POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA (2)

POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA
Kesepakatan FLEGT license Indonesia dengan Uni
Eropa dalam sudut pandang Politik Luar Negeri
Bebas Aktif

Nama

: Nuri Aisyatur Rodiyah Hanani

NIM

: 1151004087

Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Jurusan Hubungan Internasional Universitas Bakrie
Jakarta, 2016

1

ABSTRAK
Penulis menyusun tulisan ini dimana pada bagian analisa dimulai dengan

menguraikan bagaimana kesepakatan penandatangan FLEGT license
( merupakan hasil dari perjanjian FLEGT Voluntary Partnership Agreement
tentang status ekspor kayu legal dari negara mitra VPA) antara Indonesia
kepada Uni Eropa dikaji melalui kacamata politik luar negeri bebas aktif,
yang bermakna bebas melakukan kerjasama dengan aktor-aktor dari
seluruh dunia (dalam hal ini adalah Uni Eropa) dan aktif yang bermakna
aktif dalam roda perdagangan dunia (dalam hal ini adalah produksi kayu)
serta beberapa sektor dikaji dengan teori rational choice teori yang
menjadi salah satu teori dalam kajian politik luar negeri Indonesia,
diantaranya adalah menimbang adanya cost and benefit yang menjadi
kandasan teori rational choice mengenai Indonesia dan Uni Eropa
menerbitkan FLEGT license ini. Kajian ini menjadi rumusan masalah
pertama. Di dalam tulisan ini juga di sajikan pembahasan tentang dampak
positif eksportir kayu Indonesia ke kawasan negara Uni Eropa diantaranya
adalah kemudahan barang produk kayu dari Indonesia untuk masuk
kedalam kawasan negara-negara Uni Eropa serta ada juga dampak
negatif dari adanya FLEGT license terhadap produksi dalam negeri
khususnya pengusaha kecil dan menengah yang pada akhirnya terancam
karena sulit untuk mendapatkan FLGET license. Kajian ini menjadi
rumusan masalah dalam penyusunan tulisan ini. dari penjabaran tersebut

dapat ditemukan beberapa poin penting dalam mengkaji penerbitan
FLEGT license ini, dan juga saran berupa ke ikutcampuran pemerintah
dalam beberapa aspek pada lisensi FLEGT ini dimaksudkan agar semua
kalangan dapat merasakan manfaat adanya FLEGT license.

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki kawasan wilayah
hutan dalam jumlah banyak menjadikan kayu sebagai salah satu komoditi
ekspor utama dalam membantu meningkatkan perekonomian negara. Jika
berbicara tentang ekspor, maka yang menjadi prospek utama adalah
negara tujuan ekspor. Kendala yang diperoleh oleh negara-negara
pengekspor bahan dari hutan terutama kayu adalah illegal trade yang
dilakukan oleh oknum-oknum atau perusahaan yang tidak bertanggung
jawab serta pembalakan liar. Perdagangan kayu ilegal dan pembalakan
liar menjadi masalah serius hampir di semua negara pengeskpor maupun
pengimpor kayu karena hal tersebut tentunya membawa kerugian yang
besar salah satunya adalah sumber daya alam terus terkuras habis
2


sedangkan feedback yang didapat oleh negara tidak ada (dalam hal
perekonomian) namun yang menikmati hanya segelintir oknum tertentu.
Sedangkan pembalakan liar yang tidak di reboisasi lagi akan berdampak
pada masalah lingkungan yang nantinya terjadi bencana alam yang fatal.
Pada

