Perkembangan Sosioemosional Pada Masa Ba

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perkembangan sosioemosional pada bayi merupakan bagian dari perkembangan
manusia sejak ia lahir hingga meninggal. Perkembangan sosioemosional merupakan luapan
perasaan seorang bayi pada keadaan lingkungan sekitar, baik keluarga, lingkungan
masyarakat dan yang lebih luas pencangkupannya. Perkembangan sosioemosional bayi
sangat penting untuk dipelajari karena kita dapat mengetahui bagaimana perkembangan
emosi bayi dan faktor penyebabnya.
Sebagai calon pendidik kita harus mengetahui beberapa aspek tentang
perkembangan anak diantaranya perkembangan sosioemosional anak dimulai dari tahap usia
bayi seperti perkembangan sosioemosional yang dialami pada bayi. Dengan kita memahami
perkembangan tersebut kita akan lebih mudah dalam mengenali emosi bayi. Mengetahui
perkembangan peserta didik merupakan salah satu kebanggaan tersendiri bagi seorang
pendidik. Seorang pendidik yang mengetahui perkembangan peserta didik pasti lebih mudah
dalam menentukan pendekatan maupun metode yang akan digunakan dalam membentuk
tingkah laku atau kepribadian peserta didik.
Dalam makalah ini akan saya bahas tentang Perkembangan Sosioemosional Pada
Masa Bayi.
2. Rumusan Masalah
a. Apakah pengertian dari Perkembangan sosial emosional pada bayi?

b. Bagaimana pendapat para ahli mengenai pengertian sosial emosional pada bayi?
c. Bagaimana pola dan variasi perkembangan emosi pada masa bayi?
d. Bagaimana perkembangan kecerdasan sosioemosional pada bayi?
e. Bagaimana fase perkembangan sosioemosional pada masa bayi?
f. Apa saja jenis-jenis emosi pada bayi?
g. Bagaimana perkembangan sosial pada bayi?

Perkembangan Sosioemosional Pada Masa Bayi

Page 1

3. Manfaat
a. Mengetahui perkembangan sosial emosional pada bayi
b. Mengetahui pola perkembangan sosial emosional pada bayi
c. Mengetahui perkembangan kecerdasan emosional pada bayi
d. Mengetahui jenis emosi pda bayi
e. Mengetahui perkembangan sosial pada bayi
4. Tujuan
a. Agar pembaca memahami perkembangan sosial emosional pada bayi.
b. Agar pembaca memahami pola perkembangan sosial emosional pada bayi.

c. Agar pembaca Mengetahui perkembangan kecerdasan emosional pada bayi.
d. Agar pembaca memahami fase-fase dan jenis-jenis perkembangan sosioemosional pada
bayi.
e. Agar pembaca memahami perkembangan sosial dan emosi pada masa bayi.

Perkembangan Sosioemosional Pada Masa Bayi

Page 2

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Perkembangan Sosial Emosional
Perkembangan sosial adalah tingkat jalinan interaksi anak dengan orang lain, mulai
dari orang tua, saudara, hingga masyarakat luas. Sementara perkembangan emosional adalah
luapan perasaan ketika bayi berinteraksi dengan orang lain. Dengan demikian, perkembangan
social emosional adalah kepekaan anak untuk memahami perasaan orang lain ketika
berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat dipahami bahwa perkembangan social
emosional tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dengan kata lain, membahas perkembangan
emosi harus bersinggungan dengan perkembangan sosial bayi. Demikian pula sebaliknya,

membahas perkembangan social harus melibatkan emosional. Sebab, keduanya terintegrasi
dalam bingkai kejiwaan yang utuh.1
2. Pendapat Para Ahli
Emosi yang berasal dari bahasa latin Lovere, berarti menggerakkan atau bergerak,
dari asal kata tersebut emosi dapat diartian sebagai dorongan untuk bertindak. Emosi merujuk
pada suatu perasaan atau pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis serta
serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi dapat berupa persamaan amarah,
ketakutan, kebahagiaan, cinta, rasa terkejut dan rasa sedih (Goleman, 1995).2
a) Menurut Lawrence E. Shapiro, emosi adalah kondisi kejiwaan manusia. Kerena sifatnya
psikis atau kejiwaan, maka emosi hanya dapat dikaji melalui letupan-letupan emosional
atau gejala-gejala dan fenomena-fenomena, seperti kondisi sedih, gembira, gelisah, benci,
dan lain sebagainya. Namun, kondisi masing-masing anak berbeda-beda. Bayi akan
mengekspresikan kesedihannya dengan cara menangis, tapi ada yang berpendapat bahwa
menangis justru mencerminkan sikap cengeng. Begitu pula dengan kondisi social
emosional lainya.3
1

Suyadi, Belajar Pendidikan Anak Usia Dini(Yogyakarta: Pustaka Insani Madani, 2010).
Hal. 108
2

Riana Mashar.Emosi Anak Usia Dini Dan Strategi Pengembangannya.(Bandung:
Kencana, 2011)hal.16.
3

Suyadi, Belajar Pendidikan Anak Usia Dini(Yogyakarta: Pustaka Insani Madani, 2010).
Hal. 109

Perkembangan Sosioemosional Pada Masa Bayi

Page 3

b) Lewis & Haviland Jones, 2000 emosi dapat diartikan sebagai aktifitas badaniah secara
eksternal atau reaksi menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap peristiwa atau
suatu kondisi mental tertentu.4
c) Lazarus, 1991 emosi adalah suatu keadaan yang kompleks pada diri organisme yang
meliputi perubahan secara badaniah dalam bernapas, detak jantung, perubahan kelenjar,
dan kondisi mental, seperti keadaan menggembirakan yang ditandai dengan perasaan
yang kuat dan biasanya disertai dengan dorongan yang mengacu pada suatu bentuk
perilaku.5
3. Pola Dan Variasi Perkembangan Emosi Pada Bayi

