PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA KELAS VIIIB SMP NEGERI 1 GETASAN Florentina Dian Ika Vitasari

  JMP Online Vol 2, No. 1, 36-46.

  Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online) © 2018 Kresna BIP.

  

ISSN 2550-0481

  PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA KELAS VIIIB SMP NEGERI 1 GETASAN 1) 2) Florentina Dian Ika Vitasari , Sutriyono

  Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana

  INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK

  Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindak an Dik irim : 06 Januari 2018 Revisi pertama : 06 Januari 2018 k elas yang bertujuan untuk meningktakan hasil belajar siswa dan Diterima : 08 Januari 2018 k eaktifan siswa dengan menggunakan model pembelajaran Tersedia online : 20 Januari 2018 Numbered Head Together (NHT). Penelitian ini dilak ukan pada siswa k elas VIII B SMP Negeri 1 Getasan dengan pelak sanaan 1 Kata Kunci : Numbered Head sik lus yang terdiri dari tahap perencanaan, pelak sanaan,

  Together, Keak tifan siswa, Tingkat observasi dan reflek si. Proses pengumpulan data meliputi tes, k etuntasan belajar wawancara, observasi dan dokumentasi. Keak tifan siswa dihitung diambil kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together dapat meningk atk an hasil belajar dan k eaktifan siswa. Hal tersebut ditunjuk an dengan hasil Pra Sik lus dan Siklus I yang sudah dilak ukan. Dalam Pra Siklus, hasil tes tertulis menunjukkan 10 siswa atau 42,8% siswa mencapai KKM, sedangkan dalam Siklus I dapat ditunjukkan 27 siswa atau 77,1% siswa mencapai k etuntasan. Pada persentase k eaktifan siswa di Pra Siklus menunjukkan k eaktifan siswa 54,2% menjadi 81,7%.

  Dengan demik ian penerapan model pembelajaran Numbered Head Together berhasil untuk meningkatk an tingkat k etuntasan dan tingk at k eak tifan siswa.

  PENDAHULUAN Latar Belakang

  Matematika mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kehidupan sehari- hari di lingkungan sehingga pemberian materi matematika pada pendidikan mulai dari tingkat rendah sampai ke tingkat lanjut sangatlah penting. Matematika juga berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berhitung, mengukur, menurunkan rumus dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari- hari melalui pengukuran dan geometri, aljabar, peluang dan statistika, kalkulus dan trigonometri. Matematika merupakan suatu pembelajaran yang terus berkembang dengan cepat. Pembelajaran matematika disekolah menjadikan guru sadar akan perannya sebagai pembimbing siswa dalam pembelajaran matematika di sekolah. Menurut Rahayu (2007:2), pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan siswa melaksanakan kegiatan belajar matematika dan pembelajaran matematika harus memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman tentang matematika. Pembelajaran matematika juga melibatkan proses interaksi antara guru dan siswa yang melibatkan pengembangan pola berfikir dan mengolah logika pada suatu lingkungan belajar yang sengaja diciptakan oleh guru dengan berbagai metode agar program belajar matematika tumbuh dan berkembang secara optimal dan siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien. Peran guru dalam menyampaikan materi sehingga dapat diterima dengan baik oleh siswa mempunyai peranan yang sangat penting. Aktivitas guru yang masih cenderung mendominan dari pada siswa masih banyak ditemui saat proses belajar mengajar berlangsung. Hal ini yang menyebabkan siswa menjadi pasif saat proses belajar di kelas. Untuk meningkatkan keaktifan belajar matematika, guru tidak cukup hanya mengandalkan satu metode tertentu dalam pembelajaran, tetapi juga variasi model dan teknik pembelajaran yang penting untuk meningkatkan semangat siswa dalam belajar. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar guru diharapkan dapat memilih model pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dapat tercapai secara optimal. Salah satu upaya guru untuk meningkatkan keberhasilan belajar siswa, yaitu dengan menggunakan pembelajaran aktif di mana siswa melakukan sebagian besar pekerjaan yang harus dilakukan baik secara individu atau kelompok. Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan, mendukung dan menarik hati dalam belajar untuk mempelajari sesuatu dengan baik. Hal tersebut dapat diatasi dengan menggunakan pembelajaran kooperatif.

