Fenomena Fangirl K Pop di Indonesia.docx

Pendahuluan
Hallyu wave nampaknya masih menggema di Indonesia. Walaupun tidak seheboh ketika awal
booming di Indonesia, tapi tetap saja antusiasme para penikmatnya di tanah air tidak juga meredup.
Hal ini tentu tidak mengherankan karena K-Pop sendiri masih dianggap sebagai salah satu trend di
kalangan remaja.
Fenomena fangirl K-Pop di Indonesia merupakan kajian yang menarik untuk dibahas karena
kesimpangsiuran informasi yang membuat sebagian masyarakat Indonesia bersikap judgemental
pada fangirl K-Pop. Sebagai fangirl K-Pop, tentu penulis merasa miris mengetahui hal ini membawa
penulis untuk membahas topik ini. Dan karena hal ini merupakan hal yang paling dekat dengan
penulis, jadi penulis rasa bisa lebih enjoy dalam memaparkannya. Oleh karena itu buku ini dibuat
untuk meluruskan pandangan miring tersebut dan mencoba agar masyarakat menjadi lebih open
minded dengan fangirl K-Pop.
Hal-hal yang ditulis dalam buku ini bersumber dari pengalaman pribadi penulis sebagai KPopers sejak tahun 2011, kemudian melalui observasi penulis pada teman-teman penulis yang
merupakan K-Popers serta K-Popers lain yang penulis temui di event K-Pop maupun di social media,
dan sumber terakhir melalui pengetahuan penulis yang hobi spazzing mengenai idol-idol K-Pop.
Berdasarkan berbagai sumber ini penulis berharap agar masyarakat dapat memandang fangirl K-Pop
dari sudut pandang yang berbeda, agar cap mereka sebagai pihak yang annoying dapat berkurang.

1

Daftar Isi

Pendahuluan..........................................................................................................................................1
Daftar Isi................................................................................................................................................1
Apa itu K-Pop?.......................................................................................................................................2
Pengertian dan Gambaran Umum Fangirl..............................................................................................3
Fangirl K-Pop di Indonesia.....................................................................................................................3
Fanatisme terhadap K-Pop.....................................................................................................................4
Pengalaman Pribadi Sebagai Fangirl K-Pop............................................................................................5
Fangirl K-Pop dilihat dari Perspektif Psikologi Sosial..............................................................................5
Efek dan Pengaruh K-Pop pada Kehidupan Nyata..................................................................................7


Fanart.........................................................................................................................................8



Dance Cover dan Sing Cover......................................................................................................8



Make Up, Hairstyle, dan Fashion................................................................................................9




Entrepreneurship.....................................................................................................................10



Belajar bahasa baru.................................................................................................................10

Kesimpulan..........................................................................................................................................11
Daftar Pustaka.....................................................................................................................................12

2

The Phenomenon of K-Pop’s Fangirl in Indonesia
Preface.................................................................................................................................................12
What is K-Pop?.....................................................................................................................................14
The Definition and Overview of Fangirl...............................................................................................14
K-Pop’s Fangirl in Indonesia.................................................................................................................15
Fanaticism towards K-pop....................................................................................................................15

Personal Experience As a Kpop’s Fangirl..............................................................................................16
Kpop’s fangirl seen from the Perspective of Social Psychology............................................................16
K-Pop’s Influence in a Real Life.............................................................................................................18


Fanfiction.................................................................................................................................18



Fanart.......................................................................................................................................19



Dance Cover and Sing Cover....................................................................................................19



Make Up, Hairstyle, dan Fashion..............................................................................................20




Entrepreneurship.....................................................................................................................21



Learning a New Language........................................................................................................21

Conclusion...........................................................................................................................................22
Bibliography.........................................................................................................................................22

3

Apa itu K-Pop?
K-Pop (Korean Pop) merupakan sebuah genre musik Pop yang berasal dari Korea Selatan.
Perbedaan K-Pop dengan genre pop pada umumnya terletak pada bagaimana cara mereka
mengemasnya. K-Pop biasanya dikemas dengan MV (Music Video) yang menarik, baik itu dari segi
storyline dalam MV, setting tempat yang menarik, koreografi yang menarik, lagu yang catchy, dan
penampilan visual dari penyanyi lagu tersebut (bisa berupa solois, rapper, girlband, ataupun
boyband). Namun salah satu faktor penting bagi ketenaran K-Pop memang tak bisa dipungkiri karena
wajah para idol yang good looking. Hal ini juga ditambah dengan gaya rambut dan gaya busana

mereka yang terkesan keren, bahkan terkadang terlihat nyeleneh. Berkat hal-hal inilah akhirnya K-Pop
mulai meng-global, dan menjadi trend tersendiri di kalangan anak muda.
Jika dilihat dari sejarahnya, awalnya musik ini mendapat pengaruh dari Jepang. Hal ini
tidaklah mengejutkan karena Korea Selatan dulunya merupakan jajahan Jepang. Dan setelah
merdeka dari Jepang, musik K-Pop kemudian semakin berkembang dan mendapat pengaruh dari
western music. Dalam perkembangannya hingga kini K-Pop juga merambah ke berbagai genre musik,
seperti hip hop, EDM, rock, dll. Hal ini dikarenakan K-Pop juga mengikuti perkembangan zaman.
Alasan lainnya ialah beberapa idol group mencoba untuk menarik animo publik dengan mengusung
genre yang berbeda daripada grup-grup pada umumnya.
Berbicara mengenai K-Pop pasti tidak akan jauh-jauh dengan boyband dan girlband yang
berasal dari negeri ginseng tersebut. Boyband merupakan magnet tersendiri bagi para remaja putri.
Hal ini bisa dilihat jauh sebelum K-Pop booming yaitu pada era dimana Westlife, ‘N SYNC, dan
Backstreet Boys berjaya. Mereka mampu membuat para gadis menjadi histeris. Tentu musik yang
dibawakan oleh penyanyi yang rupawan merupakan poin penting bagi ketenaran penyanyi tersebut.
Mungkin ini jugalah yang membuat trend boyband masih ada hingga saat ini, termasuk di Korea
Selatan. Karena banyaknya boyband dan girlband yang ada, akhirnya beberapa agensi K-Pop
memutuskan untuk memberi konsep yang berbeda dengan grup idol K-Pop pada umumnya. Seperti
BTS yang debut dengan mengusung konsep Hip Hop dan memiliki koreografi yang cukup sulit.
Setelah itu banyak bermunculan boyband dengan konsep senada, baik itu untuk debut maupun
comeback stage. Ya, tahun-tahun terakhir ini memang Hip Hop menjadi trend dikalangan boyband,

sedangkan untuk girlband sepertinya lebih nge-trend dengan konsep sexy. Namun tak semua idol
group memilih konsep demikian. Ada beberapa idol group yang masih mempertahankan konsepnya
dari debut hingga saat ini, seperti A-Pink yang tetap konsisten dengan konsep cute dan cheerful. Dan
ada pula idol group yang walaupun berganti-ganti konsep tapi mereka tidak terlalu ekstrim dalam
tiap pergantian konsepnya.

