Evaluasi Program Pengembangan Masyarakat Pada Bidang Diklat Kerja Badan Pendidikan,Pelatihan,Penelitian,Dan Pengembangan (Bidang Diklat Kerja Badiki Atlitbang) Kabupaten Tangerang

(1)

i ABSTRAK Abdullah Alamudin

Evaluasi Program Pengembangan Masyarakat pada Bidang Diklat Kerja Badan Pendidikan, Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan (Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang) Kabupaten Tangerang

Globalisasi membawa pengaruh keberbagai sendi kehidupan tidak terkecuali kemajuan dalam bidang teknologi yang semakin lama semakin pesat perkembangannya. Perkembangan teknologi yang semakin luas itu menuntut setiap manusia harus siap menghadapinya. Ironisnya, pendidikan sekolah formal kurang dapat memberikan kontribusi lebih dalam menghadapi dunia pasar kerja, terutama di kawasan Kabupaten Tangerang yang merupakan kawasan sentra industri. Merupakan suatu kewajiban pemerintahan Kabupaten Tangerang mengurus dan memberdayakan masyarakatnya, salah satunya adalah dengan didirikannya Bidang Diklat Kerja Badiklatlibang yang merupakan lembaga pengembangan masyarakat di bidang mesin industri.

Berdasarkan pernyataan di atas muncullah pertanyaan program pendidikan dan pelatihan apa saja yang diadakan di Bidang Diklat Kerja Badiklatlibang tersebut? Dan bagaimana peran Bidang Diklat Kerja Badiklatlibang dalam mengembangkan masyarakat khususnya masyarakat Kabupaten Tangerang? Apa yang menjadi faktor penghambat dan pendukung dalam pelatihan di Bidang Diklat Kerja Badiklatlibang?

Setelah mengadakan penelitian langsung di Bidang Diklat Kerja Badiklatlibang, peneliti menemukan bahwa program-program pelatihan yang di adakan di Bidang Diklat Kerja Badiklatlibang memberikan dampak positif kepada masyarakat dalam mengembangkan kemampuannya khususnya dibidang mesin industri.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metodologi kualitatif yang bersifat deskriptif. Metode tersebut digunakan untuk memaparkan data yang berkaitan dengan Bidang Diklat Kerja Badiklatlibang.

Bidang Diklat Kerja Badiklatlibang adalah lembaga yang mempunyai peran dalam mengembangkan dan memberdayakan masyarakat. Hal tersebut dapat terlihat dengan banyaknya program-program pelatihan yang diadakan di Bidang Diklat Kerja Badiklatlibang.


(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah adalah kata yang pantas penulis utarakan pada kesempatan yang paling berbahagia ini. Karena berkat nikmat, rahmat, dan hidayah Allah SWT., penulis masih dapat melaksanakan aktifitas keseharian sampai saat ini. Sholawat dan salam terlimpah curah kepada manusia pilihan yang memberikan contoh teladan bagi umat manusia, yaitu Nabi besar Muhmmad SAW yang telah menunjukan jalan yang terang dengan ilmu pengetahuan bagi seluruh umat manusia di dunia.

Berkat rahmat dan hidayah-Nya pula serta do’a dari semua pihak, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan sebaik-baiknya dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak, karena motivasi yang mereka berikan penulisan ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis sampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, diantaranya adalah:

1. Dr. H. Murodi, M.A selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Mahmudah Fitriyah Z.A, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam dan Dra. Wati Nilamsari, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam.


(3)

iii

3. Dr. A. Ilyas Ismail, M.A selaku dosen pembimbing skripsi dalam penyusunan skripsi ini, yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis disela-sela aktivitas beliau agar penulis mendapat skripsi yang baik.

4. Seluruh dosen dan staff Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih penulis atas didikannya selama ini.

5. Kepada pimpinan dan staff Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan pelayanan literatur sebagai referensi skripsi penulis.

6. Almarhum ayahanda tercinta Hasan Ali Bajuber yang memimpikan keberhasilan anaknya yang selalu ada di dalam hati dan Ibunda tercinta Fatimah yang yang tidak henti-hentinya memberikan kasih sayang serta do’anya dengan penuh keikhlasan dan kesabaran dalam mendidik dan membesarkan penulis, semoga Allah selalu memberikan rahmat dan kasih sayang kepadanya, kepada kakakku Muhamad Faisal dan Acih (istri) serta adikku Fuad Faozi yang tidak henti-hentinya memberikan semangatnya, keponakanku Muhamad Rizki, serta keluargaku yang lain terima kasih atas semua motivasi yang telah diberikan.

7. Keluarga besar Ali Bajuber dan Muhamad Bajrie yang telah memberikan motivasi dan bantuannya dalam bentuk apapun yang tak terhitung jumlahnya.


(4)

8. Pimpinan Pondok Pesantren Al-Husainy, Serpong-Tangerang, Habib Ali Alwy bin Husein bin Thahir beserta keluarga, seluruh staff pengajar Yayasan Tarbiyah Nur As-Sholihat dari unit pendidikan MI, MTs, MA, Nur As-Sholihat dan SMA IT Al-Husainy, serta seluruh staff pengajar SMP Al-Hasaniyah, Jelupang.

9. Seluruh teman-teman pembina Pondok Pesantren Al-Husainy yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih atas segala motivasi dan berbagai pengalaman kepada penulis.

10. Untuk Sri Handayani, calon pendamping hidupku yang selalu memberikan masukan dan motivasinya selama ini dan mudah-mudahan sampai akhir nanti masukan itu terus mengalir.

11. Pihak Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang, Bapak Malikin Mubarakah, Bapak Alcaf Mahajaya, dan Bapak Fachury, yang telah membantu penulis dalam pemberian keterangan sebagai modal penulisan skripsi penulis.

12. Teman-teman PMI angkatan 2002, terutama Hendra Hidayat, Irfan Dadi, Dumyati, Akup Supriyadi, Mia Rosmalia, dan yang lainnya.

13. Kepada semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih atas segala dukungan sehingga dapat diselesaikannya skripsi ini, semoga Allah membalas kebaikan semuanya.


(5)

v

Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, walaupun demikian penulis tidak berkecil hati dan menjadi suatu harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat di masa yang akan datang.

Akhirnya, dengan segala keterbatasan yang penulis miliki baik dalam penyajian, bentuk tulisan, maupun isi dan bahasa yang digunakan pada skripsi ini, penulis mengharapkan adanya kritik, saran, maupun perbaikan yang bertujuan untuk penyempurnaan skripsi ini.

Jakarta, Oktober 2008


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABLE ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 7

D. Metodologi Penelitian ... 8

E. Tinjauan Pustaka... 11

F. Sistematika Penulisan... 12

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Evaluasi Program... 14

B. Pengertian Pengembangan Masyarakat... 15

1. Model-model Pengembangan Masyarakat ... 20

2. Tahapan Pengembangan Masyarakat... 24

BAB IIIGAMBARAN UMUM A. Otonomi Daerah dan Latar Belakang Keberadaan Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang... 31

B. Visi, Misi, Tugas Pokok, Fungsi, Sasaran, dan Indikator Kinerja ... 37

C. Fasilitas dan Sarana Latihan ... 40

D. Sumber Daya Manusia ... 41

E. Pembiayaan Operasional ... 43

F. Jenis Pelatihan Kejuruan ... 45

G. Bentuk Kerjasama dengan Pihak Lain ... 47

BAB IVPENGEMBANGAN MASYARAKAT PADA BIDANG DIKLAT KERJA BADAN PENDIDIKAN, PELATIHAN, PENELITIAN, DAN PENGEMBANGAN (BADIKLATLITBANG) KABUPATEN TANGERANG A. Kebutuhan Masyarakat akan Program Pelatihan ... 48


(7)

vii

B. Bentuk-bentuk Program Pendidikan dan Pelatihan ... 51 C. Peran Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten

Tangerang dalam Proses Pengembangan Masyarakat ... 54 D. Analisis SWOT ... 55 E. Faktor Pendukung dan Penghambat... 61 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 65 B. Saran... 66 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

1. Sejarah Keberadaan Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang

Kabupaten Tangerang... 36 2. Jumlah Pegawai Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten

Tangerang Berdasarkan Tingkan Pendidikan Terakhir Tahun

2007 ... 42 3. Sumber Anggaran Dana Bidang Diklat Kerja Tahun 2001-2004

dan Data Kinerja Kerja Tahun 2001-2004... 44 4. Sumber Anggaran Dana Bidang Diklat Kerja dan Penempatan


(9)

ix BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak era reformasi bergulir (tahun 1998) sampai dengan sekarang yang terjadi akibat ketidak percayaan rakyat terhadap kinerja pemerintah sehingga mengakibatkan berakhirnya era orde baru belum juga membawa Indonesia pada suatu keadaan yang sejahtera. Hal tersebut bertolak belakang dengan tujuan yang hendak dicapai bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar (UUD) 1945 dimana tujuan negara Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.

Sejalan dengan itu, maka perlu adanya Pembangunan Nasional. Yaitu suatu proses perubahan yang dilakukan berdasarkan rencana tertentu dengan sengaja dan memang dikehendaki, baik oleh pemerintah yang menjadi pelopor pembangunan maupun masyarakat sebagai subjek dan objek pembangunan. Pembangunan Nasional sebagaimana digariskan dalam GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara) merupakan cara untuk mencapai tujuan tersebut.

Pembangunan Nasional mencakup upaya peningkatan semua segi kehidupan bangsa, dapat berupa pembangunan aspek fisik, sosial, budaya, ekonomi dan pertahanan dan keamanan, dapat pula berupa pembangunan


(10)

ideologi.1 Oleh karena itu, maka pembangunan nasional pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya dengan Pancasila sebagai dasar, tujuan, dan pedomannya. Hal tersebut berarti bahwa konsep pembangunan nasional berarti membentuk manusia secara utuh agar lebih baik secara fisik, kehidupan bermasyarakat, kehidupan berbudaya, berkecukupan ekonomi maupun kenyamanan dalam pertahanan dan keamanan dan juga membentuk pola pikir manusia agar lebih baik dari aspek pengetahuan, keyakinan, sikap, dan niat karena proses tersebut merupakan proses penyadaran sehingga diharapkan akan mampu merubah perilaku manusia.2 Seperti penyadaran pentingnya kesehatan lingkungan maka dilakukan berbagai penyuluhan agar masyarakat dapat terhindar dari berbagai penyakit.