  Model pembelajaran Numbered Head togather (NHT) merupakan salah satu tipe model dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif didefinisikan sebagai sekelompok kecil pembelajar yang bekerja sama menyelesaikan masalah, merampungkan tugas, atau menyelesaikan suatu tujuan bersama. Dengan demikian, model Numbered Heads Together (NHT) dapat dijadikan sebagai salah satu upaya meningkatkan tingkat ketuntasan belajar dan keaktifan siswa pada mata pelajaran matematika pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Getasan. Dari pernyataan- pernyataan di atas, maka peneliti memilih model pembelajaran kooperatif tipe

  

Numbered Heads Together (NHT) untuk diterapkan pada siswa kelas VIII dengan tujuan untuk meningkatkan tingkat ketuntasan belajar dan keaktifan siswa pada mata pelajaran matematika.

  Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang diatas dapat diambil suatu rumusan masalah seperti berikut:

  1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head ) dapat meningkatkan tingkat ketuntasan hasil belajar siswa kelas VIII B

  Together SMP Negeri 1 Getasan ?.

  2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head ) dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran padasiswa kelas

  Together VIII B SMP Negeri 1 Getasan ?.

  Tujuan Penelitian

  Penelitian ini mempunyai tujuan yaitu: 1.

  Untuk mengetahui apakah tingkat ketuntasan hasil belajar siswa akan meningkat dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head

  Together ) pada mata pelajaran matematika siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Getasan.

  2. Untuk mengetahui apakah keaktifan siswa saat belajar matematika akan meningkat dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) pada mata pelajaran matematika siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Getasan.

  KAJIAN PUSTAKA Pembelajaran

  Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran. Pembelajaran dimaksudkan sebagai suatu upaya untuk membangkitkan inisiatif siswa dan peran siswa dalam belajar. Pembelajaran lebih ditekankan pada upaya guru untuk mendorong dan memfasilitasi siswa belajar, bukan pada apa yang dipelajari siswa. Dengan demikian diharapkan siswa lebih banyak berperan dalam mengkonstruksi pengetahuan bagi dirinya, dan bukan hasil transformasi dari Guru (Arends 1998 : 226). Upaya guru dalam memfasilitasi siswa belajar terjadi dalam berbagai macam cara dan inovasi. Salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran yang Joice (1992) berpendapat, model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran serta untuk menentukan perangkat- perangkat pembelajaran. Dalam setiap proses pembelajaran pasti membuahan sebuah output yang biasa disebut dengan hasil belajar. Menurut Hamalik (2008), hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampila n. Hasil belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai peserta didik atau siswa dimana setiap kegiatan belajar dapat menimbulkan suatu perubahan yang khas (Winkel, 2006: 6). Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahu. Dimyati dan Mudjiono (2006), hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar pada setiap akhir pembelajaran.

  Model Pembelajaran Kooperatif

  Model pembelajaran kooperatif menurut Erman Suherman, dkk (2003 : 260) menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu kelompok siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. Siswa dalam kelompok tidak menyelesaikan masalah secara sendiri-sendiri dan tidak juga menyelesaikan hanya salah satu orang diantara mereka. Pembelajaran Kooperatif menciptakan interaksi yang saling asah, asih, asuh sehingga tercipta masyarakat. Belajar tidak hanya berasal dari guru, tetapi juga dengan sesama. Kita juga dapat menghindari masalah- masalah yang bercampur dengan kompetisi di kelas. Siswa dapat saling membantu dalam belajar dan saling mendorong satu sama lain untuk meraih sukses secara akademis dengan tetap memiliki sikap kerjasama namun kompetisi tetap ada.

