Kemiskinan di Amerika Serikat terhadap

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Amerika Serikat meruapkan negara adidaya yang cukup berpengaruh di kancah
perekonomian internasional. Sebagai negara dengan perekonomian yang maju, negara ini
memiliki tingkat kemajuan di segala aspek yang jauh lebih pesat dibanding negara lain.
Dapat dikatakan bahwa negara ini memiliki kemampuan dan daya saing yang luar biasa
dalam perekonomian baik dalam cakupan antar negara tetangga maupun dalam
perekonomian internasional. Berbagai terknologi serta riset ilmu pengetahuan
dikembangkan di negeri paman sam ini. Terlebih lagi, peradabannya yang sangat maju
menyebabkan negara adikuasa ini dipandang sebagai negara tersohor yang menjadi
panutan bagi sistem perekonomian yang dianut negara lain. Banyak hal yang lantas
menjadikan Amerika sebagai negara dengan tingkat pendapatan nasional sangat tinggi.
Majunya negara ini tidak lantas membuat Amerika mampu terlepas dari berbagi
permasalahan yang melingkupi kehidupan penduduknya. Salah satu permasalahan yang
masih membayangi kehidupan negara ini adalah kemiskinan.
Kemiskinan merupakan permasalahan pelik yang menggelayuti berbagai hampir
seluruh negara di dunia, tak terkecuali negara maju sekalipun. Kemiskinan dapat
diartikan sebagai suatu kondisi di mana masyarakat yang mengalaminya berada dalam
kondisi yang terbatas, yang menyebabkan masyarakat yang bersangkutan kesulitan dalam

memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Daya beli yang rendah, lantas membuat
asyarakat kurang mampu dalam pemenuhan kebutuhan, yang akan menyebabkan kualitas
hidup masyarakat menjadi rendah. Kualitas kehidupan yang rendah akan berdampak pada
turunnya produktivitas, yang merembet pada lemahnya perekonomian. Hal inilah yang
lantas menyebabkan tejadinya lingkaran setan kemiskinan yang menyebabkan masalah
ini sulit untuk terputus. Kemiskinan juga dapat menjadi salah satu penghambat proses
pembangunan yang dapat menyebabkan peningkatan kesejahteraan menjadi sulit untuk
diwujudkan. Kemiskinan merupakan permasalahan pelik yang melingkupi pembangunan
ekonomi yang dikalukan, hingga pada gilirannya proses yang sadar dan terencana dalam

mengupayakan kesejahteraan masyarakat. Permasalahan kemiskinan dapat diaktakan
sebagai masalah urgent yang memerlukan penanganan dan analisis yang serius terutama
dari pemerintah agar dapat diputuskan bagaimana solusi dan kebijakan yang paling tepat
dalam mengatasi masalah kemiskinan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa kemiskinan merupakan salah satu masalah yang
melatarbelakangi terjadinya hambatan dalam proses pembangunan. Konsisi kemiskinan
yang terjadi di Negara maju tidaklah sama dengan kemiskinan yang terjadi di Negara
berkembang. Perbedaan karakteristik dan perbedaan pola kehidupan dan pola
perekonomian menyebabkan wajah kemiskinan serta solusi atau kebijakan yang
diperlukan dalam mengatasinya.

B. RUMUSAN MASALAH
Permasalahan kemiskinan yang notabene merupakan permasalahan yang kerap
melingkupi kehidupan banyak Negara bukanlah suaatu permasalahan yang bisa diatasi
hanya dalam sekejap. Kemiskinan yang notabene merupakan hambatan dalam
pembangunan adalah hal serius yang memerlukan analisis lebih dalam.
Berdasarkan permasalaha tersebut, maka dapat disusun beberapa pertanyaan penelitian:
1. Bagaimana kondisi kemiskinan di Amerika Serikat?
2. Bagaimana gambaran kesesuaian antara perekonomian dengan kemiskinan di
Amerika Serikat?
3. Bagaimana upaya kebijakan yang dapat dirumuskan guna mengentaskan kemiskinan?
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menganalisis kondisi kemiskinan di Amerika Serikat
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis karakteristik kemiskinan di Amerika Serikat;
b. Menganalisis kondisi perekonomian dan kemiskinan di Amerika Serikat;
c. Menyusun upaya solusi penanggulangan kemiskinan di Amerika Serikat.

