Sejarah Hukum Islam pada Masa Rasulullah

PENGANTAR HUKUM ISLAM
“SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM I”

DOSEN PENGAMPU : UMI CHOLIFAH, S.HI., M.H
KELOMPOK 3

Dibuat oleh:
Yolanda Putri Wulandari

(170810102022)

Arin Nirmala Putri

(170810102053)

Latifatul Hofifah

(170810102069)

Akhmad Dhani S


(170810102073)

Ahmad Roby Ainun N

(170810102074)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JEMBER
2018

i

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
taufik serta hidayahNya, sehingga makalah Sejarah Perkembangan Hukum Islam I ini dapat
terselesaikan dengan baik guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Hukum Islam.
Makalah ini merupakan kumpulan materi yang bersumber dari buku dan internet dengan
harapan makalah ini dapat memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang Sejarah
Perkembangan Hukum Islam I.

Semoga makalah ini dapat menambah ilmu bukan hanya untuk mahasiswa saja namun
juga kepada pelajar dan masyarakat umum. Kami menyadari sepenuhnya, bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, sehingga kami membutuhkan saran dan
kritik yang membangun untuk penyajian dan isinya agar kedepannya kami dapat menyusun
makalah lebih baik lagi.

Jember, 22 Maret 2018

Kelompok 3

ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................2

A. Sejarah Perkembangan dan Pertumbuhan Hukum islam.........................................2
B. Masa Nabi Muhammad SAW..................................................................................2
C. Masa Khulafaur Rasyidin.......................................................................................4
BAB III PENUTUP.............................................................................................................8
A. Kesimpulan............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................9

iii

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hukum memiliki arti seperangkat peraturan atau norma yang digunakan untuk
mengatur tingkah laku bermasyarakat yang tumbuh berkembang pada masyarakat
tersebut atau yang dibuat oleh pemerintah. Sedangkan Hukum Islam adalah hukum yang
bersumber dari Al-Quran, Haddis atau Sunnah Rosulullah dan Ijtihad guna mengatur
tingkah laku, perilaku dalam kehidupan bermasyarakat baik kaum muslim maupun non
muslim. Hukum Islam memiliki konsep dasar dan kerangka yang tran-sedental (wahyu).
Hukum tersebut tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan manusia lain dan benda
dalalm masyarakat, tetapi juga hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia

dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan manusia yang lain dalam bermasyarakat,
dan hubungan manusia dengan benda serta alam sekitar
Periode dalam perkembangan hukum islam terbagi dalalm beberapa tahap, mulai dari
masa pembentukan dan pertumbuhan, masa puncak pengembangan, dan masa
kemunduran. Makalah Sejarah Perkembangan Hukum Islam I ini akan membahas tentang
perkembangan hukum islam pada masa Rosulullah saw dan Khulafaur Rasyidin.
B. RUMUSAN MASALAH
Beberapa hal yang menjadi rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
antara lain:
a. Bagaimana perkembangan hukum islam pada masa Rosulullah
b. Bagaimana perkembangan hukum islam pada masa Khulafaur Rasyidin
 Abu Bakar as Siddiq
 Umar bin Khattab
 Usman bi Affan
 Ali Abi Talib
C. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui sejarah perkembangan hukum islam pada masa Rosulullah
b. Untuk mengetahui sejarah perkembangan hukum slam pada masa Khulafaur Rasyidin.


BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM.
Para penulis sejarah telah membagi tahap-tahap perkembangan hukum islam.
Pembagian ke dalam tahap-tahap itu tergantung pada tujuan dan ukuran yang mereka
pergunakan dalam mengadakan pentahapan. Ada yang membaginya kedalam lima , enam
atau tujuh tahapan. Namun demikian pada umumnya mereka membagi tahap-tahap
perkembangan dan pertumbuhan hukum islam islam itu ke dalam lima masa :
1. Masa Nabi Muhammad SAW (610-632 M).
2. Masa Khulafa al-Rasyidin (632-662 M).
3. Masa Pembinaan, Pengembangan dan Pembukuan (abad VII – X).
4. Masa Kelesuan Pemikiran (abad X-XIX M).
5. Masa Kebangkitan Kembali (abad XIX M – sekarang).

