Bahasa Sebagai Sarana Komunikasi Ilmiah (2)

UJIAN TENGAH SEMESTER
Ketertarikan Terhadap Rancangan Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research) dengan Menggunakan
Pendekatan Saintifik dalam Meningkatkan Keterampilan
Berpikir Kritis pada Pembelajaran IPA SD
Mata Kuliah Bahasa Sebagai Sarana Komunikasi Ilmiah
Dosen Pengampu: Dr. Fahrurrozi, M.Pd

Disusun Oleh:
NURUL CHOTIMAH 1815152026
KELAS G 2015

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2018

Penelitian dapat diartikan sebagai cara pengamatan yang mempunyai
tujuan untuk mencari jawaban permasalahan atau proses penemuan dengan
melalui proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara
sistematis dan logis. Pada hakikatnya, penelitian merupakan suatu usaha untuk

menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan
dengan menggunakan metode-metode ilmiah. Menurut Darmono dan Hasan,
skripsi merupakan karya ilmiah yang ditulis oleh mahasiswa program sarjana
pada

akhir

masa

studinya

berdasarkan

hasil

penelitian,

atau

kajian


kepustakaan, atau pengembangan terhadap suatu masalah yang dilakukan
secara seksama.1 Berdasarkan pendapat tersebut, dimaksudkan bahwa dalam
jenjang pendidikan perguruan tinggi khususnya strata satu, setiap mahasiswa
diharuskan membuat penelitian ilmiah sebagai salah satu syarat kelulusan.
Oleh karena itu, penulis yang saat ini memasuki semester akhir harus
melakukan penelitian guna menjalankan syarat kelulusan.
Penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas (classroom
action

research)

dengan

menggunakan

pendekatan

saintifik


dalam

meningkatkan keterampilan berpikir kritis pada pembelajaran IPA SD. Penulis
tertarik melakukan penelitian tindakan kelas karena dengan penelitian ini
penulis sebagai calon pendidik dapat mengembangkan inovasinya dalam
pembelajaran
pemebelajaran,

seperti

menggunakan

metode,

dan

strategi

pendekatan
yang


tepat

pembelajaran,
guna

model

meningkatkan

kompetensi profesional penulis.

1 Darmono dan Hasan, Menyelesaikan Skripsi dalam Satu Semester (Jakarta: PT. Grasindo,
2005), h. 2.

Menurut Tinerja, Pujiati, dan Nyata, Penelitian Tindakan Kelas atau
disebut PTK adalah penelitian yang mengangkat masalah-masalah yang aktual
yang dilakukan oleh para guru yang merupakan pencermatan kegiatan belajar
yang


berupa

tindakan

untuk

memperbaiki

dan

meningkatkan

praktik

pembelajaran di kelas secara lebih profesional. 2 Maksudnya adalah PTK dapat
didefinisikan sebagai suatu bentuk kajian atau kegiatan ilmiah, seperti cara
berpikir, bersifat rasional dan sistematis dan bermetode yang dilakukan oleh
pendidik/peneliti di dalam kelas dengan menggunakan tindakan-tindakan untuk
meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang maksimal. Dengan
penelitian tindakan kelas inilah penulis dapat terjun langsung ke lapangan dan

menemukan masalah-masalah yang ada di dalam kelas hingga penulis merasa
tertantang

untuk

menjawab

atau

mencari

solusi

dalam

memecahkan

permasalahan yang peneliti hadapi sebelum penulis benar-benar menjadi guru
yang sesungguhnya. Selain itu, melalui PTK dapat menemukan, membuktikan,
mengembangkan, mengevaluasi dan memperbaiki suatu pengetahuan, serta

dapat meningkatkan mutu pendidikan. Melalui penelitian tindakan kelas
kegiatan penelitian dirancang secara sistematis dan terstruktur yang dimulai
dari perencanaan, tindakan, observasi, refleksi yang terus berjalan hingga
mencapai hasil yang telah ditentukan.
Penelitian tindakan kelas yang ingin penulis lakukan yaitu tentang
meningkatkan keterampilan berpikir kritis melalui pendekatan saintifik pada
mata pelajaran IPA SD di kelas IV. Pertama, Penulis tertarik untuk melakukan
penelitian terhadap mata pelajaran IPA karena penulis merasa passion Penulis
2 Taniredja, Pujiati, dan Nyata, Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi
Muhammadiyah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 16-17.

ada di mata pelajaran IPA. Penulis juga tertantang mengubah cara
pembelajaran IPA yang Penulis temui selama ini, bahwa guru atau pendidik
mengajarkannya masih menggunakan pembelajaran yang tidak berpusat pada
siswa dan hanya menjejalkan siswa pada pemahaman konsep daripada
menerapkan konsep di dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, model
pembelajaran yang dapat diterapkan pada pembelajaran IPA sangat beragam
diantaranya adalah model pembelajaran konstruktivistik, inquiri, keterampilan
proses, STM (Sains Teknologi Masyarakat), IPA terpadu, interaktif, siklus belajar
(learning cycle), dan CLIS (Children Learning in Science). Pendidikan IPA di

