UJI AKTIVITAS EKSTRAK KOMBINASI BATANG DAN DAUN SURUHAN (Piperumia pellucida L.H.B Kunth) SEBAGAI ANTI DIABETES PADA TIKUS PUTIH Frangki Atihuta

  JMP Online Vol 2, No. 2, 205-216. © 2018 Kresna BIP.

  Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online) e-ISSN 2550-0481

   p-ISSN 2614-7254

  UJI AKTIVITAS EKSTRAK KOMBINASI BATANG DAN DAUN SURUHAN (Piperumia pellucida L.H.B Kunth) SEBAGAI ANTI DIABETES PADA TIKUS PUTIH Frangki Atihuta

  Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pattimura, Ambon

  INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK

  Dik irim : 25 Februari 2018 Diabetes Mellitus merupak an penyak it menahun dan Revisi pertama : 01 Maret 2018 progresif, ditandai dengan k enaik an kadar gula darah Diterima : 02 Maret 2018 (hiperglik emia) terus menerus karena k ekurangan hormon Tersedia online : 06 Maret 2018 insulin, baik secara relatif maupun absolut di dalam tubuh. Dalam tanaman banyak terdapat k omponen kimia yang dapat digunak an sebagai obat. Penelitian ini dilakuk an untuk

  Kata Kunci : Ek strak Kombinasi menguji ak tivitas ek strak kombinasi batang dan daun suruhan Batang dan Daun Suruhan (Piperumia Pellucida L.H.B Kunth) , (Piperumia Pellucida . L.H.B. Kunth) terhadap k adar gluk osa Gluk osa Darah, Streptozotosin, darah tikus putih jantan diabetes yang diinduk si streptozotosin.

  Antidiabetes Penelitian ini dilak uk an pada tanggal 18 Maret 2014 sampai dengan tanggal 18 April 2014 dengan sampel penelitian 14 ek or tikus putih jantan diabetes, galur Wistar, umur 2 – 3

  Email : bulan, BB 206 gram. Tikus dibagi secara acak dalam dua k elompok penelitian yaitu k elompok I, II, yang berturut -turut mendapat perlak uan dengan akuades, ek strak kombinasi batang dan daun suruhan dosis 500 mg/Kg BB. Perlakuan diberikan satu k ali sehari selama 14 hari. Hasil pengukuran k adar gluk osa dalam darah (mg/dl) dianalisis secara statistika menggunakan metode SPSS versi 16.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ek strak k ombinasi batang dan daun suruhan dosis 500 mg / Kg BB dapat menurunkan kadar gluk osa darah tik us putih jantan diabetes yang d iinduk si streptozotosin.

  PENDAHULUAN Latar Belakang

  Diabetes Mellitus merupakan penyakit menahun dan progresif, ditandai dengan kenaikan kadar gula darah (hiperglikemia) terus menerus karena kekurangan hor mon insulin, baik secara relatif maupun absolut di dalam tubuh (Santoso, 2008). Penyakit diabetes mellitus d itandai dengan kadar glukosa darah (gula darah) melebihi nilai nor ma l atau lebih dari 200 mg/dl dan kadar gula darah puasa diatas atau sama dengan 126 mg/dl. Diagnosis khas diabetes mellitus pada umumnya adalah terdapat keluhan khas diabetes mellitus yaitu, poliuria (banyak kencing), polidipsia (sering haus), polifagia (banyak makan) dan penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya serta keluhan lainnya (Misnadiarly, 2006).

  Santoso (2008) menyatakan bahwa berdasarkan etio loginya, diabetes mellitus dapat dibedakan menjadi diabetes mellit us t ipe 1 dan t ipe 2. Pada t ipe 1 terdapat destruksi dari sel

  β pankreas sehingga tidak memproduksi insulin lagi yang disebabkan karena sistem imun menyerang (reaksi autoimun) sel-sel beta pankreas, seperti kerusakan genet ik pada beberapa makromo lekul yang berfungsi sebagai pensintesis, pembungkus dan pelepas insulin atau sel

  β tidak mengenal sinyal glukosa atau replikas i nor mal. Faktor luar yang menyebabkan kerusakan fungsi sel-sel β adalah virus seperti pada gondok, kerusakan sitotoksik dan pelepasan antibodi yang dibuat peka limosit. Pada akhirnya mengakibatkan sel-sel

  β tidak bisa menyerap glukosa dari darah dan kadar gula dalam darah meningkat. Tipe ini sering disebut

  

insulin dependent diabetes mellitus atau IDDM karena pasien mut lak membutuhkan

insulin.

