Laporan Praktikum Biokimia I Indonesia
LAPORAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA
PEMISAHAN DAN IDENTIFIKASI ASAM AMINO
NAMA
NIM
KELOMPOK
HARI/TGL PERC.
ASISTEN
: HAMSINA
: H41111331
: II (DUA)
: SELASA/ 23 OKTOBER 2012
: ARKIEMAH HAMDA
LABORATORIUM BIOKIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Pada
umumnya
asam
amino
diperoleh
sebagai
hasil
hidrolisis
protein,Dengan cara ini diperoleh campuran bermacam-macam asam amino dan
untuk menentukan jenis asam amino maupun kuantitas masing-masing asam
amino perlu diadakan pemisahan antara asam-asam amino tersebut.Banyak
metode yang dapat dilakukan dalam pemisahan dan identifikasiasam amino,
seperti
metode
gravimetri,
kalorimetri,
mikrobiologi,
kromatografi
dan
elektroforesis. Salah satu metode yang paling banyak digunakan dalam pemisahan
asam-asam amino adalah metode romatografi. Metode kromatografi merupakan
metode pemisahan dua atau lebihsenyawa atau ion berdasarkan pada perbedaan
migrasi dan distribusi senyawa atauion-ion tersebut di dalam dua fasa yang
berbeda. Metode kromatografi bermacam-macam, dapat digolongkan berdasarkan
mekanisme pemisahannya serta alat yang digunakan(Aisyah, 2008).
Salah
satu
jenis
kromatograi
adalah
kromatografi
lapis
tipis
(KLT).kromatografi jenis ini murah dan mudah dilakukan serta rutin digunakan di
berbagai laboratorium.Dalam percobaan ini kita akan menentukan nilai Rf asam
amino sertamengidentifikasi asam amino dalam suatu larutan sampel berdasarkan
nilai Rf menggunakan kromatografi lapis tipis, sehingga kita akan lebih
memahami pemisahan dan identifikasi asam amino dengan metode ini. Hal inilah
yang melatarbelakangi sehingga percobaan ini dilakukan.
1.2 Maksud dan tujuan percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Maksud dilakukannya percobaan ini adalah untuk mengetahui dan
memahami
cara
pemisahan
dan
identifikasi
asam
amino
melalui
metodekromatografi lapis tipis.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk:
1. Menghitung nilai Rf dari beberapa jenis asam amino dan larutan sampel
sampel.
2. Mengidentifikasi asam amino dalam larutan sampel berdasarkan nilai Rf nya.
I.3 Prinsip Percobaan
Mengdentifikasi asam amino berdasarkan perbedaan nilai Rf dengan
menggunakan metode kromatrografi lapis tipis yang fase geraknya terdiri dari
campuran n-butanol, asam asetat dan air, dan fase diamnya berupa lapisan tipis
aluminium oksida.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Asam amino adalah unit dasar dari struktur protein. Semua asam amino
mempunyai sekurang-kurangnya satu gugusan amino (-NH2) pada posisi alfa dari
rantai karbon dan satu gugusan karboksil (-COOH). Kecuali Glisin, semua asam
amoino mempunyai atom karbon yang asimetrik, sehingga dapat terjadi beberapa
isomer. Kebanyakan asam amino dalam alam adalah konfigurasi L, tetapi dalam
bakteria ada konfigurasi D. Sifat asam amino mempunyai gugus nitrogen dasar,
umumnya gugus amino (-NH2) dan sebuah unit karboksil (-COOH) dan
kebanyakan gugus amino terikat pada karbon dengan posisi alfa; prolin
mempunyai suatu pengecualian yaitu mempunyai gugus amino (-NH) dan
bukannya amino (-NH2) (Ti)(Aisyah, 2008).
Fungsi asam amino sebagai komponen sruktur tubuh dapat merupakan
bagian dari enzyme sebagai precursor regulasi metabolit dan berperan dalam
proses fisiologis. Fungsi biokimia ini merupakan titik utama penelitian ilmu
nutrisi (Austic 1986 dalam Widyani 1999). Ketidakseimbangan asam amino dapat
mengakibatkan berkurangnya konsumsi pakan sehingga menurunkan kinerja
karena asam amino dalam plasma berkurang sehingga asam amino yang ke otak
sedikit (Tim Dosen, 2011).
