LAPORAN PRAKTIKUM Dan osmoconditioning Indonesia
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BENIH
Acara
Acara VII
Judul Acara
“Osmoconditioning ”
Ketua kelompok
Anggota
Santi K. Pardosi
NPM E1J010069
Dedi Saputra
NPM E1J008057
Silas Utama S
NPM E1J010082
PS AGROEKOTEKNOLOGI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIB
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Untuk mengetahui kualitas dan mutu benih dapat dilakukan pengujian benih. Pengujian
benih sangat bermanfaat bagi produsen, penjual benih, dan konsumen benih, terutama para
petani. Dengan pengujian benih tersebut mereka dapat memperoleh keterangan yang dapat
dipercaya tentang mutu atau kualitas dari suaru benih.
Pengujian daya simpan benih merupakan salah satu dalam metode uji vigor benih dengan
lingkungan
sub-optimum,
tetapi
lingkungan
tersebut
diberikan
sebelum
benih
dikecambahkan. Uji pengusangan dipercepat merupakan salah satu dari metode daya simpan
benih. Pengujian daya simpan benih bermanfaat untuk menduga berapa lama lagi benih dapat
simpan sehingga sangat berguna produsen, pedagang dan penyalur benih.
Informasi tentang daya kecambah benih yang ditentukan di laboratorium adalah pada
kondisi optimum. Padahal pada kondisi lapang jarang didapati berada pada keadaan
optimum. Keadaan sub-optimum yang tidak menguntungkan di lapangan dapat menambah
segi kelemahan benih dan dapat mengakibatkan persentase perkecambahan serta lemahnya
pertumbuhan selanjutnya.
Secara edial semua benih harus mempunyai kekuatan tumbuh yang tinggi, sehingga
walaupun disimpan pada kondisi yang kurang mendukung masih dapat berkecambah dan
tumbuh dengan normal serta dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi. Akan tetapi
kekuatan benih dalam menaggulangi lungkungan yang kurang mendukung itu berbeda.
Dengan lingkungan sub-optimum yang diberikan kepada benih dianggap sebagai suatu
cara simulasi lingkungan yang dapat menyebabkan kemunduran mutu benih dalam
penyimpanan. Lingkungan yang lazim dan pas utuk benih adalah dalam suhu kamar dengan
komponen lingkungan utama berupa suhu dan kelembaban nisbi atmosfer, maka metode uji
pengusangan dipercepat merupakan metode uji simulasi yang lebih sesuai dibandingkan
dengan uji daya simpan benih yang lainnya.
1.2 Tujuan Praktikum
Mampu melakukan prosedur osmoconditioning terhadap beberapa jenis benih secara
benar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan penelitian rini Dkk (2005) diketahui bahwa pengamatan terhadap presentase
perkecambahan benih sorgum pada tanah salin menunjukkan bahwa perlakuan osmoconditioning
dengan menggunakan masing-masing Na2SO4 0,2 M, dan NH4Cl2 0,2 M berpengaruh nyata.
Paada penelitian jagung perlakuan osmoconditioning dengan menggunakan K2SO4 1,5% dapat
meningkatkan presentase perkecambahan jagungpada tanah salin dengan menggunakan
konsentrasi yang lebih tinggi yaitu 4,5% dapat menghambat perkecambahan jagung.
Berbagai cara yang dilakukan sehubungan dengan perlakuan invigorasi benih sebelum
tanam yaitu osmoconditioning, priming, mouisturizing, hardening. Namun demikian cara yang
umum digunakan adalah osmoconditioning. Perlakuan benih secara fisiologis untuk
memperbaiki perkecambahan benih melalui imbibisi air secara terkontrol telah menjadi dasar
dalam invigorasi benih. Saat ini perlakuan invigorasi merupakan salah satu alternative yang
dapat digunakan untuk mengatasi mutu benih yang rendah yaitu dengan cara memperlakukan
benih sebelum tanam untuk mengaktiofkan kegiatan metabolisme benih sehingga benih siap
memasuki fase perkecambahan. Selam proses invigorasi terjadi peningktan kecepatan dan
keserempakan
perkecambahan
serta
mengurangi
tekanan
lingkungan
yang
kurang
menguntungkan. Invigorasi dimulai saat benih berhidrasi pada medium imbibisi yang
berpotensial rendah. Biasanya dilakukan pada suhu 15-200C. setelah keseimbangan air tercapai
selanjutnya kandungan air dalam benih dipertahankan. (khan et.al,1992).