Suatu keadaan yang dilematis, justru perubahan status ekonomi masyarakat di Indonesia seakan tidak menemui titik terang, bahkan jauh dari perubahan. Kenaikan harga diberbagai sektor membuat rakyat semakin terjepit dalam kemiskinan dan membuat makna kesejahteraan semakin tidak terlihat. Dari fenomena ini sehingga banyak kita lihat acara-acara televisi yang mengatasnamakan “kerakyatan” muncul, seperti bedah rumah, uang kaget, dan masih banyak lainnya. Sebenarnya jika pemerintah menyadarkan diri, acara yang ditayangkan oleh berbagai stasiun televisi tersebut merupakan sindiran bagi pemerintah karena ketidak mampuan pemerintah dalam mengatur, melindungi, dan mensejahterakan masyarakat.

1

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan IntervensiKomunitas (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2003), h. 39

2


(11)

xi

Pembangunan Nasional itu sendiri tidak akan berhasil jika tidak adanya partisipasi dari masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam setiap kegiatan yang mempunyai tujuan untuk pembangunan harus lebih ditingkatkan. Keterlibatan warga masyarakat itu sendiri tidak sebatas hanya dalam aspek kognitif dan praktis saja (perencanaan dan pelaksanaan), tetapi juga perlu adanya keterlibatan emosional pada pelaksanaan program tersebut. Hal ini diharapkan dapat memberi kekuatan dan perasaan untuk ikut serta dalam gerakan perubahan yang mencakup seluruh bangsa. Keterlibatan emosional masyarakat tersebut dengan melibatkan masyarakat dalam tahap assesment (penilaian) dan tahap evaluasi, sehingga program yang dijalankan benar-benar program yang dibutuhkan masyarakat.3

Konsep lain dari sebuah gerakan perubahan yaitu mesti adanya pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah demi tercapainya tujuan tersebut, dimana masyarakat diberdayakan untuk dapat melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya.4

Program BLT (Bantuan Langsung Tunai) yang dicanangkan pemerintah tidak dapat menolong sepenuhnya masyarakat, karena hal tersebut tidak didukung dengan kebijakan pemerintah yang terus menerus menaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) yang berdampak pada kenaikan harga semua bahan pokok kebutuhan masyarakat.

Keadaan yang rumit tersebut diperparah dengan kemajuan globalisasi yang salah satunya adalah dibukanya zona perdagangan pasar bebas yang mengharuskan setiap negara harus siap untuk bersaing tanpa terkecuali baik

3

Isbandi Rukminto Adi, op. cit., h. 295.

4

Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam dari Ideologi, Strategi, sampai Tradisi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 29.


(12)

negara kecil, negara berkembang, maupun negara maju dengan mengandalkan keahlian mereka masing-masing.

Persoalan yang terjadi di Indonesia adalah masih terbentangnya jurang kesenjangan antara si kaya dengan si miskin. Si kaya mungkin akan dengan mudah mendapatkan kemampuan-kemampuan yang memudahkan dirinya untuk dapat bersaing dan siap menghadapi tantangan zaman tersebut tanpa memperdulikan biaya yang harus dikelurkan, berbanding terbalik dengan yang dialami oleh si miskin yang harus berjuang bagi dirinya sendiri untuk tetap hidup (survive) tanpa memperdulikan kemajuan zaman yang semakin hari semakin berkembang.

Kata kunci dari semua masalah di Indonesia terletak pada kebijakan pemerintah terhadap publik (Government Policy for Public). Sejatinya secara teoritis idealis kebijakan publik adalah kebijakan yang berupaya untuk merespon masalah dan kebutuhan konkrit yang berkembang di Indonesia.5 Idealnya ketika pemerintah melihat masalah publik yang sedang berjangkit maka secara akurat dan cepat pemerintah mengeluarkan kebijakan dan langsung mengimplementasikannya demi kehidupan rakyat. Yang terjadi, ironisnya seperti yang dipaparkan sebelumnya diatas, ketika rakyat mengalami keterpurukan ekonomi, pemerintah justru menaikan harga BBM dan tarif listrik yang keduanya justru merupakan kebutuhan vital rakyat. Idealisnya pula globalisasi seharusnya mempromosikan kesejahteraan terhadap negara penganutnya, akan tetapi pada tingkatan faktualitas globalisasi hanya konsep permainan politik dalam komunikasi massa (The Politic Playing) Amerika dan sebagian antek-anteknya di

5

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: Refika Aditama, 2005), h. 44.


(13)

xiii

Eropa. Pasalnya negara berkembang, seperti India, Vietnam, Thailand, benua Afrika, benua Amerika bagian selatan serta Indonesia yang mengikuti konsep pasar bebas hanya menjadi kelinci ekonomi saja bagi mereka.6

Penekanan yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan kemampuan masyarakat khususnya masyarakat miskin dan pedesaan adalah dengan cara pemberian pembelajaran dan keterampilan yang berbasis life skill.

Bermula dari berbagai kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah khususnya dibidang pendidikan. Hampir pada semua lembaga pendidikan formal yang ada di Indonesia kurang bahkan tidak bisa memberikan keterampilan lebih kepada siswa didiknya. Dengan demikian yang dibutuhkan adalah belajar bebas dan otonomi orang yang belajar dilindungi. Pada konteks ini peran pendidikan luar sekolah sangat dibutuhkan yaitu pendidikan di luar lembaga formal.

Telah disebutkan di atas bahwa semakin pesatnya pengaruh globalisasi menyebabkan seseorang harus siap dengan berbagai keahlian. Tanpa keahlian sangat sulit bagi seseorang untuk bisa survive. Tanpa keahlian, seseorang tidak mungkin mendapatkan peluang untuk memenangkan kompetensi hidup yang kian keras.

Salah satu program yang sudah dikembangkan oleh pemerintah dalam memberikan keahlian kepada masyarakat adalah dibukanya program-program pendidikan dan pelatihan keterampilan khusus yang dilaksanakan dan dilakukan oleh Badan Pendidikan, Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan (Badan Diklat Kerja Badiklatlitbang) yang lebih dikenal sebelumnya dengan nama KLK

6


(14)

(Kelompok Latihan Kerja) atau BLK (Balai Latihan Kerja) yang terdapat pada setiap kabupaten di Indonesia.

Berawal dari permasalahan tersebut di atas, kabupaten Tangerang adalah salah satu kabupaten yang menyedot banyak tenaga kerja di bidang industri. Hal tersebut tidak di sia-siakan oleh jajaran pemerintah Kabupaten Tangerang untuk mengembangkan sumber daya manusianya (SDM) baik wilayah Tangerang pada khususnya maupun wilayah sekitar Tangerang, karena hal tersebut merupakan aset kemajuan wilayah Tangerang sendiri khususnya dalam memberantas pengangguran dan kemiskinan.

Berdasarkan pemaparan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai program-program yang dilakukan oleh Badan Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang yang merupakan sarana bagi masyarakat Kabupaten Tangerang khususnya dalam meningkatkan pengetahuan keterampilan khususnya dalam bidang industri. Ketertarikan untuk mengadakan penelitian tersebut penulis jadikan judul skripsi penulis dengan mengambil judul penelitian skripsi Evaluasi Program Pengembangan Masyarakat pada Bidang Diklat Kerja Badan Pendidikan, Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan (Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang) Kabupaten Tangerang.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah, maka penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas seputar kegiatan


(15)

xv

yang terkait dengan program-program yang diadakan oleh Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang bagi masyarakat.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah-masalah pokok yang akan dibahas sebagai berikut:

a. Apa yang menjadi alasan masyarakat membutuhkan program pelatihan?

b. Program pelatihan apa saja yang diselenggarakan oleh Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang bagi masyarakat?

c. Bagaimana peran Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang dalam proses pengembangan masyarakat?

d. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan program pelatihan pada Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui alasan masyarakat membutuhkan program pelatihan.

b. Untuk mengetahui program pelatihan keterampilan bagi masyarakat yang diselenggarakan oleh Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang.


(16)

c. Untuk mengetahui kontribusi Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang dalam program pengembangan masyarakat. d. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam

pelaksanaan kegiatan di Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang.

2. Manfaat Penelitian

a. Penulisan skripsi ini diharapkan sebagai bahan evaluasi bagi Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan pada bidang keterampilan yang ditujukan bagi masyarakat Tangerang khususnya dan sekitar.

b. Sebagai bahan perbandingan antara teori yang didapat pada bangku kuliah dengan fakta di lapangan.

D. Metodologi Penelitian 1. Metode penelitian

Metode penelitian adalah studi mengenai metode-metode ilmiah yang digunakan dalam penelitian. Sutrisno Hadi menyebutnya sebagai "pelajaran yang memperbincangkan metode-metode ilmiah untuk research". Metode-metode ilmiah tersebut meliputi metode penelitian, metode pengambilan sampel, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.7

7

Widodo, Cerdik Menyusun Proposal Penelitian Skripsi, Tesis, dan Disertasi (Jakarta: Yayasan Kelopak, 2004), h. 46.


(17)

xvii

Metode yang digunakan lebih menekankan kepada strategi, proses, dan pendekatan dalam memilih jenis, karakteristik, serta dimensi ruang dan waktu, dan data yang diperlukan.8

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Adapun penelitiannya menggunakan penelitian survey dengan penekanan pada penelitian deskriptif.

