Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Sapi terhad

Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

PENGARUH DOSIS KOMPOS PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BUAH TOMAT
Hidayat Pujisiswanto dan Darwin Pangaribuan
Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Jl Sumantri Brojonegoro No 1 Bandar Lampung 35145

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektivitas limbah ternak yaitu pupuk kandang sapi yang
telah dikomposkan dengan bioaktivator Effective Microorganism (EM4) terhadap produksi dan
kualitas pascapanen buah tomat. Menentukan dosis kompos bokashi pupuk kandang sapi yang
optimal memberikan produksi buah tomat yang berkualitas. Percobaan dilaksanakan dengan
rancangan acak kelompok dengan perlakuan yang disusun secara rancangan acak kelompok.
Perlakuan dosis aplikasi yaitu: 0; 7.5; 15; 22,5 dan 30 ton/ha. Jumlah ulangan 3 kali untuk setiap
kombinasi perlakuan. Sedangkan jumlah ulangan 3 kali untuk setiap kombinasi perlakuan. Dari
hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa bahan organik berupa pupuk kandang sapi matang nyata
meningkatkan produksi buah tomat. Belum diperoleh dosis optimum aplikasi karena produksi
masih menunjukkan respon linier.

Kata kunci: kompos sapi, tomat, produksi.

1. PENDAHULUAN
Pemanfaatan bahan organik adalah salah satu teknik penerapan pertanian organik. Dalam
penelitian ini bahan organik yang akan digunakan adalah limbah ternak berupa pupuk kandang
(pukan).. Menurut Novizan (2004), pukan adalah pupuk yang berasal dari kotoran-kotoran hewan
yang tercampur dengan sisa makanan dan urine yang didalamnya mengandung unsur hara N, P, dan
K yang dapat digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah.

Lebih jauh Winarso (2005)

menjelaskan pemberian pukan akan memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kapasitas menahan
air, dan meningkatkan kehidupan biologi tanah.
Pemilihan jenis pukan yang akan dijadikan bahan organik dapat ditentukan oleh kandungan
unsur haranya. Nilai kandungan unsur hara pukan sapi relatif lebih baik dibandingkan dengan
pukan ayam. Disamping itu, limbah kotoran ternak sapi sangat melimpah tersedia, sehingga dalam
penelitian ini akan digunakan bahan organik yang berasal dari lokasi setempat yaitu pukan sapi.
Sutanto (2002) menyatakan pertanian organik selalu memanfaatkan bahan lokal setempat (azas
lokalita).


ISBN : 978-979-1165-74-7

VII-11

Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

Proses pengomposan limbah organik dari sisa-sisa tanaman dapat dipacu dengan
menggunakan bioaktivator. Bioaktivator yaitu suatu mikroorganisme yang mampu meningkatkan
suatu laju reaksi. Jenis bioaktivator yang digunakan dalam penelitian ini yaitu EM-4. Bioaktivator
ini merupakan suatu bahan yang mengandung beberapa jenis mikroorganisme yang bermanfaat
dalam proses pengomposan (Djuarnani, Kristian, dan Setiawan, 2006).
Beberapa penelitian penerapan pupuk kandang pada sayuran menunjukkan hasil positif.
Penelitian tomat oleh Hilman dan Nurtika (1992) menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang
20 t/ha dapat meningkatkan bobot buah dan jumlah buah tomat. Hasil penelitian Iskandar (2003),
tanaman sayuran (pakchoy dan selada hijau) memberikan respon yang positif terhadap aplikasi
bokashi.. Pupuk kandang dalam penelitian diatas tidak dijadikan kompos terlebih dahulu yang
berarti pukan belum ditingkatkan kualitasnya menjadi kompos dengan bantuan suatu
mikroorganisma.

Tujuan penelitian ini adalah menentukan dosis kompos bokashi pupuk kandang sapi yang
optimal memberikan pertumbuhan vegetatif dan produksi buah tomat.

