjadi bukti pemilikan perusahaan. Pemilik saham mempunyai tanggung jawab yang
terbatas, yaitu sebanyak saham yang dimiliki. Apabila utang perusahaan melebihi kekayaan
perusahaan, maka kelebihan utang tersebut tidak menjadi tanggung jawab para pemegang
saham. Apabila perusahaan mendapat keuntungan maka keuntungan tersebut dibagikan sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan. Pemilik saham akan memperoleh bagian keuntungan yang
disebut dividen yang besarnya tergantung pada besar-kecilnya keuntungan yang diperoleh
perseroan terbatas.
Selain berasal dari saham, modal PT dapat pula berasal dari obligasi. Keuntungan yang
diperoleh para pemilik obligasi adalah mereka mendapatkan bunga tetap tanpa menghiraukan
untung atau ruginya perseroan terbatas tersebut.


Syarat Pendirian PT
Syarat umum pendirian Perseroan Terbatas (PT)


Fotokopi KTP para pemegang saham dan pengurus, minimal 2 orang



Fotokopi KK penanggung jawab / Direktur



Nomor NPWP Penanggung jawab



Pas foto penanggung jawab ukuran 3X4 (2 lbr berwarna)



Fotokopi PBB tahun terakhir sesuai domisili perusahaan



Fotokopi surat kontrak/sewa kantor atau bukti kepemilikan tempat usaha



Surat keterangan domisili dari pengelola gedung jika berdomisili di Gedung Perkantoran



Surat keterangan RT/RW (jika dibutuhkan, untuk perusahaan yang berdomisili di lingkungan
perumahan) khusus luar jakarta



Kantor berada di wilayah perkantoran/plaza, atau ruko, atau tidak berada di wilayah
pemukiman.



Siap disurvei

Syarat pendirian PT secara formal berdasarkan UU No. 40/2007 adalah sebagai berikut:


Pendiri minimal 2 orang atau lebih (ps. 7(1))



Akta Notaris yang berbahasa Indonesia



Setiap pendiri harus mengambil bagian atas saham, kecuali dalam rangka peleburan (ps. 7
ayat 2 & ayat 3)



Akta pendirian harus disahkan oleh Menteri kehakiman dan diumumkan dalam BNRI (ps. 7
ayat 4)



Modal dasar minimal Rp. 50jt dan modal disetor minimal 25% dari modal dasar (ps. 32, ps
33)



Minimal 1 orang direktur dan 1 orang komisaris (ps. 92 ayat 3 & ps. 108 ayat 3)



Pemegang saham harus WNI atau Badan Hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia,
kecuali PT. PMA

Mekanisme Pendirian PT
Untuk mendirikan PT, harus dengan menggunakan akta resmi ( akta yang dibuat oleh
notaris ) yang di dalamnya dicantumkan nama lain dari perseroan terbatas, modal, bidang
usaha, alamat perusahaan, dan lain-lain. Akta ini harus disahkan oleh menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (dahulu Menteri Kehakiman). Untuk mendapat izin
dari menteri kehakiman, harus memenuhi syarat sebagai berikut:


Perseroan terbatas tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan



Akta pendirian memenuhi syarat yang ditetapkan Undang-Undang



Paling sedikit modal yang ditempatkan dan disetor adalah 25% dari modal dasar. (sesuai
dengan UU No. 1 Tahun 1995 & UU No. 40 Tahun 2007, keduanya tentang perseroan
terbatas)

Setelah mendapat pengesahan, dahulu sebelum adanya UU mengenai Perseroan Terbatas (UU
No. 1 tahun 1995) Perseroan Terbatas harus didaftarkan ke Pengadilan Negeri setempat,
tetapi setelah berlakunya UU NO. 1 tahun 1995 tersebut, maka akta pendirian tersebut harus

didaftarkan ke Kantor Pendaftaran Perusahaan (sesuai UU Wajib Daftar Perusahaan tahun
1982) (dengan kata lain tidak perlu lagi didaftarkan ke Pengadilan negeri, dan perkembangan
tetapi selanjutnya sesuai UU No. 40 tahun 2007, kewajiban pendaftaran di Kantor
Pendaftaran Perusahaan tersebut ditiadakan juga. Sedangkan tahapan pengumuman dalam
Berita Negara Republik Indonesia ( BNRI ) tetap berlaku, hanya yang pada saat UU No. 1
tahun 1995 berlaku pengumuman tersebut merupakan kewajiban Direksi PT yang
bersangkutan tetapi sesuai dengan UU NO. 40 tahun 2007 diubah menjadi merupakan
kewenangan/kewajiban Menteri Hukum dan HAM.
Setelah tahap tersebut dilalui maka perseroan telah sah sebagai badan hukum dan perseroan
terbatas menjadi dirinya sendiri serta dapat melakukan perjanjian-perjanjian dan kekayaan
perseroan terpisah dari kekayaan pemiliknya.
Modal dasar perseroan adalah jumlah modal yang dicantumkan dalam akta pendirian sampai
jumlah maksimal bila seluruh saham dikeluarkan. Selain modal dasar, dalam perseroan
terbatas juga terdapat modal yang ditempatkan, modal yang disetorkan dan modal bayar.
Modal yang ditempatkan merupakan jumlah yang disanggupi untuk dimasukkan, yang pada
waktu pendiriannya merupakan jumlah yang disertakan oleh para persero pendiri. Modal
yang disetor merupakan modal yang dimasukkan dalam perusahaan. Modal bayar merupakan
modal yang diwujudkan dalam jumlah uang.

