Perancangan Utilitas Kantor Satpol PP
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Pekanbaru merupakan salah satu kota besar yang menjadi tujuan
perpindahan penduduk dengan berbagai tujuan, namun salah satu tujuan yang
paling besar ialah untuk mencari pekerjaan dan penghidupan yang lebih baik. Hal
itulah yang membuat masyarakat yang tinggal di kota Pekanbaru mau tidak mau
harus meningkatkan kemampuan agar tidak kalah saing dari pendatang. Maka dari
itulah lembaga-lembaga pendidikan dituntut untuk meningkatkan mutu dan
menghasilkan lulusan yang mampu bersaing.
Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan khususnya pada bidang desain
arsitektur,
menuntut
calon
pendesain
untuk
memahami
dan
menyerap
perkembangan dan kemajuan teknologi sebagai bekal penunjang dalam kaitannya
dengan profesi yang akan dihadapi di masa yang akan datang.
Di Perguruan Tinggi, salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas
lulusan ialah dengan melaksanakan Praktek Profesional. Dalam menempuh
pendidikan di Perguruan Tinggi, mahasiswa mendapat pembelajaran mengenai
teori-teori serta praktek dari teori tersebut berupa tugas-tugas yang harus
dikerjakan. Namun tugas-tugas yang biasanya dikerjakan mahasiswa sangat
berbeda dengan keadaan di dunia kerja. Karenanya kebutuhan perkuliahan
Praktek Profesional sangat penting untuk mendapatkan bekal dan pengalaman
penerapan teori-teori secara langsung di lapangan termasuk segala proses yang
harus dilalui dan masalah yang dihadapi. Perkuliahan Praktek Profesional
merupakan suatu kegiatan latihan kerja mahasiswa yang terencana dan terstruktur
oleh jurusan yang bersifat wajib diikuti oleh semua mahasiswa Program Studi
Arsitektur Universitas Riau yang telah memenuhi syarat tertentu.
Program Praktek Profesional ini dimaksudkan untuk mendukung
tercapainya kompetensi melalui pengalaman menghadapi kasus nyata sehingga
mampu menganalisis setiap permasalahan di lapangan dan mampu mengatasi dan
REZY KURNIA AGUSTIN | PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | FT-UR
Perancangan Utilitas Markas Komando Satpol PP
1
mencari solusi (penyelesaian) berbagai permasalahan yang dihadapi di dalam
kasus nyata dalam suatu proyek. Berdasarkan hal tersebut diatas penulis memilih
melaksanakan kegiatan Praktek Profesional di perusahaan PT. Holistika Prima
Grahita, sebuah perusahaan perencanaan desain dan konsultan.
Pada akhirnya dengan adanya kegiatan mata kuliah Praktek Profesional ini
mengharapkan mampu membangun kepekaan dan belajar meningkatkan
efektivitas kerja lapangan yang mengarah kepada profesionalitas seorang calon
sarjana arsitektur (S1).
1.2
TUJUAN PRAKTEK PROFESIONAL
Praktek Profesional merupakan suatu sistem pembelajaran yang dilakukan
di luar Proses Belajar Mengajar dan dilaksanakan pada perusahaan/industri atau
instansi dibidang Arsitektur.
Secara umum pelaksanaan program Praktek Profesional ditujukan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Mahasiswa di bidang pengalaman
lapangan, penyesuaian diri dengan situasi yang sebenarnya, mengumpulkan
informasi dan menulis laporan yang berkaitan langsung dengan tujuan khusus.
Setelah siswa melaksanakan program Praktek Profesional secara khusus
mahasiswa diharapkan memperoleh pengalaman yang mencakup tinjauan tentang
perusahaan, dan kegiatan-kegiatan praktek yang berhubungan langsung dengan
bidangnya. Dan mempersiapkan para Mahasiswa untuk belajar bekerja secara
mandiri, bekerja dalam suatu tim dan mengembangkan potensi dan keahlian
sesuai dengan minat dan bakat masing-masing. Penyelenggaraan Kerja Praktek
bagi Mahasiswa bertujuan untuk:
1.
Menambah
wawasan
pengetahuan
kepada
mahasiswa
akan
keanekaragaman wilayah profesi arsitektur, sebagai sarana untuk
melengkapi pengetahuan praktisi mahasiswa disamping pengetahuan yang
bersifat teori.
2.
Meningkatkan
kemandirian
dan
kedisiplinan
mahasiswa
melalui
pemahaman akan sikap budaya/kultur kerja profesional yang menuntut
REZY KURNIA AGUSTIN | PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | FT-UR
Perancangan Utilitas Markas Komando Satpol PP
2
kerjasama, kualitas kerja, ketepatan waktu dan bertanggung jawab dalam
menyelesaikan tugas.
3.
Membangun kepekaan mahasiswa dalam menangkap permasalahan kerja,
menganalisis permasalahan, dan menyelesaikan sesuai kondisi dan konteks
lingkungan kerja.
1.3
POLA, MODEL, DAN OBJEK PRAKTEK PROFESIONAL
Berdasarkan SOP dan pedoman pelaksanaan MK Praktek Profesional
nomor TAS 3641 – 06022012 – 1, bahwa pola Praktek Profesional yang
direkomendasikan bagi mahasiswa pada Program Studi Arsitektur Universitas
Riau adalah sebagai berikut:
1.
Praktek Profesional Perencanaan
Suatu kegiatan Praktek Profesional yang berkaitan dengan proyek
perencanaan tata bangunan, kawasan, dan atau lingkungan binaan.
2.
Praktek Profesional Perancangan
Suatu kegiatan Praktek Profesional yang berkaitan dengan proyek
perancangan arsitektur. Objek Praktek Profesional dapat berupa interior,
bangunan, lansekap, dan utilitas bangunan.
3.
Praktek Profesional Pelaksanaan
Suatu kegiatan Praktek Profesional yang berkaitan dengan proyek
pelaksanaan pembangunan. Objek Praktek Profesional pelaksanaan dapat
berupa pembangunan gedung, kawasan, dan atau lingkungan binaan.
4.
Praktek Profesional Manajemen Proyek
Adalah suatu kegiatan yang berkaitan dengan pengawasan (monitoring)
dan manajemen (konstruksi) proyek perancangan dan pelaksanaan
pembangunan gedung, kawasan, dan atau lingkungan binaan.
Berdasarkan pilihan yang telah di rekomendasikan diatas, dalam proses
pelaksanaan praktek profesional, saya sebagai praktikan menggunakan pola
nomor 2 (dua) yaitu Praktek Profesional Perancangan.
REZY KURNIA AGUSTIN | PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | FT-UR
Perancangan Utilitas Markas Komando Satpol PP
3
Sementara untuk model Praktek Profesional berdasarkan SOP dan
pedoman pelaksanaan MK Praktek Profesional nomor TAS 3641 – 06022012 – 1,
bahwa model Praktek Profesional yang dapat dipilih oleh mahasiswa meliputi:
1.
Model 1
: Praktek Konvensional pada Perusahaan
2.
Model 2
: Magang Profesional pada Perusahaan
3.
Model 3
: Magang Profesional pada Individu Berlisensi Praktek
Profesional
4.
Model 4
: Magang Mandiri
5.
Model 5
: Praktek Profesional Luar Negeri
Tabel 1.1 Tabel Model dan Pola Praktek Profesional
Pola 1
Pola 2
Pola 3
Pola 4
Model 1
O
O
O
O
Model 2
O
O
O
O
Model 3
O
O
O
O
Model 4
Model 5
O
O
O
O
O
O
O
Sumber : SOP dan Pedoman Pelaksanaan MK.Praktek Profesional. 2012
Berdasarkan pilihan terrsebut praktikan menggunakan model praktek
profesional 1 (satu), yaitu Praktek Konvensional pada Perusahaan,
perusahaan yang bergerak di bidang Rancang bangunan Arsitektur dan berbadan
hukum yang jelas.
1.4
NAMA PROYEK
Lingkup pekerjaan yang diusulkan oleh penulis meliputi proses
perancangan
pada
kegiatan
PERANCANGAN
MARKAS
KOMANDO
SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KEP. DOMPAK, TANJUNG PINANG.
Dalam pekerjaan tim ini penulis mendapat tugas untuk “PERANCANGAN
UTILITAS KANTOR MARKAS KOMANDO SATPOL PP”. Penulis
dibimbing langsung oleh Bapak Mashuri ST, MSc sebagai Tim Ahli Perancangan
PT. Holistika Prima Grahita.
1.5
BATASAN PRAKTEK PROFESIONAL
REZY KURNIA AGUSTIN | PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | FT-UR
Perancangan Utilitas Markas Komando Satpol PP
4
1.5.1
Tempat Praktek Profesional
Praktek profesional dilaksanakan di PT. Prima Grahita yang berada di
Jalan Selamat Gg. Makmur No. 6, Pekanbaru.