4

Pengertian dan Gambaran Umum Fangirl
Fangirl merupakan julukan untuk sekumpulan gadis yang memiliki dedikasi yang tinggi pada
idolanya bahkan menjadi terobsesi dengannya. Idola yang dimaksud bisa merupakan seseorang yang
nyata, maupun karakter fiksi. Namun biasanya fangirl identik dengan para pecinta dunia hiburan
ataupun public figure dari luar dunia hiburan, seperti atlet misalnya. Pengertian fangirl yang luas
seperti ini kemudian membuat publik lebih mengerucutkannya sebagai sekumpulan fans yang terdiri
dari gadis-gadis yang menyukai solois maupun grup musik, salah satunya boyband.
Secara umum fangirl dianggap sebagai pihak yang annoying karena perilakunya yang
terkesan berlebihan, dan kehadirannya yang mengganggu orang lain. Namun tidak semua fangirl
berperilaku seperti itu, dan tidak semua orang memberikan labelling yang buruk pada keseluruhan
fangirl.


Fangirl K-Pop di Indonesia
K-Pop mulai mewabah di Indonesia sejak tahun 2012, ketika salah satu stasiun TV swasta
menyiarkan acara musik K-Pop. Berkat packaging yang menarik inilah akhirnya banyak yang
menyatakan diri sebagai K-Popers (fans K-Pop). Bahkan pada tahun itu juga, konser salah satu
boyband K-Pop, yaitu Super Junior yang semula diadakan hanya sehari, ditambah menjadi 3 hari.
Sebagai negeri yang gemar “demam musiman” pastinya ini merupakan suatu opportunity bagus.
Namun karena makin menjamurnya fangirl K-Pop, muncullah beberapa fangirl dengan perilaku yang
berlebihan dan mendewakan idolanya. Mereka umumnya bersikap histeris ketika hal-hal berbau KPop ada disekitar mereka, dan cenderung berlebihan juga ketika membahas masalah K-Pop di
berbagai kesempatan. Itulah yang membuat fangirl K-Pop dianggap annoying.
Sebelum tahun 2012, fangirl K-Pop di Indonesia umumnya tidak terlalu mencolok karena KPop sendiri belum booming di negeri ini. Mereka umumnya adalah pelajar, mahasiswa, dan orang
dewasa yang mengetahui K-Pop dari beberapa drama Korea yang tayang di TV swasta. Biasanya
mereka menjadi tertarik karena aktor dan aktrisnya atau pengisi soundtrack dari drama tersebut.
Kemudian mereka menjadi penasaran dan melakukan penelusuran di internet mengenai hal
tersebut. Karena mereka mulai memfavoritkan sang aktor/aktris, maupun pengisi soundtrack,
akhirnya mereka mulai mencari tahu lebih dalam lagi tentang profil mereka, dan akhirnya mereka
tahu bahwa aktor mereka adalah member dari sebuah boyband, atau pengisi soundtrack kesayangan
mereka adalah grup musik, solois, atau member boyband. Setelah itu mereka umumnya melihat MV
(music video) mereka di Youtube, atau mendownload lagunya. Hal lain yang memungkinkan alasan
orang menjadi seorang K-Popers adalah ajakan dari orang terdekat yang sudah familiar dengan KPop. Pada masa itu K-popers umumnya tidak seberapa digubris oleh orang-orang disekitarnya jika
mereka berceloteh maupun histeris tentang idolanya. Bahkan mereka merasa sangat bangga menjadi

seorang K-Popers karena kesan eksklusif yang didapat sebab hanya segelintir orang yang tahu.
Namun sejak K-Pop mulai booming di Indonesia, masyarakatpun menjadi tahu tentang
bagian dari hallyu wave ini. Mereka kemudian memberi label bahwa K-Pop berisi grup-grup dengan
member yang banyak, paras yang rupawan, dan dance yang enerjik. Namun sayang, karena persepsi
sebagian besar masyarakat yang mengharuskan pria tampil “macho”, akhirnya boyband dianggap
sebagai maaf “kurang jantan” karena mereka biasa memakai make up, dan anggapan sebagai
5

homoseksual karena kebiasaan mereka untuk skinship. Ditambah dengan perilaku beberapa fangirl
yang terkesan berlebihan pula, akhirnya K-Pop sendiri mendapat cap buruk.

Fanatisme terhadap K-Pop
Fans K-Pop sendiri berasal dari berbagai usia. Mulai dari anak kecil, remaja, hingga dewasa.
Salah satu bukti fangirl K-Pop dari kalangan anak kecil meliputi beberapa anak kecil yang pernah
ditemui penulis. Ada yang terlihat sedang menonton MV K-Pop, ada yang membicarakan idol group
K-Pop, dan ada yang memakai aksesoris K-Pop. Kemudian ada remaja penggemar K-Pop. Biasanya
mereka berada di usia-usia SMP, SMA, hingga kuliah. Mereka-mereka ini merupakan kategori fans KPop yang umum karena di usia remaja memang mudah tertarik dengan hal-hal baru ataupun
berbeda, seperti K-Pop. Kemudian ada fans K-Pop dengan usia dewasa di atas 20 tahun-an. Beberapa
dari mereka ada yang masih duduk di bangku kuliah, ada yang sudah bekerja, dan bahkan sudah
memiliki anak. Bahkan ibu dari teman penulis mengaku menyukai EXO (boyband K-Pop) karena ia