Persentase perkecambahan dilakukan pada hari ke 3 dan ke 5 dihitung dengan
mebandingkan kecambah yang tumbuh dengan contoh benih yang diuji dikalikan dengan 100%.
Perlakuan ini dilakukan setelah benih berkecambah.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
Bahan :
Garam CaCl2
Garam NaCl
Garam KCl
Garam KNO3
Benih cabai
Benih kacang panjang
air aqua
pengaduk
Alat :
timbangan digital
gelas Erlenmeyer
saringan the
kertas tissue
cawan petri
3.2 Cara Kerja
a. Persiapan media osmoconditioning
Ditimbang 2,22 g garam CaCl2, 1,64 g NaCl, 2,07 g KCl, dan 3 g KNO3.
Tiap-tiap garam tersebut dilarutkan kedalam 100 ml air aqua untuk
memperoleh potensial osmotic sebesar -1,25 Mpa.
Agar garam cepat larut maka diaduyk dengan menggunakan pengaduk.
Masing-masing
media
osmoconditioning
dituangkan
kedalam
gelas
Erlenmeyer 100ml.
b. Pelaksanaan osmoconditioning
Disiapkan 25 butir benih cabe dan kacang panjang untuk osmoconditioning
dan ± 10 gr untuk setiap benih untuk pengukuran kadar air awal.
25 benih tersebut ditimbang dengan timbangan digital.
2 gelas erlenmyer 100ml disiapkan untuk setiap jenis benih.
Pada
setiap
gelas
tersebut
diberi
label
sesuai
dengan
media
osmocopnditioningnya (Larutan CaCL2. NaCl, KCl, atau larutan KNC3.
Setiap 25 butir benih direndam kedalam setiap media osmoconditioning selam
waktu yang ditentukan (24, 48,72 jam). Rasio antara benih dengan media
osmoconditioning sebesar 1:5(w/v).
Saat waktu perendaman mencapai waktu 24 jam, 25 benih dikeluarkan dari
media osmoconditioning.
Benih dikeringkan dengan kertas tissue dan kemudian ditimbang(missal FW
g).
Setlah
ditimbang,
benioh
dimasukkan
kembali
kedalam
media
osmoconditioning yang sama.
Setelah diketahui beratnya, kadar airnya dihitung dengan menggunakan rumus
:
% FMC=100−
IW ×(100−IMC)
FW
Prosedur 7, 8, 9, dan 10 diulangi untuk perendaman 48 dan 72 jam.
Kadar air benih dilaporkan setelah diperlakukan dengan osmoconditioning
selam 24, 48, dan 78 jamdengan menggunakan formatr yang telah disediakan.
c. Pengukuran kadar awal benih
Benih cabai dan kacang panjang ditimbang kira-kira 10 gr.
Setelah bobot awal dicatat, setiap benih ditempatkan dalam cawan alumunium
foil.
Pada setiap cawan tersebut diberi nomor(1,2,3,dan 4) agar mudah
mengenalinya sehingga antar ulangan tidak tercampur.
Benih ditempatkan dalam oven dengan suhu rendah konstan (1030C) selama
12 jam.
Setelah 12 jam, cawan dikeluarkan dari oven kemudian dinginkan dahulu
dalam desikator selamaq 5 menit.
Ditimbang cawan plus benih(bobot kering benih) setelah didinginkan.