1.5.2
Waktu Pelaksanaan Praktek Profesional
Waktu untuk melaksanakan Kerja Praktek adalah mulai dari tanggal 29
Januari s/d 15 Februari 2015.
1.5.3
Daftar Hadir
Untuk waktu kehadiran telah disepakati antara kedua belah pihak yakni 8
jam mulai dari pukul 09.00 – 17.00 selama 6 hari kerja.
1.6
SPESIFIKASI PT. HOLISTIKA PRIMA GRAHITA
1.6.1
Data Perusahaan
1.6.2
Nama Perusahaan
: PT. HOLISTIKA PRIMA GRAHITA
Alamat Kantor
: Jl. Selamat Gg. Makmur No. 6, Pekanbaru
Telepon
: (0761) 26702
HP
: 081365798889
Direktur
: Roi Soproi, ST
Bidang Usaha
PT. HOLISTIKA PRIMA GRAHITA merupakan perseroan terbatas
yang bergerak dalam bidang engineering servis, design, dan consultant.
1.7
SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN PRAKTEK
PROFESIONAL
Penulisan Laporan Praktek Profesional terdiri atas V (lima) bab dengan
perincian sebagai berikut :
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini akan membahas Latar Belakang Pelaksanaan Laporan
Praktek Profesional, Tujuan Praktek Profesional, Tujuan
pembuatan laporan Praktek Profesional, Pola, model dan Objek
Praktek Profesional, Batasan Praktek Profesional, Spesifikasi
REZY KURNIA AGUSTIN | PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | FT-UR
Perancangan Utilitas Markas Komando Satpol PP
5
tempat Praktek Profesional, Badan Hukum Perusahaan dan
Sistematika Penulisan Laporan Kerja Praktek
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada Bab ini membahas tinjauan pustaka yang berhubungan
dengan judul proyek yakni Kawasan Edukasi dan Kreatifitas
Mahasiswa Universitas Riau.
BAB III
PENJELASAN FAKTA LAPANGAN
Pada Bab ini membahas deskripsi umum proyek yang terdiri
dari latar belakang proyek, tahap pelaksanaan proyek.
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH
Bab ini membahas cara pengatasan permasalahan yang
disesuaikan dengan fakta di lapangan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan uraian kegiatan Praktek Profesional,
dalam bentuk kesimpulan dan saran.
REZY KURNIA AGUSTIN | PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | FT-UR
Perancangan Utilitas Markas Komando Satpol PP
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
PENGERTIAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
2.1.1 Bangunan Gedung
Yang dimaksud dengan bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan
konstruksi yang menyatu dengan tempat dan kedudukannya, sebagian atau
seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi
sebagai tempat manusia melakukan kegiatan, baik untuk hunian atau tempat
tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun
kegiatan khusus.
2.1.2 Bangunan Gedung Negara
Bangunan Gedung Negara adalah bangunan gedung untuk keperluan dinas
yang menjadi/akan menjadi kekayaan milik negara dan diadakan dengan sumber
pembiayaan yang berasal dari dana APBN, dan/atau perolehan lainnya yang sah,
antara lain seperti: gedung kantor, gedung sekolah, gedung rumah sakit, gudang,
rumah negara, dan lain-lain.
2.2
ASAS PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
Pelaksanaan pembangunan bangunan gedung negara berdasarkan azas dan
prinsip:
1. kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan serta keserasian /keselarasan
bangunan gedung dengan lingkungannya;
2. hemat, tidak berlebihan, efektif dan efisien, serta sesuai dengan kebutuhan
dan ketentuan teknis yang disyaratkan;
3. terarah dan terkendali sesuai rencana, program/satuan kerja, serta fungsi
setiap kementerian/lembaga/instansi pemilik/ pengguna bangunan gedung;
4. semaksimal mungkin menggunakan hasil produksi dalam negeri dengan
memperhatikan kemampuan/potensi
REZY KURNIA AGUSTIN | PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | FT-UR
Perancangan Utilitas Markas Komando Satpol PP
7
2.3
KLASIFIKASI BANGUNAN GEDUNG NEGARA BERDASARKAN
TINGKAT KOMPLEKSITAS
2.3.1 Bangunan Sederhana
Klasifikasi bangunan sederhana adalah bangunan gedung negara dengan
karakter sederhana serta memiliki kompleksitas dan teknologi sederhana. Masa
penjaminan kegagalan bangunannya adalah selama 10 (sepuluh) tahun. Yang
termasuk klasifikasi Bangunan Sederhana, antara lain:
gedung kantor yang sudah ada disain prototipenya, atau bangunan gedung
kantor dengan jumlah lantai s.d. 2 lantai dengan luas sampai dengan 500
m2;
bangunan rumah dinas tipe C, D, dan E yang tidak bertingkat;
gedung pelayanan kesehatan: puskesmas;
gedung pendidikan tingkat dasar dan/atau lanjutan dengan jumlah lantai s.d.
2 lantai
2.3.2 Bangunan Tidak Sederhana
Klasifikasi bangunan tidak sederhana adalah bangunan gedung negara
dengan karakter tidak sederhana serta memiliki kompleksitas dan/atau teknologi
tidak sederhana. Masa penjaminan kegagalan bangunannya adalah selama paling
singkat 10 (sepuluh) tahun. Yang termasuk klasifikasi Bangunan Tidak Sederhana,
antara lain:
gedung kantor yang belum ada disain prototipenya, atau gedung kantor
dengan luas di atas dari 500 m2, atau gedung kantor bertingkat lebih dari 2
lantai;
bangunan rumah dinas tipe A dan B; atau rumah dinas C, D, dan E yang
bertingkat lebih dari 2 lantai, rumah negara yang berbentuk rumah susun;
gedung Rumah Sakit Klas A, B, C, dan D;
gedung pendidikan tinggi universitas/akademi; atau gedung pendidikan
dasar/lanjutan bertingkat lebih dari 2 lantai.
2.4
STANDAR LUAS BANGUNAN GEDUNG NEGARA
REZY KURNIA AGUSTIN | PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | FT-UR
Perancangan Utilitas Markas Komando Satpol PP
8
2.4.1 Gedung Kantor
Dalam menghitung luas ruang bangunan gedung kantor yang diperlukan,
dihitung berdasarkan ketentuan sebagai berikut:
a. Standar luas ruang gedung kantor pemerintah yang termasuk klasifikasi
sederhana rata-rata sebesar 9,6 m2 per-personil;
b. Standar luas ruang gedung kantor pemerintah yang termasuk klasifikasi
tidak sederhana rata-rata sebesar 10 m2 per-personil;
c. Untuk bangunan gedung kantor yang memerlukan ruang-ruang khusus atau
ruang pelayanan masyarakat, kebutuhannya dihitung secara tersendiri (studi
kebutuhan ruang) diluar luas ruangan untuk seluruh personil yang akan
ditampung.
Kebutuhan total luas gedung kantor dihitung berdasarkan jumlah personil
yang akan ditampung dikalikan standar luas sesuai dengan klasifikasi
bangunannya. Standar Luas Ruang Kerja Kantor Pemerintah tercantum pada tabel
dibawah ini.
Tabel 2.1. Standar Ruang Luas Gedung Kantor
A.
Ruang Kerja
Sumber: Pedoman Teknis Pembangunan BGN, 2007
REZY KURNIA AGUSTIN | PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | FT-UR
Perancangan Utilitas Markas Komando Satpol PP
9
B.
Ruang Penunjang
1. Ruang Rapat = 40 m2
2. Ruang Studio = 4 m2/ orang (pemakai = 10% dari staf)
3. Ruang Arsip = 0,4 m2/ orang (pemakai = staf)
4. WC = 2 m2/ 25 orang
5. Musholla = 0,8 m2/ orang (pemakai 20% dari personil
2.5
PENGERTIAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi
Pamong Praja memberikan defenisi yang sama dalam Undang-Undang No. 32
Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Yaitu aparatur pemerintah daerah yang
melaksanakan tugas kepala daerah dalam memelihara dan menyelenggarakan
ketentraman dan ketertiban umum, menegakkan peraturan daerah dan keputusan
daerah.
Satuan Polisi Pamong Praja disingkat Satpol PP adalah perangkat
Pemerintah Daerah dalam memelihara ketentraman dan ketertiban umum serta
menegakkan Peraturan Daerah. Organisasi dan tata kerja Satuan Polisi Pamong
Praja ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Wikipedia, 2014).
Satpol PP dapat berkedudukan di Daerah
Provinsi dan Daerah
Kabupaten/Kota.
1.
Di Daerah Provinsi, Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin oleh Kepala
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui
Sekretaris Daerah
2.