Pembagian Perseroan Terbatas
PT Terbuka

Perseroan terbuka adalah perseroan terbatas yang menjual sahamnya kepada masyarakat
melalui pasar modal (go public). Jadi sahamnya ditawarkan kepada umum, diperjualbelikan
melalui bursa saham.Contoh-contoh PT.Terbuka adalah PT.Telkom,PT.Pertamina dll
PT Tertutup

Perseroan terbatas tertutup adalah perseroan terbatas yang modalnya berasal dari kalangan
tertentu misalnya pemegang sahamnya hanya dari kerabat dan keluarga saja atau orang
kalangan terbatas dan tidak dijual kepada umum.
PT Kosong

Perseroan terbatas kosong adalah perseroan yang sudah ada izin usaha dan izin lainnya tapi
tidak ada kegiatannya.

Pembagian Wewenang Dalam PT
Dalam perseroan terbatas selain kekayaan perusahaan dan kekayaan pemilik modal terpisah
juga ada pemisahan antara pemilik perusahaan dan pengelola perusahaan. Pengelolaan
perusahaan dapat diserahkan kepada tenaga-tenaga ahli dalam bidangnya ( profesional ).
Struktur organisasi perseroan terbatas terdiri dari pemegang saham, direksi, dan komisaris.
Dalam PT, para pemegang saham, melalui komisarisnya melimpahkan wewenangnya kepada
direksi untuk menjalankan dan mengembangkan perusahaan sesuai dengan tujuan dan bidang
usaha perusahaan. Dalam kaitan dengan tugas tersebut, direksi berwenang untuk mewakili

perusahaan, mengadakan perjanjian dan kontrak, dan sebagainya. Apabila terjadi kerugian
yang amat besar ( diatas 50 % ) maka direksi harus melaporkannya ke para pemegang saham
dan pihak ketiga, untuk kemudian dirapatkan.
Komisaris memiliki fungsi sebagai pengawas kinerja jajaran direksi perusahaan. Komisaris
bisa memeriksa pembukuan, menegur direksi, memberi petunjuk, bahkan bila perlu
memberhentikan direksi dengan menyelenggarakan RUPS untuk mengambil keputusan
apakah direksi akan diberhentikan atau tidak.
Dalam RUPS/Rapat Umum Pemegang Saham, semua pemegang saham sebesar/sekecil
apapun sahamnya memiliki hak untuk mengeluarkan suaranya. Dalam RUPS sendiri dibahas
masalah-masalah yang berkaitan dengan evaluasi kinerja dan kebijakan perusahaan yang
harus dilaksanakan segera. Bila pemegang saham berhalangan, dia bisa melempar suara
miliknya ke pemegang lain yang disebut proxy. Hasil RUPS biasanya dilimpahkan ke
komisaris untuk diteruskan ke direksi untuk dijalankan.
Isi RUPS :


Menentukan direksi dan pengangkatan komisaris



Memberhentikan direksi atau komisaris



Menetapkan besar gaji direksi dan komisaris



Mengevaluasi kinerja perusahaan



Memutuskan rencana penambahan/pengurangan saham perusahaan



Menentukan kebijakan perusahaan



Mengumumkan pembagian laba ( dividen )

Keuntungan Membentuk Perusahaan Perseroan Terbatas
Keuntungan utama membentuk perusahaan perseroan terbatas adalah:
1. Kewajiban terbatas. Tidak seperti partnership, pemegang saham sebuah perusahaan tidak
memiliki kewajiban untuk obligasi dan hutang perusahaan. Akibatnya kehilangan potensial
yang "terbatas" tidak dapat melebihi dari jumlah yang mereka bayarkan terhadap saham.
Tidak hanya ini mengijinkan perusahaan untuk melaksanakan dalam usaha yang beresiko,
tetapi kewajiban terbatas juga membentuk dasar untuk perdagangan di saham perusahaan.
2. Masa hidup abadi. Aset dan struktur perusahaan dapat melewati masa hidup dari pemegang
sahamnya, pejabat atau direktur. Ini menyebabkan stabilitas modal, yang dapat menjadi
investasi dalam proyek yang lebih besar dan dalam jangka waktu yang lebih panjang daripada
aset perusahaan tetap dapat menjadi subyek disolusi dan penyebaran. Kelebihan ini juga
sangat penting dalam periode pertengahan, ketika tanah disumbangkan kepada Gereja (sebuah
perusahaan) yang tidak akan mengumpulkan biaya feudal yang seorang tuan tanah dapat
mengklaim ketika pemilik tanah meninggal. Untuk hal ini, lihat Statute of Mortmain.

3. Efisiensi manajemen. Manajemen dan spesialisasi memungkinkan pengelolaan modal yang
efisien sehingga memungkinkan untuk melakukan ekspansi. Dan dengan menempatkan orang
yang tepat, efisiensi maksimum dari modal yang ada. Dan juga adanya pemisahan antara
pengelola dan pemilik perusahaan, sehingga terlihat tugas pokok dan fungsi masing-masing.