BAB II
LANDASAN TEORI


1.

Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan secara ekonomi untuk

memenuhi standar hidup rata-rata masyarakat di suatu daerah. Kondisi ketidakmampuan
ini ditandai dengan rendahnya kemampuan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan
pokok baik berupa pangan, sandang, maupun papan. Kemampuan pendapatan yang
rendah ini juga akan berdampak berkurangnya kemampuan untuk memenuhi standar
hidup rata-rata seperti standar kesehatan masyarakat dan standar pendidikan.
Kondisi masyarakat yang disebut miskin dapat diketahui berdasarkan kemampuan
pendapatan dalam memenuhi standar hidup (Nugroho, 1995). Pada prinsipnya, standar
hidup di suatu masyarakat tidak sekedar tercukupinya kebutuhan akan pangan, akan
tetapi juga tercukupinya kebutuhan akan kesehatan maupun pendidikan. Tempat tinggal
ataupun pemukiman yang layak merupakan salah satu dari standar hidup atau standar
kesejahteraan masyarakat di suatu daerah. Berdasarkan kondisi ini, suatu masyarakat
disebut miskin apabila memiliki pendapatan jauh lebih rendah dari rata-rata pendapatan
sehingga tidak banyak memiliki kesempatan untuk mensejahterakan dirinya (Suryawati,
2004).

Pengertian kemiskinan yang saat ini populer dijadikan studi pembangunan adalah
kemiskinan yang seringkali dijumpai di negara-negara berkembang dan negara-negara
dunia ketiga. Persoalan kemiskinan masyarakat di negara-negara ini tidak hanya sekedar
bentuk

ketidakmampuan

pendapatan,

akan

tetapi

telah

meluas

pada

bentuk


ketidakberdayaan secara sosial maupun politik (Suryawati, 2004). Kemiskinan juga
dianggap sebagai bentuk permasalahan pembangunan yang diakibatkan adanya dampak
negatif dari pertumbuhan ekonomi yang tidak seimbang sehingga memperlebar
kesenjangan pendapatan antar masyarakat maupun kesenjangan pendapatan antar daerah
(inter region income gap) (Harahap, 2006). Studi pembangunan saat ini tidak hanya

memfokuskan kajiannya pada faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan, akan tetapi
juga mulai mengindintifikasikan segala aspek yang dapat menjadikan miskin

2.

Definisi Kemiskinan
Secara Umum Definisi mengenai kemiskinan dibentuk berdasarkan identifikasi

dan pengukuran terhadap sekelompok masyarakat/golongan yang selanjutnya disebut
miskin (Nugroho, 1995). Pada umumnya, setiap negara termasuk Indonesia memiliki
sendiri definisi seseorang atau suatu masyarakat dikategorikan miskin. Hal ini
dikarenakan kondisi yang disebut miskin bersifat relatif untuk setiap negara misalnya
kondisi perekonomian, standar kesejahteraan, dan kondisi sosial. Setiap definisi

ditentukan menurut kriteria atau ukuran-ukuran berdasarkan kondisi tertentu, yaitu
pendapatan rata-rata, daya beli atau kemampuan konsumsi rata-rata, status kependidikan,
dan kondisi kesehatan.
Secara umum, kemiskinan diartikan sebagai kondisi ketidakmampuan pendapatan
dalam mencukupi kebutuhan pokok sehingga kurang mampu untuk menjamin
kelangsungan hidup (Suryawati, 2004: 122). Kemampuan pendapatan untuk mencukupi
kebutuhan pokok berdasarkan standar harga tertentu adalah rendah sehingga kurang
menjamin terpenuhinya standar kualitas hidup pada umumnya. Berdasarkan pengertian
ini, maka kemiskinan secara umum didefinisikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan
pendapatan dalam memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya yang dapat
menjamin terpenuhinya standar kualitas hidup.
Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2004, kemiskinan adalah kondisi
sosial ekonomi seseorang atau sekelompok orang yang tidak terpenuhinya hak-hak
dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.
Kebutuhan dasar yang menjadi hak seseorang atau sekelompok orang meliputi kebutuhan
pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber
daya alam, lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan,
dan hak untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan kehidupan sosial dan politik.
Laporan Bidang Kesejahteraan Rakyat yang dikeluarkan oleh Kementrian Bidang


