SEMESTA HIKMAH Kebijaksanaan Allah di Ba

Keterpaduan Sains dan IPTEK
Diajukan untuk memenuhi tugas mandiri
Mata kuliah: Keterpaduan Sains dan IPTEK
Dosen pengampu: Edi Chandra S.Si M.Ag

Di susun oleh:
Akhmad Khaerudin
59461222

Biologi C/Semester VII

FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN BIOLOGI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI
CIREBON
2012

SEMESTA

HIKMAH
Kebijaksanaan Allah di Balik Penciptaan Alam
ABU ‘UTSMAN AL-JAHIZH

(776-869 M)
Diterjemahkan dari Chance or Creation: God’s Design in the Universe
Karangan Abu ‘Utsman al – jahizh, terbitan Gamet Publishing
Berkshire, 1995
Hak terjemahan Indonesia pada Serambi
Dilarang memproduksi atau memperbanyak Seluruh maupun
Sebagian dari buku ini dalam bentuk atau cara apa pun
Tanpa izin tertulis dari penerbit
Penerjemah: Satrio Wahono
Penyuting: Qomaruddin SF.
Tata letak: Dinan Hasbudin AR
PT SERAMBI ILMU SEMESTA
Anggota IKAPI
Jln. Kemang Timur Raya No. 16, Jakarta 12730
www.serambi.co.id; info@serambi.co.id
Cetakan 1: Jumadilakhir 1427 H/Juli 2006 M
ISBN: 979-16-0059-3

1. Identitas Buku
Judul


: Semesta Hikmah Kebijaksanaan Allah di Balik Penciptaan
Alam

Penulis

: ABU ‘UTSMAN AL-JAHIZH

Penerjemah

: Penerjemah: Satrio Wahono

Penyuting

: Qomaruddin SF.

Tata letak

: Dinan Hasbudin AR


Penerbit

: PT SERAMBI ILMU SEMESTA

Tahun

: 2006

Halaman/Tebal : 125 halaman/1 cm
2. Tentang pengarang dan gambaran buku secara umum
Buku ini merupakan produk abad ke-9, diyakini ditulis oleh seorang
pemikir muslim, ahli susastra, teolog, dan pengarang ratusan buku dengan
berbagai tema, yaitu Abu ‘Utsman Al-Jahizh, yang dilahirkan di Basrah pada
tahun 776 M dan wafat sekitar tahun 868-869 M. Meskipun al – Jahiz lahir dalam
keluarga miskin, dia sudah memiliki semangat dan ketekunan belajar sejak dini.
Kecintaannya terhadap buku sangat luar biasa , sebagai seorang yang gemar
membaca, dia bisa membayar pemilik toko buku supaya bisa dibiarkan terkunci
semalaman di dalam toko untuk membaca. Al-Jahizh belajar dari semua sumber
bahasa Arab, Yunani, Persia dan India.
Buku ini menggunakan argumen dan bukti rasional yang mudah dicerna

semua orang. Inilah karya klasik tentang pemikiran liberal yang menunjukkan
sifat kejujuran dan minat dalam berbagai sudut pandang. Ketika kepedulian
holistik terhadap lingkungan mulai tumbuh, buku ini menunjukkan bagaimana
segal sesuatu peranan atau fungsi di dalam suatu sistem yang seimbang. Karya ini
juga menunjukkan bagaimana gangguan terhadap satu bagian bisa mengganggu
keseluruhan sistem. Dalam masa kita yang penuh diskusi antaragama, buku ini
diharapkan mampu menunjukkan begitu banyak kepercayaan, nilai, dan
pendekatan yang sebetulnya sama-sama kita miliki.

