Pusat Pengembangan Program dan Pembinaan Diklat

  Kedeputian Bidang Diklat Aparatur

  Review Renstra RENCANA

  2015 - 2019 STRATEJIK

  

Pusat Pengembangan

Program dan Pembinaan Diklat

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia

  ii| R e v i e w R e n s t r a 2 0 1 5 – 2 0 1 9 P u s a t P 3 D

DAFTAR ISI

  Halaman

  Kata Pengantar ............................................................................................ i Daftar Isi ..................................................................................................... ii Daftar Gambar ............................................................................................ iii Daftar Tabel ................................................................................................ iv Bab I Pendahuluan ...................................................................................

  1 A. Kondisi Umum ..................................................................................

  1 B. Potensi dan Permasalahan ................................................................. 10 Bab II Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Pusat P3D ........................................

  14 A. Visi, Misi Kedeputian Bidang Diklat ................................................... 14

  B. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Pusat P3D .......................................... 15

  C. Nilai – Nilai Unit P3D………………………………………………………………. 16

  Bab III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi dan Kerangka Kelembagaan ...

  18 A. Arah Kebijakan dan Strategi Kedeputian Bidang Diklat Aparatur ........ 18

  B. Arah Kebijakan dan Strategi Pusat P3D .............................................. 19

  C. Program Regulasi .............................................................................. 22 Bab IV Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan ..........................................

  24 A. Target Kinerja .................................................................................... 26

  B. Kerangka Pendanaan ......................................................................... 28 Bab V Penutup ..........................................................................................

  29

  iii | R e v i e w R e n s t r a 2 0 1 5 – 2 0 1 9 P u s a t P 3 D

Daftar Gambar

  Halaman

  Gambar 1. Peta Strategi Pusat P3D………………………………………………………….21

  

Daftar Tabel

Halaman Tabel 1.1. Jumlah PNS Menurut Umur .........................................................

  4 Tabel 1.2. Jumlah PNS Komposisi Jabatan ...................................................

  5 Tabel 1.3. Data Akreditasi Lembaga Diklat ...................................................

  7 Tabel 4.1. Penetapan Outcome, Kegiatan, Indikator, dan Output……………….. 25

Tabel 4.2. Penetapan Outcome, Kegiatan, Indikator, dan Output Tambahan… 26Tabel 4.3. Target Kinerja .............................................................................. 26Tabel 4.4. Target Kinerja .............................................................................. 27Tabel 4.5. Kerangka Pendanaan ................................................................... 28

  iv| R e v i e w R e n s t r a 2 0 1 5 – 2 0 1 9 P u s a t P 3 D

BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Umum Perkembangan lingkungan stratejik bangsa yang sangat cepat di segala

  bidang membutuhkan kekuatan yang disebut dengan daya saing untuk dapat bertahan di era persaingan bebas antar bangsa ke depan. Kecepatan perkembangan lingkungan tersebut harus diimbangi atau bahkan dilampaui percepatannnya dengan berbagai upaya persiapan/peningkatan daya saing bangsa agar bangsa Indonesia tidak tertinggal jauh di belakang dibandingkan negara-negara lainnya, khususnya di kawasan ASEAN.

  Munculnya Revolusi Industri 4.0 yang merupakan hasil dari percepatan perubahan teknologi dan informasi menjadi tantangan baru bagi bangsa Indonesia, dimana kebijakan-kebijakan pemerintah dituntut untuk dapat mengakomodir kepentingan-kepentingan yang bersifat konvensional maupun yang berbasis digital. Menyikapi fenomena Revolusi Industri 4.0 tersebut, Pemerintah telah membuat Road Map Industri 4.0 sebagai persiapan pemerintah dalam meningkatkan daya saing bangsa Indonesia dan menjawab tuntutan perubahan.

  Persiapan peningkatan daya saing perlu di lakukan secara komprehensif baik terkait penguatan terhadap aspek yang bersifat tangible berupa penguatan teknologi, infrastruktur, dan sistem, maupun penguatan terhadap aspek yang bersifat intangible seperti penguasaan terhadap pengetahuan, networking, dan kolaborasi. Dan kunci keberhasilan terhadap penyiapan terhadap kedua aspek tersebut terletak pada kualitas sumber daya manusia yang akan berperan sebagai penggerak utamanya. Upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia merupakan sebuah keniscayaan dimana Pemerintah Indonesia telah memberikan prioritas utama bagi peningkatan kualitas sumberdaya manusia sebagaimana telah tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan kemudian dipetakan secara lebih rinci melalui beberapa tahapan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah tak terkecuali bagi SDM Aparatur. Khususnya terkait SDM Aparatur, pada tahun awal tahun 2014, Pemerintah telah menetapkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN). UU ASN merupakan Undang-Undang yang pertama kali menetapkan ASN (termasuk di dalamnya PNS) sebagai sebuah profesi. Dan untuk menjadikan ASN sebagai sebuah profesi maka di dalam UU ASN tersebut telah mengatur secara komprehensif mulai persyaratan kompetensi ASN, hak dan kewajiban, kode etik, cara pengembangan kompetensi sampai dengan penyelenggaraan akhir dari karir

  1 | ASN. Atau dengan kata lain, berbagai ketentuan untuk menerapkan merit sistem lebih konkrit diatur dalam UU tersebut. Pengaturan lebih operasional terkait ASN telah tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil yang mengatur PNS mulai dari penyusunan dan penetapan kebutuhan PNS, pengadaan, pangkat dan jabatan sampai dengan jaminan pensiun dan jaminan hari tua serta perlindungan.

  Sebagai sebuah profesi, Aparatur Sipil Negara harus memiliki integritas, profesional, netral dan bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Untuk menjadikan ASN di seluruh Indonesia seperti tersebut di atas, diperlukan dukungan manajemen ASN yang kuat mulai dari fase perencanaan sampai dengan fase terminasi ASN.