Kesejahteraan (Kesra) tahun 2004 menerangkan pula bahwa kondisi yang disebut miskin
ini juga berlaku pada mereka yang bekerja akan tetapi pendapatannya tidak mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan pokok/dasar. Definisi kemiskinan kemudian dikaji kembali
dan diperluas berdasarkan permasalahan-permasalahan kemiskinan dan faktor-faktor
yang selanjutnya menyebabkan menjadi miskin.
Definisi kemiskinan yang dikemukakan oleh Chambers adalah definisi yang saat
ini mendapatkan perhatian dalam setiap program pengentasan kemiskinan di berbagai
negara-negara berkembang dan dunia ketiga. Pandangan yang dikemukakan dalam
definisi kemiskinan dari Chambers menerangkan bahwa kemiskinan adalah suatu
kesatuan konsep (integrated concept) yang memiliki lima dimensi, yaitu:
1) Kemiskinan (Proper) Permasalahan kemiskinan seperti halnya pada pandangan
semula

adalah

kondisi

ketidakmampuan

pendapatan


untuk

mencukupi

kebutuhankebutuhan pokok. Konsep atau pandangan ini berlaku tidak hanya pada
kelompok yang tidak memiliki pendapatan, akan tetapi dapat berlaku pula pada
kelompok yang telah memiliki pendapatan.
2) Ketidakberdayaan

(Powerless)

Pada

umumnya,

rendahnya

kemampuan


pendapatan akan berdampak pada kekuatan sosial (social power) dari seseorang
atau sekelompok orang terutama dalam memperoleh keadilan ataupun persamaan
hak untuk mendapatkan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
3) Kerentanan menghadapi situasi darurat (State of emergency) Seseorang atau
sekelompok orang yang disebut miskin tidak memiliki atau kemampuan untuk
menghadapi situasi yang tidak terduga di mana situasi ini membutuhkan alokasi
pendapatan untuk menyelesaikannya. Misalnya, situasi rentan berupa bencana
alam, kondisi kesehatan yang membutuhkan biaya pengobatan yang relatif mahal,
dan situasi-situasi darurat lainnya yang membutuhkan kemampuan pendapatan
yang dapat mencukupinya. Kondisi dalam kemiskinan dianggap tidak mampu
untuk menghadapi situasi ini.
4) Ketergantungan (dependency) Keterbatasan kemampuan pendapatan ataupun
kekuatan sosial dari seseorang atau sekelompok orang yang disebut miskin tadi

menyebabkan tingkat ketergantungan terhadap pihak lain adalah sangat tinggi.
Mereka tidak memiliki kemampuan atau kekuatan untuk menciptakan solusi atau
penyelesaian masalah terutama yang berkaitan dengan penciptaan pendapatan
baru. Bantuan pihak lain sangat diperlukan untuk mengatasi persoalan-persoalan
terutama yang berkaitan dengan kebutuhan akan sumber pendapatan.
5) Keterasingan (Isolation) Dimensi keterasingan seperti yang dimaksudkan oleh

Chambers adalah faktor lokasi yang menyebabkan seseorang atau sekelompok
orang menjadi miskin. Pada umumnya, masyarakat yang disebut miskin ini berada
pada daerah yang jauh dari pusat-pusat pertumbuhan ekonomi. Hal ini
dikarenakan sebagian besar fasilitas kesejahteraan lebih banyak terkonsentrasi di
pusat-pusat pertumbuhan ekonomi seperti di perkotaan atau kota-kota besar.
Masyarakat yang tinggal di daerah terpencil atau sulit dijangkau oleh fasilitasfasilitas kesejahteraan relatif memiliki taraf hidup yang rendah sehingga kondisi
ini menjadi penyebab adanya kemiskinan.

3. Indikator Kesenjangan
1.

Kriteria Bank Dunia
Kesenjangan pendapatan diukur dengan mengurutkan income masyarakat dari
paling rendah ke paling tinggi, sehingga income dibagi dalam 3 kategori:
1.

Jumlah proposi yang diterima oleh 40% penduduk lapisan bawah

2.


Jumlah proposi yang diterima 40% penduduk lapisan sedang

3.

Jumlah proposi yang diterima 20% penduduk lapisan tinggi

Berdasarkan katagori di atas dinyatakan tingkat ketimpanga pendapatan sebagai
Bank Dunia membuat 3 macam ketimpangan pendapatan, yaitu:
1.