Di Daerah Kabupaten/Kota, Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin oleh
Kepala
yang
berada
di
bawah
dan
bertanggung
jawab
kepada
Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah
2.5.1 Sejarah
REZY KURNIA AGUSTIN | PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | FT-UR
Perancangan Utilitas Markas Komando Satpol PP
10
Polisi Pamong Praja didirikan di Yogyakarta pada tanggal 3 Maret 1950
dengan moto Praja Wibawa. Polisi Pamong Praja dibentuk untuk mewadahi
sebagian tugas pemerintah daerah. Pada tanggal 10 November 1948, lembaga ini
berubah menjadi Detasemen Polisi Pamong Praja.
Di Jawa dan Madura Satuan Polisi Pamong Praja dibentuk tanggal 3 Maret
1950. Inilah awal mula terbentuknya Satpol PP sehingga setiap tanggal 3 Maret
ditetapkan sebagai Hari Jadi Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan
diperingati setiap tahun.
2.5.2 Fungsi dan Wewenang Pamong Praja
Pasal 3 Peraturan Pemerintah (PP) No. 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi
Pamong Praja menyelenggarakan fungsi yaitu:
1. Penyusunan program dan pelaksanaan ketentraman dan ketertiban umum,
penegak Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah
2. Pelaksanaan kebijakan pemeliharaan dan penyelenggarakan kententraman
dan ketertiban umum di Daerah.
3. Pelaksanaan kebijakan penegakkan Peraturan Daerah Pelaksanaan kebijakan
4. Pelaksanaan koordinasi pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentraman dan
ketertiban umum serta Penegakan Peraturan Daerah, Keputusan Kepala
Daerah dengan aparat Kepolisian Negara, Penyidik Pegawai Negeri Sipil
(PPNS) penegakkan Peraturan Daerah dan atau wewenang lainnya.
5. Pengawasan terhadap pemerintah agar mematuhi dan mentaati Peraturan
Daerah dan Keputusan Daerah
Sedangkan kewenangan Satuan Polisi Pamong Praja berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 6 Tahun 2010 adalah:
1. Menertibkan dan menindak warga masyarakat atau badan hukum yang
mengganggu ketentraman dan ketertiban umum
2. Melakukan pemeriksaan terhadap warga masyarakat atau badan hukum
yang melakukan pelanggaran atas Peraturan Daerah dan keputusan Kepala
Daerah
REZY KURNIA AGUSTIN | PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | FT-UR
Perancangan Utilitas Markas Komando Satpol PP
11
3. Melakukan tindakan represif non yustisial terhadap warga masyarakat atau
badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Peraturan Daerah dan
keputusan Kepala Daerah.
2.5.3 Tugas Pokok dan Pembagian Divisi
Satuan Polisi Pamong Praja bertugas membantu Kepala daerah dalam
menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang Keamanan dan Ketertiban serta
menegakkan Peraturan Daerah Kota Surabaya yang bertanggung jawab kepada
Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah.
Sedangkan fungsi dari Satuan Polisi Pamong Praja adalah:
1.
Pelaksanaan kebijakan pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentraman
dan ketertiban umum di daerah;
2.
Pelaksanaan pengawasan terhadap Peraturan Daerah, Peraturan Bupati dan
atau Keputusan Bupati;
3.
Pelaksanaan pembinaan ketentraman dan ketertiban umum sesuai
program, pedoman dan petunjuk teknis;
4.
Pelaksanaan koordinasi pemeliharaan dan ketertiban umum, menegakkan
Peraturan Daerah, Peraturan Bupati dan atau Keputusan Bupati dengan
Aparat Kepolisian Negara, Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dan atau
aparatur lainnya dalam rangka pelaksanaan penindakan, penyidikan dan
penuntutan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah, Peraturan Bupati dan
atau Keputusan Bupati;
5.
Pengawasan terhadap masyarakat agar mematuhi dan mentaati Peraturan
Daerah dan Keputusan Bupati;
6.
Pelaksanaan pengembangan kemampuan organisasi meliputi pembinaan
personil, administrasi umum, ketatalaksanaan, sarana dan prasarana satuan
kerja Satuan Polisi Pamong Praja;
7.
Penyusunan pelaporan dan evaluasi pelaksanaan tugas
8.
REZY KURNIA AGUSTIN | PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | FT-UR
Perancangan Utilitas Markas Komando Satpol PP
12
Adapun pembagian tugas dan divisi serta fungsi dalam struktur Satuan
Polisi Pamong Praja adalah sebagai berikut:
1. Kepala Tata Usaha
Kepala tata usaha bertugas pokok melaksanakan sebagian fungsi Satuan di
bidang pengelolaan Ketata Usahaaan. Adapun fungsi dari kepa tata usaha
adalah:
a) Pelaksanaan koordinasi dalam penyusunan rencana dan program kerja di
lingkungan Satuan
b) Pelaksanaan tugas administrasi umum dan administrasi kepegawaian,
perlengkapan, keuangan, kearsipan dan kerumahtanggaan
c) Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan
2. Kepala Penyidikan Dan Penindakan
Kepala penyidikan dan penindakan bertugas melaksanakan sebagian fungsi
bidang penegakkan Peraturan Daerah dibidang penyidikan dan penindakan,
dan berfungsi :
a) Penyiapan bahan perumusan kebijakan dan bimbingan teknis penyidikan
dan penindakan;
b) Penyiapan bahan pelaksanaan kegiatan penyidikan dan penindakan;
c) Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan penyidikan dan
penindakan.
d) Kepala Pengendalian Dan Operasional
Kepala pengendalian dan operasi bertugas melaksanakan sebagian fungsi
Satuan di bidang pengendalian dan operasional. Adapun fungsinya adalah:
1. Perumusan kebijakan dan bimbingan teknis di bidang pengendalian dan
operasional;
2. Pelaksanaan dan pengkoordinasian kegiatan di bidang pengendalian dan
operasional;
3. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan.
4. Kepala Pengembangan Kapasitas
REZY KURNIA AGUSTIN | PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | FT-UR
Perancangan Utilitas Markas Komando Satpol PP
13
Pengembangan Kapasitas dipimpin oleh seorang kepala pengembangan
Kapasitas yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian fungsi
Satuan di bidang Pengembangan Kapasitas. Adapun fungsinya adalah:
1. Pelaksanaan koordinasi dalam penyusunan rencana dan program kerja di
lingkungan Satuan
2. Pelaksanaan tugas administrasi umum dan administrasi kepegawaian,
perlengkapan, keuangan, kearsipan dan kerumahtanggaan
3. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan.
Gambar 2.1: bagan struktur Satpol PP
Sumber : Arsip PT. Holistika Prima Grahita
2.6
PENGERTIAN UTILITAS
REZY KURNIA AGUSTIN | PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | FT-UR
Perancangan Utilitas Markas Komando Satpol PP
14
Utilitas Bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas bangunan yang
digunakan untuk menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan,
keselamatan, kemudian kominikasi dan mobilitas dalam bangunan.
Perancangan bangunan arus selalu memperhatikan dan menyertakan
fasilitas utilitas yang dikoordinasikan dengan perancangan yang lain, seperti
perancangan
arsitektur,
perancangan
struktur,
perancangan
interior
dan
perancangan lainnya.
2.7
PENGERTIAN SISTEM PEMIPAAN DAN SANITASI BANGUNAN
Sistem pemipaan adalah suatu sistem penyediaan atau pengeluaran air ke
tempat-tempat yang dikehendaki tanpa adanya gangguan atau pencemaran
terhadap daerah-daerah yang dilaluinya dan dapat memenuhi kebutuhan
penghuninya dalam masalah air (Aldy, 2011).
