Makalah Dasar Dan Keselamatan Kerja

Makalah Dasar Keselamatan Kerja

Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Ido Hutagalung
Berto Tambunan
Hotua Marbun
Mayopi Sandro
Retdi Simamora
Sri Mutiara

Rizki Vadlin
Sufia Idya
Nadia Arini
Irvan Novemri
Rio Syahputra

141000561
141000573
141000593
141000607
141000621
141000639
141000657
141000687
141000689
141000699
141000713

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN
2015/2016

Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
haturkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, dan tak lupa pula kami berterimakasih kepada dosen kami Ir.
Kalsum, M.Kes sehingga kami dapat menyelesaikan makalah penyedian air bersih ini.
Adapun makalah dasar keselamatan kerja ini telah kami usahakan semaksimal
mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada
dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberikan
saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah dasar keselamatan kerja
tentang penyakit kebakaran ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat
memberikan inpirasi terhadap pembaca.


Medan, Desember 2015

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ............................................................................................................i
DAFTAR ISI ................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................1
1.1.Latar Belakang .........................................................................................1
1.2.RumusanMasalah.......................................................................................2
1. 3. Tujuan.........................................................................................................2
1.4 Manfaat....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................2
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN..................................................... ...........................8
3.1. Kesimpulan..............................................................................................8
3.2. Saran.......................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................................................9
LAMPIRAN...............................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebakaran perusahaan adalah sesuatu hal yang sangat tidak diingini. Bagi tenaga kerja,
kebakaran perusahaan dapat merupakan penderitaan dan malapetaka khususnya terhadap
mereka yang tertimpa kecelakaan dan dapat berakibat kehilangan pekerjaan, sekalipun
mereka tidak menderita cedera. Dengan kebakaran, juga hasil usaha dan upaya yang sekian
lama dan susah payah dikerjakan dapat hilang sama sekali. Jerih payah berbualan-bulan atau
bertahun-tahun dapat musnah dalam waktu beberapa jam atau kadang-kadang dalam
beberapa menit saja.
Menurut Mehaffey dan Bert pada tahun 1997, kebakaran adalah suatu proses oksidasi
yang cepat, reaksi eksotermis dimana bagian dari energi yang dilepaskan menyokong proses
tersebut. Sedangkan menurut Standar Nasional Indonesia Nomor 03-3985-2000, kebakaran
adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan
bereaksi secara kimia dan oksigen sebagai contoh yang menghasilkan panas, nyala api,
cahaya, asap, uap,

karbon monoksida, atau produk dan efek lainnya ( Badan Standart

Nasional, 2000). Kebakaran dapat terjadi dimana saja baik di hutan, perkotaan, pemikiman,

tempat umum, maupun dikawasan industri.
Masalah kebakaran masih terjadi disana-sini. Hal ini menunjukkan, betapa perlunya
kewaspadaan pencegahan terhadap kebakaran masih perlu lebih ditingkatkan. Bnaayk
kebakaran di perusahaan terjadi di luar jam kerja. Dalam hal itu, tenaga kerja tidak terkena
kecelakaan atau cedera sebagai akibatnya, tetapi biasanya musnahnya atau terbakarnya
sebagian perusahaan beserta mesin dan peralatannya berakibat pula hilangnya kesempatan
kerja. Kebakaran di luar jam kerja mempunyai pengaruh ekonomi dan social yang besar.
Contoh.
Suatu bengkel terbakar malam hari, sehingga seluruh karyawan dan perlengkapan kerja habis
terbakar. Seluruh buruh yang berjumlah 15 orang tidakl ada di tempat dan tidak menyaksikan
terjadinya peristiwa tersebut, oleh karena tempat tinggal mereka jauh dari bengekel tersebut.
Awal kebakaran diduga dari sambungan listrik yang langsung dihubungkan dengan arus
listrik umum. Akibatnya seluruh buruh menganggur dan harus mencari pekerjaan di bengkel
lain.