Rumus asam amino yang terbentuk dengaan ikatan peptida adalah sebagai
berikut:
Gambar 1. Pembentukan Ikatan Peptida
Pada umumnya asam amino diperoleh sebagai hasil hidrolisis protein, baik
menggunakan enzim maupun asam. Dengan cara ini diperoleh campuran
bermacam-macam asam amino dan untuk menentukan jenis asam amino
maupunkuantitas masing-masing asam amino perlu diadakan pemisahan antara
asam-asam amino tersebut (Poedjiadi dan supriyanti, 2005).
Ada beberapa metode analisis asam amino, misalnya metode
gravimetri,kalorimetri, mikrobiologi, kromatografi dan elektroforesis. salah satu
metodeyang banyak memperoleh pengembangan adalah metode kromatografi.
Macam-macam kromatografi ialah kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis
dankromatografi penukar ion (Poedjiadi dan supriyanti, 2005).
Kromatografi
adalah
salah
satu
metode
pemisahan
fisik,
dimanakomponen-komponen yang dipisahkan didistribusikan di antara dua fasa,
salahsatu fasa tersebut adalah suatu lapisan stasioner dengan permukaan yang
luas,yang lainnya sebagai fluida yang mengalir lembut sepanjang landasan
stasioner. Fase stasioner dapat berupa padatan maupun cairan, sedangkan fase
bergerak dapat berupa cairan maupun gas. Dalam semua teknik kromatografi, zatzat terlarut yang dipisahkan bermigrasi sepanjang kolom, dan tentu saja laju
pemisahan terlatak dalam laju perpindahan yang berbeda untuk larutan yang
berbeda (Day dan Underwood, 2002).
Zat terlarut di dalam suatu fasa gerak mengalir pada suatu fasa diam. Zat
terlarut yang memiliki afinitas terhadap fasa gerak yang lebih besar akan tertahan
lebih lama pada fasa gerak, sedangkan zat terlarut yang afinitasnya terhadap
fasagerak lebih kecil akan tertahan lebih lama pada fasa diam. Dengan
demikiansenyawa-senyawa dapat dipisahkan komponen demi komponen akibat
perbedaan migrasi di dalam fasa gerak dan fasa diam (Tim Dosen Biokimia,
2012).
Penggolongan kromatografi dapat didasarkan atas mekanisme pemisahannya
serta alat yang digunakan. Berdasarkan mekanisme pemisahannya,kromatografi
digolongkan atas kromatografi adsorbsi, kromatografi partisi,kromatografi
pasangan ion, kromatografi penukar ion, dan kromatografi eksklusiukuran.
Sedangkan
berdasarkan
alat
yang
digunakan,
kromatografi
dibedakan
ataskromatografi kertas, kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi cairan
kinerja tinggi (HPLC), serta kromatografi gas (Aisyah, 2008).
Kromatografi kertas adalah salah satu jenis kromatografi partisi, aitu
pemisahan beberapa zat berdasarkan perbedaan kelarutan dalam dua pelarut yang
tidak dapat bercampur. Cara melakukan pemisahan dengan kromatografi ini
cukup sederhana. Campuran beberapa asam amino sebagai hasil hidrolisis
diteteskan sedikit pada kertas kromatografi pada titik tertentu dan kemudian ujung
kertas dilarutkan ke dalam pelarut tertentu (Day dan Underwood, 2002).
Pelarut ini akan naik berdasarkan proses kapilaritas dan akan membawa
senyawa-senyawa dalam campuran tersebut. Asam amino yang mudah larut dalam
pelarut tertentu itu, misalnya pelarut organik, akan terbawa naik lebih jauh
daripada yang sukar larut. Setelah pelarut mencapai bagian atas atau garis akhir,
kertas diangkat dari pelarut kemudian dibiarkan kering dengan sendirinya diudara.
Dengan proses ini, asam-asam amino akan terpisah satu dengan yang lain,dan
dengan menyemprotkan pereaksi ninhidrin pada kertas kromatografi tersebutakan
tampak noda-noda biru yang membuktikan adanya asam amino yangterpisah itu
(Poedjiadi dan Supriyanti, 2005).