tanggal

15

November

2016,

Forest

Law

Enforcment,


Governance, and Trade atau FLEGT license telah berlaku, yang merupakan
hasil dari perjanjian FLEGT vulontary Partnership Agreement yang
ditandatangani pada tanggal 30 September 2013 dan berlaku sejak 1 Mei
2014.1
Salah satu langkah yang diambil Indonesia ini termasuk kedalam
salah satu wujud politik luar negeri Indonesia, dimana Indonesia
melakukan hubungan dengan aktor di luar negeri untuk mencapai
kepentingan dalam negeri. Seperti yang kita tau, Politik Luar Negeri
Indonesia adalah Politik bebas aktif yang sudah di aplikasikan sejak awal
Indonesia memilih untuk “menjadi bebas dan aktif”, sehingga saya
tertarik untuk mengkaji bagaimana hubungan antara kebijakan Indonesia
dalam menerbitkan FLEGT license jika ditelaah dari sudut pandang Politik
Luar negeri, inilah yang membuat saya mengambil judul “Kesepakatan
FLEGT license antara Indonesia dengan Uni Eropa dalam sudut pandang
Politik Luar Negeri bebas aktif”.
2. Tujuan Penulisan
Penulisan

ini


memiliki

tujuan

untuk

mengetahui

tentang

kesepakatan FLEGT license Indonesia Uni Eropa dari sudut pandang Politik
Luar Negeri Indonesia serta manfaat dan kerugian apa saja yang akan
dialami Indonesia setelah adanya kesepakatan tersebut.
3. Rumusan Masalah


Bagaimanakah dari sudut pandang politik luar negeri bebas aktif
Indonesia memandang kesepakatan FLEGT license antara Indonesia
dengan Uni Eropa?


1 Kementerian Luar Negeri Indonesia ‘Indonesia dan Uni Eropa terbitkan Forest Law
Enforcment, Governance, and Trade license’ www.kemlu.go.id access on 15 November
2016 at 08:30 PM

3



Hal

positif

serta

negatif

terhadap

Indonesia


setelah

adanya

kesepakatan tersebut?

4

KERANGKA TEORI
1. Indonesia
Negara Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki banyak
pulau baik besar maupun kecil. Terletak di garis khatulistiwa, memiliki
menfaat tersendiri bagi negara yang berpenduduk sekitar 25 juta jiwa
yang berada di kawasan Asia bagian Tenggara ini. Indonesia tergolong
kedalam negara yang beriklim tropis dan hanya ada dua musim yang
melewati, yakni musim hujan dan musim kemarau dimana hal tersebut
berdampak pada jenis hutan di Indonesia. Jenis hutan yang sering
dijumpai adalah hutan hujan tropis. Walaupun ada beberapa wilayah yang
jenis hutannya adalah hutan musim, sabana maupun stepa. Salah satu
produk yang dihasilkan oleh hutan adalah adalah produksi kayu. Kayu

merupakan salah satu potensi ekspor nasional yang cukup menjanjikan.
Hingga saat ini, Indonesia menjadi salah satu negara yang berperan
penting dalam eksportir kayu di perdagangan kayu internasional. Menurut
badan pusat statistik, hingga tahun 2013 beberapa janis kayu yang
dihasilkan oleh Indonesia adalah bubur kertas, Kayu gergajian, kayu chip,
kayu bulat, papan tipis, serta kayu lapis. Namun, data ekspor kayu dari
2012 ke 2013 mengalami penurunan2, dikarenakan oleh banyak aspek,
salah satunya adalah illegal trade yang prakteknya sedang marak di dunia
perdagangan saat ini.
2. Uni Eropa
Uni Eropa adalah Organisasi Supranasional yang menaungi 28
negara independen yang letaknya berada diwilayah Eropa dimana tinggal
sekitar 507,4 juta warga dalam batas wilayahnya. Ke 28 negara tersebut
adalah Belgia, Jerman, Perancis, Italia, Luksemburg, Belanda, Denmark,
Irlandia, Inggris Raya, Yunani, Spanyol, Portugal, Austria, Finlandia,
Swedia, Republik Ceko, Estonia, Siprus, Latvia, Lithuania, Hongaria, Malta,
Polandia, Slovenia, Slowakia, Bulgaria, Rumania dan Kroasia 3. Uniknya,
2 Badan Pusat Statistik Negara perihal data ekspor produk kayu tahun 2013
3 European Union official website, ‘SEKILAS UNI EROPA’, 2015 www.eeas.europa.eu
access on 16 November 2016 at 08:24 PM