Kelemahan Perusahaan Perseroan Terbatas
1. Kerumitan perizinan dan organisasi. Untuk mendirikan sebuah PT tidaklah mudah. Selain
biayanya yang tidak sedikit, PT juga membutuhkan akta notaris dan izin khusus untuk usaha
tertentu. Lalu dengan besarnya perusahaan tersebut, biaya pengorganisasian akan keluar
sangat besar. Belum lagi kerumitan dan kendala yang terjadi dalam tingkat personel.
Hubungan antar perorangan juga lebih formal dan berkesan kaku.

PERTEMUAN 2
PERIZINAN DALAM DUNIA BISNIS
Surat Izin Usaha Perdagangan
SIUP adalah Izin Usaha yang dikeluarkan Instansi Pemerintah melalui Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kota/Wilayah sesuai domisili perusahaan. SIUP digunakan untuk menjalankan
kegiatan usaha dibidang Perdagangan Barang/Jasa di Indonesia sesuai dengan KLUI “Klasifikasi
Lapangan Usaha Indonesia".

PENGGOLONGAN SIUP
Berdasarkan besarnya jumlah Modal dan Kekayaan Bersih di luar tanah dan bangunan atau jumlah
modal disetor dalam akta pendirian/perubahan, maka penggolongan SIUP dibedakan menjadi 3
(tiga) yaitu :


SIUP BESAR, diberikan kepada perusahaan yang memiliki modal dan kekayaan bersih
atau modal disetor dalam AKTA PENDIRIAN/PERUBAHAN dengan nilai diatas
Rp.500.000.000,- (limaratus juta rupiah).



SIUP MENENGAH, diberikan kepada perusahaan yang memiliki modal dan kekayaan
bersih atau modal disetor dalam AKTA PENDIRIAN/PERUBAHAN dengan nilai diatas
Rp.200.000.000,- (duartus juta rupiah) s/d Rp. 500.000.000,- (limaratus juta rupiah).



SIUP KECIL, diberikan kepada perusahaan yang memiliki modal dan kekayaan bersih
atau modal disetor dalam AKTA PENDIRIAN/PERUBAHAN dengan nilai sampai dengan
Rp.200.000.000- (duartus juta rupiah).

PROSEDUR PERMOHONAN


Perusahaan mengambil formulir, mengisi dan mengajukan permohonan SIUP beserta
persyaratannya melalui Kantor Dinas Perindustrian & Perdagangan Kota/Wilayah sesuai
domisili perusahaan untuk permohonan SIUP Menengah dan SIUP Kecil.



Sedangkan untuk permohonan SIUP-BESAR diajukan melalui Kanwil Perindustrian dan
Perdagangan Kota/Propinsi sesuai domisili perusahaan

PERSYARATAN


Copy Akta pendiran (asli diperlihatkan)



Copy Akta perubahannya & Laporannya, jika ada (asli diperlihatkan)



Copy SK. Menteri Hukum & HAM RI (asli diperlihatkan) atau Bukti PNBP untuk PTBaru



Copy Surat Keterangan Domisili perusahaan, (asli diperlihatkan)



Copy SITU-Surat Izin Tempat Usaha (bagi perusahaan yang dipersyaratan)



Copy Kontrak/Sewa T.Usaha/Surat Keterangan dari pemilik gedung



Copy NPWP-Nomor Pokok Wajib Pajak (asli diperlihatkan)



Copy KTP Pemegang Saham atau NPWP jika Badan Usaha



Copy KTP Pengurus Perseroan (Direksi & Komisaris)



Copy KK jika Pimpinan/Penanggung Jawab perusahaan adalah Wanita



Pas Photo Direktur Utama/Pimpinan Perusahaan (3 x 4) 2 lembar



Copy Neraca Awal Perusahaan

MASA BERLAKU
SIUP berlaku selama perusahaan masih menjalankan kegiatan usaha perdagangan barang/jasa
sejak tanggal dikeluarkan.

Perizinan Lembaga Pembiayaan
Pengertian Lembaga Pembiayaan
Menurut kepres No.61 TAHUN 1988 dijelaskan bahwa lembaga pembiayaan adalah badan
usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau modal
dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat.
Dari pengertian tersebut di atas terdapat beberapa unsur-unsur :
Badan usaha, yaitu perusahaan pembiayaan yang khusus didirikan untuk melakukan
kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan.
Kegiatan pembiayaan, yaitu melakukan kegiatan atau aktivitas dengan cara membiayai
pada pihak-pihak atau sektor usaha yang membutuhkan.
Penyediaan dana, yaitu perbuatan menyediakan dana untuk suatu keperluan.
Barang modal, yaitu barang yang dipakai untuk menghasilkan sesuatu.
Tidak menarik dana secara langsung.
Masyarakat, Yaitu sejumlah orang yang hidup bersama di suatu tempat.
Selain itu juga Menurut Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Lembaga
Pembiayaan, Lembaga Pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal.

Kegiatan usaha Perusahaan Pembiayaan meliputi :
a.