  Salah satu aspek yang perlu menjadi perhatian dalam manajemen ASN adalah pengembangan kompetensi ASN. Pengembangan kompetensi ASN sangat penting dalam rangka meningkatkan kualitas birokrasi menuju peningkatan kinerja organisasi pemerintah. UU ASN yang menegaskan bahwa setiap Pegawai ASN memiliki hak dan kesempatan untuk mengembangkan kompetensi menunjukkan kesadaran dan perhatian yang sangat besar dari pemerintah terhadap pentingnya Pengembangan kompetensi bagi ASN, terlebih dimandatkan bahwa rencana pengembangan kompetensi wajib dimuat dalam Rencana Penganggaran setiap tahun. Untuk itu jaminan pengembangan kompetensi yang telah diberikan oleh UU tersebut harus dapat ditindaklanjuti dengan pengaturan tentang jenis dan cara pengembangan kompetensi yang perlu dilakukan.

  Lembaga Administrasi Negara (LAN) mendapatkan mandat yang penting dalam program pengembangan kompetensi ASN khususnya terkait dengan salah satu jenis pengembangan kompetensi berupa pelatihan. Pasal 43 UU ASN telah mengatur secara lebih rinci tentang fungsi, tugas, dan kewenangan LAN terkait pengembangan kompetensi ASN melalui pendidikan dan pelatihan. Dengan mandat yang dimiliki oleh Lembaga Administrasi Negara untuk 1) pengembangan standar kualitas pelatihan Pegawai ASN; 2) pembinaan pelatihan kompetensi manajerial Pegawai ASN; 3) penyelenggaraan pelatihan kompetensi manajerial Pegawai ASN baik secara sendiri maupun bersama- sama lembaga pelatihan lainnya; 4) pengkajian terkait dengan kebijakan dan manajemen ASN; dan 5) melakukan akreditasi lembaga pelatihan Pegawai ASN tersebut. Berdasarkan Peraturan Kepala LAN Nomor 14 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja di lingkungan LAN, tiga dari lima mandat tersebut menjadi tanggungjawab Pusat Pengembangan Program dan Pembinaan Diklat

  2

  |Pusat P3D TOP

  (Pusat P3D) sehingga harus dipersiapkan secara matang melalui perencanaan strategis untuk kurun waktu lima tahun mendatang.

  Selama kurun waktu 3 (tiga) tahun sejak tahun 2015, Pusat Pengembangan Program dan Pembinaan Diklat telah berhasil menerbitkan sejumlah kebijakan di bidang pengembangan kompetensi ASN sebagai wujud dari mandat diatas, antara lain:

  Ø Penyempurnaan pedoman akreditasi lembaga diklat melalui penerbitan Peraturan Kepala LAN Nomor 25 Tahun 2015;

  Ø Penyempurnaan kurikulum Diklat Prajabatan secara terus menerus melalui Peraturan Kepala LAN Nomor 10, 15 dan 16 Tahun 2015; serta yang terbaru adalah Peraturan Kepala LAN Nomor 25 Tahun 2017 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Dasar CPNS Golongan III

  Ø Penyempurnaan kurikulum Diklat Kepemimpinan Tingkat I, II, III dan IV (disebut juga Diklat Pola Baru) melalui penerbitan Peraturan Kepala LAN Nomor 17, 18, 19, dan 20 Tahun 2015.

  Disamping itu, untuk lebih meningkatkan aksesibilitas data dan informasi serta peningkatan pelayanan melalui teknologi informasi, Lembaga Administrasi Negara melalui Pusat Pengembangan Program dan Pembinaan Diklat mulai tahun 2017 telah melakukan migrasi data dan informasi layanan dari Sistem Informasi Diklat Aparatur (SIDA) ke Sistem Informasi Pengembangan Kompetensi Aparatur (SIPKA) dengan akses layanan yang lebih luas. Keberhasilan migrasi dan ekstensi data dan informasi ini merupakan buah dari mutual cooperation antara LAN, BKN, Bappenas dan Kementerian PAN dan RB sehingga pengembangan SIPKA masih terus berlanjut dari tahun 2017 sampai dengan 2019 nanti.

  Kemudian, dalam rangka meningkatkan pelayanan pembinaan diklat aparatur kepada stakeholders, Pusat Pengembangan Program dan Pembinaan Diklat bekerja berdasarkan standar mutu yang telah ditetapkan dan dipantau oleh lembaga sertifikasi ISO internasional. Hal ini dikarenakan Kedeputian Bidang Diklat Aparatur dimana Pusat P3D berada mendapatkan sertifikat ISO SNI 9001:2015 pada tahun 2017 oleh TUV Rhenland Indonesia.

  Keberhasilan yang telah dicapai oleh Pusat Pengembangan Program dan Pembinaan Diklat dan dinamika perubahan lingkungan stratejik, serta terbitnya Peraturan Kepala LAN Nomor 4 Tahun 2018 tentang Penetapan IKU LAN Tahun 2018 – 2019, menjadi dasar untuk dilakukannya review atas Renstra Pusat P3D ini.

  3 |

1. Perkembangan Kebutuhan Pengembangan Kompetensi ASN

  UU ASN telah mengatur tentang 3 (tiga) jenis kompetensi yang perlu dikuasai oleh ASN agar dapat mendorong proses pembangunan nasional, meliputi:

  1. Kompetensi teknis yang diukur dari tingkat dan spesialisasi pelatihan teknis fungsional dan pengalaman bekerja secara teknis;

  2. Kompetensi manajerial yang diukur dari tingkat pelatihan struktural atau manajemen, dan pengalaman kepemimpinan; dan

  3. Kompetensi sosial kultural yang diukur dari pengalaman kerja berkaitan dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku, dan budaya sehingga memiliki wawasan kebangsaan. Dalam rangka menjamin kepemilikan kompetensi oleh setiap ASN maka melalui Pasal 70 ayat 1 UU ASN pemerintah telah menegaskan bahwa setiap ASN memiliki hak dan kesempatan mengembangkan kompetensi. Lebih jauh Undang-Undang juga mengatur bahwa setiap instansi pemerintah wajib membuat rencana pengembangan kompetensi yang tertuang dalam rencana penganggaran. Ketentuan tersebut merupakan suatu keharusan bagi setiap instansi untuk menyiapkan kebutuhan pengembangan kompetensi bagi seluruh ASN di instansi masing-masing sebagai upaya memenuhi standar kompetensi yang dipersyaratkan dalam jabatan masing- masing.