5

negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa, kedaulatan negara
independen, akan tetapi mereka menggabungkan kedaulatan mereka,
dengan demikian memperoleh kekuatan dan pengaruh kolektif yang lebih
besar. Dalam praktiknya, penggabungan kedaulatan berarti bahwa
Negara-Negara Anggota mendelegasikan sebagian kuasa mereka dalam
hal pengambilan keputusan kepada lembaga-lembaga bersama yang
telah didirikan sehingga keputusan untuk masalah-masalah tertentu yang
melibatkan kepentingan bersama dapat diambil secara demokratis pada
tingkat Eropa.
Negara-Negara

Anggota

terikat

di


dalam

Uni

Eropa

dengan

serangkaian traktat yang telah mereka tandatangani. Semua traktat ini
harus disepakati oleh masing-masing Negara Anggota dan kemudian
diratifkasi baik oleh parlemen nasional atau melalui referendum.

4

3. FLEGT license
FLEGT license menjamin bahwa kayu dari Perjanjian Kemitraan
Sukarela (Voluntary Partnership Agreement) negara telah dipanen, diolah
dan diekspor sesuai dengan hukum nasional. FLEGT license melayani
kebutuhan kontrol perbatasan dan tidak dimaksudkan sebagai label
produk.

Otoritas FLEGT license di negara mitra VPA mengeluarkan FLEGT
license untuk pengiriman produk kayu atau kayu yang diekspor ke Uni
Eropa, disediakan sistem verifikasi yang menyatakan bukti bahwa kiriman
secara hukum sesuai.
Otoritas perizinan mengambil dua pendekatan dalam mengeluarkan izin
FLEGT:


Basis pengiriman. Otoritas perizinan menerbitkan izin atas dasar
consignment-by-consignment,

setelah

sebelumnya

sudah

memeriksa bahwa setiap kiriman kayu telah memenuhi persyaratan
sistem jaminan legalitas.
4Official Website of European Union, ‘THE EU IN BRIEF’, https://europa.eu/europeanunion/about-eu/eu-in-brief_en access on 16 November 2016 at 04:27 PM

6



Basis Operator. Jika otoritas perizinan puas tentang sebuah operator
tertentu, seperti prosesor kayu, dapat mengontrol legalitas kayu
sesuai dengan persyaratan dari sistem jaminan legalitas, si otoritas
mengeluarkan semua kiriman dari perusahaan itu dengan lisensi
FLEGT5.
Setelah sistem lisensi FLEGT bisa digunakan, Lembaga Uni Eropa

pengontrol perbatasan, akan memeriksa produk-produk dari negara mitra
VPA yang tercantum dalam lampiran VPA pada lingkup produk. Produk
disertai dengan lisensi FLEGT yang diizinkan untuk memasuki pasar Uni
Eropa. Jika tidak disertai dengan lisensi FLEGT, pihak yang berwenang
tidak akan membiarkan produk tersebut untuk memasuki pasar. Dengan
memastikan bahwa hanya kayu legal memasuki pasar Uni Eropa, kontrol
Uni Eropa memperkuat upaya negara mitra VPA untuk menghilangkan
pembalakan liar.

4. Politik Luar Negeri Bebas Aktif
Menurut Rosenau, pengertian kebijakan luar negeri yaitu upaya
suatu negara melalui keseluruhan sikap dan aktivitasnya untuk mengatasi
dan memperoleh keuntungan dari lingkungan eksternalnya. 6 Menurut
Coplin, politik luar negeri setidaknya dipengaruhi oleh tiga faktor utama,
yaitu: kondisi politik dalam negeri, kemampuan ekonomi dan militer, serta
lingkungan internasionalnya.7
Asal mula doktrin Politik Luar Negeri Indonesia dicetuskan oleh
proklamator Indonesia Muhammad Hatta pada rapat KNIP di Yogyakarta 2
september 1948. Politik luar negeri bebas aktif oleh Muhammad Hatta
dipilih sebagai aksi politik Indonesia dilatarbelakangi oleh pada pasca
Perang Dunia II, dunia terbagi menjadi bipolar yakni blok barat (Amerika
5 Official Website of European Forest Institute, FLEGT LICENSING,
2014http://www.euflegt.efi.int/flegt-licensing access on 16 November 2016 at 04:39 PM
6 James N. Rosenau, Gavin Boyd, Kenneth W. Thompson. World Politics: An Introduction.
(New
York: The Free Press, 1976.) 27