B. MASA NABI MUHAMMAD (610-632 M).
Periode pembentukan dan pertumbuhan hukum islam dimulai pada fase tasyri’
(perundang-undangan hukum islam) di masa kenabian yang dimulai ketika Allah mengutus
Nabi Muhammad SAW membawa wahyu yang berupa Al-Qur’an saat beliau berada di gua
Hiro pada hari Jum’at tanggal 17 Ramadhan tahun 13 sebelum Hijriah (611 M). Tasyri’ pada
masa Nabi disebut masa pembentukan tasyri’, karena pada masa inilah terbentuknya hukum

Islam. Beliau hijrah ke madinah dan ayat-ayat ahkam pun turun beserta hadis-hadis yang
berkenaan dengannya.1
Periode ini merupakan pertumbuhan tasyri’ yang berlangsung selama 22 tahun 2
bulan 22 hari. Pada periode ini ada dua fase yaitu :
(1) Fase Rasulullah berada di Makkah (selama 12 tahun), fokus utama fase ini adalah
penyebaran dakwah ketauhidan dan berusaha memalingkan umat manusia dari
menyembah berhala.
1

Abdul Majid Khon, Ikhtisar Tarikh Tasyri’: Sejarah Pembinaan Hukum Islam dari Masa
ke Masa (jakarta: Amzah, 2013), hal 42-43.

2

(2) Fase Rasul berada di Madinah (selama 10 tahun), pada fase ini media-media
dakwah telah berjalan lancar dan Islam telah terbina menjadi umat dan menjadi
satu pemerintahan.2
Sumber-sumber tasyri’ yang digunakan pada zaman Rasul ada tiga yaitu AlQur’an, Hadis dan Ijtihad.3 Apabila terjadi suatu peristiwa yang menghendaki adanya
hukum yang mungkin timbul karena adanya suatu pertanyaan, perselisihan atau
adanya permintaan kepada Rasul, maka Allah mewahyukan kepada Rasul lewat

wahyu-wahyu-Nya. Bila belum ada, maka rasul melakukan ijtihad untuk menetapkan
hukum. Kalaupun ijtihad yang dilakukan Rasul salah, maka Allah akan mengingatkan
atau membenarkannya.4
Pemegang wewenang tasyri’ adalah Nabi sendiri. Segala persoalan hukum yang
timbul diputuskan melalui wahyu dan ijtihad beliau, walaupun proses awal melalui
ijtihad sebagian sahabat.5 Pada masa ini, sahabat telah melakukan ijtihad. Tetapi,
ijtihad yang dilakukan sahabat hanya terbatas pada waktu-waktu tertentu seperti
karena sulitnya untuk diklarifikasi kepada Rasul terlebih dahulu disebabkan jarak atau
khawatir hilangnya kesempatan dan waktu.6
Yang dibawa oleh Nabi Muhammad adalah wahyu-wahyu Tuhan. Diantara
wahyu-wahyu itu terdapat ayat-ayat hukum. Menurut penelitian Abdul Wahab
Khallaf, Guru Besar Hukum Islam di Universitas Kairo, ayat-ayat hukum mengenai
soal-soal ibadah ada 140 ayat didalam Al-Qur’an (ayat-ayat ibadah ini berkenaan
dengan sholat,zakat dan haji), sedangkan ayat Al-Qur’an mengenai ilmu Mu’amalah
jumlahnya 228, kurang lebih 3% dari jumlah seluruh ayat-ayat yang terdapat dalam
Al-Qur’an. Klarifikasi 228 ayat hukum yang terdapat dalam Al-Qur’an itu menurut
penelitian Prof Abdul Wahab Khallaf adalah sebagai berikut :
1. Hukum Keluarga yang terdiri dari hukum perkawinan dan hukum kewarisan
sebanyak 70 ayat.


