Tugas Makalah Dan Psikologi Pendidikan

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha
Esa, karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini
yang membahas
mengenai “Pengaruh Lingkungan Pendidikan Madrasah
Terhadap Psikologi Remaja di MA Al-Washliyah 12
Perbaungan.”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas akhir
semester mata pelajaran sosiologi. Penulis memberikan suatu
pemahaman
yang
berguna
untuk
pembaca.
Serta
mengembangkan minat untuk mempelajarinya.

Harapan penulis semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
siswa/i MA Al-Washliyah 12 Perbaungan, yang mudah-mudahan
berkenan Di hati ibu selaku guru pembimbing mata pelajaran
sosiologi. Penulis menyadadari bahwa makalah ini jauh dari

sempurna maka dari itu penulis mohon maaf apabila ada
kesalahan dan kekurangan dalam pembuatan makalah ini.

Perbaungan, 12 Desember 2016
Penulis

PENGESAHAN
Perbaungan, 12 Desember 2016
Hal : Paper NUR KHOLIDA
Lamp

:-

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan hormat,
Setelah membaca, meneliti dan memberikan saran-saran
perbaikan terhadap paper Nur kholida yang berjudul “Pengaruh
Lingkungan Pendidikan Madrasah Terhadap Psikologi
Remaja di MA Al-Washliyah 12 Perbaungan.”, maka kami
berpendapat bahwa paper ini sudah dapat diterima untuk

disahkan dalam pemenuhan tugas bidang study sosiologi /
Madrasah Aliyah Al-Washliyah 12 Perbaungan.
Demikianlah kami sampaikan, semoga paper ini dapat
bermanfaat bagi peserta didik lainnya, agama, nusa dan bangsa
serta atas kerjasama yang baik dengan ucapan terimakasih.
Wassalam
Mengetahui
pembimbing
Kepala Madrasah Alwashliyah 12
Sosiologi

Guru
Mata Pelajaran

(JUMAIN S.PdI)
MUHABBAH, S.PdI)

(RIZUL

ABSTRAK


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................
PENGESAHAN.........................................................................
ABSTRAK................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................
BAB I
- PENDAHULUAN....................................................................
1.1.Latar Belakang.................................................................
1.2. Penegasan Istilah............................................................
1.3 Rumusan Masalah............................................................
1.4 Tujuan dan Manfaat Masalah...........................................
BAB II
- LANDASAN TEORITIS............................................................
2.1 Pengertian psikologi pendidikan.....................................
2.2 Ruang lingkup psikologi pendidikan................................
2.3 Sejarah perkembangan psikologi pendidikan..................
2.4 Aliran-aliran psikologi pendidikan...................................
2.5 Metode metode psikologi pendidikan..............................
2.6 Hubungan psikologi pendidikan dengan konseling pendidikan

BAB III
- METODOLOGI PENELITIAN...................................................
3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian...............................................
3.2 Objek Penelitian atau populasi.........................................

3.3 Sumber data....................................................................
3.4 Teknik Pengambilan sampel............................................
3.5 Metode Penelitian Dan Analisis Data................................
3.6 Alat Pengumpulan Data...................................................
BAB IV
-PEMBAHASAN ANALISIS DATA...............................................
4.1 Persentase Pertanyaan....................................................
4.2 Tabulasi Data X (Bebas)...................................................
4.3 Tabulasi Data Y (Terikat).................................................
4.4 Tabulasi Data Variabel (X,Y)............................................
4.5 Koefsien Korelasi............................................................
4.6 Sistematika Pembahasan.................................................
4.7 Quisioner.........................................................................
BAB V
-PENUTUP..............................................................................

5.1 Kesimpulan......................................................................
5.2 Kritik dan Saran...............................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar belakang

Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap
proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan.
Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan yang
berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar. Adanya kaitan
yang sangat kuat antara psikologi pendidikan dengan tindakan
belajar.Karena itu, tidak mengherankan apabila beberapa ahli
psikologi pendidikan menyebutkan bahwa lapangan utama studi
psikologi pendidikan adalah soal belajar. Dengan kata lain,
psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada persoalanpersoalan yang berkenaan dengan proses dan faktor-faktor yang

berhubungan dengan tindakan belajar.
Untuk
memperjelas
pertimbangan-pertimbangan
psikologi
pendidikan
yang melibatkan peserta didik ,berikut ini
diketengahkan uraian tentang pengertian epsikologi pendidikan
dan ruang lingkup pskikologi pendidikan,perkembangan psikologi
pendidikan,aliran-aliran
psikologi
pendidikan,metode-metode
psikologi pendidikan dan hubungan psikologi pendidikan dengan
bimbingan konseling.
1.2. Penegasan Istilah
Pengaruh lingkungan sekolah terhadap psikologi remaja dalam
pendidikan, dapat diuraikan beberapa istilah yang ada di
dalamnya sebagai berikut:
 Pengaruh : Daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang,
benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau

perbuatan seseorang.
 Lingkungan sekolah : Antara kekuatan masyarakat serta
sebagai sistem individu atau kelompok manusia yang
memengaruhi tingkah laku mereka dan interaksi antara
mereka.

 Psikologi : Ilmu yang berkaitan dengan proses mental baik
normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada perilaku,
ilmu pengetahuan tentang gejala dan kegiatan jiwa.
 Pendidikan : Suatu proses, suatu aktivitas, dan suatu
rangsang yang diarahkan kepada memprodusir perubahanperubahan tingkah laku dari seseorang yang diinginkan
sesuai dengan tujuan-tujuan yang diinginkan.
 Remaja : Mulai dewasa sudah sampai umur sekitar 13-18
tahun.
1.3.

Rumusan Masalah

a)


Apa defnisi dari psikologi pendidikan?

b)

Bagaimana sejarah perkembangan psikologi pendidikan?

c)

Apa saja aliran-aliran psikologi pendidikan?

d)

Apa saja metode-metode psikologi pendidikan ?

e) Bagaimana hubungan psikologi pendidikan dengan
bimbingan konseling ?
1.4.

Tujuan dan Manfaat


Penulisan makalah ini memiliki tujuan :
a)

defnisi psikologi pendidikan

b)

Memahami sejarah perkembangan psikologi pendidikan

c)

Memahami aliran-aliran psikologi pendidikan

d)

Memahami metode-metode psikologi pendidikan

e) Memahami hubungan psikologi pendidikan dengan
bimbingan konseling
Penulisan makalah ini memiliki manfaat :

a)

Untuk Mempelajari Situasi Dalam Proses Pembelajaran

b)

Untuk Penerapan Prinsip-prinsip Belajar Mengajar

BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1 Pengertian Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan merupakan bagian dari psikologi yaitu
psikologi yang menghubungkan tingkah laku individu dan
pendidikan .psikologi pendidikan selain mempelajari tingkah laku
individu yang khusus terdapat pada situasi pendidikan,psikologi
ini juga mempelajari segi-segi perbedaan individual dalam
bertingkahlaku dalam situasi pendidikan serta berupaya untuk
mencari cara untuk mengatasi perbedaan-perbedaan tersebut
sehingga psikologi ini dapat diterapkan secara efektifdalam
bidang pendidikan .

Menurut Lesrer D Crow and alice crow Psykologi is the
sciense of psychology concern with the learning experience of on
individual thorought his live
. Dengan demikian psikologi
pendidikan
dapat
didefnisikan
sebagai
psikologi
yang
menerapakan dan mengembangkan prinisp-prinsip ,teori teori
dan teknik-tehnik yang berkaitan dengan pelaksanaan belajar
mengajar yang memadai sehingga guru dapat membantu dan
mengarahkan perkembangan murid-muridnya kearah sasaran
yang tepat dan yang maksimal.
2.2. Ruang Lingkup psikologi pendidikan
a) Anak pada hakikat dan perkembangannya temasuk
kemungkinan perbedaan-perbedaan individualitasnya

