Rekayasa ecoteknologi desain biokeramba danau: studi kasus: Danau Saguling-Jatiluhur Jawa Barat
Perjanjian No:III/LPPM/2018-01/05-P LAPORAN PENELITIAN HIBAH MONODISIPLIN REKAYASA ECOTEKNOLOGI DESAIN BIOKERAMBA DANAU STUDI KASUS: DANAU SAGULING-JATILUHUR JAWABARAT Pengusul: Peneliti Utama: Dr. Ir. Karyadi Kusliansjah,MT,IAI NIK: 19890058 NIDN: 0420125401 Anggota Peneliti 1: Doddi Yudianto, ST., MSC., Ph.D. NIK: 20030217 NIDN: 0419077701 Anggota Peneliti 2: Yenny Gunawan, ST., MA. NIK: 20100004 NIDN: 0430117602 Anggota Peneliti 3: Ir.Lydia Tjong, MT NIK: 19921491 NIDN: 0411036501 +Tim Mahasiswa Arsitektur
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Universitas Katolik Parahyangan
Bandung, November 2018
DAFTAR ISI
Halaman Bukti Pelaksanaan Seminar2 Daftar Isi
4 Abstrak
5 Bab I. Pendahuluan
6 Bab II. Tinjauan Pustaka
10 Bab III. Metode Penelitian
20 Bab IV. Jadwal Pelaksanaan
22 Bab V. Hasil dan Pembahasan
24 Bab VI. Kesimpulan dan Saran
42 Daftar Pustaka
45 Lampiran-Lampiran vii
Lampiran 1. Renstra dan Peta Jalan Penelitian Perguruan Tinggi vii Lampiran 2. Dukungan Sarana dan Prasarana Penelitian x Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas xi Lampiran 4. Biodata Ketua dan Anggota Tim Pengusul xii Lampiran 5.Bukti Penyelesaian Kegiatan Penelitian (F09) xxxii Judul Penelitian : REKAYASA ECOTEKNOLOGI DESAIN BIOKERAMBA DANAU Studi Kasus: Danau Saguling-Jatiluhur Jawabarat
ABSTRAK
Perkembangan keramba jaring apung oleh masyarakat petani budidaya ikan sangat pesat ditemukan pada perairan danau, sungai dan laut di Indonesia. Kenyataan penggunaan jaring keramba ini bersifat tidak ramah lingkungan, Hal ini menyisakan limbah akibat adanya timbunan sisa pakan ikan yang mencemari kolom air hingga sedimentasi dasar yang dapat menimbulkan ancaman bencana non-alam yang menimbulkan pencemaran lingkungan perairan danau. dan rusaknya lingkungan sekitarnya. Tujuan penelitian ini mencarikan solusi penanggulangan pencemaran lingkungan perairan danau dengan mengusulkan Rekayasa Eco-teknologi Desain- Biokeramba yang mampu meminimalisasi pencemaran lingkungan perairan dan sedimentasi danau; menggunakan teknologi mikrobakteri organik pengurai limbah yang dikembangkan dalam sub-based apung. Jadi bidang fokus riset ini adalah „kebencanaan‟ yang bertema riset „teknologi dan manajemen lingkungan‟, khususnya untuk topik riset „restorasi kerusakan lingkungan‟. Riset ini mengeksplorasi konsepsi Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT) mendukung budidaya Jenis Perikanan yang ramah lingkungan air, Manfaatnya akan mengedukasi kegiatan masyarakat petani budidaya ikan agar beradaptasi ramah tata lingkungan air, guna mendukung kebijakan pemerintah menjadikan danau sebagai daerah prioritas kantong perairan bagi air baku, irigasi pelistrikan dan wisata lokal,yang memenuhi standar lingkungan Unesco-Global-Geopark berkriteria sinergitas Geo-Bio-Cultural-Deversity. Penelitian ini direncanakan 1 tahun, dengan contectual-interpretative-
design methods pada lokasi sampel penelitian danau Saguling dan Jatiluhur di Jawa Barat. Diharapkan keluaran
penelitian ini menghasilkan kerangka konsep Rekayasa Eco-teknologi Desain-Biokeramba Danau. Penelitian inipun sesuai dengan Renstra Unpar 2015-2019 dan RIP Unpar 2016-2019; serta secara umum diharapkan bermanfaat bagi masyarakat petani budidaya ikan di Indonesia dan pengembangan ilmu teknik arsitektur maupun tata lingkungan air.
Kata Kunci: Pencemaran, Eco-teknologi, Desain-Biokeramba, Danau-Saguling,Jatiluhur –Jawa Barat
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Fenomena berkembangnya jaringan keramba apung (KJA) oleh petani budidaya ikan di
banyak perairan sungai, danau maupun laut, telah membawa satu sisi peningkatan hasil nilai
ekonomi PAD maupun penghasilan masyarakat petani sektor perikanan. Tetapi hal ini di sisi
lain berdampak terhadap kualitas ekosistem dan tata ruang lingkungan perairan, khususnya di
perairan danau yang tidak memiliki daerah aliran/runoff. Pemasokan pakan ikan yang
berlangsung terus menerus hampir ratusan ton/hari ke danau oleh para petaninya, telah
menyisakan limbah yang mencemari kolom air hingga sedimentasi dasar danau. Selain
pencemaran, sisa pakan juga dapat menyebabkan tingginya kekeruhan air yang mengakibat
cahaya matahari akan susah menembus kolom air. Ahli lingkungan menggolongkannya
sebagai permasalahan bencana non alam berupa pencemaran air danau dan rusaknya
lingkungan alam sekitar. Banyak pemerintah daerah yang telah menerbitkan peraturan daerah
atau kebijakan yang melarang digunakannya keramba jaring apung pada perairan danau; dan
hal itu menimbulkan pertentangan yang menyangkut kelangsungan kehidupan petani
budidaya ikan danau. Untuk menetralisasinya diperlukan sejumlah upaya akademik dan
strategi pembangunan daerah yang bersifat kontekstual bagi perairan lingkungan danau.