  Menurut Setiawan dan Suhartono (2005), bahan diabetonik yang dapat

  menyebabkan st res oksidatif pada sel β sehinga tidak mampu memproduksi insulin diantaranya adalah streptozotosin. Streptozotosin (STZ) atau 2-deoksi-2-3-(metil-3- nitrosoureido) -D-gluko piranose. Streptozotosin merupakan derivat nitrosuria yang diisolasi dari Streptomyces achromogenes yang mempunyai aktivitas secara langsung merusak sel β sehingga lebih banyak digunakan dalam pembuatan hewan uji DM.

  (Rees dan Alcolado, 2005).

  Berdasarkan penelitian, penderita diabetes di Indonesia pada tahun 2000 mencapai 8,4 juta orang dan menduduki peringkat 4 dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus mengalami peningkatan dua kali lipat pada tahun 2030, menjadi 21,3 juta orang (Wild, et al., 2004). Sementara itu, berdasarkan data Departemen Kesehatan Republik Indonesia, prevalensi diabetes mellitus tertinggi terdapat di Kalimantan dan Maluku Utara (11,1%) diikuti oleh Riau dan Nanggro Aceh Darusalam (Departemen Kesehatan RI, 2009).

  Tindakan pengendalian diabetes mellitus untuk mencegah meningkatnya angka kematian yang cukup tinggi sangatlah diperlukan, khususnya dengan menjaga tingkat kadar gula darah sedekat mungkin dengan batas normal (Dinas Kesehatan RI, 2005). Penanganan penyakit diabetes mellitus terlebih dahulu d ilakukan secara non- farmako logis yaitu dengan diet dan olahraga untuk mencapai target gula darah yang diinginkan. Bila kedua cara nonfarmako logis belum mampu mencapai target gula darah yang diinginkan, maka pengobatan kuratif diabetes mellitus dapat dibantu dengan pengobatan farmakologi namun bergantung pada tipe diabetesnya. Untuk diabetes tipe 1, penanganan farmako logis dilakukan hanya dengan disunt ikan insulin ke dalam tubuh. Sedangkan untuk diabetes tipe 2 lazimnya digunakan obat-obatan ant idiabetes oral, diantaranya adalah Metfor min dan Glibenklamida. Namun pengkonsumsian obat-obatan ant idiabetes dalam jangka panjang beresiko buruk terhadap kesehatan dan resiko resistensi, sehingga dosis pemberian obat semakin lama semakin t inggi. Untuk mengurangi resiko kesehatan diatas, perlu dikembangkan alternatif lain secara herbal (dengan menggunakan tumbuh-tumbuhan) yang relatif lebih aman bagi para pe nderita diabetes tipe 2 (Agoes, 1991).

  Banyak jenis tanaman yang dapat dibudidayakan karena bermanfaat bagi manusia dalam hal pengobatan. Dalam tanaman banyak terdapat komponen kimia yang dapat digunakan sebagai obat. Salah satunya adalah Suruhan atau Peperomia pellucida

  

L.H.B Kunth , yang secara empiris tumbuhan ini telah digunakan dalam pengobatan

  demam, penyakit perut, atau pengobatan luar lainnya (Heyne 1987). Suruhan merupakan tumbuhan semak yang dapat hidup pada daerah tropis dan lembab. Suruhan tersebar luas di setiap daerah di Indonesia yang umumnya dikonsumsi dengan cara diseduh, tetapi ada juga yang mengkonsumsinya sebagai lalapan segar (Cao, 2011). Menurut Hembing (2004), bagian yang berkhasiat dari suruhan adalah batang dan daunnya untuk mengatasi nyeri pada remat ik, penyakit asam urat, sakit kepala, sakit perut, abses, bisul, jerawat, radang kulit, luka terpukul dan luka bakar ringan. Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tanaman suruhan mempunyai potensi sebagai antiinflamasi (Wijaya dan Monica, 2004), antipiretik (Khan, et al., 2007), antimikroba dan anti kanker (Wei, et al., 2011), dan memiliki efek analgetik ( Mulya ni 2011).