sudah sering dan terbiasa mendengarkan K-Pop berkat anaknya. Hal ini tentu menunjukkan bahwa KPop menyasar berbagai usia.
Layaknya entertainer pada umumnya. K-Pop juga memiliki banyak fans, mulai dari fans biasa,
fans fanatik, bahkan sampai fans fanatik yang annoying yang kerap disebut sebagai sasaeng. Sasaeng
sendiri merupakan fans yang sangat terobsesi dengan idolanya yang biasanya berwujud dengan
menguntit idolanya, dan melakukan beberapa hal yang mengganggu privasi idolanya.
Berdasarkan pengamatan penulis mengenai fanatisme K-Pop di kalangan fangirl Indonesia,
mereka umumnya tidak sampai pada tahap menjadi sasaeng. Hal ini tentu karena fangirl di Indonesia
jarang sekali bisa bertemu langsung dengan idolanya. Kalaupun mereka berhasil membuntuti idola
mereka di bandara ataupun hotel, kemungkinan untuk bisa menguntit menjadi mustahil karena
penjagaan yang ketat. Tapi tetap ada beberapa fangirl K-Pop yang fanatik walaupun tidak mencapai
kategori sebagai sasaeng fans. Biasanya mereka ini tak malu mengumbar pada publik bahwa ia
merupakan K-Popers, mereka juga biasanya berusaha untuk tergabung dalam official fandom dari
idola mereka, dan juga sebisa mungkin mereka akan mengusahakan untuk mengeluarkan dana untuk
membeli tiket konser maupun album dan merchandise, baik itu official maupun non-official. Mereka
juga rela untuk streaming atau mendownload acara-acara TV yang guest starnya merupakan idola
mereka. Dan mereka juga cenderung tidak terima dan melawan balik jika ada orang yang menghina
idola mereka, ataupun hanya menghina K-Pop.
Namun tak semua fangirl di Indonesia merupakan fangirl memiliki totalitas dan loyalitas yang
tinggi. Hal itu terbukti dengan adanya fangirl yang suka “merampok” koleksi video, lagu, atau foto
mengenai idol-idol K-Pop pada orang terdekatnya. Hal ini mungkin dapat dimaklumi karena tidak

semua fangirl memiliki paket internet dengan kuota yang banyak. Faktor lainnya mungkin karena
mereka tidak terlalu update sehingga ketika mereka bertemu teman yang sesama K-Popers maka
mereka akan “merampoknya”. Atau bisa juga disebabkan karena mereka malas dan “menghemat”
kuota internet mereka.

6

Pengalaman Pribadi Sebagai Fangirl K-Pop
Saya menjadi fangirl K-Pop sejak 2011, dan sampai sekarang masih menjadi fangirl aktif. Saya
merasakan sendiri perbedaan perspektif teman-teman saya dari mulai K-Pop belum booming di
Indonesia sekitar sebelum tahun 2012, dan setelah K-Pop sudah booming di Indonesia. Ketika belum
populer, teman-teman saya menganggap saya sebagai remaja normal dan pandangan mereka
terhadap saya sebagai fangirl ialah memaklumi saya. Namun setelah K-Pop booming di Indonesia,
beberapa teman saya pernah menyindir saya bahwa K-Pop dan fangirlnya itu buruk. Itulah yang
membuat saya merasa bahwa sebagian masyarakat Indonesia masih bersikap judgemental dan
kurang terbuka pada hal-hal baru, terutama terkait dengan perubahan atau budaya dari luar.
Perilaku saya jika berada di teman-teman sekelas saya cenderung biasa saja, namun jika saya
berbicara dengan 1 atau 2 anak yang juga K-popers maka saya menjadi antusias. Tetapi antusias saya
tidak sampai mengganggu teman-teman sekelas saya yang bukan K-popers karena saya melihat
situasi dan lingkungan juga.

Pengaruh K-Pop yang sampai sekarang masih terasa pada saya meliputi dance cover K-Pop,
membuat fanfiction, dan membeli merchandise non-official yang bertemakan K-Pop.

Fangirl K-Pop dilihat dari Perspektif Psikologi Sosial
Fenomena Fangirl K-Pop di Indonesia dapat dikaji menggunakan teori atribusi sosial, karena
teori ini dapat membuat kita mencoba untuk dapat memahami dan menafsirkan sebab dari perilaku
mereka, serta tidak bersikap judgemental. Meskipun nyatanya tidak semua pihak dapat menebak
dengan akurat penyebab dari perilaku para fangirl ini, karena mereka cenderung menggunakan
prasangka/bias yang berujung pada penilaian mereka yang salah tafsir terhadap fangirl.
“At a general level, attribution theory addresses the inferences people make about
themselves and others after witnessing behaviors and the situational constraints surrounding those
behaviors (e.g., Bem, 1965; Jones & Davis, 1965). In some cases, these inferences involve attitudes,
such as when individuals infer their own or someone else’s attitudes on the basis of their behavior
with respect to some attitude object (e.g., if a person donates money to a candidate, it is reasonable
to infer that that person favors the candidate). Although some attributional processes require
effortful cognitive activity (see Gilbert, 1998, for a review), others result in relatively quick and simple
inferences (e.g., inferring that you like a certain TV program because you smile when you watch it)”
(Handbook of Psychology – Personality And Social Psychology Malestrom. Chapter 15 Persuasion and
Attitude Change page. 365)
Kesalahan dalam dugaan pengamat juga mungkin disebabkan oleh perpektif visual dengan
fokus perhatian yang berbeda, serta akses terhadap informasi yang berbeda pula. Dimana pengamat
menilai perilaku fangirl disebabkan oleh faktor internal dari fangirl itu sendiri (disposisi aktor).
Sedangkan bagi fangirl cenderung melihat penyebab dari perilakunya karena faktor eksternal,
seperti situasi.
Perbedaan pandangan inilah yang membuat fangirl merasa disalah pahami oleh sebagian
besar orang. Oleh karena itu agar tidak terjadi kesalah pahaman, maka pengamat dan fangirl dituntut
untuk saling memahami. Pengamat diharapkan mencoba memahami dari sudut pandang fangirl itu
sendiri, dan fangirl juga diharapkan dapat memahami dari sudut pandang pengamat. Dengan
7