2. METODE PENELITIAN
Penelitian telah dilaksanakan di lahan petani di Metro dari bulan April sampai November
2007. Bahan-bahan yang digunakan adalah benih tomat varietas Victory, pupuk kandang sapi,
jerami, EM4, insektisida dan fungisida botani.
Percobaan

dilaksanakan dengan rancangan acak kelompok.

Perlakuan adalah dosis

aplikasi pukan sapi yang telah dikomposkan dengan EM4 yaitu: 0; 7.5; 15; 22,5 dan 30 ton/ha.
Jumlah ulangan 3 kali untuk setiap perlakuan. Analisis data dengan Analisis Ragam (Anova)
kemudian dilanjutkan dengan uji regresi.
Benih tomat disemai dalam daun pisang sebelum ditanam (transplanting) ke lahan. Media
pesemaian adalah campuran tanah : pupuk kandang (2 : 1). Bibit dipindahkan ke bedengan pada
saat benih berumur 3—4 minggu setelah tanam. Setelah bibit tomat ditanam pupuk kandang
diberikan diantara tanaman dengan dosis yang telah ditentukan. Penyiraman dilakukan secara rutin

setiap 2 hari (pagi atau sore hari). Pemasangan ajir bambu dilakukan saat tanaman tomat mencapai
ketinggian 20—25 cm. Ajir setinggi 1,5 m yang dibuat dari bambu berfungsi untuk menopang
tanaman agar tetap tegak dan tidak mudah rebah. Ajir dipasang dengan jarak 10—20 cm dari
tanaman tomat. Pemangkasan tanaman tomat dilakukan terhadap tunas air. Pengendalian gulma
dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang tumbuh menggunakan cangkul atau koret.
ISBN : 978-979-1165-74-7

VII-12

Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

Sebelum penelitian, kompos bokashi dibuat terlebih dahulu sesuai petunjuk pembuatan
kompos bokashi oleh Simamora dan Salundik (2006).

Kompos bokashi diberikan ke petak

percobaan secara sebar dan dicampur merata dengan tanah sedalam 15 - 20 cm.


Sedangkan

pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan memberikan biopestisida yang telah
dipersiapkan sebelumnya (Kardinan, 2005). Untuk mengendalikan hama lalat buah penyebab busuk
buah, dipasang jebakan yang diberi Antraxtan, sedangkan untuk mengendalikan serangga pengisap
daun seperti Thrips dan Aphid dengan pestisida nabati. Panen dilakukan jika buah sudah sampai
pada fase semburat (breaker stage).
Pengamatan
(1) Pengamatan analisis pertumbuhan tanaman dilakukan terhadap 5 tanaman contoh, terdiri dari
indeks luas daun (ILD), laju asimilasi bersih (LAB), dan laju tumbuh tanaman (LTT) pada 21, 28,
35, 42, 49 HST. (2) Bobot buah per petak panen (kg/m2). Bobot buah diukur dengan menimbang
bobot buah segar pada saat panen. (3) Jumlah buah per tanaman (4) Persentase buah layak jual.

3. HASIL PENELITIAN
Analisis Pertumbuhan
Perkembangan indeks luas daun tanaman tomat pada berbagai dosis bokashi sapi pada
pengamatan umur 21—49 HST disajikan pada Gambar 1. Perkembangan laju asimilasi bersih
tanaman tomat pada berbagai dosis bokashi sapi pada pengamatan umur 21—49 HST disajikan
pada Gambar 2.


Pemberian bokashi pupuk kandang sapi yang semakin meningkat yaitu sampai

dosis 22,5 – 30.0 ton/ha meningkatkan nilai LAB. Nilai LAB tertinggi dicapai pada umur sekitar
35 hari sesudah pindah tanam. Perkembangan laju tumbuh tanaman tomat pada berbagai dosis
bokashi sapi pada pengamatan umur 21—49 HST disajikan pada Gambar 3.

Pemberian bokashi

pupuk kandang sapi yang semakin meningkat yaitu sampai dosis 22,5 – 30.0 ton/ha meningkatkan
nilai LTT. Nilai LTT terus meningkat sesuai dengan kurva pertumbuhan sigmoid (Gambar 3).