Kadar air benih dihitung dengan mengguankan ruymus :
Kadar air (%)=
bobot basah - bobot kering
×100%
bobot basah
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Jenis benih
Tomat
Kacang panjang
No
1
2
3
24
Media
osmoconditioning
CaCL2
NaCl
KCl
KNO3
CaCL2
NaCl
KCl
KNO3
Bahan
Tomat (1)
Tomat (2)
Kacang panjang
Lama osmoconditioning (jam)
48
72
Kadar air
0,2 g
0,2 g
0,2 g
0,2 g
7,1 g
8,4 g
7,3 g
7,1 g
0,3 g
1,6 g
0,3 g
0,2 g
6,5 g
7,3 g
7,5 g
7,3 g
Berat sebelum
Berat setelah
Berat
Dioven (g)
dioven (g)
Akhir (g)
0,72
0,68
3,78
0,59
0,56
0,58
0,13
0,12
3,2
4.2 Perhitungan
Tomat (1)
bobot basah - bobot kering
Kadar air (%)= bobot basah
×100%
0,72-0,59
=0,79
×100%
=18%
Tomat (2)
0,2 g
0,2 g
0,2 g
0,2 g
7,1 g
7,0 g
6,8 g
7,3 g
bobot basah - bobot kering
Kadar air (%)= bobot basah
×100%
0,68-0,59
=0,68
×100%
=17%
Benih kacang panjang
bobot basah - bobot kering
Kadar air (%)= bobot basah
×100%
3,78-0,59
=3,78
×100%
=84 %
Benih Cabe
% FMC=100−
IW ×(100−IMC)
FW
kNO 3 (24 jam )=100−
0,1 g ×(100-18% )
=50,09 %
0,2 g
Keterangan : untuk waktu 24 jam dan 48 jam untuk semua perlakuan hasilnya sama yaitu
50,09 %.
kNO 3 (24 jam )=100−
0,1 g ×(100-18% )
=50,09 %
0,2 g
NaCL(72 jam )=100−
KCL(72 jam)=100−
0,1 g ×(100-18%)
=93,8%
1,6 g
0,1 g ×(100-18%)
=66,8%
0,3 g
CaCL 2 (72 jam )=100−
Kacang panjang
0,1 g ×(100-18%)
=50,09%
0,2 g
% FMC=100−
IW ×(100−IMC)
FW
kNO 3 (24 jam)=100−
3,3 g ×(100-84% )
=53 ,9%
7,1g
NaCL(24 jam )=100−
KCL(24 jam )=100−
3,3 g ×(100-84% )
=61,1%
8,4 g
3,3 g ×(100-84%)
=55,2%
7,3g
CaCL 2 (24 jam )=100−
kNO 3 (48 jam)=100−
3,3 g ×(100-84% )
=55,2%
7,3g
NaCL(48 jam )=100−
KCL(48 jam)=100−
3,3 g ×(100-84% )
=53,3 %
7g
3,3 g ×(100-84%)
=51,88 %
6,8 g
CaCL 2 (24 jam )=100−
kNO 3 (72 jam )=100−
3,3 g ×(100-84%)
=53 ,9%
7,1g
3,3 g ×(100-84%)
=55,2%
7,3g
NaCL(72 jam )=100−
KCL(72 jam)=100−
3,3 g ×(100-84%)
=53 ,9%
7,1g
3,3 g ×(100-84%)
=55,2%
7,3g
3,3 g ×(100-84%)
=56,37%
7,5g
CaCL 2 (72 jam )=100−
3,3 g ×(100-84%)
=49 ,66%
7,6 g
4.3 Pembahasan
Untuk menentukan berapa kadar air pada benih tomat dan kacang panjang,
dilakukan perendaman kedalam larutan yang telah disediakan yaitu larutan
CaCl2,NaCl,KCl,dan KNO3,lama perendaman nya adalah 24 jam.48 jam dan 72 jam.
Kadar air awal benih pada benih tomat ulangan pertama adalah 18 % dan benih tomat
ulangan kedua adalah 17 %.dari perhitungan yang didapat dapat dipastikan bahwa kadar air
pada benih tomat ini sangat rendah,dari reperensi yang ada bahwa jika kadar air pada benih
rendah maka benih tidak bisa melalukan berbagai proses biokimiawi.Untuk kadar air awal
benih pada benih kacang panjang adalah 84 %,ini berarti benih kacang panjang yang diamati
mengandung cukup air sehingga benih kacang panjang yang diamati masih bisa digunakan
untuk bahan tanam karena benih mampu melakukan proses biokimiawi didalam selnya.