Menurut Bondan dan Taylor, penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sedangkan menurut Kirk dan Miller penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pangamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan hubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dan dalam peristilahannya.9

2. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelian

Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi penelitian adalah metode proposif, yaitu sebelum mengadakan penelitian, terlebih dahulu penulis menentukan lokasi penelitian.

Penelitian dilakukan pada Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang yang beralamat di Jl. Raya Serpong km. 12, Tangerang 15322. Telp. (021) 5383042 faks. (021) 5387484.

8

Nana Sudjana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah Makalah, Skripsi, Disertasi (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2005)), h. 52.

9

Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1989), h: 3.


(18)

Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang terpilih menjadi lokasi dalam penelitian ini dikarenakan selain jaraknya mudah dijangkau oleh penulis, lembaga tersebut dianggap cocok oleh penulis karena mempunyai konsep pengembangan masyarakat yang notabenya sesuai dengan program jurusan yang penulis sedang tekuni. 3. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber utama dari penelitian ini adalah aktifitas objek penelitian (Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang) dan dokumen file yang merupakan data primer. Selain itu juga didapat dari didukung dengan bahan-bahan kepustakaan lainnya.

Adapun tekhnik pengumpulan data yang ditempuh penulis meliputi penelitian kepustakaan dan lapangan dengan analisis penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini penulis berusaha mencari dan membaca sebanyak mungkin sumber yang ada kaitannya dengan permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, baik berupa buku, majalah, dan lain-lain. Kesemua bahan bacaan itu, penulis jadikan sebagai landasan teoritis untuk dipaparkan dalam kerangka awal mengenai objek penelitian.

Dalam penelitian lapangan, untuk memperoleh data dan informasi yang akurat penulis melakukan pengamatan (observation), wawancara (interview) dan dokumen file yang diperoleh dari subjek penelitian.


(19)

xix

Subjek penelitian dari skripsi ini adalah Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang itu sendiri. Sedangkan yang menjadi objek dari penelitian ini adalah program-program yang ada di Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang.

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum menjadi Bidang Diklat Kerja (masih Balai Latihan Kerja), pernah ada yang melakukan penelitian yang serupa dengan peneliti dengan judul penelitian Upaya Balai Latihan Kerja dalam Meningkatkan Sumber Daya Manusia di kawasan Jakarta Selatan, yang dilakukan oleh Dina Apriyani. Dalam pembahasan tersebut penelitian lebih mengarah kepada kelembagaan yaitu Balai Latihan Kerja kemudian program pemberdayaan masyarakat seperti langkah BLK dalam meningkatkan kualitas SDM., tingkat keberhasilan yang diukur dari dan keberhasilan ujian akhir. Langkah BLK tersebut tidak diiringi dengan faktor kebutuhan masyarakat.

Penelitian yang penulis lakukan ini memaparkan lebih luas mengenai program yang terdapat di Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang, faktor kebutuhan masyarakat dan tingkat keberhasilan yang diukur dari penempatan kerja.

Dari penelitian yang telah penulis lakukan, penulis mendapatkan penjelasan yang memadai tentang program-program yang terdapat di Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang, profil lembaga, data anggaran, serta data kelulusan dan penyerapan kerja siswa didik.


(20)

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penjelasan dan pembahasan penelitian ini, secvara sistematis penulisannya dibagi ke dalam lima bab, terdiri dari sub-sub bab. Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut:

BAB VI PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB VII TINJAUAN TEORETIS

Terdiri atas pengertian evaluasi program, pengertian pengembangan masyarakat yang berisi tentang model-model pengembangan masyarakat dan tahapan-tahapan pengembangan masyarakat.

BAB VIIIGAMBARAN UMUM

Menguraikan tentang otonomi daerah dan latar belakang keberadaan Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang, visi, misi, tugas pokok, fungsi, sasaran, dan indikator kinerja Bidang Diklat Kerja Badiklatlibang Kabupaten Tangerang, fasilitas dan sarana latihan, sumber daya manusia Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang, pembiayaan operasional Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang, jenis pelatihan kejuruan pada Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang, bentuk kerjasama dengan pihak lain.


(21)

xxi

BAB IX PENGEMBANGAN MASYARAKAT PADA BIDANG DIKLAT

KERJA BADAN PENDIDIKAN, PELATIHAN, PENELITIAN,

DAN PENGEMBANGAN (BADIKLATLITBANG)

KABUPATEN TANGERANG

Menerangkan tentang kebutuhan masyarakat akan program pelatihan, bentuk-bentuk program pendidikan dan pelatihan, peran Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang dalam proses pengembangan masyarakat, analisis SWOT, faktor pendukung dan penghambat.

BAB X PENUTUP

Merupakan bagian akhir dari penelitian ini yang terdiri dari kesimpulan dan saran.


(22)

BAB I PENDAHULUAN

G. Latar Belakang Masalah

Sejak era reformasi bergulir (tahun 1998) sampai dengan sekarang yang terjadi akibat ketidak percayaan rakyat terhadap kinerja pemerintah sehingga mengakibatkan berakhirnya era orde baru belum juga membawa Indonesia pada suatu keadaan yang sejahtera. Hal tersebut bertolak belakang dengan tujuan yang hendak dicapai bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar (UUD) 1945 dimana tujuan negara Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.

Sejalan dengan itu, maka perlu adanya Pembangunan Nasional. Yaitu suatu proses perubahan yang dilakukan berdasarkan rencana tertentu dengan sengaja dan memang dikehendaki, baik oleh pemerintah yang menjadi pelopor pembangunan maupun masyarakat sebagai subjek dan objek pembangunan. Pembangunan Nasional sebagaimana digariskan dalam GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara) merupakan cara untuk mencapai tujuan tersebut.

Pembangunan Nasional mencakup upaya peningkatan semua segi kehidupan bangsa, dapat berupa pembangunan aspek fisik, sosial, budaya, ekonomi dan pertahanan dan keamanan, dapat pula berupa pembangunan


(23)

xxiii

ideologi.10 Oleh karena itu, maka pembangunan nasional pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya dengan Pancasila sebagai dasar, tujuan, dan pedomannya. Hal tersebut berarti bahwa konsep pembangunan nasional berarti membentuk manusia secara utuh agar lebih baik secara fisik, kehidupan bermasyarakat, kehidupan berbudaya, berkecukupan ekonomi maupun kenyamanan dalam pertahanan dan keamanan dan juga membentuk pola pikir manusia agar lebih baik dari aspek pengetahuan, keyakinan, sikap, dan niat karena proses tersebut merupakan proses penyadaran sehingga diharapkan akan mampu merubah perilaku manusia.11 Seperti penyadaran pentingnya kesehatan lingkungan maka dilakukan berbagai penyuluhan agar masyarakat dapat terhindar dari berbagai penyakit.

Suatu keadaan yang dilematis, justru perubahan status ekonomi masyarakat di Indonesia seakan tidak menemui titik terang, bahkan jauh dari perubahan. Kenaikan harga diberbagai sektor membuat rakyat semakin terjepit dalam kemiskinan dan membuat makna kesejahteraan semakin tidak terlihat. Dari fenomena ini sehingga banyak kita lihat acara-acara televisi yang mengatasnamakan “kerakyatan” muncul, seperti bedah rumah, uang kaget, dan masih banyak lainnya. Sebenarnya jika pemerintah menyadarkan diri, acara yang ditayangkan oleh berbagai stasiun televisi tersebut merupakan sindiran bagi pemerintah karena ketidak mampuan pemerintah dalam mengatur, melindungi, dan mensejahterakan masyarakat.

10

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan IntervensiKomunitas (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2003), h. 39

11


(24)

Pembangunan Nasional itu sendiri tidak akan berhasil jika tidak adanya partisipasi dari masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam setiap kegiatan yang mempunyai tujuan untuk pembangunan harus lebih ditingkatkan. Keterlibatan warga masyarakat itu sendiri tidak sebatas hanya dalam aspek kognitif dan praktis saja (perencanaan dan pelaksanaan), tetapi juga perlu adanya keterlibatan emosional pada pelaksanaan program tersebut. Hal ini diharapkan dapat memberi kekuatan dan perasaan untuk ikut serta dalam gerakan perubahan yang mencakup seluruh bangsa. Keterlibatan emosional masyarakat tersebut dengan melibatkan masyarakat dalam tahap assesment (penilaian) dan tahap evaluasi, sehingga program yang dijalankan benar-benar program yang dibutuhkan masyarakat.12

Konsep lain dari sebuah gerakan perubahan yaitu mesti adanya pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah demi tercapainya tujuan tersebut, dimana masyarakat diberdayakan untuk dapat melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya.13

Program BLT (Bantuan Langsung Tunai) yang dicanangkan pemerintah tidak dapat menolong sepenuhnya masyarakat, karena hal tersebut tidak didukung dengan kebijakan pemerintah yang terus menerus menaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) yang berdampak pada kenaikan harga semua bahan pokok kebutuhan masyarakat.

Keadaan yang rumit tersebut diperparah dengan kemajuan globalisasi yang salah satunya adalah dibukanya zona perdagangan pasar bebas yang mengharuskan setiap negara harus siap untuk bersaing tanpa terkecuali baik

12

Isbandi Rukminto Adi, op. cit., h. 295.

13

Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam dari Ideologi, Strategi, sampai Tradisi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 29.


(25)

xxv

negara kecil, negara berkembang, maupun negara maju dengan mengandalkan keahlian mereka masing-masing.

Persoalan yang terjadi di Indonesia adalah masih terbentangnya jurang kesenjangan antara si kaya dengan si miskin. Si kaya mungkin akan dengan mudah mendapatkan kemampuan-kemampuan yang memudahkan dirinya untuk dapat bersaing dan siap menghadapi tantangan zaman tersebut tanpa memperdulikan biaya yang harus dikelurkan, berbanding terbalik dengan yang dialami oleh si miskin yang harus berjuang bagi dirinya sendiri untuk tetap hidup (survive) tanpa memperdulikan kemajuan zaman yang semakin hari semakin berkembang.