membalikkan perspektif visual ini akan membuat masing-masing pihak menjadi lebih paham dan
sadar sehingga prasangka dari pengamat bisa dikurangi.
Faktor selanjutnya ialah pengamat acap kali melihat fangirl dalam konteks yang terbatas.
Contohnya seorang pengamat menghadiri event K-Pop untuk mengobservasi perilaku para fangirl KPop. Kemudian ia melihat ada fangirl yang sangat fanatik pada K-Pop serta cenderung berlebihan
dalam berperilaku, dan pengamat juga menemukan beberapa fangirl dengan karakter yang sama,
sehingga pengamat berkesimpulan bahwa rata-rata fangirl itu sangat fanatik dan bersikap berlebihan.
Hal itu dapat terjadi karena pengamat hanya melihat fangirl karena faktor situasional yaitu event KPop, sehingga ia terkesan terburu-buru menarik kesimpulan seperti itu. Padahal dii dalam lingkup
event K-Pop pasti para fangirl merasa senang karena bisa bertemu dengan fangirl lain, dan mereka
merasa sudah biasa jika di event K-Pop beberapa di antara mereka menjadi histeris. Faktor
situasional inilah yang luput dari pandangan pengamat. Padahal tidak semua fangirl “bersikap
berlebihan” di luar event K-Pop, atau dalam kesehariannya. Karena pemicu dan situasilah yang
membuat mereka berperilaku seperti itu. Kesalahan dugaan pengamat ini disebut sebagai bias
fundamental atributtion/fundamental error.
Kemudian, penyebab perilaku fangirl harus dikelompokkan dengan internalisasi-eksternalitas
dan stabilitas-instabilitas. Pertama, pengamat harus menentukan apakah penyebab perilaku fangirl
berasal dari dalam diri fangirl (atribusi internal/ disposisional), atau karena faktor lingkungan (atribusi
eksternal/situasional). Kedua, pengamat harus menentukan apakah perilaku fangirl bersifat stabil
maupun tidak stabil. Setelah kedua tahap ini dilakukan, maka pengamat baru bisa menyimpulkan
tentang karakter fangirl baik secara umum maupun individu.

Efek dan Pengaruh K-Pop pada Kehidupan Nyata
Fangirl memang terkenal dengan dedikasinya yang tinggi pada idolanya, tak heran mereka
bahkan mendapat pengaruh yang cukup signifikan karena efek idolanya. Di Indonesia sendiri, fangirl
K-Pop memiliki berbagai macam pengaruh dari hallyu wave ini. Ada yang menjadi terasah bakatnya
karena beberapa hal yang terbawa dari dunia K-pop, namun ada juga yang menyalah gunakan
pengaruh tersebut, atau hanya menerima efek buruknya saja.



Fanfiction

Fangirl tentu pernah memiliki khayalan tertentu pada bias (sebutan untuk member
favoritnya). Ada yang hanya mengkhayalkannya, dan ada pula yang menuangkan khayalan itu pada
sebuah karya tulis berupa fanfiction. Fanfiction ialah sebuah cerita fiksi yang karakter utamanya
adalah idola dari fangirl tersebut. Genre dari FF ini pun beragam, dari mulai romance, family, horor,
action, fantasy, dll. Karakter dari FF juga tak terbatas dari kalangan idol K-Pop saja, karena terkadang
mereka menempatkan OC (original character) sebagai karakter dalam FF mereka. Hal ini dikarenakan
sebagian besar fangirl tidak ingin membuat cerita pairing antar idol, yang biasanya menimbulkan
kontroversi tersendiri di kalangan penggemarnya.

8

Fanfiction biasanya menjadi ajang bagi K-Popers yang juga memiliki keterampilan ataupun
ketertarikan pada dunia sastra untuk mengembangkan bakatnya. Alhasil mereka mendapat kepuasan
tersendiri karena dapat mengkombinasikan 2 hal yang disukainya, yaitu K-Pop dan dunia sastra.
Biasanya FF yang mereka buat dipublish dalam akun media sosial mereka, seperti facebook, blog,
wattpad, dll. Ada juga yang mempostingnya dalam forum FF yang dikhususkan pada grup tertentu,
seperti EXO Fanfiction misalnya. Dan ada juga yang mempostingnya ke dalam blog yang berisikan FF
dari berbagai macam idol yang tak hanya berasal dari 1 grup saja. Setelah mereka memposting
karyanya ini, mereka biasanya memiliki beberapa readers dalam karya mereka. Ada yang mengkritik
karya mereka, ada juga yang menyukai karya mereka. Bahkan pada taraf lebih tinggi biasanya author
FF yang sudah terkenal dan memiliki banyak readers, kemudian membukukan FF mereka secara
konvensional. Hal ini tentu menjadi peluang yang bagus karena mereka mendapat royalti dari karya
mereka. Mendapatkan gaji dari hobi menurut mereka adalah sesuatu yang sangat membahagiakan
dan membanggakan.
Namun, tak semua FF memiliki konten yang sesuai dengan karakter bangsa Indonesia. Seperti FF
dengan genre NC, FF ini menyuguhkan sebuah cerita fiksi yang mengandung unsur “sensual” yang
sebaiknya tidak dibaca untuk kalangan dibawah umur. Namun sayangnya banyak K-Popers dibawah
17 tahun yang menjadi penikmat FF dengan genre ini. Hal ini bisa disebabkan karena karakter utama
dari FF tersebut merupakan biasnya, atau cerita yang disuguhkan dapat dikemas secara menarik.
Dampak dari FF genre ini ialah membuat si pembaca menjadi terbiasa dengan bumbu-bumbu
sensual yang ada pada cerita tersebut, bahayanya mereka juga ikut memvisualisasikan cerita tersebut
ke dalam khayalan mereka. Hal ini tentu bisa menjadi buruk karena unsur ‘dewasa’ ini dapat merusak
sel-sel otak mereka.
Hal lain yang masih menjadi isu sensitif dalam sebuah FF adalah tema LGBT, seperti Yaoi
(percintaan antar pria) dan Yuri (percintaan antar wanita). Beberapa FF juga membuat karakter
idolanya menjadi cross gender. Seperti tokoh pria yang dalam kenyataannya merupakan pria, namun
dalam FF ia ubah menjadi wanita. Hal ini tentu memicu pro-kontra dalam K-Popers di Indonesia
sendiri. Apalagi isu LGBT merupakan isu yang cukup tabu untuk dibahas, karena Indonesia tidak
melegalkan adanya LGBT. Dan budaya Indonesia sendiri memberi labeling pada hal-hal seperti ini
dengan cap yang buruk, karena budaya kita masih memegang teguh pada romance antar lawan jenis.

