GULA AREN PENUNJANG EKONOMI MASYARAKAT M

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gula aren atau Gula merah adalah pemanis yang dibuat dari nira, yang berasal dari tandan
bunga jantan pohon aren (enau). Gula aren biasanya juga diasosiasikan dengan segala jenis
gula yang dibuat dari nira, yaitu cairan yang dikeluarkan dari bunga pohon keluarga palma,
seperti pohon aren, dan siwalan. Bagi masyarakat desa malapari, memproduksi gula aren
merupakan mata pencaharian, sekaligus tradisi turun-temurun yang masih dilestarikan.
Secara tidak langsung, masyarakat Malapari telah melestarikan budaya nenek moyang, dan
juga mendapatkan keuntungan dalam memproduksi gula aren.
Keuntungan tersebut membuat masyarakat Malapari semakin konsisten dalam
memproduksi gula aren. Memproduksi gula aren tidak memerlukan alat dan bahan yang
mahal. Hanya dengan pisau khusus menyadap dan wadah nira untuk memanen nira, serta
wajan bulat sebagai wadah memasak gula aren hingga kental, dan batok kelapa sebagai
cetakannya. Dalam memproduksi gula aren diperlukan keterampilan dalam mencetak. Begitu
pula dalam memanen nira, dibutuhkan kedisiplinan, karena apabila tidak disiplin dalam
memanen nira, maka nira akan berkurang tetesannya atau bahkan tidak menetes sama sekali.
Sehingga masyarakat Malapari selalu rutin memanen nira, yang merupakan bahan baku
dalam memproduksi gula aren. Konsistensi masyarakat Malapari dan kualitas gula aren yang
mereka hasilkan, menambah relasi dan pangsa pasar yang membuat masyarakat Malapari
menjadi pemasok gula aren yang terkenal dan salah satu pemasok terbesar di Provinsi Jambi.

Hal ini sangat berkaitan dengan ekonomi masyarakat Malapari.
Berdasarkan uraian pada latar belakang, penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana
memperoleh bahan baku, dan proses pembuatan gula aren, serta bagaimana peran gula aren
dalam menunjang ekonomi masyarakat di desa Malapari. Karya tulis ilmiah ini penulis beri
judul “Gula Aren Penunjang Ekonomi Masyarakat Malapari”.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada karya tulis ilmiah ini adalah: Bagaimana Peran Gula Aren sebagai
Penunjang Ekonomi Masyarakat Malapari.

1

1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui peran gula aren dalam menunjang ekonomi masyarakat malapari.
2. Menjadi salah satu sumber informasi bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih
lanjut di lokasi yang berbeda.
3. Untuk menambah wawasan mengenai gula aren yang berperan dalam menunjang
ekonomi masyarakat malapari.
1.4 Kerangka Pemikiran


MASYARAKAT MALAPARI

GULA
AREN

PROVINSI
JAMBI

BENEFIT
(KEUNTUNGAN)

MENUNJANG
EKONOMI

2

1.5 Metode Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan metode deskriptif.
Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan
menginterprestasi objek sesuai dengan apa adanya.

1. Teknik Pengumpulan Data
 Wawancara:
Teknik pengumpulan data dengan wawancara yakni cara mengumpulkan
data dengan memperoleh data langsung dari narasumber.
 Studi Pustaka:
Pengumpulan data dilakukan dengan telaah pustaka adalah mengumpulkan
berbagai data yang sudah ada sebelumnya. Baik itu melalui buku maupun
melalui literatur dan artikel yang terdapat di internet.
2. Sumber Data
 Sumber data primer didapatkan dengan cara mewawancarai para
narasumber di desa Malapari.
 Sumber data sekunder didapatkan dari buku, literatur, dan artikel yang
terdapat di internet.
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dibeberapa tempat, yaitu di RT. 02, RT.04 dan RT.05
desa Malapari, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi. Adapun lokasi pohon aren
masyarakat Malapari berada di dekat aliran sungai Batanghari. Desa Malapari berada
di dataran rendah.

3


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Cara Memperoleh Bahan Baku Pembuatan Gula Aren
Dalam pembuatan gula aren, bahan baku yang digunakan adalah nira. Nira berasal dari
pohon aren. Pohon aren tidak membutuhkan kondisi tanah yang spesifik, sehingga dapat
tumbuh pada tanah liat, dan berpasir, tetapi aren tidak tahan pada tanah yang memiliki kadar
asam (pH tanah yang rendah). Aren dapat tumbuh pada ketinggian 0–1.400 meter di atas
permukaan laut, dan mempunyai daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan tumbuhnya.
Namun pertumbuhan yang paling baik adalah pada ketinggian 500 – 700 meter di atas
permukaan laut, dengan curah hujan lebih dari 1.200-3.500 mm/tahun. Kelembaban tanah
dan curah hujan yang tinggi berpengaruh dalam pembentukan mahkota daun pohon aren.
Untuk pertumbuhan dan produksi, tanaman aren membutuhkan suhu 20-250 derajat
celcius. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik di daerah pegunungan, lembah-lembah, dekat
aliran sungai, maupun daerah bergelombang, dan banyak pula dijumpai di hutan. Pohon aren
dihasilkan dari penyadapan tandan bunga, baik bunga jantan maupun bunga betina. Akan
tetapi, tandan bunga jantan dapat menghasilkan nira dengan kualitas baik dan jumlah yang
banyak. Oleh karena itu, penyadapan nira banyak dilakukan pada tandan bunga jantan.
Sebelum penyadapan (nderes) dimulai, dilakukan persiapan penyadapan yaitu memilih
bunga jantan yang siap disadap, atau bunga jantan yang tepung sarinya sudah banyak jatuh di