  Secara empiris penggunaan tumbuhan suruhan sebagai bahan obat tradisional telah banyak digunakan di Indonesia. Bagian dari tumbuhan suruhan yang sering digunakan adalah bagian batang dan daun. penggunaan batang dan daun tumbuhan suruhan ini terus berkembang di masyakat, namun kajian ilmiah terkait penggunaan batang dan daun suruhan masih terbatas dan belum banyak dilakukan. Oleh karena itu, maka perlu dilakukannya penelitian terkait dengan penggunaan batang dan daun suruhan sebagai bahan antidiabetes.

  Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Uji Aktivitas Ekstrak Kombinasi Batang Dan Daun Suruhan (Piperumia Pellucida L.H.B Kunth) Sebagai Anti Diabetes Pada Tikus Putih.

  Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

  2. Apakah terdapat perbedaan penurunan glukosa darah tikus yang diinduksi streptozotosin antara kelompok yang diberikan ekstrak kombinasi batang dan daun suruhan dan kelompok kontrol?.

  Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk 1. Menganalisis Apakah pemberian kombinasi ekstrak batang dan daun suruhan dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus yang diinduksi streptozotosin.

  2. Menganalisis perbedaan penurunan glukosa darah tikus yang diinduksi streptozotosin antara kelompok yang diberikan ekstrak kombinasi batang dan daun suruhan dan kelompok kontrol.

  KAJIAN PUSTAKA Klasifikasi Tumbuhan Suruhan

  Kedudukan tanaman Suruhan ( Peperomia pellucida L H. B.Kunth) dalam klasifikasi menurut (United Sateds Depertemen Of Argicultur Natural Resource Conservation Service, 2011) adalah sebagai berikut:

  Kerajaan : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Piperales Suku : Piperaceae Marga : Peperomia Jenis : Peperomia pellucida H.B.K

  Nama daerah tumbuhan suruhan adalah seladaan (Jawa), saladaan (Sunda), ketupang ayer (Sumatera), gotu garoko (Maluku) (Nurhayat i 2011).

  Morfologi Tumbuhan Suruhan Peperomia pellucida L. Kunth atau sering dikenal dengan tumbuhan suruhan

  merupakan tumbuhan dengan morfologi sebagi berikut : Akar Tanaman suruhan memiliki akar serabut yang tertanam pada permukaan tanah (dangkal) dan berwarna putih). Batang Tanaman suruhan memiliki tinggi batang 20 sampai 40 cm, tegak, bercabang, bulat, tebalnya sekitar 5 mm, berair, dan lunak warnanya hijau pucat atau hijau muda. Dahan berbuku-buku serupa tumbuhan sirih. Daun suruhan memiliki bentuk daun tunggal, duduk spiral, lo njong, panjang 1-4 cm. Lebar daun suruhan ini sekitar 0.5-2 cm berbentuk hati dan panjang sekitar 4 cm, ujung runcing, pangkal bertoreh, tepi rata, pertulangan melengkung, permukaan licin, lunak dan berwarna hijau. Bunga suruhan tersusun dalam rangkaian berbentuk bulir yang panjangnya 1-6 cm, warnanya hijau, terletak di ujung tangkai dan buah berbentuk bulat, ujung runcing, sangat kecil dengan diameter kurang dari 1 mm tersusun seperti buah lada, berbentuk bujur dan berwarna hijau ketika muda dan coklat apabila matang ( United Sateds Depertemen Of Argicultur Natural Resource Conservation Service, 2011).