Sewa Guna Usaha (Leasing)
Istilah lain dari Sewa Guna Usaha yaitu “leasing”, dimana leasing itu berasal dari kata
lease (inggris) yang berarti menyewakan. Menurut Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 1169/KMK.01/1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha ( Leasing ),
leasing adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara
sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi
(operating lease) untuk digunakan oleh Lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran secara berkala. Sedangkan Barang modal adalah setiap aktiva tetap berwujud,
termasuk tanah sepanjang di atas tanah tersebut melekat aktiva tetap berupa bangunan
(plant), dan tanah serta aktiva dimaksud merupakan satu kesatuan kepemilikan, yang

mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun dan digunakan secara langsung untuk
menghasilkan atau meningkatkan, atau memperlancar produksi dan distribusi barang atau
jasa oleh Lessee. Barang modal pada hal ini berdasarkan pada pasal 11 UU PPh Nomor 36
Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
Unsur-unsur berdasarkan pengertian Leasing di atas, terdiri dari beberapa elemen
di bawah ini, yaitu :
Pembiayaan perusahaan
Pembiayaan ini tidak dilakukan dalam bentuk sejumlah dana tetapi juga dalam bentuk
peralatan atau barang modal yang akan digunakan
Penyediaan barang-barang modal
Biasanya penyediaan barang modal dilakukan oleh supplier yang di bayar oleh lessor
untuk keperluan lessee
Jangka waktu tertentu
Jangka waktunya sejak diterimanya barang modal sampai perjanjian sewa guna usaha
berakhir
Pembayaran secara berkala
Lessee membayar harga barang modal kepada lessor secara angsuran
Adanya hak pilih (option right)
Pada akhir masa leasing, lessee mempunyai hak untuk membeli barang modal tersebut
Adanya nilai sisa yang disepakati bersama
Nilai barang modal pada akhir sewa sewa guna usaha yang telah disepakati oleh lessor
dengan lessee pada awal masa sewa guna usaha
7. Adanya pihak lessor
8. Adanya pihak lessee
Bentuk-bentuk finance Lease, yaitu :
Sewa-guna-usaha Langsung (Direct Lease).
Dalam transaksi ini lessee belum pernah memiliki barang modal yang menjadi obyek
sewa-guna-usaha, sehingga atas permintaannya lessor membeli barang modal tersebut.
Penjualan dan Penyewaan Kembali (Sale and Lease Back).
Dalam transaksi ini lessee terlebih dahulu menjual barang modal yang sudah dimilikinya
kepada lessor dan atas barang modal yang sama kemudian dilakukan kontrak sewa-gunausaha antara lessee (pemilik semula) dengan lessor (pembeli barang modal tersebut).
Lessee dalam hal ini berperan sebagai pihak yang menjual barang untuk digunakan selama
masa lease yang disetujui kedua pihak. Metode leasing ini dimaksudkan untuk
memperoleh tambahan dana untuk modal kerja. Jadi transaksi leasing di sini bersifat
refinancing.
Sewa-Guna-Usaha Sindikasi (Syndicated Lease)
beberapa perusahaan sewa-guna-usaha secara bersama melakukan transaksi sewa-gunausaha dengan satu lessee. Syndicated lease terjadi apabila lessor karena alasan-alasan
risiko tidak bersedia, atau karena alasan tidak memiliki kemampuan pendanaan untuk
menutup sendiri suatu transaksi leasing yang nilainya cukup besar yang dibutuhkan oleh
lessee. Untuk memenuhi permintaan atau kebutuhan lessee tersebut, maka beberapa
perusahaan leasing melakukan perjanjian kerja sama untuk membiayai objek leasing yang
dimaksud. Dalam hal ini salah satu perusahaan sewa-guna-usaha akan bertindak sebagai
koordinator, sehingga lessee cukup berkomunikasi dengan koordinator ini.

Leverage Lease
Pada leasing ini dilibatkan pihak ketiga yang disebut credit provider. Lessor tidak
membiayai objek leasing hingga sebesar 100% dari harga barang melainkan hanya antara
20% hingga 40%. Kemudian sisa dari harga barang tersebut akan dibiayai oleh credit
provider.
Cross Border Lease
Transaksi leasing yang dilakukan di luar batas suatu negara, di mana lessor berkedudukan
di negara berbeda dengan negara lessee. Jenis transaksi leasing ini kadangkadang disebut
pula sebagai leasing lintas negara atau transaksi leasing internasional karena transaksi
yang dilakukan melibatkan dua negara yang berbeda. Metode pembiayaan ini merupakan
hal yang kompleks dan bersifat khusus. Transaksi leasing ini mengandung banyak risiko
bagi lessor karena bagaimanapun juga akan melibatkan mekanisme hukum, perpajakan
dan masalah-masalah lainnya dari masing-masing negara yang bersangkutan. Untuk
mengatasi kendala-kendala tersebut biasanya transaksi leasing antara negara dilakukan
oleh afiliasinya atau subsidiary perusahaan leasing yang bersangkutan. Namun untuk
mempermudah pelaksanaan transaksi tersebut banyak transaksi leasing internasional tidak
dilakukan sebagaimana mekanisme leasing yang sebenarnya. Transaks leasing biasanya
dilakukan dengan cara perjanjian penjualan bersyarat yaitu pihak lessee diwajibkan
membeli barang yang di-lease-nya pada akhir kontrak. Cara ini pada dasarnya hanya untuk
melindungi lessor dari kompleksitas peraturan dan ketentuan-ketentuan negara asing.
Vendor Program / Vendor Lease
Suatu metode penjualan yang dilakukan oleh produsen atau dealer di mana perusahaan
leasing memberikan atau menyediakan fasilitas leasing kepada pembeli barang. Dalam
mekanisme transaksi vendor program ini, lessor membayar kepada vendor sesuai dengan
harga barang yang dipilih atau ditentukan oleh pembeli (lessee), selanjutnya pembayaran
sewa atau angsuran oleh lessee dapat dilakukan langsung kepada lessor, atau dapat
dibayarkan melalui vendor yang bersangkutan. Cara pembayaran tersebut dapat dilakukan
sesuai perjanjian. Vendor program ini sangat menarik bagi lessor karena pemasaran leasing
dilakukan oleh vendor melalui usaha penjualan barangnya yang sekaligus disertai dengan
fasilitas leasing. Penagihan uang sewa atau angsuran merupakan kewajiban vendor yang
juga berperan sebagai jaminan. Dalam hal pihak lessee tidak dapat memenuhi
kewajibannya sesuai dengan kontrak atau default, pihak vendor akan membayar penuh
sesuai dengan sisa angsuran lessee.