 Fanart
Bentuk kecintaan fangirl K-Pop juga bisa dibuktikan dengan fanart yang mereka buat. Fanart
sendiri merupakan sebuah karya seni yang didedikasikan untuk idola sang seniman. Fanart dalam
dunia K-Pop biasanya berupa ilustrasi yang menggunakan teknik drawing, chibi (karakter idol dalam
versi kartun), doodle, lukisan, dan mengedit foto idolanya menjadi sebuah poster atau banner. Ada
juga meme juga yang mereka buat untuk idolanya

 Dance Cover dan Sing Cover
K-pop identik dengan dancenya yang enerjik, oleh karena itu beberapa fangirl mencoba untuk
melakukan cover dance dari grup yang ia sukai. Saat ini sudah banyak fangirl yang terjun ke dalam
dunia dance cover, bahkan beberapa di antaranya pernah memenangkan trofi sebagai juara dalam
9

event lomba dance cover, dan juga ada yang menjadi perwakilan Indonesia ke Korea Selatan dalam
event ini.
Sebagai seorang dance cover, fangirl dituntut untuk menjadi semirip mungkin dengan tokoh yang
mereka cover. Semisal seorang fangril hendak mengcover part Krystal dalam sebuah koreografi, maka
ia akan mempelajari dancenya dan mencoba semirip mungkin dari mulai make up, rambut, hingga
busana yang ia kenakan. Pengeluaran yang mereka keluarkan ini tentu tidak murah. Perlu dana yang
banyak untuk menjadi seorang dance cover. Dana tersebut meliputi kostum, make up, dan hairdo,
kemudian dana yang mereka keluarkan untuk berpartisipasi dalam lomba. Ada juga dana yang
mereka keluarkan untuk menyewa sanggar tari. Namun tidak semua dance cover rutin berlatih di
sanggar tari, terkadang mereka melakukannya di taman, atau di rumah masing-masing. Effort mereka
tak hanya berhenti dalam pengeluaran, tetapi juga dengan effort yang besar pada tarian tersebut. Hal
itu dapat terlihat dengan tingkat kerumitan dalam koreografi member yang mereka cover, dan juga
kesinkronan tiap anggota tim dalam membawakan sebuah koreografi.
Berkat effort yang besar, para dance cover yang sering memenangkan lomba sekarang sering
mendapat job dari event-event K-Pop. Bisa dari event lomba K-Pop, maupun event gathering fansfans K-Pop. Bahkan saat ini terdapat lomba dance cover K-Pop bertaraf nasional yang hadiahnya
berupa uang tunai jutaan dan tiket konser K-Pop. Itulah yang memotivasi para fangirl untuk terjun ke
dunia dance cover.
Namun karena dituntut untuk semirip mungkin maka kostum pun juga menjadi hal yang penting
bagi seorang dance cover. Idol K-Pop wanita biasanya memakai pakaian yang lebih banyak
menunjukkan kulit mereka, seperti menggunakan hot pants, atau crop tee. Bahkan sehubungan
dengan genre girlband K-Pop yang akhir-akhir ini cenderung mengusung tema sexy, tak sedikit dari
girlband yang menggunakan busana yang benar-benar mempertontonkan “lekuk” tubuh mereka, dan
dibarengi dengan koreografi yang terkadang bernuansa erotis. Tentu hal ini bukan merupakan
pemandangan yang umum bagi kebanyakan masyarakat Indonesia. Hal ini lah yang memicu prokontra karena budaya Korea Selatan dan Indonesia dalam hal pemakaian busana. Namun nyatanya
masih banyak dance cover yang mengusung tema sexy seperti ini. Terlebih ada beberapa orang di
dunia dance cover yang kesehariannya memakai jilbab, namun pada dance cover mereka melakukan
koreografi yang “mengundang” dan menunjukkan aurat mereka. Hal ini juga yang membuat
pandangan orang awam pada K-Popers semakin buruk, karena mereka beranggapan bahwa
kecintaan pada K-Pop dapat membutakan seseorang.
Hal lain yang sedikit membuat masyarakat memandang miris dance cover K-Pop adalah dance
yang dilakukan dengan cross gender. Seperti boyband dicover oleh wanita, dan girlband di cover oleh
pria. Untuk hal yang pertama tidak seberapa menimbulkan masalah, namun hal kedualah yang
menjadi topik sensitif. Apalagi biasanya pria yang mengcover dance girlband biasanya memiliki skill
dance yang bagus, kompak, dan memiliki kostum yang sangat mirip dengan girlband tersebut. Dan
lagi biasanya juga mereka ini memenangkan ajang K-Pop dance cover, bahkan tak jarang mereka
menjadi guest star dalam acara K-Pop. Hal ini tentu membuat penonton menjadi heboh, namun
karena budaya Indonesia yang masih kuat maka sebagian besar orang memberikan pandangan yang
sangat buruk pada dance cover seperti ini.
Selain dance cover, beberapa fangirl juga turut andil dalam dunia sing cover K-Pop. Biasanya
mereka berpemikiran bahwa effort yang dikeluarkan untuk sing cover tidak sebanyak dan tidak
10

semahal effort untuk dance cover. Sing cover sendiri bisa melalui solois, ataupun grup vokal. Para
pemenang sing cover ini juga kemudian sering mendapat job untuk mengisi event-event K-Pop.

Make Up, Hairstyle, dan Fashion
Hallyu wave nampaknya juga merambah ke dunia kecantikan. Hal ini terbukti dengan
merebaknya style-style K-Pop di Indonesia.