2

Roibin, Op.Cit., 33.
Majid Khon, Op.Cit., 43
4
Majid Khon, Ibid.
5
Dasar umum dalam menetapkan hukum adalah beransur-ansur (al-tadrij f al-tassrii),
mensedikitkan undang-undang (taqlid al-takalif) dan memudahkan beban (‘adam alharaj). Majid Khon, Op.Cit., 43.
6
Roibin, Op.Cit,.
3

3

2. Hukum perdata lainnya, di antaranya hukum perjanjian (perikatan) terdapat 70
ayat.
3. Mengenai hukum ekonomi keuangan termasuk hukum dagang terdiri dari 10
ayat.
4. Hukum pidana terdiri dari 30 ayat.

5. Hukum tata negara terdiri dari 10 ayat.
6. Hukum internasionan terdapat 25 ayat.
7. Hukum acara dan peradilan terdapat 13 ayat.
Ayat-ayat tersebut pada umumnya berupa prinsip-prinsip saja yang harus
dikembangkan lebih lanjut, waktu Nabi masih hidup, tugas untuk mengembangan dan
menafsirkan ayat-ayat hukum ini terletak pada diri beliau sendiri melalui ucapan dan
perbuatan beliau yang disebut sunnah yang kini dapat dibaca dalam kitab Al-Qur’an sebagai
norma dasar, Nabi Muhammad memecahkan setiap masalah yang timbul pada masanya
dengan sebaik-baiknya. Selain berdasarkan wahyu, Nabi Muhammad dalam memutuskan
sesuatu berdasarkan pendapat beliau sendiri dengan sunnahnya.7
C. MASA KHULAFAUR RASYIDIN (632 M – 662 M)
Masa pemerintahan khulafa al-rasidin sangat penting dilihat dari perkembangan
hukum islam karena dijadikan model atau contoh oleh generasi-generasi berikutnya, terutama
generasi ahli hukum islam di masa sekarang tentang cara mereka menemukan dan
menerapkan hukum islam pada waktu ini. Hukum islam sahabat mulai dilakukan dengan
ijtihad, karena setelah Rasulullah saw. Wafat, kepemimpinan berpindah kepada Khulafa AlRasidin. Sebagai akibat meluasnya wilayah islam, para sahabat menemukan berbagai
peristiwa yang belum pernah terjadi pada masa Rasul. Di wilayah taklukannya, antara lain
Syam, Irak, Mesir, Perisa dan lain-lain, para sahabat menemukan berbagai peraturan yang
belum mereka kenal, banyak tradisi dan adat istiadat yang jauh bebeda dengan yang ada di
Jazirah Arab, serta peristiwa-peristiwa baru yang belum pernah dijumpai di Mekah atau

Madinah, yang kesemuanya memerlukan penyelesaian menurut hukum islam. Untuk
menyelesaikan masalah yang mereka hadapi mereka menggunakan ijtihad8,yakni berusaha
sungguh-sungguh dengan mempergunakan segenap kemampuan yang ada dilakukan oleh
orang (ahli hukum) yang memenuhi syarat untuk mendapatkan garis hukum yang belum
7

Departemen Agama RI Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam 2002; Islam untuk
Disiplin Ilmu Hukum (hal 32-33).
8
Khozin Siraj, Hukum Islam (sogsakarta: Universitas Islam Indonesia, 1984), H.18.

4

jelas atau tidak ada ketentuannya di dalam Al-Quran dan Sunnah Rasululah. Pada umumnya
para Khalifah dalam memutuskan masalah tidak sendirian tetapi mereka bertanya terlebih
dahulu kepada sahabat lain. Sikap ini menunjukkan bahwa penafsiran terhadap Al-Quran
bukan hak prerogratif khalifah, selanjutnya keputusan diambil dari hasil consensus yang
lazim disebut dengan ijma’. Jika dilihat dari luasnya wilayah Islam, nampak bahwa consensus
bukanlah hasil kesepakatan umat Islam, tetapi kesepakatan beberapa pemuka Islam yang
dipandang mewakili keseluruhan. Konsensus yang menghasilkan pengangkatan Abu Bakar