b. Anjak Piutang (Factoring)
Pengertian Anjak Piutang
Factoring atau Anjak Piutang menurut Perpres No. 9 Tahun 2009 adalah Anjak kegiatan
pembiayaan dalam bentuk pembelian piutang dagang jangka pendek suatu Perusahaan
berikut pengurusan atas piutang tersebut. Menurut Kasmir dalam "Bank dan Lembaga
Keuangan lainnya" (2002) menjelaskan bahwa anjak piutang atau yang lebih dikenal
dengan factoring adalah perusahaan yang kegiatannya melakukan penagihan atau
pembelian atau pengambilalihan atau pengelolaan hutang piutang suatu perusahaan dengan
imbalan atau pembayaran tertentu dari perusahaan (klien). Kemudian pengertian anjak
piutang menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 125/KM.013/1988 tanggal 20
Desember 1988 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk
pembelian dan atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu
perusahaan dari transaksi perdagangan dalam dan luar negeri.

Dari definisi diatas, setidaknya dapat disimpulkan sebagai berikut:
Dalam kegiatan factoring ada tiga pihak yang terkait, yaitu:
Perusahaan Factoring (factoring company), atau disebut dengan factor sebagai suatu
badan usaha yang melakukan kegiatan lembaga pembiayaan dengan bentuk pembelian
dan/atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek perusahaan;
Perusahaan penjual piutang atau disebut klien (client), adalah perusahaan yang menjual
atau mengalihkan piutang atau tagihannya kepada factor;
Nasabah (customer), sebagai pihak yang berutang (debitur) kepada klien, dan piutang
tersebut oleh klien dijual atau dialihkan kepada factoring. Istilah klien (client) dan nasabah
(customer) dalam mekanisme anjak piutang memiliki pengertian yang sangat berbeda.
Lain halnya dengan bank yang memiliki nasabah atau customer, sedangkan perusahaan
anjak piutang hanya memiliki klien dalam hal ini supplier. Selanjutnya, klien yang
memiliki nasabah atau customer. Mekanisme anjak piutang ini sebenamya diawali dari
adanya transaksi jual beli barang atau jasa yang pembayarannya secara kredit.
Kegiatan factoring hanya berupa suatu kegiatan jual beli atau pengurusan piutang.
Piutang atau tagihan itu merupakan tagihan jangka pendek dan berasal dari transaksi
perdagangan, dan umumnya mempunyai ciri-ciri di antaranya:
Piutang yang terdiri dari seluruh tagihan berdasarkan faktur-faktur dari perusahaan yang
belum jatuh tempo;
Piutang yang timbul dari surat-surat berharga yang belum jatuh tempo;
Piutang yang timbul dari suatu proses pengiriman barang.
Jenis-jenis Factoring
Dari segi pemberitahuan
Disclosed Factoring
juga disebut dengan notification factoring adalah pengalihan piutang kepada perusahaan
anjak piutang dengan sepengetahuan pihak debitor (customer). Oleh karena itu pada saat
piutang tersebut jatuh tempo perusahaan anjak piutang memiliki hak tagih pada debitor
yang bersangkutan. Untuk dapat melakukan hal tersebut di dalam faktur dicantumkan
pernyataan bahwa piutang yang timbul dari faktur ini telah dialihkan kepada perusahaan
anjak piutang. Notifikasi setiap transaksi anjak piutang kepada pihak customer
dimaksudkan antara lain:
untuk menjamin pembayaran langsung kepada perusahaan anjak piutang.
untuk mencegah pihak customer melakukan perbuatan yang merugikan pihak perusahaan
anjak piutang misalnya, pengurangan jumlah piutang sesuai dengan kontrak klien sebagai
penjual.
mencegah perubahan-perubahan yang ada dalam kontrak yang dapat mempengaruhi
perusahaan anjak piutang.
memungkinkan perusahaan anjak piutang untuk menuntut atas namanya apabila terjadi
perselisihan.
Undisclosed Factoring
juga disebut dengan non-notification factoring adalah transaksi penjualan atau pengalihan
piutang kepada perusahaan anjak piutang oleh klien tanpa pemberitahuan kepada debitor
kecuali bila ada pelanggaran atas kesepakatan pada pihak klien atau secara sepihak
perusahaan anjak piutang menganggap akan menghadapi risiko.
b. Dari segi keterlibatan klien

