Tugas sejarah hukum acara pidana

1) masyarakat hukum adalah kelompok-kelompok masyarakat yang tetap dan teratur
dengan mempunyai kekuasaan sendiri dan kekayaan sendiri baik berwujud atau tidak
berwujud.
2) Budaya hukum adalah meliputi pandangan, kebiasaan maupun perilaku dari
masyarakat mengenai pemikiran nilai-nilai dan pengharapan dari sistim hukum yang
berlaku, dengan perkataan lain, budaya hukum itu adalah iklim dari pemikiran sosial
tentang bagaimana hukum itu diaplikasikan, dilanggar atau dilaksanakan.
3) Filsafat hukum merupakan ilmu pengetahuan yang berbicara tentang hakekat hukum
atau keberadaan hukum.
4) Pendidikan hukum ialah pendidikan buat seseorang yang ingin menjadi seseorang
yang ahli di bidang hukum maupun mereka yang secara sederhana bertujuan
menggunakan gelar hukumnya dalam beberapa tingkat, baik terkait dengan hukum itu
sendiri (seperti politik atau akademi) maupun bisnis.
5) Konsep Hukum
a). Konsep Hukum Hans Kelsen
Teorinya yang “murni” (the pure theory of law) bebas dari elemen-elemen
asing pada kedua jenis teori tradisional, teori tersebut tidak tergantung pada
pertimbangan-pertimbangan moralitas dan fakta-fakta aktual.
Menurut kelsen, filosofi hukum yang ada pada waktu itu dikatakan telah
terkontaminasi oleh ideologi politik dan moralitas disatu sisi, dan telah mengalami
reduksi karena ilmu pengetahuan disisi yang lain. Sedangkan hukum itu sendiri harus

murni dari elemen-elemen asing yang tidak yuridis. Inilah prinsip metodologis
dasarnya dari konsep Hans kelsen tentang konsep hukum murninya.
Bagi kelsen, hukum berurusan dengan bentuk (forma), bukan isi (material). Jadi,
keadilan sebagai isi hukum berada diluar hukum. Suatu hukum dengan demikian
dapat saja tidak adil, tetapi ia tetaplah hukum karena dikeluarkan oleh penguasa
b). Konsep Hukum John Austin
Ada dua konsep hukum dari john austin yang kami dapatkan dari berbagai
buku, yaitu:
a. Konsep hukum bahwa hukum memiliki dua dimensi hukum
b. Konsep hukum bahwa hukum adalah sebagai komando (law is command of
sovereign)
Dari dua konsep hukum yang dia jelaskan konsep hukum bahwa hukum adalah
komando lebih banyak diperbincangkan dalam pembahasan-pembahasan pada
referensi.
c). Konsep Hukum Menurut H.L.A Hart
Konsep hukum hart yang dituangkan pada bukunya the concept of law,
menjelaskan bahwa pertama-tama hukum harus dipahami sebagai sistem peraturan.
Dengan pendapatnya bahwa hukum ternyata adalah suatu sistem peraturan maka bisa
di simpulkan ada sedikit kesamaan antara konsep hukun Hohn Austin, yaitu teori
hukum murni yang memurnikan hukum dari anasir-anasir asing dengan konsep

hukum H.L.A Hart tentang hukum harus dipahami sebagai sistem peraturan.

Melihat dari pernyataan Hart bahwa pertama-tama hukum harus dipahami
sebagai suatu sistem peraturan, ia membagi dua dalam konsep hukumnya tentang
peraturan itu, yaitu:
1. Peraturan Primer
peraturan primer terdiri dari standar-standar bagi tingkah laku yang membebankan
berbagai kewajiban. Peraturan-peraturan primer menentukan kelakuan-kelakuan
subjek-subjek hukum, dengan menyatakan apa yang harus dilakukan, apa yang
dilarang.
Lebih lanjut Hart menjelaskan bahwa peraturan primer tersebut hanya bisa
efektif mengatur tata tertib sosial apabila
a. membuat pembatasan terhadap kekerasan, pencurian, dan penipuan.
b. Mendapat dukungan mayorita.
c. Masyarakat relatif memiliki keterikatan primodial (misalnya ikatan darah,
perasaan, dan keyakinan)
Akan tetapi, walaupun meskipun peratutan primer telah memenuhi syarat-syarat
tersebut, peraturan primer belum tentu berlaku efektif seperti halnya hukum.
Alasannya, peraturan primer bukanlah sistem hukum, melainkan sejumlah standar
umum yang terpisah satu sama lain. Meskipun berfungsi sebagai struktur sosial,