Salah satu penelitian terkait akan dilakukan oleh para dosen Fakultas Teknik Unpar dari
Program Studi Arsitektur-Teknik Sipil bersama mahasiswanya, dibawah koordinasi oleh Tim
1 CAREDs LPPM UNPAR, untuk menggali Rekayasa Eco-teknologi Desain Biokeramba
Danau untuk menghasilkan konsep model keramba jaring apung yang ramah lingkungan
berbasis Geo-Bio-Cultural-Deversity sebagai kekhasan lokal yang dapat merekam adaptasi
lingkungan perairan danau dan resilensi masyarakat dalam budidaya ikan. Penelitian ini
dilaksanakan pada danau Saguling dan danau JatiLuhur. Kedua danau di Jawa Barat ini
mengalami fenomena di atas, yang bertentangan dengan peran penting danau untuk
mendukung irigasi, PLTA, tersedianya air baku Lingkungan dan distinasi wisata.1.2. Permasalahan Penelitian
Pencemaran kualitas air dan lingkungan danau akibat budidaya ikan sistem Keramba Jaring
Apung (KJA) ini menjadi hal serius, perlu segera ditanggulangi oleh Pemerintah daerah.
Pentingnya melakukan pendekatan berbasis ketangguhan-berkesinambungan (resiliency-
1sustainability ) yang memenuhi standar Unesco Global Networks bagi lingkungan
Centre for Adaptation and Resilience Environment Design Studies
alam/Geopark dalam kriteria sinergitas Geo-Bio-Cultural-Deversity. Solusi penanggulangan
dampak tersebut guna mengurangi pencemaran kualitas air danau, sangat diharapkan menjadi
tantangan bagi penelitian akademik.1.3. Pertanyaan Penelitian
Lingkungan air ( sungai, waduk, danau, laut) tercemar haruskah budidaya ikan lokal di danau
dilarang? Pencemaran lingkungan ini menjadi hal serius, yang perlu segera ditanggulangi
oleh Pemerintah Daerah setempat. Perlu dipertanyakan:
1.Apa upaya yang dilakukan masyarakat petani budidaya ikan dan pemerintah setempat
menanggulangi pencemaran lingkungan air?
2.Apa persyaratan standar lingkungan Unesco-Global-Network mengarahkan keberlanjutan
local-diversity bagi lingkungan air?
3.Bagaimana model inovasi teknologi Bio-Keramba yang ramah tata lingkungan air dan
memenuhi persyaratan standar lingkungan Unesco-Global-Networks secara berkelanjutan?1.4.Urgensi Penelitian
Sejalan dengan Peta Jalan Penelitian Unpar 2016-2019 dan capaian Renstra Unggulan bidang
sustainable resiliensi infrastruktur lingkungan (lihat lampiran1 Renstra dan Peta Jalan
Penelitian Perguruan Tinggi), state of the art penelitian ini menggagas rekayasa
ecoteknologi desain bio-keramba danau, hasil dari kajian kasus pada waduk /danau
Saguling dan Jatiluhur maupun lingkungan air lainnya. Inovasi penelitian ini miliki
keterbaharuan (novelty), berupa penerapan Eco-teknologi pengurai limbah pakan ikan.
Hal ini membedakannya dari tipe keramba jala apung lainnya dan cara berternak ikan secara
tradisional umumnya pada era sekarang, yang kebanyakan dipraktekan oleh para petani
budidaya ikan di Indonesia, yang potensial mencemari lingkungan-lingkungan air.1.5.Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini mencarikan solusi penanggulangan pencemaran air danau dengan
menghasilkan rekayasa bio-keramba danau yang ramah tata lingkungan air, yang mampu
meminimalisasi pencemaran air dan sedimentasi danau; melalui penerapan bio-teknologi
menggunakan mikro-bakteri organik pengurai limbah yang dikembangkan dalam sub-based
apung melalui kajian awal literature maupun presedents. hasil penelitian sejenis yang sudah
di lakukan sebelumnya, sebagai landasan penyusunan konsepsi Pra-Model BKARTLA.