2.7.1 Jenis Peralatan Pemipaan
Pemipaan meliputi kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan dalam suatu
kompleks perkotaan, perumahan, dan bangunan. Peralatan pemipaan terdiri dari:
a. Peralatan untuk penyediaan air bersih
b. Peralatan untuk penyediaan air kotor
c. Peralatan untuk penyediaan air kotoran
d. Peralatan untuk penyediaan air hujan
Sedangkan persyaratan bahan untuk pemipaan yaitu:
1. Tidak menimbulkan bahaya kesehatan
2. Tidak menimbulkan gangguan suara
3. Tidak menimbulkan bahaya radiasi
4. Tidak merusak perlengkapan bangunan
5. Instalasi harus kuat dan bersih
6. Memperhatikan cara-cara pemasangan yang baik
REZY KURNIA AGUSTIN | PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | FT-UR
Perancangan Utilitas Markas Komando Satpol PP
15
Gambar 2.2: peralatan pemipaan
Sumber : google
2.7.2
Sistem Pemipaan
Sistem pemipaan adalah cara untuk mengalirkan air ketempat yang
memerlukan. Terdapat 2 cara pengaturan air, yaitu:
1. Sistem Horizontal
Sistem horizontal adalah suatu system pemipaan yang banyak digunakan
untuk mengalirka kebutuhan air pada suatu kompleks perumahan atau rumahrumah tinggal yang tidak bertingkat. Ada dua cara yang dipakai untuk system
pemipaan horizontal yaitu sebagai berikut:
a. Pemipaan yang menuju ke satu titik akhir
Keuntungan pemipaan ini adalah pemakaian bahan yang lebih efesien, dan
kerugiannnya adalah daya pancar pada titik kran air tidak sama, semakin
jauh semakin kecil daya pancarnya.
b. Pemipaan yang melingkar/membentuk ring
Pemipaan ini menuntut penggunaan bahan pipa yang banyak, padahal
kekuatan daya pancar air kesemua titik-titik akan menghasilkan air yang
sama
2. Sistem Vertikal
Sistem pengaliran/distribusi air bersih dengan system vertical banyak
digunakan pada bangunan-bangunan bertingkat tinngi. Cara pendistribusiannya
adalah dengan menampung lebih dulu pada tangki air (ground reservoir) yang
REZY KURNIA AGUSTIN | PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | FT-UR
Perancangan Utilitas Markas Komando Satpol PP
16
terbuat dari beton dengan kapasitas sesuai dengan kebutuhan air pada bangunan
tersebut. Kemudian air dialirkan dengan menggunakan pompa untuk langsung ke
titik-titik kran yang diperlukan. Sistem ini lebih menguntungkan pada penggunaan
pipa, tetapi sering mengalami kesulitan kalau sumber tenaga untuk pompa
mengalami pemadaman.
Cara lain dengan menggunakan pompa untuk diteruskan pada tangki di atas
bangunan. Kemudian dari tangki dialirkan ke tempat-tempat yang memerlukan,
dengan menggunakan system gravitasi/diturunkan secara langsung.
2.7.3 Jaringan Pipa dalam Bangunan Rendah
A.
Jaringan pipa air bersih
Tediri dari dua pipa yaitu jaringan air bersih untuk air dingin dan jaringan
pipa untuk air panas. Kebutuhan air dalam bangunan artinya air yang
dipergunakan baik oleh penghuninya ataupun oleh keperluan-keperluan lain yang
ada kaitannya dengan fasilitas bangunan. Kebutuhan air didasarkan sebagai
berikut:
a) Kebutuhan untuk minum, memasak/dimasak. Untuk keperluan mandi,
buang air kecil dan air besar. Untuk mencuci, cuci pakaian, cuci badan,
tangan, cuci perlatan dan untuk proses seperti industry
b) Kebutuhan yang sifatnya sirkulasi: air panas, water cooling/AC, kolam
renang, air mancur taman
c) Kebutuhan yang sifatnya tetap: air untuk hidran dan air untuk sprinkler
Kebutuhan air terhadap bangunan tergantung fungsi kegunaan bangunan dan
jumlah penghuninya. Besar kebutuhan air khususnya untuk kebutuhan manusia
dihitung rata-rata perorang per hari tergantung dari jenis bangunan yang
digunakan untuk kegiatan manusia tersebut.
Tabel 2.2. Kebutuhan air menurut tipe bangunan
TIPE BANGUNAN
LITER/HARI
REZY KURNIA AGUSTIN | PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | FT-UR
Perancangan Utilitas Markas Komando Satpol PP
17
Sekolahan
Sekolahan+Kafetaria
Apartemen
Kantor
Taman Umum
Taman dan shower
Kolam renang
Apartemen mewah
Rumah susun
Hotel
Pabrik
Rumah sakit umum
Rumah perawat
Restoran
Dapur hotel
Motel
Drive in Pertokoan
Servis station
Airport
Gereja
Rumah tinggal
57
95
133
57-125
19
38
38
570/unit
152/unit
380/kamar
95
570/unit
285/unit
95
38
190/tmpt tidur
19/mobil
38
11-19/penumpang
19-26/tmpt duduk
150-285
Sumber : google
Untuk penyimpanan air bersih dari pompa atau PAM, volume air yang
ditampung disesuaikan dengan keperluan seluruh penghuni, dihitung per 8 jam.
Penyimpanan air bersih dapat disimpan didalam ground resevoir dan tangki air.
Ground Resevoir
Ground resevoir adalah tempat penampungan air dalam jumlah besar
yang terletak dibawah tanah. Ground resevoir memerlukan ruangan yang
besar yang diperlukan oleh kompleks perumahan sehingga memerlukan
perancangan yang tepat sebagai tempatnya. Selain itu dirancang juga
ruang penunjang seperti ruang pompa dan tempat pengurasan air. Bahan
material yang digunakan adalah beton.
REZY KURNIA AGUSTIN | PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | FT-UR
Perancangan Utilitas Markas Komando Satpol PP
18
Gambar 2.3: ground resevoir
Sumber : google
Tangki Air
Tangki air merupakan tempat penampungan air yang diletakkan di atas
bangunan. Persyaratan bahan terbuat dari bahan yang ringan seperti fibre
glass atau plat-plat yang disusun.
Gambar 2.4: tangki air
Sumber : google
B.
Jaringan pipa air kotor
Air kotor merupakan air bekas pakai yang dibuang. Air kotor dapat dibagi
dalam beberapa bagian sesuai dengan hasil penggunaanya.
REZY KURNIA AGUSTIN | PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | FT-UR
Perancangan Utilitas Markas Komando Satpol PP
19
a. Air bekas buangan, adalah air yang digunakan untuk mencuci, mandi,
dan bermacam-macam penggunaan.
b. Air limbah khusus, adalah air bekas cucian dari kotoran-kotoran dan
alat-alat tertentu seperti air bekas dari rumah sakit, laboratorium,
restoran, dan pabrik.
Pembuangan dua jenis air ini dapat digabung dan dipisahkan setelah
diproses tersendiri. Pipa yang digunakan pada jaringan air kotor ini antara pipa
berdiameter 3-6 inchi dengan kemiringan tertentu untuk memudahkan pengaliran
air kotor tersebut. Persyaratan pipa pembuangan berbahan PVC atau pipa beton
yang diperhitungkan ukurannya. Pembuangan air kotor ini dapat dialirkan ke
saluran lingkungan atau saluran kota.
Gambar 2.5: berbagai pipa PVC untuk jaringan air kotor
Sumber : google
C.
Jaringan pipa air kotoran
Merupakan air bekas buangan yang bercampur dengan kotoran. Air kotor ini
tidak boleh dibuang sembarangan ke lingkungan tetapi harus ditampung ke dalam
bak penampungan. Bak penampungan air kotoran ini disebut dengan septic tank.
Septic tank merupakan bak khusus yang tidak boleh dicampur dengan air bekas
buangan lainnya. Untuk bangunan rendah diperlukan satu atau dua titik buangan
dengan septic tank berukuran 1-1,5 meter dengan dibuat perembesan.
REZY KURNIA AGUSTIN | PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | FT-UR
Perancangan Utilitas Markas Komando Satpol PP
20
Gambar 2.6: potongan septic tank
Sumber : google
D.
Jaringan pipa air hujan
Air hujan dialirkan ke saluran-saluran tertentu. Air hujan yang jatuh tidak
sama yang dialami oleh setiap bangunan, tergantung dari letak dan kondisi
bangunan berada. Diperlukan pipa-pipa tersendiri yang dihitung dan diukur dari
atap tersebut. Air hujan disalurkan dengan pipa khusus terpisah dari pipa air
bekas. Untuk daerah penyerapan air tanahnya yang cukup bagus dibuat
penampungan air hujan lalu diresapkan pada tanah.
Gambar 2.7: sumur resapan
Sumber : google
Bangunan sumur resapan adalah salah satu rekayasa teknik konservasi air
berupa bak penampungan dengan kedalaman tertentu yang berfungsi sebagai
tempat menampung air hujan yang jatuh di atas atap rumah atau daerah kedap air
dan meresapkannya ke dalam tanah. Beberapa manfaat sumur resapan adalah:
a)
Mengurangi aliran permukaan sehingga dapat mencegah / mengurangi
terjadinya banjir dan genangan air.
REZY KURNIA AGUSTIN | PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | FT-UR
Perancangan Utilitas Markas Komando Satpol PP
21
b) Mempertahankan dan meningkatkan tinggi permukaan air tanah.
c) Mengurangi erosi dan sedimentasi
d) Mengurangi / menahan intrusi air laut bagi daerah yang berdekatan dengan
kawasan pantai
e) Mencegah penurunan tanah (land subsidance)
f) Mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah.
2.8
SISTEM ELEKTRIKAL
Sistem elektrikal adalah sistem jaringan listrik yang diperlukan oleh suatu
bangunan dan mendapat daya dari sumber listrik.
