Toleransi Beragama Di Indonesia. docx

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial.
Sebagai makhluk sosial tentunya manusia dituntut untuk mampu berinteraksi
dengan individu lain dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam
menjalani kehidupan sosial dalam masyarakat, seorang individu akan
dihadapkan dengan kelompok-kelompok yang berbeda warna dengannya salah
satunya adalah perbedaan agama.
Dalam menjalani kehidupan sosialnya tidak bisa dipungkiri akan ada
gesekan-gesekan yang akan dapat terjadi antar kelompok masyarakat, baik
yang berkaitan dengan ras maupun agama. Dalam rangka menjaga keutuhan
dan persatuan dalam masyarakat maka diperlukan sikap saling menghormati
dan saling menghargai, sehingga gesekan-gesekan yang dapat menimbulkan
pertikaian dapat dihindari. Masyarakat juga dituntut untuk saling menjaga hak
dan kewajiban diantara mereka antara yang satu dengan yang lainnya.
Dalam pembukaaan UUD 1945 pasal 29 ayat 2 disebutkan bahwa
“Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.” Olehnya itu kita sebagai warga Negara sudah sepatutnya

menjunjung tinggi sikap saling toleransi antar umat beragama dan saling
menghormati antar hak dan kewajiban yang ada diantara kita demi keutuhan
Negara.
Kebebasan beragama pada hakikatnya adalah dasar bagi terciptanya
kerukunan antar umat beragama. Tanpa kebebasan beragama tidak mungkin
ada kerukunan antar umat beragama. Kebebasan beragama adalah hak setiap
manusia. Hak untuk menyembah Tuhan diberikan oleh Tuhan, dan tidak ada
seorang pun yang boleh mencabutnya.

1

Demikian juga sebaliknya, toleransi antarumat beragama adalah cara agar
kebebasan beragama dapat terlindungi dengan baik. Kebebasan dan toleransi
tidak dapat diabaikan. Namun yang sering kali terjadi adalah penekanan dari
salah satunya, misalnya penekanan kebebasan yang mengabaikan toleransi dan
usaha untuk merukunkan dengan memaksakan toleransi dengan membelenggu
kebebasan. Untuk dapat mempersandingkan keduanya, pemahaman yang
benar mengenai kebebasan beragama dan toleransi antar umat beragama
merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan sehari-hari dalam
bermasyarakat.

Oleh karena itu, penulis membuat makalah ini untuk mengulas pandangan
Islam tentang toleransi. Ulasan ini akan membahas sikap toleransi terhadap
agama lain yang ada di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1.

Apa yang dimaksud dengan toleransi?

2.

Bagaimana konsep toleransi dan bagaimana cara bertoleransi dalam Islam?

3.

Bagaimanakah langkah dan strategi untuk memupuk jiwa toleransi
beragama?

4.


Apakah manfaat toleransi hidup beragama dalam pandangan Islam?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Mengetahui pengertian toleransi,
2. Memahami konsep dan cara bertoleransi dalam Islam,
3. Menguraikan langkah dan strategi untuk memupuk jiwa toleransi
baragama,
4. Mengetahui manfaat toleransi hidup beragama dalam pandangan Islam.

2

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Toleransi
Kata toleransi sebenarnya bukanlah bahasa “asli” Indonesia, tetapi serapan
dari bahasa Inggris “tolerance”, yang definisinya juga tidak jauh berbeda
dengan kata toleransi/toleran. Menurut Oxford Advanced Learners Dictionary
of Current English, toleransi adalah quality of tolerating opinions, beliefs,

customs, behaviors, etc, different from one’s ow.
Adapun dalam bahasa Arab, istilah yang lazim dipergunakan sebagai
padanan dari kata toleransi adalah ‫ سماحة‬atau ‫تسامح‬. Kata ini pada dasarnya
berarti al-jûd (kemuliaan) atau sa’at al-shadr (lapang dada) dan tasâhul
(ramah, suka memaafkan). Makna ini selanjutnya berkembang menjadi sikap
lapang dada/ terbuka (welcome) dalam menghadapi perbedaan yang
bersumber dari kepribadian yang mulia.
Secara etimologi, toleransi adalah kesabaran, ketahanan emosional, dan
kelapangan dada.[1] Sedangkan menurut istilah (terminology), toleransi yaitu
bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan)
pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan ) yang berbeda dan
atau yang bertentangan dengan pendiriannya.
Toleransi juga dapat dikatakan istilah dalam konteks sosial budaya dan
agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya deskriminasi
terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh
mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama
dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan
agama-agama lainnya.