Kebakaran dapat dicegh dapat dengan aneka upaya yang ditujukan kepada
pengamanan bangunan dan proses produksi di perusahaan. Namun peranan tenaga kerja
dalam pencegahan dan penanggulangannya sama pentingnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kebakaran?

2. Apa sebab-sebab terjadinya kebakaran?
3. Apa saja klasifikasi kebakaran?
4. Bagaimana teknik pemadaman kebakaran?
5. Apa saja media pemadam kebakaran?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui defenisi kebakaran.
2. Mengetahui sebab-sebab terjadinya kebakaran.
3. Mengetahui klasifikasi kebakaran.
4. Mengetahui teknik pemadaman kebakaran.
5. Mengetahui media pemadaman kebakaran.
1.4 Manfaat
1. Mendapatkan gambaran audit terhadap kesesuaian system keselamatan kebakaran
yang ada.
2. Untuk meningkatkan kompetensi peneliti dalam bidang K3, khususnya mengenai
audit keselamatan kebakaran. Sehingga tercipta kondisi tempat kerja dan
lingkungan kerja yang aman dari bahaya kebakaran

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Dasar Kebakaran

2.1.1 Teori Api
2.1.1.1 Defenisi Api
Api didefinisikan sebagai suatu peristiwa atau reaksi kimia yang diikuti oleh
pengeluaran asap, panas, dan gas-gas lainnya. Api juga dapat diartikan sebagai hasil dari
reaksi pembakaran yang cepat. Untuk bisa terjadi api diperlukan tiga unsure yaitu bahan
bakar (fuel), udara (oksigen) dan sumber panas. Bilamana ketiga unsur tersebut berada dalam
suatu konsentrasi yang memenuhi syarat, maka timbullah reaksi oksidasi atau dikenal sebagai
proses pembakaran.
2.1.1.2 Teori Segitiga Api ( Fire Triangle)
Secara sederhana susunan kimiawi dalam proses kebakaran dapat digambarkan
dengan istilah “segitiga api”. Teori segitiga api ini menjelaskan bahwa untuk dapat
berlangsungnya proses nyala api diperlukan adanya tiga unsur pokok yaitu,bahan yang dapat
terbakar, oksigen yang cukup dari udara atau dari bahan oksidator, dan panas yang cukup.
Berdasarkan teori segitiga api tersebut, maka apabila ketiga unsure diatas bertemu
akan menjadi api. Namun, apabila salah satu unsure tersebut tidak ada atau tidak pada
keseimbangan yang cukup, maka api tidak akan terjadi. Prinsip segitiga api ini dipakai
sebagai dasar untuk mencegah kebakaran (mencegah agar api tidak terjadi) dan
penanggulangan api yakni memadamkan api yang tak dapat dicegah.
2.1.1.3 Teori Bidang Empat Api (Tetrahedron of Fire)
Teori segitiga api mengalami perkembangan yaitu dengan ditemukannya unsure

keempat untuk terjadinya api yaitu rantai reaksi kimia konsep ini dikenal dengan teori
tetrahedron of fire. Teori ini ditemukan berdasarkan penelitian dan pengembangan bhan
pemadam tepung kimia (dry chemical) dan halon (halogenated hidrocarbone). Ternyata jenis
bahan pemadam ini mempunyai kemampuan memutus rantai reaksi kontinuitas proses api.