Manfaat penelitian untuk mengedukasi kegiatan masyarakat petani budidaya ikan danau
khususnya, agar beradaptasi ramah tata lingkungan air, guna mendukung kebijakan
pemerintah pusat maupun daerah menjadikan danau sebagai daerah prioritas wisata, yang
memenuhi standar lingkungan Unesco-Global-Networks dalam kriteria sinergitas Geo-Bio-
Cultural-Deversity ; disamping bagi masyarakat petani budidaya ikan lain di Indonesia serta
pengembangan ilmu teknik arsitektur dan tata lingkungan air.1.6. Konsep penelitian
Penelitian ini memperhatikan tiga pilar penelitian yaitu 1). aspek lingkungan ekologis
(sustainaquality), 2). aspek sosial perubahan mindset kegiatan masyarakat dalam memanfaat
lingkungan air danau dan 3). aspek ekonomi, yang produktif-efektif-efisien bagi pemerintah
daerah setempat dan diharapkan bermanfaat bagi masyarakat petani ikan budidaya di danau
yang memenuhi standar Unesco-Global-Networks, berkriteria sinergitas geo-bio-cultural
diversity ,dalam kebijakan pemerintahan sebagai kawasan destinasi wisata; maupun di banyak
lingkungan air Indonesia serta pengembangan ilmu teknik arsitektur dan tata lingkungan air.
Gambar 1.3 Konsep Penelitian Rekayasa EcoTeknologi Bio-Keramba Danau1.7 Rencana Capaian Luaran
Rencana capaian luaran penelitian ini berupa tersusunnya konsep pemodelan Bio-keramba
danau ramah lingkungan berbasis Eco-teknologi akan dilanjutkan kepenelitian Unggulan
Perguruan Tinggi. Untuk itu capaian luaran penelitian monodisiplin LPPM tahun 2018 ini
berupaya menyusun proposal penelitian berlanjutan; yaitu pada tahun 2019 berupaya meraih
hibah PTUPT pada Simlitabmas.ristekdikti dan target HaKI Hak Cipta hingga uji
Laboratorium dan Paten Sederhana pada tahun 2020, serta penerapan model prototipe di
lapangan pada tahun 2021. Untuk itu temuan konsep Bio-Keramba yang dituliskan berbentuk
artikel untuk diterbitkan pada jurnal sesuai persyaratan setelah usulan HaKI Hak Cipta atas
konsep Biokeramba ini didaftarkan ke Lembaga Paten.BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. State of The Art. State of the art bidang penelitian ini mengacu pada renstra penelitian Unpar 2016-2019 dan
sesuai dengan peta jalan bidang unggulan Sustainable and Resilient Infrastructure for cities
untuk mengatasi lingkungan air Danau Saguling dan Jatiluhur yang terancam oleh
permasalahan bencana non alami,oleh berkembangnya budidaya ikan berbasis Keramba Jala
Apung. State of the art penelitian ini berkontribusi mencari solusi terhadap permasalahan
tersebut, dengan mengagas menggagas Rekayasa Ecoteknologi Desain Bio-Keramba
Danau, dengan keterbaharuan (novelty) berupa Bio-Teknologi Keramba yang relevan
diterapkan dan mampu mengurai limbah pakan ikan sehingga terbangun kondisi tata
lingkungan air danau Saguling dan Jatiluhur, yang berkesinambungan (sustainaquality).Gagasan inovasi Bio-Keramba Danau ini berbeda dari tipe keramba jala apung pada
umumnya maupun cara budidaya ikan secara tradisional oleh kebanyakan petani ikan di
Indonesia era sekarang, yang sangat potensial berdampak mencemari tata lingkungan air.
Uraian kajian literatur berikut menguraikan landasan teoritikal yang menjadi pertimbangan
gagasan ini; dan dirumuskan dari berbagai aspek seperti: lingkungan, sosial-ekonomi, hukum
tata ruang, eco-teknologi, adaptasi dan resiliensi kultural,serta desain bio-keramba.2.2. Keramba Jaring Apung (KJA)
Keramba jaring apung merupakan sarana pemeliharaan ikan yang menggunakan jaring
sebagai bagian utamanya. Dengan menggunakan jaring apung, pemeliharaan ikan bisa
dilakukan di laut atau pun media air tawar seperti danau atau waduk, yang memiliki
kedalaman lebih dibandingkan sungai atau tambak (Aditya Permadi,2016).Penerapan KJA untuk budidaya ikan di Indonesia dimulai dari konstruksi bangunan keramba
yang sederhana. Di era modern sekarang ini, budidaya ikan tidak lagi membutuhkan tempat
yang luas untuk dijadikan kolam pemeliharaan. Selain dipergunakan untuk budidaya ikan,
KJA juga dapat dimanfaatkan untuk budidaya udang vanamae dan udang lobster.Gambar 3.1 Keramba Jaring Apung KotakSumber: Aditya Permadi,2016
2.2.1 Konstruksi Keramba Jaring Apung (KJA)
Keramba jaring apung yang ada saat ini kebanyakan berupa jaring yang diikatkan pada
pelampung yang terbuat dari drum atau gentong bekas. Komponen konstruksi keramba
jaring apung sendiri terdiri dari kerangka, pelampung, kurungan atau kantong jaring,
bangunan pendukung, pemberat jaring, dan jangkar.Tabel. 2.1. Konstruksi Keramba Jaring Apung
No. Komponen Spesifikasi Teknis
1. Kerangka atau berfungsi untuk menempatkan kurungan atau jaring pembesaran, sekaligus merupakan
rakit pondasi, tempat pemasangan kantong jaring dan sarana pendukung budidaya. Kerangkajaring apung konvensional terbuat dari balok kayu, papan serta bambu, yang berkembang dari besi (pipa atau siku) . Saat ini konstruksi KJA sudah berkembang dengan manggunakan bahan HDPE (High Density Polyethylene) yang diperkirakan dapat bertahan hingga 20 tahun.