[1]

3

Jadi, toleransi beragama adalah ialah sikap sabar dan menahan diri untuk
tidak mengganggu dan tidak melecehkan agama atau sistem keyakinan dan
ibadah penganut agama-agama lain.
2.2 Konsep Toleransi Dalam Islam
Dari kajian bahasa di atas, toleransi mengarah kepada sikap terbuka dan
mau mengakui adanya berbagai macam perbedaan, baik dari sisi suku bangsa,
warna kulit, bahasa, adapt-istiadat, budaya, bahasa, serta Agama. Ini semua
merupakan fitrah dan sunnatullah yang sudah menjadi ketetapan Tuhan.
Landasan dasar pemikiran ini adalah firman Allah dalam QS. Al-Hujuraat
ayat 13yang artinya:
“Orang-rang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah
(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap
Allah, supaya kamu mendapat rahmat”.
Dalam ayat di atas, Allah menyatakan bahwa orang-orang mu’min
bersaudara, dan memerintahkan untuk melakukan ishlah (perbaikan
hubungan) jika seandainya terjadi kesalahpahaman diantara 2 orang atau
kelompok kaum muslim. Al-Qur’an memberikan contoh-contoh penyebab
keretakan hubungan sekaligus melarang setiap muslim melakukannya.

Ayat di atas juga memerintahka orang mu’min untuk menghindari
prasangka buruk, tidak mencari-cari kesalahan orang lain, serta menggunjing,
yang diibaratkan al-Qur’an seperti memakan daging saudara sendiri yang
telah meninggal dunia (QS.Al-Hujuraat:12) yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka
(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah
mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama
lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya
yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi
Maha Penyayang.

4

Untuk mengembangkan sikap toleransi secara umum, dapat kita mulai
terlebih dahulu dengan bagaimana kemampuan kita mengelola dan mensikapi
perbedaan (pendapat) yang (mungkin) terjadi pada keluarga kita atau pada
keluarga/saudara kita sesama muslim. Sikap toleransi dimulai dengan cara
membangun kebersamaan atau keharmonisan dan menyadari adanya
perbedaan.

Dan menyadari pula bahwa kita semua adalah bersaudara. Maka akan
timbul rasa kasih sayang, saling pengertian dan pada akhirnya akan bermuara
pada sikap toleran. Dalam konteks pendapat dan pengamalan Agama, alQur’an secara tegas memerintahkan orang-orang mu’min untuk kembali
kepada Allah (al-Qur’an) dan (Sunnah).
Dalam kaitannya dengan toleransi antar umat beragama, toleransi
hendaknya dapat dimaknai sebagai suatu sikap untuk dapat hidup bersama
masyarakat penganut Agama lain, dengan memiliki kebebasan untuk
menjalankan prinsip-prinsip keagamaan (ibadah) masing-masing, tanpa
adanya paksaan dan tekanan, baik untuk beribadah maupun tidak beribadah,
dari satu pihakl ke pihak lain.
Hal demikian dalam tingkat praktek-praktek social dapat dimulai dari
sikap bertetangga, karena toleransi yang paling hakiki adalah sikap
kebersamaan antara penganut keagamaan dalam praktek social, kehidupan
bertetangga dan bermasyarakat, serta bukan hanya sekedar pada tataran
logika dan wacana.
Sikap toleransi antar umat beragama bias dimulai dari hidup bertetangga
baik dengan tetangga yang seiman dengan kita atau tidak. Sikap toleransi itu
direfleksikan dengan cara saling menghormati, saling memuliakan dan saling
tolong-menolong.
Mengenai system keyakinan dan Agama yang berbeda-beda, al-Qur’an

menjelaskan pada ayat terakhir surat al-kafirun.

