ASUHAN KEPERAWATAN PEDIKULOSIS bu nur

1.1 Latar belakang
Infestasi Pedikulosis (kutu) ke manusia sebenarnya sudah ada sejak ribuan tahun
lalu, salah satunya adalah pediculus capitis. Terdapat 3 spesies kutu yang sering menginfestasi
manusia yaitu Pthirus pubis (crab house) pada area pubis, Pediculus capitis (the head louse) pada
area kepala dan Pediculus corporis (the body louse) pada area tubuh manusia dan pakaian
(Orkinetal., 1991).
Penyakit kelamin kutu kemaluan adalah suatu penyakit yang belum banyak diketahui
oleh orang banyak. Banyak orang yang masih terheran-heran dengan penyakit kutu
kemaluan.Karena banyaknya orang yang belum mengetahui secara jelas tentang kutu kemaluan,
jadi banyak pula yang terjangkit penyakit ini. Para ahli Metropole Hospital akan menjelaskan
tentang kutu kemaluan, agar masyarakat paham seberapa bahanya nya penyakit kutu kemaluan
ini.
Pedikulosis adalah serangga parasit penghisap darah yang hidup di kulit sekitar kelamin
manusia. Manusia adalah satu-satunya tuan rumah parasit ini. Manusia dapat juga penuh dengan
kutu tubuh (Pediculus humanus corporis) dan kutu kepala (Pediculus humanus capitis).
Kutu kelamin (Pedikulosis) biasanya menular melalui hubungan seksual. Penularan
dari orang tua kepada anak lebih mungkin terjadi melalui rute pemakaian handuk, pakaian, tempat
tidur atau closets yang sama secara bergantian. Orang dewasa lebih sering terkena daripada anakanak.

1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kutu kelamin (Pedikulosis) ?

2. Apa Etiologi Pedikulosis kutu kelamin (Pedikulosis pubis ) ?
3. Apa Manifestasi Klinis kutu kelamin (Pedikulosis pubis ) ?
4. Apa Pemeriksaan Penunjang kutu kelamin (Pedikulosis pubis ) ?
5. Bagaimana Penatalaksaaan kutu kelamin (Pedikulosis pubis )?
6. Apa saja komplikasi kutu kelamin (Pedikulosis pubis )?
7. Diagnosa apa yang tepat untuk penyakit kutu kelamin (Pedikulosis pubis ) ?
1.3 Tujuan
2

Untuk mengetahui pengertian kutu kelamin (Pedikulosis) ?

3

Untuk mengetahui Etiologi Pedikulosis kutu kelamin (Pedikulosis pubis ) ?

4

Untuk mengetahui Manifestasi Klinis kutu kelamin (Pedikulosis pubis ) ?

5


Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang kutu kelamin (Pedikulosis pubis ) ?

6

Untuk mengetahui Bagaimana Penatalaksaaan kutu kelamin (Pedikulosis pubis )?

7

Untuk mengetahui Apa saja komplikasi kutu kelamin (Pedikulosis pubis )?

8

Untuk mengetahui Diagnosa apa yang tepat untuk penyakit kutu kelamin (Pedikulosis
pubis ) ?

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Konsep Pedikulosis Pubis

2.1.1 Pengertian Pedikulosis Pubis
Pedikulosis adalah penyakit infeksi kulit/rambut pada manusia yang disebabkan dengan
pediculus (tergolong family pediculidae). Selain menyerang manusia, penyakit ini juga
menyerang binatang. (Adhi Djuanda, 1998) Pedikulosis adalah infeksi kulit / rambut pada
manusia yang disebabkan oleh parasit obligat pediculus humarus. (Arif Mansjoer, 2000)
a) Pedikulosis capitis
Infestasi kutu yang menyeran g rambut di kepala
b) Pedikulosis carporis
Infestasi kutu pediculus humanus carporis pada badan
c) Pedikulosis pubis
Infestasi oleh phthirus pubis yang menyerang daerah genital
2.1.2 Etiologi Pedikulosis
a. Pedikulosis capitis
Etiologi dari Pedikulosis capitis adalah pediculus humanus var. capitis. Kutu ini
mempunyai 2 mata dan 3 pasang kaki, berwarna abu-abu dan merah jika telah menghisap
darah.
b. Pedikulosis carpotis
Etiologi dari Pedikulosis carporis adalah Pedialus humarus var. Carporis Pediculus
humarus var.carporis mempunyai 2 jenis kelamin, yakni jantan dan betina berukuran
panjang 1,2 – 4,2 mm dan lebar kira – kira ½ panjangnya, sedangkan yang jantan lebih