Kromatografi lapis tipis menggunakan aluminium oksida, serbuk selulosa
atau silica gel sebagai absorben yang berupa lapis tipis yang diletakan di atas
selembar kaca. Seperti halnya pada kromatografi kertas, larutan yang mengandung
asam amino diteteskan di atas absorben dan dibiarkan bergerak. Pemisahan asam
amino didasarkan perbedaan kecepatan bergerak asam-asam amino tersebut pada
pH tertentu (Poedjiadi dan Supriyanti, 2005).
Untuk memperoleh pemisahan asam amino yang baik, dapat digunakan
dua fase pelarut, misalnya pasangan fenol – air, n-butanol – air atau dengan
tigafase pelarut, misalnya n-butanol – asam asetat – air, dimana setiap jenis asam
amino mempunyai koefisien partisi tertentu untuk pasangan pelarut tertentu
Gambar 2 Plat Tipis Kromatografi
Dikenal juga sebagai kromatografi kolom terbuka. Metode ini sederhana,
cepat dalam pemisahan dan sensitif. Kecepatan pemisahan tinggi dan mudah
untuk memperoleh kembali senyawa-senyawa yang terpisahkan. Harga Rf yaitu b/
a merupakan ciri khas suatu asam amino pada pelarut tertentu. Dengan
menggunakan standar asam-asam amino yang telah diketahui macamnya pada
kromatografi kertas seperti yang dilakukan di atas maka dapat diketahui macam
asam amino yang diperiksa. Penentuan macam asam aminodapat pula dilakukan
dengan menghitung harga Rf masing-masing asam amino, dan dibandingkan
dengan harga Rf asam amino yang telah ada (Poedjiadi dan Supriyanti, 2005).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1Bahan Percobaan
Larutan sampel, larutan glisin, larutan histidin, larutan alanin, eluen (nbutanol : asam asetat : air = 2,5 : 0,6 : 2,6 v/v), larutan penyemprot ninhidrin 2 %,
plat KLT, aseton, akuades, selotip dan tissue roll, sabun cair
3.2 Alat Percobaan
Chamber, pipet volum 1 mL, pipa kapiler 0,5µL, gelas ukur 10 mL,
botolsemprot, pipet tetes, gunting, pensil, penggaris, gegep dan oven, bulb
filter,mistar, lap halus, dan sikat tabung.
3.3 Prosedur Percobaan
Dibuat larutan eluen dengan menggunakan larutan n-butanol, asam
asetat,dan air dengan perbandingan 2,5 : 6 : 2,6 v/v. Kemudian dimasukkan eluen
kedalam chamber, dikocok sebentar, kemudian ditutup dan ditunggu sampai jenuh
kurang lebih selama 1 jam. Pada plat KLT yang sebelumya telah digunting sesuai
ukuran chamber, dibuat base line, kemudian membuat titik-titik pada base line
yang merupakan tempat penotolan larutan asam amino alanin, glisin, histidin serta
asam amino sampel Xserta membuat garis pada ujung atas absorben sebagai batas
tanda elusi. Plat KLTselanjutnya diaktifasi degan jalan dipanaskna dalam oven
pada suhu sekitar 100oC. Setelah plat KLT diaktifasi, semua larutan asam amino
dan larutan asamamino sampel X ditotolkan pada titik yang telah dibuat pada plat
KLT denganmenggunakan pipa kapiler yang sebelumya telah dicuci dengan
aseton kemudian dikeringkan. Jika eluen telah jenuh, plat KLT dielusi ke dalam
chamber denganhati-hati agar base line tidak tercelup ke dalam eluen. Elusi
dihentikan jipka eluenmenempuh jarak yang telah ditentukan sebelumnya.