Pola emosi yang lazim pada masa bayi adalah sebagai berikut :
a. Kemarahan
Perangsang yang membangkitkan kemarahan bayi adalah campur tangan terhadap
gerakan-gerakan mencoba menghalangi keinginannya. Tanggapan marah mengambil
bentuk menjerit, meronta-ronta, menendang kaki, mengibaskan tangan, dan memukul apa
saja yang ada didekatnya. Pada tahun kedua bayi dapat juga melonjak-lonjak, gulingguling, meronta-ronta dan menahan nafas.
b. Ketakutan
Perangasang yang dapat membangkitkan ketakutan bayi adalah adalah suara
keras, orang, barang, dan situasi asing, ruangan gelap, tempat tinggi. Pada usia 8 bulan
sampai 1 tahun, bayi akan menangis terhadap benda, situasi, atau orang yang asing.
Tanggapan rasa takut pada masa bayi terdiri dari upaya menjauhan diri dari perangsang
yang menakutkan dengan merengek, menangis dan menahan nafas.
c. Rasa ingin tahu
Bayi mudah mengungkapkan rasa ingin tahunya terutama melalui ekspresi wajah
menegangkan otot muka, membuka mulut, dan menjulurkan lidah. Kemudian, bayi akan
menangkap barang yang membangkitkan rasa ingin tahunya tersebut. Memegang,
membolak balik dan melempar.

4


5

Riana Mashar.Emosi Anak Usia Dini Dan Strategi Pengembangannya.(Bandung:
Kencana, 2011).hal.16.
Riana Mashar.Emosi Anak Usia Dini Dan Strategi Pengembangannya.(Bandung:
Kencana, 2011)hal.16.

Perkembangan Sosioemosional Pada Masa Bayi

Page 4

d. Kegembiraan
Pada usia 8 minggu bayi akan tersenyum dalam tidur pulas jika merasa kenyang,
hangat dan nyaman. Pada bulan kedua dan ketiga, bayi bereaksi pada orang yang
mengajaknya bercanda, menggelitik, dan memperhatikannya. Mereka mengungkapkan
rasa senang atau kegembiraanya dengan tersenyum serta menggerakkan lengan dan
kakinya.
e. Afeksi
Setiap orang mengajak bayi bermain, mengurus kebutuhan jasmaninya, atau
memperlihatkan afeksi akan merupakan perangsang untuk afeksi mereka. Umumnya bayi

mengungkapkan afeksinya dengan memeluk, menepuk dan mencium barang atau orang
yang dicintainya. Pada usia 1-3 tahun, emosi bayi bisa dipengaruhi maka anak dapat turut
menyayangi, mengasihi ataupun membenci sesuatu.
Masih mengutip Hurlock, secara umum pola perkembangan emosi bayi meliputi 9
aspek, yaitu :
a. Rasa takut, yaitu perasaan yang khas pada bayi. Hampir setiap fase usia. Seorang anak
mengalami ketakutan dengan kadar yang berbeda-beda. rangsangan yang umumnya
menimbulkan rasa takut pada bayi adalah suara yang terlalu keras, binatang
menemyeramkan, kamar gelap, tempat yang tinggi, dan kesendirian.
b. Rasa malu, yaitu ketakutan yang dilandasi dengan menarik diri dan hubungan orang lain
yang tidak dikenal. Rasa malu ini selalu disebabkan oleh sesama manusia, bukan benda
atau binatang dan hal-hal lainnya. Rasa malu baru akan dimiliki bayi pada usia diatas 6
bulan. Alasanya, pada usia ini bayi telah mengenal orang yang sering dilihat dan orang
yang asing sama sekali. Namun jika bayi tersebut selalu berhubungan dengan orang
banyak, maka rasa malu tersebut akan hilang dengan sendirinya. Sebab, ia tahu bahwa
sering kali orang asing baginya bisa jadi teman bermain yang asyik.
c. Rasa khawatir, yaitu khayalan ketakutan atau gelisah tanpa alasan. Khawatir tidak
langsung ditimbulkan rangsangan dalam lingkungan, tetapi merupakan produk pikiran
anak itu sendiri. Perasaan ini timbul karena membayangkan situasi yang berbahaya yang
mungkin akan meningkat. Reaksi yang ditimbulkan adalah ekspresi melalui wajah yang

tampak khawatir.
d. Rasa cemas, yaitu keadaan mental yang tidak berkenaan dengan sakit yang mengancam
atau yang dibayangkan. Rasa cemas ditandai dengan kekhawatiran, ketidakenakan, dan
Perkembangan Sosioemosional Pada Masa Bayi

Page 5

prasangka tidak berdaya atau pesimis. Reaksi yang ditimbukan adalah murung, dan lain
sebagainya.
e. Rasa marah, yaitu penolakan yang kuat terhadap apa yang tidak ia sukai. Umumnya
situasi yang menimbulkan kemarahan meliputi berbagai macam batasan, keinginan dan
menghalangi gerak anak.
f. Rasa cemburu, yaitu perasaan ketika anak kehilangan kasih sayang, seperti terbaginya
kasih sayang ibunya kepada saudaranya, ayahnya kepada orang lain.
g. Rasa duka cita, yaitu suatu kesengsaraan emosional (trauma psikis) yaitu hilangnya
sesuatu yang ia cintai. Dalam bentuknya yang lebih ringan, hilangnya nikmat yang
terhadap hal-hal yang ada di depannya dan lain sebagainya.
h. Rasa ingin tahu yaitu setiap anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Mereka
menaruh minat terhadap segala sesuatu dilingkungan mereka, termasuk diri mereka
sendiri.