Make up ala artis-artis K-Pop masih menjadi hal tersendiri untuk para fangirl. Mereka
menyukai bagaimana make up tersebut terlihat simple namun tetap elegan, karena rata-rata make up
K-Pop tidak terlalu bold dalam dandanannya. Karena banyak K-Popers ingin mencoba make up ala KPop maka produk kecantikan dari Korea Selatan pun mulai membanjiri Indonesia. Ada beberapa
brand yang sudah mempunyai cabang di beberapa kota besar di Indonesia, biasanya booth mereka
terletak di dalam pusat perbelanjaan. Meskipun tak semua mall menjual produk kecantikan dengan
brand K-Pop, namun nampaknya itu tak membuat para fangirl menyerah. Terbukti dengan adanya
beberapa online shop yang menjual produk kecantikan dari Korea Selatan. Online shop ini ada yang
merupakan distrubutor dari Korea Selatan langsung, dan ada pula yang menjadi reseller. Biasanya
fangirl lebih memilih untuk membeli via online shop karena harganya lebih murah daripada harga di
official booth yang menjual produk-produk kecantikan tersebut. Meski dibarengi dengan ongkos
kirim, dan keraguan akan originalitas produk tersebut, namun nyatanya para fangirl tetap membeli
produk kecantikan via online shop.
Selain make up, hallyu wave ini juga telah menjalar dengan hairstyle. Bisa kita lihat sekarang
betapa banyak fangirl yang memotong rambutnya agar serupa dengan idola mereka. Bahkan mereka
rela mengecat rambutnya agar terlihat makin mirip di idolanya. Hal ini berdampak dengan
merebaknya berbagai produk hairstyling dari Korea Selatan.
Idol K-Pop terkenal dengan rambut mereka yang beraneka warna, hal ini kemudian berimbas
pada menjamurnya merk-merk semir rambut dan hairchalk beraneka warna. Di Indonesia sendiri,
efek K-Pop dalam hairdo yang paling terasa adalah menjamurnya rambut ombre. Ombre sendiri
merupakan teknik pewarnaan rambut dengan menciptakan gradasi warna pada rambut. Di Indonesia
sendiri ombre lebih identik dengan rambut bagian bawah saja yang disemir. Ombre bisa didapat
melalui semir rambut warna tertentu, dan ada beberapa orang yang memilih untuk mem bleaching
rambut mereka agar warna semir tersebut dapat makin kentara. Bagi fangirl yang tidak ingin merusak
rambut dengan bleaching, biasanya mereka memakai spray semir rambut yang bersifat temporer,
dan bisa juga dengan menggunakan hairchalk.
Fashion ala-ala K-Pop juga masih terasa pengaruhnya di Indonesia. Bisa kita lihat dari
beberapa orang yang terlihat mengikuti fashion dari Negeri Ginseng. Para fangirl bisa menggunakan
fashion K-Pop dengan model feminim, casual, sexy, tomboy, dan swag ala hip-hop. Salah satu item
fashion yang terkenal hingga sempat menjadi trend adalah skinny jeans yang dibawakan Girls
Generation dalam Music Video berjudul Gee. Skinny jeans sendiri merupakan celana jeans yang ketat
dan berwarna-warni, tak seperti warna jeans pada umumnya.

11

Entrepreneurship
Efek K-Pop selanjutnya ialah maraknya online shop yang menjual merchandise offical dan
non-official dari K-Pop. Ini membuktikan bahwa jiwa entrepreneurship dapat dikembangkan karena
meluasnya hallyu wave. Mereka bahkan bisa mendapat keuntungan jutaan rupiah dari bisnis ini.


Merchandise official yang biasa di jual bisa merupakan album fisik, poster, photocard, dan
lighstick. Merchandise Non-Official yang dijual biasanya berupa replika dari pakaian yang dikenakan
para idol K-Pop, goodies seperti tas, tumblr, sepatu kanvas yang dicat dengan nama grup K-Pop,
binder, handuk, mug, gunting kuku, payung, jam dinding, bros, gantungan kunci, dll.
Online shop yang beredar di Indonesia biasanya merupakan distributor, ataupun reseller, ada
juga yang memproduksi sendiri. Untuk replika pakaian K-Pop dan goodies, biasanya online shop
bekerja sama dengan percetakan dan sablon. Dari kerja sama ini online shop dapat meraup
keuntungan yang besar dengan embel-embel “K-Pop”.

 Belajar bahasa baru
Kecintaan seorang fangirl K-Pop dapat terlihat juga dengan mereka yang akhirnya mencoba untuk
belajar hangeul (aksara Korea). Mereka beralasan untuk membuktikan totalitas mereka dalam
mencintai K-Pop melalui belajar hangeul. Tak hanya itu, mereka biasanya mencoba untuk menghafal
dan memahami lirik lagu K-Pop. Mereka juga biasanya menggunakan istilah-istilah Korea dalam
percakapan antar K-Popers.
Pada level tertentu bahkan para fangirl memilih untuk melanjutkan kuliah dengan jurusan sastra
Korea, atau mengikuti kursus bahasa Korea. Sehingga tidak mengherankan jika universitas yang
terdapat sastra Korea umumnya digandrungi oleh K-Popers.
Di antara para fangirl tentu ada yang memiliki kemampuan akademis yang baik. Dengan berbekal
kepintaran mereka dan kemampuan untuk berbahasa Korea, sebagian besar dari mereka berambisi
untuk berkuliah di Korea Selatan. Alhasil para fangirl yang cerdas ini dapat melanjutkan mimpinya
untuk berkuliah sambil menikmati negeri yang berisi idol-idol K-Pop. Beasiswa untuk berkuliah di
Korea Selatan juga terbilang lebih banyak daripada tahun-tahun sebelum K-Pop booming di
Indonesia.

Kesimpulan
Pandangan masyarakat Indonesia pada fangirl K-Pop cukup beragam. Ada yang menganggap
mereka sebagai fans biasa sehingga mereka mewajarinya, namun ada pula yang menganggap mereka
sebagai fans yang berlebihan. Hal ini juga masih terkait dengan pandangan masyarakat pada K-Pop,
yang masih saja menimbulkan pro-kontra.
Di sisi lain beberapa fangirl merasa risih karena pandangan miring pada K-Pop. Ada yang menjadi
fans K-Pop yang pasif karena takut dicerca, ada yang bersikap situasional jadi jika di sekeliling mereka
ada K-Popers lain maka mereka menjadi fans yang aktif, namun jika tidak ada maka mereka memilih
untuk diam. Dan ada pula tipe fans yang aktif. Bahkan ada fans yang justru merasa sangat bangga