  Diabetes Mellitus

  Penyakit Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit tidak menular yang mengalami peningkatan terus menerus dari tahun ke tahun. Diabetes adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemia) yang diakibatkan oleh gangguan sekresi insulin, dan resistensi insulin atau keduanya. Hiperglikemia yang berlangsung lama (kronik) pada Diabetes Melitus akan menyebabkan kerusakan gangguan fungsi, kegagalan berbagai organ, terutama mata, organ, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah lainnya (Suastika K., et al., 2011).

  Faktor Penyebab Diabetes

  Beberapa faktor yang dapat menunjang timbulnya Diabetes Mellitus yaitu Faktor Gaya hidup. Gaya hidup merupakan perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas sehari- hari. Makanan cepat saji, olahraga tidak teratur dan minuman bersoda adalah salah satu gaya hidup yang dapat memicu terjadinya DM tipe 2 (ADA, 2009). Diet yang tidak sehat. Perilaku diet yang tidak sehat yaitu kurang olahraga, menekan nafsu makan, sering mengkonsumsi makan siap saji (Abdurrahman, 2014).

  Gejala diabetes

  Berdasarkan Perkeni (2011) Diabetes Mellitus adalah penyakit gangguan metabolisme yang bersifat kronis dengan karakteristik 11 hiperglikemia. Berbagai komplikasi dapat timbul akibat kadar gula darah yang tidak terkontrol, misalnya neuropati, hipertensi, jantung koroner, retinopati, nefropati, dan gangren. D iabetes seringkali muncul tanpa gejala. Namun demikian, ada beberapa gejala yang harus diwaspadai sebagai isyarat kemungkinan diabetes. Gejala tipikal yang sering dirasakan penderita diabetes antara lain poliuria (sering buang air kecil), polidipsia (sering haus) dan polifagia (banyak makan/mudah lapar). Selain itu sering pula muncul keluhan penglihatan kabur, koordinasi gerak anggota tubuh terganggu, kesemutan pada tangan atau kaki, timbul gatal- gatal yang seringkali sangat mengganggu (pruritus) dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas (perkeni 2011).

  Diabetes dan Radikal Bebas

  Radikal bebas merupakan penyebab terjadinya penyakit degeneratif sepert i kanker, aterosklerosis, diabetes melitus, jantung koroner akibat peningkatan dan penumpukan radikal bebas dalam tubuh. Untuk mencapai kondisi stabil, oksige n radikal bebas akan menangkap elektron dari senyawa-senyawa penyusun sel maupun organ, baik karbohidrat, protein ataupun lemak. Radikal bebas akan merusak DNA sel yang dapat mengakibatkan pertumbuhan sel yang abnormal. Radikal bebas juga dapat menyerang organel-organel sel yang mengakibatkan kemat ian sel yang berujung pada penurunan fungsi organ dan penya kit degeneratif. Selain itu, oksidasi radikal bebas dapat menyebabkan kerusakan pada sel beta pankreas sehingga menurunkan kemampuan untuk memproduksi insulin (Tjokroprawiro, 2012).

  METODE PENELITIAN Tipe Penelitian

  Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen laboratorium.

  Tempat dan Waktu Penelitian 1.

  Tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Dasar Universitas Pattimura.

  2. Waktu penelitian Penelitian dilakukan dari tanggal 18 Maret 2014 sampai dengan tanggal 18 April 2014.

  Populasi dan Sampel 1.

  Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan, umur 2-3 bulan dengan berat 200 gram.

  2. Sampel Pada penelitian ini, jumlah sampel sebanyak 14 ekor tikus yang terbagi dalam 2 kelompok, masing- masing kelompok terdiri dari 7 ekor tikus.

  Teknik Pengumpulan Data 1.

  Observasi Melakukan pengamatan terhadap aktivitas anti diabetes pada tikus putih.

  2. Kepustakaan Melalui tinjauan pustaka dari referensi yang relevan yang menjadi sumber pustaka yaitu buku, jurnal, serta laporan hasil penelitian.

  Teknik Analisis Data

  Teknik analisis data menggunakan program SPSS 16.0. Data dianalisis secara deskriptif untuk melihat distribusi data. Apabila data terdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji one way. Namun apabila tidak terdistribusi normal, analisis dilanjutkan dengan menggunakan uji kruskall-walis dan akan dilanjutkan dengan uji mann-withney untuk uji beda antar kelompok.