tanah. Hal ini dapat dilihat jika disebelah batang pohon aren, permukaan tanah tampak
berwarna kuning tertutup oleh tepung sari yang jatuh. Lalu pembersihan tandan bunga,
dengan memukul serta mengayunkan pohon agar dapat memperlancar keluarnya tetesan nira.
Masyarakat Malapari mengucapkan mantra yang telah diajarkan turun-temurun. Pengucapan
mantra dilakukan untuk membujuk atau merayu pohon aren, dan juga bertujuan untuk
kelancaran dalam memanen nira, agar nira yang dipanen menjadi banyak.
Mantra tersebut berbunyi:
Assalamualaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
4

Untuk mengetahui apakah bunga jantan yang sudah dipukul dan diayunkan tersebut sudah
atau belum menghasilkan nira, dilakukan dengan cara menyayat tandan bunga tersebut.
Apabila mengeluarkan nira maka bunga jantan sudah siap disadap. Penyadapan dilakukan
dengan memotong tandan bunga pada bagian yang disayat. Kemudian pada potongan tandan
dipasang penampung atau wadah. Kemudian tetesan nira akan terakumulasi diwadah tersebut.

Pohon aren disadap dua kali sehari, yakni pada pagi dan sore hari. Nira hasil sadapan
yang diambil pada pagi hari hasilnya lebih banyak daripada nira hasil panen sore hari. Hal ini
terjadi karena dalam cuaca dingin ditengah malam sampai pagi hari, air nira mengalir lebih
deras. Pohon aren yang ditanam diketinggian di atas 800 meter dari permukaan laut, akan
menghasilkan nira yang lebih banyak dari pada yang dihasilkan oleh pohon aren yang
ditanam di dataran rendah. Namun dalam hal kandungan penting terlarut (kadar gula), nira
dataran rendah lebih unggul. Zat gula yang terkandung dalam nira mudah terfermentasi oleh
bakteri, sehingga akan membuat nira menjadi masam. Jika nira sudah masam, maka gula
yang dihasilkan nantinya juga akan memiliki rasa asam.
Cara untuk memperlambat pemasaman nira aren adalah sebagai berikut:
1.

Cincang 1 kg keripik kayu nangka.

2.

Rendam dalam air masak 1 liter, lalu biarkan 3 hari.

3.


Setelah air berwarna kecoklatan, masukkan airnya sebanyak 200 cc ke dalam
setiap wadah penampung nira di pohon, apabila hasilnya 10 liter.

4.

Jika air pada cincangan kayu sudah habis, dapat ditambah air sebanyak dua
kali lagi.
Jadi, satu cincangan kayu nangka dapat direndam sebanyak 3 kali.

Selain kayu nangka, dapat pula menggunakan kayu cempedak, parutan buah, dan
tumbukan daun nangka maupun cempedak, potongan sabut kelapa yang masih basah,
kapur sirih, dan lainnya.
2.2 Proses Pembuatan Gula Aren
Air nira yang sudah dibawa ke tungku untuk langsung dimasak. Jika jumlah nira sudah
cukup satu wajan, maka air nira akan dimasak hingga kental. Lama pemasakan sekitar 4-5
jam, kayu bakar harus dalam kondisi kering agar api mudah membesar. Selain kayu bakar,
sekam padi dan tandan kosong sawit juga bisa dipakai. Jika jumlah nira belum cukup satu
wajan, maka nira hasil sadapan sore hari dipanaskan hingga mendidih, lalu padamkan api.

5


Nira yang sudah dipanaskan ini akan dimasak dengan nira hasil sadapan esok paginya. Nira
aren dimasak dengan api yang sedang, sambil sesekali diaduk.
Buih yang keluar saat nira sudah mendidih dibuang, tujuannya agar gula bisa mengeras
saat dicetak. Selain itu, pembuangan buih juga akan membuat warna gula tidak menghitam.
Untuk mencegah meluapnya buih nira saat dimasak, 2 butir daging buah kemiri yang sudah
dihaluskan, atau 2 sendok minyak kelapa ditaburkan untuk tiap wajan. Kemudian cetakan dan
papan alas cetakan dibersihkan. Cetakan di atas papan alas diatur, apabila cetakan terbuat dari
batok kelapa, maka batok kelapa harus dikeringkan dahulu.
Cara menguji nira yang siap untuk dicetak:
1.

Larutkan sekitar 1 cc air nira yang dimasak itu ke dalam air bersih dingin.