b) Belajar, jenis dan prosesnya termasuk prinsip-prinsip dan
faktor yang mempengaruhi efesiennya
c) Mengajar dan prisip-prinsipnya serta kondisi dan situasinya
yang dapat mendatangkan efesiensi dan efektiftas belajar dalam
rangaka mengembangkan potensi-potensi anak didik secara
maksimal.
2.3 Sejarah Singkat Perkembangan Psikologi Pendidikan
Sebelum lahir sebagai ilmu yang berdiri sendiri, psikologi sangat
kental dipengaruhi oleh flsafat dan ilmu pengetahuan
alam.Psikologi pada saat dipengaruhi oleh flsafat, seperti Rane
Descartes memandang manusia sebagai mempunyai dua unsur
yang tidak dapat dipisahkan, yaitu “jiwa dan raga”.Hubungan
antara jiwa dan raga saling mempengaruhi sebab adanya kelenjar
pinealis yang terdapat dalam otak.Namun, pada saat psikologi
berada di bawah pengaruhi ilmu pengetahuan alam, psikologi
diterangkan secara kausal, dan psikologi dihubungkan dengan
fsiologi.
Psikologi mulai menampakkan perkembangan dan kemajuan yang
agak pesat ketika awal abad XIX.Pada waktu itu, banyak ahli yang
aktif melakukan penelitian dibidang fsika, fsiologi dan kimia
yang dihubungkan dengan reaksi-reaksi manusia pada kondisi
tertentu.Perkembangan psikologi yang modern ketika itu sangat
erat
kaitannya
dengan
eksperimen-eksperimen
yang
berhubungan
dengan
pengalaman-pengalaman
inderawi
(sensasi).
Psikologi mulai mandiri dan berdiri sebagai disiplin ilmu tersendiri
pada tahun 1879, yang dipelopori oleh Wilhelm Wundt yang
merupakan seorang yang berkebangsaan jerman yang juga
seorang dokter, flsuf dan seorang ahli fsika.Wilhelm Wundt
mendirikan sebuah laboratorium psilokogi pertama di Leipzing
jerman.Beliau banyak melakukan eksperimen tentang prosesproses kesadaran,meliputi penginderaan dan perasaan. Oleh

karena itu, beliau mendefenisikan psikologi sebagai “ilmu yang
mempelajari tentang pengalaman sadar” (the scienceof conscious
experience).
Wundt dalam eksperimennya menyelidiki tiga masalah utama
yang menjadi pusat perhatiannya, yaitu :
1)

Proses kesadaran serta unsur-unsur yang membentuknya,

2)

Cara unsur-unsur itu saling berhubungan dan,

3)
Menentukan hokum atau aturan dari hubungan unsur –
unsur tersebut (Nana Sudjana, 1991).
Teori Wundt, didasarkan pada teori atom dalam ilmu kimia,
Wundt beranggapan bahwa mempelajari psikologi menyangkut
telaah unsur-unsur dasar atau atom-atom terhadap dasar
pengalaman mental manusia, dalam eksperimennya Wundt
menggunakan metode intropeksi dalam menentukan dan
menganalisis unsur-unsur pengalaman manusia. Beliau sangat
memusatkan perhatiannya pada proses persepsi, sensasi dan
pengalaman mental manusia terhadap rangsangan-rangsangan
yang diterimanya, hal ini dilakukannya mengetahui cara atau
proses berpikir manusia.
Upaya-upaya yang bersifat semi ilmiah dipelopori oleh para
pendidik, seperti Pestalozzi, Herbart, Frobel dan sebagainya.
Mereka
itu
sering
dikatakan
sebagai
pendidik
yang
mempsikologikan pendidikan, yaitu dalam wujud upaya
memperbaharui pendidikan dengan melalui bahan-bahan yang
sesuai dengan tingkat usia, metode yang sesuai dengan bahan
yang diajarkan dan sebagainya, dengan mempertimbangkan
tingkat-tingkat usia dan kemampuan anak didik. Pestalozzi
misalnya, dengan upayanya itu kemudian sampai pula pada pola
tujuan pendidikannya, yang disusun dengan “bahasa” psikologi
pendidikan; dikatakan olehnya bahwa tujuan pendidikan adalah
tercapainya perkembangan anak yang serasi mengenai tenaga