2. Kantong merupakan komponen penting dalam satu rangkaian KJA. Ukuran mata jaring yang
jaring digunakan disesuaikan dengan ukuran ikan yang dipelihara. Jenis bahan yangdigunakan untuk pembuatan kantong jaring, yakni hapa dan waring, masing-masing memiliki ukuran mata berbeda. Hapa adalah anyaman senar plastik monofilamen kecil tanpa simpul dengan ukuran mata 2 cm. Sementara benang waring berukuran lebih besar dengan ukuran mata 5 cm. Kantong hapa dan waring dibuat dengan cara dijahit dan keduanyadigunakan untuk pendederan. Hapa juga bisa untuk pembenihan.
4. Pelampung berfungsi untuk mengapungkan keseluruhan sarana budidaya, sebagai tempat peletakan
kerangka dan juga ponton penyeberangan. Pelampung yang digunakan kebanyakan adalah drum-drum plastik dengan kapasitas 200 liter. Dalam satu petak keramba diperlukan minimal 4 buah pelampung. Gubuk kecil juga didirikan untuk berbagai fungsi mulai dari penyimpan pakan, tempat istirahat, hingga berteduh. Hal yang harus diperhatian, fasilitas pendukung seperti rumah penjaga, gudang, serta ponton penyeberangan.
5. Pemberat dimaksudkan untuk merentangkan jaring ke arah vertikal dan horizontal. Pemberat
jaring jaring biasanya memeiliki berat kurang-lebih 5 kg dan digantung di bagian luar jaring,di setiap pojok dan tengah dengan jarak sekitar 1,5 meter.
6. Jangkar dilengkapi dengan pemberat sekitar 2 x 50 kg dipasang sebanyak kebutuhan untuk
menjaga posisi jaring apung di perairan. Jangkar dan pemberat dihubungkan dengan tali plastik berdiameter sekitar 2 cm, panjang berkisar 1,5 meter kedalaman air. Jangkar dilabuh agak miring pada setiap pojok.
Sumber:Syafitrianto, Irmawan, 2015
2.2.2 Ragam jenis Keramba Jaring Apung
Secara prinsip, semua bahan pembuatan KJA hampir sama. Namun, bentuk dan ukurannya
saja yang berbeda karena disesuaikan dengan kebutuhan. Ada beberapa tipe atau jenis
keramba jaring apung yang saat ini digunakan para pembudidaya, yaitu keramba jaring apung
bundar, kotak, dan oktagonal.Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4Keramba Jaring Apung Bundar Keramba Jaring Apung Kotak Keramba Jaring Apung Oktagonal Sumber: PTGani ArtaDG, 2015 Sumber: Aditya Permadi, 2016 Sumber: PTGani Arta DG, 2015
Tabel. 2.2. Ragam Bentuk Keramba Jaring Apung
Sebelum membuat konstruksi wadah keramba jaring terapung pemilihan lokasi yang tepat
dari aspek sosial ekonomis dan teknis benar. Aspek sosial ekonomis yang sangat umum yang
harus dipertimbangkan adalah lokasi tersebut dekat dengan pusat kegiatan yang mendukung
operasionalisasi suatu usaha seperti tempat penjualan pakan, pembeli ikan dan lokasi yang
dipilih merupakan daerah pengembangan budidaya ikan sehingga mempunyai prasarana jalan
yang baik serta keamanan terjamin. Persyaratan teknis yang harus diperhatikan dalam
memilih lokasi usaha budidaya ikan di keramba jaring terapung antara lain adalah :Kedalaman perairan sangat berpengaruh terhadap kualitas air pada lokasi tersebut. Lokasi yang dangkal akan lebih mudah terjadinya pengadukan dasar akibat dari pengaruh gelombang yang pada akhirnya menimbulkan kekeruhan. Sebagai dasar patokan saat surut terendah sebaiknya kedalaman perairan lebih 3 meter dari dasar jaring.
perairan
2. Kedalaman
1 Arus air Arus air pada lokasi dipilih diusahakan tidak terlalu kuat namun tetap ada arusnya agar tetap terjadi pergantian air dengan baik dan kandungan oksigen terlarut dalam wadah budidaya ikan tercukupi, selain itu dengan adanya arus maka dapat menghanyutkan sisa- sisa pakan dan kotoran ikan yang terjatuh di dasar perairan. Dengan tidak terlalu kuatnya arus juga berpengaruh terhadap keamanan jaring dari kerusakan sehingga masa pakai jaring lebih lama. Bila pada perairan yang akan dipilih ternyata tidak ada arusnya (kondisi air tidak mengalir), disarankan agar unit budidaya atau jaring dapat diusahakan di perairan tersebut, tetapi jumlahnya tidak boleh lebih dari 1% dari luas perairan. Pada kondisi perairan yang idak mengalir, unit budidaya sebaiknya diletakkan di tengah perairan sejajar dengan garis pantai.
No Persyaratan Keterangan Teknis Lokasi
Tabel. 2.3. Persyaratan Teknis Budidaya Keramba Jaring Apung
Sumber : Aditya Permadi, 2016, PTGani ArtaDG, 2015
Keramba Jaring Apung Bulat Keramba Jaring Kotak Keramba Jaring Apung Oktagonal
alat apung dan komponen-komponen yang dapat dirangkai menjadi keramba yang utuh dan dapat dibongkar kembali dengan mudah tanpa merusak keramba. Dengan begitu, pembudidaya dimudahkan saat ingin memindahkan lokasi budidayanya.