Teoti tetrahedron of fire ini didasarkan bahwa dalam panas pembakaran yang normal
akan timbul nyala, reaksi kimia yang terjadi menghasilkan beberapa zat hasilpembakaran
seperti CO, CO2, SO2, asap dan gas.hasillain dari reaksi ini adalah adanya radikal bebas dari
atom oksigen dan hydrogen dalam bentuk hidroksil (OH). Bila 2 gugus OH pecah menjadi
H2O dan radikal bebas O.O radikal ini selanjutnya akan berfungsi lagi sebagai umpan pada
proses pembakaran sehingga disebut sebagai proses reaksi pembakaran berantai.
2.1.2 Defenisi Kebakaran
Kebakaran adalah suatu peristiwa oksidasi dengan ketiga unsure (bahan bakar,
oksigen, dan panas) yang berakibat menimbulkan kerugian harta benda atau cidera bahkan
sampai kematian. Menurut Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N),
kebakaran adalah suatu peristiwa bencana yang berasal adari api yang tidak dikehendaki yang
dapat menimbulkan kerugian, baik kerugian materi (berupa harta benda, bangunan fisik,
deposit/asuransi, fasilitas sarana dan prasarana, dan lain-lain) hingga kehilangan nyawa atau
cacat tubuh yang ditimbulkan akibat kebakaran tersebut.
Sifat kebakaran seperti dijelaskan dalam bahan training keselamatan kerja

penanggulangan kebakaran adalah terjadi secara tidak terduga, tidak akan padam apabila
tidak dipadamkan, dan kebakaran akan padam dengan sendirinya apabila kosentrasi
keseimbangan hubungan tiga unsure dalam segitga api tidak terpenuhi lagi.

Proses Terjadinya Kebakaran
Peristiwa terbakar adalah suatu reaksi kimia dari zat yang mudah terbakar dengan
oksigen. Reaksi tersebut mengeluarkan panas (reaksi eksoterm). Pada beberapa zat
pembakaran dapat terjadi pada suhu udara atmosfir. Kebakaran memiliki 3 unsur, yaitu:
1. Oksigen
2. Bahan yang mudah terbakar
3. Panas
Kebanyakan zat yang mudah terbakar terapung di atas air. Zat yang lebih berat dari air akan
mengendap dan nyala berhenti.
Ini menjadi pertimbangan bagaimana memadamkan
kebakaran apakah menggunakan air atau tidak. Adapun uap zat cair yang mudah terbakar
lebih berat dari udara sehingga kebakaran sangat cepat meluas. Sedangkan untuk gas ringan
memerlukan ventilasi untuk mengencerkan sehingga kebakaran bisa dihentikan.
Kemampuan zat yang mudah terbakar bercampur dengan air sangat penting karena
titik nyala akan naik. Zat cair yang mudah menyala yang terdapat dalam tabung besar dan


tertutup tidak bahaya karena tidak cukup luas permukaannya bersentuhan dengan udara.
Sebaliknya uap yang keluar dari bejana sangat berbahaya.
Kebakaran dimulai dari jumlah panas yang timbul masih kecil dan hanya sedikit menaikkan
suhu bahan. Jika terdapat pemanasan, reaksi kimia berjalan cepat dan panas lebih banyak lagi
dihasilkan. Suhu yang naik di atas titik bakar berakibat terjadinya kebakaran. Agar terjadi
nyala api zat yang mudah terbakar harus memberikan uap atau gas yang dapat terbakar. Jika
penguapan tidak terjadi maka pembakaran berlangsung tanpa nyala api.
Dalam banyak kejadian, peledakan dan kebakaran adalah dua peristiwa yang bertautan.
Peledakan adalah suatu peristiwa sebagai akibat dari bebasnya energi secara cepat dan tanpa
dikendalikan. Energi tersebut dapat berbentuk panas, sinar, suara dan kejutan mekanis. Setiap
debu, uap atau gas yang dapat terbakar dan bercampur dengan udara dan unsur penunjang
lain , pada keadaan yang sesuai akan meledak jika dinyalakan.
Pada umumnya kebakaran terjadi akibat beberapa hal antara lain puntung rokok, zat
cair yang mudah terbakar, nyala api terbuka, desain fasilitas kerja yang kurang tepat
mesin/peralatan yang tidak terawat, instalasi listrik, kelistrikan statis dan alat-alat las.
Adapun hal lain penyebab terjadinya kebakaran diantaranya ialah :
1. Faktor terjadinya kebakaran karena alam :
o Petir (misal : sambaran petir pada bahan mudah terbakar).
o Gempa bumi (misal: gempa bumi yang mengakibatkan terputusnya jalur gas
bahan bakar)