sebagai khalifah adalah contohnya. Pada saat itu umat Islam dihadapkan pada persoalan
“siapa orang yang pantas untuk menggantikan Nabi Muhammad sebagai pemimpin umat dan
kepala negara”. Keputusan akhirnya diambil berdasarkan qiyas atas posisi Abu Bakar sebagai
pengganti Nabi mengimami salat ketika beliau tidak dapat mengimami salat karena sakit.
Kadangkala keputusan khalifah ditetapkan setelah melalui adu argumentasi.9
Di samping itu masih banyak ijtihad yang dilakukan para Khulafa Al-Rasyidin,
antara lain ketika para sahabat hendak membagi harta rampasan perang. Pada saat itu terjadi
perbedaan pendapat, apakah harta rampasan itu dibagi sama rata antara orang Muhajirin
dengan orang Anshar atau tidak. Umar berpendapat : “kami tidak menyamakan antara orangorang yang meninggalkan kampung halaman dan harta mereka untuk hijrah mengikuti
Rasulullah, dengan orang yang masuk Islam karena terpaksa.” Sedangkan Abu Bakar
berpendapat bahwa “mereka masuk Islam bukan karena terpaksa tetapi karena Allah dan
pahalanyapun urusan Allah dunia hanyalah sarana saja”, kemudian berdasarkan ra’yunya
Abu Bakar membagi harta rampasan sama antara orang Muhajirin dan Anshar. Kemudian
ketika Umar bin Khattab menjadi khalifah , ia membagi harta rampasan berdasarkan jerih
payah masing-masingorang dalam berjuang.10
Di masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Umar tidak memberi bagian zakat kepada
muallaf. Berdasarkan surat Al-Taubah ayat 60, mereka berhak mendapat bagian zakat. Akan
tetapi Umar bin Khattab tidak memberikan bagian zakat kepada mualaf. Pada hal pada masa
Nabi Muhammad dan Abu Bakar memberi sebagian zakat kepada muallaf. Terhadap muallaf
Umar berkata : “sesungguhnya Allah telah menguatkan hati Islam dan tidak membutuhkan
kamu. Jika kamu bertauba, silahkan, tetapi jika tidak, maka antara kami dan kamu adalah
pedang. Di sini Umar melihat bahwa pembagian zakat untuk muallaf pada masa lalu atas
dasar pertimbangan maslahat. Kini yang lebih maslahat adalah bila mereka tidak diberi zakat.
9

Muhammad Zuhri, Hukum Islam Dalam Lintasa Sejarah (jakarta: PT.Raja Grafndo
Persada,1996).
10
Ahmad Amin, Fajr al-islam (Mesir: Maktabah al-Nahdlah al-Misrissah,1975)

5

Umtuk alasan yang sama Umar juga pernah memutuskan bahwa talak yang dijatuhkan oleh
suami tiga sekaligus berarti jatuh pada talak tiga, karena pada waktu itu orang bermain-main
dengan talak. Dan kasus-kasus yang sudah dikemukakan nampak bahwa dalam mengambil
keputusan Umar tidak hanya berpedoman pada lahiriah nas, tetapi pada jiwa yang terkandung
dalam nas wahyu.11
Usman bin affan pada waktu menjadi khalifah juga melakukan pembukuan/penulisan
Al-Quran dengan satu huruf (satu versi Al-Quran), membuang mushaf versi lain merupakan
ijtihad Usman menghadapi keaneka ragaman bacaan Al-Quran yang mengarah pada
keragaman pemahaman terhadap Islam. Hal ini memungkinkan menimbulkan pertentangan di
antara umat Islam dan ijtihad inipundisetujui oleh para sahabat.12 Dengan adanya mushaf
yang seragam bagi umat Islam diharapkan adanya keseragaman dalam membaca dan
memahami ayat Al-Quran sehingga tidak menimbulkan perpecahan dan konflik di antara
umat Islam sendiri. Hl ini jelas tidak diragukan oleh Usman bin Affan. Oleh karena itu
dengan ijtihadnya beliau penulisan mushaf yang dikenal dengan mushaf Usmani sebagaimana
yang kita baca sekarang.
Pada zaman kekhalifahan Ali bin Abi Thalib tidak banyak mengembangkan hukum
islam yang baru dan keadaan negara tidak stabil. Pada masa ini puls timbul bibit perpecahan
yang mengakibatkan munculnya kelompok-kelompok, diantaranya yaitu kelompok
Ahlusunnah Wal Jama’ah dan Syi’ah. Terdapat perbedaan pendapat diantara para sahabat
tentang wanita yang ditinggal mati oleh suaminya sebelum melakukan hubungan suami istri.
Menurut Ibnu Mas’ud wanita itu berhak mengambil maskawin seperti biasa dari harta
peninggalan suaminya seperti terjadi pada Barwa’ binti Wasyik al-Aslamiyah di zaman
Rasulullah. Namun Ali bin Abi Thalib berpendapat bahwa, ketentuan seperti itu merugikan
satu pihak. Sehingga wanita itu tidak berhak mengambil maskawin dari harta peninggalan
suaminya sebelum terjadi hubungan suami-istri. “Kami tidak akan meninggalkan al-Quran
hanya karena pernyataan seorang saja”, kata Ali. Dari sini nampak bahwa Ali telah sampai
pada penggunaan qiyas, sebab dalam al-Quran tidak ada ketentuan tentang masalah ini, yang
ada hanyalah wanita yang ditalak oleh suaminya sebelum melakukan hubungan suami-istri.
Dan rupanya Ali mengqiyaskan wanita yang ditinggal mati oleh suaminya sebelum
melakukan hubungan tadi dengan wanita yang ditalak dalam keadaan yang sama.