7 William D. Coplin, Pengantar Politik Internasional: Suatu Telaah Teoritis, Edisi ke-2, Sinar
Baru, Bandung 1992, hal. 30.

7

Serikat) dan blok Timur (Uni Soviet) dan Indonesia tidak di kedua pihak 8.
Muhammad Hatta memaknai kata ‘bebas’ sebagai sesuatu yang bukan
tidak memihak, namun tidak mengikat. Sedangkan istilah “aktif” berarti
upaya untuk bekerja lebih giat guna menjaga perdamaian dan meredakan
ketegangan kedua blok.9
Arah politik Indonesia yang bebas aktif dan berorientasi pada
kepentingan nasional, menitikberatkan pada solidaritas antarnegara
berkembang, mendukung perjuangan kemerdekaan bangsa, menolak
penjajahan dalam segala bentuk, serta meningkatkan kemandirian bangsa
dan kerjasama intemasional bagi kesejahteraan rakyat. Di samping itu,
dengan telah disahkannya Undang--undang No. 37 Tahun 1999 tentang
Hubungan Luar Negeri dan Undang-Undang No. 24 Tahun 2000 tentang
Perjanjian Internasional, maka Pemerintah Indonesia dalam pelaksanaan
politik luar negeri RI selalu merujuk pada ketentuan ketentuan termaksud
dalam UU tersebut.10

PEMBAHASAN

Bagaimanakah dari sudut pandang Politik Luar Negeri Bebas Aktif
Indonesia memandang kesepakatan FLEGT license Indonesia Uni
Eropa?
FLEGT license yang di terbitkan oleh Uni Eropa adalah salah satu
langkah Uni Eropa untuk melindungi pasar kayu eropa dengan banyak
aktor di dunia. FLEGT license khususnya melindungi perdagangan kayu
dari sesuatu yang ilegal karena pada dasarnya perdagangan ilegal
sangatlah merugikan aktor asli dalam hal ini Uni Eropa. Indonesia
memutuskan untuk mengambil FLEGT license dan bekerja sama dengan
Uni Eropa karena Indonesia sadar bahwa antara Indonesia maupun Uni
8 Leo Suryadinata, Indonesia‟s Foreign Policy under Suharto: Aspiring to International
Leadership (Singapore: Times Academic Press, 1997).
9 Ganewati Wuryandari (Ed). 2008. “Politik Luar Negeri Indonesia di Tengah Pusaran
Politik Domestik”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hal. 43.
10 Yanyan Mochamad Yani, “Perspektif-Perspektif Politik Luar Negeri: Teori dan Praksis”
(2015) 11.

8

Erlopa menghadapi masalah di situasi yang sama. Dengan adanya license
kayu ilegal yang khusus disediakan oleh sebuah organisasi, juga memiliki
dampak keuntungan tersendiri bagi negara yang salah satu tumpuan
ekonominya adalah dari ekspor kayu yang akan dijelaskan pada bagian
selanjutnya. Politik Luar negeri Indonesia yang sudah dianut dari zaman
pasca kolonial telah membuktikan kepada dunia bagaimana Indonesia
juga ikut dalam kegiatan internasional, yang buktinya terdapat pada
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alenia keempat salah satunya
yakni mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut melaksanakan ketertiban
dunia.11
Dalam kajian kerjasama antar Indonesia dan Uni Eropa konsentrasi
FLEGT license yakni Indonesia mengadakan hubungan dengan sebuah
organisasi besar, dan bukanlah antar negara. Hal ini tidak masalah,
mengingat bentuk dunia yang multipolar sekarang ini aktor-aktor politik di
dunia sudah tidak datang dari individual state actor saja, melainkan salah
satunya adalah IGO (Intergovernmental Organization), contohnya adalah
PBB dan Uni Eropa.12 Tindakan Indonesia tersebut sudah bisa dianggap
termasuk kedalam aksi politik luar negeri bebas aktif, bebas dalam arti
Indonesia bisa saja