dan daya-daya jiwa. Adapun Frobel Menyatakan bahwa tujuan
pendidikan
adalah
terwujudnya
kepribadian
melalui
perkembangan sendiri, akativitas dan kerja sama social dengan
semboyan “belajar sambil bekerja”. Herbart bahkan telah
menyusun pola rangkaian cara menyampaikan bahan pelajaran,
berturut-turut: persiapan, penyajian, asosiasi, generalisasi dan
aplikasi. Tentu saja sifat dan luasnya usaha yang mereka hasilkan
dan sumbangkan sesuai dengan zamannya, yaitu bahwa psikologi
sebenarnya pada zaman itu belum berdiri sebagai ilmu
pengetahuan yang otonom.
Akhir abat 19 penelitian-penelitian dalam lapangan psikologi
pendidikan secara ilmiah sudah semakin maju. Di Eropa
Ebbinghaus mempelajari aspek daya ingatan dalam hubungannya
dengan proses pendidikan. Dengan penelitiannya itu misalnya
terkenallah Kurve Daya Ingatan, yang menggambarkan, bahwa
kemampuan mengingat mengenai sejumlah objek kesankesannya semakin lama semakin berkurang (menurun), akan
tetapi tidaklah hilang sama sekali.
Pada awal abad 20 pemerintah Prancis merasa perlu untuk
mengetahui prestasi belajar para pelajar, yang dirasa semakin
menurun.Pertanyaannya yang ingin dijawap, apakah prestasi
belajar itu semata-mata hanya tergantung pada soal rajin dan
malasnya si pelajar, ataukah ada factor kejiwaan atau mental
yang ikut memegang peranan. Maka untuk memecahkan problem
itu ditunjuklah seorang ahli psikologi yang bernama Alfred Binet,
Dengan bantuan Theodore Simon, mereka menyusun sejumlah
tugas yang terbentuk dalam sebuah tes baku untuk mengetahui
inteligensi para pelajar. Tes ini kemudian dikenal dengan tes
Inteligensi.Tes inteligensi Binet-Simon ini sangat terkenal, yang
kemudian banyak dipakai di Amerika Serikat, yang di negri itu
mengalami
revisi
berkali-kali
untuk
mendapat
tingkat
kesesuaiannya dengan masyarakat atau orang-orang Amerika. Di

antara para ahli yang mengambil bagian dalam revisi-revisi itu
misalnya : Stern, Terman, Merril dan sebaagainya.
Perlu juga diketahui, bahwa laboratorium ciptaan Wundt di Leipzig
juga tidak hanya melakukan aktivitas penelitian yang bersifat
“psikologi umum”, melainkan juga memegang peranan dalam
psikologi pendidikan.Banyak orang Amerika yang belajar di
Leipzig
kepada
Wundt.Akibatnya
setelah
mereka
mengembangkan psikologi itu di negaranya, termasuk psikologi
pendidikan.Terkenallah psikologi pendidikan di Amerika misalnya
Charles
H.
Judd,
E.L.
Thorndike,
B.F.
Skinner
dan
sebagainya.Orang-orang ini sangat besar pengaruhnya terhadap
pendidikan di Amerika Serikat. Terutama E.L. Thorndike, sehingga
ia dipandang sebagai Bapak Psikologi Pendidikan di Amerika
Serikat. Menurut seorang pakar psikiatri dan psikologi Amerika
Serikat yang bernama Perry London, yang telah meneliti tentang
penggunaan
jasa
psikologi
di
Amerika
Serikat,
yang
menggunakan jasa psikologi bagi lapangan-lapangan tertentu
adalah : 25% merupakan para pendidik, 25% ahli psikologi klinis
dan konsultan, 16% merupakan para peneliti psikologi sendiri,
sedang yang 34% tersebar pada lapangan atau pakar yang lain.
2.4. Aliran-Aliran psikologi pendidikan
a. Nativisme
Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan individu
ditentukan oleh faktor bawaan sejak lahir.Faktor lingkungan
kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan
anak.Oleh karena itu, hasil pendidikan ditentukan oleh bakat yang
dibawa sejak lahir.Dengan demikian, menurut aliran ini,
keberhasilan belajar ditentukan oleh individu itu sendiri.
Nativisme berpendapat, jika anak memiliki bakat jahat dari lahir,
ia akan menjadi jahat, dan sebaliknya jika anak memiliki bakat
baik, ia akan menjadi baik. Pendidikan anak yang tidak sesuai

dengan bakat yang dibawa
perkembangan anak itu sendiri.

tidak

akan

berguna

bagi

Pandangan itu tidak menyimpang dari kenyataan. Misalnya,
anak mirip orangtuanya secara fsik dan akan mewarisi sifat dan
bakat orangtua, yang artinya pengakuan tentang adanya daya
asli yang telah terbentuk sejak manusia lahir ke dunia, yaitu
daya-daya psikologis dan fsiologis yang bersifat herediter, serta
kemampuan dasar lainnya yang kapasitasnya berbeda dalam diri
tiap manusia. Ada yang tumbuh dan berkembang sampai pada
titik maksimal kemampuannya, dan ada pula yang hanya sampai
pada titik tertentu. Misalnya, seorang anak yang berasal dari
orangtua yang ahli seni musik, akan berkembang menjadi
seniman musik yang mungkin melebihi kemampuan orangtuanya,
mungkin juga hanya sampai pada setengah kemampuan
orangtuanya.