peraturan primer memiliki beberapa kelemahan mendasar.
Meskipun berfungsi sebagai struktur sosial, peraturan primer memiliki
beberapa kelemahan mendasar.
a. Dalam peraturan primer tidak ada lembaga atau otoritas resmi yang berfungsi
melakukan penilaian dan penyelesaian konflik. Akibatnya terjadi ketidak
pastian dalam pekaksanaan peraturan primer.
b. Peraturan primer bersifat statis. Bila terjadi perubahan, maka perubahan itu
berjalan begitu lamban sehingga tidak cukup responsif terhadap
perkembangan masyarakat. Karena dalam skemanya, masih dibutuhkan proses
dimana peraturan itu harus menjadi kebiasaan terlebih dahulu sebelum
diterima dan diakui sebagai kewajiban yang harus dpenuhi. Bahkan
kadangkala peraturan primer ini bersifat statis dalam arti radikal dan sulit
sekali untuk dirubah.
c. Inefisiensi dalam penegakan peraturan primer. Dapat saja terjadi perdebatan
berkepanjangan apakah terjadi pelanggaran atua tidak terhadap peraturan
tertentu tanpa adanya penyelesaian yang jelas karena peraturan primer tidak
memiliki otoritas penentu terakhir.
2.
Peraturan Sekunder
Aturan-aturan sekunder adalah sekelompok aturan yang memberikan kekuasaan untuk

mengatur penerapan aturan-aturan hukum yang tergolong kedalam kelompok yang
sebelumnya atau aturan-aturan primer. Aturan-aturan yang dapat digolongkan
kedalam kelompok ini adalah aturan yang memuat prosedur bagi pengadopsian dan
penerapan hukum primer. Berisi pemastian syarat-syarat bagi pelakunya kaidahkaidah primer dan dengan demikian menampakkan sifat yuridis kaidah kaidah-kaidah
itu.

Peraturan sekunder dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu:
a. Peraturan pengakuan
Peraturan pengakuan adalah peraturan yang berfungsi mengatasi problem
ketidak pastian peraturan primer
b. Peraturan perubahan
Peraturan perubahan adalah peraturan yang vberfungsi untuk mengatasi
masalah berkaitan dengan siat status peraturan primer
c. Peraturan penilaian dan penyelesaian konflik
Peraturan ini menetapkan mekanisme untuk mengatasi problem inefiensi
dalam peraturan primer.
6. Pembentukan hukum dan implementasinya tidak lepas dari pengaruh sosial dan
personal terutama pengaruh sosial politik. Kualitas dan karakter hukum juga tidak
lepas dari pengaruh personal tersebut terutama kekuatan politik pada saat hukum itu
dibentuk.

7. Bentuk Hukum
a. Bentuk Hukum Tidak Tertulis
Bentuk hukum yang tidak tertulis merupakan aturan atau kaidah yang tidak
dituangkan dalam bentuk peraturan secara tertulis. Hukum yang tidak tertulis
biasanya merupakan aturan atau norma yang hidup dan berkembang dalam kehidupan
masyarakat.
Bentuk hukum yang tidak tertulis biasanya kita jumpai di daerah-daerah yang
masih kental memberlakukan hukum adat sebagai aturan yang berlaku dalam
masyarakatnya. Namun, tidak semua dari hukum adat tersebut dapat dikategorikan
sebagai hukum yang tidak tertulis karena diantaranya ada juga yang telah dituliskan
melalui media daun atau kulit dengan menggunakan bahasa daerah setempat dan
diakui sebagai hukum yang berlaku serta telah diwariskan secara turun temurun
dimana ketentuan yang dituangkan dalam hukum adat tersebut diakui dan dipatuhi
oleh masyarakat setempat.
Hukum yang tidak tertulis juga biasa kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari
adalah norma-norma kesusilaan dan kesopanan. Norma-norma tersebut merupakan
bentuk hukum yang tidak tertulis namun tetap diakui dan dilaksanakan oleh
masyarakat. Demikian pula bahwa mereka yang melanggar norma tersebut akan
dikenakan sanksi.
Salah satu kelebihan dari bentuk hukum yang tidak tertulis adalah

