Legal Opinion kasus pencemaran limbah B3

LEGAL OPINION
KASUS PENCEMARAN LIMBAH B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
OLEH PT DONG WOO ENVIRONMENTAL INDONESIA DI DESA PASIR
GOMBANG

Oleh :
Milah Sarmilah

8111416058

Universitas Negeri Semarang
Fakultas Hukum
2017

Pendahuluan :
Kasus ini adalah kasus pencemaran dan pengrusakan lingkungan
yang terjadi di Desa Pasir Gombang, Cikarang, Bekasi oleh PT Dong Woo
Environmental Indonesia yang bergerak dalam bidang jasa daur ulang
limbah dan Bahan Berbahaya Beracun (B3). Pencemaran ini terjadi pada
bulan Juni 2006. Terungkapnya pencemaran ini berawal dari keluhan
masyarakat, sebanyak 144 orang warga Kampung Kramat RT 003/03,

Desa Pasir Gombong, Kecamatan Cikarang Bekasi yang terdiri dari anakanak dibawah usia lima tahun hingga orang dewasa dilarikan ke RS
Medika Cikarang, RS Medirosa akibat menderita keracunan dan gangguan
infeksi saluran pernapasan atas, batuk-batuk, kepala pusing, serta
muntah muntah akibat dari pembuangan limbah B3 (Bahan Berhaya
Beracun). Pada tanggal 13 Juni 2006 Kepolisian Resort Kabupaten Bekasi
yang bekerjasama dengan Tim Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten
Bekasi, telah berhasil mengumpulkan data teknis di lapangan dan di
perusahaan PT Dong Woo Environmental Indonesia, dimana terdapat 9
titik tempat pembuangan limbah B3 diatas lahan seluass 1,5 Hektar milik
PT Dong Woo Environmental Indonesia, serta secara visual ditemukan
dengan jelas timbunan limbah B3 dan limbah cair lainnya pada areal
lahan kosong yang menyebabkan kualitas tanah berubah yaitu tekstur
tanah mengeras, menghitam serta berbay dan air di lokasi tersebut
berwarna hitam dan berbau.
PT Dong Woo Environmental Indonesia yang diduga telah
mencemari lingkungan sekitarnya. Diantara pencemaran tersebut, seperti
yang tealh dipaparkan sebelumnya yaitu adanya gangguan kesehatan
yang dialami oleh warga sekitar Desa Pasir Gombang yang disebabkan
karena pencemaran limbah B3 tersebut, tentunya hal tersebut sangat
berbahaya bagi masyarakat terutama anak-anak yang mendiami kawasan

tersebut dan pencemaran ini telah mengakibatkan keresahan masyarakat
terhadap kemungkinan meningkatnya jumlah korban akibat timbunan
limbah B3, serta terganggunya aktifitas sehari-hari masyarakat oleh
adanya bau yang sangat menyengat tersebut. Dan dengan adanya
pencemaran limbah yang dilakukan oleh PT Dong Woo Environmental
Indonesia ini telah menimbulkan kerugian atas tanah milik warga yang
tidak dapat lagi digunakan oleh masyarakat, karena telah tercemar oleh
limbah B3. Hal ini tentu saja menimbulkan penderitaan kesehatan,
ekonomi bagi masyarakat yang mendiami kawasan sekitar Desa Pasir
Gombang.
Dengan demikian, pencemaran oleh PT Dong Woo Environmental
Indonesia ini diindikasikan telah melanggar hak masyarakat sekitar atas
jaminan kesehatan, lingkungan yang sehat serta rasa aman atas terhindar
dari dampak negatif aktifitas perusahaan tersebut. Lebih jauh lagi,
pencemaran ini telah melanggar peraturan perundang-undangan
Indonesia dalam bidang lingkungan hidup.
Analisis Aturan Hukum :
Dari kronologi kasus yang telah dipaparkan tersebut, bahwa
pencemaran yang dilakukan oleh PT Dong Woo Environmental Indonesia
dapat dikategorikan sebagai kasus hukum. Hal ini dapat dilihat dari