Dikeluarkan absorben darichamber dan dikeringkan. Selanjutnya kromatogram
disemprot dengan larutanninhidrin, kemudian dikeringkan dalam oven dengan
suhu kurang lebih 60°Cselama setengah jam. Setelah kering diberi tanda pada
noda yang timbul pada kromatogram dengan pensil. Ditentukan nilai Rf dari
masing-masing noda pada kromatogram.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1
Noda
Asam Aspartat
Serin
Glisin
Sampel
Jarak eluen (cm)
4
4
4
4
Jarak Noda (cm)
1,8
1,3
1,3
1,2
Rf (cm)
0,45
0,325
0,325
0,3
Tabel 2
Noda
Asam Aspartat
Glisin
Serin
Sampel
4.2 Reaksi
Asam Aspartat
Jarak eluen (cm)
4
4
4
4
Jarak Noda (cm)
1,7
1,5
1,6
1
Rf (cm)
0,425
0,375
0,4
0,25
Glisin
Serin
Reaksi Serin dengan ninhidrin
Larutan eluen dibuat dari caSSmpuran n-butanol, asam asetat, dan air
dengan perbandingan 2,5 : 0,6 : 2,6 v/v. Pemilihan ketiga pelarut ini
didasarkan pada perbedaan kepolaran dari ketiga pelarut tersebut, dengan
urutan kepolaran air > n- butanol > asam asetat. Setiap asam amino memiliki
koefisien partisi tertentu untuk pasangan pelarut tertentu. Asam amino yang
memiliki afinitas terhadap fasa gerak (pelarut) yang lebih besar akan tertahan
lebih lama pada fasa gerak, sedangkan zatterlarut yang afinitasnya terhadap
fasa gerak lebih kecil akan tertahan lebih lama pada fasa diam.
Dengan
demikian
asam
amino
dapat
dipisahkan
akibat
perbedaanm i g r a s i d i d a l a m f a s a g e r a k d a n f a s a d i a m n y a . P r i n s i p
p e r c o b a a n K L T i n i didasarkan pada sifat fisik dan kimia asam amino.
Sifat fisik ditunjukkan olehkecepatan bergerak pada fase diam dari
kertas kromatografi dan sifat kimianya berdasarkan pada warna ynag timbul
ketika disemprot dengan larutan ninhidrinS e b e l u m d i m a s u k k a n p l a t K L T ,
chamber terlebih dahulu dijenuhkandengan eluen dengan cara
m e n u t u p r a p a t c h a m b e r y a n g b e r i s i e l u e n . T u j u a n penjenuhan ini
adalah
agar
proses
untuk m e n c e g a h
elusi
dapat
penguapan
berjalan
dengan
eluen.
cepat
Setelah
serta
eluen
d i j e n u h k a n d a n p l a t K L T t e l a h ditotolkan larutan asam amino dan
sampel, plat KLT dimasukkan dalam chamber dan dilakukan proses elusi sampai
bayang-bayang eluen mencapai end line (batasakhir elusi). Setelah plat KLT
diangkat dari eluen, kemudian dikeringkan padasuhu kamar dan
disemprotkan
dengan
larutan
ninhidrin,
yang
bertujuan
untuk m e m b e r i k a n w a r n a p a d a n o d a a s a m a m i n o d a n N i n h i d r i n
berfungsi
amino
sebagai p e r e a k s i
dengan
membentuk
spesifik
warna
terhadap
asam
u n g u (lembayung) bagi
asam amino glisin, serin, dan alanin dan larutan sampel.
Untuk m e m p e r j e l a s
noda
asam
amino,
plat
KLT
d i m a s u k k a n d a l a m o v e n p a d a s u h u s e k i t a r 9 0 O C selama sepuluh
menit. Proses elusi dibiarkan beberapa saat agar eluen mencapai jarak
tertentu yang telah diberi tanda dan setelah sampai padagaris tanda,
plat KLT dikeringkan dengan oven agar pelarut menguap sempurna
sehingga noda yang terbentuk tidak melebar. Selanjutnya dilakukan
pengukuran jarak
eluen
dan
jarak
noda
dari
base
line
(tempat
penotolan).Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan noda yang
akan dihitung jaraknya antara noda yang satu dengan noda yang
lainnya tidak dapat dilihat secara langsung karena adanya kesalahan
ketika dilakukkan pentotolan, lapisan tipis aluminium oksida tersentuh
tangan bahkan ada yang meniup-nupnya, sehinngga untuk membaca
noda harus di baca bibawa sinar UV.