Resource Factoring, klien ikut serta memikul resiko yang mungkin timbul atas tagihan
yang dialihkannya. Dalam resource factoring ini dapat diberikan hak opsi kepada
perusahaan factoring untuk menjual kembali piutang tersebut kepada klien.
Non-resource atau Without Resource Factoring, seluruh beban tagihan dan resiko terhadap
tagihan yang tidak terbayar ada pada perusahaan factoring. Namun, dalam perjanjian
factoring dapat dicantumkan bahwa diluar macetnya tagihan tersebut dapat dilakukan
resource, jika klien ternyata mengirimkan barang-barang yang cacat atau rendah mutunya.

c. Dari segi tempat kedudukan para pihak
Domestic Factoring, dimana semua pihak yang terlibat dalam factoring berada pada satu
negara.
International Factoring, dimana pihak customer-nya berada di luar negeri
d. Berdasarkan Pelayanan
Full service factoring, yaitu perjanjian anjak piutang yang meliputi semua jenis jasa anjak
piutang baik dalam bentuk jasa pembiayaan maupun jasa non-pembiayaan, misalnya
urusan administrasi penjualan (sale ledger administration), tagihan dan penagihan piutang
termasuk menanggung risiko terhadap piutang yang macet.
Finance factoring, yaitu perusahaan anjak piutang yang hanya menyediakan fasilitas
pembiayaan saja tanpa ikut menanggung risiko atas piutang tak tertagih. Penyediaan
pembiayaan dana tunai pada saat penyerahan faktur kepada perusahaan factoring sampai
sejumlah 80% dari nilai seluruh faktur sesuai dengan besarnya plafon pembiayaan (limit
kredit). Klien tetap bertanggung jawab terhadap pembukuan piutang dan penagihannya,
termasuk menanggung risiko tidak tertagihnya piutang tersebut.
Bulk factoring, jasa factoring ini juga disebut dengan agency factoring yaitu transaksi
yang mengaitkan perusahaan factoring sebagai agen dari klien. Bentuk fasilitas factoring
ini pada dasarnya hampir sama dengan full service factoring, namun penagihan piutang
tetap dilakukan oleh klien dan proteksi risiko kredit tidak dijamin perusahaan factoring.
Maturity factoring, yaitu pembiayaan pada dasarnya tidak diperlukan oleh klien tetapi
oleh pengurusan penjualan dan penagihan piutang serta proteksi atas tagihan. Fasilitas
anjak piutang maturity memberikan kredit perdagangan kepada customer atau nasabah
dengan pembayaran segera. Misalnya, 2% 10 hari, net 30, artinya apabila debitor
membayar dalam jangka waktu 10 hari pertama, ia memperoleh potongan sebesar 2%.
Apabila tidak, pembayaran penuh harus dilakukan dalam waktu 30 hari. Dalam perjanjian
anjak piutang ini perusahaan factoring akan membayar kliennya tidak lebih dari 10 hari
setelah faktur jatuh tempo. Oleh karena itu tidak ada beban bunga yang diperhitungkan.
Pembayaran atas piutang yang dialihkan dapat dilakukan berdasarkan periode tertentu
yang didasarkan atas perkiraan rata-rata jatuh tempo faktur atau penyerahan copy faktur.
e. Berdasarkan Pembayaran kepada Klien
Advanced payment, yaitu transaksi anjak piutang dengan memberikan pembayaran di
muka (prepayment financing) oleh perusahaan anjak piutang kepada klien berdasarkan
penyerahan faktur yang besarnya berkisar 80% dari nilai faktur.
Maturity, transaksi pengalihan piutang yang pembayarannya dilakukan perusahaan anjak

piutang pada saat piutang tersebut jatuh tempo. Pembayaran tagihan tersebut biasanya
dilakukan berdasarkan rata-rata jatuh tempo tagihan (faktur).
Collection, yaitu transaksi pengalihan piutang yang pembayarannya akan dilakukan
apabila perusahaan anjak piutang berhasil melakukan penagihan terhadap debitor.
Berkaitan dengan perjanjian factoring antara klien dan factor, umumnya isi yang
terkandung dalam perjanjian tersebut adalah:
a. Persetujuan klien untuk menjual piutang kepada factor
b. Jaminan dari klien bahwa piutang tersebut dapat dilaksanakan, tidak sedang dalam
sengketa dan berasal dari transaksi bisnis
c Pemberitahuan pengalihan piutang kepada factor
d.Dokumen-dokumen yang harus disampaikan klien kepada factor sesuai dengan jadwal
yang disepakati
e Jangka waktu perjanjian
f. Kuasa dari klien kepada factor untuk menagih pembayaran piutang oleh debitur
g. Biaya factoring, berkaitan dengan komisi atas penjualan atau peralihan piutang dari klien
kepada factor.