Sekolah Dasar perlu diajarkan untuk menghadapi era teknologi di masa depan
dengan memperhatikan aspek-aspek, antara lain: memahami hakikat IPA,
tingkat perkembangan anak dengan mengacu pada teori konstruktivisme dan
teori perkembangan Jean Piaget, dan menerapkan pembelajaran yang
dipadukan dengan berbagai variasi model pembelajaran. Selain itu, melihat
karakteristik perkembangan anak SD yang dikemukakan oleh Piaget, bahwa
anak usia SD pada umumnya berada pada tahap operasional konkret untuk
anak dengan rentang usia 7-11 tahun, siswa sudah dapat melakukan penalaran
secara logis untuk hal-hal yang bersifat konkret. Pada Pembalajaran IPA
sifatnya abstrak ini pulalah yang menjadi ketertarikan penulis untuk melakukan
penelitian pada pemebelajaran IPA yang menjadi tantangan bagi penulis untuk
memberikan pembelajaran yang konkret dan bermakna bagi siswa.
Kedua, Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam meningkatkan
keterampilan berpikir kritis karena pada kenyataannya manusia tidak dapat
terlepas dari kegiatan berpikir, ditambah lagi saat ini era globalisasi telah

mewarnai abad 21, dimana kehidupan di masa depan akan berubah-ubah dan
akan dihadapkan pada persoalan hidup yang memerlukan kemampuan berpikir
untuk menyelesaikannya. Seperti yang telah dijelaskan tadi, bahwa anak usia
SD sudah dapat melakukan penalaran secara logis, untuk itulah pendidik

berperan penting dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswanya.
Keterampilan berpikir kritis dapat dilatih dan dikembangkan. Apabila siswa
memiliki keterampilan berpikir kritis, maka siswa akan memiliki beberapa
kemampuan lainnya, antara lain: mengenal masalah, menemukan cara-cara
yang dapat dipakai untuk menangani masalah-masalah, mengumpulkan dan
menyusun informasi yang diperlukan, mengenal asumsi-asumsi dan nilai-nilai
yang tidak dinyatakan, dan masih banyak lagi.
Menurut H.A.R Tilaar, ada 4 pertimbangan mengapa berpikir kritis perlu
dikembangakan

di

dalam

pendidikan

modern,

diantaranya;


(1)

mengembangkan berpikir kritis di dalam pendidikan berarti kita memberikan
penghargaan kepada peserta didik sebagai pribadi (respect as person); (2)
berpikir kritis merupakan tujuan yang ideal di dalam pendidikan karena
mempersiapkan

peserta

didik

untuk

kehidupan

kedewasaannya;

(3)

pengembangan berpikir kritis dalam proses pendidikan merupakan suatu citacita tradisional seperti apa yang ingin dicapai melalui pelajaran ilmu-ilmu

eksakta; (4) Berpikir krtitis merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam
kehidupan demokratis, sehingga berpikir kritis haruslah dikembangkan.
Pengembangan berpikir kritis dapat diberikan dengan menggunakan
pendekatan pembelajaran yang tepat, salah satunya adalah pendekatan
saintifik. Upaya pendekatan saintifik atau ilmiah dalam proses pembelajaran

kurikulum 2013 disebut-sebut sebagai ciri khas dan menjadi kekuatan tersendiri
dari

keberadaan

kurikulum

2013.

Melalui

pendekatan

saintifik

dapat

merangkum banyak metode pembelajaran di dalam langkah-langkah kegiatan
saintifik.

Dengan

pendekatan

saintifik

juga

dapat

digunakan

sebagai

pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa.
Menurut Nana Sudjana, Proses pembelajaran mempunyai pengertian
kegiatan yang nyata yang mempengaruhi anak didik dalam situasi yang
memungkinkan terjadinya interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan
siswa, siswa dengan lingkungan belajarnya. 3 Artinya bahwa pembelajaran
harus memberikan kebermaknaan pembelajaran dan berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari siswa. Dimana pembelajaran berpusat pada siswa serta
mengarahkan siswa untuk bersosialisasi dan memanfaatkan lingkungan sekitar
sebagai sumber pembelajaran.

3 Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah (Bandung: Bina Sari,
1991), h. 41.

DAFTAR PUSTAKA
Anatri Desstya; “Kedudukan dan Aplikasi Pendidikan Sains di Sekolah Dasar”;
Jurnal Profesi Pendidikan Dasar”; Vol. 1, No. 2 Desember 2014.
Darmono dan Hasan, Menyelesaikan Skripsi dalam Satu Semester, Jakarta:
PT. Grasindo, 2005.
Kowiyah; “Kemampuan Berpikir Kritis”; Jurnal Pendidikan Dasar”; Vol. 3, No. 5
Desember 2012.
Leyla Hilda; “Pendekatan Saintifik pada Proses Pembelajaran (Telaah
Kurikulum 2013)”; Jurnal Darul Ilmi; Vol. 03, No. 1 Januari 2015.
Muhamad Afandi; “Pentingnya Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru dalam
Pembelajaran di Sekolah Dasar”; Jurnal Ilmiah “Pendidikan Dasar”; Vol. 1, No.
1 Januari 2014.
Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah
(Bandung: Bina Sari, 1991)
Rima Trianingsih; ”Pengantar Praktik Mendidik Anak Usia Sekolah Dasar”;
Jurnal Pendidikan Guru MI” Vol.3, No. 2 29 Oktober 2016.
Taniredja, Pujiati, dan Nyata, Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi
Muhammadiyah, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010.