2. Naturalisme
Naturalisme mempunyai pandangan bahwa setiap anak yang
lahir di dunia mempunyai pembawaan baik, namun pembawaan
tersebut akan menjadi rusak karena pengaruh lingkungan,
sehingga aliran Naturalisme sering disebut Negativisme.
Naturalisme memiliki tiga prinsip tentang proses pembelajaran
(M. Arifn dan Aminuddin R., 1992: 9), yaitu:
a. Anak didik belajar melalui pengalamannya sendiri. Kemudian
terjadi interaksi antara pengalaman dengan kemampuan
pertumbuhan dan perkembangan di dalam dirinya secara alami.
b. Pendidik hanya menyediakan lingkungan belajar yang
menyenangkan. Pendidik berperan sebagai fasilitator atau
narasumber yang menyediakan lingkungan yang mampu
mendorong keberanian anak didik ke arah pandangan yang positif
dan tanggap terhadap kebutuhan untuk memperoleh bimbingan

dan sugesti dari pendidik.Tanggung jawab belajar terletak pada
diri anak didik sendiri.
c. Program pendidikan di sekolah harus disesuaikan dengan minat
dan bakat dengan menyediakan lingkungan belajar yang
berorientasi kepada pola belajar anak didik. Anak didik secara
bebas diberi kesempatan untuk menciptakan lingkungan
belajarnya sendiri sesuai dengan minat dan perhatiannya.
Dengan demikian, aliran Naturalisme menitikberatkan pada
strategi pembelajaran yang bersifat paedosentris; artinya, faktor
kemampuan individu anak didik menjadi pusat kegiatan proses
belajar-mengajar secara mandiri.

3. Empirisisme
Anak yang lahir ke dunia seperti kertas putih yang bersih.
Kertas putih akan mempunyai corak dan tulisan yang digores oleh
lingkungan. Faktor bawaan dari orangtua (faktor keturunan) tidak
dipentingkan.Pengalaman diperoleh anak melalui hubungan
dengan lingkungan (sosial, alam, dan budaya).Pengaruh empiris
yang diperoleh dari lingkungan berpengaruh besar terhadap
perkembangan anak. Menurut aliran ini, pendidik sebagai faktor
luar memegang peranan sangat penting, sebab pendidik
menyediakan lingkungan pendidikan bagi anak, dan anak akan
menerima pendidikan sebagai pengalaman. Pengalaman tersebut
akan membentuk tingkah laku, sikap, serta watak anak sesuai
dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.
Misalnya: Suatu keluarga yang kaya raya ingin memaksa
anaknya menjadi pelukis. Segala alat diberikan dan pendidik ahli
didatangkan.Akan tetapi gagal, karena bakat melukis pada anak
itu tidak ada.Akibatnya dalam diri anak terjadi konfik, pendidikan
mengalami kesukaran dan hasilnya tidak optimal.

4. Interaksionisme
Manusia lahir di dunia ini telah memiliki bakat baik dan buruk,
sedangkan perkembangan manusia selanjutnya akan dipengaruhi
oleh lingkungan. Jadi, faktor pembawaan dan lingkungan samasama berperan penting. Manusia yang mempunyai pembawaan
baik dan didukung oleh lingkungan pendidikan yang baik akan
menjadi semakin baik. Sedangkan bakat yang dibawa sejak lahir
tidak akan berkembang dengan baik tanpa dukungan lingkungan
yang sesuai bagi perkembangan bakat itu sendiri. Sebaliknya,
lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan
anak secara optimal jika tidak didukung oleh bakat baik yang
dibawa anak.Dengan demikian, menganggap bahwa mendidik
sangat bergantung dan sangat perlu pada faktor pembawaan
atau bakat dan lingkungan.