Selain menghitung kadar air awal benih,kita juga menghitung kadar air setelah
direndam didalam media osmotikum selama waktu yang ditentukan,ini dilambangkan
dengan FMC .Untuk benih cabe yang direndam dengan KNO3,NaCl,KCl,CaCl
selama 24 jam,kadar airnya adalah 50.09%,dan untuk tomat yang direndam selama 48
jam dengan media yang sama hasilnya pun sama yaitu 50.09%,seharusnya ada
perbedaan kadar air nya,hal ini terjadi mungkin karena kesalahan mengukuran.Untuk
benih cabe yang direndam dengan KNO3 selama 72 jam hasil yang didapat yaitu
50.09%,perendaman dengan NaCl hasilnya adalah 93.8% dan untuk perendaman pada
larutan KCl dan CaCl2 hasilnya adalah 66.8%.
Nilai FMC pada benih kacang panjang yang paling rendah adalah 53.95 yang
direndam pada larutan KNO3 dan CaCl,hasil terendah pada perendaman selama 48
jam adalah 51 % yang direndam dengan larutan KCL,dan untuk perendaman selama
72 jan hasil terendah didapat pada perendaman dengan CaCl2 yaitu 49.66%.benih
tersebut pada dasarnya tidak dapat dijadikan bahan tanam lagi karena kadar airnya
yang rendah,sedangkan untuk benih kacang panjang yang kadar air nya tinggi dapat
digunakan sebagai bahan tanam.
BAB V
KESIMPULAN
Persentase kadar air benih dilakukan pada jam ke 24, 48, dan 72, yang mana
nantinya dapat kita lihat dari berbagai perlakuan terdapat perbedaan kadar air
benih tersebut.
Pertumbunhan awal yang baik dari suatu populasi tanaman selain dipengaruhi
oleh kondisi lingkungan juga sangat tergantung pada kemampuan tumbuh setiap
benih yang ditanam.
jika kadar air pada benih rendah maka benih tidak bisa melalukan berbagai
proses biokimiawi
DAFTAR PUSTAKA
http://www.pustakaut.ac.id.
Hasanah M. 2002. Peran mutu fisiologis benih dan pengembangan industry benih
tanaman
industry. Balai penelitian tanaman rempah, bogor.
Tim Penyusun. 2012. Dasar-dasar Teknologi Benih. Bengkulu : Laboratorium
UNIB.
Agronomi
Acara
Acara VII
Judul Acara
“Osmoconditioning ”
Ketua kelompok
Anggota
Santi K. Pardosi
NPM E1J010069
Dedi Saputra
NPM E1J008057
Silas Utama S
NPM E1J010082
PS AGROEKOTEKNOLOGI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIB
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Untuk mengetahui kualitas dan mutu benih dapat dilakukan pengujian benih. Pengujian
benih sangat bermanfaat bagi produsen, penjual benih, dan konsumen benih, terutama para
petani. Dengan pengujian benih tersebut mereka dapat memperoleh keterangan yang dapat
dipercaya tentang mutu atau kualitas dari suaru benih.
Pengujian daya simpan benih merupakan salah satu dalam metode uji vigor benih dengan
lingkungan
sub-optimum,
tetapi
lingkungan
tersebut
diberikan
sebelum
benih
dikecambahkan. Uji pengusangan dipercepat merupakan salah satu dari metode daya simpan
benih. Pengujian daya simpan benih bermanfaat untuk menduga berapa lama lagi benih dapat
simpan sehingga sangat berguna produsen, pedagang dan penyalur benih.
Informasi tentang daya kecambah benih yang ditentukan di laboratorium adalah pada
kondisi optimum. Padahal pada kondisi lapang jarang didapati berada pada keadaan
optimum. Keadaan sub-optimum yang tidak menguntungkan di lapangan dapat menambah
segi kelemahan benih dan dapat mengakibatkan persentase perkecambahan serta lemahnya
pertumbuhan selanjutnya.
Secara edial semua benih harus mempunyai kekuatan tumbuh yang tinggi, sehingga
walaupun disimpan pada kondisi yang kurang mendukung masih dapat berkecambah dan
tumbuh dengan normal serta dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi. Akan tetapi
kekuatan benih dalam menaggulangi lungkungan yang kurang mendukung itu berbeda.