pelaranggaran tehadapa ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku di Indonesia dalam bidang lingkungan hidup. Dan isu pelanggaran
hukum yang terdapat dalam kasus pencemaran limbah B3 oleh PT Dong
Woo Environmental Indonesia ini adalah :
1. Apakah PT Dong Woo Environmental Indonesia ini telah melanggar
UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup ?
2. Apa upaya hukum yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan
sengketa lingkungan akibat pencemaran limbah B3 PT Dong Woo
Environmental Indonesia ?
Dalam kasus pencemaran lingkungan di Desa Pasir Gombang oleh PT
Dong Woo Environmental Indonesia terdapat fakta konkrit di lapangan
yang berhasil ditemukan oleh Tim Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten
Bekasi, fakta tersebut yaitu : terdapat 9 titik tempat pembuangan limbah
B3 di lahan seluas 1,5 Hektar yang berpotensi meluas milik PT Dong Woo
Environmental Indonesia dan adanya timbunan limbah B3 dan limbah cair
lainnya di area lahan kosong milik warga yang mengakibatkan kualitas
tanah berubah (tekstur tanah mengeras, menghitam dan berbau) dan air
yang ada di lokasi tersebut menghitam dan berbau serta banyaknya

warga Desa Pasir Gombang yang menderita keracunan dan gangguan
infeksi pernapasan atas, batuk-batuk, kepala pusing serta muntahmuntah. Pencemaran limbah B3 itu terjadi akibat pembuangan limbah B3
yang salah dan tidak sesuai dengan prosedur yang sebenarnya yang
dilakukan oleh PT Dong Woo Environmental Indonesia. Fakta lapangan
yang terungkap diatas menunjukkan bahwa terdapat indikasi kuat bawa
PT Dong Woo Environmental Indonesia telah melakukan pelanggaran
hukum dalam operasional pabriknya di Desa Gombang, Cikarang, Bekasi.
Berdasarkan kasus dan fakta hukum yang telah dijelaskan sebelumnya
yang telah memaparkan kronologi kasus dan bentuk pelanggarannya
yang terjadi di lapangan, dapat diketahui fakta bahwa PT Dong Woo
Environmental Indonesia telah menyalahi peraturan perundang-undangan
yang berlaku di Indonesia. Pelanggaran terhadap peraturan perudangundangan dapat dilihat dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yaitu sebagai
berikut :
 Pasal 1 ayat 14 UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang berbunyi :
“Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya
mahkluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku
mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan”

 Pasal 59 ayat 1 UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang berbunyi :
“Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan
pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya”
 Pasal 67 UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang berbunyi :

“Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi
lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan”
 Pasal 68 huruf (b) dan huruf (c) UU No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang berbunyi :
“Setiap
orang
yang
melakukan
usahadan/atau
kegiatan
berkewajiban :
(b) menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup

(c) menaati
ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup
dan/atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup”
 Pasal 69 ayat 1 huruf (a), huruf (e), dan guruf (f) UU No. 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
yang berbunyi :
“setiap orang dilarang :
(a) melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup
(e) membuang limbah ke media lingkungan hidup
(f) membuang B3 dan limbah B3 ke media lingkungan hidup
 Pasal 98 ayat 1 dan ayat 2 UU No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang berbunyi :
(1)Setiap orang dengan sengaja melakukan perbuatan yang
mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien, baku
mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan
lingkungan hidup, dipidana dengan pidana penjara paling singkat
3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda
paling sedikit Rp 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling
banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

(2)Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan orang luka dan/atau bahaya kesehatan manusia,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun
dan paling lam 12 (dua belas) tahun dan denda paling sedikit Rp
4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah) dan paling banyak Rp
12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah).
Pencemaran ini telah menghilangkan hak masyarakat Desa Pasir
Gombang atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, karena mereka
adalah korban yang merasakan dampak langsung pencemaran tersebut.
Ketentuan hak mereka ini terdapat dalam pasal 65 ayat 1 UU No. 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang
berbunyi :
“Setiap orang berhak atas lingkungan yang baik dan sehat sebagai bagian
dari hak asasi manusia.”
Pada kasus ini bukti permulaan sudah diperoleh oleh aparat
penegak hukum, yaitu adanya pencemaran pada area lahan kosong milik
warga yang berupa timbunan limbah B3 dan limbah cair lainnya yang
merupakan dari PT Dong Woo Environmental Indonesia. Sehingga syarat
untuk mengajukan atau menuntut pihak PT Dong Woo Environmental
Indonesia ke pengadilan sudah terpenuhi. Aparat penegak hukum dapat