i. Rasa kegembiraan dan kesenangan, yaitu emosi keriangan atau rasa bahagia. Di kalangan
bayi, emosi kegembiraan ini berasal dari fisik yag sehat, situasi yang ganjil, persamaan
yang mengasyikan, dan lain-lain. Reaksi yang diekspresikan adalah tersenyum,
mendengkut, mengoceh, merangkak, berjalan, atau bahkan berlari.6
Pola perkembangan emosi pada bayi dapat diramalkan (Hurlock, 1978. 210). Secara
umum perkembangan emosi pada bayi yaitu :
Pada masa bayi keterangsangan umum bayi sudah dapat dibedakan menjadi reaksi yang
sederhana dan mengesankan tentang kesenangan dan ketidaksenangan. Reaksi tidak
menyenangkan diwujudkan dengan bentuk menangis dan aktivitas lain. Sebaliknya, reaksi
menyenangkan. Bentuk-bentuk emosi seperti gembira, marah, takut, dan bahagia adalah
ekspresi khas yang ada pada masa bayi. Seiring bertambahnya usia anak, reaksi emosi
cenderung dapat dibedakan, bila arah anak akan cenderung melempar barang atau
menegejangkan tubuh. Adapun reaksi menyenangkan biasnya ditampakkan anak melalui
kegiatan tersenyum, atau reaksi sepontan yang lain. Dengan bertambahnya kemampuan
bahasa anak, maka anak akan cenderung mampu mengungkapkan perasaan anak sesuai
dengan tingkat perkembangan usaha anak.7

6

Suyadi, Belajar Pendidikan Anak Usia Dini(Yogyakarta: Pustaka Insani Madani, 2010).

Hal. 112
7
Riana Mashar.Emosi Anak Usia Dini Dan Strategi Pengembangannya.(Bandung:
Kencana, 2011)hal.27.

Perkembangan Sosioemosional Pada Masa Bayi

Page 6

Adapun menurut Desmita (2005 : 116), menjelaskan pola perkembangan emosi anak
dimulai sejak anak berada dalam kandungan (prenatal). Dan setelah lahir pola perkembangan
emosi disertai dengan :
a) Perkembangan temperamen
Perkembangan merupakan salah satu dimensi psikologis yang berhubungan
dengan aktivitas fisik dan emosional serta merespons. Secara sederhana temperamen
dapat diartikan sebagai perbedaan kualitas dan intensitas respons emosional serta
peraturan diri yang memunculkan perilaku individual yang terlihat sejak lahir, yang relati
stabil dan menetap dari waktu ke waktu dan pada semua situasi, yang dipengaruhi oleh
interaksi antara pembawaan, kematangan, dan pengalaman. Konsistensi tempramen ini
dibentuk oleh faktor keturunan, kematangan, dan pengalaman terutama pola pengasuhan

orang tua.
b) Perkembangan Kedekatan (Attachment)
Menurut Herbet (dalam Desmita. 2005: 120) attachment diartikan sebagai
ikatan antar dua individu atau lebih, sifatnya adalah hubungan psikologis yang
didiskriminatif dan spesifik, serta mengikat seseorang dengan orang lain dalam rentang
waktu dan ruang tertentu. Adapun Seifrt dan Hoflnung (dalam Desmita 2005: 122)
menjelaskan attachment sebagai hubungan timbale balik yang sama kuat antara ibu dan
anak, walaupun satu sama lain berbeda dalam memenuhi kebutuhan kedekatan fisik dan
emosionalnya. Attachement ata kedekatan muncul karena adanya hubungan fisik antara
anak dan orang tua atau anggota keluarga. Rasa kedekatan ini terbagi dua yaitu : rasa
kedekatan ini terbagi menjadi dua yaitu : kedekatan yang aman (secure attachment) dan
ketertarikan yang tidak aman (insecure attachment).8
c) Perkembangan Rasa Percaya (trust)
Pada perkembangan anak mengalami rsa percaya dan rasa tidak percaya. Rasa
percaya akan cenderung memnculkan rasa man dan percaya diri pada anak. Begitupun
rasa tidak percaya akan berakibat pada rasa tidak tidak aman dan ketidakpercayaan diri
pada anak.
d) Perkembangan Otonomi
Menurut otonomi (dalam Desmita 2005: 125), merujuk perkembangan
otonomi sebagai kebebasan individu manusia untuk memilih, untuk menjadi kesatuan
yang dapat memerintah, mengasai, dan membentuk dirinya sendiri. adapun menurut
8

Riana Mashar.Emosi Anak Usia Dini Dan Strategi Pengembangannya.(Bandung:
Kencana, 2011)hal.25.

Perkembangan Sosioemosional Pada Masa Bayi

Page 7

Erikson (dalam Desmita, 2005: 126), otonomi atau kemandirian merupakan tahap kedua
perkembangan psikososial yang berlangsung pada masa bayi dan masa baru pandai
berjalan. Otonomi berkembang sesuai dengan perkembangan kemampuan mental dan
motorik anak.9
Adapun variasi emosional pada masing-masing bayi berbeda-beda, perbedaan
ini dipengaruhi oleh bebrapa hal diantaranya :
a. Keadaan fisik bayi. Anak yang sehat yang cenderung kurang emosional dibandingkan
dengan anak yang kurang sehat.
b.