2.3.1 Distribusi Listrik dalam Bangunan
Daya listrik diperoleh dari pemasokan Pembangkit Tenaga Listrik melalui
kabel TT (>20.000 volt), TM (1.000-20.000 volt) dan TR (
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Pekanbaru merupakan salah satu kota besar yang menjadi tujuan
perpindahan penduduk dengan berbagai tujuan, namun salah satu tujuan yang
paling besar ialah untuk mencari pekerjaan dan penghidupan yang lebih baik. Hal
itulah yang membuat masyarakat yang tinggal di kota Pekanbaru mau tidak mau
harus meningkatkan kemampuan agar tidak kalah saing dari pendatang. Maka dari
itulah lembaga-lembaga pendidikan dituntut untuk meningkatkan mutu dan
menghasilkan lulusan yang mampu bersaing.
Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan khususnya pada bidang desain
arsitektur,
menuntut
calon
pendesain
untuk
memahami
dan
menyerap
perkembangan dan kemajuan teknologi sebagai bekal penunjang dalam kaitannya
dengan profesi yang akan dihadapi di masa yang akan datang.
Di Perguruan Tinggi, salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas
lulusan ialah dengan melaksanakan Praktek Profesional. Dalam menempuh
pendidikan di Perguruan Tinggi, mahasiswa mendapat pembelajaran mengenai
teori-teori serta praktek dari teori tersebut berupa tugas-tugas yang harus
dikerjakan. Namun tugas-tugas yang biasanya dikerjakan mahasiswa sangat
berbeda dengan keadaan di dunia kerja. Karenanya kebutuhan perkuliahan
Praktek Profesional sangat penting untuk mendapatkan bekal dan pengalaman
penerapan teori-teori secara langsung di lapangan termasuk segala proses yang
harus dilalui dan masalah yang dihadapi. Perkuliahan Praktek Profesional
merupakan suatu kegiatan latihan kerja mahasiswa yang terencana dan terstruktur
oleh jurusan yang bersifat wajib diikuti oleh semua mahasiswa Program Studi
Arsitektur Universitas Riau yang telah memenuhi syarat tertentu.
Program Praktek Profesional ini dimaksudkan untuk mendukung
tercapainya kompetensi melalui pengalaman menghadapi kasus nyata sehingga
mampu menganalisis setiap permasalahan di lapangan dan mampu mengatasi dan
REZY KURNIA AGUSTIN | PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | FT-UR
Perancangan Utilitas Markas Komando Satpol PP
1
mencari solusi (penyelesaian) berbagai permasalahan yang dihadapi di dalam
kasus nyata dalam suatu proyek. Berdasarkan hal tersebut diatas penulis memilih
melaksanakan kegiatan Praktek Profesional di perusahaan PT. Holistika Prima
Grahita, sebuah perusahaan perencanaan desain dan konsultan.
Pada akhirnya dengan adanya kegiatan mata kuliah Praktek Profesional ini
mengharapkan mampu membangun kepekaan dan belajar meningkatkan
efektivitas kerja lapangan yang mengarah kepada profesionalitas seorang calon
sarjana arsitektur (S1).
1.2
TUJUAN PRAKTEK PROFESIONAL
Praktek Profesional merupakan suatu sistem pembelajaran yang dilakukan
di luar Proses Belajar Mengajar dan dilaksanakan pada perusahaan/industri atau
instansi dibidang Arsitektur.
Secara umum pelaksanaan program Praktek Profesional ditujukan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Mahasiswa di bidang pengalaman
lapangan, penyesuaian diri dengan situasi yang sebenarnya, mengumpulkan
informasi dan menulis laporan yang berkaitan langsung dengan tujuan khusus.
Setelah siswa melaksanakan program Praktek Profesional secara khusus
mahasiswa diharapkan memperoleh pengalaman yang mencakup tinjauan tentang
perusahaan, dan kegiatan-kegiatan praktek yang berhubungan langsung dengan
bidangnya. Dan mempersiapkan para Mahasiswa untuk belajar bekerja secara
mandiri, bekerja dalam suatu tim dan mengembangkan potensi dan keahlian
sesuai dengan minat dan bakat masing-masing. Penyelenggaraan Kerja Praktek
bagi Mahasiswa bertujuan untuk:
1.
Menambah
wawasan
pengetahuan
kepada
mahasiswa
akan
keanekaragaman wilayah profesi arsitektur, sebagai sarana untuk
melengkapi pengetahuan praktisi mahasiswa disamping pengetahuan yang
bersifat teori.
2.
Meningkatkan
kemandirian
dan
kedisiplinan
mahasiswa
melalui
pemahaman akan sikap budaya/kultur kerja profesional yang menuntut
REZY KURNIA AGUSTIN | PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | FT-UR
Perancangan Utilitas Markas Komando Satpol PP
2
kerjasama, kualitas kerja, ketepatan waktu dan bertanggung jawab dalam
menyelesaikan tugas.
3.
Membangun kepekaan mahasiswa dalam menangkap permasalahan kerja,
menganalisis permasalahan, dan menyelesaikan sesuai kondisi dan konteks
lingkungan kerja.
1.3
POLA, MODEL, DAN OBJEK PRAKTEK PROFESIONAL
Berdasarkan SOP dan pedoman pelaksanaan MK Praktek Profesional
nomor TAS 3641 – 06022012 – 1, bahwa pola Praktek Profesional yang
direkomendasikan bagi mahasiswa pada Program Studi Arsitektur Universitas
Riau adalah sebagai berikut:
1.
Praktek Profesional Perencanaan
Suatu kegiatan Praktek Profesional yang berkaitan dengan proyek
perencanaan tata bangunan, kawasan, dan atau lingkungan binaan.
2.
Praktek Profesional Perancangan
Suatu kegiatan Praktek Profesional yang berkaitan dengan proyek
perancangan arsitektur. Objek Praktek Profesional dapat berupa interior,
bangunan, lansekap, dan utilitas bangunan.
3.
Praktek Profesional Pelaksanaan
Suatu kegiatan Praktek Profesional yang berkaitan dengan proyek
pelaksanaan pembangunan. Objek Praktek Profesional pelaksanaan dapat
berupa pembangunan gedung, kawasan, dan atau lingkungan binaan.
4.
Praktek Profesional Manajemen Proyek
Adalah suatu kegiatan yang berkaitan dengan pengawasan (monitoring)
dan manajemen (konstruksi) proyek perancangan dan pelaksanaan
pembangunan gedung, kawasan, dan atau lingkungan binaan.
Berdasarkan pilihan yang telah di rekomendasikan diatas, dalam proses
pelaksanaan praktek profesional, saya sebagai praktikan menggunakan pola
nomor 2 (dua) yaitu Praktek Profesional Perancangan.
REZY KURNIA AGUSTIN | PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | FT-UR
Perancangan Utilitas Markas Komando Satpol PP
3
Sementara untuk model Praktek Profesional berdasarkan SOP dan
pedoman pelaksanaan MK Praktek Profesional nomor TAS 3641 – 06022012 – 1,
bahwa model Praktek Profesional yang dapat dipilih oleh mahasiswa meliputi:
1.
Model 1
: Praktek Konvensional pada Perusahaan
2.
Model 2
: Magang Profesional pada Perusahaan
3.
Model 3
: Magang Profesional pada Individu Berlisensi Praktek
Profesional
4.
Model 4
: Magang Mandiri
5.
Model 5
: Praktek Profesional Luar Negeri
Tabel 1.1 Tabel Model dan Pola Praktek Profesional
Pola 1
Pola 2
Pola 3
Pola 4
Model 1
O
O
O
O
Model 2
O
O
O
O
Model 3
O
O
O
O
Model 4
Model 5
O
O
O
O
O
O
O
Sumber : SOP dan Pedoman Pelaksanaan MK.Praktek Profesional. 2012
Berdasarkan pilihan terrsebut praktikan menggunakan model praktek
profesional 1 (satu), yaitu Praktek Konvensional pada Perusahaan,
perusahaan yang bergerak di bidang Rancang bangunan Arsitektur dan berbadan
hukum yang jelas.
1.4
NAMA PROYEK
Lingkup pekerjaan yang diusulkan oleh penulis meliputi proses
perancangan
pada
kegiatan
PERANCANGAN
MARKAS
KOMANDO
SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KEP. DOMPAK, TANJUNG PINANG.
Dalam pekerjaan tim ini penulis mendapat tugas untuk “PERANCANGAN
UTILITAS KANTOR MARKAS KOMANDO SATPOL PP”. Penulis
dibimbing langsung oleh Bapak Mashuri ST, MSc sebagai Tim Ahli Perancangan
PT. Holistika Prima Grahita.
1.5
BATASAN PRAKTEK PROFESIONAL
REZY KURNIA AGUSTIN | PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | FT-UR
Perancangan Utilitas Markas Komando Satpol PP
4
1.5.1
Tempat Praktek Profesional
Praktek profesional dilaksanakan di PT. Prima Grahita yang berada di
Jalan Selamat Gg. Makmur No. 6, Pekanbaru.