o Gunung meletus (dikarenakan lava pijar yang panas membakar tumbuhan
kering disekitarnya).
o Panas matahari (misal : panas matahari yang memantul dari kaca cembung ke
dedaunan kering di sekitarnya).
2. Faktor terjadinya kebakaran karena manusia :
o Kurang pengertian (membuang rokok sembarangan, merokok di dekat tempat
pengisian bahan bakar, dsj).
3. Fartor penyebab kebakaran karena binatang : tikus, kucing dan binatang peliharaaan
lainnya yang berpotensi menimbulkan kebakaran akibat terdapat sumber api tanpa
pengawasan.

Penyebab Timbulnya Kebakaran

1.

Merokok
Kecerobohan seorang perokok yang membuang puntung rokok sembarangan dengan masih
keadaan masih hidup apinya saat berada diperkemehan.

2. Zat cair yang mudah terbakar
Misalnya meletakkan minyak tanah atau gas elpiji didekat kompor.

3. Ketatarumahtanggaan yang buruk
Menggunakan peralatan masak yang tidak aman, misalnya menggunakan tabung yang bocor,
pemasangan regulator yang tidak benar, dan lain-lain.

4. Alat-alat las
Mengelas bejana bekas berisi minyak atau bahan yang mudah terbakar.

5. Kabel-kabel listrik
Banyak kabel yang terkelupas yang berpotensi terjadi korsleting.

6. Alam
Dengan musim kemarau ditambah panasnya matahari yang amat kuat secara terus menerus
memancarkan panasnya sehingga dapat menimbulkan kebakaran.

7. Kebakaran disengaja
Seperti huru – hara, sabotase dan untuk mendapatkan asuransi ganti rugi.

Hal yang dilakukan saat terjadi kebakaran
1. Jangan Panik, Usahakan Tenang
Ketika kebakaran terjadi usahakan Anda menyelamatkan diri dengan tetap tenang dan tidak
panik karena hal ini dapat mengurangi daya fikir dan gerak Anda. Jadi ketika kebakaran
terjadi usahakan Anda tidak panik dan tetap tenang agar Anda tetap aman dan dapat
menyelamatkan diri dengan aman.
2. Matikan Listrik dan Gas
Hal kedua yang perlu Anda lakukan adalah matikan semua listrik dan gas.Hal ini dapat
menolong tidak hanya Anda tetapi juga orang lain karena hal ini dapat mengurangi segala
kemungkinan yang dapat menambah besar kebakaran, korban dan bahaya.

3. Pergunakanlah Alat Pemadam Api Dengan Cepat dan Tepat
Jika disekitar Anda ada alat pemadam api segeralah pakai alat pemadam api tersebut
Kecepatan, aman dan ketepatan memakai APAR akan berpengaruh dalam memadamkan api.

Jangan asal memakai alat pemadam api karena penggunaaan yang salah dapat mengakibatkan
hal yang fatal.
Gunakan Pemadam Sesuai dengan Kelas Api