Reaksi sosial terhadap perilaku emosional. Reaksi sosial yang tidak menyenangkan akan
mengakibatkan reaksi emosi anak jarang tampak dan terwujud dibandingkan dengan
apabia reaksi sosial yang diterima anak menyenangkan.

c. Kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan dengan jenis kelamin sejenis mengakibatkan
semakin seringnya pelampiasan emosi dan lebih kuat.
d. Jumlah anggota keluarga. Jumlah anggota keluarga besar cenderung berpotensi besar
menimbulkan emosi dibandingkan keluarga kecil.
e. Cara mendidik anak. Cara mendidik otoriter mendorong rasa cemas dan takut. Adapun
cara mendidik permisif (serba boleh) dan demokratis mendorong berkembangnya
semangat dan rasa kasih sayang.
f. Status sosial-ekonomi keluarga. Anak dengan status sosial ekonomi yang rendah
cenderung lebih mengembangkan rasa takut dibandingkan dengan anak yang memilih
keluarga dengan status sosial ekonomi yang tinggi.10
4. Perkembangan Kecerdasan Sosioemosional Bayi
Perkembangan emosional bayi itu terbina sejak ia masih berupa janin dalam
kandungan ibunya. Yaitu berlangsung melalui unithas kehidupan psikis diantara ibu dan
janinnya. Penghayatan psikis dan semua emosi ibu itu “manular”, ikut dialami oleh calon
bayinya. Jika ibu yang bersangkutan mengalami gangguan emosional yang sangat kuat, dan
ia menolak keras kehamilannya, banyak kemungkinannya ibu tersebut akan mengalami
keguguran kandungan ; karena bayi itu juga tak mau hidup, sebab ditolak oleh ibunya.11

9

10

11

Riana Mashar.Emosi Anak Usia Dini Dan Strategi Pengembangannya.(Bandung:
Kencana, 2011)hal.26
Riana Mashar.Emosi Anak Usia Dini Dan Strategi Pengembangannya.(Bandung:
Kencana, 2011)hal.25.
Kartini Kartono,Psikologi Anak.(Bandung: alumni, 1986). Hal. 94

Perkembangan Sosioemosional Pada Masa Bayi

Page 8

Ada dua ciri khusus dari emosi masa bayi :
a) Emosi bayi disertai oleh reaksi perilaku yang terlampau hebat bagi rangsangan yang
menimbulkannya, terutama dalam hal marah dan takut.
b) Emosi lebih mudah dibiasakan pada masa bayi dibandingkan pada periode-periode lain.
Ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan intelektual pada bayi sehingga mereka
mudah dan cepat bereaksi terhadap rangsangan yang pada waktu lalu membangkitkan
reaksi emosional.
Perkembangan emosional pada masa bayi pada awalnya tampil sederhana. Bayi yang
berbeda akan memberikan respons yang tidak sama pada rangsangan yang datang dan
bergantung pada pengalaman sebelumnya. Banyak faktor yang mempengaruhi respons
emosional pada bayi yang tidak saja bergantung pada kondisi fisik dan mentalnya saat
rangsangan itu terjadi, namun juga seberapa berhasilnya rangsangan tersebut memenuhi
kebutuhan dirinya. 12
Perkembangan sosial pada masa bayi memegang peran penting untuk menentukan
hubungan sosialnya pada masa mendatang serta pola perilaku pada orang lain. Rumah
merupakan pusat bayi dibesarkan dan untuk itu dirumah pulalah fondasi hubungan sosial
tersebut terbentuk. Beberapa penelitian sosial menunjukkan betapa pentingnya fondasi sosial
ini terbentuk pada masa bayi.
Perkembangan emosional pada bayi pada dasarnya dipengaruhi oleh pengalaman
hidup. Namun, pendidikan emosi dapat dimulai sejak dari awal kehidupan yang berupa
respon ibu (orang tua) ketika bayinya lapar. Jika bayi lapar dan ibu segera memberikan ASI
dengan kasih sayang, bayi akan tertidur dengan kedamaian setelah dirinya kenyang. Bayi
percaya bahwa ibunya akan memperhatikan kebutuhannya dan selalu siap jika dibutuhkan.
Namun jika bayi lapar dan ibunya memberikan ASI dengan perasaan marah dan jiwa yang
tidak stabil, bayi pun akan merasakan ketegangan ibunya. Bayi akan menggeliat kaku, dan
akan berhenti menyusu. Bayi yang menghadapi kondisi ibunya seperti itu akan beranggapan
bahwa orang lain tidak dapat diandalkan, tidak ada orang yang peduli akan kebutuhannya.
Kondisi seperti ini akan membahayakan perkembangan kecerdasan emosionalnya.

12

Reni Akbar dan Hawadi, Psikologi Perkembangan Anak(Mengenal Sifat, Bakat dan
Kemampuan Anak).(Jakarta: PT Grasindo, 2001).hal 19.