  Selain ketentuan terkait dengan kewajiban pengembangan kompetensi secara umum tersebut, UU ASN juga telah memberikan banyak opsi tentang cara pengembangan kompetensi mulai dari pendidikan, pelatihan, seminar, kursus, penataran, praktik kerja, sampai dengan pelibatan dengan pihak swasta melalui pertukaran pegawai dengan swasta. Dengan mengacu pada ketentuan-ketentuan tersebut maka kebutuhan pengembangan kompetensi bagi ASN secara nasional ke depan sangatlah tinggi. Data-data berikut dapat menggambarkan potensi kebutuhan pengembangan kompetensi bagi ASN ke depan khususnya PNS:

  4

  |Pusat P3D TOP

Tabel 1.1 JUMLAH PNS MENURUT KELOMPOK UMUR DAN TINGKAT

  

PENDIDIKAN

(Desember 2016)

Sumber: BKN

  Berdasarkan data tersebut, kelompok PNS masa aktif sampai dengan 5 tahun ke depan yang terpeta dalam kelompok umur 18-20 sampai dengan kelompok umur 46-50 bagi pengembangan karir PNS sangatlah tinggi yaitu lebih kurang 2,7 juta PNS. Dengan jumlah yang demikian besar maka perencanaan pengembangan kompetensi terhadap seluruh PNS tersebut perlu direncanakan dan dilakukan secara hati-hati dengan mempertimbangkan ketersediaan anggaran negara. Dan bila secara lebih spesifik lagi, kebutuhan pengembangan kompetensi dapat diproyeksikan berdasarkan kebutuhan berbagai jenis kompetensi: teknis, manajerial atau sosial kultural dengan memperhatikan data berikut:

  5 |

Tabel 1.2 JUMLAH PNS MENURUT JENIS JABATAN DAN JENIS KELAMIN (DESEMBER 2016) % ESE- JENIS JABATAN PRIA WANITA JUMLAH LON

  1 Madya 474 76 550 0,02%

  2 Pratama 10.275 2.336 18.611 0,42% Jab. Pimpinan

  3 Administrator 70.885 18.901 89.786 2,1% Tinggi

  4 Pengawas 199.437 105.747 305.184 6,9%

  5 Pelaksana 11.037 5.006 16.403 0,37% Jab. Fungsional Tertentu 901.285 1.383.578 2.284.863 52,3% Jab. Fungsional Umum

  1.018.093 641.211 1.659.304 37,9% JUMLAH 2.211.486 2.156.855 4.368.341 100%

  Sumber: BKN

  Data tersebut menggambarkan bahwa kebutuhan pelatihan bagi jabatan fungsional tertentu sangat mendominasi karena 52% dari jumlah PNS adalah mereka yang menduduki jabatan fungsional tertentu diikuti berikutnya oleh jabatan fungsional umum yaitu 37,9% dari jumlah seluruh PNS. Bila dilihat dari kebutuhan kompetensi utama bagi kedua jabatan tersebut adalah kompetensi teknis sehingga dalam kurun waktu 5 tahun ke depan mulai diperlukan pengkayaan program pengembangan kompetensi teknis bagi mereka. Disamping penekanan tersebut, kebutuhan pengembangan kompetensi manajerial dan sosial kultural juga memerlukan perhatian yang besar mengingat kedua jenis kompetensi tersebut juga diperlukan bagi setiap jabatan yang ada meskipun dengan kadar yang berbeda.

  Kajian berbagai sumber menunjukkan bahwa kondisi saat ini masih memperlihatkan adanya berbagai permasalahan dalam kepemilikan kompetensi sebagaimana diharapkan tersebut disebabkan oleh berbagai faktor. Pertama, penyusunan kebijakan pengembangan kepegawaian saat ini belum didasarkan kepada analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan.

  Kedua, pengembangan kompetensi ASN belum mengacu kepada

  perencanaan pembangunan baik tingkat nasional maupun daerah (khusus untuk ASN di Daerah). Ketiga, pada tataran organisasional, masih

  6

  |Pusat P3D TOP minimnya keterkaitan antara perencanaan pembangunan nasional atau daerah menyebabkan tidak jelasnya program pengembangan kepegawaian dengan rencana strategis yang disusun. Keempat, pengembangan kompetensi diartikan secara sempit sebagai pendidikan dan pelatihan yang dilakukan secara klasikal. Kelima, pengembangan kompetensi dilakukan secara terpisah dengan kebijakan pola karir.

  Untuk menjamin pengembangan kompetensi ASN yang terstandar dan mampu mendukung terwujudnya reformasi birokrasi dan pembangunan nasional, maka keberadaan Grand Desain Program Pengembangan Kompetensi melalui Pendidikan dan Pelatihan sangatlah diperlukan. Grand Desain tersebut harus pula ditindaklanjuti dengan berbagai pengaturan yang dapat mengoperasionalkannya sehingga dapat menjadi rujukan berbagai lembaga pengembangan kompetensi di berbagai instansi Pusat dan daerah di seluruh Indonesia.

  Perkembangan Kelembagaan Pengembangan Kompetensi 2.

  Untuk memenuhi kebutuhan pengembangan kompetensi ASN khususnya PNS, yang begitu besar di atas memerlukan lembaga pengembangan kompetensi yang mampu mengembangkan kompetensi para PNS tersebut melalui proses yang berkualitas. Sehingga hasil dari pengembangan kompetensi tersebut dapat meminimalisir gap antara standar kompetensi jabatan yang ada dengan kompetensi yang dimiliki oleh PNS tersebut setelah dikembangkan kompetensinya. Untuk itu, kualitas lembaga pelatihan pemerintah yang memiliki tugas dan fungsi khusus melaksanakannya akan sangat penting di sini. Setiap lembaga pelatihan harus memenuhi standar kualitas yang dipersyaratkan yang akan dijamin melalui proses akreditasi.