. Usaha Kartu Kredit
Pengertian Usaha Kartu Kredit
Menurut Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009, Usaha Kartu Kredit adalah kegiatan
pembiayaan untuk pembelian barang dan/atau jasa dengan menggunakan kartu kredit,
Sedangkan pengertian kartu kredit sendiri menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor
7/52/PBI/2005, Kartu Kredit adalah Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu yang
dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu
kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan dan/atau untuk melakukan penarikan
tunai dimana kewajiban pembayaran pemegang kartu dipenuhi terlebih dahulu oleh acquirer
atau penerbit, dan pemegang kartu berkewajiban melakukan pelunasan kewajiban
pembayaran tersebut pada waktu yang disepakati baik secara sekaligus (charge card) ataupun
secara angsuran.
Kartu Kredit bagi Pemegang Kartu Kredit ( Card Holder )
1. Memberikan kemudahan dan kecepatan dalam melakukan transaksi transaksi berbelanja
tanpa perlu membawa uang tunai.
2. Terdapat berbagai penawaran menarik dari penerbit Kartu Kredit, antara lain point rewards,
diskon di pedagang (merchant), dan pembelian barang dengan bunga cicilan 0%.
Resiko Kartu Kredit
Walapun di satu sisi terdapat beberapa manfaat dari Kartu Kredit, tetapi di sisi lain terdapat
resiko yang perlu disikapi dengan kehati-hatian dari para penggunanya, seperti :
1. Resiko kartu digunakan memerlukan tanda tangan yang dapat saja dipalsukan oleh pihak
lain.
2. Resiko dikenakan biaya keterlambatan dan biaya bunga yang relatif tinggi karena pemegang
kartu tidak mampu membayar kewajibannya pada saat jatuh tempo, sehingga pembayaran
kewajiban baru dapat dilakukan sesudah jatuh tempo.

Pembiayaan Konsumen

a.
b.
c.
d.

Pengertian Pembiayaan Konsumen
Menurut Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009, Pembiayaan Konsumen (Consumers
Finance) adalah kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan
konsumen dengan pembayaran secara angsuran. Selain itu pengertian lainnya Pembiayaan
konsumen adalah suatu pinjaman atau kredit yang diberikan oleh suatu perusahaan kepada
debitur untuk pembelian barang dan jasa yang akan langsung dikonsumsikan oleh konsumen,
dan bukan untuk tujuan produksi atau distribusi. Perusahaan yang memberikan pembiayaan
diatas, disebut perusahaan pembiayaan konsumen (Customer Finance Company).
Berdasarkan definisi pembiayaan konsumen di atas, maka dapat dijelaskan mengenai hal-hal
yang menjadi dasar dari kegiatan pembiayaan konsumen, yaitu :
Pembiayaan konsumen adalah merupakan salah satu alternatif pembiayaan yang dapat
diberikan kepada konsumen.
Obyek pembiayaan dari usaha jasa pembiayaan konsumen adalah barang kebutuhan
konsumen, biasanya kendaraan bermotor, barang-barang kebutuhan rumah tangga , komputer,
barang-barang elektronika, dan lain-lain.
Sistem pembayaran angsuran dilakukan secara angsuran / berkala, biasanya dilakukan
pembayaran setiap bulan dan di tagih langsung kepada konsumen.
Jangka waktu pengembalian bersifat fleksibel, tidak terikat dengan ketentuan seperti
financial lease (sewa guna usaha dengan hak opsi).

. PERUSAHAAN MODAL VENTURA
Pengertian Perusahaan Modal Ventura
Menurut Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009, Perusahaan Modal Ventura (Venture
Capital Company) adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan / penyertaan
modal ke dalam suatu Perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan (Investee Company) /
Sebagai pasangan usahanya untuk jangka waktu tertentu dalam bentuk penyertaan saham,
penyertaan melalui pembelian obligasi konversi, dan/atau pembiayaan berdasarkan
pembagian atas hasil usaha. Investasi modal ventura ini biasanya memiliki suatu resiko yang
tinggi, meskipun resiko yang dihadapi tinggi, pihak modal ventura mengharapkan suatu
keuntungan yang tinggi pula dari penyertaan modalnya berupa capital gain atau deviden.
Kapitalis ventura atau dalam bahasa asing disebut venture capitalist (VC), adalah seorang
investor yang berinvestasi pada perusahaan modal ventura, dan Perusahaan yang
pembiayaannya dari modal ventura disebut Perusahaan Pasangan Usaha (PPU) atau investee
company. Dana ventura ini mengelola dana investasi dari pihak ketiga (investor) yang tujuan
utamanya untuk melakukan investasi pada perusahaan yang memiliki resiko tinggi sehingga
tidak memenuhi persyaratan standar sebagai perusahaan terbuka ataupun guna memperoleh
modal pinjaman dari perbankan. Investasi modal ventura ini dapat juga mencakup pemberian
bantuan manajerial dan teknikal. Kebanyakan dana ventura ini adalah berasal dari
sekelompok investor yang mapan keuangannya, bank investasi, dan institusi keuangan
lainnya yang melakukan pengumpulan dana ataupun kemitraan untuk tujuan investasi
tersebut. Penyertaan modal yang dilakukan oleh modal ventura ini kebanyakan dilakukan
terhadap perusahaan-perusahaan baru berdiri sehingga belum memiliki suatu riwayat
operasionil yang dapat menjadi catatan guna memperoleh suatu pinjaman. Sebagai bentuk
kewirausahaan, pemilik modal ventura biasanya memiliki hak suara sebagai penentu arah
kebijakan perusahaan sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
2.
3.
4.