Perkembangan Sosioemosional Pada Masa Bayi

Page 9

Kebutuhan bayi dan lahirnya emosi masih sangat tergantung pada perkembangan
lingkungan sekitar. Artinya perkembangan kecerdasan emosional sangat ditentukan
lingkungannya. Ketergantungan bayi pada lingkungannya akan semakin berkurang seiring
bertambahnya usia bayi. Lambat laun, bayi memiliki keinginan untuk melakukan segalanya
secara mandiri.
Perkembangan kecerdasan emosional bayi pada usia 0-1 bulan ditentukan oleh pola
makan dan tidurnya. Bayi dapat menentukan kebutuhan makannya sendiri. jika kebutuhan
makannya telah terpenuhi, maka bayi akan tertidur. Sebaliknya jika bayi kebutuhan
makannya kurang, bayi akan susah tidur dan menangis. Kondisi ini sangat beralasan karena
makan merupakan puncak pemenuhan kebutuhan emosional bayi. Pada dasarnya, bayi sudah
memiliki kemampuan untk berpikir. Kemampuan berpikir telah dimiliki bayi pada usia 3
bulan, bayi yang menangis karena lapar dan tertidur karena kenyang merupakan bukti bahwa
bayi telah memiliki pola untuk berpikir. Seperti yang terjadi pada orang dewasa, bermimpi
dapat dialami oleh bayi. Bayi sering bermimpi sedang makan, ditnjukkan dengan gerakan
bibir yang sedang menyusu. Selain itu bayi memiliki kemampuan untuk belajar dan
mengembangkan kemampuannya. 13
Perkembangan emosi pada bayi awalanya nampak sederhana, yang berbeda akan
memberikan respon yang tidak sama pada rangsangan yang datang dan bergantung pada
pengalaman sebelumnya. Banyak faktor yang mempengaruhi emosional pada bayi yang tidak
saja bergantung pada kondisi fisik dan mentalnya saat rangsangan itu terjadi , namun juga
seberapa berhasilnya rangsangan tersebut memenuhi kebutuhan dirinya. Perkembangan
emosional pada masa bayi sangat penting perannya untuk menentukan hubungan sosialnya
pada mendatang serta pola perilaku pada orang lain. Rumah merupakan pusat

tempat

dibesarkan dan untuk itu di rumah pulalah fondasi sosial tersebut terbentuk.
Mengapa emosi anak bisa berbeda-beda? menurut Hawari, sebagaimana dikutip
Mahmudi, perbedaan tersebut dipengaruhi oleh sikap, cara, dan kepribadian orang tua dalam
memelihara, mengasuh, dan mendidik anaknya. Dalam perspektif lain, perbedaan tersebut
lebih dikarenakan faktor genetis, lingkungan dan diasuh oleh orang tua yang berlatar
belakang pendidikan atau keilmuan yang berbeda. Faktor-faktor inilah yang berpengaruh
pada pembentukan emosional yang berbeda-beda pada bayi.

13

Anis Widyastuti dan Retno Widyani. Panduan Perkembangan Anak 0-1 Tahun.
(Jakarta: Swadaya Nusantara,2000).32.

Perkembangan Sosioemosional Pada Masa Bayi

Page 10

Walaupun demikian, masih ada titik persamaan diantara sekian perbedaan emosi
tersebut. Persamaan itu adalah terangsangnya emosional setiap bayi jika diberikan stimulus.
Oleh karena itu, dalam rangka mencerdaskan emosi, pemberian stimulus melalui permainan
harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan sosial emosional bayi. Menurut Hurlock,
gejala emosional pertama yang muncul adalah keterangsangan yang umum terhadap stimulus
atau rangsangan yang kuat, reaksi emosional ini memang belum Nampak jelas sebagai reaksi
emosi pada umumnya, tetapi hanya memberi kesan sederhana berupa kesenangan atau
ketidaksenangan. Reaksi emosional yang tidak menyenangkan biasanya diekspresikan
dengan cara menangis, bersuara keras, dan lain sebagainya. Reaksi ini akan mudah muncul
ketika bayi dibiarkan memakai popok basah atau menempelkan sesuatu yang dingin atau
panas pada kulitnya.
Sedangkan emosi yang menyenangkan tampak jelas ketika sedang menyusu ibunya,
tertawa dan berceloteh. Reaksi serupa juga mudah muncul jika bayi diayun-ayun atau
digendong dan diberi sentuhan hangat. Mendekati usia 1 tahun emosional bayi semakin
nampak jelas, bahkan mirip seperti emosi orang dewasa, yakni marah takut dan bahagia.
Biasnaya bayi mengungkapkan emosinya, yaitu dengan ungkapan emosi mereka. Ungkapan
emosi yaitu bentuk prabicara yang paling eektif, karena tidak ada yang lebih ekspresif
daripada isyarat-isyarat wajah yang oleh bayi digunakan untuk mengatakan keadaan
emosinya kepada orang lain. Alasan mengapa ungkapan emosi merupakan bentuk prabicara
yang bermanfaat adalah :
a. Karena bayi belum mempelajari pengendalian emosi, maka mudahlah orang lain untuk
mengetahui emosi apa yang mereka alami melalui ungkapan-ungkapan wajah dan badan.
b. Bayi lebih mudah mengerti orang lain melalui ungkapan wajah daripada melalui katakata.
Setelah memberikan berbagai stimulasi untuk meningkatkan perkembangan sosial
emosional sebagaimana disebutkan diatas, diharapkan bayi dapat menunjukkan kemampuan
sosial emosional secara genius. 14
Tabel Perkembangan Sosial-Emosional Bayi

14

Suyadi, Belajar Pendidikan Anak Usia Dini(Yogyakarta: Pustaka Insani Madani, 2010).
Hal. 119

Perkembangan Sosioemosional Pada Masa Bayi

Page 11

NO
1.

Usia
0-4 bulan

2.