Dengan lingkungan sub-optimum yang diberikan kepada benih dianggap sebagai suatu
cara simulasi lingkungan yang dapat menyebabkan kemunduran mutu benih dalam
penyimpanan. Lingkungan yang lazim dan pas utuk benih adalah dalam suhu kamar dengan
komponen lingkungan utama berupa suhu dan kelembaban nisbi atmosfer, maka metode uji
pengusangan dipercepat merupakan metode uji simulasi yang lebih sesuai dibandingkan
dengan uji daya simpan benih yang lainnya.
1.2 Tujuan Praktikum
Mampu melakukan prosedur osmoconditioning terhadap beberapa jenis benih secara
benar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan penelitian rini Dkk (2005) diketahui bahwa pengamatan terhadap presentase
perkecambahan benih sorgum pada tanah salin menunjukkan bahwa perlakuan osmoconditioning
dengan menggunakan masing-masing Na2SO4 0,2 M, dan NH4Cl2 0,2 M berpengaruh nyata.
Paada penelitian jagung perlakuan osmoconditioning dengan menggunakan K2SO4 1,5% dapat
meningkatkan presentase perkecambahan jagungpada tanah salin dengan menggunakan
konsentrasi yang lebih tinggi yaitu 4,5% dapat menghambat perkecambahan jagung.
Berbagai cara yang dilakukan sehubungan dengan perlakuan invigorasi benih sebelum
tanam yaitu osmoconditioning, priming, mouisturizing, hardening. Namun demikian cara yang
umum digunakan adalah osmoconditioning. Perlakuan benih secara fisiologis untuk
memperbaiki perkecambahan benih melalui imbibisi air secara terkontrol telah menjadi dasar
dalam invigorasi benih. Saat ini perlakuan invigorasi merupakan salah satu alternative yang
dapat digunakan untuk mengatasi mutu benih yang rendah yaitu dengan cara memperlakukan
benih sebelum tanam untuk mengaktiofkan kegiatan metabolisme benih sehingga benih siap
memasuki fase perkecambahan. Selam proses invigorasi terjadi peningktan kecepatan dan
keserempakan
perkecambahan
serta
mengurangi
tekanan
lingkungan
yang
kurang
menguntungkan. Invigorasi dimulai saat benih berhidrasi pada medium imbibisi yang
berpotensial rendah. Biasanya dilakukan pada suhu 15-200C. setelah keseimbangan air tercapai
selanjutnya kandungan air dalam benih dipertahankan. (khan et.al,1992).
Persentase perkecambahan dilakukan pada hari ke 3 dan ke 5 dihitung dengan
mebandingkan kecambah yang tumbuh dengan contoh benih yang diuji dikalikan dengan 100%.
Perlakuan ini dilakukan setelah benih berkecambah.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
Bahan :
Garam CaCl2
Garam NaCl
Garam KCl
Garam KNO3
Benih cabai
Benih kacang panjang
air aqua
pengaduk
Alat :
timbangan digital
gelas Erlenmeyer
saringan the
kertas tissue
cawan petri
3.2 Cara Kerja
a. Persiapan media osmoconditioning
Ditimbang 2,22 g garam CaCl2, 1,64 g NaCl, 2,07 g KCl, dan 3 g KNO3.
Tiap-tiap garam tersebut dilarutkan kedalam 100 ml air aqua untuk
memperoleh potensial osmotic sebesar -1,25 Mpa.
Agar garam cepat larut maka diaduyk dengan menggunakan pengaduk.
Masing-masing
media
osmoconditioning
dituangkan
kedalam
gelas
Erlenmeyer 100ml.
b. Pelaksanaan osmoconditioning
Disiapkan 25 butir benih cabe dan kacang panjang untuk osmoconditioning
dan ± 10 gr untuk setiap benih untuk pengukuran kadar air awal.
25 benih tersebut ditimbang dengan timbangan digital.
2 gelas erlenmyer 100ml disiapkan untuk setiap jenis benih.
Pada
setiap
gelas
tersebut
diberi
label
sesuai
dengan
media
osmocopnditioningnya (Larutan CaCL2. NaCl, KCl, atau larutan KNC3.
Setiap 25 butir benih direndam kedalam setiap media osmoconditioning selam
waktu yang ditentukan (24, 48,72 jam). Rasio antara benih dengan media
osmoconditioning sebesar 1:5(w/v).