  Saat ini hampir seluruh instansi pemerintah pusat dan daerah (khususnya Provinsi) telah memiliki lembaga pelatihan masing-masing. Lembaga-lembaga pelatihan tersebut telah menyelenggarakan kegiatan pengembangan kompetensi berupa pelatihan bagi PNS di lingkungan masing-masing untuk meningkatkan kompetensi para PNS-nya. Namun demikian, kategori akreditasi yang dimiliki oleh masing-masing lembaga pelatihan masih sangat bervariasi dan mayoritas masih di bawah kategori A (tertinggi) sebagaimana tergambar dalam tabel 1.3. Sehingga dapat dipastikan bahwa kualitas PNS yang dihasilkan dari proses pelatihan yang belum sempurna tersebut tidak dapat dapat maksimal. Bahkan pada tahun 2015 ini mayoritas lembaga pelatihan telah habis masa berlaku akreditasinya, yang mengindikasikan perlunya memastikan kembali

  7 | kelayakan lembaga pelatihan tersebut menyelenggarakan pelatihan bagi PNS.

Tabel 1.3 JUMLAH LEMBAGA PELATIHAN DAN STATUS AKREDITASI

  

PROGRAM PELATIHAN (Juni 2018)

INSTANSI JENIS JUMLAH KATEGORI STATUS

  INSTANSI PROGRAM AKREDITASI AKREDITASI PELATIHAN (PRAJAB & PIM) Kementerian

  

22 Pelatihan

  A: 5 untuk Aktif: 22 Lembaga

  • PUSAT

    Prajabatan

    Prajab I dan II, 4 Pelatihan

    Gol. I dan II

    untuk Prajab III,

  

26 Pelatihan

  • 6 untuk Pim III, Habis masa

    Prajabatan

    7 untuk Pim IV berlaku : 5 Gol. III Lembaga

  

19 Pelatihan

  • B: 8 untuk Pelatihan Pim Tk. III Prajab I dan II,

  

23 Pelatihan

  • Pim Tk. IV

  11 Untuk Prajab

  III, 10 untuk Pim

  III, 9 untuk Pim

  IV C: 3 untuk Prajab I dan II, 3 untuk Prajab III, 2 untuk Pim III, 3 untuk Pim IV LPNK

  11 Pelatihan A : 6 untuk Aktif :15 Lembaga

  • Prajabatan

    Prajab I dan II, 7 Pelatihan

    Gol. I dan II

    untuk Prajab III,

  

13 Pelatihan

  • 3 untuk Pim III, Habis masa

    Prajabatan

    3 untuk Pim IV berlaku : 1 Gol. III Lembaga

  

12 Pelatihan

  • B: 5 untuk Pelatihan Pim Tk. III Prajab I dan II, 7

  

12 Pelatihan

  • Pim Tk. IV Untuk Prajab III, 7 untuk Pim III, 6 untuk Pim IV

  C: 2 untuk Pim

  III, 2 untuk Pim

  IV

  8

  |Pusat P3D TOP

INSTANSI JENIS

  INSTANSI JUMLAH PROGRAM PELATIHAN (PRAJAB & PIM) KATEGORI AKREDITASI STATUS AKREDITASI DAERAH Provinsi

  • 31 Pelatihan Prajabatan Gol. I dan II
  • 31 Pelatihan Prajabatan Gol. III
  • 31 Pelatihan Pim Tk. III

  9 |

  IV Aktif :31 Lembaga Pelatihan Habis masa berlaku : 3

  Lembaga Pelatihan

  Aktif : 7 Lembaga Pelatihan Habis masa berlaku : 1

  C: 1 Lembaga Pelatihan masing-masing untuk Prajab I, II dan III, 3 Lembaga Pelatihan Pim IV Total Lembaga

  75 Lembaga Pelatihan B: 4 untuk Prajab I dan II, 4 Untuk Prajab III, 1 untuk Pim III, 3 untuk Pim IV

  Lembaga Pelatihan Kabupaten/ Kota

  • 4 Pelatihan Pim Tk. II
  • 31 Pelatihan Pim Tk. IV A : 8 untuk Prajab I dan II, 9 untuk Prajab III, 3 untuk Pim II, 10 untuk Pim III, 7 untuk Pim IV

  III, 7 untuk Pim

  III, 6 untuk Pim

  III, 18 untuk Pim

  II, 14 untuk Pim

  III, 1 untuk Pim

  21 Untuk Prajab

  B: 22 untuk Prajab I dan II,

  IV C: 1 untuk prajab 1 dan II, 1 untuk Prajab

  • 5 Pelatihan Prajabatan Gol. I dan II
  • 5 Pelatihan Prajabatan Gol. III
  • 2 Pelatihan Pim Tk. III
  • 6 Pelatihan Pim Tk. IV Total Lembaga Pelatihan Terkareditasi =

INSTANSI JENIS JUMLAH KATEGORI STATUS

  

PELATIHAN

(PRAJAB &

PIM)

  Terakreditasi A 1. 17 Untuk prajab I dan II 2. 20 untuk prajab III 3. 3 Untuk Pim II,

  4. 19 Untuk Pim

  III 5. 16 Untuk Pim

  IV Terakreditasi B 1. 39 Untuk Prajab I dan II, 2. 41 Untuk Prajab III, 3. 1 Untuk Pim II,

  4. 32 Untuk Pim

  III 5. 36 Untuk Pim

  IV Terakreditasi C 1. 5 Untuk Prajab I, II, dan III 2. 11 Untuk Pim

  III 3. 14 Untuk Pim

  IV Sumber: LAN-RI

  Berdasarkan data diatas, jumlah Lembaga pelatihan yang tersebar baik dari kementrian, LNPK, Provinsi, dan Kabupaten/Kota, dapat disimpulkan bahwa terdapat 30 Lembaga pelatihan yang berakreditasi C, yang berarti perlu dilakukan peningkatan saran prasarana pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi seorang ASN. Selain itu perlu adanya peningkatan pemerataan Lembaga pelatihan untuk Kabupaten/Kota yang masih belum memiliki Lembaga pelatihan. Berdasarkan data tersebut diatas, hanya terdapat 5 lembaga pelatihan yang ada di Kabupaten/Kota dan belum ada yang meraih akreditasi A. LAN selaku instansi pembina pelatihan yang diberikan mandat khusus dalam pasal 43 UU ASN untuk

  10

  |Pusat P3D TOP melakukan akreditasi lembaga pelatihan, perlu melakukan pendampingan dalam meningkatkan kualitas penyelenggaraan pelatihan sebagai salah satu cara dalam meningkatkan daya saing ASN dan juga dalam rangka penjaminan kualitas penyelenggaraan pelatihan bagi ASN.