4-8 bulan

3

8-12 bulan

Indikator Capaian Perkembangan Sosial Emosional
1. Menangis sebagai ungkapan rasa takut, sakit, tidak senang, dan
2.
3.
1.
2.
3.
4.
1.

hal-hal buruk lainnya.
Senyum ketika disentuh atau dipegang
Merespon ketika bermain sederhana
Merespon nama panggilan, terutama nama sendiri
Menangis ketika ditempat yang gelap, sendirian.
Merespon dengan tertawa, menangis, dan menjerit.
Menangis ketika stress.
Menirukan gerak-gerik orang dewasa

.
2. Senang bercermin
3. Selalu ingin di dekat orang dewasa, terutama orang tuanya

5. Fase Perkembangan Sosioemosional Pada Bayi
Menurut Yusuf (2005), perkembangan emosi terbagi menadi lima fase yaitu antara
lain :
a. Fase Bayi (0-2 tahun)
Masa bayi 0-2 tahun terbagi menadi 3 kategori :
1) Usia 0-8 mingguu
Kehidupan bayi sangat dikuasai oleh emosi. Emosi anak sangat bertalian
dengan perasaan indrawi (fisik), dengan kualitas perasaan, senang dan tidak senang.
Misal : anak tertidur pulas atau senyum bila ia merasa kenyang, hangat dan nyaman,
serta menangis karena lapar, haus, kedinginan atau sakit.
2) Usia 8 minggu-1 tahun
Pada masa ini perasaan psikis sudah mulai berkembang anak merasa senang
atau tersenyum bila melihat mainan yang tergantung di depan matanya. Tidak merasa
senang terhadap benda asing atau orang asing (menangis apabila dipangku oleh orang
yang tidak dikenalnya). Pada masa ini perasaan anak mengalami diferensial
(penguraian), yaitu dari perasaan senang jasmaniah menjasi tidak senang, marah,
takut, jengkel, dan terkejut.
3) Usia 1-3 tahun
Pada masa ini perasaan emosi anak sudah mulai terarah pada sesuatu (orang,
benda atau makhluk lain). Sejajar dengan perkebangan bahasa yang sudah dimulai
pada usia dua tahun, maka anak dapat menyatakan perasaannya dengan menggunakan

Perkembangan Sosioemosional Pada Masa Bayi

Page 12

bahasa dan emosi. Pada fase ini anak bersifat labil (mudah berubah) dan mdah
bersulut (mudah terpengaruh tetapi tidak lama).15
Gejala-gejala perkembangan emosi pada usia ini, yaitu sebagai berikut :
a) Emosinya sudah mulai terarah pada sesuatu (orang, benda atau makhluk lain).
b) Sejajar dengan perkembangan bahasa yang sudah dimulai pada usia 2 tahun maka
anak dapat menyatakan perasaanya dengan menggunakan bahasa.
c) Sifat-sifat perasaan anak pada fase ini :
a. Labil, artinya mudah kembali berubah (sebentar menangis, kemudian tertawa).
b. Mudah bersulut (dipengaruhi) tetapi tidak bertahan lama dan sifatnya
dangkal.16
Dari berbagai uraian tentang pola dan variasi perkembangan emosi pada bayi dapat
disimpulkan

bahwa

perkembangan

emosi

pada

bayi

dapat

diramalkan

proses

perkembangannya, adapun variasi perkembangan emosi pada masing-masing anak berbedabeda tergantung pada faktor yang mempengaruhi. Beberapa faktor yang mempengaruhi
diantaranya :
a) Keadaan fisik anak.
b) Reaksi sosial terhadap perilaku emosional.
c) Kondisi lingkungan.
d) Jumlah anggota keluarga.
e) Cara mendidik anak.
f) Status sosial-emosional keluarga.17
Pada usia ini perkembangan rasa sosial lebih jelas lagi karena dapat dinyatakan
dengan bahasa, seperti mengajak, menyatakan simpati dan antipasti, rasa tidak setuju,
menolak atau menentang dan sebagainya. Karena emosi anak kemungkinan dapat
dipengaruhi maka anak dapat turut menyayangi, mengasihi ataupun membenci sesuatu. Hal
ini merupak benih untuk timbulnya rasa sayang, benci atau simpati terhadap sesuatu
(seseorang).

15

Riana Mashar.Emosi Anak Usia Dini Dan Strategi Pengembangannya.(Bandung:
Kencana, 2011)hal.27.
16

Syamsu Yusuf L.N. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja.(Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006).hal. 157

17

Riana Mashar.Emosi Anak Usia Dini Dan Strategi Pengembangannya.(Bandung:
Kencana, 2011)hal.29.