Saat waktu perendaman mencapai waktu 24 jam, 25 benih dikeluarkan dari
media osmoconditioning.
Benih dikeringkan dengan kertas tissue dan kemudian ditimbang(missal FW
g).
Setlah
ditimbang,
benioh
dimasukkan
kembali
kedalam
media
osmoconditioning yang sama.
Setelah diketahui beratnya, kadar airnya dihitung dengan menggunakan rumus
:
% FMC=100−
IW ×(100−IMC)
FW
Prosedur 7, 8, 9, dan 10 diulangi untuk perendaman 48 dan 72 jam.
Kadar air benih dilaporkan setelah diperlakukan dengan osmoconditioning
selam 24, 48, dan 78 jamdengan menggunakan formatr yang telah disediakan.
c. Pengukuran kadar awal benih
Benih cabai dan kacang panjang ditimbang kira-kira 10 gr.
Setelah bobot awal dicatat, setiap benih ditempatkan dalam cawan alumunium
foil.
Pada setiap cawan tersebut diberi nomor(1,2,3,dan 4) agar mudah
mengenalinya sehingga antar ulangan tidak tercampur.
Benih ditempatkan dalam oven dengan suhu rendah konstan (1030C) selama
12 jam.
Setelah 12 jam, cawan dikeluarkan dari oven kemudian dinginkan dahulu
dalam desikator selamaq 5 menit.
Ditimbang cawan plus benih(bobot kering benih) setelah didinginkan.
Kadar air benih dihitung dengan mengguankan ruymus :
Kadar air (%)=
bobot basah - bobot kering
×100%
bobot basah
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Jenis benih
Tomat
Kacang panjang
No
1
2
3
24
Media
osmoconditioning
CaCL2
NaCl
KCl
KNO3
CaCL2
NaCl
KCl
KNO3
Bahan
Tomat (1)
Tomat (2)
Kacang panjang
Lama osmoconditioning (jam)
48
72
Kadar air
0,2 g
0,2 g
0,2 g
0,2 g
7,1 g
8,4 g
7,3 g
7,1 g
0,3 g
1,6 g
0,3 g
0,2 g
6,5 g
7,3 g
7,5 g
7,3 g
Berat sebelum
Berat setelah
Berat
Dioven (g)
dioven (g)
Akhir (g)
0,72
0,68
3,78
0,59
0,56
0,58
0,13
0,12
3,2
4.2 Perhitungan
Tomat (1)
bobot basah - bobot kering
Kadar air (%)= bobot basah
×100%
0,72-0,59
=0,79
×100%
=18%
Tomat (2)
0,2 g
0,2 g
0,2 g
0,2 g
7,1 g
7,0 g
6,8 g
7,3 g
bobot basah - bobot kering
Kadar air (%)= bobot basah
×100%
0,68-0,59
=0,68
×100%
=17%
Benih kacang panjang
bobot basah - bobot kering
Kadar air (%)= bobot basah
×100%
3,78-0,59
=3,78
×100%
=84 %
Benih Cabe
% FMC=100−
IW ×(100−IMC)
FW
kNO 3 (24 jam )=100−
0,1 g ×(100-18% )
=50,09 %
0,2 g
Keterangan : untuk waktu 24 jam dan 48 jam untuk semua perlakuan hasilnya sama yaitu
50,09 %.