Dari percobaan ini dapat diketahui bahwa sampel pada tabel 1 memiliki R f
sebesar 0,3 dimana jika dibandingkan dengan nilai Rf teori nilai ini merupakan
nilai Rf Asam Glutamat, jadi kita dapat simpulkan bahwa sampel pada tabel 1
yaitu asam glutamat. Hasil nilai Rf dari Asam aspartat, serin, dan glisin berturut –
turut yaiitu 0,45, 0,325, dan 0,325. Adapun sampel pada tabel 2 memiliki nilai Rf
pada hasil percobaan yaitu 0,25 dan jika dibandingkan dengan tabel Rf teoritis
maka nilai Rf sampel tersebut mendekati nilai Rf glisin pada tabel teori yaitu 0,26,
sedangkan pada hasil pengamatan pada tabel 2 di temukan bahwa asam aspartat,
glisin, dan serin memiliki nilai Rf berturut – turut yaitu 0,425, 0,375, dan 0,4.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan:
1. Nilai Rf asam amino pada kromatografi yang pertama
yaitu asam aspartat 0,45o, asam amino serin 0,325o,
a s a m amino alanin 0,325o, serta sampel X adalah 0,3o. S e d a n g k a n p a d a
kromatografi ke dua yaitu Asam aspartat 0,425, asam amino
glisin 0,375o, asam amino serin 0,4o, serta, sampel X adalah
0,25.
2 . Pada tabel 1 memiliki Rf sebesar 0,3 dimana jika dibandingkan dengan nilai Rf
teori nilai ini merupakan nilai Rf asam glutamat, . Adapun sampel pada tabel 2
memiliki nilai Rf pada hasil percobaan yaitu 0,25 dan jika dibandingkan
dengan tabel Rf teoritis maka nilai Rf sampel tersebut mendekati nilai Rf glisin
pada tabel teori yaitu 0,26.
5.2 Saran
Untuk laboratorium agar kebersihannya agar tetap terjaga dan
kalau bisa asam amino yang disediakan asam amino yang beragam. U n t u k
asiten
kinerjanya
sudah
sangat
baik
dalam
menjelaskan
k e p a d a kami praktiknnya tentang prosedur percobaan yang akan
dilakukan, saya harap dapat dipertahankan.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, 2008, Kromatografi, (http://rgmaisyah.wordpress.com/kromatografi,
diakses tanggal 24 Oktober 2012, pukul 16.00 WITA.)
Day, R.A., dan Underwood, A.L., 2001, Analisis Kimia Kuantitatif edisi keenam,
diterjemahkan oleh : Iis Sopyan, Erlangga, Jakarta.
Lehninger, A. L., 2002 Dasar-Dasar Biokimia jiid 1, diterjemahkan oleh Maggy
Thenawidjaja, Erlangga, Jakarta.
Khopkar, S.M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI-Press, Jakarta.
Poedjiadi, A., dan supriyanti 2005, Dasar-Dasar Biokimia edisi revisi, UI-Press,
jakarta.
Tim Dosen Biokimia, 2009, Penuntun dan Laporan praktikum Biokimia,
Laboratorium Biokimia fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
AlamUniversitas Hasanuddin, Makassar.
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar, 30 Oktober 2012
Asisten
( IRWAN )
Praktikan
( HAMSINA )
BIOKIMIA
PEMISAHAN DAN IDENTIFIKASI ASAM AMINO
NAMA
NIM
KELOMPOK
HARI/TGL PERC.
ASISTEN
: HAMSINA
: H41111331
: II (DUA)
: SELASA/ 23 OKTOBER 2012
: ARKIEMAH HAMDA
LABORATORIUM BIOKIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Pada
umumnya
asam
amino
diperoleh
sebagai
hasil
hidrolisis
protein,Dengan cara ini diperoleh campuran bermacam-macam asam amino dan
untuk menentukan jenis asam amino maupun kuantitas masing-masing asam
amino perlu diadakan pemisahan antara asam-asam amino tersebut.Banyak
metode yang dapat dilakukan dalam pemisahan dan identifikasiasam amino,
seperti
metode
gravimetri,
kalorimetri,
mikrobiologi,
kromatografi
dan
elektroforesis. Salah satu metode yang paling banyak digunakan dalam pemisahan
asam-asam amino adalah metode romatografi. Metode kromatografi merupakan
metode pemisahan dua atau lebihsenyawa atau ion berdasarkan pada perbedaan
migrasi dan distribusi senyawa atauion-ion tersebut di dalam dua fasa yang
berbeda. Metode kromatografi bermacam-macam, dapat digolongkan berdasarkan
mekanisme pemisahannya serta alat yang digunakan(Aisyah, 2008).