ISBN : 978-979-1165-74-7

VII-13

Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

Indeks Luas Daun


2,5
2

y = -0,1136x 2 + 0,8224x + 0,336
R2 = 0,4464

0
t/ha

1,5

y = -0,1486x 2 + 0,9874x + 0,146
R2 = 0,837

7,5
t/ha

1


y = -0,0786x 2 + 0,5794x + 0,588
R2 = 0,6049

15
t/ha

0,5

y = -0,0021x 2 + 0,1559x + 1,026
R2 = 0,7395

22,5
t/ha

0
21

28

35


42

49

y = -0,0929x 2 + 0,7311x + 0,426
R2 = 0,7255

30
t/ha

Pengamatan (Hari Sesudah Tanam)

Laju Asmilasi Bersih (g/m2/hari)

Gambar 1. Perubahan indeks luas daun pada berbagai dosis bokashi sapi .
4,5
2

y = -1,2025x + 5,6815x - 2,9025

2
R = 0,9444

4
3,5

0 t/ha

2

3

y = -0,52x + 2,26x + 0,16
2
R = 0,6968

2,5
2

2


y = -0,81x + 3,784x - 1,39
2
R = 0,6812

1,5
1

2

y = -0,955x + 4,515x - 2,145
2
R = 0,8924

0,5
0
21-28

7,5
t/ha
15 t/ha
22,5
t/ha
30 t/ha

2

28-35

35-42

y = -0,9575x + 4,5105x - 1,6925
42-49
2
R = 0,9112

Pengamatan (hari sesudah tanam)

Gambar 2. Perubahan laju asimilasi bersih (LAB) pada berbagai dosis bokashi sapi .

ISBN : 978-979-1165-74-7

VII-14

Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

Laju tumbuh tanaman (g/ m2/ hari)

2,5

2

y = 0,0875x2 + 0,0895x - 0,0975
R2 = 0,9879

1,5

0 t/ha

y = 0,2425x2 - 0,5535x + 0,4175
R2 = 0,9742

7,5 t/ha

y = 0,15x2 - 0,156x + 0,09

1

R2 = 0,9877
y = 0,105x2 + 0,059x - 0,125
R2 = 0,9991

0,5

15 t/ha

22,5 t/ha

y = 0,24x2 - 0,462x + 0,305
R2 = 0,9927

0
21-28

28-35

35-42

30 t/ha

42-49

Pengamatan (hari sesudah tanam)

Gambar 3. Perubahan laju tumbuh tanaman (LTT) pada berbagai dosis bokashi

Produksi
Pupuk kandang sapi berpengaruh nyata terhadap produksi buah (Gambar 4) dan jumlah
buah (Gambar 5) dengan kecenderungan masih linier.

Pupuk kandang sapi berpengaruh nyata

terhadap buah layak jual dan menunjukkan pola kuadratik. (Gambar 6).
14

Produksi (t/ha)

12
10
8

y = 1,746x + 4,328
R2 = 0,9867

6
4
2
0
0

7,5

15

22,5

30

Dosis bokashi sapi (t/ha)

Gambar 4. Pengaruh dosis bokashi sapi terhadap produksi buah

ISBN : 978-979-1165-74-7

VII-15

Jumlah buah/tan

Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0

y = -0,202x + 16,894
R2 = 0,0574

0

7,5

15

22,5

30

Dosis Bokashi Sapi (t/ha)

Gambar 5. Pengaruh dosis bokashi sapi terhadap jumlah buah

Buah layak jual (%)

94
92
90
88
y = -0,2607x2 + 2,3853x + 84,852

86

R 2 = 0,3328

84
82
0

7,5

15

22,5

30

Dosis Bokashi Sapi (t/ha)