menindak secara pidana perusahaan tersebbut dan yang menjadi dasar
hukum untuk menindak perusahaan tersebut adalah pasal 98 ayat 1 dan

ayat 2 UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, yang berbunyi :
(1)Setiap orang dengan sengaja melakukan perbuatan yang
mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien, baku
mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan
lingkungan hidup, dipidana dengan pidana penjara paling singkat
3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda
paling sedikit Rp 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling
banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
(2)Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan orang luka dan/atau bahaya kesehatan manusia,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun
dan paling lam 12 (dua belas) tahun dan denda paling sedikit Rp
4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah) dan paling banyak Rp
12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah).
Dan pasal 106 UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang berbunyi :

“Setiap orang yang memasukan limbah B3 ke dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pasal 69 ayat
(1) huruf d, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun
dan oaling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp
5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan paling banyak Rp
15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).”
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup juga dapat melakukan
upaya meminta pemulihan lingkungan kepada pihak perusahaan dan
ganti rugi. Untuk melakukan pemulihan dan ganti rugi berdasarkan pasal
54 ayat 1 dan ayat 2 serta pasal 87 ayat 1 UU No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang berbunyi :
Pasal 54 :
(1)Setiap orang yang melakukan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan wajib melakukan pemulihan fungsi lingkungan hidup.
(2)Pemulihan fungsi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan tahapan :
a. Penghentian sumber pencemaran dan pembersihan unsur
pencemar
b. Remediasi

c. Rehabilitasi
d. Restorasi, dan/atau
e. Cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Pasal 87 :
(1)Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melakukan
perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian pada
orang lain atau lingkungan wajib membayar ganti rugi dan/atau
melakukan tindakan tertentu.
Selain itu dapat dilakukan tindakan lain jika dianggap perlu yaitu
pemerintah dapat melakukan tindakan administrasi kepada PT Dong Woo

Environmental Indonesia yaitu masalah perizinan sesuai pasal 76 ayat 1
dan ayat 2 UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, yang berbunyi :
(1)Menteri, gubernur, atau bupati/walikota menerapkan sanksi
administrasi kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
jika dalam pengawasan ditemukan pelanggaran terhadap izin
lingkungan

(2)Sanksi administrasi terdiri atas :
a.teguran tertulis
b.paksaan pemerintah
c.pembekuan izin lingkungan, atau
d.pencabutan izin lingkungan
Disamping penetapan sanksi administrasi sebagaimana diatur
dalam UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, yang sudah terbukti bahwa PT Dong Woo
Environmental Indonesia melakukan pencemaran Lingkungan dan
melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan khususnya dibidang
lingkungan hidup, maka ditinjau dari ketentaun Undang-Undang Perseroan
Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 pasal 146 ayat 1 (a) yang menyebutkan,
“Pengadilan negeri dapat membubarkan perseroan atas permohonan
kejaksaan berdasarkan alasan perseroan melanggar kepentingan umum
atau perseroan melakukan perbuatan yang melanggar peraturan
perundang-undangan.”
Oleh karena itu PT Dong Woo Environmental Indonesia yang telah
mencemari media lingkungan sebagai suatu tindakan pelanggaran
perundang-undangan, juga dapat dimintakan pembubaran perusahaan
oleh Pengadilan Negeri.
Berdasarkan ketentuan tersebut PT Dong Woo Environmental
Indonesia dapat diperingati agar berbuat sesuai izin dan apabila tidak,
akan dikenakan sanksi yang paling kerasa pencabutan izin usaha
perusahaan pengelolaan limbah B3 yang terbukti membuang liimbah ke
lokasi pemukiman warga Desa Pasir Gombang, Kecamatan Cikarang,
Bekasi. Selain itu pihak yang berkepentingan dapat mengajukan
permohonan kepada penjabat yang berwenang untuk mencabut izin
usaha dam/atau kegiatan karena merugikan masyarakat sekitar. Upaya
administrasi merupakan upaya tercepat karena tidak memerlukan proses
pengadilan. Dalam kasus pencemaran lingkungan ini upaya administrasi
terasa lebih relevan mengingat pencemaran lingkungan hidup
memerlukan upaya yang cepat agar kerugian yang ditimbulkan tidak
terus bertambah.
Uji Syarat :
Berdasarkan fakta-fakta yang ada menunjukkan bahwa PT Dong
Woo Environmental Indonesia memenuhi unsur-unsur pelanggaran
terhadap peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup
yaitu terhadap Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu dengan
ditemukannya ditemukannya 9 titik tempat pembuangan limbah B3 milik