RINGKASAN ISI BUKU
ALAM SEMESTA DAN PENGATURAN
BAGIAN-BAGIANNYA
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi
Maha penyayang. Semoga Dia memberkati Nabi Muhammad dan keluarganya
beserta rasul-rasul yang lain.
Karena tidak menyadari tujuan dan makna makhluk serta tidak bisa
merenungkan kesmpurnaan dan hikmah dalam penciptaan, sebagian orang
terjerumus dalam pengingkaran dan penolakan. Sehingga, mereka mengingkari
bahwa benda-benda itu diciptakan, dan mengatakan bahwa benda-benda itu
tercipta secara acak tanpa perencanaan. Orang semacam itu bagaikan

segerombolan orang buta yang memasuki rumah kokoh yang dipenuhi perabotan,
makanan, dan minuman terbaik, semuanya tertata sempurna namun mereka tidak
bisa menilai bentuk atau tata letaknya. Begitulah keadaan orang yang menolak
penciptaan. Ketika pikiran mereka tertutup dari pengetahuan rasio dan dari tujuan
diciptakannya benda-benda, mereka berkeliaran di dunia ini bagaikan orang
kebingungan yang tidak bisa melihat kesempurnaan penciptaan dan keserasian
bentuknya.
Pelajaran pertama berada dalam bentuk partikular dari alam semesta ini
dan bagaimana unsur-unsurnya disatukan dan ditata. Jika anda merenungkan alam
semesta, anda akan melihatnya bagaikan rumah yang telah dibangun dan memiliki
perabotan lengkap. Langit ditinggikan bagaikan sebuah atap, bumi dibentangkan
bagaikan permadani, dan bintang-bintang disusun seperti lampu atau permata
yang tersimpan bagaikan harta karun. Segala sesuatu memiliki peran dan
tujuannya masing-masing. Manusia seperti pemilik rumah yang berkuasa atas
segala isinya. Semua jenis tumbuhan disediakan demi kebutuhan manusia dan
berbagai jenis binatang diciptakan untuk bekerja demi keuntungan manusia pula.
Dari sini, jelas sekali, alam semesta itu diciptakan menurut suatu rencana, dengan
tujuan dan keteraturan, dan penciptanya adalah sang Mah Esa yang
menggabungkan berbagai bagian dan menata semuanya. Para ilmuan masa


lampau sudah berbicara panjang lebar tentang kesubtilan penciptaan demi
mengungkapkan kebenaran, hikmah, keteraturan, dan keselarasannya. Hal ini
akan mendepak orang-orang yang meyakini penciptaan terjadi karena kebetulan,
dan juga menepis kalangan yang menyakini dua sumber yang berlawanan.
Kebetulan tidak bisa menghasilkan kebenaran, dan kekuatan yang saling
bertentangan tidak bisa mengahasilkan keteraturan.
PENCIPTAAN BUMI
Pikirkanlah penciptaan Bumi ini. Bagaimana ia dibuat kokoh dan stabil
sehingga kita bisa berjalan dan bermukim di atasnya. Manusia dan binatang ternak
bisa berjalan di muka bumi sesuka mereka, duduk beristirahat, dan berbaring
tidur. Jika bumi dibuat rapuh dan tidak stabil, manusia tidak akan mampu
enyelesaikan bangunan, kerja tukang, kerja menempa logam, atau kerja
menyulam. Mereka tidak akan hidup nyaman jika bumi di bawah mereka
bergoncang. Bandingkan hal ini dengan apa yang terjadi pada manusia ketika
terjadi gempa bumi tersingkat sekali pun: mereka kabur dari rumah mereka. Jika
Anda bertanya, “mengapa bumi berguncang?” kami akan menjawab, “Gempa
bumi dan hal-hal serupa terjadi untuk menimbulkan rasa takut dalam diri manusia,
sehingga ia berpaling kepada tuhan dan bertaubat dari dosa-dosanya.
Jika tanah itu dingin dan keras, begitu juga batu. Perbedaannya, batu lebih
keras. Pikirkanlah: jika tanah sekeras batu, bisakah berbagai tanaman itu tumbuh