1.5.2
Waktu Pelaksanaan Praktek Profesional
Waktu untuk melaksanakan Kerja Praktek adalah mulai dari tanggal 29
Januari s/d 15 Februari 2015.
1.5.3
Daftar Hadir
Untuk waktu kehadiran telah disepakati antara kedua belah pihak yakni 8
jam mulai dari pukul 09.00 – 17.00 selama 6 hari kerja.
1.6
SPESIFIKASI PT. HOLISTIKA PRIMA GRAHITA
1.6.1
Data Perusahaan
1.6.2
Nama Perusahaan
: PT. HOLISTIKA PRIMA GRAHITA
Alamat Kantor
: Jl. Selamat Gg. Makmur No. 6, Pekanbaru
Telepon
: (0761) 26702
HP
: 081365798889
Direktur
: Roi Soproi, ST
Bidang Usaha
PT. HOLISTIKA PRIMA GRAHITA merupakan perseroan terbatas
yang bergerak dalam bidang engineering servis, design, dan consultant.
1.7
SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN PRAKTEK
PROFESIONAL
Penulisan Laporan Praktek Profesional terdiri atas V (lima) bab dengan
perincian sebagai berikut :
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini akan membahas Latar Belakang Pelaksanaan Laporan
Praktek Profesional, Tujuan Praktek Profesional, Tujuan
pembuatan laporan Praktek Profesional, Pola, model dan Objek
Praktek Profesional, Batasan Praktek Profesional, Spesifikasi
REZY KURNIA AGUSTIN | PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | FT-UR
Perancangan Utilitas Markas Komando Satpol PP
5
tempat Praktek Profesional, Badan Hukum Perusahaan dan
Sistematika Penulisan Laporan Kerja Praktek
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada Bab ini membahas tinjauan pustaka yang berhubungan
dengan judul proyek yakni Kawasan Edukasi dan Kreatifitas
Mahasiswa Universitas Riau.
BAB III
PENJELASAN FAKTA LAPANGAN
Pada Bab ini membahas deskripsi umum proyek yang terdiri
dari latar belakang proyek, tahap pelaksanaan proyek.
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH
Bab ini membahas cara pengatasan permasalahan yang
disesuaikan dengan fakta di lapangan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan uraian kegiatan Praktek Profesional,
dalam bentuk kesimpulan dan saran.
REZY KURNIA AGUSTIN | PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | FT-UR
Perancangan Utilitas Markas Komando Satpol PP
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
PENGERTIAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
2.1.1 Bangunan Gedung
Yang dimaksud dengan bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan
konstruksi yang menyatu dengan tempat dan kedudukannya, sebagian atau
seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi
sebagai tempat manusia melakukan kegiatan, baik untuk hunian atau tempat
tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun
kegiatan khusus.
2.1.2 Bangunan Gedung Negara
Bangunan Gedung Negara adalah bangunan gedung untuk keperluan dinas
yang menjadi/akan menjadi kekayaan milik negara dan diadakan dengan sumber
pembiayaan yang berasal dari dana APBN, dan/atau perolehan lainnya yang sah,
antara lain seperti: gedung kantor, gedung sekolah, gedung rumah sakit, gudang,
rumah negara, dan lain-lain.
2.2
ASAS PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
Pelaksanaan pembangunan bangunan gedung negara berdasarkan azas dan
prinsip:
1. kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan serta keserasian /keselarasan
bangunan gedung dengan lingkungannya;
2. hemat, tidak berlebihan, efektif dan efisien, serta sesuai dengan kebutuhan
dan ketentuan teknis yang disyaratkan;
3. terarah dan terkendali sesuai rencana, program/satuan kerja, serta fungsi
setiap kementerian/lembaga/instansi pemilik/ pengguna bangunan gedung;
4. semaksimal mungkin menggunakan hasil produksi dalam negeri dengan
memperhatikan kemampuan/potensi
REZY KURNIA AGUSTIN | PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | FT-UR
Perancangan Utilitas Markas Komando Satpol PP
7
2.3
KLASIFIKASI BANGUNAN GEDUNG NEGARA BERDASARKAN
TINGKAT KOMPLEKSITAS
2.3.1 Bangunan Sederhana
Klasifikasi bangunan sederhana adalah bangunan gedung negara dengan
karakter sederhana serta memiliki kompleksitas dan teknologi sederhana. Masa
penjaminan kegagalan bangunannya adalah selama 10 (sepuluh) tahun. Yang
termasuk klasifikasi Bangunan Sederhana, antara lain:
gedung kantor yang sudah ada disain prototipenya, atau bangunan gedung
kantor dengan jumlah lantai s.d. 2 lantai dengan luas sampai dengan 500
m2;
bangunan rumah dinas tipe C, D, dan E yang tidak bertingkat;
gedung pelayanan kesehatan: puskesmas;
gedung pendidikan tingkat dasar dan/atau lanjutan dengan jumlah lantai s.d.
2 lantai
2.3.2 Bangunan Tidak Sederhana
Klasifikasi bangunan tidak sederhana adalah bangunan gedung negara
dengan karakter tidak sederhana serta memiliki kompleksitas dan/atau teknologi
tidak sederhana. Masa penjaminan kegagalan bangunannya adalah selama paling
singkat 10 (sepuluh) tahun. Yang termasuk klasifikasi Bangunan Tidak Sederhana,
antara lain:
gedung kantor yang belum ada disain prototipenya, atau gedung kantor
dengan luas di atas dari 500 m2, atau gedung kantor bertingkat lebih dari 2
lantai;
bangunan rumah dinas tipe A dan B; atau rumah dinas C, D, dan E yang
bertingkat lebih dari 2 lantai, rumah negara yang berbentuk rumah susun;
gedung Rumah Sakit Klas A, B, C, dan D;
gedung pendidikan tinggi universitas/akademi; atau gedung pendidikan
dasar/lanjutan bertingkat lebih dari 2 lantai.
2.4
STANDAR LUAS BANGUNAN GEDUNG NEGARA
REZY KURNIA AGUSTIN | PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | FT-UR
Perancangan Utilitas Markas Komando Satpol PP
8
2.4.1 Gedung Kantor
Dalam menghitung luas ruang bangunan gedung kantor yang diperlukan,
dihitung berdasarkan ketentuan sebagai berikut:
a. Standar luas ruang gedung kantor pemerintah yang termasuk klasifikasi
sederhana rata-rata sebesar 9,6 m2 per-personil;
b. Standar luas ruang gedung kantor pemerintah yang termasuk klasifikasi
tidak sederhana rata-rata sebesar 10 m2 per-personil;
c. Untuk bangunan gedung kantor yang memerlukan ruang-ruang khusus atau
ruang pelayanan masyarakat, kebutuhannya dihitung secara tersendiri (studi
kebutuhan ruang) diluar luas ruangan untuk seluruh personil yang akan
ditampung.
Kebutuhan total luas gedung kantor dihitung berdasarkan jumlah personil
yang akan ditampung dikalikan standar luas sesuai dengan klasifikasi
bangunannya. Standar Luas Ruang Kerja Kantor Pemerintah tercantum pada tabel
dibawah ini.
Tabel 2.1. Standar Ruang Luas Gedung Kantor
A.
Ruang Kerja
Sumber: Pedoman Teknis Pembangunan BGN, 2007
REZY KURNIA AGUSTIN | PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | FT-UR
Perancangan Utilitas Markas Komando Satpol PP
9
B.
Ruang Penunjang
1. Ruang Rapat = 40 m2
2. Ruang Studio = 4 m2/ orang (pemakai = 10% dari staf)
3. Ruang Arsip = 0,4 m2/ orang (pemakai = staf)
4. WC = 2 m2/ 25 orang
5. Musholla = 0,8 m2/ orang (pemakai 20% dari personil
2.5
PENGERTIAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi
Pamong Praja memberikan defenisi yang sama dalam Undang-Undang No. 32
Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Yaitu aparatur pemerintah daerah yang
melaksanakan tugas kepala daerah dalam memelihara dan menyelenggarakan
ketentraman dan ketertiban umum, menegakkan peraturan daerah dan keputusan
daerah.
Satuan Polisi Pamong Praja disingkat Satpol PP adalah perangkat
Pemerintah Daerah dalam memelihara ketentraman dan ketertiban umum serta
menegakkan Peraturan Daerah. Organisasi dan tata kerja Satuan Polisi Pamong
Praja ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Wikipedia, 2014).
Satpol PP dapat berkedudukan di Daerah
Provinsi dan Daerah
Kabupaten/Kota.
1.
Di Daerah Provinsi, Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin oleh Kepala
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui
Sekretaris Daerah
2.