Completely Knock Down , terdiri dari
lingkungan, menggunakan sistem
(PE) dengan anti-UV yang ramah
Keramba jaring apung oktagonal memberikan volume budidaya ikan yang jauh lebih besar dibanding keramba jaring apung bulat dan kotak sehingga cocok digunakan untuk memelihara ikan-ikan perenang cepat seperti ikan bandeng, ikan bawal bintang, dan kakap putih. KJA jenis ini didesain kuat dan lentur sehingga mampu menghadapi ombak laut hingga ketinggian 2 hingga 3 meter. Alat apung dan komponen-komponen KJA Oktagonal biasa-nya terbuat dari bahan Prime Grade Polyethylene
Keramba jenis ini banyak digunakan di danau atau waduk. Bentuknya berupa kotak berpe- tak-petak untuk pembudi daya memelihara berbagai jenis ikan dalam satu blok keramba, seperti: ikan nila, ikan mas, ikan lele, ikan bandeng, dan jenis lainnya.
Keramba ini berbentuk bulat dengan diameter 10 hingga 50 meter, Biasa digunakan pembudi daya di laut. Namun, ada beberapa pembudidaya yang menggunakan- nya di waduk atau danau karena memiliki kedalaman yang cukup dan area yang luas. Keramba berukuran 20 meter ke atas dirancang khusus untuk budidaya berskala besar. Jenis ikan yang biasa dipelihara pada keramba ukuran ini seperti ikan kakap putih atau barramundi, kerapu, dan berbagai jenis ikan tuna. Adapula keramba jaring apung bulat dengan diameter berkisar 8-15 meter, yang dirancang untuk budidaya industri kecil dan menengah, digunakan untuk budidaya ikan laut seperti ikan kakap putih dan ikan bawal bintang. Selain itu juga digunakan untuk budidaya ikan air tawar seperti ikan mas (carp) dan ikan nila (nile tilapia).
2.2.3 Persyaratan Teknis Keramba Jaring Apung
3. Tingkat Pada perairan umum dan waduk ditinjau dari tingkat kesuburannya dapat dikelompokkan
kesuburan menjadi perairan dengan tingkat kesuburan rendah (oligotropik), sedang (mesotropik) dan
tinggi (eutropik). Jenis perairan yang sangat baik untuk digunakan dalam budidaya ikan di jaring terapung dengan sistem intensif adalah perairan dengan tingkat kesuburan rendah hingga sedang. Jika perairan dengan tingkat kesuburan tinggi digunakan dalam budidaya ikan di jaring terapung, maka hal ini sangat beresiko tinggi karena pada perairan eutropik kandungan oksigen terlarut pada malam hari sangat rendah dan berpengaruh buruk terhadap ikan yang dipelihara dengan kepadatan tinggi
4. Bebas dari Dalam dunia perikanan, yang dimaksud dengan pencemaran perairan adalah penambahan
pencemaran sesuatu berupa bahan atau energi ke dalam perairan yang menyebabkan perubahan kualitas air sehingga mengurangi atau merusak nilai guna air dan sumber air perairan tersebut.
Bahan pencemar yang biasa masuk ke dalam suatu badan perairan pada prinsipnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pencemar yang sulit terurai dan bahan pencemar yang mudah terurai. Contoh bahan pencemar yang sulit terurai berupa persenyawaan logam berat, sianida, DDT atau bahan organik sintetis. Contoh bahan pencemar yang mudah terurai berupa limbah rumah tangga, bakteri, limbah panas atau limbah organik. Kedua jenis bahan pencemar tersebut umumnya disebabkan oleh kegiatan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyebab kedua adalah keadaan alam seperti banjir atau gunung meletus. Jika lokasi budidaya mengandung bahan pencemar maka akan berpengaruh terhadap kehidupan ikan yang dipelihara di dalam wadah tersebut.
5. Kualitas air Dalam budidaya ikan, secara umum kualitas air dapat diartikan sebagai setiap perubahan (variabel) yang mempengaruhi pengelolaan, kelangsungan hidup dan produktivitas ikan yang dibudidayakan. Jadi perairan yang dipilih kualitas airnya harus memenuhi persyaratan bagi kehidupan dan pertumbuhan ikan yang akan dibudidayakan. Kualitas air meliputi sifat fisika, kimia dan biologi.
6 Lokasi Lokasi ini terhindar dari proses perputaran air dasar kepermukaan (up-welling). Pada
keramba daerah yang sering terjadi up-welling sangat membahayakan kehidupan organisme yang jaring apung dipelihara, di mana air bawah dengan kandungan oksigen yang sangat rendah serta gas-gas bukan beracun akan kepermukaan, yang dapat menimbulkan kematian secara massal. Lokasi daerah up- seperti ini sebaiknya dihindari, kecuali sistem keramba dipasok oksigennya dengan suatu welling mekanisme tertentu.