Ketimpangan pendapatan tinggi

2.

Ketimpangan pendapatan sedang

3.

Ketimpangan pendapatan rendah

Dari kriteria Bank Dunia dapat dilihat bahwa penapatan yang diterima oleh
lapisan menengah dan lapisan atas tidak diperhatikan. Jadi kalau ada perubahan bagi
penerima pendapatan di penduduk lapisan sedang dan tinggi, maka tidak ada

perubahan dalam ketimpangan pendapatan. Tetapi cara Bank Dunia ini cukup murah
dan praktis.
Bila proposi pendapatan yang diterima oleh 40% lapisan bawah dari total
semua pendapatan:
·

< 12% disebut ketimpangan tinggi

·

12-17% disebut ketimpangan sedang

·

> 17% disebut ketimpangan rendah

2. Gini Ratio
Ukuran ketimpangan pendapatan yang sering dipakai adalah cara menghitung
Gini Ratio. Cara ini memperhatikan seluruh lapisan penerima pendapatan, tetapi cara
ini agak sulit.
Rumus Gini Ratio:
GR = 1 – å fi (Yi + Yi – 1)
fi

= jumlah (%) penerima pendapatan kelas ke i

Yi

= jumlah kumulatif (%) pendapatan pada kelas ke i
·

Nilai GR terletak antara 0 – 1

·

Bila GR = 0 , ketimpangan pendapatan merata sempurna, artinya setiap
orang menerima pendapatan yang sama dengan yang lainnya

·

Bila GR = 1 , artinya ketimpangan pendapatan timpang sempurna atau
pendapatan itu hanya diterima oleh satu orang atau satu kelompok saja.

·

Nilai GR = 0 atau GR = 1 tidak pernah diperoleh di lapangan. Gini
Ratio biasanya disertai dengan kurva yang disebut kurva Lorenz

Kriteria ketimpangan berdasarkan Gini Ratio, bila nilai GR :
·

≥ 80%

: ketimpangan sangat tinggi

·

60 – 79%

: ketimpangan tinggi

·

40 – 59%

: ketimpangan sedang

·

20 – 39%

: ketimpangan rendah

·

< 20%

: ketimpangan sangat rendah

BAB III
PEMBAHASAN
A. KARAKTERISTIK NEGARA AMERIKA SERIKAT
Amerika Serikat merupakan negara yang memiliki tingkat perkembangan
paling pesat. Meski memiliki jumlah penduduk yang sangat tinggi, tata kelola
dan system perekonomian yang dianut secara umumdapat dikatakan mampu
membawa Negara tersebut menjadi Negara adidaya yang memiliki pengaruh
yang cukup kuat dalam perekonomian internasional. Jumlah penduduk
Amerika yang banyak, dapat dikatakan sebagai suatu kelemahan sekaligus
kelebihan yang dimiliki Negara dunia pertama tersebut. Penduduk dapat
menjadi suatu kelebihan ketika investasi sumber daya manusia dapat
dijalankan secara optimal sehingga kualitas sumber daya manusia yang ada
dapat menjadi subyek sekaligus obyek pembangunan yang dilaksanakan
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan. Sedangkan penduduk dapat
dikatakan sebagai suatu kelemahan ketika kualitas sumber daya manusia serta
infrastruktur pendukung investasi sumber daya manusia kurang optimal.
Kondisi tersebut akan memiliki efek yang buruk terhadap pembangunan.
Amerika sebagai Negara maju telah mampu menjadikan penduduk sebagai
kekuatan dalam pembangunan ekonomi. Jumlah penduduk yang banyak
bukanlah sebagai suatu masalah berarti di Negara tersebut. Sumber daya
manusia dengan kualitas yang tinggi mampu menggerakan roda perekonomian
Amerika sehingga dampak kemajuan tersebut juga akan berimbas pada
manusia sebagai pelaksananya. Namun, meskipun kemajuan yang dimiliki
Amerika tidak mudah dikalahkan oleh Negara lain, suatu permasalahan yang
belum dapat diatasi sampai saat ini adalah masalah kemiskinan. Karakteristik
kemiskinan di Negara maju (dalam hal ini Amerika) berbeda dengan
karakteristik kemiskinan di Negara berkembang. Jika di Negara berkembang
sebagian besar penduduk miskin tinggal di daerah pedesaan, tidak demikian
hal nya dengan penduduk miskin di Negara maju. Di Amerika, populasi
penduduk miskin justru tersebar di daerah perkotaan. Selain itu, kemiskinan
yang ada di Amerika memiliki pola kehidupan yang berbeda dengan
kemiskinan yang ada di Negara berkembang. Tingkat kelayakan hunian,