Salah
satu
jenis
kromatograi
adalah
kromatografi
lapis
tipis
(KLT).kromatografi jenis ini murah dan mudah dilakukan serta rutin digunakan di
berbagai laboratorium.Dalam percobaan ini kita akan menentukan nilai Rf asam
amino sertamengidentifikasi asam amino dalam suatu larutan sampel berdasarkan
nilai Rf menggunakan kromatografi lapis tipis, sehingga kita akan lebih
memahami pemisahan dan identifikasi asam amino dengan metode ini. Hal inilah
yang melatarbelakangi sehingga percobaan ini dilakukan.
1.2 Maksud dan tujuan percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Maksud dilakukannya percobaan ini adalah untuk mengetahui dan
memahami
cara
pemisahan
dan
identifikasi
asam
amino
melalui
metodekromatografi lapis tipis.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk:
1. Menghitung nilai Rf dari beberapa jenis asam amino dan larutan sampel
sampel.
2. Mengidentifikasi asam amino dalam larutan sampel berdasarkan nilai Rf nya.
I.3 Prinsip Percobaan
Mengdentifikasi asam amino berdasarkan perbedaan nilai Rf dengan
menggunakan metode kromatrografi lapis tipis yang fase geraknya terdiri dari
campuran n-butanol, asam asetat dan air, dan fase diamnya berupa lapisan tipis
aluminium oksida.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Asam amino adalah unit dasar dari struktur protein. Semua asam amino
mempunyai sekurang-kurangnya satu gugusan amino (-NH2) pada posisi alfa dari
rantai karbon dan satu gugusan karboksil (-COOH). Kecuali Glisin, semua asam
amoino mempunyai atom karbon yang asimetrik, sehingga dapat terjadi beberapa
isomer. Kebanyakan asam amino dalam alam adalah konfigurasi L, tetapi dalam
bakteria ada konfigurasi D. Sifat asam amino mempunyai gugus nitrogen dasar,
umumnya gugus amino (-NH2) dan sebuah unit karboksil (-COOH) dan
kebanyakan gugus amino terikat pada karbon dengan posisi alfa; prolin
mempunyai suatu pengecualian yaitu mempunyai gugus amino (-NH) dan
bukannya amino (-NH2) (Ti)(Aisyah, 2008).
Fungsi asam amino sebagai komponen sruktur tubuh dapat merupakan
bagian dari enzyme sebagai precursor regulasi metabolit dan berperan dalam
proses fisiologis. Fungsi biokimia ini merupakan titik utama penelitian ilmu
nutrisi (Austic 1986 dalam Widyani 1999). Ketidakseimbangan asam amino dapat
mengakibatkan berkurangnya konsumsi pakan sehingga menurunkan kinerja
karena asam amino dalam plasma berkurang sehingga asam amino yang ke otak
sedikit (Tim Dosen, 2011).
Rumus asam amino yang terbentuk dengaan ikatan peptida adalah sebagai
berikut:
Gambar 1. Pembentukan Ikatan Peptida
Pada umumnya asam amino diperoleh sebagai hasil hidrolisis protein, baik
menggunakan enzim maupun asam. Dengan cara ini diperoleh campuran
bermacam-macam asam amino dan untuk menentukan jenis asam amino
maupunkuantitas masing-masing asam amino perlu diadakan pemisahan antara
asam-asam amino tersebut (Poedjiadi dan supriyanti, 2005).
Ada beberapa metode analisis asam amino, misalnya metode
gravimetri,kalorimetri, mikrobiologi, kromatografi dan elektroforesis. salah satu
metodeyang banyak memperoleh pengembangan adalah metode kromatografi.
Macam-macam kromatografi ialah kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis
dankromatografi penukar ion (Poedjiadi dan supriyanti, 2005).