5. Mengapa manusia perlu dididik.
Menurut John Locke (1632-1704) mengajarkan bahwa
perkembangan pribadi ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan,
terutama pendidikan.yang berkesimpulan bahwa tiap individu
lahir sebagai kertas putih, dan lingkungan itulah yang “menulisi”
kertas putih itu. Maka Manusia perlu dididik karena manusia
ditentukan oleh lingkungannya yang mempengaruhi manusia itu
sendiri, sejak ia lahir sampai ke liang lahat. Maka lingkungan akan
sangat berpengaruh terhadap proses pendidikan anak.

6. Mengapa pendidik harus berwibawa.
Sudah seharusnya setiap orang mengakui bahwa dirinya
adalah seorang guru/pendidik, yang harus memiliki jiwa pendidik
yang mendarah daging.Artinya, nilai-nilai pendidikan tidak
sekadar dihafal secara teoritis, tetapi telah menjadi bagian dari
perilaku dirinya, diantaranya kemampuan mengelola

pembelajaran atau mendidik peserta didik yang dapat
mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya.Pendidik sering
dianggap sebagai sosok yang memiliki kepribadian ideal.Oleh
karena itu, pribadi pendidik sering dianggap sebagai model atau
panutan (yang harus digugu dan ditiru).Di antaranya kepribadian
pendidik yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, berakhlak mulia, dan bersikap
demokratis dan terbuka terhadap pembaruan dan kritik.

7. Mengapa keluarga disebut lingkungan yang pertama dan
utama.
Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat
informal, yang pertama dan utama dialamai oleh anak serta
lembaga pendidikan yang bersifat kodrati, keluarga/orang tua
bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi, dan
mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik.
Disinilah proses pendidikan berawal, keluarga/orang tua adalah
guru pertama dan utama bagi anak. Orang tua adalah guru
agama, bahasa dan sosial pertama bagi anak, kenapa demikian?
Karena orang tua adalah orang yang pertama kali mengajarkan
anak berbahasa dengan mengajari anak mengucapkan kata ayah,
ibu, nenek, kakek dan anggota keluarga lainnya.Orang tua atau
keluarga adalah orang yang pertama mengajarkan anak bersosial
dengan lingkungan sekitarnya dan mampu mengarahkan,
membimbing dan mengembangkan potensi anak secara
maksimal pada tahun-tahun pertama kelahiran anak dimana anak
belum disentuh oleh lingkungan lain, dalam artian anak masih
suci.
8. Siapakah sebenarnya yang harus bertanggung jawab terhadap
pendidikan anak dikeluarga.
Orang tua yang bertanggung jawab terhadap pendidikan
anak dikeluarga, karena orang tua sebagai Pendidik dalam

keluarga yang berfungsi Sebagai pengalaman pertama masa
kanak-kanak, Menjamin kehidupan emosional anak, Menanamkan
dasar pendidikan moral, Memberikan dasar pendidikan sosialagama dan budaya, memelihara, merawat, melindungi, dan
mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik.

2.5 Metode-metode psikologi pendidikan
a. Metode Experimental
Istilah eksperimen (percobaan) dalam psikologi, dapat diartikan
sebagai suatu pengamatan secara teliti terhadap gejala-gejala
jiwa yang kita timbulkan dengan sengaja.Hal ini dimaksudkan
untuk menguji hipotesa pembuat eksperimen tentang reaksireaksi individu atau kelompok dalam situasi tertentu atau di
bawah kondisi tertentu.Jadi, tujuan metode eksperimen adalah
untuk mengetahui sifat-sifat umum dalam gejala
kejiwaan.Misalnya mengenai pikiran, perasaan, kemauan,
ingatan, dan lain sebagainya. (Shalahuddin,1990:23)
Kelebihan metode eksperimen adalah dapat melakukan
pengontrolan secara ketat terhadap faktor-faktor/variabelvariabel yang diperkirakan dapat “mencemari dan mengotori”
hasil penelitian. Metode ini menggunakan suatu prosedur
sistematik yang disebut sebagai eksperimental design (rancangan
eksperimen). Rancangan ini memiliki dua pengertian:

Adanya langkah-langkah sistematik seperti langkah-langkah
penelitian ilmiah:


Ada masalah (problem)