5

Artinya: Untukmu Agamamu, dan untukkulah, Agamaku."
Bahwa perinsip menganut Agama tunggal merupakan suatu keniscayaan.
Tidak mungkin manusia menganut beberapa Agama dalam waktu yang sama;
atau mengamalkan ajaran dari berbagai Agama secara simultan. Oleh sebab
itu, al-Qur’an menegaskan bahwa umat islam tetap berpegang teguh pada
system ke-Esaan Allah secara mutlak; sedangkan orang kafir pada ajaran
ketuhanan yang ditetapkannya sendiri. Dalam ayat lain Allah juga
menjelaskan tentang prinsip dimana setiap pemeluk Agama mempunyai
system dan ajaran masing-masing sehingga tidak perlu saling hujat
menghujaraat. Allah berfirman dalam Q.S. Al-Hujarat:40-41:

Artinya :
40. Dan di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Qur’an,
dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya.
Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.
41. Jika mereka mendustakan kamu, Maka Katakanlah: “Bagiku pekerjaanku

dan bagimu pekerjaanmu. kamu berlepas diri terhadap apa yang Aku
kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan”.

6

Pada taraf ini konsepsi tidak menyinggung Agama kita dan Agama selain
kita, juga sebaliknya. Dalam masa kehidupan dunia, dan untuk urusan dunia,
semua haruslah kerjasama untuk mencapai keadilan, persamaan dan
kesejahteraan manusia. Sedangkan untuk urusan akhirat, urusan petunjuk dan
hidayah adalah hak mutlak Tuhan SWT. Maka dengan sendirinya kita tidak
sah memaksa kehendak kita kepada orang lain untuk menganut Agama kita.
Al-Qur’an juga menganjurkan agar mencari titik temu dan titik singgung
antar pemeluk Agama. Al-Qur’an menganjurkan agar dalam interaksi social,
bila tidak dotemukan persamaan, hendaknya masing-masing mengakui
keberadaan pihak lain dan tidak perlu saling menyalahkan.
Bahkan al-Qur’an mengajarkan kepada Nabi Muhammad SAW. dan
ummatnya untuk menyampaikan kepada penganut Agama lain setelah kalimat
SAWa’ (titik temu) tidak dicapai (QS. Saba: 24-26).
Artinya: Katakanlah: "Siapakan yang memberi rezeki kepadamu dari
langit dan dari bumi?" Katakanlah: "Allah", dan Sesungguhnya Kami atau

kamu (orang-orang musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau dalam
kesesatan yang nyata. Katakanlah: "Kamu tidak akan ditanya (bertanggung
jawab) tentang dosa yang Kami perbuat dan Kami tidak akan ditanya (pula)
tentang apa yang kamu perbuat". Katakanlah: "Tuhan kita akan
mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi keputusan antara kita
dengan benar. dan Dia-lah Maha pemberi keputusan lagi Maha
Mengetahui".
Jalinan persaudaraan dan toleransi antara umat beragama sama sekali tidak
dilarang oleh Islam, selama masih dalam tataran kemanusiaan dan kedua
belah pihak saling menghormati hak-haknya masing-masing (QS. AlMumtahanah: 8):
Artinya: Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil
terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena Agama dan tidak
(pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang Berlaku adil.
7

Al-Qur’an juga berpesan dalam QS 16: 125 agar masing-masing Agama
mendakwahkan Agamanya dengan cara-cara yang bijak.
Tak ada paksaan dalam Agama. Islam mengajarkan pemeluknya untuk
membiarkan orang untuk menganut kepercayaan masing-masing. Artinya,
Islam sekedar menganjurkan pemeluknya untuk mengajak orang lain, bukan

memaksanya untuk memeluk Agama Islam.
Allah swt berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 256 :
Artinya:“Tidak

ada

paksaan

untuk

(memasuki)