12

karena menjadi penikmat K-Pop, dan mereka berusaha untuk melindungi nama baik K-Popers dari
orang-orang disekitar mereka yang menghina K-Pop.
Sebenarnya menjadi fangirl K-Pop bukanlah sebuah aib atau hal buruk sehingga masyarakat
merasa bebas mencercanya. Hanya saja perbedaan budayalah yang menyebabkan masyarakat
Indonesia kurang bisa menerima K-Pop karena beberapa hal, seperti kostum yang terbuka, gerakan
dance yang sexy, atau skinship antar member boyband. Melihat masyarakat Indonesia yang sebagian
besar tidak mengenyam pendidikan yang tinggi, maka wajar jika mereka bersikap judgemental pada
hal-hal baru seperti K-Pop. Karena faktor yang masih berpemikiran sempit, dan kurang bisa menolerir
inilah yang membuat sebagian masyarakat menjadi kurang welcome pada K-Pop.
Wajar pula jika seorang entertainer memiliki fans, pasti diantara fansnya inilah ada yang menjadi
fanatik, sehingga terkesan mengganggu bagi artis yang diidolakan maupun masyarakat di sekitarnya.
Untuk menghadapi karakter beberapa orang di Indonesia yang masih kurang welcome dengan KPop, sebaiknya para fangirl berusaha untuk mengontrol antusias mereka dalam beberapa situasi dan
kondisi sehingga mereka tidak merasa terganggu. Meskipun hal ini mungkin agak sulit dilakukan, tapi
setidaknya hal ini dapat meminimalisir pandangan orang-orang bahwa fangirl K-Pop selalu bertindak
berlebihan. Dan masyarakat juga sepatutnya bisa menoleransi kehadiran fangirl K-Pop karena selera
orang berbeda-beda, dan masyarakat tak bisa memaksa mereka untuk tidak menyukai apa yang
mereka sukai. Kalaupun dalam sebuah situasi terdapat fangirl yang bertindak berlebihan, maka
alangkah baiknya jika masyarakat cukup menegurnya saja jika benar-benar merasa tidak nyaman
akan hal itu, dan masyarakat hendaknya jangan menghujat sembarangan karena akan melukai
perasaan para fangirl. Sebab sikap antusias fans apapun itu, tidak hanya K-Pop, cenderung berbedabeda tergantung karakter per individu, bukan karena karakter umum seorang fangirl.

Daftar Pustaka
Millon Theodore & Lerner M. J. 2003. Handbook Of Psychology -Personality And Social Psychology
(Volume 5). New Jersey : John Wiley & Sons, Inc.

13

The Phenomenon of K-Pop’s Fangirl in Indonesia

Preface
Hallyu wave still seems to be echoed in Indonesia. Although not as sensational as the
beginning of booming in Indonesia, but nonetheless the enthusiasm of the K-popers in this country
is still not dim. It is certainly not surprising because K-Pop is still regarded as one of the growing
trend among teens.
The phenomenon of K-pop’s fangirl in Indonesia is interesting to be discussed because
there’s a lot of missunderstanding information that makes the majority of Indonesian people giving a
judgemental acts towards K-Pop’s fangirl. As K-Pop's fangirl, surely I feel sad to know this, so that
brings me to discuss this topic. And because this is the closest things to me, so I think I can more
enjoy to expose it. Therefore I made this article to correct the bad perspective and I am trying to
makes Indonesian people become more open minded towards K-Pop’s fangirl.
Things that are written in this book comes from the author's personal experience as a KPopers since 2011, and through the observation of the author's friends who are the K-Popers and
other K-Popers that I met in the K-Pop's events as well as in social media, and the last source through
the knowledge of the author who like spazzing about K-Pop's idols.I also hope for Indonesian people
can see this problem in a different perspective, in order to reduce the fangirl’s labeling as an
annoying people.

What is K-Pop?
K-Pop (Korean Pop) is a genre of pop music coming from South Korea. The differences about
K-Pop with the pop music in general lies in how they are packaged. K-Pop is usually presented with
an interesting MV (Music Video) , such as the storyline in the MV, the background, the attractive
choreography , the catchy songs, and the visual appearance of the singer of the song (can be a
soloist, rapper, girlband , or boyband). However, one important factor for the popularity of K-Pop is
obviously because of the good looking idols.
Historically, this music was originally influenced from Japan. This is not surprising because
South Korea was formerly a Japanese colony. And after gained independence from Japan, then K-Pop
music started growing and getting the influence of western music. In its development until now, KPop is also expanded into a variety of musical genres, such as hip hop, EDM, rock, etc. This is because
K-Pop is also up-to-date. The other reason is that some idol groups try to attract public interest by
bringing different genres than the the idol groups in general.
Talking about K-Pop would definitely not far away with the boyband and girlband that are
derived from that ginseng country. Boyband is a magnet for the young women. That can be seen long
before the K-Pop is booming. That was the victorious era of Westlife, 'N SYNC and Backstreet Boys.
They were so famous at that time and they're able to make the girls became hysterical. Of course the
music that performed by a handsome singer is an important point for the singer's fame. Perhaps this
14

is also likely to make the boy band trends still exists today, including in South Korea. Because of the
large numbers of boyband and girlband there, eventually some K-Pop agencies decided to give a
different concept of K-Pop's idol group in general. Such as BTS that debut with the Hip Hop concept
of and has a difficult choreography. After that a lot of boy band popped with a similar concept,
whether it's debut or comeback stage. Yes, this recent years Hip Hop have indeed become a trend
among boyband, while for the girl group seems to have a sexy concept as the trends. But not all the
idol group chose such concepts. There are some idol groups that still retains the concept of debut
until now, such as A-Pink is consistent with the cute and cheerful concept. And there are some idol
groups that although changing the concept, but they are not too extreme in every change of the
concept.

The Definition and Overview of Fangirl
Fangirl is a nickname for a girl who have a high dedication for their idol, moreover they
become obessive for their idol . Their idol can be the real people, or fictional character. But mostly
fangirl is identical with entertainers fans, or public figure from apart of entertainment world, such an
athlete. This general description about fangirl then makes public more restrict the fangirl meaning as
a bunch of fans that consist of girls who loves soloist, or music group, like boyband.
In most cases fangirl is considered as an annoying people because their excessive behavior,
and their presence that disturbing other people. But not all of the fangirl are behave like that, and
not all of the people giving a bad labelling for the entire of fangirl.