  Keaktifan Sis wa

  Keaktifan berasal dari kata aktif yang artinya giat bekerja, giat berusaha, mampu bereaksi dan beraksi, sedangkan arti kata keaktifan adalah kesibukan atau kegiatan (Em Zul Fajri dan Ratu Aprilia Senja, 2004: 36). Dalam mengkategorikan keaktifan, dapat ditinjau dari dua hal yaitu keaktifan dapat digolongkan menjadi keaktifan jasmani dan keaktifan rohani. Keaktifan jasmani maupun rohani meliputi (1) keaktifan indera yaitu pendengaran, penglihatan, peraba dan lain- lain; (2) keaktifan akal; serta (3) keaktifan ingatan. Keaktifan juga termasuk dalam sumber pembelajaran yang merupakan kombinasi antara suatu teknik dengan sumber lain (Mulyasa, 2008: 158).

  Pembelajaran aktif bertitik tolak dari anggapan bahwa siswa memiliki potensi, dan dapat diwujudkan apabila diberi banyak kesempatan untuk berpikir sendiri. Oleh karena itu cara memandang dan menyikapi tugas guru juga berorientasi bukan lagi sebagai seseorang yang serba tahu yang siap untuk memberi kebijaksanaan, melainka n sebagai katalisator terjadinya proses belajar dan siswa secara terus menerus berusaha menyempurnakan diri sehingga mampu menjadi katalis yang semakin meningkat kemampuannya (Hasibuan dan Moedjiono, 2009: 12).

  Tingkat Ketuntasan Belajar

  Menurut Zulaiha (2006: 19), hasil belajar yang dinilai dalam mata pelajaran matematika ada tiga aspek. Ketiga aspek itu adalahnalaran dan komunikasi, serta pemecahan masalah. Ketiga aspek tersebut bisa dinilai dengan menggunakan penilaian tertulis, penilaian kinerja, penilaian produk, penilaian proyek, maupun penilaian portofolio agar ketuntasan belajar dapat tercapai.Ketuntasan belajar adalah pencapaian taraf penguasaan minimal per mata pelajaran yang ditetapkan oleh sekolah dengan mempertimbangkan hal- hal berikut: (1) Ketuntasan belajar ideal untuk setiap indikator adalah 0-100% dengan batas kriteria ideal minimum 70%. (2) Sekolah harus menetapkan KKM per mata pelajaran denganmempertimbangkan kemampuan rerata siswa, kompleksitas, dan sumber dayapendukung. (3) Sekolah dapat menetapkan KKM dibawah batas kriteria ideal tetapi secara bertahap harus dapat mencapai kriteria ketuntasan ideal.

  Numbered Head Together (NHT)

  Salah satu komponen dalam pembelajaran kooperatif yang dilakukan dalam penelitian ini adalalah tipe belajar Numbered Head Together (NHT).Tipe ini dikembangkan Spacer Kagen (1993) yang bertujuan untuk melibatkan banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Menurut Ibrahim (2000:28) Tipe

  (NHT) merupakan variasi dari salah satu metode diskusi

  Numbered Head Together

  kelompok yang lebih banyak meminta keaktifan siswa. Selanjutnya Ibrahim mengungkapkan bahwa pada tipe NHT ini guru menggunakan struktur 4 langkah yaitu:

  Langkah 1. Penomoran

  Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok yang beranggota 3 –5 orang dan kepada setiap anggota diberi nomor urut.

  Langkah 2. Mengajukan Pe rtanyaan

  Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa, pertanyaan dapat bervariasi, amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya.

  Langkah 3. Berpikir Bersama

  Siswa menyatukan pendapat terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan setiap anggota dalam kelompoknya mengetahui jawaban tersebut.

  Langkah 4. Menjawab

  Guru memanggil siswa dengan menyebut nomor, kemudian siswa yang nomornya sesuai, mengacungkan tangan dan mencoba menjawab pertanyaan itu untuk seluruh kelas.

  METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

  Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sarwiji S (2009 : 11) menyatakan penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang bersifat reflektif. Metode penelitian yang digunakan untuk melihat seberapa tingkat ketuntasan hasil belajar dan keaktifan siswa.Hal terpenting dalam PTK adalah tindakan nyata (action) yang dilakukan guru (dan bersama pihak lain) untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar. Tindakan itu harus direncanakan dengan baik dan dapat diukur tingkat keberhasilannya dalam pemecahan masalah tersebut. Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan model Numbered Head Together yang memiliki 4 langkah khas yang harus dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Langkah yang paling awal dalam model ini adalah penomoran, hal ini bias dilakukan dengan cara berhitung mengular sesuai dengan jumlah kelomok yang diinginkan. Hal ini dilakukan agar proses pengelompokan bersifat heterogen. Setiap siswa yang telah berhitung tadi itulah yang dinamakan dengan penomoran. Langkah kedua adalah mengajukan pertanyaan, disini siswa dituntut untuk dapat menemukan suatu permasalahan sendiri, seorang guru memberikan pertanyaan kepada siswa yang bervariasi. Langkah ketiga adalah berpikir bersama. Dalam setiap kelompok yang terdiri dari berbagai macam kemampuan berfikir dituntut agar dapat menyatukan pendapat dan memahami semua jawaban yang sudah disepakati bersama kelompok. Langkah yang terakhir adalah menjawab pertanyaan. Proses menjawab pertanyaan dalam model Numbered Head Together (NHT) ini bukan haya sekedar menjawab pertanyaan saja, tetapi seorang guru memegang undian nomor dan kelompok dimana undian tersebut akan diacak sehingga mendapatkan nomor urut siswa untuk menjawab pertanyaan di depan.

  Penelitian ini dapat dikatakan berhasil jika mencapai target yang telah ditentukan, untuk indikator tingkat ketuntasan mate matika adalah rata-rata persentase indikatornya mencapai kriteria tinggi dan 70 % dari total siswa dalam satu kelas telah mencapai ketuntasan belajar individu. (nilai

  KKM). Target untuk indikator keaktifan belajar siswa adalah 75 %.

  Waktu Penelitian

  Penelitian ini dilakukan dalam satu siklus dan diakhiri sampai indikator tingkat ketuntasan dan keaktifan mencapai target yang telah ditentukan. Penelitian dilakukan pada 28 Agustus – 4 September 2017.

  Subjek Penelitian

  Subjek dalam penelitian ini adalah siswa siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Getasan tahun pelajaran 2017/2018 yang terdiri dari 35 orang.

  Teknik Pengambilan Data

  Penelitian ini dilakukan dalam 1 siklus yang terdiri dari tahap perencaaan, observasi, tindakan dan refleksi. Dalam pengumpulan data, instrumen yang digunakan terlebih dahulu di validasi oleh validator ahli untuk menguji layak atau tidaknya instrumen tersebut untuk digunakan. Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi reduksi data, dalam proses reduksi data ini penulis menyelesksi data terutama data keaktifan siswa agar data yang didapat valid. Teknik analisis data yang lain melalui penyajian data dan menarik kesimpulan.

  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan tes yang sudah berlangsung.

  Peneliti dapat melihat sejauh mana hasil dalam satu siklus penelitian yang sudah melampaui target yang diinginkan. Dalam proses pengolahan data didapat hasil bahwa penerapan model Numbered Head Together (NHT) mampu meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa SMP Negeri 1 Getasan.

  Ketuntasan Belajar Matematika Sis wa

  Dalam mengukur ketuntasan siswa diukur menggunakan hasil tes yaitu melalui

  

Pretest dan Posttest. Hasil Pretest dan Posttest yang sudah diolah dibandingkan dan

disimpulkan apakah sudah memenuhi indikator keberhasilan.