Gambar 6. Pengaruh dosis bokashi sapi terhadap jumlah buah layak jual

Pembahasan
Indeks luas daun rata-rata (ILD) tujuh harian adalah nisbah antara luas daun hijau yang
aktif berfotosintesis dengan luas lahan yang ditumbuhi oleh tanaman tersebut rata-rata dalam
periode tujuh harian. ILD juga merupakan ciri pertumbuhan yang dapat menunjukkan ukuran
relatif aparat fotosintesis dan merupakan ratio antara luas daun hijau yang aktif berfotosintesis
dengan luas area tanah yang ditumbuhi tanaman tersebut setiap saat. Menurut Gardner dkk. (1991)
ISBN : 978-979-1165-74-7

VII-16

Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

ILD merupakan parameter yang menunjukkan potensi tanaman melakukan fotosintesis dan juga
merupakan potensi produktif tanaman di lapangan.
Pola ILD pada berbagai dosis menunjukkan perkembangan ILD dengan respon yang
berbeda antarperlakuan dan berpola kuadratik.

Perkembangan ILD yang diaplikasikan bahan

organik pupuk kandang sapi dosis 30 ton/ha meningkat lebih cepat dibandingkan dengan tanpa
bahan organik (kontrol) (Gambar 1). Meningkatnya dosis bokashi dapat meningkatkan konsentrasi
hara dalam tanah, terutama N, P dan K serta unsur lainnya.

Selain itu, bokashi juga dapat

memperbaiki tata udara dan air tanah. Dengan demikian, perakaran tanaman akan berkembang
dengan baik dan akar dapat menyerap unsur hara yang lebih banyak, terutama unsur hara N yang
akan meningkatkan pembentukan klorofil, sehingga aktivitas fotosintesis lebih meningkat dan dapat
meningkatkan ekspansi luas daun.
Pertumbuhan tanaman seringkali dinyatakan berdasarkan luas daun karena permukaan daun
merupakan organ utama tumbuhan untuk melakukan fotosintesis. Laju penimbunan bahan kering
tanaman per satuan luas daun per satuan waktu disebut laju asimilasi bersih (LAB). Laju asimilasi
bersih merupakan ukuran efisiensi fotosintesis dalam suatu komunitas tanaman yang nilainya paling
tinggi pada saat tumbuhan masih kecil (muda) dan sebagian besar daunnya terkena sinar matahari
langsung. LAB merupakan ukuran efisiensi fotosintesis daun dalam suatu komunitas tanaman
untuk menghasilkan bahan kering.
Pada awal pertumbuhan nilai LAB tinggi. Hal ini terjadi karena pada awal pertumbuhan
tanaman masih kecil, daun-daun yang terdapat pada tanaman tersebut semua terekspos pada radiasi
matahari langsung sehingga kecepatan asimilasi CO2 meningkat yang mengakibatkan nilai LAB
tinggi.

Semakin tanaman berumur lanjut daun-daun tersebut menjadi banyak yang ternaungi

sehingga nilai LAB menjadi turun walaupun ILD semakin tinggi. Dengan meningkatnya ILD
semakin banyak daun-daun yang terlindungi yang menyebabkan penurunan LAB. Penuaan daun
menyebbakan rendahnya LAB karena berkurangnya laju fotosintesis, sedangkan respirasi tetap
berlangsung. Hal ini berkaitan dengan kemampuan bahan organik pupuk kandang sapi dan jerami
padi dalam memperbaiki sifat biologi tanah sehingga tercipta lingkungan yang lebih baik bagi
perakaran tanaman. Selain itu bahan organik pupuk kandang sapi dapat mensuplai unsur hara
terutama N, P dan K. Semakin tinggi dosis bahan organik maka semakin tinggi konsentrasi N, P
dan K di dalam tanaman. Semua unsur-unsur tersebut memegang peran yang sangat penting dalam
metabolisme tanaman.
Pertumbuhan tanaman adalah penimbunan bahan kering tanaman per satuan luas per satuan
waktu. Bahan kering tanaman merupakan gambaran dari tranlokasi hasil fotosintesis (fotosintat) ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat dikatakan laju tumbuh tanaman sangat ditentukan oleh luas
ISBN : 978-979-1165-74-7

VII-17

Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

daun tanaman yang mampu mengintersepsi sinar matahari langsung secara maksimum dan laju
fotosintesis tanaman selanjutnya.