  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Berat Badan Tikus

  Berdasarkan hasil penelitian, kondisi fisik dari 14 ekor tikus, selama 30 hari memperlihatkan keadaan yang sangat aktif sebelum diinduksi dengan streptozotosin. Namun setelah diinduksi dengan streptozotosin pada 7 ekor tikus kelompok perlakuan, tikus memperlihatkan keadaan lemas dan tidak aktif. Berat badan rata-rata pada kelompok kontrol yaitu 206,0 mg/bb dan berat badan rata-rata tikus pada kelompok perlakuan adalah 203,0 mg/bb. Hasil pengukuran berat badan sebelum dan sesudah perlakuan dapat dilihat pada tabel 1.

  

Table 1. Penggukuran Rata-Rata Berat Badan pada Tikus Galur Wistar

Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan

Berat Badan No

  Kontrol Perlakuan stz Perlakuan Ekstrak

  1 206,0 195,8 203,0

  Sumber : Data Primer, Diolah (2014) Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa berat badan sebelum diberikan perlakuan streptozotosin dan ekstrak kombinasi batang dan daun suruhan (Piperomia pelucida

  

L.H.B. kunth) menunjukkan bahwa berat badan tikus masih dalam kondisi berat

  normal. Setelah diberikan streptozotosin selama 6 hari maka terjadi penurunan pada berat badan awal (kontrol). Kemudian dilanjutkan dengan pemberian ekstrak kombinasi batang dan daun suruhan (Piperomia pelucida L.H.B. kunth) menunjukkan terjadi peningkatan setelah pemberian ekstrak selama 14 har i.

  Kadar Glukosa Darah

  Pengukuran kadar glukosa darah pada tikus wistar dilakukan baik pada kelompok kontrol maupun perlakuan. Disamping itu pengukuran dilakukan baik setelah induksi streptozotosin maupun setelah pemberian ekstrak. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini.

  

Table 2. Pengukuran Kadar Glukosa Darah pada Tikus Galur Wistar

kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan

  Kadar Glukosa Darah ( mg/dl) No

  Kelompok Setelah Induksi Setelah Pemberian

  Kontrol stz Ekstrak 1 105,54 201,54 189,72 2 74,85 208,72 193,43 3 172,69 381,23 210.68 4 132,46 206,00 182,56 5 107,88 340,27 200,00 6 133,32 209,40 179,32 7 69,80 111 101

  Sumber : Data Primer, Diolah (2014) Pada tabel 2 menunjukkan bahwa kadar glukosa darah pada kelompok kontrol masih dalam kondisi normal. Setelah diberikan streptosotozin sebanyak 2 ml selama 6 hari, terjadi peningkatan kadar glukosa darah tikus. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian ekstrak sebanyak 10 ml selama 14 hari. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah, maka diketahui telah terjadi penurunan glukosa darah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol dan perlakuan terdapat nilai yang berbeda.

  

Tabel 3. Hasil Analisis Penurunan Kadar Glukosa Darah pada Tikus Galur

Wistar Kelompok Kontrol dan Perlakuan

  Standar Perlakuan Minimum Maksimum Mean

  Deviasi Kontrol

  1.84 2.24 0.140 2.037 Stz

  2.05 2.58 0.175 2.345 Stz+ekstrak

  2.00 2.32 0.108 2.244 Sumber : Data Primer, Diolah (2014)

  Berdasarkan tabel 3 diatas menunjukan bahwa pada glukosa darah pada perlakuan streptozotosin nilai mean adalah 2.345 lebih tinggi dari kontrol yaitu 2.037 dan streptozotosin + esktrak yaitu 2.244. Begitu pula pada standar deviasi nilai perlakuan streptosotozin lebih tingggi dibandingkan dengan kontrol dan perlakuan streptosotozin + ekstrak.