  Dinamika Lingkungan Regional dan Global 3.

  Tahun 2015, Bangsa Indonesia bersama-sama sembilan Negara anggota ASEAN telah bersepakat untuk melaksanakan ASEAN Community atau Masyarakat ASEAN di mana salah satu aspeknya adalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Pencapaian kepada Masyarakat Ekonomi ASEAN akan menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal dimana terjadi arus barang, jasa, investasi dan tenaga terampil yang bebas, serta arus modal yang lebih bebas diantara Negara ASEAN. Perwujudan MEA akan menempatkan ASEAN sebagai kawasan pasar terbesar ketiga di dunia. Selain itu, gabungan dari seluruh Negara ASEAN akan menempatkan MEA sebagai ekonomi terbesar kesembilan setelah Amerika Serikat, China, Jepang, Jerman, Perancis, Brazil, Inggris dan Italia. MEA akan menjadi pembuka era globalisasi yang harus dihadapi oleh Bangsa Indonesia.

  Dinamika lingkungan regional dan global ini semakin melengkapi tantangan LAN untuk menyusun strategi dan langkah-langkah yang tepat sejalan dengan kebijakan pemerinta, khususnya dalam hal Pembangunan

  tata kelola pemerintahan yang lebih bersifat efektif, demokratis dan terpercaya.

  Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 57 Tahun 2013 tentang Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (LAN RI), Pusat P3D memiliki tugas dan fungsi yang strategis terkait dengan tuntutan lingkungan global dan regional untuk menyiapkan ASN yang memiliki wawasan dan kompetensi global dan regional, melalui penetapan kebijakan pengembangan kompetensi, dan pengembangan program implementasinya sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang berlaku agar pencapaian tata kelola pemerintahan yang lebih bersifat efektif, demokratis dan terpercaya dapat berjalan dengan baik.

A. Potensi dan Permasalahan (Internal dan Eksternal)

  Dengan memperhatikan kondisi umum di atas, maka Kedeputian Bidang Diklat khususnya Pusat P3D memiliki potensi yang dapat dijadikan kekuatan yang dapat mendorong pemenuhan tuntutan UU ASN untuk memenuhi harapan masyarakat pada umumnya. Namun demikian, berbagai kendala atau permasalahan yang ada dan mungkin masih akan muncul dari waktu ke waktu dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi

  11 |

1. Potensi/Kekuatan

  12

  |Pusat P3D TOP dapat menjadi penghambat pencapaian kinerja yang telah ditetapkan perlu diperhitungkan.

  Dalam mencapai Visi dan memperjuangkan Misi, Tujuan serta Sasaran strategis di atas, Pusat P3D sebagai unit lini Lembaga Administrasi Negara yang memiliki tugas dan fungsi penting dalam penjaminan Pengembangan kualitas ASN nasional memiliki potensi dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya:

  a. Dukungan kebijakan

  Mengacu pada Organisasi dan Tata Kerja LAN tercantum dalam Peraturan Kepala LAN Nomor 14 tahun 2013 pasal 75 yang menyebutkan bahwa “Pusat P3D mempunyai tugas melaksanakan perumusan

  kebijakan di bidang pendidikan dan pelatihan aparatur, Pengembangan dan penjaminan mutu program pendidikan dan pelatihan aparatur, standarisasi, akreditasi lembaga pendidikan dan pelatihan, Pengembangan sistem informasi pendidikan dan pelatihan aparatur,…”.

  b. Komitmen pimpinan tinggi

  Komitmen LAN untuk menyelenggarakan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih dalam melaksanaan tugas pokok dan fungsinya khususnya dalam pembinaan pelatihan dengan aksi perubahan yang nyata yang dicanangkan pada Kedeputian Diklat Aparatur sebagai berikut 1) Peningkatan pelayanan publik melalui penerapan e-governance dalam pembinaan dan penyelenggaraan pelatihan Aparatur

  Pemerintah (SIPKA, SIWI, Sistem Pengamatan Pembelajaran, Sistem Informasi Penugasan Tenaga Pengajar, dll). 2) Mekanisme pembinaan, pengawasan dan pengendalian program dan kegiatan pelatihan aparatur pemerintah dalam berbagai wadah koordinasi dan konsolidasi dilakukan secara kontinyu, efektif dan efisien (Rakor dan Workshop/Lokakarya) untuk menemukan solusi dari berbagai permasalahan yang dihadapi dan menentukan strategi terbaik dari tantangan pelatihan aparatur pemerintah; dan

3) Perbaikan sistem dan instrumen pelatihan aparatur, khususnya

  Pelatihan Kepemimpinan dan Pelatihan Dasar CPNS melalui penerbitan berbagai Peraturan Kepala LAN tentang pedoman penyelenggaraan Pelatihan Kepemimpinan dan Pelatihan Dasar CPNS.

  c. Budaya kerja dan nilai-nilai unit

  Pusat P3D memiliki budaya kerja yang mendukung pencapaian kinerja yang tinggi yaitu komitmen terhadap nilai-nilai yang secara spesifik menjadi acuan seluruh pegawai di lingkungan Pusat P3D dalam berperilaku selama menjalankan tugas.