Contoh Pemadam Api APAR

Jenis kebakaran dibagi menjadi empat kelas utama. Yaitu kelas A,B, C dan D. Pembagian
kelas adalah berdasarkan penyebab kebakaran yang terjadi.
Kelas A adalah kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda padat.Seperti kertas, botol,
kayu, plastik, dan lain sebagainya. Untuk memadamkan diperlukan media air, pasir, karung
goni basah dan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) tepung kimia kering.
Kelas B adalah kebakaran yang disebabkan oleh benda yang mudah terbakar seperti bahan
bakar.Bisa bensin, solar, spirtus, alkohol dan minyak tanah.Untuk memadamkan bisa
menggunakan tepung kimia kering.Tidak dianjurkan memakai air, karena berat jenis cairan
lebih rendah dibandingkan air. Maka cairan akan berada di atas permukaan air. Akibatnya
kebakaran akan merembet kemana-mana.
Kelas C disebabkan oleh listrik. Untuk memadamkan dianjurkan memakai tepung kimia
dengan terlebih dahulu mematikan aliran listrik.
Kelas D adalah kategori kebakaran yang disebabkan oleh logam misalnya magnesium dan
sodium. Kebakaran ini tergolong kebakaran berat, untuk memadamkan harus menggunakan
alat khusus.

Untuk memadamkan api dalam tempo cepat tentu dibutuhkan pemadam api. Pemadaman
dengan alat bertujuan untuk mematikan api kecil yaitu kebakaran kelas A, kelas B dan kelas
C. Langkah ini sangat penting untuk mencegah nyala api semakin membesar.
Untuk memadamkan api digunakan alat pemadam api. Alat ini merupakan perangkat yang
wajib digunakan untuk memadamkan api dalam situasi darurat. Bagian alat terdiri dari
silinder untuk menyimpan tekanan dan selang untuk mengeluarkan muatan di dalam tabung
silinder.

Prosedur Dasar Penggunaan Alat Pemadam Api

 Pertama-tama pecahkan kaca pelindung alat pemadam api.
 Setelah itu periksalah tekanan gas yang terlihat pada indikator.
 Untuk memastikan alat masih berfungsi, lihat jarum penunjuk pada indikator tekanan.
Apabila jarum menunjuk pada warna hijau maka alat masih berfungsi dengan baik.
 Setelah memastikan alat berfungsi, alat harus dikocok beberapa kali agar berfungsi
dengan optimal. Hal ini dimaksudkan untuk menaikkan tekanan dan mengencerkan
cairan pemadam pada alat.
 Lalu pegang katup pemancar dan arahkan pada sumber api.
 Perhatikan jarak aman untuk memadamkan api yaitu sekitar satu meter dari sumber
api.

Saat Menggunakan Pemadam, Pakai Metode PASS

Teknik PASS dalam Memakai Pemadam
Untuk mempermudah dalam mengingat bisa menggunakan prinsip PASS ketika
menggunakan pemadam. Yaitu singkatan dari Pull, Aim, Squeeze danSweep.
Pull disini adalah mencabut pin pada APAR. SelanjutnyaAim berarti mengarahkan ujung
selang ke sumber api.Squeeze artinya pegangan pada APAR. Terakhir Sweepberarti
mengarahkan ujung selang ke kiri dan ke kanan.
Tempat Strategis Meletakkan Alat Pemadam Api
Setelah mengerti cara penggunaan APAR ada baiknya anda mengetahui dimana sebaiknya
alat ini diletakkan. Sebaiknya letakkan pada lokasi-lokasi yang rawan terjadi kebakaran atau
jalur evakuasi. Beberapa tempat meletakkan APAR adalah di jalur jalan keluar, di dekat
pintu, dan di dekat tangga.
Hal tersebut bertujuan agar alat pemadam api dapat digunakan pada kondisi darurat terutama
untuk memadamkan api di jalur evakuasi. Selain perawatan APAR harus diperhatikan dengan
mengadakan pengecekan secara berkala. Sehingga alat tersebut selalu siap digunakan apabila
sewaktu-waktu kebakaran terjadi. Semoga artikel ini bermanfaat untuk meningkatkan
kewaspadaan anda terhadap bahaya kebakaran dan cara mengatasi kebakaran
4. Beritahukan Dinas Pemadam
Hal yang terakhir yang harus Anda lakukan adalah memberitahukan kebakaran tersebut ke
dinas pamadam secepat mungkin agar masalah ini dapat diselesaikan dengan cepat, tepat dan
aman