Agama

(Islam);

sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.
Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada
Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat
kuat yang tidak akan putus dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.”
Adapun hadist yang membahas tentang toleransi yaitu;
Hadis Pertama
‫على‬
‫عن ا علبي مهعريعرة قال قال رسول ال صلى ال عليه وسلم ع‬
‫حلق سالممسسللم ع‬
‫ع‬
‫خسمسس لمسن ع‬
‫ععولة عومشمهومد العجعناعزلة عو ل‬
.‫ل‬
‫حلمعدا م‬
‫ععياعدلة العملريلض عوتعسشلميع م‬
‫سالممسسل لسم عرمد التعلحيعلة عوا لعجاعبمة العد س‬
‫ت العغالظلس ا لعدا ع‬
Dari Abi Hurairah ra. berkata, Rasullah bersabda:ada lima kewajiban orang
islam terhadap orang islam lainnya, yaitu membalas salam, memenuhi
undangan, melayat jenazah, menengok orang sakit, dan berdoa bagi orang
(yang bersin yang memuji Allah (membaca hamdallah).(Ibnu majah
Dalam hadis di atas Rasullah Saw memberi pelajaran kepada orang-orang
islam tentang kewajiban dan haknya dalam pergaulan sehari-hari. Hak dan
kewajiban itu antara lain:
1) Kewajiban membalas salam

8

Apabila ada orang islam yang memberi salam atau mengucapkan
salam, yaitu “assalamu’alaikum” maka orang islam lainnya berkewajiban
membalas atau menjawab salam itu. Memberi salam adalah sunah.

2) Kewajiban memenuhi Undangan
Orang islam apabila diundang oleh orang islam lainnya, wajib
memenuhi atau menghadirinya, terutama adalah undangan pernikahan atau
walimatul ursy.
3) Kewajiban Melayat orang islam yang meninggal
Apabila ada orang islam yang meninggal dunia, maka orang islam
lainnya berkewajiban melayatnya. Hukumnya adalah wajib kifayah.
4) Kewajiban mendoakan orang islam yang bengkis
Apabila ada oarng islam bengkis lalu ia mengucapkan “alhamdulilah”
maka orang islam yang mendengarkannya berkewajiban mendoakannya
dengan mengucapkan doa” Yarhakumullah”.
Perintah yang di pesankan dalam hadis tersebut tampak sangat
manusiawi dan sesuai dengan hukum sosial. Sebagaimana diakui dalam
sosialogi bahwa pada kehidupan masyarakat apapun dan dimana pun
beradanya sangat memerlukan adanya perilaku yang seimbang diantara
anggotanya. Oleh karena itu apa yang di anjurkan hadis tersebut merupakan
tata aturan/hukum sosial kemasyarakatan yang sangat indah dan manusiawi.
Lebih dari itu etika sosial tadi hukumnya bukan hanya mengandung nilai-nilai
budaya luhur, tetapi juga mengandung nilai peribadatan, karena dalam
praktiknya

banyak

mengandung

doa

guna

membesarkan

menggembirakan, menentramkan, menghibur orang yang bersangkutan.

9

hati,

Hadis Kedua
‫عى ل عمه عسائللر‬
‫عمثعمل سالممؤسلمنليسعن لفي تععوالدلهسم عوتععرالحلملهسم عوتعععاط ملفلهسم عمثعمل سالعجعسلد ا لعدااسستع ع‬
‫كى لمن سمه م‬
‫عسضسو تععدا ع‬
. ‫سالعجعسلد لبالعسعهلر عوسالمحعمى رواه البخارى والمسلم‬