Kata kunci dari semua masalah di Indonesia terletak pada kebijakan pemerintah terhadap publik (Government Policy for Public). Sejatinya secara teoritis idealis kebijakan publik adalah kebijakan yang berupaya untuk merespon masalah dan kebutuhan konkrit yang berkembang di Indonesia.14 Idealnya ketika pemerintah melihat masalah publik yang sedang berjangkit maka secara akurat dan cepat pemerintah mengeluarkan kebijakan dan langsung mengimplementasikannya demi kehidupan rakyat. Yang terjadi, ironisnya seperti yang dipaparkan sebelumnya diatas, ketika rakyat mengalami keterpurukan ekonomi, pemerintah justru menaikan harga BBM dan tarif listrik yang keduanya justru merupakan kebutuhan vital rakyat. Idealisnya pula globalisasi seharusnya mempromosikan kesejahteraan terhadap negara penganutnya, akan tetapi pada tingkatan faktualitas globalisasi hanya konsep permainan politik dalam komunikasi massa (The Politic Playing) Amerika dan sebagian antek-anteknya di

14

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: Refika Aditama, 2005), h. 44.


(26)

Eropa. Pasalnya negara berkembang, seperti India, Vietnam, Thailand, benua Afrika, benua Amerika bagian selatan serta Indonesia yang mengikuti konsep pasar bebas hanya menjadi kelinci ekonomi saja bagi mereka.15

Penekanan yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan kemampuan masyarakat khususnya masyarakat miskin dan pedesaan adalah dengan cara pemberian pembelajaran dan keterampilan yang berbasis life skill.

Bermula dari berbagai kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah khususnya dibidang pendidikan. Hampir pada semua lembaga pendidikan formal yang ada di Indonesia kurang bahkan tidak bisa memberikan keterampilan lebih kepada siswa didiknya. Dengan demikian yang dibutuhkan adalah belajar bebas dan otonomi orang yang belajar dilindungi. Pada konteks ini peran pendidikan luar sekolah sangat dibutuhkan yaitu pendidikan di luar lembaga formal.

Telah disebutkan di atas bahwa semakin pesatnya pengaruh globalisasi menyebabkan seseorang harus siap dengan berbagai keahlian. Tanpa keahlian sangat sulit bagi seseorang untuk bisa survive. Tanpa keahlian, seseorang tidak mungkin mendapatkan peluang untuk memenangkan kompetensi hidup yang kian keras.

Salah satu program yang sudah dikembangkan oleh pemerintah dalam memberikan keahlian kepada masyarakat adalah dibukanya program-program pendidikan dan pelatihan keterampilan khusus yang dilaksanakan dan dilakukan oleh Badan Pendidikan, Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan (Badan Diklat Kerja Badiklatlitbang) yang lebih dikenal sebelumnya dengan nama KLK

15


(27)

xxvii

(Kelompok Latihan Kerja) atau BLK (Balai Latihan Kerja) yang terdapat pada setiap kabupaten di Indonesia.

Berawal dari permasalahan tersebut di atas, kabupaten Tangerang adalah salah satu kabupaten yang menyedot banyak tenaga kerja di bidang industri. Hal tersebut tidak di sia-siakan oleh jajaran pemerintah Kabupaten Tangerang untuk mengembangkan sumber daya manusianya (SDM) baik wilayah Tangerang pada khususnya maupun wilayah sekitar Tangerang, karena hal tersebut merupakan aset kemajuan wilayah Tangerang sendiri khususnya dalam memberantas pengangguran dan kemiskinan.

Berdasarkan pemaparan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai program-program yang dilakukan oleh Badan Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang yang merupakan sarana bagi masyarakat Kabupaten Tangerang khususnya dalam meningkatkan pengetahuan keterampilan khususnya dalam bidang industri. Ketertarikan untuk mengadakan penelitian tersebut penulis jadikan judul skripsi penulis dengan mengambil judul penelitian skripsi Evaluasi Program Pengembangan Masyarakat pada Bidang Diklat Kerja Badan Pendidikan, Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan (Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang) Kabupaten Tangerang.

H. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah, maka penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas seputar kegiatan


(28)

yang terkait dengan program-program yang diadakan oleh Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang bagi masyarakat.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah-masalah pokok yang akan dibahas sebagai berikut:

a. Apa yang menjadi alasan masyarakat membutuhkan program pelatihan?

b. Program pelatihan apa saja yang diselenggarakan oleh Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang bagi masyarakat?

c. Bagaimana peran Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang dalam proses pengembangan masyarakat?

d. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan program pelatihan pada Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang?

I. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui alasan masyarakat membutuhkan program pelatihan.

b. Untuk mengetahui program pelatihan keterampilan bagi masyarakat yang diselenggarakan oleh Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang.


(29)

xxix

c. Untuk mengetahui kontribusi Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang dalam program pengembangan masyarakat. d. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam

pelaksanaan kegiatan di Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang.

2. Manfaat Penelitian

a. Penulisan skripsi ini diharapkan sebagai bahan evaluasi bagi Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan pada bidang keterampilan yang ditujukan bagi masyarakat Tangerang khususnya dan sekitar.

b. Sebagai bahan perbandingan antara teori yang didapat pada bangku kuliah dengan fakta di lapangan.

J. Metodologi Penelitian 1. Metode penelitian

Metode penelitian adalah studi mengenai metode-metode ilmiah yang digunakan dalam penelitian. Sutrisno Hadi menyebutnya sebagai "pelajaran yang memperbincangkan metode-metode ilmiah untuk research". Metode-metode ilmiah tersebut meliputi metode penelitian, metode pengambilan sampel, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.16

16

Widodo, Cerdik Menyusun Proposal Penelitian Skripsi, Tesis, dan Disertasi (Jakarta: Yayasan Kelopak, 2004), h. 46.


(30)

Metode yang digunakan lebih menekankan kepada strategi, proses, dan pendekatan dalam memilih jenis, karakteristik, serta dimensi ruang dan waktu, dan data yang diperlukan.17

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Adapun penelitiannya menggunakan penelitian survey dengan penekanan pada penelitian deskriptif.

Menurut Bondan dan Taylor, penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sedangkan menurut Kirk dan Miller penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pangamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan hubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dan dalam peristilahannya.18

2. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelian

Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi penelitian adalah metode proposif, yaitu sebelum mengadakan penelitian, terlebih dahulu penulis menentukan lokasi penelitian.

Penelitian dilakukan pada Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang yang beralamat di Jl. Raya Serpong km. 12, Tangerang 15322. Telp. (021) 5383042 faks. (021) 5387484.

17

Nana Sudjana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah Makalah, Skripsi, Disertasi (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2005)), h. 52.

18

Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1989), h: 3.


(31)

xxxi

Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang terpilih menjadi lokasi dalam penelitian ini dikarenakan selain jaraknya mudah dijangkau oleh penulis, lembaga tersebut dianggap cocok oleh penulis karena mempunyai konsep pengembangan masyarakat yang notabenya sesuai dengan program jurusan yang penulis sedang tekuni. 3. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber utama dari penelitian ini adalah aktifitas objek penelitian (Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang) dan dokumen file yang merupakan data primer. Selain itu juga didapat dari didukung dengan bahan-bahan kepustakaan lainnya.

Adapun tekhnik pengumpulan data yang ditempuh penulis meliputi penelitian kepustakaan dan lapangan dengan analisis penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini penulis berusaha mencari dan membaca sebanyak mungkin sumber yang ada kaitannya dengan permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, baik berupa buku, majalah, dan lain-lain. Kesemua bahan bacaan itu, penulis jadikan sebagai landasan teoritis untuk dipaparkan dalam kerangka awal mengenai objek penelitian.

Dalam penelitian lapangan, untuk memperoleh data dan informasi yang akurat penulis melakukan pengamatan (observation), wawancara (interview) dan dokumen file yang diperoleh dari subjek penelitian.


(32)

Subjek penelitian dari skripsi ini adalah Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang itu sendiri. Sedangkan yang menjadi objek dari penelitian ini adalah program-program yang ada di Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang.

K. Tinjauan Pustaka

Sebelum menjadi Bidang Diklat Kerja (masih Balai Latihan Kerja), pernah ada yang melakukan penelitian yang serupa dengan peneliti dengan judul penelitian Upaya Balai Latihan Kerja dalam Meningkatkan Sumber Daya Manusia di kawasan Jakarta Selatan, yang dilakukan oleh Dina Apriyani. Dalam pembahasan tersebut penelitian lebih mengarah kepada kelembagaan yaitu Balai Latihan Kerja kemudian program pemberdayaan masyarakat seperti langkah BLK dalam meningkatkan kualitas SDM., tingkat keberhasilan yang diukur dari dan keberhasilan ujian akhir. Langkah BLK tersebut tidak diiringi dengan faktor kebutuhan masyarakat.

Penelitian yang penulis lakukan ini memaparkan lebih luas mengenai program yang terdapat di Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang, faktor kebutuhan masyarakat dan tingkat keberhasilan yang diukur dari penempatan kerja.

Dari penelitian yang telah penulis lakukan, penulis mendapatkan penjelasan yang memadai tentang program-program yang terdapat di Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang, profil lembaga, data anggaran, serta data kelulusan dan penyerapan kerja siswa didik.


(33)

xxxiii L. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penjelasan dan pembahasan penelitian ini, secvara sistematis penulisannya dibagi ke dalam lima bab, terdiri dari sub-sub bab. Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut:

BAB XI PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB XII TINJAUAN TEORETIS

Terdiri atas pengertian evaluasi program, pengertian pengembangan masyarakat yang berisi tentang model-model pengembangan masyarakat dan tahapan-tahapan pengembangan masyarakat.

BAB XIIIGAMBARAN UMUM

Menguraikan tentang otonomi daerah dan latar belakang keberadaan Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang, visi, misi, tugas pokok, fungsi, sasaran, dan indikator kinerja Bidang Diklat Kerja Badiklatlibang Kabupaten Tangerang, fasilitas dan sarana latihan, sumber daya manusia Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang, pembiayaan operasional Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang, jenis pelatihan kejuruan pada Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang, bentuk kerjasama dengan pihak lain.


