PASAR MODAL SYARIAH SUATU BATU LONCATAN

Pasar Modal Syariah: Suatu Batu Loncatan bagi Indonesia
Farisa Puspita

Sejak beberapa tahun yang lalu, sistem ekonomi Islam atau yang biasa disebut dengan
ekonomi syariah mulai diterapkan di Indonesia. Sistem yang bersifat universal (dapat
digunakan bagi semua kalangan) ini memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan
sistem ekonomi lain karena tidak adanya bunga dan dapat bertahan dalam krisis ekonomi dan
moneter yang sedang terjadi. Munculnya beberapa bank syariah yang telah dipercaya oleh
banyak nasabah menunjukkan bahwa masyarakat percaya sistem ini tidak merugikan,
melainkan malah menguntungkan bagi kedua pihak.
Munculnya Konsep Pasar Modal Syariah
Karena banyak ekonom yang menilai perbankan syariah cukup berhasil, kemudian
muncul lah konsep baru, yaitu pasar modal syariah yang ditangani oleh Otoritas Jasa
Keuangan (OJK). Pasar modal sendiri sejatinya merupakan subset dari pasar modal
sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Pasar Modal (UUPM) dan yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah yang bersumberkan dari Al-Qur’an dan Hadits. Sebagai
landasan hukumnya, terdapat UU No. 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara
dan tiga peraturan OJK yang mengatur tentang efek syariah sejak tahun 2006, yaitu:
1. Peraturan Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah
2. Peraturan Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah
3. Peraturan Nomor IX.A.14 tentang Akad-akad yang digunakan dalam Penerbitan Efek


Syariah
Saham-saham yang masuk akan diseleksi oleh JII (Jakarta Islamic Index) dengan beberapa
syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan. Efek syariah yang telah diterbitkan di pasar
modal Indonesia meliputi saham syariah, sukuk (istilah baru sebagai pengganti obligasi
syariah), dan reksa dana syariah.
Memiliki Potensi Luar Biasa
Meskipun pertumbuhan sistem ekonomi syariah dalam bidang perbankan maupun
pasar modal masih dinilai belum maksimal menurut Dosen Fakultas Ekonomi UI M. Soleh
Nurzaman, tetapi menurut Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Rahmat Waluyanto, pasar
modal syariah memiliki potensi luar biasa untuk berkontribusi dalam pertumbuhan
perekonomian nasional. Dalam rubrik Warta Ekonomi Online pada 20 Mei 2015, diberitakan
bahwa OJK bekerja sama dengan Inggris untuk mempercepat pertumbuhan pasar modal

syariah di Indonesia. Hal ini dikarenakan Inggris merupakan pusat kegiatan industri jasa
keuangan syariah di Eropa yang telah sukses dalam pengembangannya.
Sayangnya, banyak masyarakat yang belum paham betul akan apa itu pasar modal
syariah. Buktinya, pada tahun 2013 OJK pernah mengadakan survei mengenai pemahaman
masyarakat terhadap pasar modal dan hasilnya hanya 3,7% yang benar-benar paham dari 100
orang responden. Tim Bursa Efek Indonesia berpendapat bahwa tahun 2015 merupakan

tahunnya pasar modal syariah. Data per 6 Februari 2015 dari BEI menunjukkan, nilai
kumulatif penerbitan sukuk korporasi mencapai Rp12,9 triliun yang diterbitkan oleh 33
perusahaan. Nilai total keseluruhan (outstanding) sukuk korporasi mencapai Rp7,1 triliun
dengan market share 3,2% dan outstanding sukuk negara mencapai Rp206,7 triliun dengan
market share 10,6%. Sedangkan outstanding reksa dana syariah pada periode yang sama
mencapai Rp11,25 triliun dengan market share 4,63%.
Inilah saatnya pasar modal syariah Indonesia untuk bangkit. Sebagai negara dengan
mayoritas penduduk beragama Islam terbesar, pasar modal syariah dapat menjadi suatu batu
loncatan bagi pemerintah maupun masyarakat dalam meningkatkan perekonomian nasional
dengan melakukan investasi pada produk pasar modal syariah. Untuk memanfaatkan peluang
yang ada, pemerintah bertugas untuk memberikan sosialisasi dan menyiapkan sumber daya
manusia yang kompeten agar dalam beberapa tahun ke depan, Indonesia dapat menjadi salah
satu pusat industri jasa keuangan syariah yang sukses dan besar serta dapat dijadikan contoh
bagi negara-negara lain dalam pengembangan dan penerapan sistem ekonomi syariah,
khususnya pasar modal syariah.