  

Tabel 4. Perubahan Kadar Glukosa Darah Baik pada Kelompok Kontrol

dan Kelompok Perlakuan

  Kelompok N Mean Rank Sig. Kadar Glukosa Kontrol

  7

  5.14 Darah Stz

  7 16.14 .004 STZ + Ekstrak

  7

  11.71 Total

  21 Sumber : Data Primer, Diolah (2014) Hasil uji statistik Shapiro-Wilk pada glukosa darah antara control dan perlakuan streptozotosin + ekstrak menunjukkan data tidak normal pada perlakuan streptosotozin + ekstrak yaitu nilai p = 0.002 < dari nilai kemaknaan 0.05. Hasil uji Kruskall- Walis menunjukkan bahwa nilai P=0.004 < 0.05. Pengujian kemudian dilanjutkan dengan uji Mann Whitney untuk melihat perbedaan masing- masing kelompok. Hasil pengujian Mann-Whitney dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini.

  

Tabel 5. Hasil Perbedaan Kelompok Menggunakan Uji Lanjut Mann Whitney

pada Kelompok Kontrol dan Perlakuan

  Kelompok Perlakuan Nilai P STZ 0.004*

  Control STZ + Ekstrak 0.11*

  STZ STZ + Ekstrak

  0.73 Nilai p = 0.05; * = bermakna Sumber : Data Primer, Diolah (2014)

  Pembahasan

  Berdasarkan hasil penelitian diatas, adanya peningkatan kadar glukosa darah tikus pada kelompok perlakuan setelah diinduksi dengan streptozotosin disebabkan karena streptozotosin merupakan zat dibetagonik yang dapat menganggu sel β dan mengakibatkan penurunan sekresi insulin (Nugroho 2006). Streptozotosin diabsorbsi ke dalam darah dan dibawa menuju ke dalam pankreas masuk ke dalam sel β pulau langerhans melalui tansporter glukosa GLUT 2 dan menyebabkan alkilasi DNA. Alkilasi DNA oleh streptozotosin melalui gugus nitrosourea yang bersifat toksik pada sel beta pankreas sehingga menyebabkan hiperglikemia. (Szkudelski, 2001).

  Menurut Tiwari (2002), hiperglikemia akan memperburuk d an memperparah

  • pembentukan reaktive oxygen species (ROS) diantaranya radikal superoksida (O ),

  2

  • radikal hidroksil (OH ). ROS akan meningkatkan pembentukan ekspresi Tumour

  

necrosis factor- α (TNF-α) dan memperparah stres oksidatif yang dapat mengakibatkan

  resistensi insulin. TNF- α dapat mengakibatkan penurunan fungsi insuline-sensitive glucose transporter (GLUT-4).

  Penelitian yang dilakukan oleh Nugroho dan Nigsih (2004) menyatakan Induksi Streptozotosin akan menyebabkan terjadinya alkilasi DNA. Kerusakan DNA akan memicu produksi enzim poli (ADP ribosa), yaitu enzim yang diperlukan untuk memperbaiki kerusakan DNA. Enzim ini memerlukan NAD (nikotinamida adenine

  • dinukleotida) sebagai substratnya, sehingga kandungan NAD dalam sel menurun.
  • Menurunnya kadar NAD selular juga menyebabkan penurunan jumlah ATP sehingga sintesis dan sekresi insulin dapat terhambat yang menyebabkan hiperglikemia.

  Berdasarkan pada hasil pengukuran kadar glukosa menunjukan adanya penurunan kadar glukosa darah tikus setelah pemberian ekstrak kombinasi batang dan daun suruhan. Penurunan kadar glukosa darah terjadi dikarenakan adanya perbaikan jaringan pankreas, sehingga dapat meningkatkan sekresi insulin akibatnya glukosa dalam darah dapat diserap ke dalam sel dan dapat diubah menjadi energi atau disimpan dalam bentuk glikogen dalam hati dan otot. Adanya perbaikan jaringan pankreaas disebabkan karena ekstrak kombinasi batang dan daun suruhan mempunyai zat bioaktif alami yaitu flavonoid yang dapat mengurangi kerusakan sel  pankreas dengan cara meregenerasi sel- sel β pankreas di sekitarnya, sehingga meningkatkan pelepasan insulin. Hal ini sejalan dengan penelitian Elsha Ukieyanna (2012), yang meyatakan kandungan flavonoid yang dimiliki oleh tanaman suruhan adalah sebesar 4.058 ± 0.352 mg QE/g. Flavonoid berperan sebagai antioksidan alami dalam memperbaiki kerusakan jaringan pankreas yang disebabkan oleh alkilasi DNA akibat induksi streptozotosin. Hal ini disebabkan karena flavonoid mampu berperan menagkap radikal bebas. (Nugroho 2006).