(34)

BAB XIVPENGEMBANGAN MASYARAKAT PADA BIDANG DIKLAT KERJA BADAN PENDIDIKAN, PELATIHAN, PENELITIAN,

DAN PENGEMBANGAN (BADIKLATLITBANG)

KABUPATEN TANGERANG

Menerangkan tentang kebutuhan masyarakat akan program pelatihan, bentuk-bentuk program pendidikan dan pelatihan, peran Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang dalam proses pengembangan masyarakat, analisis SWOT, faktor pendukung dan penghambat.

BAB XV PENUTUP

Merupakan bagian akhir dari penelitian ini yang terdiri dari kesimpulan dan saran.


(35)

xxxv BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Evaluasi Program

Menurut asal katanya, evaluasi berarti penilaian.19 Sedangkan program adalah rancangan mengenai asas serta usaha (di ketatanegaraan, perekonomian, dan sebagainya) yang akan dijalankan.20

Evaluasi adalah pengidentifikasian keberhasilan dan/atau kegagalan suatu rencanan kegiatan atau program. Evaluasi berusha mengidentifikasi mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada pelaksanaan atau penerapan program.21

Secara umum dikenal dua tipe evaluasi, yaitu on-going evaluation atau evaluasi terus-menerus dan ex-post evaluation atau evaluasi akhir. Tipe evalusi yang pertama dilaksanakan pada interval periode waktu tertent, misalnya per tri wulan atau per semester selama proses implementasi (biasanya pada khir phase atau tahap suatu rencana). Tipe evaluasi yang kedua dilakukan setelah implementasi suatu program atau rencana.

Evaluasi dilakukan bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan.

2. Mengukur dampak langsung yang terjadi pada kelompok sasaran. 3. Mengetahui dan menganalisis konsekuensi-konsekuensi lain yang

mungkin terjadi di luar rencana (externalities).

19

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 310.

20

Ibid., h. 897.

21

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: Refika Aditama, 2005), h. 119.


(36)

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi program adalah suatu proses penilaian mengenai tingkat keberhasilan suatu program atau kegagalan suatu program itu ketika diterapkan.

B. Pengertian Pengembangan Masyarakat

Menurut asal katanya, pengembangan masyarakat terdiri dari dua konsep, yaitu "pengembangan" dan "masyarakat".

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengembangan adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan. Sedangkan pengembangan masyarakat masih dalam penggalan kata pengembangan adalah proses kegiatan bersama yang dilakukan oleh penghuni suatu daerah untuk memenuhi kebutuhannya.22

Sedangkan pengertian "masyarakat" dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.23

Istilah Pengembangan Masyarakat mempunyai sejarah yang panjang dan selalu dikait-kaitkan dengan Ilmu Kesejahteraan Sosial.

Istilah "pengembangan masyarakat" berawal digunakan oleh pemerintah kolonial Inggris dalam sebuah konferensi (1948) di negeri jajahannya Afrika, untuk menggantikan istilah "pendidikan massa". Dalam konferensi tersebut menghasilkan definisi mengenai "Pendidikan Massa" dan memutuskan bahwa pada masa yang akan datang terminologi tersebut sebaiknya diganti dengan nama "Pengembangan Masyarakat".

22

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, op. cit., h. 538.

23


(37)

xxxvii

Berbeda dengan Inggris, di Amerika istilah "pengorganisasian masyarakat" lebih dikenal dibandingkan dengan istilah "pengembangan masyarakat", dimana masyarakat diberdayakan dengan cara harus lebih aktif dalam menggalang dana demi memenuhi kebutuhannya.

Banyak para pakar yang memberikan batasan tentang kedua istilah tersebut yang berkembang di Inggris maupun di Amerika. Namun, dari bahasan yang dikemukakan oleh para pakar tersebut menyimpulkan bahwa baik "pengorganisasian masyarakat" ataupun "pengembangan masyarakat" hanya terletak pada faktor tempat dimana metode tersebut digunakan.

Faktor tempat yang dimaksudkan di mana pengorganisasian masyarakat lebih mengarah pada daerah perkotaan (komunitas relatif sudah berkembang). Sedangkan pengembangan masyarakat lebih mengarah pada daerah pedesaan, dimana masyarakatnya relatif belum berkembang.24

Berdasarkan dua pengertian yang berbeda antara pengorganisasian masyarakat (di Amerika) dan pengembangan masyarakat (di Inggris), Brokesha dan Hodge memberikan perbedaan dari kedua istilah tersebut berdasarkan history masing-masing istilah tersebut, antara lain:

1. Mereka meyakini bahwa pengorganisasian masyarakat di Amerika pada mulanya berkembang (lebih banyak dikembangkan) di dalam negeri. Sedangkan untuk bangsa Inggris, pengembangan masyarakat pada umumnya diujicobakan di Afrika (pada negara-negara koloni Inggris).

2. Menurut mereka proses pengembangan masyarakat yang dilakukan pemerintah Inggris merupakan respon pragmatis terhadap kebutuhan yang

24


(38)

dirasakan daerah koloni mereka, yang pada dasarnya merasa kurang mendapatkan layanan yang memadai di bidang pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan dalam arti sempit. Sedangkan di Amerika, pengorganisasian masyarakat di mulai dari pengembangan sektor pertanian, yang baru kemudian bergerak ke masalah perkotaan.25

Menurut Edi Suharto pengembangan atau pembangunan merupakan usaha bersama dan terencana untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Bidang-bidang pembangunan biasanya meliputi beberapa sektor, yaitu ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan sosial-budaya.26

Sedangkan masyarakat menurut Edi Suharto memiliki 2 konsep, yaitu:27 1. Masyarakat sebagai sebuah "tempat bersama", yakni sebuah wilayah geografi

yang sama. Sebagai contoh, sebuah rukun tetangga, perumahan di daerah perkotaan atau sebuah kampung di wilayah pedesaan.

2. Masyarakat sebagai "kepentingan bersama", yakni kesamaan kepentingan berdasarkan kebudayaan dan identitas. Sebagai contoh, kepentingan bersama pada masyarakat etnis minoritas atau kepentingan bersama berdasarkan identifikasi kebutuhan tertentu seperti halnya pada kasus para orang tua yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus (anak cacat fisik) atau bekas para pengguna pelayanan kesehatan mental.

Menurut pandangan Brokesha dan Hodge, pengembangan masyarakat adalah:28

25

Ibid., h. 216.

26

Edi Suharto, , op. cit., h. 39.

27

Ibid.

28

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2003), h. 199.


(39)

xxxix

"A movement designed to promote better living for the whole community with the active participation, and, if possible, on the initiative of the community… it includes the whole range of development activities in the district whether these are undertaken by government or unofficial bodies… (Community Development) must make use of the cooperative movement and must be put into effect in the closest association whit local government bodies".

"Suatu gerakan yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup keseluruhan komunitas melalui partisipasi aktif, dan jika memungkinkan, berdasarkan inisiatif masyarakat… hal ini meliputi berbagai kegiatan pembangunan di tingkat distrik, baik dilakukan oleh pemerintah ataupun lembaga-lembaga non pemerintah… (pengembangan masyarakat) harus dilakukan melalui gerakan yang kooperatif dan harus berhubungan dengan bentuk pemerintahan lokal terdekat".

Pengembangan masyarakat dapat didefinisikan sebagai metode yang memungkinkan orang dapat meningkatkan kualitas hidupnya serta mampu memperbesar pengaruhnya terhadap proses-proses yang mempengaruhi kehidupannya. Twelventrees "pengembangan masyarakat" adalah "the process of assisting ordinary people to improve their own communities by undertaking collective actions.29

Para ahli ada yang menyamakan istilah pengembangan masyarakat dengan pemberdayaan masyarakat yang jika dilihat mempunyai arti serupa dengan pengembangan sumber daya manusia.

Istilah pemberdayaan masyarakat mengacu kepada kata empowerment yang berarti penguatan, yaitu sebagai upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki sendiri oleh masyarakat. Pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat masyarakat terutama yang pada saat sekarang sedang tidak mampu melepaskan diri dari

29


(40)

perangkap kemiskinan dan keterbelakangan, yang berarti memberdayakan adalah membantu seseorang/masyarakat menemukan kemampuan menuju kemandirian.30 Jadi, pendekatan pemberdayaan masyarakat titik beratnya adalah penekanan pada pentingnya masyarakat lokal yang mandiri sebagai suatu sistem yang mengorganisir diri mereka.

Dalam pembukaan Temu Karya Pengembangan Program Pemberdayaan Masyarakat bagi Kepala Badan/Dinas/Kantor PMD Provinsi, Kabupaten dan Kota di Batu, Malang, Jawa Timur tahun 2003, DR. Andi Partadinata mengatakan secarakonsepsional pemberdayaan atau empowerment memiliki dua makna pokok yaitu pertama, memberikan kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas kepada masyarakat (to give power or authority to), agar masyarakat memiliki kemandirian dalam pengambilan keputusan dalam rangkan membangun diri dan lingkungan secara mandiri; kedua, meningkatkan kemampuan masyarakat (to give ability to or anable) melalui pelaksanaan berbagai kebijakan dan program pembangunan, agar kondisi kehidupan masyarakat dapat mencapai tingkat kemampuan yang diharapkan.31

Menurut pengertian lain, pemberdayaan atau pengembangan adalah upaya memperluas horison pilihan bagi masyarakat banyak. Hal ini berarti bahwa masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya. Dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya adalah masyarakat yang dapat memilih dan mempunyai kesempatan untuk mengadakan

30

Misbahul Ulum, dkk., Model-model Kesejahteraan Sosial Islam Perspektif Normatif, Filosofis, dan Praktis (Yogyakarta: PMI-Dakwah UIN Sunan Kalijaga bekerjasama dengan IISEP-CIDA), h. 79.