2.

Jika air nira langsung membeku, maka nira sudah siap untuk dicetak.

3.


Jika air nira belum membeku tetapi sudah dicetak, bisa menyebabkan gula
aren mudah berjamur.

Gula aren yang sudah membeku dibiarkan satu malam, untuk dibungkus. Membungkus
gula saat masih hangat akan membuat gula basah dan juga mudah berjamur. Masyarakat
Malapari membungkus gula aren dengan daun pisang yang sudah kering. Gula aren yang
sudah dibungkus kemudian siap dipasarkan.

2.3 Peran Gula Aren sebagai Penunjang Ekonomi Rumah Tangga Masyarakat
Malapari
Memproduksi gula aren merupakan kegiatan turun-temurun yang dilestarikan, dan juga
mata pencaharian yang menghasilkan keuntungan. Masyarakat Malapari selalu konsisten
dalam memproduksi dan menjaga kualitas gula aren. Konsistensi tersebut yang menjadikan
masyarakat Malapari sebagai pemasok gula aren yang terkenal dan terpercaya. Menambah
relasi dalam pendistribusian akan menambah pangsa pasar. Gula aren hasil produksi
masyarakat Malapari tidak hanya didistribusikan di Kabupaten Batanghari. Tetapi juga telah
didistribusikan di pasar-pasar modern di Kota Jambi. Sehingga pasokan gula aren di Provinsi
Jambi terpenuhi.
Sebagai pemasok gula aren yang terkenal, terpercaya, dan salah satu pemasok terbesar di
Provinsi Jambi, masyarakat Malapari mendapatkan keuntungan yang dapat menunjang

ekonomi rumah tangga mereka. Hal tersebut dapat dilihat dari tingkat ekonomi masyarakat

6

Malapari yang terus mengalami kenaikan. Berikut ini tabel dan grafik mengenai tingkat
kenaikan penghasilan masyarakat Malapari:
Tahu
n

Total Hasil
Total
Produksi/Tahun
Penghasilan/Tahun
(Bungkus)
(Ribuan rupiah)
2012
5.400
16.200
2013
9.000

27.000
2014
18.000
54.000
2015
54.000
162.000
Note: Tahun 2012 dijadikan sebagai tahun dasar.

Tingkat Kenaikan Produksi dan
Penghasilan Masyarakat Malapari
(%)
0
40
70
90

180,000
160,000
140,000
120,000

T. Produksi
T. Penghasilan
#REF!
%

100,000
80,000
60,000
40,000
20,000
0
2012

2013

2014

2015

Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan produksi dan penghasilan
masyarakat. Pada tahun 2015 terjadi peningkatan yang sangat signifikan apabila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, bahkan apabila dibandingkan dengan tahun dasar.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa, gula aren berperan dalam menunjang ekonomi rumah
tangga masyarakat Malapari.

7

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Memproduksi gula aren tidak memerlukan alat dan bahan yang mahal, yang diperlukan
adalah keterampilan dalam mencetak. Sedangkan dalam memanen nira, dibutuhkan
kedisiplinan, karena apabila tidak disiplin dalam memanen nira, maka nira akan berkurang
tetesannya atau bahkan tidak menetes sama sekali. Sehingga masyarakat Malapari selalu rutin
memanen nira, yang merupakan bahan baku dalam memproduksi gula aren.
Konsistensi masyarakat Malapari dan kualitas gula aren yang mereka hasilkan,
menambah relasi dan pangsa pasar yang membuat masyarakat Malapari menjadi pemasok
gula aren yang terkenal, dan salah satu pemasok terbesar di Provinsi Jambi. Hal tersebut
mendatangkan keuntungan, yaitu meningkatnya produksi gula aren dan penghasilan
masyarakat Malapari. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa gula aren berperan dalam
menunjang ekonomi masyarakat Malapari.
3.2 Saran
Penulis berharap semoga penggunaan gula aren dalam kehidupan sehari-hari semakin
bertambah, agar dapat meningkatkan ekonomi rumah tangga, dan meningkatkan taraf hidup
masyarakat

Malapari.

Pemerintah

juga

diharapkan

untuk

memfasilitasi

sarana

pendistribusian, bahkan mempromosikan gula aren khas Malapari, sehingga gula aren khas
Malapari tidak hanya dijual di Provinsi Jambi, tetapi juga di luar Provinsi Jambi. Masyarakat
Malapari diharapkan tetap konsisten dan meningkatkan kualitas gula aren.

8

DAFTAR PUSTAKA
Isnaini, Muhammad. 2015. Budidaya Gula Aren di Batu Bara. Sumatera Utara: IKAPI.
Nazir, Moh. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Putra, Reviansyah. 2011. Analisis Finansial Usaha Pengolahan Gula Aren. Sumatera Barat:
Lembaga Penerbit Fakultas Pertanian-Universitas Andalas.
Soeseno, Slamet. 1991. Bertanam Aren. Jakarta: Penebar Swadaya.
Suswono. 2014. Pedoman Budidaya Aren. Jakarta: Kementerian Pertanian.

9