kecil
c. Pedikulosis Pubis
Etiologi dari Pedikulosis Pubis adalah Phthirus pubis. Kutu ini juga mempunyai 2 jenis
kelamin, yang betina lebih besar daripada yang jantan. Panjangnya sama dengan lebarnya
yaitu 1 -2 mm.
2.1.3. Patofisiologi
P. Humarus var. capitis dan p. Humarus var.carporis adalah penyebab dari Infeksi
kulit parasitik pedikulosis. P. Humarus var.capitis dan P. Humarus var.carporis berkembang
biak sesuai dengan siklus hidup tuma yaitu telur, larva, nimpa dan akhirnya tumbuh dewasa.
Pada saat bertelur (nits) mereka akan berada disepanjang rambut dan mengikuti tumbuhnya
rambut manusia dan cara penularan mereka adalah melalui kontak langsung dan tidak
langsung. Pada masa siklus nimpa, mereka akan turun ke dasar rambut kemudian berkembang
biak menjadi dewasa dan mengeluarkan sekret yang dimasukkan ke dalam kulit sewaktu
menghisap darah, mengakibatkan timbulnya rasa gatal yang hebat dan adanya rasa panas
dikulit kepala. Akibat garukan tersebut maka akan timbul kelainan kulit lainnya seperti erosi,
ekskotiasi dan infeksi sekunder. Hal tersebut dapat menyebabkan berbagai komplikasi
diantaranya Pioderma ( infeksi kulit yang terbebtuk pus ) dan terdapat pembesaran kelenjar
getah bening.
Pedikulosis Pubis disebabkan oleh phthirus pubis yang dalam siklus hidupnya
mengalami morfologi yaitu telur, larva, nimpa dan tumbuh menjadi kutu dewasa. Kutu

tersebut masuk melalui kulit / folikel rambut dan menghisap darah dengan mengeluarkan
saliva yang dapat mengubah bilirubin menjadi biliverdin. Hal tersebut menimbulkan makula
pada tubuh, paha, ketiak yang berwarna coklat kemerahan disebut juga makula scrulae
sehingga mengakibatkan rasa gatal yang hebat. Timbullah lesi yang diakibatkan dari garukan

dan adanya bercak hitam yang twerdapat pada celana dalam akibat krusta. Pada akhirnya
mengakibatkan infeksi sekunder dengan pembesaran KGB regional.
Cara penularan :
a. Pedikulosis Capitis
Pada lingkungan yang padat, anak-anak, cara penularannya melalui benda perantara,
misalnya : sisir, bantal, kasur, topi, sikat rambut, wig, bantal dan sprei.
b. Pedikulosis Corpotis
Pada orang dewasa dengan hygiene yang buruk (jarang mandi/ganti pakaian), cara
penularannya dapat melalui pakaian maupun kontak langsung.
c. Pedikulosis Pubis
Pada orang dewasa, PMS serta mengenai jenggot dan kumis, pada anak-anak pada alis /
bulu mata. Cara penularannya umumnya kontak langsung, hubungan seks atau dengan
benda seperti pakaian, handuk dan sprei.
2.1.4 Manifestasi Klinis
a. Rasa gatal yang hebat terutama daerah oksiput, temporal dan pubis.

b. Rasa panas di sekitar kulit kepala
c. Pruritis
d. Eritema, iritasi dan infeksi sekunder akibat garukan.
e. Kulit kering dan bersisik dengan daerah-daerah yang berpigmen serta berwarna gelap.
f. Ditemukan kutu atau telur kutu.
g. Rambut akan bergumpal, berbau busuk akibat banyaknya pus dan krusta.
h. Pembesaran kelenjar getah bening regional.
i. Adanya kelainan di kulit berupa garis-garis bekas garukan dan bintik-bintik kemerahan
yang kecil dan khas.
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang
a.
Anamnesis
Riwayat keluhan penderita, riwayat adanya penyakit yang sama pada keluarga.
b.
Pemeriksaan fisik
- Ditemukan telur/kutu dengan pemeriksaan secara seksama terutama apabila dicari di
daerah oksiput dan temporal.
- Telur berwarna abu-abu dan berkilat.
- Adanya lesi akibat garukan dan kelainan kulit.
- Pembesaran kelenjar getah bening regional.