Kumpulan konsep/teori yang sesuai problem




Alternatif jawaban/hipotesis
Di uji secara empiris sesuai dengan data lapangan

• kesimpulan dan generalisasi. (Prabowo & Puspitasari dalam
Gunadarma,2002:12)
Menurut Robert E. Slavin dalam buku Psikologi Pendidikan Teori
dan Praktik, metode eksperimen dibagi menjadi dua, yaitu
metode eksperimen laboratorium dan eksperimen lapangan yang
diacak (Slavin,2008:21)

b. Metode Questionare
Metode ini adalah suatu rangkaian pertanyaan yang
berhubungan dengan topik-topik psikologis, sosial, pendidikan,
dan lain sebagainya yang ditunjukkan atau diberikan kepada
suatu kelompok individu, dengan objek untuk memperoleh data
dengan memperhatikan masalah-masalah tertentu yang kadangkadang juga dipakai untuk tujuan-tujuan diagnostik atau untuk
menilai ciri-ciri kepribadian.
Adapun keistimewaan metode ini antara lain adalah:


Tidak terlalu memakan biaya.


Bahwa dengan metode ini, dalam waktu yang relatif singkat
dapat mengumpulkan data yang banyak.

Adapun kelemahannya antara lain terletak pada kebenara
jawaban yang kadang-kadang menyangsikan.
(Shalahuddin,1990:25)
c. Metode Klinis
Menurut James Drawer dalam kamus “The Penguin Dictionary of
Psychology”, istilah “clinic” dapat diartikan sebagai tempat
diagnosa dan pengobatan berbagai gangguan, fsik,
perkembangan atau kelakuan.Dengan demikian metode klinis
ialah jenis metode dalam psikologi yang berusaha menyelidiki
sejumlah individu yang memiliki kelainan-kelainan secara teliti
dan intensif serta dalam batas waktu yang lama.
(Shalahuddin,1990:25)
Ada beberapa macam cara dalam metode klinis yang digunakan
untuk menyelesaikan masalah:
• Studi kasus klinis: digunakan untuk menyelesaikan masalah
disamping kesukaran belajar, gangguan emosional, juga untuk
masalah kenakalan remaja.
• Studi kasus perkembangan: digunakan untuk mengetahui
bagaimana jalannya perkembangan dari satu aspek ke aspek
tertentu. Contohnya bagaimana perkembangan anak umur 6-9
tahun sehingga kita dapat menentukan metode pengajaran
matematika yang tidak menimbulkan terlalu banyak kecemasan.
• Cara longitudinal: Penelitian ini dilakukan secara terus
menerus dalam janga waktu tertentu pada subjek yang sama,
pada contoh di atas kita mengamati anak tersebut dalam jangka
waktu 3 tahun (6-9 tahun).
• Cara cross sectional: Penelitian ini dilakukan dengan cara
memakai sampel-sampel yang mengawakili usia anak yang ingin
diteliti (misal pada contoh di atas, kita menggunakan sekelompok
anak usia 6;00 untuk mengetahui emosi anak usia 6;00,
sekolompok anak usia 6;06 untuk mengetahui emosi anak usia

6;06, sekelompok anak usia 7;00 untuk mengetahui emosi anak
usia 7;00, dan seterusnya sampai akhirnya kita ambil sampel dari
sekelompok anak usia 9;00 untuk mengetahui emosi anak usia
9;00. Dari kelompok-kelompok tersebut dapat diambil kesimpulan
perkembangan emosi setiap tingkat usia dapat disimpulkan
perkembangan emosi anak usia 6;00 sampai 9;00. Prabowo &
Puspitasari dalam Gunadarma,2002:10)
d. Metode Case Study
Metode case study atau study kasus adalah suatu catatan
tentang pengalaman seseorang, penyakit yang pernah diderita,
pendidikan, lingkungan, perawatan dan pada umumnya juga
semua fakta yang relevan untuk masalah-masalah tertentu yang
tersangkut dalam suatu kasus medis atau klinik.
Metode ini dapat berhasil dengan baik apabila observasi dan
pencatatan-pencatatan data-datanya dilakukan dengan sebaikbaiknya.Adapun yang di observasi dan dicatat adalah data
tingkah lakunya bukan interpretasi dari kelakuan tersebut.
(Shalahuddin,1990:26)
e. Metode Introspeksi
Merupakan metode penelitian dengan cara melakukan
pengamatan ke dalam diri sendiri yaitu dengan melihat keadaan
mental pada waktu tertentu. Metode ini dipakai dan
dikembangkan dalam disiplin psikologi oleh kelompok
strukturaklisme (Wilhem Wundt).Mereka mendefnisikan psikologi
sebagai ilmu yang mempelajari tentang pengalaman-pengalaman
sadar individu. Menurut mereka introspeksi dapat dipakai untuk
mengetahui proses mental yang sedang berlangsung pada diri
seseorang, sebagaimana pikiran, perasaan, motif-motif yang ada
pada dirinya pada waktu tertentu. Disini individu mengamati
proses mental, menganalisis, dan kemudian melaporkan perasaan
yang ada dalam dirinya. (Prabowo & Puspitasari dalam
Gunadarma,2002:9)