Perumpamaan sesama orang-orang mukmin dalam mencinta, menyayangi,
dan merasakan lemah lembut seperti satu tubuh manusia, Jika diantara satu
anggotanya merasa sakit maka seluruh tubuh akan merasakan gelisah dan
sakit panas.(HR.Bukhori dan Muslim)
Hadis ini menerangkan tentang etika atau tata pergaulan sosial
kemasyarakatan sesama muslim. Dalam hadis ini Rasullalah memberi
pelajaran bagaimana hubungan sosial orang-orang islam dengan orang islam
lainnya. Cinta kasih sayang dan kemesraan hubungan orang0orang muslim
dengan muslim lainnya itu digambarkan oleh Rasulallah SAW ibarat satu
tubuh. Dalam hadis ini juga menjelaskan tentang pentingnya solideritas dalam
kehidupan antara umat islam.
Kita tahu dan sadar bahwa manusia tidak bisa hidup kecuali dalam
kebersamaan. Kebersamaan baru dapat diwujudkan manakala solideritas
tercermin dalam kehidupan masyarakatnya. Oleh karena itu anjuran hadist
tersebut kepada umat islam untuk mewujudkan solideritas dalam kehidupan
antra mereka merupakan ajakan yang positif dan itulah etika pergaulan
sesama umat islam.
Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk melakukan toleransi
terhadap agama lain, diantaranya:
a. Menghormati Saat Umat Lain Beribadah
Menghormati saat teman atau siapapun sedang biribadah setidaknya
jangan berisik dan merusak suasana beribadah. Berdoalah dengan caramu
sendiri.
10

b. Menghormati Acara Umat Lain
Disaat teman mu sedang puasa usahakan jangan membuatnya
membatalkan puasanya hormati dia kalau mau makan ya jangan sampai
menganggu puasanya.
c. Tidak Menganggu
Kalau anda tidak bisa menghormati agama lain setidaknya jangan
menganggu orang lain beribadah .Itu lebih baik dan merupakan sikap
sederhana menjaga hubungan antar umat beragama.
2.3 Langkah dan Strategi Memupuk Jiwa Toleransi Beragama
Beberapa langkah dan strategis untuk memupuk jiwa toleransi beragama
dan membudidayakan hidup rukun antar umat beragama. Kiat-kiat itu adalah
sebagai berikut :
1. Menonjolkan segi-segi persamaan dalam agama; tidak memperdebatkan
segi-segi perbedaan agama .
2. Melakukan kegiatan sosial yang melibatkan para pemeluk agama yang
berbeda.
3. Mengubah orientasi pendidikan agama yang menekankan aspek sektoral
fiqhiyah menjadi pendidikan agama yang berorientasi pada pengembangan
aspek universal-rabbaniyah.
4. Meningkatkan pembinaan individu yang mengarah pada terbentuknya
pribadi yang memiliki budi pekerti yang luhur dan akhlakul karimah.
5. Menghindari

jauh-jauh

sikap

egoism

dalam

beragama

mengklaim diri yang paling benar.
2.4 Manfaat Toleransi Hidup Beragama dalam Pandangan Islam

11

sehingga

Beberapa manfaat toleransi hidup beragama dalam pandangan Islam yaitu:
1. Menghindari Terjadinya Perpecahan
Bersikap toleran merupakan solusi agar tidak terjadi perpecahan
dalam mengamalkan agama. Sikap bertoleransi harus menjadi suatu
kesadaran pribadi yang selalu dibiasakan dalam wujud interaksi sosial.
Toleransi dalam kehidupan beragama menjadi sangat mutlak adanya
dengan eksisnya berbagai agama samawi maupun agama ardli dalam
kehidupan umat manusia ini.
Dalam kaitanya ini Allah telah mengingatkan kepada umat manusia
dengan pesan yang bersifat universal, berikut firman Allah SWT:
“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang
telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami
wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada
Ibrahim, Musa dan Isa yaitu : Tegakkanlah agama dan janganlah
kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang
musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik
kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk
kepada -Nya orang yang kembali.”(As-Syuro:13)
”Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah,
dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah
kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan,
Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena
nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada
di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu
mendapat petunjuk.” (Al-Imran:103)
Pesan universal ini merupakan pesan kepada segenap umat manusia
tidak terkecuali, yang intinya dalam menjalankan agama harus menjauhi
perpecahan antar umat beragama maupun sesama umat beragama.