31

Andi Partadinata, ”Upaya Meningkatkan Kemampuan Aparatur dan Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Masyarakat Desa", Jurnal Berdaya 1, no. 6 (Juni, 2003), h. 17.


(41)

xli

pilihan.32 Dalam konsep ini Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei menyamakan pemberdayaan dengan konsep pengembangan sumber daya manusia.

Pengembangan masyarakat juga dapat dilihat dari persepsi makro dan mikro, Pengembangan sumber daya manusia secara makro adalah suatu proses peningkatan kualitas atau kemampuan manusia dalam rangka mencapai suatu tujuan pembangunan bangsa. Proses peningkatan di sini mencakup perencanaan, pambangunan, dan pengelolaan sumber daya manusia.

Pengembangan masyarakat secara mikro adalah suatu proses perencanaan pendidikan, pelatihan dan pengelolaan tenaga atau karyawan untuk mencapai suatu hasil optimal.33

Pengembangan masyarakat memiliki fokus terhadap upaya menolong anggota masyarakat yang memiliki kesamaan minat untuk bekerja sama, mengidentifikasi kebutuhan bersama dan kemudian melakukan kegiatan bersama untuk memenuhi kebutuhan tersebut.34

Dari pengertian-pengertian yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa pengembangan masyarakat adalah suatu model gerakan dengan cara memberdayakan masyarakat sekitar dengan maksud tercapainya suatu keinginan bersama masyarakat tersebut.

1. Model-model Pengembangan Masyarakat

32

Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam dari Ideologi, Strategi, sampai Tradiri (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 29.

33

Soekidjo Notoatmodjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 39.

34


(42)

Model pengembangan masyarakat merupakan bagian dari intervensi makro dalam Ilmu Kesejahteraan Sosial. Adapun yang dimaksud dengan intervensi makro menurut beberapa pendapat para ahli adalah:35

Netting, mengemukakan bahwa intervensti makro adalah "Macro practice is professionally directed intervention and communities". (Intervensi makro merupakan bentuk intervensi langsung yang dirancang dalam rangka melakukan perubahan secara terencana pada tingkat organisasi dan komunitas).

Rothman dan Tropman memberikan argumen tentang intervensi makro bahwa "Macro intervention involves methods of professional changing that target system above the level of the individual, group, and family, i.e., organization, communities, and regional and national entities. Macro practice deals with aspects of human service activity that are non clinical in nature, but rather focus on broader social approaches to human betterment". (Intervensi makro mencakup bebagai metode profesional yang digunakan untuk mengubah sistem sasaran yang lebih besar dari individu, kelompok dan keluarga, yaitu: oraganisasi, komunitas baik di tingkat lokal, regional maupun nasional secara utuh. Praktek makro berhubungan dengan aspek pelayanan masyarakat yang pada dasarnya bukan hal yang bersifat klinis, tetapi lebih memfokuskan pada pendekatan sosial yang lebih luas dalam rangka meningkatkan kehidupan yang lebih baik di masyarakat).

Jack Rothman mengembangkan tiga model dalam memahami konsepsi tentang pengembangan masyarakat: (1) Pengembangan masyarakat lokal (locality

35


(43)

xliii

development); (2) Perencanaan sosial (social planing); (3) Aksi sosial (social action).

a. Pengembangan Masyarakat Lokal

Pengembangan masyarakat lokal adalah proses yang ditujukan untuk menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat melalui partisipasi aktif serta inisiatif anggota masyarakat itu sendiri. Anggota masyarakat dipandang bukan sebagai klien yang bermasalah melainkan sebagai masyarakat yang unik dan memiliki potensi, hanya saja potensi tersebut belum dikembangkan.

Pengembangan masyarakat lokal pada dasarnya merupakan proses interaksi antara anggota masyarakat setempat yang difasilitasi oleh pekerja sosial. Pekerja sosial membantu meningkatkan kesadaran dan mengembangkan kemampuan mereka dalam mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan.

Pengembangan masyarakat lokal lebih bernuansa bottom up dimana setiap anggota masyarakat bertanggung jawab untuk menentukan tujuan dan memilih strategi yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Model pertama ini lebih berorientasi pada "tujuan proses" (process goal) daripada tujuan tugas atau tujuan hasil (task or product goal).36 Dimana masyarakat dicoba untuk diintegrasikan serta dikembangkan kapasitasnya (community integration dan community capacity) dalam upaya memecahkan masalah mereka secara kooperatif berdasarkan kemauan dan

36


(44)

kemampuan menolong diri sendiri (self help) dengan prinsip-prinsip demokratis.37

b. Perencanaan Sosial

Perencanaan sosial menunjuk pada proses pragmatisuntuk menentukan keputusan dan menteapkan tindakan dalam memecahkan masalah sosial tertentu dan biasanya berhubungan dengan masalah-masalah sosial yang kongkrit (concrete social problem) seperti kemiskinan, pengangguran, kenakalan remaja, kebodohan (buta huruf), kesehatan masyarakat yang buruk, dan lain-lain. Adapun nama-nama bagian (departemen) merekajuga mencirikan hal ini, seperti Deperteman Kesehatan, Direktorat Penyalahgunaan Obat dan Narkotika, Departemen Sosial, dan lain sebagainya.38

Perencanaan sosial lebih berorientasi pada "tujuan tugas" (task goal). Pekerja sosial berperan sebagai perencana sosial yang memandang anggota masyarakat sebagai "konseumen" atau "penerima pelayanan" (beneficiaries). Keterlibatan para penerima pelayanan dalam proses pembuatan kebijakan, penentuan tujuan, dan pemecahan masalah bukan merupakan prioritas, karena pengambilan keputusan dilakukan oleh para pekerja sosial di lembaga-lembaga formal baik pemerintah maupun swasta.39

c. Aksi Sosial

Tujuan dan sasaran utama aksi sosial adalah perubahan-perubahan fundamental dalam kelembagaan dan struktur masyarakat melalui proses

37

Isbandi Rukminto Adi, op. cit., h. 70

38

Ibid., h. 71.

39


(45)

xlv

pendistribusian kekuasaan (distribution of power), sumber (distribution of resources), dan pengambilan keputusan (distribution of decision making).

Pendekatan aksi sosial didasarisuatu pandangan bahwa masyarakat adalah sistem klienyang seringkali menjadi "korban" ketidakadilan struktur. Aksi sosial berorientasi baik pada tujuan proses dan tujuan hasil. Masyarakat diorganisir melalui proses penyadaran, pemberdayaan dan tindakan-tindakan aktual untuk mengubah struktur kekuasaan agar lebih memenuhi prinsip demokrasi, kemerataan (equality) dan keadilan (equity).40

2. Tahapan Pengembangan Masyarakat

Tahapan pengembangan masyarakat yang biasa dilakukan pada beberapa organisasi pelayanan masyarakat, antara kelompok yang satu dengan yang lain mempunyai beberapa perbedaan dan persamaan. Hal tersebut bisa dilihat dari dua buku yang penulis jadikan sebagai bahan rujukan, yaitu: Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat karya Edi Suharto dan Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas karya Isbandi Rukminto Adi. Namun, secara garis besar tahapan pengembangan masyarakat dapat dirumuskan menjadi lima tahapan, antara lain:

a. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah sangat erat kaitannya dengan asesmen kebutuhan (need assessment). Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai kekurangan yang mendorong masyarakat untuk mengatasinya. Asesmen kebutuhan dapat

40


(46)

diartikan sebagai penentuan besarnya atau luasnya suatu kondisi dalam suatu populasi yang ingin diperbaiki atau penentuan kekurangan dalam kondisi yang direalisasikan.

Terdapat lima jenis kebutuhan yang terdapat di masyarakat, antara lain:41

1). Kebutuhan absolut (absolute need) adalah kebutuhan minimal atau kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh manusia agar dapat mempertahankan kehidupannya (survive).

2). Kebutuhan normatif (normative need) adalah kebutuhan yang didefinisikan oleh ahli atau tenaga profesional. Kebutuhan ini biasanya didasarkan standar tertentu.

3). Kebutuhan yang dirasakan (felt need) adalah sesuatu yang dianggap atau dirasakan orang sebagai kebutuhannya. Kebutuhan ini merupakan petunjuk tentang kebutuhan yang nyata (real need). Akan tetapi, kebutuhan ini berbeda dari satu orang ke orang lainnya, karena sangat tergantung ada persepsi orang yang bersangkutan mengenai sesuatu yang diinginkannya pada suatu waktu tertentu.

4). Kebutuhan yang dinyatakan (stated need) adalah kebutuhan yang dirasakan yang diubah menjadi kebutuhan berdasarkan banyaknya permintaan. Besarnya kebutuhan ini tergantung pada seberapa orang yang memerlukan pelayanan sosial.

41


(47)

xlvii

5). Kebutuhan komparatif (comparative need) adalah kesenjangan (gap) antara tingkat pelayanan yang ada di wilayah-wilayah yang berbeda untuk kelompok orang yang memiliki karakteristik sama.

Dalam proses penilaian (assessment) dapat digunakan teknik SWOT, dengan melihat Kekuatan (strength), Kelemahan (Weaknesses), Kesempatan (Opportunities), dan Ancaman (Threat). Dengan menggunakan tehnik ini dalam proses assessment masyarakat sudah dilibatkan secara aktif agar mereka dapat merasakan bahwa permasalahan yang sedang dibicarakan benar-benar permasalahan yang sedang dibicarakan benar-benar permasalahan yang keluar dari pandangan mereka sendiri. Disamping itu, pada tahap ini pelaku perubahan juga memfasilitasi warga untuk menyusun prioritas dari permasalahan yang akan ditindaklanjuti pada tahap berikutnya.42

b. Penentuan Tujuan

Isbandi Rukminto Adi menyebut tahapan kedua ini dengan tahapan perencanaan alternatif program atau kegiatan. Pada tahap ini agen perubah secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berpikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya.43

Tujuan dapat didefinisikan sebagai kondisi di masa depan yang ingin dicapai. Maksud utama penentuan tujuan adalah untuk membimbing program ke arah pemecahan masalah. Tujuan dapat menjadi target yang menjadi dasar bagi pencapaian keberhasilan program. Terdapat dua jenis atau tingkat tujuan, yaitu, tujuan umum (goal) dan tujuan khusus (objektive). Tujuan

42

Isbandi Rukminto Adi, op. cit., h. 252

43


(48)

umum dirumuskan secara luas sehingga pencapaiannya tidak dapat diukur. Sedangkan tujuan khusus merupakan pernyataan yang spesifik dan terukur mengenai jumlah yang menunjukkan kemajuan ke arah pencapaian tujuan umum. Rumusan tujuan khusus yang baik memiliki beberapa ciri:44

1). Berorientasi pada keluaran (output) bukan pada proses atau masukan (input).