untuk menghidupi binatang? Bagaimana cara membajak atau menyemai tanah,
atau bagaimana cara mendirikan bangunan? Tidakkah Anda menyadari bahwa
tanah dibuat tidak sekeras btu, melainkan dibuat lembut supaya cocok untuk
berbagai aktivitas manusia? Contoh lain dari rancangan bijaksana penciptaan
bumi dalah bertiupnya angin dari utara yang lebih tinggi dari selatan. Hal ini
membuat air mengalir dari permukaan bumi untuk mengairi tanah, dan kembali ke
laut. Ini sama seperti seseorang yang meninggikan satu tepi permukaan dan
merendahkan tepi yang lain supaya air mengalir turu dari permukaan itu. Jadi, air
tersebut tidak akan mengendap dan merusak permukaan itu. Hal yang sama juga
berlaku bagi tanah tinggi utara dan tanah rendah selatan: jika tidak, air akan tetap

di atas permukaan tanah, sehingga orang pun berhenti bekerja dan berusaha
memotong jalan.
TUMBUHAN
RENUNGKANLAH tumbuhan dan manfaat yang kita peroleh darinya:
tanaman pangan untuk makanan, jerami untuk makanan ternak, batang kayu untuk
bahan bakar, dan kayu untuk segala macam kerja pertukangan. Kulit dan daun,
bunga dan tangkai, dahan dan damar memiliki berbagai

manfaat tersendiri.


Pikirkanlah, betapa repotnya jika semua tanaman pangan menumpuk di atas tanah,
dan bukannya menggantung di dahan dan tangkai tumbuhan. Apakah kualitasnya
akan bagus jika hasil panen itu berada di atas tanah? Ada manfaat dan
kebijaksanaan besar dalam susunan seperti ini: manfaat besar bahan bakar,
dedaunan, dan jerami akan hilang jika semuanya ada di atas tanah. Kemudian, ada
pula kenikmatan dalam mengamati tumbuhan dan kesegarannya, suatu
pengalaman yang tak terbandingkan dengan segala hiburan dan pemandangan di
dunia. Mahatinggi Dia yang menciptakan segala sesuatu sesempurna mungkin!
BINATANG
Renungkanlah struktur tubuh binatang, bagaimana ia disusun. Tubuh
binatang tidak sekeras batu yang tak bisa dilekuk dan tak cocok untuk bekerja.
Tubuh binatang juga tidak dibuat lunak, sehingga tubuh dan identitasnya tampak
jelas. Tubuh binatang terdiri atas daging lunak dan tulang keras di bagian
dalamuntuk menopang tubuh, serta terdiri atas otot dan pembuluh nadi untuk
memompa tekanan darah. Segala sesuatunya ditempatkan dalam kulit yang terbuat
dari batang kayu dengan kain perca dan tali pengikat, dan kemudian dibalut
dengan damar. Batang-batang kayu itu bisa diumpamakan sebagai tulang, kain
perca sebagai daging, tali seperti otot dan pembuluh nadi, dan damar itu ibarat
kulit. Jika anda berhujah bahwa binatang yang hidup dan bergerak itu terjadi

secara kebetulan tanpa seorang pencipta, Anda pun harus menganggap mainan tak
bernyawa itu sebagai hasil kebetulan belaka. Dan kendatipun Anda bersikeras
bahwa mainan binatang tersebut adalah hasil kebetulan, tentunya sulit mengatakan
hal yang sama berlaku pula pada binatang.