melakukan hubungan atau kerjasama

dengan

siapapun dan dimanapun selama tidak melanggar hukum Internasional.
Aktif

dalam

hal

ini

adalah

Indonesia

aktif

melakukan

kerjasama

perdagangan yang membuat indonesia aktif dalam kancah internasional,
dalam hal ini bidang ekonomi. Yang paling penting adalah untuk mencapai
kepentingan nasional Indonesia. Mengapa lisensi kayu ilegal dianggap
penting untuk mencapai kepentingan nasional? Saya akan menggunakan
pandangan rational choice theory dimana ciri-ciri teori ini adalah:


Seluruh kebijakan dibuat secara hati-hati untuk mencapai tujuan yang



serius (specific goals)
Untung rugi sebuah kebijakan sudah diukur secara seimbang dengan
memperhatikan -cost and benefit- nya

11 Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Alenia
keempat
12Paul Sharp ‘Diplomatic Theory of International Relations;Cambridge Studies in
International Relations’ (New York:Cambridge University Press, 2009), 235.

9



Solusi terbaik diantara a, b, c, d dan seterusnya akan diambil sebagai
keputusan
Ini bermakna bahwa dengan menyepakati lisensi FLEGT ini termasuk

keputusan yang paling tepat diantara opsi lainnya dan dianggap memiliki
keuntungan

yang

lebih banyak

dibandingkan dengan usaha

yang

dilakukan oleh pemerintah dan aktor-aktor terkait.
Jika kita mengambil dari sudut pandang cost and benefit, karena
Indonesia termasuk negara dengan eksportir kayu terbesar yang dimana
perdagangan

kayu

juga

memiliki

dampak

yang

besar

terhadap

perekonomian. Jikalau tidak ada pengawalan yang ketat, maka peluang
adanya illegal trade ke negara lain termasuk negara-negara di eropa akan
lebih besar. Ini merugikan indonesia karena dengan adanya trade illegal,
hasil dari trade tersebut tidak akan masuk kedalam kas negara sementara
sumber daya alam terkuras habis, hal ini bisa disebut dengan cost >
benefit dari perspektif negara. Untuk membalikkan keadaan, Indonesia
mulai mencari cara, agar usaha yang dikeluarkan tidak menenggelamkan
benefit nya karena rasio yang cukup jauh, salah satunya adalah
menandatangani FLEGT license ini. Memang pada kebijakan dalam negeri
telah ditetapkan mengenai perdagangan kayu ilegal, namun dengan
adanya FLEGT license ini, dapat memperkuat kebijakan dalam negeri. Di
lain pihak, Uni Eropa telah menyediakan license tersebut, sehingga
Indonesia menganggap hal tersebut menjadi sebuah kolaborasi yang
tepat untuk mengurangi perdagangan kayu ilegal.

Hal

positif

dan

negatif

bagi

indonesia

setelah

adanya

kesepakatan FLEGT license
Ketika sebuah negara VPA mulai menerbitkan FLEGT license,
negara-negar anggota UE tidak lagi akan mengizinkan produk-produk
yang terdaftar didalam VPA untuk masuk ke UE kecuali disertai dengan
lisensi FLEGT. Indonesia menjadi negara pertama yang menandatangani
FLEGT license dengan Uni Eropa dengan melalui perundingan yang
10

panjang sejak tahun 2007. indonesia mempertahankan kerjasama ini
karena beberapa manfaaat yang akan didapat oleh Indonesia, diantaranya
adalah:

Dengan adanya FLEGT license, Ekspor ke negara-negara uni

eropa meningkat. Secara rasional, negara-negara yang tergabung dalam
Uni Eropa akan lebih mempercayai ekspor kayu dari Indonesia, sehingga
pengiriman atau ekspor kayu ke negara Uni Eropa akan lebih potensial
dan terbuka lebar. Contohnya adalah dalm menyambut peluncuran ekspor
perdana produk kayu olahan berlisensi FLEGT, pengusaha Indonesia yang
dikoordinir

oleh

APKINDO

(Asosiasi

Panel

Kayu

Indonesia)

telah

mengirimkan kayu bersertifikat FLEGT ke Belgia dan Inggris pada tanggal
15 November 2016 melalui pelabuhan Tanjung Priok. 13 dan juga regulasi
yang sudah diatur, sehingga mempermudah kayu Indonesia masuk ke
kawasan negara Uni Eropa. Dengan adanya FLEGT license, produk kayu
dan mebel dari Indonesia akan masuk yang namanya jalur hijau tanpa
terkena inspeksi lagi, sehingga tidak akan kehilangan ongkos ditangah
jalan. Terlebih lagi negara-negara barat yang notabene negara maju
adalah negara-negara yang tipe perekonomiannya adalah barang jadi
sehingga membutuhkan impor barang mentah yang nyatanya kebanyakan
disediakan oleh negara berkembang seperti Indonesia sekarang. Bisa
dikatakan ini adalah sebuah peluang yang cukup terbuka lebar bagi
Indonesia untuk lebih berpartisipasi dalam sirkulasi perekonomian Eropa.
Namun, di setiap keputusan atau kebijakan pasti ada dampak positif
dan negatif nya. Dalam hal kesepakatan perihal FLEGT license ini, karena
sebelumnya harus melakukan sertifikasi, yang bermakna pasti akan
merogoh kocek juga, pada akhirnya sama saja menghabiskan dana yang
sama dan bahkan bisa lebih, walaupun tidak ada ongkos inspeksi lagi,
namun tetap saja, tidak ada perubahan. Ditambah lagi pengadaan
sertifikat tersebut dianggap sulit didapat. Industri dalam negeri bisa jadi
terkena dampaknya pula. Dengan adanya regulasi dan sertifikat khusus,
maka usaha kecil tidak bisa berekspansi keluar negeri (dalam hal ini
13 Kementerian Luar Negeri Indonesia ‘Indonesia dan Uni Eropa terbitkan Forest Law
Enforcment, Governance, and Trade license’ www.kemlu.go.id access on 15 November
2016 at 08:30 PM

11

kawasan Eropa) dikarenakan jika mereka tetap bermain di pasar dalam
negeri, kenyataan bahwa pasar dalam negeri masih dikuasai oleh barang
impor membuat usaha kecil dan menengah ini bahkan tidak bisa bersaing
dengan barang impor, meski laris manis di negara orang, produk kayu
lokal kalah bersaing dengan barang impor, terbukti konsumen dalam
negeri lebih menyukai produk dari China karena alasannya lebih murah.
Sehingga menurut saya, harus ada campur tangan pemerintah untuk
mengatasi hal ini, contohnya menghimpun perusahaan-perusahaan kecil
ini dan membantu mereka dalam mendapatkan regulasi FLEGT license
sehingga perusahaan-perusahaan kecil juga bisa merasakan manfaat
FLEGT license dan mengekspor produk kayu mereka ke kawasan Uni
Eropa. Pemerintah juga bisa membantu dengan menekan produk impor
masuk ke dalam negeri agar persaingan antara produk lokal dengan
produk impor akan lebih kecil sehingga konsumen dalam negeri akan
memilih menggunakan kayu lokal.