K-Pop’s Fangirl in Indonesia
K-Pop was started to booming in Indonesia since 2012, when one of TV station broadcasted
about K-Pop’s music program. Thanks to the attractive packaging of K-Pop groups, so there are a lot
of people that declared themselves as a K-Popers (K-Pop’s fans). Even at the same year, the music
concert from one of K-Pop’s boyband, that is Super Junior that formerly will be held only 1 day, then
added become 3 days. As a country which is be fond of “temporer fad” certainly this is a good
opportunity. But because there is rapidly increasing of K-Pop’s fangirl, then some of fangirl appear
with excessive behavior and idolize their K-Pop’s idol. They usually become hysterical when there is
K-Pop’s things around them, and tend to exagerating when talking/discussing about K-Pop in any
chance. That’s makes K-Pop’s fangirl considered as annoying people.
Before 2012, K-Pop’s fangirl in Indonesia generally are not too flashy/noticeable because KPop’s itself not already booming in this country. Most of them are students, college students, and
adult knowing about K-Pop from some Korean Drama that aired in TV station. Usually they become
interesting for it because the actor/actress, or the artist who sang the soundtrack from the drama.
Then they become curious and doing searching in internet about those stuff. Because they were
began to favorite actor / actress, the artist who sang the soundtrack from the drama , finally they
trying to know more about their profile, and finally they know that their favorite actor is a boyband’s
member, or the artist who sang the soundtrack from the drama is a K-Pop’s music group or soloist.
After that usually they are watching their MV (music video) in Youtube, or downloading their song.
Another things that can make people become a K-Popers is enticement from someone nearby that
15

already familiar with K-Pop. At that time, K-popers generally are not heeded by people around them
if they are chattered talking or hysterical about their idol. Moreover, they becoming proud to be a KPopers because the exclusive impresion that they gained, because only few people that knows about
K-Pop.
However, since K-Pop started booming in Indonesia, Indonesian people become aware of this
part of the hallyu wave. Then, they gave a labeling towards K-Pop groups that consist of a lot of
members, good looking visuals, and energetic dance. But unfortunately, because the perspective
from majority people that oblige men to have a valorous’s looks, finally boyband are regarded as
”less manly” because they usually wear make up, and presumption as a homosexual because their
habit to skinship. And this is compounded by some of fangirl’s behavior that have an
overreact/excessive impression, so then K-Pop received a bad labelling.

Fanaticism towards K-pop
K-Pop's fans themselves come from different ages. Ranging from children, teenagers, and
adults. One evidence of K-Pop's fangirl from early childhood include several children who ever met
the author. They were seen watching K-Pop's MV, talking about K-Pop's idol group, and some of them
wearing K-Pop's accessories. Then there are the teenagers fans of K-Pop. Usually they are in the age
of junior high school until college. This category of K-Pop fans are common because in adolescent age
they are easily attracted by the new or different things, such as K-Pop. Then there are the adults KPop's fans with the age over 20 years old. Some of them are still in college, some have started
working, and even already had a child. Even the mother of my friend claimed to love EXO (K-Pop's
boyband) because she was often and used to listen to K-Pop thanks to his daughter. This certainly
shows that K-Pop is targeting a wide range of ages.
Like the entertainer in general, K-Pop also has a lot of fans, ranging from ordinary fans,
hardcore fans, even rabid fans that is annoying and often been called sasaeng. Sasaeng itself is a fan
who is obsessed by their idol and usually intangibles by stalking their idol, and do some things that
disturb the privacy of their idol.
Based on the writer's observation about K-Pop fanaticism among fangirl Indonesia, they are
generally not reached the stage of becoming sasaeng. This is certainly due fangirl in Indonesia rarely
able to meet directly with their idols. Even if they managed to follow their idol at the airport or hotel,
it is likely becomes impossible to be stalking due to the idol's strict safeguards. But still there are
some K-Pop's fanatics fangirl, although they are not reaching the category as sasaeng fans. Usually
they have no shame indulgence in in public that they are K-Popers, and they are usually trying to
become a member of their idol's official fandom, and also as much as possible they will try to spend
money to buy tickets for a concert or album and merchandise, whether it is official and non-official.
They are also willing to streaming or downloading TV shows that its guest star is their idol. And they
are also less likely to accept and fight back if there are people who insult their idol, or maybe just
insulting K-Pop.
But not all fangirl in Indonesia have a totality and high loyalty. This was proved by the fangirl
who likes "to rob" a collection of videos, songs or photos about K-Pop's idols to their people closest.
This may be because not all the fangirl have internet quotas that much. Another factor may be

16

because they are less uptodate so that when they met a friend who was a fellow K-Popers they
would "rob them". Or it could be because they are lazy and "save" their internet quota.

Personal Experience As a Kpop’s Fangirl
I became K-Pop's fangirl since 2011, and still become an active fangirl. I feel it by myself that
the difference perspective of my friends from before K-Pop was booming in Indonesia (around before
2012), and after K-Pop has been booming in Indonesia. When K-pop is still not popular, my friends
consider me as a normal teenager and their perception of me as a fangirl is tolerated towards me.
But after K-Pop was booming in Indonesia, some of my friends ever teased me that K-Pop and their
fangirl is bad. That makes me feel that the majority of Indonesian people are still being judgmental
and less open to new things, especially related to changes or culture from the outside.
My behavior if it were in my classmates tend to be normal, but when I spoke to one or two
of my friends who are also K-popers then I became enthusiastic. But my enthusiasm is not until
disturbing my classmates who are not K-popers, because I observe the situation and the
environment as well.
For me, K-Pop’sinfluence that is still felt until now is doing K-Pop’s dance cover, making
fanfiction, and buy non-official merchandise with K-Pop’s themed.

Kpop’s fangirl seen from the Perspective of Social Psychology
The phenomenon of K-Pop's fangirl in Indonesia can be assessed using social attribution
theory because this theory can make us try to understand and interpret the causes of their behavior,
and not to be judgmental towards them. Despite the fact that not all of the observer can guess
accurately the cause of the behavior of this fangirl, because they tend to use prejudice / bias which
resulted in their assessment that misinterpretation the fangirl.
“At a general level, attribution theory addresses the inferences people make about
themselves and others after witnessing behaviors and the situational constraints surrounding those
behaviors (e.g., Bem, 1965; Jones & Davis, 1965). In some cases, these inferences involve attitudes,
such as when individuals infer their own or someone else’s attitudes on the basis of their behavior
with respect to some attitude object. Although some attributional processes require effortful
cognitive activity (see Gilbert, 1998, for a review), others result in relatively quick and simple
inferences”. (Handbook of Psychology – Personality And Social Psychology Malestrom. Chapter 15
Persuasion