c.
Pemeriksaan mikroskop
- Ditemukan telur kutu yang menempel pada batang rambut.
- Ditemukan kutu dan telur pada serat kapas pakaian.
2.1.6

Penatalaksanaan
a. Pedikulosis Capitis
Pengobatan yang dianggap terbaik ialah malathion 0,5% atau 1% dalam bentuk lasio
atau spray.
Cara pemakaian : malam sebelum tidur cuci rambut dengan shampo kemudian
oleskan losio malathion dan tutup kepala dengan kain. Keesokan harinya cuci rambut
dengan shampo lalu disisir dengan serit. Pengobatan dapat diulang lagi seminggu
kemudian jika masih terdapat kutu atau telur kutu.
- Pengobatan lain dan cukup efektif ialah krim gameksan 1%.
Cara pemakaian : setelah dioleskan dan didiamkan selama 12 jam, cuci dan sisir
rambut dengan serit agar semua kutu dan telur terlepas. Jika masih terdapat telur,

-


-

-

seminggu kemudian diulangi dengan cara yang sama. Obat lain ialah emulsi benzil
benzoat 25%, dipakai dengan cara yang sama.
Pada keadaan infeksi sekunder berat, sebaiknya rambut dicukur, diobati dengan
antibiotik sistemik dan topikal, preparat antipruritus, lalu disusul dengan obat di atas
dalam bentuk shampo.
Semua barang, pakaian, handuk dan perangkat tempat tidur yang bisa mengandung
tuma atau telurnya harus dicuci dengan air panas, sedikitnya dengan suhu 54 oC atau
dicuci kering (dry cleaning) untuk mencegah infeksi silang.
Perabot, permadani dan karpet yang berbulu halus sering dibersihkan dengan alat
vacum cleaner.
Sisir dan sikat rambut juga harus didesinfeksi dengan shampo.
Semua anggota keluarga dan orang yang berhubungan erat dengan pasien harus
diobati.

b.


Pediculosis Corporis
- Dengan menggunakan krim gamekson 1% yang dioleskan tipis di seluruh tubuh dan
didiamkan 24 jam, setelah itu mandi, jika belum sembuh diulangi 4 hari kemudian.
- Pengobatan lain ialah emulsi benzil benzoat 25% dan bubk malathion 2%.
- Pakaian direbus atau disetrika untuk membunuh telur dan kutu.
- Jika terdapat infeksi sekunder, obati dengan antibiotik sistemik dan topikal.
c.
Pediculosis Pubis
- Harus dicari penyakit menular seksual lain yang mungkin menyertai pedikulosis
pubis sering diderita bersamaan dengan PMS lain, seperti gonorrhea, trikomoniasis,
skabies, kandidosis dan sifilis.
- Pasangan seks atau anggota keluarga harus diperiksa jika perlu diobati.
- Pakaian dalam, handuk dan sprei dicuci dengan air panas dan disetrika, atau jangan
dipakai sedikitnya selama 3 hari.
- Shampo gameksan (Lindare) 1% yang dioleskan selama 4 menit kemudian dicuci.
- Krim permithrin 1 % yang dioleskan selama 10 menit kemudian dicuci.
- Salep mata oklusif pada tepi kelopak mata, 2 kali sehari selama 10 hari.
- Salep mata fisostigmin 0,25%, 4 kali sehari selama 3 hari.
- Sebaiknya rambut kelamin dicukur.
- Setelah 1 minggu dilakukan evaluasi, bila masih ditemukan kutu atau telurnya pada

pangkal rambut, maka therapi harus diulang. Untuk rasa gatal yang menetap karena
sensitasi, dapat diberikan anti inflamasi ringan seperti krim hidrokortison 1%, 2 kali
sehari.