  d. Sumberdaya manusia

  Pusat P3D memiliki kekuatan 25 orang pegawai yang memiliki berbagai macam latar belakang pendidikan dan kompetensi yang mendukung pelaksanaan tugas Pusat P3D. Meskipun dari sisi kuantitas sudah cukup terpenuhi untuk mendukung pelaksanaan tugas di atas namun dari sisi kualitas masih terdapat gap antara kualitas yang ada dengan yang diharapkan dalam menjalankan tugas secara optimal.

  e. Penganggaran

  Pusat P3D setiap tahun mendapatkan alokasi anggaran untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Kepala LAN Nomor 14 Tahun 2013.

  f. Informasi

  Pusat P3D sebagai Pembina Pelatihan memiliki Sistem Informasi Pengembangan Kompetensi ASN yang selalu diakses oleh seluruh lembaga pelatihan dalam penyampaian rencana dan pelaksanaan peyelenggaraan pelatihan.

  g. Jejaring kerja

  Pusat P3D sebagai Pembina Pelatihan memiliki jejaring kerja yang luas dengan semua lembaga pelatihan yang memungkinkan mendapatkan dukungan dan penggalangan sinergi dalam menjalankan tugas.

2. Kelemahan

a. Permasalahan

  Secara garis besar, komposisi SDM LAN dilihat dari aspek pendidikan telah berada dalam kondisi memadai dan telah memenuhi kualifikasi yang dikehendaki. Idealnya keunggulan tersebut ditindak lanjuti dengan baik sehingga pembagian peran dan kerja setiap pegawai daam jabatannya dapat melaksanakan tugasnya masing-masing berdasarkan struktur jabatan dalam pencapaian visi dan misi LAN.

  13 |

  14

  |Pusat P3D TOP Namun demikian masih terdapat beberapa permasalahan terkait manajemen sumber daya manusia yang masih perlu terus menerus dilakukan penyempurnaan di Pusat P3D, diantaranya adalah distribusi pekerjaan yang masih mengedepankan aspek “kebisaan dan kemauan”.

  Hal ini membuat pekerjaan terkonsentrasi pada individu atau pegawai tertentu saja, sehingga ada pekerjaan-pekerjaan yang tergantung pada orang-orang tertentu.

  Sehubungan dengan hal tersebut, Pusat P3D perlu mereview pelaksanaan pembagian tugas secara internal dan melakukan pengembangan kapasitas pegawai sehingga dapat menunjukan kemampuan kerja yang akuntabel, berorientasi kualitas, dan proaktif terhadap berbagai kebutuhan stakeholders untuk membantu Pusat P3D mewujudkan ASN yang kompeten dalam bidangnya.

b. Tantangan Internal

  Pusat P3D merupakan unit organisasi yang dinamis dimana perputaran pegawai secara internal sering dilakukan guna menyeimbangkan kekuatan personil per bidang atau bagian, sehingga tantangan yang dihadapi lebih mengarah pada pemberdayaan pegawai secara terus-menerus melalui berbagai budaya kerja yang dibangun, salah satunya melalui knowledge sharing. Hal ini penting untuk dilakukan mengingat kecepatan dan ketepatan pemberian pelayanan pembinaan diklat semakin kompleks, baik dari jenis layanan maupun dari metode penanganan pengaduannya, sehingga diperlukan pegawai yang memahami pekerjaan, tidak hanya bersifat teknis administratif akan tetapi sampai pada substansi pelayanannya. Disamping itu, Pusat P3D dituntut untuk dapat menjaga konsistensi atas standar mutu kerja yang telah ditetapkan dalam ISO SNI 9001:2015.

3. Peluang dan Tantangan (Eksternal)

  Secara legal formal, amanat LAN cq. Pusat P3D untuk meningkatkan kompetensi aparatur sipil negara melalui pembuatan berbagai kebijakan di bidang pelatihan ASN tercantum pada UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara dan dioperasionalisasikan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS. Melalui dua peraturan ini, Pusat P3D melaksanakan tugas dan fungsinya dengan rasa tanggung jawab. Disamping itu, pada tahun 2018 – 2019 melalui Rencana Kerja Pemerintah yang disusun, Pemerintahan Presiden Joko Widodo telah menggeser prioritas kebijakannya, yang semula menitikberatkan pada pembangunan infrastruktur menjadi fokus pada pembangunan SDM, termasuk aparatur sipil negara. Dengan dua modal inilah, LAN dan Pusat P3D bekerja secara professional mewujudkan birokrasi kelas dunia melalui perumusan kebijakan di bidang pengembangan kompetensi ASN.

  Sejak tahun 2013 LAN telah mengeluarkan berbagai kebijakan di bidang Pelatihan yaitu penyempurnaan Pelatihan Kepemimpinan dan Pelatihan Prajabatan serta Akreditasi Lembaga Pelatihan sebagai bagian dalam rangka reformasi di bidang kepelatihan sebagaimana uraian diatas.

  Namun demikian, dalam implementasi kebijakan Pelatihan tersebut ditemukan berbagai kendala atau permasalahan, seperti terbatasnya sosialisasi kebijakan, terbatasnya pembuatan panduan-panduan teknis sehingga pemberian informasi kebijakan bersifat parsial, unsur penyelenggara Pelatihan yang belum paham terhadap tugas dan perannya, mentor yang kurang kooperatif dengan bawahan (peserta Pelatihan) didalam menyelesaikan tugas-tugas kepelatihanan, dan permasalahan lainnya yang secara teknis terkait dengan implementasi kebijakan penyelenggaraan Pelatihan.

  Sehubungan dengan hal tersebut, Pusat P3D perlu berusaha untuk mereview pelaksanaan pembagian tugas secara internal, dan eksternal menyempurnakan berbagai pedoman dan standar pembinaan pelatihan demi terwujudnya pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan, berorientasi kualitas, dan proaktif terhadap berbagai kebutuhan stakeholders untuk mewujudkan ASN yang kompeten dalam bidangnya.