Tujuan Pendirian Modal Ventura
Secara garis besar maksud dan tujuan pendirian modal ventura antara lain sebagai berikut :
Untuk pengembangan suatu proyek tertentu, misalnya proyek penelitian, dimana proyek ini
biasanya tanpa memikirkan keuntungan semata, akan tetapi lebih bersifat pengembangan
ilmu pengetahuan.
Pengembangan suatu teknologi baru atau pengembangan produk baru. Pembiayaan untuk
usaha ini baru memperoleh keuntungan dalam jangka panjang.
Pengambilalihan kepemilikan suatu perusahaan. Tujuan pembiayaan dengan
mengambilalihkan kepemilikan usaha perusahaan lain lebih banyak diarahkan untuk mencari
keuntungan.
Kemitraan dalam rangka pengentasan kemiskinan dengan tujuan untuk membantu para
pengusaha lemah yang kekurangan modal , tetapi tidak punya jaminan materil sehingga sulit
memperoleh jaminan.
Alih teknologi yang dilakukan ke perusahaan yang masih menggunakan teknologi lama
sehingga dapat meningkatkan kapasitas produksi dan mutu produknya.
Membantu perusahaan yang sedang kekurangan likuiditas.
Membantu pendirian perusahaan baru dimana tingkat resiko kerugiannya sangat besar.
Jenis Pembiayaan Modal Ventura
Equity Financing, merupakan jenis pembiayaan langsung dalam hal ini perusahaan modal
ventura melakukan penyertaan secara langsung pada perusahaan pasangan usaha dengan cara
mengambil bagian dari jumlah saham milik perusahaan pasangan usaha.
Semi Equity Financial, merupakan jenis pembiayaan dengan cara membeli obligasi konversi
yang diterbitkan oleh perusahaan pasangan usaha.
Mendirikan perusahaan baru dalah hal ini perusahaan modal ventura bersama-sama dengan
perusahaan pasangan usahamendirikan usaha yang baru sama sekali.
Bagi Hasil, merupakan jenis pembiayaan yang ditujukan kepada usaha kecil yang belum
memiliki bentuk badan hukum PT. Namun tidak tertutup kemungkinan dengan yang berbadan
hukum PT, apabila kedua pihak saling menginginkannya
PERUSAHAAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR
Dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 8 Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009
tentang Lembaga Pembiayaan, Menteri Keuangan menetapkan Peraturan Menteri Keuangan
(PMK) Nomor 100/PMK.010/2009 tentang Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur. Peraturan
tersebut mengatur tentang kegiatan usaha, tata cara pendirian (perizinan dan permodalan),
kepemilikan dan kepengurusan, kantor cabang, pinjaman, penyertaan dan penempatan dana,
pembatasan, perubahan nama, pelaporan, pembinaan dan pengawasan, pencabutan izin usaha,
serta sanksi atas Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur. Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur
adalah badan usaha yang khusus didirikan untuk melakukan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan dana pada proyek infrastruktur. Infrastruktur adalah prasarana yang dapat
memperlancar mobilitas arus barang dan jasa. Setiap pihak yang melakukan kegiatan usaha
sebagai Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur, wajib terlebih dahulu memperoleh izin usaha
dari Menteri Keuangan. Persetujuan atau penolakan atas permohonan izin usaha bagi
Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur diberikan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak
permohonan diterima secara lengkap. Izin usaha berlaku sejak tanggal ditetapkan. Kegiatan
usaha Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur meliputi pemberian pinjaman langsung (direct
lending) untuk pembiayaan Infrastruktur, refinancing atas infrastruktur yang telah dibiayai
oleh pihak lain, dan pemberian pinjaman subordinasi (subordinated loans) yang berkaitan
dengan pembiayaan infrastruktur. Selain itu, untuk mendukung kegiatan usaha, perusahaan
pembiayaan juga dapat melakukan pemberian dukungan kredit (credit enhancement),

termasuk penjaminan untuk pembiayaan infrastruktur, pemberian jasa konsultasi (advisory
services), penyertaan modal (equity investment), upaya mencarikan swap market yang
berkaitan dengan pembiayaan infrastruktur, serta kegiatan atau pemberian fasilitas lain yang
terkait dengan pembiayaan infrastruktur setelah memperoleh persetujuan Menteri Keuangan.
Untuk membiayai kegiatannya, Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur dapat memperoleh dana
antara lain dengan penerbitan surat-surat berharga, pinjaman jangka menengah dan atau
jangka panjang yang bersumber dari Pemerintah Republik Indonesia, pemerintah asing,
organisasi multilateral, bank dan/atau lembaga keuangan baik dalam maupun luar negeri,
serta hibah (grant). Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur dapat menempatkan dana dalam
bentuk Surat Utang Negara, Sertifikat Bank Indonesia dan/atau instrumen keuangan lainnya
yang mempunyai peringkat investasi. Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur dilarang menarik
dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk Giro, Deposito, dan atau Tabungan.
Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur wajib menyampaikan kepada Menteri Keuangan berupa
Laporan Keuangan triwulanan (setiap 31 Maret, 30 Juni, 30 September, 31 Desember),
Laporan Kegiatan Usaha semesteran (setiap 30 Juni dan 31 Desember), dan Laporan
Keuangan tahunan yang tel