2). Dinyatakan dalam istilah yang terukur.

3). Tidak hanya menunjukkan arah perubahan (misalnya meningkatkan), tetapi juga tingkat perubahan yang diharapkan (misalnya 10 persen). 4). Menunjukkan jumlah populasi secara terbatas.

5). Menunjukkan pembatasan waktu

6). Realistis dalam arti dapat dicapai dan menunjukkan usaha untuk mencapainya.

7). Relevan dengan kebutuhan dan tujuan umum. c. Penyusunan dan Pengembangan Rencana Program

Pada tahap penyusunan dan pengembangan rencana program atau menurut istilah Isbandi Rukminto Adi tahapan pemformulasikan rencana aksi yaitu tahapan dimana agen perubah membantu masing-masing kelompok untuk merumuskan dan menentukan program dan kegiatan apa yang akan mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada.45

Dalam proses perencanaan sosial, para perencana dan pihak-pihak terkait atau para pemangku kepentingan (stakeholders) selayaknya bersama-sama menyusun pola rencana intervensi yang koprhensif. Pola tersebut

44

Edi Suharto, op. cit., h. 77.

45


(49)

xlix

menyangkut tujuan-tujuan khusus, strategi-strategi, tugas-tugas dan prosedur-prosedur yang ditujukan untuk membantu pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dan pemecahan masalah. Suatu rencanan biasanya dikembangkan dalam suatu pola yang sistematis dan pragmatis dimana bentuk-bentuk kegiatan dijadwalkan dengan jelas. Program dapat dirumuskan sebagai suatu perangkat kegiatan yang saling tergantung dan diarahkan pada pencapaian satu atau beberapa tujuan khusus (objektives). Penyusunan program dalam proses perencanaan sosial mencakup keputusan tentang apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam proses perumusan program.46

1). Identifikasi program alternatif. Penyusunan program merupakan tahap yang membutuhkan kreativitas. Karenya sebelum satu program dipilih ada baiknya jika diidentifikasi beberapa program alternatif.

2). Penentuan hasil program. Bagian dari identifikasi program alternatif adalah penentuan hasil apa yang akan diperoleh dari setiap program laternatif. Hasil dapat dinyatakan dalam tiga tahapan, yaitu: pelaksanaan tugas, unit pelayanan, dan jumlah konsumen.

3). Penentuan biaya. Informasi tentang biaya mencakup keseluruhan biaya program maupun biaya per hasil.

4). Kriteria pemilihan program. Setelah program-program alternatif diidentifikasi, maka harus dilakukan pilihan diantara mereka. Pemilihan dapat dilakukan atas dasar rasional, yakni bersandar pada kriteria tertentu. Kriteria yang tergolong rasional adalah menyangkut

46


(50)

pentingnya, efisensi, efektivitas, fisibilitas (feasibility), keadilan dan hasil-hasil tertentu.

d. Pelaksanaan Program (Implementasi Program)

Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang paling krusial (penting) dalam proses pengembangan masyarakat, karena sesuatu yang sudah direncanakan dengan baik akan dapat melenceng dalam pelaksanaan di lapangan bila tidak ada kerjasama antara agen perubah dan warga masyarakat, maupun kerjasama antar warga.47

Tahap implementasi program intinya menunjuk pada perubahan proses perencanaan pada tingkat abstraksi yang lebih rendah. Penerapan kebijakan atau pemberian pelayanan merupakan tujuan, sedangkan operasi atau kegiatan-kegiatan untuk mencapainya adalah alat pencapaian tujuan. Ada dua prosedur dalam melaksanakan program, yaitu:48

1). Merinci prosedur operasional untuk melaksanakan program. 2). Merinci prosedur agar kegiatan-kegiatan sesuai dengan rencana. e. Evaluasi Program

Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap program yang sedang berjalan pada pengembangan masyarakat sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga. Dengan keterlibatan warga pada tahap ini diharapkan akan terbentuk suatu sistem dalam komunitas untuk melakukan pengawasan secara internal. Sehingga dlaam jangka panjang

47

Isbandi, Rukminto Adi, loc. cit.

48


(51)

li

diharapkan akan dapat membentuk suaut sistem dalam masyarakat yang lebih "mandiri" dengan memanfaatkan sumber daya yag ada.49

Pada tahap evaluasi program, analisis kembali kepada permulaan proses perencanaan untuk menentukan apakah tujauan yang telah ditetapkan dapat dicapai. Evaluasi menjadikan perencanaan sebagai suatu proses yang berkesinambungan. Evaluasi baru dapat dilaksanakan kalau rencana sudah dilaksanakan. Namun demikian, perencanaan yang baik harus sudah dapat menggambarkan proses evaluasi yang akan dilaksanakan.50

49

Isbandi Rukminto Adi, op. cit., h. 256.

50


(52)

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Otonomi Daerah dan Latar Belakang Keberadaan Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang

Lahirnya era reformasi di penghujung tahun 1990 membawa perubahan-perubahan fundamental dalam berbagai aspek kehidupan, khususnya dalam tata hubungan politik pemerintahan dan kenegaraan. Agenda resmi pemerintahan saat itu adalah pengejawantahan desentralisasi dalam bingkai otonomi daerah. Menjawab tantangan itu, pemerintah era reformasi telah mengeluarkan dua paket kebijakan tentang otonomi daerah, yaitu Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemeritahan Daerah dan Undang-undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Kuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.51

Namun, kedua Undang-undang tersebut direvisi total dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Kedua Undang-undang sebelumnya tersebut direvisi karena dianggap cenderung desentralisasi (sedikit campur tangan pemerintah). Hal tersebut akan positif jika diikuti oleh kesiapan yang memadai dari daerah dalam menerima dan mengimplementasikan otonomi.52

Dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2004 yang dimaksud dengan otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

51

H. Jazuli Juwaini, Otonomi Sepenuh Hati (Jakarta: Al-I'tishom Cahaya Umat, 2007), h. 20.

52


(53)

liii

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat seempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal ini berarati mengganti konsep otonomi daerah Undang-undang No. 22 Tahun 1999 yang hanya mengatur wewenang Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah, sementara kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota tidak diatur secara jelas.

Dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah bahwa dalam penerapan otonomi harus tetap dalam prinsip otonomi luas, nyata, dan bertanggung jawab. Luas, berarti daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Prinsip otonomi nyata bahwa untuk menangani urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup, dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. Adapun yang dimaksud prinsip otonomi bertanggung jawab adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian utama dari tujuan nasional.53

Undang-undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah adalah konsekuensi langsung dari Undang-undang No. 32 tahun 2004. Jika Undang-undang No. 32 tahun 2004 mengatur mekanisme power sharing, maka Undang-undang No. 33 tahun 2004 mengatur mekanisme financial sharing.54 Undang-undang No. 33 tahun 2004 merupakan penjabaran

53

Ibid., h. 41.

54


(54)

lebih lanjut dari UU. No. 32 tahun 2004. Prinsip umum yang diatur dalam UU. No. 32 tahun 2004 dijabarkan dalam UU. No. 33 tahun 2004 antara lain: (1) Penyelenggaraan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan daerah didanai dari dan atas beban anggaran pendapatan dan belanja daerah. (2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah di daerah didanai dan atas beban anggaran pendapatan dan belanja negara. (3) Administrasi pendanaan penyelenggaraan urusan pemerintahan tersebut dilakukan secara terpisah.55

Berdasarkan kondisi obyektif Kabupaten Tangerang yang sebagian besar perekonomiannya ditopang oleh sektor industri yang tumbuh di berbagai kawasan, maka ditetapkan visi Kabupaten Tangerang "Terwujudnya Masyarakat Tangerang yang Beriman, Maju, Mandiri, Berorientasi Industri dan Berwawasan Lingkungan".