  15 |

  

BAB II

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN DAN NILAI-NILAI

PUSAT PENGEMBANGAN PROGRAM DAN PEMBINAAN PELATIHAN

(P3D)

  Renstra Pusat Pengembangan Program dan Pembinaan Diklat Aparatur (Pusat P3D) disusun dengan mengacu pada Renstra Lembaga Administrasi Negara dan Renstra Kedeputian Bidang Diklat Aparatur karena pada hakekatnya Pusat P3D sebagai unit yang harus mengoperasionalkan arah dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Pusat P3D mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan di bidang pelatihan aparatur, Pengembangan dan penjaminan mutu program pelatihan aparatur, standardisasi, akreditasi lembaga pelatihan, Pengembangan sistem informasi pelatihan aparatur, serta pemberian bantuan teknis dan administratif kepada Pusat dan kelompok jabatan fungsional di lingkungannya.

A. Visi dan Misi Kedeputian Pelatihan Aparatur (KDA)

  Visi KDA

  “Menjadi Rujukan Kualitas dalam Pengembangan Kompetensi ASN”

  Misi KDA 1. Mewujudkan kualitas pembinaan dalam pengembangan kompetensi ASN.

2. Menyelenggarakan pengembangan kompetensi ASN yang berkualitas

  Adapun sasaran strategis KDA mengalami perubahan yang semula terdapat 4 (empat) sasaran strategis menjadi 1 (satu) sasaran strategis sesuai dengan Peraturan Kepala LAN Nomor 4 tahun 2018 tentang Penetapan IKU LAN 2018-2019, yakni terwujudnya pembinaan dan penyelenggaraan

  kompetensi ASN yang berkualitas. Sasaran strategis tersebut diukur

  melalui 4 (empat) indikator kinerja utama dimana salah satunya merupakan indikator kinerja dari Pusat P3D, yaitu “persentase lembaga pelatihan

  pemerintah yang memiliki akreditasi untuk pelatsar CPNS Golongan I dan II, Pelatsar CPNS Golongan III dan Pelatihan Struktural Kepemimpinan Pengawas”.

  Di tingkat Lembaga, Pusat P3D ikut berkontribusi terhadap capaian sasaran strategis LAN melalui indikator kinerja “Indeks kapasitas lembaga

  penyelenggara pengembangan kompetensi pegawai ASN”. Indeks ini bersifat

  komposit yang diukur dari capaian “persentase lembaga pelatihan pemerintah

  yang telah terakreditasi untuk menyelenggarakan Pelatihan Struktural Kepemimpinan Administrator, Pelatihan Struktural Kepemimpinan Pengawas

  16

  |Pusat P3D TOP

  dan Pelatihan Dasar CPNS” ditambah dengan “persentase instansi pemerintah yang telah memiliki perencanaan pengembangan kompetensi PNS” serta satu

  capaian yang berasal dari Pusat Pembinaan Widyaiswara. Sehingga Pusat P3D berkontribusi 2 indikator kinerja atas indikator kinerja utama LAN.

B. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Pusat P3D

  Dengan mengacu pada Visi yang akan dicapai dan Misi yang akan dilaksanakan oleh KDA dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan, maka Pusat P3D memiliki visi dan misi yang mendukung pencapaian Visi dan Misi KDA ke depan khususnya dalam menjalankan misi “Mewujudkan kualitas pembinaan dalam pengembangan kompetensi ASN” sebagai berikut:

  Visi Pusat P3D:

  “Menjadikan Aparatur Sipil Negara kompeten dalam bidangnya”

  Misi Pusat P3D:

  Memberikan landasan kebijakan yang kuat dan penyiapan lembaga Pengembangan kompetensi bagi pembentukan ASN yang professional melalui:

  a. Pengembangan Norma, Standar, dan Prosedur serta Kriteria (NSPK) Pengembangan kompetensi ASN;

  b. Penjaminan kualitas pelaksanaan NSPK Pengembangan kompetensi ASN melalui akreditasi lembaga pelatihan bagi ASN; c. Pemantauan dan evaluasi terhadap kualitas pelaksanaan NSPK pengembangan kompetensi ASN dalam penyelenggaraan pelatihan ASN.

  Tujuan Pusat P3D:

  Sebagai unit kerja Lembaga Administrasi Negara yang diberikan tugas melakukan Pembinaan Pelatihan di seluruh Indonesia, Pusat P3D memiliki tujuan yang akan dicapai sebagaimana berikut:

  T1 Mengembangkan norma, standar, prosedur serta kriteria Pengembangan kompetensi ASN

  T2 Menjamin kualitas pelaksanaan NSPK pelatihan seluruh lembaga pelatihan pemerintah T3 Meningkatkan kualitas pelaksanaan NSPK dalam penyelenggaraan pelatihan aparatur negara

  17 |

  Sasaran Pusat P3D

  Dengan tujuan yang demikian besar dengan cakupan dalam skala nasional maka sasaran strategis yang harus diprioritaskan oleh Pusat P3D sejalan dengan Peraturan Kepala Lan Nomor 4 Tahun 2018 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama LAN 2018 – 2019 adalah:

  S-1 Terwujudnya pembinaan pengembangan kompetensi ASN yang berkualitas

  Sebelum dilakukan review atas Renstra ini, Pusat P3D memiliki 4 (empat) sasaran strategis yang mengarah pada terwujudnya pembinaan pengembangan kompetensi ASN yang berkualitas.