Sumber : Aditya Permadi, 2016,
2.3. Keunggulan Ekonomi Budidaya Ikan berbasis Keramba Jaring Apung
Para petani ikan menebarkan benih ikan pada awal masa pemeliharaan hingga saat panen
tiba. Para pembudidaya lebih memilih menggunakan keramba jaring apung daripada
memelihara dengan cara konvensional, karena sistem budidaya ini secara teknis maupun
ekonomis terbukti intensif produktif, efisien,dan efektif.Tabel. 2.4.Komparasi Keunggulan Ekonomi Budi Daya Ikan
Keunggulan ekonomis usaha budidaya ikan
Dalam keramba Dalam kolam tanah liat1).Menambah efisiensi penggunaan sumber daya; 1).Pembudidaya harus terus menjaga kandungan 2).Prinsip kerja usaha keramba, melakukan oksigen agar tetap tersedia pada air. pengurungan pada suatu badan perairan yang dapat 2).Kolam tanah liat cukup rentan terhadap berbagai memberi makan dan meningkatkan produksi ikan; macam serangan penyakit. 3).Memberikan pendapatan yang lebih teratur kepada 3). Pemanenan ikan secara manual lebih sulit karena nelayan dibandingkan dengan hanya bergantung perlu menggiring ikan dengan alat bambu yang pada usaha penangkapan dilakukan minimal oleh dua orang.
Sumber: Syafitrianto, Irmawan, 2015
Pembudidaya dapat memanfaatkan luasan media yang sempit dengan hasil panen ikan bisa dilipat gandakan, tanpa harus berbiaya besar. Meskipun berbiaya investasi tinggi dari keramba konvensional, keuntungan yang diperoleh pun lebih tinggi. Alasan sederhana pembudidaya memilih keramba jaring apung karena sirkulasi air yang tetap terhubung langsung dengan laut, danau, atau waduk sebagai media pemeliharaannya. Kegiatan membersihkan jaring tidak terlalu sulit dan sangat praktis hingga urusan memanen ikan.
Beberapa keunggulan ekonomis usaha budidaya ikan dalam keramba jaring apung, yaitu:
1. Menambah efisiensi penggunaan sumberdaya;
2. Prinsip kerja usaha keramba dengan melakukan pengurungan pada suatu badan perairan
dan memberi makan dapat meningkatkan produksi ikan;
3. Memberikan pendapatan yang lebih teratur kepada nelayan dibandingkan dengan hanya
bergantung pada usaha penangkapan.2.4. Keramba Jaring Apung Mencemari Lingkungan.
Yang menjadi permasalahan pada budidaya ikan di keramba jaring apung adalah sisa pakan.
Sisa pakan menurut Irmawan Syafitrianto,(2015), yang tidak terkonsumsi dan metabolik
berupa senyawa nitrogen dan fosfor, apabila terbuang di kolom air dan tidak dimanfaatkan
oleh organisme di sekitar danau (ikan, organisme bentik), maka akan menjadi partikel
tersuspensi dalam bentuk partikel koloid di dasar perairan. Partikel tersebut akan
dimanfaatkan oleh mikro-organisme khususnya bakteri untuk pertumbuhan dan perkembang
biakannya.Selain pencemaran akibat nitrogen dan fosfor, sisa pakan juga dapat menyebabkan
tingginya kekeruhan. Akibatnya, cahaya matahari akan susah menembus kolom air.(lihat
gambar2.5)Gambar 2.5. Aplikasi budidaya ikan dengan keramba dan limbah serta sedimentasi dan kekeruhan air.Sumber: BP Geopark Toba Kaldera, 2017
2.5. Aspek Hukum Lingkungan
Tabel 2.5 Aspek Hukum Lingkungan
Undang-Undang No. 32/2009 RPPLH
1 Pasal 12. Pemanfaatan sumber daya alam dilakukan berdasarkan RPPLH. Dalam hal RPPLH belum
tersusun, pemanfaatan sumber daya alam dilaksanakan berdasarkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
2 Pasal 17. 2.b Segala usaha dan atau kegiatan yang telah melampaui daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup tidak diperbolehkan lagi.
3 Pasal 98, (1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya
baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit Rp3.000.000.000,- (tiga miliar rupiah) dan paling banyak Rp10.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah).
4 Pasal 99, (1) Setiap orang yang karena kelalaiannya mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara
ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
5 Pasal100,(1). Setiap orang yang melanggar baku mutu air limbah, baku mutu emisi, atau baku mutu
6 Perpres 81/ 2014, Pasal 6
Sumber: BP. Geopark Toba Kaldera ,Wilayah Kabupaten Samosir, 2017
Tabel 2.6 Sinerginitas Penataan Ruang Kawasan pada kasus Danau TobaTujuan Penataan Ruang Kawasan kasus Danau Toba
Kasus Pelestarian Danau Toba sebagai: Air kehidupan masyarakat Ekosistem Kawasan Kampung Masyarakat Batak Kasus pengembangan pariwisata berskala dunia, terintegrasi dengan kawasan budidaya:
Perikanan Perternakan Perkebunan Hortikultura
Sumber: BP.Geopark Toba Kaldera ,Wilayah Kabupaten Samosir, 201
7
2.6. Upaya Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Air akibat Budidaya Ikan
Keramba Jaring ApungUpaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak pencemaran akibat budidaya ikan
sistem Keramba Jaring Apung antara lain: 1). Menggunakan dosis yang tepat dalam
pemberian pakan, 2). Menggunakan bahan pakan dengan tingkat kecernaan yang tinggi, 3).