Perkembangan Sosioemosional Pada Masa Bayi

Page 13

6. Jenis-Jenis Emosional Pada bayi
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap ekspresi dan pola sistem saraf otonom,
Lazarus (1991) mengkatagorikan emosi menjadi dua kategori, yaitu emosi primer atau dasar
(basic) dan skunder (derived). Emosi primer merupakan emosi yang ada pada spesies
mamalia, sedangkan emosi sekunder merupakan kombinasi dari beberapa emosi primer.
Terdapat beberapa perbedaan antar ahli emosi dalam mengatagorikan emosi primer.
Mengacu pada pendapar darwin, karakteristik yang biasa terdapat pada emosi primer :
pertama, emosi primer berakar dari evolusi warisan, yang telah dimiliki sejak awal masa bayi
dan muncul dengan cepat dan otomatis dalam interaksinya dengan lingkungan. Kedua, emosi
primer memiliki karakteristik sebagai ekspresi wajah yang universal dan dapat dikenali pada
berbagai budaya yang berbeda. Kryiga, emosi primer berkaitan dengan sistem sirkuit saraf di
otak dan berkorelasi dengan aktivitas sistem otonom, namun Lazarus (1991) memberi empat
perbedaan utama dalam menyimpulkan emosi-emosi yanag masuk dalam kategori emosi
primer, yaitu :
a) Emosi primer merupakan emosi asli dan elemen dari fisiologis.
b) Emosi primer ditemukan secara konsisten pada berbagai budaya dan beberapa spesies
binatang.
c) Emosi primer ada sejak lahir atau pada tahun pertama kehidupan.
d) Emosi primer merupakan dorongann dan ekspresi yang lebih ditunjukkan sebagai tgas
penyesuaian yang paling penting dalam mempertahankan diri dari bahaya, reproduksi,
orientasi dan eksplorasi (atau disebut sebagai universalitas biologi).18
7. Perkembangan Sosial Pada Bayi
Sebagian psikolog beranggapan bahwa perkembangan sosial itu dimulai sejak anak
lahir di dunia, terbukti seorang bayi yang menangis, adalah dalam rangka mengadakan
kontak/hubungan dengan orang lain. Atau anak tampak mengadakan aktifitas meraba,
tersenyum, bila memperoleh rangsangan dan teguran dari luar. 19
Perkembangan ini akan terus berlanjut sesuai dengan pengalamannya, sehingga ia
siap untuk bergaul dengan yang lain secara baik dan wajar. Perkembangan sosial yang dini
memainkan peranan yang sangat penting dalam penentuan hubungan sosial dimasa depan dan
18

Riana Mashar.Emosi Anak Usia Dini Dan Strategi Pengembangannya.(Bandung:
Kencana, 2011)hal.29.

19

Abu Ahmadi dan Munawar sholeh. Psikologi Perkembangan. (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2005).hal. 102

Perkembangan Sosioemosional Pada Masa Bayi

Page 14

pola perilaku terhadap orang lain. Karena kehidupan bayi berpusat disekitar rumah, maka
rumahlah diletakkan dasar perilaku dan sikap sosialnya kelak. Terdapat sedikit bukti yang
menyatakan bahwa sikap sosial atau antisocial merupakan sikap bawaan. “pengalaman
interaksi sosial didalam keluarga turt menentukan pula cara-cara tingkah lakunya terhadap
orang lain. Apabila interaksi sosialnya didalam keluarga tidak lancar, maka besar
kemungkinannya bahwa interaksi sosialnya didalam dengan masyarakat juga berlangsung
tidak lancar. (Ahmadi, 2002).
Mengapa dasar-dasar sosial yang disini sangat penting adalah bahwa sekali terbentuk
dasar-dasar itu cenderung menetap kalau anak-anak menjadi lebih besar. Anak yang pada saat
bayi sering menangis, cenderung agresif dan menunjukkan perilaku-perilaku yang mencari
perhatian. Sebaliknya, bayi yang raah dan lebih bahagia biasanya penyesuaian sosialnya lebih
baik apabila telah menjadi besar nanti.
Beberapa respon sosial bayi pada orang dewasa dapat disebutkan sebagai berikut :
1) Pada usia 2-3 bulan bayi sudah dapat membedakan antara orang dan bukan orang, serta
orang-orang manakah yang dapat memenuhi kebutuhan dirinya. Ia akan meraasa puas jika
bersama orang lain dan merasa tidak puas jika ditinggal sendirian naun bayi belum
menunjukkan keberpihakan pada seseorang.
2) Pada usia 4-5 bulan bayi mau digendong oleh siapa saja yang mengangkatnya serta
mampu bereaksi secara berbeda terhadap suara yang keras maupun ramah serta senyuman
maupun sungutan.
3) Pada usia 6-7 bulan bayi dapat membedakan antara temannya dan orang asing dengan
memberikan senyuman atau menunjukkan ketakutannya. Bayi mulai memasuki usia malmalu (shy age). Ia mulai terikat secara emosional dengan ibunya dan menunjukkan
ketidakramahannya pada orang lain. Sedangkan dengan bayi lain ia mampu memberikan
senyuman dan menunjukkan minatnya melalui jeritan yang diberikan.
4) Pada usia 8-9 bulan bayi berusaha untuk berbicara, bergerak-gerik dan melakukan
gerakan sederhana pada orang lain. Antara usia 9-13 bulan reaksinya terhadap bayi lain
adalah mencontoh gerak-gerik maupun suara, serta menunjukkan kemarahannya jika
mainannya dirampas oleh teman lainnya, meskipun ia sendiri mulai menunjukkan
kebersamaan dengan orang lain.
5) Pada usia 12 bulan bayi telah bereaksi dengan perkataan “tidak atau jangan”.
6) Pada usia 16-18 bulan bayi menunjukkan sikap negatifnya atau keras kepalanya terhadap
larangan atau permintaan dari orang dewasa, yang tampak jelas dari kemarahannya
Perkembangan Sosioemosional Pada Masa Bayi