MANUSIA
Kini saya akan beralih ke penciptaan manusia. Saya akan mengungkap
bukti adanya kebijaksanaan, perencanaan, dan tindakan tuhan. Pertama, rancangan
sistem pendukung buat janin dalam rahim: ketika janin tidak bisa mencari
makanan atau melindungi dirinya sendiri, darah ibulah yang memberinya
makanan sebagaimana air menghidupi tanaman. Kontraksi yang mengguncang
janin untuk terlahir ke dunianya yang baru terjadi ketika janin sudah tuntas
berkembang, tubuhnya tumbuh kuat, kulitnya sudah bisa menghadapi udara, yang
akan berubah menjadi sejenis makanan yang cocok buat sang jabang bayi. Jadi, si
orok mendapatkan susu yang dibutuhkannya.
Kini, pikirkanlah struktur manusia dan rencana besar yang memungkinkan
mereka melewati berbagai tahap ini. Mungkinkah hal ini terjadi karena kebetulan?
Renungkanlah: jika darah tidak mengalir pada janin dalam rahim, tidakkah janin
itu akan mati bagaikan tanaman tanpa air? Jika pada saat puncak pertumbuhannya
janin tidak diguncang oleh kontraksi, tidakkah ia aka tetap dalam rahim bagaikan

anak perempuan yang dikubur ketika lahir? Jika anak itu tidak mendapat susu
ketika lahir, bukankah anak itu akan mati kelaparan atau mati karena memaka
sesuatu yang membahayakan serta tidak cocok bagi tubuhnya? Jika giginya tidak
tumbuh, sang bayi tidak akan bisa mengunyah makanan dan hanya bisa
menghisap, sehingga tubuhnya tidak mampu bekerja.
Pikirkanlah bagaimana setiap bagian tubuh dirancang demi memenuhi
tujuannya: tangan unutk memegang, kaki untuk berjalan, mata untuk memandu,
telinga unutk mendengar, hidung untuk mencium, mulut untuk makan, perut untuk
mencerna, hati unutk fungsi pembersihan, anus buat bunag air, pembuluh untuk
menghantarkan sari makanan, dan alat kelamin untuk reproduksi. Demikian pula
jika anda merenungkan semua bagian lainnya; anda akan mendapati betapa
semuanya itu dirancang begitu sempurna dan serasi.
Jika Anda menyatakan bahwa semua itu dilakukan oleh alam, kami akan
bertanya kepada anda tentang alam ini. Apakah alam itu sesuatu yang memiliki
pengetahuan dan kekuatan untuk melakukan semua itu? Jika anda mengatakan
bahwa alam itu memiliki pengetahuan dan kekuasaan, lalu kenapa anda menolak
menerima eksistensi sang pencipta? Bukankah pengetahuan dan kekuasaan itu

adalah sifat-sifatn-Nya? Jika, di sisi lain, Anda menyatakan bahwa alam
melakukan semua itu tanpa niatan dan pengetahuan, Anda telah mengatakan hal