kemampuannya mengikuti perkembangan zaman. Bentuk hukum yang tidak tertulis
lebih dinamis. Hal ini dapat dilihat dalam parameter yang digunakan seseorang dalam
memandang suatu norma kesusilaan, misalnya cara pandang kita terhadap gaya
berpakaian laki-laki dan perempuan pada era 1980-an dengan saat ini. Terdapat
batasan-batasan norma kesusilaan dan kesopanan yang telah bergeser dari waktu ke
waktu. Dengan demikian dapat juga sekaligus dikatakan bahwa kekurangan bentuk
hukum yang tidak tertulis adalah tidak terdapatnya kepastian hukum.

b. Bentuk hukum yang tertulis
Kita semua mengetahui bahwa salah satu contoh bentuk hukum yang tertulis
adalah peraturan perundang-undangan. Ini merupakan bentuk hukum yang
dikodifikasikan sehingga mudah diketahui oleh masyarakat luas. Isinya tentu lebih
komprehensif bila dibandingkan dengan bentuk hukum yang tidak tertulis sehingga
memiliki kepastian hukum.
Salah satu kekurangan dari bentuk hukum yang tertulis adalah mekanisme yang
harus dilalui untuk mendinamisasi muatan peraturan agar sesuai dengan
perkembangan. Bentuk hukum yang tertulis disusun dengan berbagai perencanaan dan
perhitungan serta teknik penulisan yang baik sehingga dapat dihasilkan produk
perundang-undangan yang berkualitas dan aplikable (dapat diaplikasikan).


8. Penerapan hukum
Pelaksanaan Hukum yang transparan dan terbuka di satu sisi dapat menekan
dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh tindakan oleh masyarakat sekaligus juga
meningkatkan dampak positif dari aktifitas masyarakat, hukum pada dasarnya
memastikan munculnya aspek-aspek positif dari kemanusiaan dan menghambat aspek
negatif dari kemanusiaan. Penerapan hukum yang ditaati dan diikuti akan
menciptakan ketertiban dan memaksimalkan ekspresi potensi masyarakat.
Dengan demikian penegakkan hukum dan ketertiban merupakan syarat mutlak bagi
upaya – upaya penciptaan masyarakat yang damai dan sejahtera. Apabila hukum
ditegakkandan ketertiban diwujudkan, maka kepastian, rasa aman dan tentram,
ataupun kehidupan yang rukun akan dapat terwujud.
9. Evaluasi hukum
Kata Evaluasi berasal dari bhasa inggris “Evolution” yang mengandung kata
dasar ValueNilai”. Kata Value atau nilai dalam istilah evaluasi berkaitan dengan
keyakinan bahwa sesuatu hal itu baik/buruk, benar/salah, kuat/lemah, cukup/belum
cukup, dan sebagainya. Secara umum, Evaluasi diartikan sebagai suatu proses
mempertimbangkan suatu hal/gejala dengan mempergunakan patokan-patokan
tertentu ynsg bersifat kualitatif. Misalnya baik tidak baik, memedai atau tidak
memadai, dan sebagainya.
Untuk mengetahui pemahaman yang jelas tentang Evaluasi, khususnya

evaluasi Hukum, maka kami mendefinisikan evaluasi hukum sebagai berikut ;adalah
suatu proses yang sistematis dalam mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan
apakah seseorang dipandang telah mencapai target pengetahuannya/keterampilannya
tentang hukum?
Dalam masyarakat terdapat beraneka warna hukum, kebiasaan, peraturan
agama, tradisi, peraturan perkumpulan yang kesemuanya itu dalam beberapa hal
membatasi tindak tanduk manusia., dan mengatasi hasrat hatinya yang sejati.
Keinginan-keinginan dan cita-citanya sampai tingkat tertentu disesuaikan dengan
jarring-jaring pengawasan yang kompleks ini.