kNO 3 (24 jam )=100−
0,1 g ×(100-18% )
=50,09 %
0,2 g
NaCL(72 jam )=100−
KCL(72 jam)=100−
0,1 g ×(100-18%)
=93,8%
1,6 g
0,1 g ×(100-18%)
=66,8%
0,3 g
CaCL 2 (72 jam )=100−
Kacang panjang
0,1 g ×(100-18%)
=50,09%
0,2 g
% FMC=100−
IW ×(100−IMC)
FW
kNO 3 (24 jam)=100−
3,3 g ×(100-84% )
=53 ,9%
7,1g
NaCL(24 jam )=100−
KCL(24 jam )=100−
3,3 g ×(100-84% )
=61,1%
8,4 g
3,3 g ×(100-84%)
=55,2%
7,3g
CaCL 2 (24 jam )=100−
kNO 3 (48 jam)=100−
3,3 g ×(100-84% )
=55,2%
7,3g
NaCL(48 jam )=100−
KCL(48 jam)=100−
3,3 g ×(100-84% )
=53,3 %
7g
3,3 g ×(100-84%)
=51,88 %
6,8 g
CaCL 2 (24 jam )=100−
kNO 3 (72 jam )=100−
3,3 g ×(100-84%)
=53 ,9%
7,1g
3,3 g ×(100-84%)
=55,2%
7,3g
NaCL(72 jam )=100−
KCL(72 jam)=100−
3,3 g ×(100-84%)
=53 ,9%
7,1g
3,3 g ×(100-84%)
=55,2%
7,3g
3,3 g ×(100-84%)
=56,37%
7,5g
CaCL 2 (72 jam )=100−
3,3 g ×(100-84%)
=49 ,66%
7,6 g
4.3 Pembahasan
Untuk menentukan berapa kadar air pada benih tomat dan kacang panjang,
dilakukan perendaman kedalam larutan yang telah disediakan yaitu larutan
CaCl2,NaCl,KCl,dan KNO3,lama perendaman nya adalah 24 jam.48 jam dan 72 jam.
Kadar air awal benih pada benih tomat ulangan pertama adalah 18 % dan benih tomat
ulangan kedua adalah 17 %.dari perhitungan yang didapat dapat dipastikan bahwa kadar air
pada benih tomat ini sangat rendah,dari reperensi yang ada bahwa jika kadar air pada benih
rendah maka benih tidak bisa melalukan berbagai proses biokimiawi.Untuk kadar air awal
benih pada benih kacang panjang adalah 84 %,ini berarti benih kacang panjang yang diamati
mengandung cukup air sehingga benih kacang panjang yang diamati masih bisa digunakan
untuk bahan tanam karena benih mampu melakukan proses biokimiawi didalam selnya.
Selain menghitung kadar air awal benih,kita juga menghitung kadar air setelah
direndam didalam media osmotikum selama waktu yang ditentukan,ini dilambangkan
dengan FMC .Untuk benih cabe yang direndam dengan KNO3,NaCl,KCl,CaCl
selama 24 jam,kadar airnya adalah 50.09%,dan untuk tomat yang direndam selama 48
jam dengan media yang sama hasilnya pun sama yaitu 50.09%,seharusnya ada
perbedaan kadar air nya,hal ini terjadi mungkin karena kesalahan mengukuran.Untuk
benih cabe yang direndam dengan KNO3 selama 72 jam hasil yang didapat yaitu
50.09%,perendaman dengan NaCl hasilnya adalah 93.8% dan untuk perendaman pada
larutan KCl dan CaCl2 hasilnya adalah 66.8%.
Nilai FMC pada benih kacang panjang yang paling rendah adalah 53.95 yang
direndam pada larutan KNO3 dan CaCl,hasil terendah pada perendaman selama 48
jam adalah 51 % yang direndam dengan larutan KCL,dan untuk perendaman selama
72 jan hasil terendah didapat pada perendaman dengan CaCl2 yaitu 49.66%.benih
tersebut pada dasarnya tidak dapat dijadikan bahan tanam lagi karena kadar airnya
yang rendah,sedangkan untuk benih kacang panjang yang kadar air nya tinggi dapat
digunakan sebagai bahan tanam.
BAB V
KESIMPULAN
Persentase kadar air benih dilakukan pada jam ke 24, 48, dan 72, yang mana
nantinya dapat kita lihat dari berbagai perlakuan terdapat perbedaan kadar air
benih tersebut.
Pertumbunhan awal yang baik dari suatu populasi tanaman selain dipengaruhi
oleh kondisi lingkungan juga sangat tergantung pada kemampuan tumbuh setiap
benih yang ditanam.
jika kadar air pada benih rendah maka benih tidak bisa melalukan berbagai
proses biokimiawi
DAFTAR PUSTAKA
http://www.pustakaut.ac.id.
Hasanah M. 2002. Peran mutu fisiologis benih dan pengembangan industry benih
tanaman
industry. Balai penelitian tanaman rempah, bogor.
Tim Penyusun. 2012. Dasar-dasar Teknologi Benih. Bengkulu : Laboratorium
UNIB.
Agronomi