  100

  80

  60

40 Pra Siklus

  20 Akhir Siklus 1 Persentase Persentase nilai diatas nilai KKM dibawah

  KKM

Gambar 1. Diagram Ketuntasan Belajar Sis wa dari Pra Siklus dan Siklus I

  Sumber : Hasil Penelitian Diolah (2017)

  

Tabel 1. Persentase Peningkatan Hasil Tes Pra Siklus dan Siklus I

  Pra Siklus Siklus I Indikator

  Peningkatan Jumlah Persentase Jumlah Persentase

  Nilai (%)

  Siswa (%) Siswa (%) 15 42,8% 27 77% 19%

  KKM < KKM 20 57,2% 8 23% -19%

  Jumlah 26 100% 26 100% Sumber : Hasil Penelitian Diolah (2017)

  Grafik dan tabel diatas menunjukkan nilai pretest siswa sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) dan nilai Posttest siswa sesdudah diterapkan model Numbered Head Together (NHT) pada materi relasi dan fungsi sub pokok bahasan memahami pengertian relasi dan menyatakan relasi dalam berbagai bentuk. Pada grafik tersebut nilai Pretest siswa berkisar antara 10-93 , dengan nilai rata-rata kelas 62. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa siswa yang memiliki nilai di atas KKM saat Pra Siklus hanya 42%. Dalam penelitian ini siswa dikatakan kompeten atau tuntas apabila perolehan hasil belajarnya KKM yang telah ditetapkan sekolah yaitu 75.

  Keaktifan Belajar Matematika Sis wa

  Keaktifan siswa di kelas tidak hanya dilakukan penelitian dalam satu kali pertemuan saja. Pengambilan data keaktifan menggunakan lembar observasi yang sudah disediakan oleh peneliti. Dalam mengukur keaktifan siswa dilakukan oleh 2 observer yang berada di dalam kelas. Pengukuran keaktifan siswa dilihat dari beberapa aspek diantaranya melalui aspek visual, aspek lisan dan aspek menulis. Hasil rangkuman keaktifan yang sudah diolah dari hasil Penelitian Pra Siklus dan Siklus I dapat dilihat dari tabel berikut.

  100

  80

60 Pra Siklus

  40

  20 Siklus 1 Persentase Persentase Persentase Kegiatan Visual Kegiatan Lisan Kegiatan Menulis

  

Gambar 2. Persentase Keaktifan Siswa Pra Siklus dan Siklus I

  Sumber : Hasil Penelitian Diolah (2017)

  

Tabel 2. Rata-Rata Persentase Keaktifan Sis wa Pra Siklus dan Siklus I

  PROSENTASE No KEGIATAN YANG DIAMATI

  Pra Siklus Akhir Siklus I

  1 KEGIATAN VISUAL a.

  57,1 % 100% Memperhatikan dengan seksama saat guru menjelaskan b.

  51,4 % 82,8 % Memperhatikan pendapat / jawaban temannya

  Rata-rata 54,25 % 91.4%

  2 KEGIATAN LISAN a.

  42,8 % 48,5% Memberikan tanggapan berupa pendapat atas jawaban dari temannya b.

  Bertanya tentang materi yang disampaikan oleh guru 28,5 % 42,8 % c.

  Berdiskusi dengan teman pasangannya dalam memecahkan suatu permasalahan 62,8 % 85, 7 % d.

  Menyampaikan jawaban atas pertanyaan yang disampaikan oleh guru 45,7 % 65,7 % Rata-rata 45,55 % 60,67 %

  3 KEGIATAN MENULIS a.

  68,5 % 82,8% Menulis penjelasan / jawaban dipapan tulis b.