Page 15

maupun penolakan fisiknya. Sedangkan pada bayi lain terlihat reaksi bahwa ia sudah
mulai mengurangi rebutan mainan dengan bayi lain dan mau membagi serta menunjukkan
keinginannya untuk bermain bersama.
7) Pada usia 22-24 bulan bayi mulai bekerja sama dengan sejumlah kegiatan rutin seperti
mandi, memakai pakaian, serta makan. Ia juga lebih menunjukkan minat untuk bermain
bersama bayi lainnya dan menggunakan permainan untuk memantapkan hubungannya
tersebut.20
Arnold Gessell, mengungkapkan hasil penelitiannya dalam masalah ini antara
lain:
a) Usia 2 bulan : tersenyum memandang orang lain.
b) Usia 3 bulan : tersenyum kembali, mengeluarkan berbagai suara sebagai jawaban atau
rangsangan dari luar.
c) Usia 4 bulan : menangis, menolak sebgai tanda tidak setuju terhadap orang mengadakan
hubungan.
d) Usia 5 bulan : mengikuti dengan gerakan mata/ terhadap gerakan orang yang sedang lalu
lalang.
e) Usia 6 bulan : mengadakan reaksi terhadap orang yang marah atau orang yang ramah.
f) Usia 7 bulan : mulai aktif mengadakan hubungan, ia mencoba mengadakan aksi baik
dalam bentuk gerakan atau suara-suara.
g) Usia 8 bulan : dapat bermain, sembunyi-sembunyi (ciluk-ba), ia dapat memanggil ;
mama, papa, dik, dan lain-lain.
h) Usia 10 bulan : mencoba menarik perhatian orang dewasa.
i) Usia 1 tahun : mulai mengerti akan isyarat-isyarat yang sederhana, contoh : bey-bey
dengan melambaikan tangan atau menunjuk dengan jari satu dan lain-lain.21
Beberapa isyarat umum yang biasa digunakan pada masa bayi dapat kita lihat pada tabel
berikut :
Isyarat
Mengeluarkan makanan dari mulut
Mencebik (pout)
Mendorong puting susu dari mulut dengan lidah
Mendorong benda jauh-jauh
Menjangkau benda

Artinya
Kenyang atau tidak lapar
Tidak senang
Sudah kenyang atau tidak lapar
Tidak menginginkan
Ingin memilikinya

20

Reni Akbar dan Hawadi, Psikologi Perkembangan Anak(Mengenal Sifat, Bakat dan
Kemampuan Anak).(Jakarta: PT Grasindo 2001).hal 19-20
21
Abu Ahmad dan Munawar Sholeh. Psikologi Perkembangan(Jakarta: Rineka Cipta,
2005). Hal 102.

Perkembangan Sosioemosional Pada Masa Bayi

Page 16

Menjangkau seseorang
Mengecap bibir atau mengeluarkan lidah
Tersenyum dan mengacungkan tangan
Bersin berlebihan
Bergeliat dan bergetar
Menggeliat, meronta dan berpakaian selama mandi
Molehkan kepala dari puting susu

Ingin ditimang/digendong
Lapar
Ingin digendong
Basah dan dingin
Dingin
Tidak suka adanya pembatasan kegiatan
Kenyang atau tidak lapar

Bayi menggunakan isyarat sebagai pengganti bicara, bukan sebagai pelengkap
pembicaraan seperti yang digunakan oleh kebanyakan anak yang lebih tua, remaja dan orang
dewasa. Banyak bayi menggunakan isyarat yang dikombinasikan dengan kata-kata untuk
membuat kalimat.

Perkembangan Sosioemosional Pada Masa Bayi

Page 17

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa bayi berlangsung selama dua tahun pertama kehidupan setelah periode bayi
baru lahir selama dua minggu. Masa bayi sering dianggap sebagai keadaan tidak berdaya
dimana bayi setiap hari belajar untuk semakin mandiri, sehingga diakhir masa bayi dikenal
sebagai anak kecil yang baru belajar berjalan.
Masa bayi adalah masa dasar yang sesungguhnya, meskipun seluruh masa anak-anak
meruapakan masa dasar. Masa bayi disebut juga sebagai periode vital, karena kondisi fisik
dan mental bayi ini jadi fondasi kokoh bagi perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya.
Karena itu perannya sangat vital dan penting. Lagi pula, pada periode ini berlangsung proses
pertumbuhan yang sangat cepat sekali.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, dapat dijadikan saran-saran sebagai berikut :
1. Orang tua hendaknya memperhatikan pola makan dan kebutuhan nutrisi bayinya agar si
bayi dapat berkembang dengan baik dan normal.
2. Orang tua hendaknya mengetahi dan memahami perkembangan emosional bayinya,
sehingga dapat menerapkan dan memastikan bahwa anaknya telah menyelesaikan semua
perkembangan sesuai dengan rentang usia pada setiap fase perkembangannya.
3. Orang ta hendaknya mengasuh anaknya sendiri dan tidak diserahkan pada pengsuh atau
orang lain, terutama pada masa perkembangan bayinya sampai masa awal masa kanakkanak.
4. Para pembaca hendaknya lebih memahami perkembangan anak, sehingga mereka bisa
menerapkan pola asuh yang baik pada anak mereka masing-masing.

Perkembangan Sosioemosional Pada Masa Bayi

Page 18

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Abu dan Munawar Sholeh. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta.
Akbar, Reni dan Hawadi. 2001. Psikologi Perkembangan Anak (Mengenal Sifat, Bakat dan
Kemampuan Anak). Jakarta: PT Grasindo.
Hurlock, Elizabeth. Edisi Kelima. Psikologi perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Kartono, Kartini. 1986. Psikologi Anak. Bandung. PT Alumni.
Mashar, Riana. 2011. Emosi Anak Usia Dini Dan Strategi Pengembangannya.Bandung:
Kencana
Suyadi. 2010. Psikologi Belajar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta. PT Pustaka Insani
Madani
Widyastuti, Anis dan Retno Widyani. 2000. Panduan Perkembangan Anak 0-1 Tahun.
Jakarta: Swadaya Nusantara
Yusuf, Syamsu L.N. 2006. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja .Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.

Perkembangan Sosioemosional Pada Masa Bayi

Page 19

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65