Jika memungkinkan maka dapat menggunakan bakteri probiotik untuk meningkatkan daya
cerna, 4). Menggunakan komposisi nutrisi yang sesuai dengan organisme yang dipelihara, 5).
gangguan dipidana, dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp3.000.000.000,- (tiga miliar rupiah) .
Pengembangan kawasan pariwisata berskala dunia yang terintegrasi dengan pengendalian kawasan budidaya sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup serta adaptif terhadap bancana alam.
Dilakukan treatmen terhadap limbah, 6). Perlu dilakukan analisa kesesuaian lahan sebelum
dilakukan kegiatan budidaya.Tabel 2.7.Alternatif Penanganan Keramba Jaring Apung (KJA)
ASPEK TANPA KJA KJA TERTATA
Keberadaan Semua KJA di kawasan Danau Toba -Sebagian KJA ditutup (Jumlah produksi disesuaikan
KJA ditutup dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan)
- KJA ditempatkan pada zona tertentu
- Produksi dapat berubah sewaktu-waktu
Lingkungan 1.Jauh lebih aman (sumber pencemar
1.Aman (beban pencemaran sesuai dengan daya utama parameter hilang) dukung)
2.Sumber pencemar lain harus tetap
2.Sumber pencemar lain harus tetap dikelola dikelola
Ekonomi Kehilangan mata pencaharian Kehilangan mata pencaharian (sebagian) Ketenaga
1.
1. Kehilangan pekerjaan Kehilangan pekerjaan (sebagian)
kerjaan 2.
2. Penyediaan lapangan kerja baru Penyediaan lapangan kerja baru
Sosial
1. Lebih adil 1.
Kurang adil
2.Masalah timbul satu kali (pada 2.
Masalah timbul berulang kali (setiap penyesuaian saat penutupan daya dukung dan daya tampung lingkungan)
Hukum PMA (arbiterase?) PMA (arbiterase-pengurangan kapasitas?) Pariwisata Lebih Natural Tetap ada ganjalan estetika dan ketidak nyamanan
berinteraksi dengan air danau
Pengawasan Lebih mudah Sulit (potensi pelanggaran sangat tinggi) Air baku Lebih terjamin Terancam (penyediaan air baku air minum air minum Membutuhkan biaya besar) Sumber : BP. Geopark Toba Kaldera ,Wilayah Kabupaten Samosir, 2017
2.7. Sistem pengolahan limbah secara biologi
Pada dasarnya badan air memiliki kemampuan secara alami untuk mengembalikan daya
dukungnya atas suatu kejadian penurunan kualitas air terutama yang disebabkan oleh limbah
Aplikasi pada communal septic tank Aplikasi pada instalasi pengolahan limbah industri di Kota Taixing (Agustus 2006 – Januari 2007)
Gambar 2.6 Aplikasi teknologi bakteri pada communal septic tank and instalasi pengolahan limbahSumber: Liao et al, 2008 dan Nie et al, 2008
organik. Namun demikian proses restorasi ini sangat dipengaruhi oleh konsentrasi beban
limbah organik yang mencemari badan air tersebut. Badan air yang menerima beban limbah
dalam jumlah besar akan memerlukan waktu yang lebih lama untuk dapat mengembalikan
daya dukungnya mengingat bahwa proses ini melibatkan peran mikroorganisme khususnya
bakteri untuk menguraikan limbah organik tersebut. Pada suatu kondisi yang sangat buruk,
bukan tidak mungkin badan air kehilangan kemampuannya untuk pulih kembali. Seiring
dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang mikrobiologi,
pemanfaatan bakteri dalam rangka restorasi badan air tercemar telah menjadi pusat perhatian
di sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Tiongkok. Khususnya di Tiongkok,
pemanfaatan teknologi bakteri ini telah diterapkan tidak hanya pada instalasi pengolahan
limbah (Liao et al, 2008), namun juga communal septic tank, danau (Nie et al, 2008), dan
sungai (Yudianto dan Xie, 2011). Upaya restorasi dengan memanfaatkan teknologi bakteri ini
telah meraih kesuksesan. Selain menghasilkan kondisi air yang jernih, pada akhir masa
restorasi sungai teridentifikasi memenuhi kriteria kualitas air yang disyaratkan, terutama
oksigen terlarut atau dikenal sebagai Dissolved Oxygen(DO), Biochemical Oxygen Demand
(BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD). Lihat Gambar 2.7Meskipun sejumlah ilustrasi di atas ini menggambarkan keberhasilan dari aplikasi teknologi
bakteri dalam upaya baik peningkatan kinerja instalasi pengolahan limbah maupun restorasi
badan air tercemar, namun praktis di dalam penerapannya metode ini memerlukan
pengkondisian tertentu. Khususnya sungai, mengingat bakteri yang diinjeksikan akan ikut
bersama aliran sungai, sangat dimungkinkan alur sungai perlu dimodifikasi untuk
mengendalikan kecepatan aliran dan menghindari terbilasnya bakteri secara percuma. Selain
itu, kinerja bakteri itu sendiri pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti
konsentrasi oksigen terlarut, jumlah kandungan nutrien, suhu udara, kandungan unsur limbah
yang bersifat toxic, dan sebagainya. Sedangkan pada waduk atau danau, dimana secara umum
air berada pada kondisi statis, upaya aerasi dan mixing menjadi sangat penting dalam proses