kondisi sanitasi, serta kemampuan literasi bukanlah menjadi permasalahan
lagi bagi masyarakat miskin di Amerika. Penduduk miskin di Amerika
menempati hunian yang layak huni, memiliki sanitasi yang baik, serta
kemampuan literasi yang lebih baik dibanding dengan Negara berkembang.
Jumlah penduduk miskin di Amerika mengalami peningkatan dari tahun
2013 sampai tahun 2014. Jumlah penduduk miskin pada 2013 mencapai
46,269 ribu jiwa. Angka ini mengalami peningkatan menjadi 46,657 ribu jiwa
pada 2014. Kondisi ini mempertihatkan bahwa meskipun kemajuan ekonomi
terus dapat diraih oleh Negara adikuasa ini, masalah kemiskinan belum dapat
diatasi dan justru semakin meningkat. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
kemiskinan bukanlah masalah yang mudah diatasi bahkan oleh Negara sekelas
Amerika.
B. KETERKAITAN ANTARA PEREKONOMIAN DENGAN KEMISKINAN
DI AMERIKA SERIKAT.
Perekonomian Amerika serikat terus mengalami kemajuan dari waktu ke
waktu. Meski pernah dilanda krisis pada beberapa tahun lalu, Negara ini
mampu bangkit memperbaiki kondisi perekonomiannya. Hal ini dibuktikan
dengan pergerakan GDP Negara ini.

Pergerakan GDP Amerika terus mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Namun, kenaikan GDP ini diirigi dengan kenaikan jumlah penduduk
miskin. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi kesenjangan distribusi
pendapatan di Negara Amerika.

Kondisi perekonomian Amerika serikat juga diiringi dengan peningkatan
laju pertumubuhan penduduk yang semakin meningkatdari tahun ke tahun.

Meningkatnya laju pertumbuhan penduduk tersebut juga diiringi dengan
menurunnya

jumlah

pengangguran.

Penurunan pengangguran tersebut menunjukkan bahwa Amerika Serikat
mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi para penduduknya. Namun kondisi
tersebut tidak mampu mengatasi kemiskinan yang ada.

BAB IV
PENUTUP

Kondisi perekonomian Amerika yang maju diiringi dengan meningkatnya jumlah
penduduk Amerika dari tahun ke tahun. Namun pertambahan jumlah penduduk tersebut bukanlah
masalah yang dihadapi Amerika. Masalah yang sampai saat ini masih dihadapi adalah persoalan
kemiskinan. Jumlah penduduk miskin di Amerika yang terus bertambah menunjukkan bahwa
permasalahan ini memerlukan penanganan serius dan analisis yang lebih mendalam mengenai
hal tersebut.
Beberapa hal yang dapat dirumuskan sebagai kebijakan dalam mengatasi kemiskinan adalah :
1. Memberikan dana bantuan (pinjaman/kredit) produktif dengan bunga yang rendah
2. Meningkatkan kesadaran dan kemauan para pemuda yang ada di Negara tersebut untuk
mengembangkan sektor ekonomi primer melalui teknologi yang telah dikuasai.
3. Menyelaraskan kebbijakan-kebijakan yang diambil dengan kondisi makro ekonomi yang
senyatanya terjadi.
Dengan demikian, diharapkan perekonomian yang maju akan mampu menjadi tombak dalam
pengentasan kemiskinan yang terjadi di Amerika.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. http://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan, (diakses pada 17 September 2015)
______,http://www.waspada.co.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=303573:memahami-konsepkemiskinan&catid=25:artikel&Itemid=44, (diakses pada 19 September 2015)
______, http://www.povertyusa.org/the-state-of-poverty/poverty-facts/, (diakses pada 21
September 2015)
Kuncoro, Mudrajad. 2003. Ekonomi Pembangunan Teori, Masalah, dan Kebijakan Edisi
Ketiga. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
Todaro, Michael P.2003. Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Erlangga.
Trading economics, http://www.tradingeconomics.com/united-states/indicators , (diakses
pada 20 September 2015)