  57,1 % 100% Mengerjakan lembar kerja siswa

  Rata-rata 62,8 % 91,4 % Rata-rata keaktifan siswa 54,2 % 81,7 %

  Sumber : Hasil Penelitian Diolah (2017)

  Pembahasan Kondisi awal kelas sebelum ada pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head

  

Together (NHT) diukur dengan menggunakan data tes siswa dan hasil wawancara

  dengan guru serta menggunakan data hasil observasi awal dengan aspek serta indikator konsentrasi belajar menurut Engkoswara dalam Tabrani (1998:10). Pada saat observasi pra siklus, guru menggunakan model pembelajaran konvensional, guru masih mendominasi dalam proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan aktifitas menjelaskan materi dan siswa mendengarkan. Kemudian guru memberi contoh soal serta penyelesaiannya, dan siswa mengerjakan soal-soal sesuai contoh yang diberikan oleh guru. Sehingga pada saat belum dilaksanakan model pembelajaran oleh peneliti didapat hasil tes Pra Siklus yang belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 70% dari siswa yang mengikuti tes. Hasil Pretest dalam Pra siklus menunjukan rata-rata hasil test yang masih rendah dengan rentang nilai 10-83 mendapatkan rata-rata kelas 62,2. Hasil dari Pretest ini masih rendah dikarenakan hanya 15 dari 35 siswa yang dapat melampaui atau sama dengan KKM yang sudah ditentukan. Penelitian ini juga memiliki tujuan untuk meningkatkan tingkat keaktifan siswa. Dari hasil observasi pra Siklus yang sudah dihitung, ternyata tingkat keaktifan siswa juga masi tergolong rendah. Hal tersebut ditunjukan dengan persentase keaktifan sebesar 54,2%. Dalam suasana Pra Siklus ditemukan banyaknya siswa yang lebih asyik dengan kesibukannya sendiri, selain itu pada saat alokasi waktu 3 x 40 menit untuk pembelajaran siswa merasa bosan untuk selalu memperhatikan guru saat penyampaian materi. Proses pelaksanan Pretest yang dilakukan pada tahap Pra Siklus berjalan dengan lancar. Saat pengambilan data peneliti selalu mengingatkan a gar siswa mengerjakan sosal Pretest yang sudah dibagi secara mandiri. Dalam pelaksanaan

  

Pretest peneliti juga menemukan siswa yang hanya tidur-tiduran saja dimeja sehingga

  enggan untuk mengerjakan soal yang sudah dibagikan. Dengan situasi tersebut peneliti bermaksut untuk memperbaiki situasi yang kurang dalam Pra Siklus dipelaksanaan Siklus I.

  Dalam pelaksanaan Siklus I Tahap perencanaan diawali dengan konsultasi dan diskusi dengan guru mata pelajaran matematika kelas VIII B Ibu Elyta ,S.Pd mengenai persiapan untuk mengadakan kegiatan siklus I.Siklus I akan dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan, pertemuan pertama 3 x 40 menit, pertemuan kedua dengan alokasi waktu masing- masing 2 x 40 menit danpertemuan ketiga dengan alokasi waktu 2 x 40 menit untuk tes. Disediakan 1 buah LKS untuk pertemuan pertama dan kedua sesuai dengan materi yang akan diajarkan dan 1 soal tes akhir siklus pada pertemuan ketiga. Pada pelaksanaan Siklus I ini terlihat sangat jelas siswa siswa VIII B SMP Negeri 1 Getasan sangat memeperhatikan arahan yang diberikan oleh peneliti. Proses belajar mengajar yang beda dirasakan pula oleh peneliti saat keadaan Pra Siklus dengan Siklus