KESIMPULAN
Tindakan Indonesia menyepakati lisensi FLEGT dengan Uni Eropa
sudah bisa dianggap termasuk kedalam aksi politik luar negeri bebas
aktif, bebas dalam arti Indonesia bisa saja melakukan hubungan atau
kerjasama dengan siapapun dan dimanapun selama tidak melanggar
hukum Internasional. Aktif dalam hal ini adalah Indonesia aktif melakukan
kerjasama perdagangan yang membuat indonesia aktif dalam kancah
internasional, dalam hal ini bidang ekonomi.
Dalam perspektif rational choice theory, dengan menimbang cost
and benefit bermakna bahwa dengan menyepakati lisensi FLEGT ini
termasuk keputusan yang paling tepat diantara opsi lainnya dan dianggap
memiliki keuntungan yang lebih banyak dibandingkan dengan usaha yang
dilakukan oleh pemerintah dan aktor-aktor terkait.

12

Hal positif dari lisensi FLEGT ini adala Ekspor ke negara-negara uni
eropa meningkat. Secara rasional, negara-negara yang tergabung dalam
Uni Eropa akan lebih mempercayai ekspor kayu dari Indonesia, sehingga
pengiriman atau ekspor kayu ke negara Uni Eropa akan lebih potensial
dan

terbuka

lebar,

juga

regulasi

yang

sudah

diatur,

sehingga

mempermudah kayu Indonesia masuk ke kawasan negara Uni Eropa.
Selain itu,

produk kayu dan mebel dari Indonesia akan masuk yang

namanya jalur hijau tanpa terkena inspeksi lagi, sehingga tidak akan
kehilangan ongkos ditangah jalan.
Sedangkan hal negatif nya adalah karena sebelumnya harus
melakukan sertifikasi, yang bermakna pasti akan merogoh kocek juga,
pada akhirnya sama saja menghabiskan dana yang sama dan bahkan bisa
lebih, walaupun tidak ada ongkos inspeksi lagi, namun tetap saja, tidak
ada perubahan. Selain itu, kenyataan bahwa pasar dalam negeri masih
dikuasai oleh barang impor membuat usaha kecil dan menengah ini
bahkan tidak bisa bersaing dengan barang impor, meski laris manis di
negara orang, produk kayu lokal kalah bersaing dengan barang impor.
SARAN
Untuk

menekan

dampak

negatif

yang

telah

dijabarkan

tadi

sebaiknya ada intervensi dari pemerintah menghimpun perusahaanperusahaan kecil ini dan membantu mereka dalam mendapatkan regulasi
FLEGT

license

sehingga

perusahaan-perusahaan

kecil

juga

bisa

merasakan manfaat FLEGT license. Selain itu, Pemerintah juga bisa
menekan produk impor masuk ke dalam negeri agar persaingan antara
lokal dengan produk impor lebih kecil.

13

DAFTAR PUSTAKA

Sharp, Paul ‘Diplomatic Theory of International Relations;Cambridge
Studies in International Relations’ (New York:Cambridge University Press,
2009)
William D. Coplin, Pengantar Politik Internasional: Suatu Telaah Teoritis,
Edisi ke-2,( Bandung: Sinar Baru, 1992),
Leo Suryadinata, Indonesia‟s Foreign Policy under Suharto: Aspiring to
International Leadership (Singapore: Times Academic Press, 1997).
Ganewati Wuryandari (Ed). Politik Luar Negeri Indonesia di Tengah
Pusaran Politik Domestik (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2008)
Rosenau, James N. Gavin Boyd, Kenneth W. Thompson. World Politics: An
Introduction. (New York: The Free Press, 1976)
Kementerian Luar Negeri Indonesia ‘Indonesia dan Uni Eropa terbitkan
Forest Law Enforcment, Governance, and Trade license’ www.kemlu.go.id
Badan Pusat Statistik Negara perihal data ekspor produk kayu tahun 2013
European Union official
www.eeas.europa.eu

website,

‘SEKILAS

UNI

EROPA’,

Official
Website
of
European
Union,
‘THE
EU
https://europa.eu/european-union/about-eu/eu-in-brief_en

IN

2015

BRIEF’,

Official Website of European Forest Institute, FLEGT LICENSING, 2014
http://www.euflegt.efi.int/flegt-licensing
Yani, Yanyan Mochamad.
dan Praksis”. 2012

“Perspektif-Perspektif Politik Luar Negeri: Teori

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Alenia keempat

14

15