2.6 Hubungan Psikologi Pendidikan Dengan Bimbingan
Konseling
Hubungan bimbingan dan konseling dengan
pendidikan dan pembelajaran
Dalam proses pembelajaran siswa setiap guru mempunyai
keinginan agar semua siswanya dapat memperoleh hasil belajar
yang baik dan memuaskan. harapan tersebut seringkali kandas
dan tidak terwujut, karena banyak siswa tidak seperti yang
diharapkan. maka sering mengalami berbagai macam kesulitan
dalam belajr. untuk mengatasi masalah kesulitan belajar maka
bimbingan dan konseling dapat memberikan layanan dalam
bimbingan belajar, bimbingan sosial, dan bimbingan dalam
mengatasi masalah-masalah pribadi.
Bimbingan belajar
Bimbingan ini di maksudkan untuk mengatasi masalah-masalah
yang berhubungan dengan kegiatan belajar baik di sekolah
maupun diluar sekolah. bimbingan ini antara lain meliputi :
1.

cara belajar, baik secara kelompok maupun individual

2.

cara bagaimana merencanakan waktu dan kegiatan belajar

3.

efesiensi dalam menggunakan buku-buku pelajaran

4. cara mengatasi kesulitan-kesuitan yang berkaitan dengan
mata pelajaran tertentu
5.

cara, proses dan prosedur tentang mengikuti pelajaran
Bimbingan sosial

Dalam proses belajar dikelas siswa juga harus mampu
menyesuaikan diri dengan kehidupan kelompok. bimbingan sosial
ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam memecahakan

dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan
masalah sosial, sehingga terciptalah suasana belajar mengajar
yang kondusif.
Bimbingan dalam mengatasi masalah-masalah pribadi
Bimbingan dimaksudkan untuk membantu siswa dalam
mengatasi masalah-masalah pribadinya, yang dapat mengganggu
kegiatan belajarnya. siswa yang mempunyai masalah dan belum
dapat diatasi atau dipecahkan, akan cenderung mengganggu
konsentrasinya dalam belajar, akibat prestasi belaar yang di capai
rendah.

BAB III

A. JENIS-JENIS DAN LOKASI PENELITIAN
Kuantitatif yang berasal dari kualitatif dengan menggunakan
teknik ini, data dapat diubah menjadi angka yang dapat mewakili
setiap pendapat responden.
B. OBJEK PENELITIAN ATAU POPULASI
Populasi untuk penelitian ini adalah remaja di lingkungan
sekolah. Akan tetapi, mengingat heterogen-nya dari populasi 50
orang akan di ambil sampel dari 30 orang remaja di lingkungan
sekolah.
C. SUMBER DATA
Dari semua penelitian, sumber data yang diperoleh untuk
menyelesaikan tugas penelitian (tugas akhir semester) sosiologi
adalah:
- Lingkungan sekolah
- Buku Psikologi Pendidikan
- Buku Dinamika Dalam Psikologi Pendidikan Jilid 1 dan 2

BAB V
PENUTUP

KESIMPULAN
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa psikologi
pendidikan merupakan psikologi pendidikan yang berkaitan
dengan tujuan dan peraktek di sekolah yang menyebutkan
bahwa lapangan utama studi psikologi pendidikan adalah soal
belajar. Dengan kata lain, psikologi pendidikan memusatkan
perhatian pada persoalan-persoalan yang berkenaan dengan
proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan
belajar.
DAFTAR PUSTAKA
H.M Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya , 2010