Kemudian yang dimaksud dengan:

1. Masyarakat Kabupaten Tangerang; adalah kelompok orang dengan segala aspek kehidupannya, yang meliputi sikap perilaku dan pola pikir dalam sosial budaya, agama, politik, ekonomi, hukum, ilmu pengetahuan teknologi yang memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya buatan yang ada di Kabupaten Tangerang;

2. Beriman; adalah percaya, yakin dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan memenuhi segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya serta hidup rukun antar umat manuisa. Terpenuhinya kebutuhan manusia dari segi materi memerlukan penyeimbang dari sisi rohani, sehingga terjamin keseimbangan mental dan spiritual;

55


(55)

lv

3. Maju; berarti cerdas, sehat dan dinamis menuju taraf hidup yang lebih baik, proaktif, kreatif, dan disiplin sesuai dengan fungsi, peran dan kedudukan masing-masing anggota masyarakat;

4. Mandiri; berarti mampu mengatasi permasalahan dan hidup bertanggung jawab dengan tidak ada ketergantungan pada pihak lain atau dikendalikan oleh pihak lain. Visi kemandirian adalah tetap berada koridor Negara Keasatuan Republik Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945;

5. Berorientasi Industri; berarti perilaku yang mengarah pada pertimbangan ekonomis dengan memperhitungkan tenaga, waktu, biaya, dan sumber daya teknologi yang terus berkembang dan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri tapi berorietasi pasar;

6. Berwawasan Lingkungan; berarti berorientasi pembangunan mempertimbangkan kondisi lingkungan yang harus dipatuhi oleh setiap pelaku pembangunan karena pembangunan berwawasan lingkungan akan memberi manfaat bagi kelangsungan hidup dan pembangunan; 56

Untuk mewujudkan visi tersebut, maka ditetapkan misi pemerintah Kabupaten Tangerang sebagai berikut:

1. Memfasilitasi peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang beriman, sehat, cerdas, produktif, partisipatif dan kompetitif;

2. Menciptakan iklim usaha yang kondusif di bidang agrobisnis, manufaktur, dan jasa serta mewujudkan demokrasi ekonomi bagi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah serta sektor informal;

56


(56)

3. Mewujudkan keserasian dan keseimbangan pembangunan yang berwawasan lingkungan melalui perencanaan pelaksanaan dan pengendalian;

4. Mewujudkan pemerintahan yang baik (good government) dan kemandirian otonomi daerah dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

5. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat.57

Dalam melaksanaan Program Pembangunan Daerah (PROPEDA) Kabupaten Tangerang tahun 2003-2007 sebagai pedoman untuk melaksanakan Rencana Pembangunan Pemerintah Daerah yang merupakan tahapan perencanaan tahunan dalam rangka mewujudkan Visi Daerah yang telah disepakati bersama antara Pemerintah Daerah dengan masyarakat Kabupaten Tangerang, Pemerintah Daerah menuangkannya ke dalam 5 Kebijakan Umum Pembangunan Kabupaten Tangerang yang akan dilaksanakan selama sepuluh tahun kedepan salah satu diantaranya adalah "Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia melalui Pendidikan Keterampilan, Produktivitas bekerja, Etos Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja serta Peningkatan Kualitas Kesehatan Fisik dan Mental".58

Sehubungan dengan tersebut, Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang telah menetapkan Peratauran Daerah (Perda) Nomor 16 Tahun 2004 tentang Organisai Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang dan dipertegas dengan dikeluarkannya Surat Keputusan (SK) Bupati Tangerang Nomor 25 Tahun 2004 tanggal 19 Juli 2004 tentang tugas pokok, fungsi dan tata kerja Bidang Diklat Kerja Kabupaten Tangerang membentuk Bidang Pendidikan dan Pelatihan Kerja Kabupaten Tangerang yang bertanggung jawab kepada Kepala Badan Diklat

57

Ibid.

58


(1)

xciii

DAFTAR PERTANYAAN (WAWANCARA) DENGAN STAF ADMINISTRASI BIDANG DIKLAT KERJA BADIKLATLITBANG

KABUPATEN TANGERANG Nama : Alcaf Mahajaya

NIP : 160 041 805

Pangkat/gol : Penata Muda Tk. I/Pelaksana Subid Kurikulum Waktu : 8 Mei 2008

T : Metode apa yang digunakan dalam pelatihan?

J : Metode yang kami gunakan adalah pendekatan personal, hal ini agar peserta didik merasa nyaman dan tidak canggung dalam mengikuti pelatihan.

T : Adakah pembinaan lain selain keterampilan di Bidang Diklat Kerja ini? J : Dalam melakukan pelatihan kami tidak hanya sebatas memberikan keterampilan (mesin industri), tetapi kami juga memberikan kepada mereka pelatihan-pelatihan yang kami singkat PFMD (pembinaan fisik, mental dan kedisiplinan). Hal ini diperlukan karena peserta didik agar terbiasa dengan terpaan-terpaan yang akan mereka hadapi nanti. Pembinaan tersebut salah satunya adalah kerapihan dalam berpakaian, kuku, ataupun rambut. Kami juga memberikan pembinaan pola pikir, agar mereka bisa lebih maju dalam berpikir.

T : Apa harapan bapak setelah peserta didik menyelesaikan pelatihan di Bidang Diklat Kerja?

J : Semua pihak berharap mereka bisa berhasil setelah mengikuti pelatihan. Minimal setelah mengikuti pelatihan mereka bisa mengembangkan diri mereka dengan bekal yang telah mereka peroleh. Dalam bahasa kami tidak ada yang menganggur, artinya jika mereka tidak diterima di perusahaan tertentu mereka bisa membuka bengkel sesuai dengan bekal yang telah mereka peroleh di sini.

T : Bagaiman peran Bidang Diklat Kerja dalam penempatan kerja bagi siswa didik?

J : Sebenarnya dalam penempatan kerja siswa didik, kita (Bidang Diklat Kerja) mempunyai komitmen akan semaksimal mungkin menyalurkan mereka, itu


(2)

pun jika ada perusahaan yang membutuhkan. Namun, dalam pembicaraan awal dengan peserta didik kami tidak pernah menyebutkan ada penyaluran kerja bagi mereka, namun jika ada akan kami hubungi. Hal ini dimaksudkan agar tidak ada harapan yang terlalu berlebihan dari siswa didik kepada Bidang Diklat Kerja ini.

T : Bagaimana monitoring yang bapak lakukan bagi siswa didik di perusahaan tertentu?

J : Monitoring itu perlu, hal ini diperlukan agar kita mengetahui kinerja mereka yang pernah mengikuti pelatihan. Hal lain juga diperlukan agar Bidang Diklat Kerja mengetahi kebutuhan perusahaan yang menjalin kerjasama (kebutuhan pasar).

INTERVIEW

Alcaf Mahajaya


(3)

xcv

DAFTAR PERTANYAAN (WAWANCARA) DENGAN KEPALA SUBID BIDANG DIKLAT KERJA BADIKLATLITBANG KABUPATEN

TANGERANG Nama : Malikin Mubarokah, M.Si

NIP : 160 024 914 Pangkat/gol : Penata Tk. I (III/d) Waktu : 8 Mei 2008

T : Apakah penyusunan program pelatihan melibatkan dinas tertentu? J : Untuk anggaran dana yang bersumber dari APBN dan APBD kesepakatan

pelatihan dibahas bersama antara pemerintah maupun Bidang Diklat Kerja Kabupaten Tangerang. Hal ini disesuaikan berdasarkan kebutuhan, sehingga Bidang Diklat Kerja Kabupaten Tangerang kurang bisa mengembangkan program pelatihan karena sudah ada.

T : Darimana sumber anggaran dana untuk pelatihan-pelatihan di Bidang Diklat Kerja ini?

J : Pelatihan disini (Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang) menunggu anggaran biaya yang dikeluarkan dari APBN dan APBD. Namun, tidak menutup bagi siswa yang ingin ikut pelatihan tanpa harus menunggu anggaran tersebut, karena Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang sendiri membuka peluang bagi mereka dengan mengadakan pelatihan setiap bulan yang dimulai setiap tanggal 20 setiap bulannya.

T : Apakah ada persyaratan tertentu bagi siswa didik yang mengikuti pelatihan di Bidang Diklat Kerja?

J : Tidak ada persyaratan tertentu untuk mengikuti pelatihan di sini, yang penting lulusan SMA atau sederajat dan membayar administrasi, selebihnya tidak ada persyaratan lain.

T : Darimana saja instruktur berbagai jurusan didatangkan?

J : Dalam menunjang pendidikan dan pelatihan, instruktur yang berada di sini merupakan instruktur yang berpengalaman yang kami sekolahkan atau pun yang didatangkan dari pusat.


(4)

T : Dari wilayah mana saja peserta didik yang mengikuti pelatihan di Bidang Diklat Kerja ini?

J : Peserta didik yang mengikuti pelatihan berasal dari kawasan Kabupaten Tangerang khususnya, namun banyak juga yang berasal dari luar daerah seperti Bogor dan daerah lainnya.

INTERVIEW

Malikin Mubarokah, M.Si


(5)

xcvii

DAFTAR PERTANYAAN (WAWANCARA) DENGAN KEPALA BIDANG DIKLAT KERJA BADIKLATLITBANG KABUPATEN TANGERANG Nama : Fachury

NIP : 160 038 514

Pangkat/gol : Penata Muda/Pelaksana Subid Operasional Waktu : 2 Juli 2008

T : Apa saja yang diajarkan di Bidang Diklat Kerja?

J : Di sini (Bidang Diklat Kerja) hanya mengajarkan kepada masyarakat keterampilan di bidang mesin industri.

T : Kenapa sering sekali Bidang Diklat Kerja berganti nama?

J : Walaupun nama lembaga terus berubah namun tetap kinerja lembaga berorientasi pada bidang ini karena hal ini lebih dibutuhkan dalam dunia pasar kerja. Bergantinya nama lembaga karena kebijakan pemerintah daerah yang mempunyai wewenang lebih dalam memberdayakan masyarakat. Ketika nama berubah semua berubah, termasuk kepengurusan. Namun, visi dan misi serta kerja Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang masih diarahkan seperti sebelumnya.

T : Bagaimana cara penyaluran kerja peserta didik setelah mengikuti pelatihan?

J : Kami tidak membuka pernyataan akan menempatkan mereka kerja setelah lulus, namun kami akan berusaha menghubungi mereka jika ada kesempatan dari perusahaan yang mengadakan kerjasama dengan kami.

T : Jika ada perusahaan yang membutuhkan. Bagaimana cara pihak Bidang Diklat menghubungi peserta didik yang sudah lulus tersebut?

J : Sebelumnya kami minta kepada peserta didik nomor handphone mereka, atau setidak-tidaknya nomor yang bisa dihubungi beserta alamatnya. Hal ini supaya kami mudah menghubungi mereka.


(6)

T : Bagaimana menjaga keharmonisan kerja sesama staff, khususnya Kepala/Pimpinan. Karena kepemimpinan seorang pemimpin bisa berdampak kepada keharmonisan kerja para bawahannya?

J : Seorang pemimpin itu harus terbuka menerima saran dan kritik bawahannya. Saya rasa karena pimpinan kami terbuka, keharmonisan kerja masih terjaga sampai saat ini.

INTERVIEW

Fachury