12

2. Memperkokoh Silaturahmi dan Menerima Perbedaan
Salah satu wujud dari toleransi hidup beragama adalah menjalin dan
memperkokoh tali silaturahmi antarumat beragama dan menjaga hubungan
yang baik dengan manusia lainnya. Pada umumnya, manusia tidak dapat
menerima perbedaan antara sesamanya, perbedaan dijadikan alasan untuk
bertentangan satu sama lainnya. Perbedaan agama merupakan salah satu
faktor penyebab utama adanya konflik antar sesama manusia.
Merajut hubungan damai antar penganut agama hanya bisa
dimungkinkan jika masing-masing pihak menghargai pihak lain.
Mengembangkan sikap toleransi beragama, bahwa setiap penganut agama
boleh menjalankan ajaran dan ritual agamanya dengan bebas dan tanpa
tekanan. Oleh karena itu, hendaknya toleransi beragama kita jadikan
kekuatan untuk memperkokoh silaturahmi dan menerima adanya
perbedaan. Dengan ini, akan terwujud perdamaian, ketentraman, dan
kesejahteraan.
3.Mengokohkan Iman
Semua agama mangajarkan hal yang baik bagaimana mngatur
hubungan dengan masyarakat yang beragama lain. Wujud nyata tingkah
laku toleransi akan menunjukkan perwujudan iman keagamaan dalam
kehidupan sehari-hari.

13

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa:
1. Toleransi beragama adalah ialah sikap sabar dan menahan diri untuk tidak
mengganggu dan tidak melecehkan agama atau sistem keyakinan dan
ibadah penganut agama-agama lain.
2. Islam tidak memaksa agama lain untuk memeluk Islam, tetapi Islam
menganjurkan agar dalam interaksi social, bila tidak dotemukan
persamaan, hendaknya masing-masing mengakui keberadaan pihak lain
dan tidak perlu saling menyalahkan.
3. Langkah dan strategi yang dapat dilakukan untuk memupuk jiwa toleransi
yaitu menonjolkan segi-segi persamaan dalam agama, melakukan
kegiatan sosial yang melibatkan para pemeluk agama yang berbeda,
mengubah orientasi pendidikan agama yang menekankan aspek sektoral
fiqhiyah

menjadi

pendidikan

agama

yang

berorientasi

pada

pengembangan aspek universal-rabbaniyah, meningkatkan pembinaan
individu yang mengarah pada terbentuknya pribadi yang memiliki budi
pekerti yang luhur dan akhlakul karimah, dan menghindari jauh-jauh
sikap egoism dalam beragama sehingga mengklaim diri yang paling
benar.
4. Manfaat toleransi hidup beragama yaitu menghindari terjadinya
perpecahan, memperkokoh silaturahmi dan menerima perbedaan, serta
memperkokoh iman.
3.2 Saran

14

Saran penulis yaitu sebaiknya setiap manusia saling menghargai dan
menghormati walaupun berbeda agama karena dalam Al-Qur’an pun Allah
menganjurkan kita untuk bersikap toleransi dengan agama lain sehingga
tercipta kedamainan antarumat beragama.
DAFTAR PUSTAKA

Djam’annuri. 2003Studi Agama-Agama, Yogyakarta: Pustaka Rihlah.
Kuswandi, Irwon. 2012. Toleransi Menurut Al- Qur’an, (http://qral-m4ndily.blogs
pot.com/2012/01/toleransi-menurut-al-quran.html),
Oktober

(diakses

tanggal

7

2013).

Rozan, Muhammad. 2011. Memahami Ayat-Ayat Al-Qur’anToleransi dan Etika
Pergaulan, (http://ngawadul.wordpress.com/2011/06/15/memahami-ayat-ayat
-al-qur%E2%80%99an-toleransi-dan-etika-pergaulan/), (diakses tanggal 7
Oktober 2013).
Syatriadi, Tommy. 2013. Toleransi Umat Beragama, (http://tommysyatriadi.blogs
pot.com/2013/02/toleransi-umat-beragama.html), (diakses tanggal 7 Oktober
2013).
Triyaning. 2012. Ayat-Ayat Al- Qur’an Tentang Toleransi, (http://triyaning.wordpr
ess.com/ayat-ayat-al-quran-tentang-toleransi/), (diakses tanggal 7 Oktober
2013).

15

16

17