restorasi. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah kedalaman danau yang membagi
kondisi air di danau atau waduk menjadi beberapa lapis sistem. Kasus Danau Toba sebagai
salah satu tampungan air alami yang memiliki peran vital serta kandungan budaya dan
keindahan yang luar biasa, saat ini terancam mengalami pencemaran.Deskripsi kondisi kasus Sungai Gankeng sebelum dan sesudah aplikasi teknologi bakteri Gambar2.7 Aplikasi teknologi bakteri pada kasus Sungai Gankeng dan Sungai Xuxi
Sumber: Yudianto dan Xie, 2011 Selain limbah organik yang berasal dari kegiatan domestik rumah tangga warga, salah satu aktivitas yang juga ikut menjadi sorotan publik adalah kegiatan pertanian ikan menggunakan keramba jaring apung. Sebagaimana yang dialami pada sejumlah waduk besar yaitu Waduk Saguling,Waduk Cirata,Waduk Jatiluhur,Waduk Karang Kates,dan sebagainya. Nutrien pakan ikan secara berlebihan merupakan salah satu sumber pencemar air yang dapat menyebabkan air mengalami kondisi eutrofikasi yang pada akhirnya berdampak pada kematian ekosistem akuatik. Pemerintah sejauh ini berupaya untuk mengendalikan atau membatasi jumlah keramba jaring apung yang kini kian marak berkembang di banyak waduk dan danau. Namun demikian tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan pertanian ikan berbasis keramba jaring apung ini telah menjadi sumber pendapatan bagi warga setempat yang tentunya akan berdampak serius jika dihilangkan begitu saja. Perlu kajian akademik mencari solusi terhadap kasus pencemaran akibat KJA ini agar budidaya ikan tetap dapat berlangsung tanpa mencemari badan air danau.
Gambar2.8. Ragam container Bio-Septic dan kapasitas yang dapat dimanfaatkan menetralisir limbah pakan ikan bagi lingkungan air Sumber:Produsen Biosong,2018
Rekayasa Rekayasa Ecoteknologi-Biokeramba Danau dapat dirumuskan berdasarkan prinsip
inovasi sustainaquality sebagai berikut: Pakan ikan Pakan ikanTata Tata BIO-KERAMBA KJA Lingkungan Lingkungan Bio Microbakteri Air Danau KJA Air Danau Septic Organik Bersih Alami + Tercemar Sedimentasi air Keruh Air Alami
Gambar 2.9. Bagan alir Inovasi Sustainaquality Rekayasa Ecoteknologi-Biokeramba DanauSumber: penelitian,2018
Proses perubahan budidaya ikan di KJA yang bersifat tradisional direkayasa dengan budidaya
ikan berbasis Eco-Teknologi menggunakan Bio-Keramba menggunakan mickrobakteri tentu
tidak dapat dilepaskan dari permasalahan social paradikma, yang secara edukasi perlu
disesuaikan melalui proses adaptasi tekno kultural dan berupaya untuk memelihara kebiasaan
atau budaya yang baik (resilience ) dalam masyarakat petani ikan dan masyarakat lingkungan
air. Upaya ini perlu memahami dan menerapkan pemahaman tentang adaptasi dan resilience
sebagai berikut.2.8. Adaptasi dan Resiliensi Lingkungan
Adaptasi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
hidupnya. Ada beberapa cara penyesuaian diri yang dapat dilakukan, yaitu dengan cara
penyesuaian bentuk organ tubuh, penyesuaian kerja organ tubuh, dan tingkah laku dalam
menanggapi perubahan lingkungan. Dari pengertian adaptasi tersebut, ada tiga macam bentuk
adaptasi, yaitu: a. adaptasi fisiologi; b. adaptasi tingkah laku; c. adaptasi morfologi.Resiliensi
merupakan pendekatan proaktif dalam mempersiapkan guna menghadapi bencana alam / non
alam secara lebih baik yang melalui perencanaan yang tepat akan membantu suatu komunitas
mempercepat pemulihannya. Resiliensi adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan keadaan dan mempertahankan atau mendapatkan kembali fungsionalitas dan
vitalitas dalam menghadapi tekanan atau gangguan. Hal ini merupakan kemampuan untuk
bangkit kembali setelah ada ganggu-an atau rintangan. Pada ber-bagai tingkat individu, ke-
luarga, masyarakat, dan wila-yah melalui resiliensi, kita dapat menjaga kondisi yang dapat
dihuni jika terjadi bencana alam maupun non alam, atau gangguan lainnya dalam sumber
daya yang tersedia. (Resilient Design Institute).Gambar 2.10. Kluster-kluslter ResiliensiSumber: Careds,2017
Bab 3. METODE PENELITIAN
3.1 Metodologi
Pembangunan model, uji laboratorium Model tes tersedia; Hasil uji laboratorium berhasil.
Sumber: Karyadi, 2018
Penerapan dan Sosialisasi Tersosialisasi
Pilot project model percontohan penerapan di lapangan, Hak Cipta Konsep dan Model Desain Bio Keramba Danau.
Tahap5: Implementasi (tahun 2021)
Gambar DED desain model Biokeramba Danau
DED desain model Biokeramba Danau,
Pembuatan relasi dan perumusan ataupun pembuatan anlisis- sintesis yang memunculkan awal pengetahuan baru. Penelitian ini menghasilkan ide-ide baru dalam rancangan dan pengembangan model Biokeramba Danau