yang absurd. Anda telah mengesampingkan segala kesempurnaan yang berada di
sekitar Anda. Kesempurnaan tidak mungkin ada tanpa pengetahuan dan niatan.
Maka, jelaslah semua itu merupakan perbuatan Sang Pencipta, dan apa yang anda
sebut alam tidak lain adalah cara kerja Sang Pencipta ini.
Pikirkanlah apa yang membedakan manusia dari makhluk tuhan lainnya:
bagaimana manusia itu dimuliakan dan ditempatkan di atas binatang. Manusia
diciptakan bisa berdiri dan duduk tegak, bisa memegang benda dengan tangan
mereka, serta bisa memanfaatkan dan mengerjakan sesuatu dengan benda-benda
itu. Jika manusia diciptakan berbentuk horizontal, seperti binatang berkaki empat,
mereka tidak akan bisa berbuat demikian. Untuk alasan ini, kata manusia dalam
bahsa yunani diturunkan dari kata “makhluk mulia yang mampu berkontemplasi,”
menurut plato, atau dari kata “melihat ke atas” menurut sumber yang lain.
Dalam mengungkapkan bahwa manusia itu diciptakan secara terencna,
Aristoteles mengatakan, dalam hati ada lubang yang letaknya menempel dengan
lubang paru-paru untuk ventilasi hati. Jika lubang itu tidak bersatu, atau terpisah,
udara tidak bisa mencapai hati dan hal ini berakibat fatal. Bisakah seorang berakal
mengakui klaim bahwa susunan sempurna seperti itu terjadi dengan sendirinya?
Tidakkah mereka menengok ke dalam hati untuk menemukan bukti nyata yang
bisa menepis klaimseperti itu? Jika anda melihat sebuah pintu dengan sebuah
kaitan di satu sisi, apakah Anda kira kaitan itu tidak memiliki fungsi ataukah anda
berkesimpulan bahwa kaitan itu tersangkut dengan grendel pada sisi lain pintu,
sehingga keduanya memiliki fungsi yang berguna? Binatang jantan juga
membutuhkan pasangan. Ia memiliki organ reproduksi yang bisa masuk ke dalam
organ betina. Mereka bercampur untuk berkembang biak dan melanjutkan
kelestarian spesies mereka. Biarlah Epikurus dan orang lain sepertinya musnah
jika hati mereka tertutup dari penciptaan menakjubkan ini, sehingga mereka
menolak adanya niatan dan rencana di balik penciptaan itu.
Banyak hal lain yang manfaatnya tidak anda sadari. Jadi, janganlah
menilai sesuatu itu tidak berguna hanya karena anda tidak mengetahui
manfaatnya: banyak yang anda ketahui sebenarnya diketahui orang lain, dan

banyak pengetahuan yang tidak terjangkau oleh makhluk, tapi nyata bagi Allah
Yang Mahatinggi.
Pikirkanlah pengetahuan yang diberikan dan yang tidak diberikan kepada
manusia. Manusia diberikan segala sesuatu yang cocok untuk agama dan
kehidupannya. Bagian yang memperbaiki keberagamaan adalah pengetahuan
mengenai Sang Pencipta beserta bukti, indikasi, dan tanda-tanda yang ada dalam
penciptaan. Pengetahuan lebih jauh tentang kewajiban sosial diberikan supaya
manusia bisa berlaku adil terhadap sesamanya dan berlaku baik kepada orang
tuanya, supaya menepati janji, supaya berbagi dengan teman dan orang yang
membutuhkan, serta banyak hal lain serupa, yaitu pengetahuan tentang sesuatu
yang bisa ditemukan pada diri orang dalam berbagai bangsa. Demikan juga,
manusia dikaruniai pengetahuan untuk kebuthan duniawi mereka, seperti
pengetahuan mengenai pertanian, bercocok tanam, beternak, menggali air, obat,
tambang intan, berlayar dan hal-hal lain yang berguna untuk hidup di dunia.
ARGUMEN FILOSOFIS
Para Filsuf menyatakan bahwa alam itu bukanlah tidak bertujuan; alam
juga tidak pernah gagal menyempurnakan setiap sesuatu sesuai jenisnya.
Pengalaman membuktikan hal ini. Tapi, siapa yang memberikan alam
kebijaksanaan dan kemampuan untuk berhenti sesuai takaran, tidak kurang dan
tidak lebih, sesuatu yang tidak bisa dilakukan pikiran rasional, meskipun dalam
jangka panjang? Jika anda sepakat bahwa alam memiliki kebijaksanaan dan
kekuatan untuk melakukan hal-hal demikian, berarti anda anda telah mengakui
sesuatu yang tadinya anda sangkal, karena kebijaksanaan dan kekuatan itu adalah
ciri sang pencipta; jika anda menyangkal alam itu memiliki kebijaksanaan dan
kekuatan, kebenaran akan terpancar jelas, yaitu tindakan ini berasal dari Sang
Pencipta.
Yang lebih mengejutkan lagi adalah orang yang mengingkari Tuhan karena
mereka ingin mengindari langsung sesuatu yang tak bisa dijangkau pikiran.
Ketika tidak bisa melakukan ini, mereka melakukan penolakan dan pengingkaran
dengan berkata, “Mengapa pikiran tidak bisa menjangkau tuhan?” kami