PT Dong Woo Environmental Indonesia dan timbunan limbah B3 dan
limbah cair lainnya di sekitar area lahan kosong milik warga sekitar yang
berasal dari limbah PT Dong Woo Environmental Indonesia serta dampak
dari pencemaran limbah B3 tersebut mengakibatkan terganggunya
kesehatan masyarakat yaitu keracunan dan infeksi gangguan pernapasan
atas, pusing, batuk-batuk serta muntah-muntah. Zat berbahaya itu telah
menyalahi ambang bats dan baku mutu lingkungan hidup sehingga
berdampak bagi kesehatan masyarakat dan merusak lingkungan
sekitarnya.
Dari sudut pandang hukum perdata, maka tindakan pencemaran
lingkungan yang dilakukan oleh PT Dong Woo Environmental Indonesia
dapat dikategorikan sebagai Perbuatan Melawan Hukum yang dapat
dimintakan ganti kerugian dari perbuatan yang mengenai perbuatan
melawan hukum dan ganti rugi terkait dengan pencemaran lingkungan
maka dapat berlaku pasal 1365 BW yang berbunyi “ tiap perbuatan
melanggar hukum, yang membawa kerugian keapda orang lain,
mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu,
mengganti kerugia tersebut.” Adapun unsur-unsur yang harus dipenuhi
dalam pasal 1365 BW ini dan sudah terbukti dilakukan oleh PT Dong Woo
Environmental Indonesia adalah :
1. Ada suatu perbuatan
Perbuatan disini adalah perbuatan melawan hukum yang dilakukan
oleh PT Dong Woo Environmental Indonesia yang membuang limbah
B3 ke pemukiman masyarakat.
2. Perbuatan tersebut melawan hukum
Bahwa perbuatan melawan hukum dalam hal ini adalah bahwa PT
Dong Woo Environmental Indonesia telah melanggar ketentuan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
3. Ada kesalahan dari pelaku
Syarat kesalahan artinya pembuat harus mempertanggungjawabkan
karena telah melakukan perbuatan melanggar hukum. Dalam
Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaab Lingkungan Hidup ini
menganut asas tanggung jawab mutlak (strict liability) sebagaimana
diatur dalam pasal 88 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Karena
terjadinya
kesalahan
dan
pembuat
harus
mempertanggungjawabkannya.
4. Ada kerugian korban
Akibat tercemarnya limbah B3 oleh PT Dong Woo Environmental
Indonesia ke lingkungan masyarakat, maka telah mengakibatkan
kerugian bagi masyarakat sebagi korban atas limbah B3.
5. Ada hubungan kausal antara Pebuatan dan Kerugian
Dalam hal ini ada kaitan antara perbuatan yang melanggar hukum
dengan terjadinya kerugian dengan kata lain, pembuangan limbah
tersebut telah terbukti mengakibatkan adanya kerugian bagi
masyarakat yang tercemar limbah B3 oleh PT Dong Woo
Environmental Indonesia.