C. Nilai-nilai Pusat P3D

  Dalam mencapai Visi dan menjalankan Misi untuk mencapai tujuan serta sasaran strategis di atas, Pusat P3D memiliki nilai-nilai unit secara spesifik yang menjadi acuan serta menjiwai setiap sikap dan perilaku pegawai dalam menjalankan tugas yaitu Terpercaya, Orientasi Mutu, dan Proaktif (disingkat TOP) disamping juga tetap memegang teguh nilai-nilai organisasi LAN Integritas, Profesioanl, Inovatif dan Peduli (IPIP) dan nilai-nilai KDA Responsif, Sinergis, Pemberdayaan, Keterbukaan (RESPEK). Dengan nilai- nilai unit yang dijiwai oleh segenap sumberdaya didalamnya maka semboyan yang menjadi motivasi pegawai di lingkungan Pusat P3D adalah

  

“P3D TOP”. Penjelasan dari nilai-nilai tersebut adalah sebagai berikut:

Terpercaya

  • Berperilaku jujur dan berintegritas dalam bekerja
  • Dapat diandalkan dalam menyelesaikan tugas
  • Mendedikasikan kompetensi yang dimiliki secara maksimal dalam menjalankan tugas
  • Menghasilkan kinerja unggul yang akuntabel

  Orientasi Mutu

  • Selalu mengupayakan cara dan hasil kerja yang lebih baik dari waktu ke waktu
  • Menjaga kualitas hasil kerja sesuai harapan stakeholders

  18

  |Pusat P3D TOP

  Proaktif

  • Peka dan merespon cepat terhadap kebutuhan dan permasalahan yang harus diselesaikan
  • Memanfaatkan waktu kerja secara efektif dan efisien
  • Mengembangkan jejaring kerja secara terus menerus

  19 |

BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI DAN KERANGKA REGULASI A. Arah Kebijakan dan Strategi Kedeputian Bidang Diklat Aparatur (KDA) Arah kebijakan Renstra LAN 2015-2019 yang ditetapkan dan menjadi acuan

  dalam menyusun Renstra KDA adalah mewujudkan Peningkatan Kompetensi dan Profesionalisme ASN. Hal ini sejalan dengan pasal 43 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2015 ditegaskan bahwa fungsi LAN yaitu (a) mengembangkan standar kualitas pendidikan dan pelatihan ASN, (b) pembinaan pendidikan dan pelatihan kompetensi manajerial ASN dan (c) penyelenggaraan dan pelatihan kompetensi manajerial pegawai ASN baik secara mandiri maupun secara bersama-sama dengan lembaga pendidikan dan pelatihan lainnya, (d) pengkajian terkait dengan kebijakan dan Manajemen ASN dan (e) melakukan akreditasi lembaga pendidikan dan pelatihan pegawai ASN, baik sendiri maupun bersama lembaga pemerintah lainnya.

  Melanjutkan arah Renstra LAN diatas dimana dari lima arah tersebut terdapat empat arah yang secara langsung terkait tugas dan fungsi KDA. Dengan demikian arah kebijakan Kedeputian Bidang Diklat Aparatur dalam 5 (lima) tahun ke depan adalah sebagai berikut:

  1. Meningkatnya jumlah kebijakan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan tuntutan UU ASN, dan semakin meningkatnya pemahaman stakeholder’s terhadap kebijakan pelatihan. Dalam hubungan itu, jumlah Lembaga Pelatihan yang memenuhi standar penyelenggaraan pelatihan, sehingga secara siginifikan kualifikasi akreditasi lembaga pelatihan meningkat dari tahun ketahun;

  2. Mewujudkan penyelenggaraan pelatihanpim yang semakin berkualitas dan berstandar internasional. Semakin mendorong perwujudan penerapan inovasi administrasi negara melalui Alumni pelatihan kepemimpinan yang telah menyusun dan menetapkan proyek perubahan baik dalam skala instansional maupun untuk kepentingan strategis nasional.

  3. Meningkatkan kualitas kebijakan/pedoman kewidyaiswaraan sehingga dapat menjadi bagian dari upaya peningkatan kualitas dan kompetensi widyaiswara secara nasional untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan profesionalitas ASN.

  4. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pelatihan dalam pengembangan kompetensi strategis nasional, pengembangan kompetensi teknis dengan tema khusus, pengembangan kompetensi sosial-kultural, penyelenggaraan pelatihan fungsional tertentu dalam pembinaan LAN;

  20

  |Pusat P3D TOP

  21 |

  5. Meningkatkan kualitas monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pelatihan dan pasca pelatihan untuk mengetahui kemanfaatan yang optimal dalam implementasi capaian kinerja organisasi.

  Sedangkan arah kebijakan KDA tersebut akan dicapai melalui strategi sebagai berikut:

  1. Peningkatan jumlah dan kualitas kebijakan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan kompetensi dan kualitas ASN;

  2. Peningkatan jumlah Lembaga Pelatihan yang memenuhi standar penyelenggaraan pelatihan (akreditasi lembaga pelatihan);

  3. Peningkatan pemanfaatan tekonologi informasi untuk peningkatan kualitas penyelenggaraan pelatihan;

  4. Peningkatan jumlah kualitas alumni pelatihan kepemimpinan yang mengimplementasikan inovasi hasil proyek perubahan baik dalam skala instansional maupun strategis nasional;

  5. Peningkatan kualitas dan pengembangan kebijakan kewidyaiswaraan;

  6. Peningkatan kualitas penyelenggaraan pelatihan dalam pengembangan kompetensi tema khusus, pengembangan kompetensis trategis nasional, pengembangan kompetensi social kultural, pelatihan teknis, dan fungsional tertentu.

  7. Peningkatan kualitas evaluasi dan monitoring kepelatihanan dan evaluasi alumni pasca pelatihan;

  8. Peningkatan sinergitas antar lembaga dalam penjaminan kualitas pelatihan dan peningkatan mutu widyaiswara.

  

B. Arah Kebijakan dan Strategi Pusat Pengembangan Program dan Pembinaan

Pelatihan (Pusat P3D)

  Berdasarkan arah kebijakan, sasaran dan strategi yang akan dicapai oleh LAN dan KDA di atas, maka arah kebijakan Pusat P3D Tahun 2015 – 2019 dan strategi yang akan ditempuh sebagai berikut : a. Terpenuhinya kebijakan pengembangan kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan tuntutan UU ASN dan Manajemen PNS yang diterbitkan; b. Terpenuhinya layanan akreditasi lembaga pelatihan pemerintah;

  c. Meningkatnya jumlah Lembaga Pelatihan yang memenuhi standar penyelenggaraan pelatihan; d. Meningkatnya pengembangan pelayanan informasi pengembangan kompetensi

  ASN melalui Sistem Informasi Pengembangan Kompetensi Aparatur (SIPKA);