  Aktivitas antioksidan memungkinkan flavonoid untuk menangkap atau menetralkan radikal bebas (seperti ROS) terkait dengan gugus OH. Flavonoid akan mendonorkan atom hidrogen ke radikal peroksi membentuk radikal flavonoid yang mudah bereaksi dengan radikal bebas sehingga rantai reaksi radikal berhenti ( Elsha Ukieyanna 2012). Flavonoid berfungsi sebagai agen penurun oksidator sebelum merusak sel. sehingga kerusakan sel dapat dikurangi. Selain itu flavonoid juga dapat menstimulasi pengambilan glukosa pada jaringan perifer.

  Flavonoid dapat mengatur aktivitas ekspresi enzim yang terlibat dalam jalur metabolisme karbohidrat. Dengan kata lain proses inflamasi dapat terhambat dan menekan aktivitasi proinflamasi TNF α, sehingga terjadinya perbaikan pada sel β pankreas melalui regenerasi sel serta membaiknya organ sel β pankreas. Perbaikan peningkatan insulin, berakibat kadar glukosa darah menurun yang dapat dilihat setelah pemberian ekstrak kombinasi batang dan daun suruhan (Botutihe 2010). Penelitian yang dilakukan Suryani dkk (2013) tentang Pengaruh Ekstrak Metanol Biji Mahoni terhadap Peningkatan Kadar Insulin, Penurunan ekspresi TNF-

  α dan perbaikan jaringan pankreas tikus diabetes. Mendapatkan adanya peningkatkan kadar insulin dan perbaikan TNF- α,setelah diberikan ekstrak.

  Selain itu juga hasil penelitian uji antidiabe tik infusa kelopak bunga rosella (hibiscus sabdariffa linn.) pada tikus putih jantan galur wistar yang diinduksi streptozotosin yang dilakukan oleh Atique dkk (2011) menyatakan adanya penurunan kadar glukosa darah setelah diberikan infusa kelopak bunga rosella, hal ini disebabkan karena adanya kandungan flavonoid sebagai antioksidan didalam ekstrak methanol biji mahoni dan ekstrak air herba cuplikan. Hal ini mendukung hasil penelitian peneliti, dimana terdapat penurunan kadar glukosa darah tikus yang diinduksi streptozotosin setelah diberikan ekstrak kombinasi batang dan daun suruhan (piperumia pelucida

  L.H.B.Kunt ). Dengan demikian hipotesis H I dapat diterima yaitu bahwa adanya

  pengaruh pemberian ekstrak kombinasi batang dan daun suruhan (piperumia pelucida L.H.B.Kunt ) terhadap penurunan kadar glukosa darah pada tikus putih.

  KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

  Dari penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak kombinasi batang dan daun suruhan dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus yang diinduksi streptozotosin, dengan nilai rata-rata adalah 2.345 mengalami penuruan jika dibandingkan dengan nilai rata streptozotosin + esktrak yaitu 2.244.

  Saran

  Bagi peneliti lain agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek dari ekstrak kombinasi batang dan daun suruhan (piperumia pelucida L.H.B. Kunth) terhadap perbaikan jumlah sel beta pankreas sehingga dapat menemukan studi yang pasti mengenai manfaat ekstrak batang dan suruhan terhadap pengobatan penyakit diabetes.

  Cao Hu Jiao. 2011. Philipine Medicinal Plant: Pansit-pansitan. Manila : Manila Medical Society. Departemen Kesehatan Republik Indonesia .2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Departemen Kesehatan Republik Indonesia .2009. Profil kesehatan Indonesia.