Pendidikan kesehatan pada klien pedikulosis
- Adanya penyuluhan dan penjelasan bahwa tuma dapat menjangkit setiap orang dan
keadaan ini menyebar dengan cepat dan terapinya harus segera dimulai.
- Anjurkan kepada masyarakat untuk tidak memakai sisir, sikat rambut dan topi yang
sama.
- Perlunya penyuluhan mengenai hygiene perorangan dan cara-cara pencegahan /
mengendalikan infestasi kutu.
- Untuk pasien dan pasangan seksualnya, harus dilakukan pemeriksaan diagnostik
terhadap penyakit menular seksual.

2.1.7

Komplikasi
a.
Pruritus yang hebat


b.
c.
d.

Pioderma
Dermatitis
Pembesaran kelenjar getah bening.

B.
1.

Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Pedikulosis
Pengkajian
a. Data biografi (nama, umur, pekerjaan, alamat, dll)
b. Riwayat kesehatan lalu
- Riwayat personal hygiene yang buruk
- Sering berganti pakaian secara bersama-sama
- Penyakit menular seksual : sifilis, gonorrhea.
c. Riwayat kesehatan keluarga
- Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama, sehingga penularan
penyakit dapat terjadi.
- Keluarga / pasangan yang menderita PMS
- Hygiene anggota keluarga yang buruk.
d. Riwayat kesehatan sekarang
Gejala : mungkin cemas, ketakutan dan khawatir, menarik diri.
Tanda : gelisah, pucat, kurang percaya diri

2.

Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman & nyeri : gatal b.d adanya gigitan kutu disertai pengeluaran lendir.
b. Kerusakan integritas kulit b.d adanya lesi akibat garukan.
c. Gangguan konsep diri : HDR b.d perubahan gambaran diri.
d. Resiko penyebaran infeksi b.d kerusakan pertahanan primer
e. Kurang pengetahuan mengenai proses penyakit, perawatan dan prosedur pengobatan b.d
kurangnya informasi.

3.

Intervensi
a. Dx. 1 Gangguan rasa nyaman & nyeri : gatal b.d adanya gigitan kutu disertai pengeluaran
lendir
Tujuan
: setelah dilakukan intervensi, rasa nyeri klien berkurang
KH
: - Klien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 0-1
- Klien tampak rileks
- Gatal (-)
Intervensi :
1) Kaji keluhan nyeri / gatal, lokasi, frekuensi, intensitas (skala) dan waktu
R/ dengan mengkaji keluhan nyeri / gatal dapat diperoleh data yang dibutuhkan
untuk intervensi selanjutnya.
2) Observasi petunjuk non verbal gatal, misal : menggaruk, ekspresi wajah.
R/ Rasa gatal merupakan petunjuk non verbal dapat membantu mengevaluasi rasa
gatal dan keefektifan perawatan.
3) Ajarkan klien untuk melakukan tehnik mengurangi nyeri / gatal : relaksasi dan distraksi,
terutama bila keluhan gatal timbul.
R/ tehnik relaksasi dan distraksi dapat mengurangi nyeri / gatal.
4) Berikan pendkes tentang efek menggaruk dengan benar daerah yang nyeri / gatal,
misalnya dengan menggaruk dengan ujung jari kuku dan garukan yang keras,
melainkan dengan permukaan kuku-kuku jari dan garukan perlahan.
R/ dengan adanya pendkes dapat mencgah terjadinya infeksi yang lebih akut serta
erosi.

5)
6)
7)
8)

Anjurkan pada klien untuk menggunakan sarung tangan kain lembut
R/ sarung tangan kain yang lembut dapat mengurangi iritasi akibat garukan.
Bersihkan kutu / telur pada batang rambut menggunakan sisir yang rapat.
R/ mengurangi rasa gatal akibat gigitan kutu.
Kolaborasi dalam pemberian analgetik jika perlu
R/ analgetik dapat mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi dalam pemberian obat antipruritus (anti gatal)
R/ anti pruritus dapat mengurangi rasa gatal.

b.