Di Daerah Kabupaten/Kota, Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin oleh
Kepala
yang
berada
di
bawah
dan
bertanggung
jawab
kepada
Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah
2.5.1 Sejarah
REZY KURNIA AGUSTIN | PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | FT-UR
Perancangan Utilitas Markas Komando Satpol PP
10
Polisi Pamong Praja didirikan di Yogyakarta pada tanggal 3 Maret 1950
dengan moto Praja Wibawa. Polisi Pamong Praja dibentuk untuk mewadahi
sebagian tugas pemerintah daerah. Pada tanggal 10 November 1948, lembaga ini
berubah menjadi Detasemen Polisi Pamong Praja.
Di Jawa dan Madura Satuan Polisi Pamong Praja dibentuk tanggal 3 Maret
1950. Inilah awal mula terbentuknya Satpol PP sehingga setiap tanggal 3 Maret
ditetapkan sebagai Hari Jadi Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan
diperingati setiap tahun.
2.5.2 Fungsi dan Wewenang Pamong Praja
Pasal 3 Peraturan Pemerintah (PP) No. 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi
Pamong Praja menyelenggarakan fungsi yaitu:
1. Penyusunan program dan pelaksanaan ketentraman dan ketertiban umum,
penegak Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah
2. Pelaksanaan kebijakan pemeliharaan dan penyelenggarakan kententraman
dan ketertiban umum di Daerah.
3. Pelaksanaan kebijakan penegakkan Peraturan Daerah Pelaksanaan kebijakan
4. Pelaksanaan koordinasi pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentraman dan
ketertiban umum serta Penegakan Peraturan Daerah, Keputusan Kepala
Daerah dengan aparat Kepolisian Negara, Penyidik Pegawai Negeri Sipil
(PPNS) penegakkan Peraturan Daerah dan atau wewenang lainnya.
5. Pengawasan terhadap pemerintah agar mematuhi dan mentaati Peraturan
Daerah dan Keputusan Daerah
Sedangkan kewenangan Satuan Polisi Pamong Praja berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 6 Tahun 2010 adalah:
1. Menertibkan dan menindak warga masyarakat atau badan hukum yang
mengganggu ketentraman dan ketertiban umum
2. Melakukan pemeriksaan terhadap warga masyarakat atau badan hukum
yang melakukan pelanggaran atas Peraturan Daerah dan keputusan Kepala
Daerah
REZY KURNIA AGUSTIN | PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | FT-UR
Perancangan Utilitas Markas Komando Satpol PP
11
3. Melakukan tindakan represif non yustisial terhadap warga masyarakat atau
badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Peraturan Daerah dan
keputusan Kepala Daerah.
2.5.3 Tugas Pokok dan Pembagian Divisi
Satuan Polisi Pamong Praja bertugas membantu Kepala daerah dalam
menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang Keamanan dan Ketertiban serta
menegakkan Peraturan Daerah Kota Surabaya yang bertanggung jawab kepada
Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah.
Sedangkan fungsi dari Satuan Polisi Pamong Praja adalah:
1.
Pelaksanaan kebijakan pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentraman
dan ketertiban umum di daerah;
2.
Pelaksanaan pengawasan terhadap Peraturan Daerah, Peraturan Bupati dan
atau Keputusan Bupati;
3.
Pelaksanaan pembinaan ketentraman dan ketertiban umum sesuai
program, pedoman dan petunjuk teknis;
4.
Pelaksanaan koordinasi pemeliharaan dan ketertiban umum, menegakkan
Peraturan Daerah, Peraturan Bupati dan atau Keputusan Bupati dengan
Aparat Kepolisian Negara, Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dan atau
aparatur lainnya dalam rangka pelaksanaan penindakan, penyidikan dan
penuntutan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah, Peraturan Bupati dan
atau Keputusan Bupati;
5.
Pengawasan terhadap masyarakat agar mematuhi dan mentaati Peraturan
Daerah dan Keputusan Bupati;
6.
Pelaksanaan pengembangan kemampuan organisasi meliputi pembinaan
personil, administrasi umum, ketatalaksanaan, sarana dan prasarana satuan
kerja Satuan Polisi Pamong Praja;
7.
Penyusunan pelaporan dan evaluasi pelaksanaan tugas
8.
REZY KURNIA AGUSTIN | PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | FT-UR
Perancangan Utilitas Markas Komando Satpol PP
12
Adapun pembagian tugas dan divisi serta fungsi dalam struktur Satuan
Polisi Pamong Praja adalah sebagai berikut:
1. Kepala Tata Usaha
Kepala tata usaha bertugas pokok melaksanakan sebagian fungsi Satuan di
bidang pengelolaan Ketata Usahaaan. Adapun fungsi dari kepa tata usaha
adalah:
a) Pelaksanaan koordinasi dalam penyusunan rencana dan program kerja di
lingkungan Satuan
b) Pelaksanaan tugas administrasi umum dan administrasi kepegawaian,
perlengkapan, keuangan, kearsipan dan kerumahtanggaan
c) Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan
2. Kepala Penyidikan Dan Penindakan
Kepala penyidikan dan penindakan bertugas melaksanakan sebagian fungsi
bidang penegakkan Peraturan Daerah dibidang penyidikan dan penindakan,
dan berfungsi :
a) Penyiapan bahan perumusan kebijakan dan bimbingan teknis penyidikan
dan penindakan;
b) Penyiapan bahan pelaksanaan kegiatan penyidikan dan penindakan;
c) Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan penyidikan dan
penindakan.
d) Kepala Pengendalian Dan Operasional
Kepala pengendalian dan operasi bertugas melaksanakan sebagian fungsi
Satuan di bidang pengendalian dan operasional. Adapun fungsinya adalah:
1. Perumusan kebijakan dan bimbingan teknis di bidang pengendalian dan
operasional;
2. Pelaksanaan dan pengkoordinasian kegiatan di bidang pengendalian dan
operasional;
3. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan.
4. Kepala Pengembangan Kapasitas
REZY KURNIA AGUSTIN | PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | FT-UR
Perancangan Utilitas Markas Komando Satpol PP
13
Pengembangan Kapasitas dipimpin oleh seorang kepala pengembangan
Kapasitas yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian fungsi
Satuan di bidang Pengembangan Kapasitas. Adapun fungsinya adalah:
1. Pelaksanaan koordinasi dalam penyusunan rencana dan program kerja di
lingkungan Satuan
2. Pelaksanaan tugas administrasi umum dan administrasi kepegawaian,
perlengkapan, keuangan, kearsipan dan kerumahtanggaan
3. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan.
Gambar 2.1: bagan struktur Satpol PP
Sumber : Arsip PT. Holistika Prima Grahita
2.6
PENGERTIAN UTILITAS
REZY KURNIA AGUSTIN | PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | FT-UR
Perancangan Utilitas Markas Komando Satpol PP
14
Utilitas Bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas bangunan yang
digunakan untuk menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan,
keselamatan, kemudian kominikasi dan mobilitas dalam bangunan.
Perancangan bangunan arus selalu memperhatikan dan menyertakan
fasilitas utilitas yang dikoordinasikan dengan perancangan yang lain, seperti
perancangan
arsitektur,
perancangan
struktur,
perancangan
interior
dan
perancangan lainnya.
2.7
PENGERTIAN SISTEM PEMIPAAN DAN SANITASI BANGUNAN
Sistem pemipaan adalah suatu sistem penyediaan atau pengeluaran air ke
tempat-tempat yang dikehendaki tanpa adanya gangguan atau pencemaran
terhadap daerah-daerah yang dilaluinya dan dapat memenuhi kebutuhan
penghuninya dalam masalah air (Aldy, 2011).
2.7.1 Jenis Peralatan Pemipaan
Pemipaan meliputi kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan dalam suatu
kompleks perkotaan, perumahan, dan bangunan. Peralatan pemipaan terdiri dari:
a. Peralatan untuk penyediaan air bersih
b. Peralatan untuk penyediaan air kotor
c. Peralatan untuk penyediaan air kotoran
d. Peralatan untuk penyediaan air hujan
Sedangkan persyaratan bahan untuk pemipaan yaitu:
1. Tidak menimbulkan bahaya kesehatan
2. Tidak menimbulkan gangguan suara
3. Tidak menimbulkan bahaya radiasi
4. Tidak merusak perlengkapan bangunan
5. Instalasi harus kuat dan bersih
6. Memperhatikan cara-cara pemasangan yang baik
REZY KURNIA AGUSTIN | PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | FT-UR
Perancangan Utilitas Markas Komando Satpol PP
15
Gambar 2.2: peralatan pemipaan
Sumber : google
2.7.2
Sistem Pemipaan
Sistem pemipaan adalah cara untuk mengalirkan air ketempat yang
memerlukan. Terdapat 2 cara pengaturan air, yaitu:
1. Sistem Horizontal
Sistem horizontal adalah suatu system pemipaan yang banyak digunakan
untuk mengalirka kebutuhan air pada suatu kompleks perumahan atau rumahrumah tinggal yang tidak bertingkat. Ada dua cara yang dipakai untuk system
pemipaan horizontal yaitu sebagai berikut:
a. Pemipaan yang menuju ke satu titik akhir
Keuntungan pemipaan ini adalah pemakaian bahan yang lebih efesien, dan
kerugiannnya adalah daya pancar pada titik kran air tidak sama, semakin
jauh semakin kecil daya pancarnya.