  Dewanto, A. 2008, Analisis Makroskopik Mikroskopik dan Penentuan Senyawa Identitas dari Simplisia Herba Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molkenb),

  Dari Herba Suruhan (Peperomiae pellucidae herba). Skripsi. Medan: Fakultas far mas is i Universitas Sumatera Utara.

  Suyono, slamet. 2007. Penatalaksanaan diabetes mellitus terpadu Jakarta: depertemen penyakit dalam .FKUI Tasmisi . 2008. Flavonoid dalam Purnomo, M. 2001. Isolasi Flavonoid dari Daun Beluntas (Pluchea indica Less) yang mempunyai Aktivitas Antimikroba.

  

Mahoni terhadap Peningkatan Kadar Insulin, Penurunan Ekspresi TNF-

α dan Perbaikan Jaringan Pankreas Tikus Diabetes. Banjar baru

  Suryani, Nany, Tinny Endang , Aulanni'am. 2013. Pengaruh Ekstrak Metanol Biji

  Sulistyowati, Y., Septriana, Rafika., M. 2013. Effect of Water Extract Herbs Ciplukan (Physalis angulata L) on Blood Sugar and Lipid Profile of Sprague Dawley Male Rats Injected By Streptozotocin and Lipopholysacharide. Abstract book of Asia Pacific Conggres of Clinical Nutrition. Jepang

  Semarang Susanti, N, 2010, Buku Panduan Skripsi Sistem Informasi, Fakultas Teknik,

  Mulyani,S., Toga, L. 2011. Analisis f lavonoid dan tannin dengan cara mikrokopis mikrokimiawi. Jurnal. Yogyakarta : universitas gajah mada. Santoso, Mardi. 2008. Senam Diabetes Indonesia Seri 4 Persatuan Diabetes Indonesia. Jakarta. Soemanto P, Tjokorda GDP, Andreas AS, Tri Ambarwati., , 2007. Diabetes Melitus Ditinjau dari Berbagai Aspek Penyakit Dalam. Semarang : CV. Agung

  Mencit Putih Betina. Scientia. 1(2): 34 -38

  Mulyani, D. 2011. Uji Efek Analgetik Herba Suruhan (Peperomia pellucida) Pada

  Lestari, P. 201). Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Senyawa Triterpenoida/Steroida

  Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

  pellucida Leaves in Rabbit. Turk J Biol. 32(1): 37 -41

  Kamus Besar Bahasa Indonesia .( 2008). Gramedia, Jakarta Khan, A., Rahman, M., dan Islam, S. 2007. Antipyretic Activity of Peperomia

  Tumbuhan. Terjemahan K. Padmawinata. Edisi II. Bandung Hembing W. 2008. Bebas Diabetes Melitus Ala Hembing. Jakarta: Puspa Swara.

  Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisa

  2009. In vitro Evaluation of Potential Chemotherapeutic and Chemopreventive Properties of P. pellucida (L.) Kunth on HCT 116 Gunawan SG. 2007. Farmakologi Dan Terapi, Ed ke-5. Jakarta: Gaya Baru.

  Institute Pertanian Bogor. Gianello Mikhail Domingo P. Cera, Nicole Rose B. Ramos, Nerisse Isabella T. Siazon.

  Bagian Kimia Fakultas Kedoketeran Universitas Andalas. Elsha Ukieyanna.2012. aktivitas antioksidan, kadar fenolik, dan flavonoid total tumbuhan suruhan (peperomia pellucida l. kunth) Skripsi.

  Endrinaldi, 2007. Pengaruh Pemberian Vitamin C dan E Terhadap Kadar MDA dan Kolesterol Darah Kelinci Diabetes Melitus (DM) Akibat Induksi Aloksan .

Universitas Muria Kudus, Kudus

  Tjokroprawiro, A. 2001. Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes Mellitus.

  Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Wahyu, W. 2008. Potensi antidioksidan sebagai antidiabetes.universitas Kristen maranatha, Bandung.

  Wei, S.L., Wee, W., Siong, J.Y.F., dan Syamsumir, D.F. 2011. Characterization of

  Anticancer, Antimicrobial, Antioxidant Properties and Chemical Compositions of Peperomia pellucida Leaf Extract.