Dx. 2 Kerusakan integritas kulit b.d adanya lesi akibat garukan.
Tujuan : setelah dilakukan intervensi, integritas kulit klien kembali utuh.
KH
: - Lesi (-)
- Iritasi (-)
- Pruritus (-)
- Erosi (-)
- Eritema (-)
- kulit lembut dan elastis.
Intervensi :
1) Kaji keadaan kulit, warna, turgor kulit dan sirkulasi
R/ menentuan data dasar untuk melakukan intervensi selanjutnya.
2) Anjurkan kepada klien untuk mempertahankan hygiene kulit, misal dengan mandi
menggunakan sabun antiseptik, kemudian mengeringkannya secara hati-hati dan
menggunakan lotion serta melakukan massase.
R/ mempertahankan kebersihan karena kulit yang kering dapat menjadi barier infeksi. Pembasuhan kulit kering sebagai ganti menggaruk menurunkan
resiko trauma dermal pada kulit yang kering / rapuh. Massase meningkatkan sirkulasi
kulit dan meningkatkan kenyamanan.
3) Anjurkan klin untuk menggunting kuku secara teratur
R/ kuku yang panjang / kasar meningkatkan resiko kerusakan dermal akibat garukan.
4) Tutup luka dengan pembalut steril apabila lukanya besar lerosi, okskariasi dan infeksi
sekunder.
R/ dapat mengurangi kontaminasi bakteri dan meningkatkan proses penyembuhan.
5) Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan topikal / sistemik sesuai indikasi.
R/ oabt-obatan topikal dapat meningkatkan penyembuhan lesi dan
menghindari
kontaminasi silang.
6) Kolaborasi dalam pemberian obat penghilangan kutu (pedytox, grimekson)
R/ pemberian obat menghilang kutu dapat mengurangi kerusakan integritas kulit
karena penyebab kerusakan integritas kulit berkurang / hilang.
7) Kolaborasi dalam pemberian bedak / lotion antiseptik
R/ bedak / lotion antiseptik dapat mengurangi kerusakan integritas kulit.

c.

Dx. 3 Gangguan konsep diri : HDR b.d perubahan gambaran diri
Tujuan : setelah dilakukan intervensi konsep diri klien kembali meningkat
KH
: - Percaya diri klien meningkat
- Menarik diri (-)
- Koping individu klien efektif
- Klien dapat berinteraksi sosial dengan baik.
Intervensi :
1) Bina hubungan saling percaya saat merawat klien
R/ dengan terbinanya hubungan saling percaya dapat memudahkan
intervensi
selanjutnya.
2) Kaji perasaan yang dialami oleh klien tentang perubahan gambaran tubuhnya.
R/ mengetahui sejauh mana perasaan klien terhadap perubahan gam-baran tubuhnya.
3) Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaannya dengan pertanyaan terbuka

4)

5)
6)

7)

R / perasaan citra diri yang negatif dapat menunjukkan adanya kekecewaan akibat
perubahan citra diri yang dialaminya dan membantu klien untuk menerima masalahnya.
Upayakan lingkungan yang aman dan tenang
R/ lingkungan yang tenang dapat menurunkan kecemasan klien yang berdampak
pada konsep diri klien.
Jelaskan pada klien tentang perubahan yang terjadi pada dirinya.
R/ dengan adanya informasi yang adekuat dapat mengurangi keemasan klien.
Anjurkan adanya keberadaan anggota keluarga atau orang terdekat di samping klien.
R/ berguna untuk memberikan dukungan kepada klien dan meningkatkan support
sistem klien.
Berikan penguatan positif terhadap upaya-upaya yang dilakukan klien, beri sentuhan
dan kata-kata yang menyejukkan sebagai penguatan.
R/ meningkatkan percaya diri individu terhadap
kemampuan
sendiri
untuk
mengatasi masalah yang dialami oleh klien.

d.