11
12

Muhammad Zuhri, op.cit.,H.44
Ibid. H.44

6

Adapun para sahabat Nabi yang ahli di bidang hukum di Madinah antara lain antara
lain adalah : Abu Bakar As-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Talib,
Zaid bin Sabit, Ubay bin Ka’b, Abdullah bin Umar, Aisyah. Sedangkan Abdullah bin Malik
dan Abu Musa Al-Asy’ari di Basrah ; Mu’az bin Jabal’Ubadah bin Samitdi Syam ; dan
Abdullah bin Amrbin Ash di Mesir.13

Adapun para sahabat Nabi yang ahli di bidang hukum di Madinah antara lain antara
lain adalah : Abu Bakar As-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Talib,
Zaid bin Sabit, Ubay bin Ka’b, Abdullah bin Umar, Aisyah. Sedangkan Abdullah bin Malik
dan Abu Musa Al-Asy’ari di Basrah ; Mu’az bin Jabal’Ubadah bin Samitdi Syam ; dan
Abdullah bin Amrbin Ash di Mesir.14

13
14

Ibid. H.48
Ibid. H.48

7

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Allah mengutus Nabi Muhammad sebagai Rasul ketika Rasul berusia 40 tahun lebih
tepatnya pada Hari Jum’at tanggal 17 Ramadhan sebelun Hijriah (611 M) di Gua Hiro Nabi
menerima wahyu pertama kali yaitu Surah Al-‘alaq 1-5. Dakwah pertama beliau adalah
kepada keluarga dan temannya.Sejarah hukum islam pada masa Rasulullah di bagi menjadi 2
fase yaitu : (1) fase Rasulullah berada di Makkah, (2) fase Rasulullah berada di Madinah.
Sumber-sumber hukum islam pada masa Rasulullah menggunakan tiga sumber yaitu AlQur’an, Hadis dan Ijtihad.
Sepeninggalnya Rasulullah saw kepemimpinan umat islam dipimpin oleh Khulafaur
Rasyidin. Semakin berkembangnya wilayah islam. Sehingga memungkinkan munculnya
permasalahan baru yang mana pada jaman Rasul belum ada dan harus diselesaikan dengan
hukum islam. Maka pada umunya Khulafaur Rasyidin melakukan ijtihad dan dalam
memutuskan masalah tersebut mereka tidak sendirian namun mereka akan mendiskusikannya
dengan sahabat yang lain. Sikap ini menunjukan bahwa penafsiran terhadap al-Quran bukan
hanya prerogratif khalifah, selanjutnya keputusan diambil melalui vote atau disebut ijma.

8

DAFTAR PUSTAKA

1. Islam Untuk Disiplin Ilmu Hukum, (Jakarta: Departemen Agama RI, Agustus 2002).
2. Warkum Sumitro, Legislasi Hukum Islam Transformatif, (Malang: Setara Press 2015).

9

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22