Laju tumbuh tanaman adalah bertambahnya berat dalam

komunitas tanaman per satuan luas lahan dalam satu satuan waktu. Laju asimilasi bersih juga akan
semakin tinggi sehingga laju tumbuh tanaman akan semakin meningkat.
Dengan semakin tinggi dosis bahan organik maka nilai LTT juga nampak semakin tinggi.
Hal itu disebabkan bahan organik selain dapat memperbaiki sifat fisika tanah melalui peningkatan
daya sangga air, kandungan air, agregrasi, dan aerasi serta mengurangi alira permukaan, bahan
organik juga dapat memperbaiki sifat kimia tanah, diantaranya memperbesar kapasitas tukar kation
dan meningkatkan kelarutan unsur hara dalam tanah seperti unsur-unsur hara N, P, dan K, sehingga
unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman lebih tersedia dan fotosintesis akan meningkat.
Oleh karena itu terjadi peningkatan bahan kering tanaman yang ditunjukkan dengan meningkatnya
nilai LTT.
Dosis berpengaruh nyata terhadap produksi secara linier yang berarti bahwa belum
diperoleh dosis optimum bahan organik yang memberikan produksi optimum pada musim tanam
pertama ini. Hal ini diduga karena unsur-unsur hara ini tidak digunakan hanya dalam satu periode
musim tanam karena terurainya masing-masing unsur tidak sama. Kelebihan unsur yang dapat
disumbangkan oleh kompos kepada tanaman merupakan residu di dalam tanah. Menurut Gaur
(1982), kompos bermanfaat untuk jangka panjang.
Jumlah buah dipengaruhi oleh pemberian pupuk kandang sapi. Fotosintat yang dihasilkan
melalui proses fotosintesis ditranslokasikan pada buah. Penelitian menunjukkan bahwa persentase
buah tomat layak jual cukup tinggi yaitu lebih dari 90%. Sekitar 10 % buah tomat yang tidak layak
jual mengalami retak buah (cracking) dan busuk ujung buah (blossom end root), diduga hal ini
dikarenakan oleh fluktuasi suhu dan kelembaban akibat cuaca panas yang diikuti oleh hujan.

4. KESIMPULAN
Bahan organik berupa pupuk kandang sapi matang dapat memperbaiki pertumbuhan dan
produksi buah tomat.

Belum diperoleh dosis optimum aplikasi karena produksi masih

menunjukkan respon linier. Disarankan untuk melihat pengaruh residu bahan organik.

UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada panitia Program Hibah Kompetisi (A2) Jurusan
Budidaya Pertanian Unila yang telah mendukung pendanaan penelitian ini.
ISBN : 978-979-1165-74-7

VII-18

Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

DAFTAR PUSTAKA
Djuarnani, N., Kristian, B. S. Setiawan.
Pustaka. 74 hal.

2005.

Cara Cepat Membuat Kompos.

Agromedia

Gardner, F. P., Pearce, R. B. dan Mitchell R .E. 1991. Fisiologi Tanaman Budiodaya. Jakarta: UI
Press. 428 hal.
Gaur, A. C. 1982. A Manual of Rural Composting. Project Field Document No. 15. FAO/UNDp
Regional
Project.
Hilman, Y dan N. Nurtika. 1992. Pengaruh Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tomat. Bulletin Penelitian Hortikultura Vol XXII(1); 96-101.
Iskandar, S. 2003. Pengaruh Bokashi Produktivitas Tanaman Sayuran dalam Kegiatan Pertanian
Organik. Jurnal Agrotropika Vol VIII(2): 6 - 10.
Kardinan, A. 2005. Pestisida Nabati. Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya. 88 hal.
Novizan. 2004. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta. 114 hlm.
Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 218 hal.
Simamora, S dan Salundik. 2006. Meningkatkan Kualitas Kompos. Agromedia Pustaka. 64 hal
Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah. Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Penerbit Gava
Media. Yogyakarta. 269 hal.

ISBN : 978-979-1165-74-7

VII-19