  I. Pada saat pelaksanaan model pembelajaran di Siklus I Nampak siswa siswa sangat antusias dan aktif dalam pembelajaran yang berlangsung. Pada proses pembelajaran yang berlangsung dilakukan juga penilaian dan observasi terhadap tingkat ketuntasan belajar dan keaktifan belajar siswa. Observasi dilakukan dengan cara pengamatan langsung menggunakan lembar observasi yang diisi oleh observer untuk mengetahui keaktifan siswa dan tes akhir siklus untuk mengetahui tingkat ketuntasan belajar siswa Diluar dugaan dari peniliti ternyata hasil Postest yang sudah dihitung menunjukkan ketuntasan yang langsung dapat melaumpaui indikator keberhasilan penulis yang sudah ditentukan sebelumnya yaitu 70% dari seluruh siswa yang mengikuti Postest pada pertemuan sekanjutnya. Hasil Postest yang sudah dihitung tercatat 27 siswa dari 35 siswa dapat melampaui KKM yang sudah ditentukan dan 8 lainnya belum mencapai KKM. Hal ini menunjukkan adanya penigktan yang cukup memuaskan bagi penulis, dimana pada Pra Siklus persentase ketuntasan siswa hanya mencapai angka 42,8% sedangkan saat Siklus I selesai tercapai persentase ketuntasan 77,1%. Persentase yang didapat pada Siklus I menunjukkan bahwa proses peningkatan hasil belajar siswa dapat mencapai indikator ketuntasan yang suda h di tentukan sebelumnya. Sedangkan untuk keaktifan siswa juga menunjukan keberhasilan mencapai rata-rata 75%. Pada Pra Siklus terlihat rata-rata keaktifan siswa hanya menunjukkan persentase 54,7% dan pada Siklus I terhitung 81,7%. Terlihat bahwa terjadi peningkatan. Dalam keaktifan ini terdiri dari beberapa aspek yang dinilai, diantara dalam aspek visual, lisan dan menulis. Walaupun dalam rata-rata akhir tercapai persentase keberhasilannya tetapi jika dilihat dalam setiap aspeknya khususnya untuk aspek lisan, tergolong paling rendah karena dalam hal ini masih banyak diantara siswa siswi yang masih malu- malu untuk mengemukakan pendapat, adapula yang tidak percaya diri dengan apa yang sudah ditulis dipapan tulis. Adanya kekurngan yang terjadi pada Pra Siklus dapat diperbaiki dalam kegiatan Siklus I.

  Dengan hasil perbandingan hasil Pra Siklus dengan Siklus I yang sudah berlangsung maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) mampu meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Getasan tahun ajaran 2017/2018.

  KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

  Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pelaksanaan Siklus I dapat ditarik kesimpulan yaitu terdapat peningkatan hasil belajar dan keaktifan siswa di kelas dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT). Terdapat peningkatan persentase hasil belajar dari Pra Siklus dan Siklus I persentase ketuntasan pada Pra Siklus hanya 28,5% dan persentase ketuntasan pada siklus I yaitu 77,1%. Dalam keaktifan siswa juga menunjukan peningkatan persentase dari Pra Siklus dan Siklus I. Persentase Pra Siklus untuk keaktifan sebesar 58,6% dan Siklus I menjadi 78,2%.

  Terdapat peningkatan hasil beajar dan keaktifan siswa dalam penerapan model (NHT). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

  Numbered Head Together

  penerapan model belajar Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Getasan Tahun Ajaran 2017/2018.

  Saran

  Diharapkan model pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together dapat dijadikan salah satu alternatif dalam proses pembelajaran bagi tenaga pendidik di SMP Negeri 1 Getasan dan sekolah lainnya dengan menggunakan bergantian dengan model pembelajaran kooperatif lainnya, karena penggunaan model pembelajaran

  

Numbered Heads Together (NHT) mampu meningkatkan ahsil belajar dan keaktifan

siswa.

  DAFTAR PUSTAKA Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

  Hasibuan dan Modjiono. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya. Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif.Surabaya : Universitas Negeri Surabaya K.S. Retno Broto. 2009. Peningkatan Keaktifan Belajar Matematika Kompetensi

  Dimensi Dua dengan Model (Numbered Head Together) SMK N 1

  Purwokerto : Jurnal DIKDATIKTA PURWOKERTO. . Ditulis oleh Uswatun (2011).

  . Ditulis oleh Hermawan (2007).