b. Pemipaan yang melingkar/membentuk ring
Pemipaan ini menuntut penggunaan bahan pipa yang banyak, padahal
kekuatan daya pancar air kesemua titik-titik akan menghasilkan air yang
sama
2. Sistem Vertikal
Sistem pengaliran/distribusi air bersih dengan system vertical banyak
digunakan pada bangunan-bangunan bertingkat tinngi. Cara pendistribusiannya
adalah dengan menampung lebih dulu pada tangki air (ground reservoir) yang
REZY KURNIA AGUSTIN | PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | FT-UR
Perancangan Utilitas Markas Komando Satpol PP
16
terbuat dari beton dengan kapasitas sesuai dengan kebutuhan air pada bangunan
tersebut. Kemudian air dialirkan dengan menggunakan pompa untuk langsung ke
titik-titik kran yang diperlukan. Sistem ini lebih menguntungkan pada penggunaan
pipa, tetapi sering mengalami kesulitan kalau sumber tenaga untuk pompa
mengalami pemadaman.
Cara lain dengan menggunakan pompa untuk diteruskan pada tangki di atas
bangunan. Kemudian dari tangki dialirkan ke tempat-tempat yang memerlukan,
dengan menggunakan system gravitasi/diturunkan secara langsung.
2.7.3 Jaringan Pipa dalam Bangunan Rendah
A.
Jaringan pipa air bersih
Tediri dari dua pipa yaitu jaringan air bersih untuk air dingin dan jaringan
pipa untuk air panas. Kebutuhan air dalam bangunan artinya air yang
dipergunakan baik oleh penghuninya ataupun oleh keperluan-keperluan lain yang
ada kaitannya dengan fasilitas bangunan. Kebutuhan air didasarkan sebagai
berikut:
a) Kebutuhan untuk minum, memasak/dimasak. Untuk keperluan mandi,
buang air kecil dan air besar. Untuk mencuci, cuci pakaian, cuci badan,
tangan, cuci perlatan dan untuk proses seperti industry
b) Kebutuhan yang sifatnya sirkulasi: air panas, water cooling/AC, kolam
renang, air mancur taman
c) Kebutuhan yang sifatnya tetap: air untuk hidran dan air untuk sprinkler
Kebutuhan air terhadap bangunan tergantung fungsi kegunaan bangunan dan
jumlah penghuninya. Besar kebutuhan air khususnya untuk kebutuhan manusia
dihitung rata-rata perorang per hari tergantung dari jenis bangunan yang
digunakan untuk kegiatan manusia tersebut.
Tabel 2.2. Kebutuhan air menurut tipe bangunan
TIPE BANGUNAN
LITER/HARI
REZY KURNIA AGUSTIN | PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | FT-UR
Perancangan Utilitas Markas Komando Satpol PP
17
Sekolahan
Sekolahan+Kafetaria
Apartemen
Kantor
Taman Umum
Taman dan shower
Kolam renang
Apartemen mewah
Rumah susun
Hotel
Pabrik
Rumah sakit umum
Rumah perawat
Restoran
Dapur hotel
Motel
Drive in Pertokoan
Servis station
Airport
Gereja
Rumah tinggal
57
95
133
57-125
19
38
38
570/unit
152/unit
380/kamar
95
570/unit
285/unit
95
38
190/tmpt tidur
19/mobil
38
11-19/penumpang
19-26/tmpt duduk
150-285
Sumber : google
Untuk penyimpanan air bersih dari pompa atau PAM, volume air yang
ditampung disesuaikan dengan keperluan seluruh penghuni, dihitung per 8 jam.
Penyimpanan air bersih dapat disimpan didalam ground resevoir dan tangki air.
Ground Resevoir
Ground resevoir adalah tempat penampungan air dalam jumlah besar
yang terletak dibawah tanah. Ground resevoir memerlukan ruangan yang
besar yang diperlukan oleh kompleks perumahan sehingga memerlukan
perancangan yang tepat sebagai tempatnya. Selain itu dirancang juga
ruang penunjang seperti ruang pompa dan tempat pengurasan air. Bahan
material yang digunakan adalah beton.
REZY KURNIA AGUSTIN | PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | FT-UR
Perancangan Utilitas Markas Komando Satpol PP
18
Gambar 2.3: ground resevoir
Sumber : google
Tangki Air
Tangki air merupakan tempat penampungan air yang diletakkan di atas
bangunan. Persyaratan bahan terbuat dari bahan yang ringan seperti fibre
glass atau plat-plat yang disusun.
Gambar 2.4: tangki air
Sumber : google
B.
Jaringan pipa air kotor
Air kotor merupakan air bekas pakai yang dibuang. Air kotor dapat dibagi
dalam beberapa bagian sesuai dengan hasil penggunaanya.
REZY KURNIA AGUSTIN | PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | FT-UR
Perancangan Utilitas Markas Komando Satpol PP
19
a. Air bekas buangan, adalah air yang digunakan untuk mencuci, mandi,
dan bermacam-macam penggunaan.
b. Air limbah khusus, adalah air bekas cucian dari kotoran-kotoran dan
alat-alat tertentu seperti air bekas dari rumah sakit, laboratorium,
restoran, dan pabrik.
Pembuangan dua jenis air ini dapat digabung dan dipisahkan setelah
diproses tersendiri. Pipa yang digunakan pada jaringan air kotor ini antara pipa
berdiameter 3-6 inchi dengan kemiringan tertentu untuk memudahkan pengaliran
air kotor tersebut. Persyaratan pipa pembuangan berbahan PVC atau pipa beton
yang diperhitungkan ukurannya. Pembuangan air kotor ini dapat dialirkan ke
saluran lingkungan atau saluran kota.
Gambar 2.5: berbagai pipa PVC untuk jaringan air kotor
Sumber : google
C.
Jaringan pipa air kotoran
Merupakan air bekas buangan yang bercampur dengan kotoran. Air kotor ini
tidak boleh dibuang sembarangan ke lingkungan tetapi harus ditampung ke dalam
bak penampungan. Bak penampungan air kotoran ini disebut dengan septic tank.
Septic tank merupakan bak khusus yang tidak boleh dicampur dengan air bekas
buangan lainnya. Untuk bangunan rendah diperlukan satu atau dua titik buangan
dengan septic tank berukuran 1-1,5 meter dengan dibuat perembesan.
REZY KURNIA AGUSTIN | PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | FT-UR
Perancangan Utilitas Markas Komando Satpol PP
20
Gambar 2.6: potongan septic tank
Sumber : google
D.
Jaringan pipa air hujan
Air hujan dialirkan ke saluran-saluran tertentu. Air hujan yang jatuh tidak
sama yang dialami oleh setiap bangunan, tergantung dari letak dan kondisi
bangunan berada. Diperlukan pipa-pipa tersendiri yang dihitung dan diukur dari
atap tersebut. Air hujan disalurkan dengan pipa khusus terpisah dari pipa air
bekas. Untuk daerah penyerapan air tanahnya yang cukup bagus dibuat
penampungan air hujan lalu diresapkan pada tanah.
Gambar 2.7: sumur resapan
Sumber : google
Bangunan sumur resapan adalah salah satu rekayasa teknik konservasi air
berupa bak penampungan dengan kedalaman tertentu yang berfungsi sebagai
tempat menampung air hujan yang jatuh di atas atap rumah atau daerah kedap air
dan meresapkannya ke dalam tanah. Beberapa manfaat sumur resapan adalah:
a)
Mengurangi aliran permukaan sehingga dapat mencegah / mengurangi
terjadinya banjir dan genangan air.
REZY KURNIA AGUSTIN | PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | FT-UR
Perancangan Utilitas Markas Komando Satpol PP
21
b) Mempertahankan dan meningkatkan tinggi permukaan air tanah.
c) Mengurangi erosi dan sedimentasi
d) Mengurangi / menahan intrusi air laut bagi daerah yang berdekatan dengan
kawasan pantai
e) Mencegah penurunan tanah (land subsidance)
f) Mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah.
2.8
SISTEM ELEKTRIKAL
Sistem elektrikal adalah sistem jaringan listrik yang diperlukan oleh suatu
bangunan dan mendapat daya dari sumber listrik.
2.3.1 Distribusi Listrik dalam Bangunan
Daya listrik diperoleh dari pemasokan Pembangkit Tenaga Listrik melalui
kabel TT (>20.000 volt), TM (1.000-20.000 volt) dan TR (