Fakta lapangan yang menunjukkan bahwa pencemaran oleh PT
Dong Woo Environmental Indonesia telah merenggut hak masyarakat
Desa Pasir Gembong untuk mendapatkan lingkungan yang sehat dan baik
yang sudah diatur dalam pasal 65 ayat 1 UU No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dapat dilihat dari
berubahnya kualitas tanah tempat limbah B3 tersebut dibuang yang
mengakibatkan tanah menjadi mengeras, menghitam dan berbau serta air
di lokasi tersebut berubah warna menjadi kehitaman dan berbau tak
sedap oleh tercemarnya limbah B3 yang mengakibatkan kesehatan
masyarakat ikut terganggu. Hal-hal diatas menunjukkan bahwa PT Dong
Woo Environmental Indonesia telah menyalahi kewajibannya memelihara
kelestarian fungsi lingkungan hidup dan mengendalikan pencemaran
lingkungan serta menyalahi ketentuan tentang baku mutu lingkungan
hidup dan/atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
Fakta-fakta lapangan diatas merupakan fakta hukum yang
terungkap dan tak perlu pembuktian lebih lanjut lagi. Sehingga pihak PT
Dong Woo Environmental Indonesia dituntut untuk melakukan tanggung
jawab mutlak sebagaimana diatur dalam pasal 88 UU No. 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yaitu :
“Setiap orang yang tindakannya menggunakan B3, menghasilkan dan ata
mengelolah limbah B3, dan/atau yang menimbulkan ancaman serius
terhadap lingkungan hidup bertanggungjawab mutlak atas kerugian yang
terjadi tanpa pembuktian unsur kesalahan.”
Kesimpulan :
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pencemaran
lingkungan khususnya pencemaran akibat limbah B3 merupakan peristiwa
atau pencemaran yang berbahaya baik bagi lingkungan, ekosistem serta
bagi masyarakat setempat. Akibat hukum yang ditimbulkan oleh
pencemaran limbah B3 PT Dong Woo Environmental Indonesia dapat
berupa perdata yaitu ganti kerugian masyarakat setempat yang
lingkungannya tercemar limbah B3, ataupun pidana yang dapat berakibat
gangguan kesehatan dan kerugian negara terhadap lingkungan hidup dan
akibat yang timbul adalah pidana penjara bagi pelaku pencemaran
lingkungan, dan akibat hukum administrasi bagi perusahaan yang
melakukan pencemaran lingkungan yaitu berupa teguran tertulis, paksaan
pemerintah, pembekuan izin lingkungan dan pencabutan izin lingkungan.
Berdasarkan fakta hukum yang sudah dijelaskan tersebut, bahwa PT
Dong Woo Environmental Indonesia telah melakukan pelanggaran
terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan Indonesia yaitu pada
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang diakibatkan karena kesalahan dalam
pengelolaan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) dan tidak sesuai
dengan prosedu atau mekanisme pengelolaan limbah B3 yang benar. Yang
mengakibatkan gangguan kesehatan dan tercemarnya lingkungan sekitar
masyarakat Desa Pasir Gombang. Oleh sebab itu sudah seharusnya segala
macam bentuk pencemaran terhadap lingkungan dapat ditindak secara
tegas baik pidana , perdata , atau administrasi oleh pemerintah maupun

aparat penegak hukum agar tidak ada lagi peristiwa pencemaran
lingkungan.

Dokumen yang terkait

WACANA KEBEBASAN PEKERJA PERS DI MEDIA TV (Studi pada kasus Luviana dalam film “DiBalik Frekuensi” karya Ucu Agustin )

0 54 20

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

Analisa studi komparatif tentang penerapan traditional costing concept dengan activity based costing : studi kasus pada Rumah Sakit Prikasih

56 889 147

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Pengaruh metode sorogan dan bandongan terhadap keberhasilan pembelajaran (studi kasus Pondok Pesantren Salafiyah Sladi Kejayan Pasuruan Jawa Timur)

45 253 84

Efisiensi pemasaran kayu jenis sengon (paraserianthes falcataria) (studi kasus Hutan Rakyat Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor)

17 93 118

Penetapan awal bulan qamariyah perspektif masyarakat Desa Wakal: studi kasus Desa Wakal, Kec. Lei Hitu, Kab. Maluku Tengeha, Ambon

10 140 105

Keabsahan praktik wakaf (studi kasus daerah Pebayuran KM 08 Kertasari-Pebayuran KAB.Bekasi-Jawa

1 43 117

Pengaruh sistem informasi akuntansi dan audit sistem informasi terhadap pengendalian internal :(studi kasus pada PT.Telkom, tbk)

34 203 107