Dx. 4 Resiko penyebaran infeksi b.d kerusakan pertahanan primer
Tujuan : setelah melakukan intervensi, penyebaran infeksi tidak terjadi
KH
: - Tanda-tanda infeksi (-) (tumot (-), rubor (-), kalor (-), dolor (-), fungsiolaesa(-)
- TTV dalam batas normal : suhu 36,1-37oC
- Tidak adanya kutu maupun telur kutu pada klien.
Intervensi :
1) Kaji tanda-tanda infeksi (tumor, rubor, kalor, dolor, fungsiolaesa)
R/ menentukan data dasar untuk melakukan intervensi selanjutnya
2) Anjurkan pentingnya tehnik cuci tangan yang baik untuk semua individu yang kontak
dengan pasien.
R/ mencegah kontaminasi silang, menurunkan resiko infeksi
3) Anjurkan klien untuk mencuci dengan air panas, sedikitnya dengan suhu 54 oC atau
dicuci kering (dry cleaning) semua barang, pakaian, handuk, perangkat tempat tidur.
R/ mencegah kontaminasi silang, mencegah terpajan dari organisme infeksius.
4) Anjurkan klien untuk tidak menggunakan sisir, pakaian, bantal, handuk (alat tenun)
secara bergantian
R/ untuk mengurangi kontaminasi silang
5) Batasi pengunjung, jelaskan prosedur isolasi terhadap pengunjung bila perlu
R/ mencegah kontaminasi silang pada pengunjung masalah resiko infeksi harus
seimbang melawan kebutuhan pasien untuk dukungan keluarga dan sosialisasi.
6) Anjurkan kepada klien untuk tidak bergonta-ganti pasangan seks
R/ gonta-ganti pasangan seks dapat menyebabkan infeksi silang karena adanya kontak
langsung
7) Anjurkan klien untuk mencukur atau mengikat rambut di sekitar area yang terdapat
kutu.
R/ rambut media yang baik untuk pertumbuhan kutu.
8) Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan topikal (salep), shampo gameksan, krim.
R/ dapat mengurangi dan menghambat pertumbuhan kutu.

e.

Dx. 5 Kurang pengetahuan mengenai proses penyakit, perawatan dan prosedur pengobatan
b.d kurangnya informasi
Tujuan : pengetahuan klien dan keluarga meningkat setelah dilakukan intervensi
KH
: - Klien dan keluarga dapat memahami tentang proses penyakit, perawatan
dan pengobatan.
- Klien terlihat kooperatif dalam pengobatan /berpartisipasi

-

Klien terlihat tidak bertanya-tanya lagi
Klien melakukan tindakan benar dan dapat menjelaskan alasannya
Klien melakukan perubahan pola hidup.

Intervensi :
1) Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya.
R/ mengetahui sejauh mana klien mengerti mengenai penyakitnya dan prosedur
pengobatan
2) Diskusikan tentang diagnosa penyakit dan cara perawatan berikutnya
R/ menambah pengetahuan klien mengenai penyakitnya
3) Diskusikan tentang pengobatan, nama, jadwal, tujuan, dosis dan efek sampingnya
R/ memberi struktur dan mengurangi ansietas pada waktu menangani proses
penyakitnya.
4) Anjukan klien untuk mengekspresikan perasaannya
R/ mengetahui sejauh mana perasaan klien terhadap penyakitnya.
5) Beri kesempatan klien untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami
R/ mengetahui sejauh mana tingkat pengetahun dan pemahaman klien tentang proses
penyakit, perawatan dan pengobatan.
6) Jelaskan pada klien mengenai proses penyakit dan cara pemakaian obat serta efek
samping yang ungkin timbul.
R/ memberikan informasi untuk membentuk klien dalam memahami dan mengatasi
situasi
7) Berikan pendkes mengenai proses penyakitnya, perawatan dan pengobatan, misalnya
meningkatkan personal hygiene.
R/ peningkatan pengetahuan pada klien dapat meminimalkan terjadinya komplikasi.
8) Evaluasi klien dalam pemahaman klien mengenai proses penyakit, perawatan dan
prosedur pengobatannya.
R/ pemantauan sendiri meningkatkan pemahaman klien dalam pemeliharaan
kesehatan dan mencegah terjadinya komplikasi.
4.

Evaluasi
a. Rasa nyaman, nyeri dan gatal klien hilang / terkontrol.
b. Integritas kulit klien utuh.
c. Konsep diri klien adekuat.
d. Penyebaran infeksi tidak terjadi.
e. Pengetahuan klien bertambah.

MAKALAH
ASKEP KUTU KELAMIN (PEDIKULOSIS)

Untuk memenuhi tugas reproduksi 2

Disusun oleh :
1. MADINATUS SYUKRIA
2. RIZKYATUL ASKIAH
3. RUDY ANANG KRISTIONO

2015 02 078
2015 02 093
2015 02 094

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
2018