menjawab, “dia berada di luar jangkauan pikiran. Penglihatan tidak bisa
memandang apa yang ada di luar jangkauannya.
KOMENTAR TENTANG ISI BUKU
Hal yang menarik dari buku ini adalah Sang Pengarang berusaha
menunjukkan bukti dalam alam semesta bahwa dunia itu memang merupakan
hasil ciptaan dan mempunyai tujuan namun Sang Pengarang tidak berusaha
menggurui, menasehati, atau mengajari pembaca, melainkan terus mengundang
pembaca untuk memikirkan, merenungkan, melihat sendiri masalah yang ada dan
menelaah fakta-fakta yang telah diketahui. Ia berhasil menyuguhkan argumen
kuat dan memberikan kita satu buku bermutu yang mengilhami.
Yang menarik dari buku ini juga karena Sang Pengarang adalah seorang
humoris dan suka berpolemik, dan suka menulis berbagai buku yang isinya
mendukung dan menolak pokok bahasan yang sama sehingga membuat sang
pembaca untuk selalu berfikir dan terus mencari argumennya sendiri melalui
tulisan dan karangan beliau ini.
Sang Pengarang ingin menanggapi tantangan orang yang mengatakan
bahwa penciptaan itu hanya kebetulan belaka. Dengan kata lain, dia ingin
menanggapi orang yang mengingkari kekuasaan ilahi. Sang pengarang meyakini
adanya sang pencipta yang berkuasa. Dia pun berusaha memberikan bukti-bukti
yang memperkuat kepercayaannya itu. Tetapi ia, tidak menggunakan argumen
kering ala filsuf ataupun dogma partisan ala teolog.
Sang Pengarang jelas begitu tekun jelas lebih tekun mengamati fenomena
alam dan merenungkan peranan dari berbagai fenomena tersebut. Dia sering
mengungkapkan rasa takjub terhadap luasnya penciptaan. Kekagumannya ini
tampak jelas dalam kalimat, “Tidakkah kau bisa melihat.......?” “Mengapa .....?”
“Mengapa tidak.....?” “Bagaimana seandainya......” .
Namun ada beberapa kelemahan dan kekurangan yang ada dalam buku ini,
salah satunya adalah mengenai perdebatan siapa yang mengarang buku ini,
pendapat yang pertama bahwa memang buku ini adalah memang karangan AlJahiz. Ditandai dengan beberapa aspek bahasa yang menunjukkan bahwa karya ini
di tulis oleh beliau. Namun, karya ini memang tampaknya tidak begitu kental

dengan ciri-ciri al-jahiz. Ada juga beberapa kalangan yang mengatakan bahwa
buku ini di tulis oleh Jibril ibn Nuh, seorang pengarang Kristen, yang kabarnya
menulis buku ini pada masa pemerintahan Khalifah Abbasiyyah al-Mutawakkil.
Namun, ada bukti internal dalam buku versi sekarang ini yang menimbulkan
keraguan serius bahwa buku ini memang ditulis Jibril ibn Nuh, meskipun terdapat
bukti ia pernah menulis buku bertema sama. Dikabarkan pula, buku-buku lain
bertema sejenis juga pernah ditulis dalam bahasa Yunani oleh kaum Kristen
Nestorian sebelum Jibril, yang kemudian karya itu diterjemahkan ke Syria dan
Arab, atau aslinya ditulis dalam bahasa Syria atau Persia, kemudian diterjemahkan
dalam bahasa Arab. Jadi, pengarang teks sekarang ini bisa saja dipengaruhi oleh
orang-orang sebelumnya, yang kemudian dikembangkan. Namun, ide orisinal dan
ilham bagi semua tulisan dan model strukturnya jelas dari yunani.