Kromatografi
adalah
salah
satu
metode
pemisahan
fisik,
dimanakomponen-komponen yang dipisahkan didistribusikan di antara dua fasa,
salahsatu fasa tersebut adalah suatu lapisan stasioner dengan permukaan yang
luas,yang lainnya sebagai fluida yang mengalir lembut sepanjang landasan
stasioner. Fase stasioner dapat berupa padatan maupun cairan, sedangkan fase
bergerak dapat berupa cairan maupun gas. Dalam semua teknik kromatografi, zatzat terlarut yang dipisahkan bermigrasi sepanjang kolom, dan tentu saja laju
pemisahan terlatak dalam laju perpindahan yang berbeda untuk larutan yang
berbeda (Day dan Underwood, 2002).
Zat terlarut di dalam suatu fasa gerak mengalir pada suatu fasa diam. Zat
terlarut yang memiliki afinitas terhadap fasa gerak yang lebih besar akan tertahan
lebih lama pada fasa gerak, sedangkan zat terlarut yang afinitasnya terhadap
fasagerak lebih kecil akan tertahan lebih lama pada fasa diam. Dengan
demikiansenyawa-senyawa dapat dipisahkan komponen demi komponen akibat
perbedaan migrasi di dalam fasa gerak dan fasa diam (Tim Dosen Biokimia,
2012).
Penggolongan kromatografi dapat didasarkan atas mekanisme pemisahannya
serta alat yang digunakan. Berdasarkan mekanisme pemisahannya,kromatografi
digolongkan atas kromatografi adsorbsi, kromatografi partisi,kromatografi
pasangan ion, kromatografi penukar ion, dan kromatografi eksklusiukuran.
Sedangkan
berdasarkan
alat
yang
digunakan,
kromatografi
dibedakan
ataskromatografi kertas, kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi cairan
kinerja tinggi (HPLC), serta kromatografi gas (Aisyah, 2008).
Kromatografi kertas adalah salah satu jenis kromatografi partisi, aitu
pemisahan beberapa zat berdasarkan perbedaan kelarutan dalam dua pelarut yang
tidak dapat bercampur. Cara melakukan pemisahan dengan kromatografi ini
cukup sederhana. Campuran beberapa asam amino sebagai hasil hidrolisis
diteteskan sedikit pada kertas kromatografi pada titik tertentu dan kemudian ujung
kertas dilarutkan ke dalam pelarut tertentu (Day dan Underwood, 2002).
Pelarut ini akan naik berdasarkan proses kapilaritas dan akan membawa
senyawa-senyawa dalam campuran tersebut. Asam amino yang mudah larut dalam
pelarut tertentu itu, misalnya pelarut organik, akan terbawa naik lebih jauh
daripada yang sukar larut. Setelah pelarut mencapai bagian atas atau garis akhir,
kertas diangkat dari pelarut kemudian dibiarkan kering dengan sendirinya diudara.
Dengan proses ini, asam-asam amino akan terpisah satu dengan yang lain,dan
dengan menyemprotkan pereaksi ninhidrin pada kertas kromatografi tersebutakan
tampak noda-noda biru yang membuktikan adanya asam amino yangterpisah itu
(Poedjiadi dan Supriyanti, 2005).
Kromatografi lapis tipis menggunakan aluminium oksida, serbuk selulosa
atau silica gel sebagai absorben yang berupa lapis tipis yang diletakan di atas
selembar kaca. Seperti halnya pada kromatografi kertas, larutan yang mengandung
asam amino diteteskan di atas absorben dan dibiarkan bergerak. Pemisahan asam
amino didasarkan perbedaan kecepatan bergerak asam-asam amino tersebut pada
pH tertentu (Poedjiadi dan Supriyanti, 2005).
Untuk memperoleh pemisahan asam amino yang baik, dapat digunakan
dua fase pelarut, misalnya pasangan fenol – air, n-butanol – air atau dengan
tigafase pelarut, misalnya n-butanol – asam asetat – air, dimana setiap jenis asam
amino mempunyai koefisien partisi tertentu untuk pasangan pelarut tertentu
Gambar 2 Plat Tipis Kromatografi
Dikenal juga sebagai kromatografi kolom terbuka. Metode ini sederhana,
cepat dalam pemisahan dan sensitif. Kecepatan pemisahan tinggi dan mudah
untuk memperoleh kembali senyawa-senyawa yang terpisahkan. Harga Rf yaitu b/
a merupakan ciri khas suatu asam amino pada pelarut tertentu. Dengan
menggunakan standar asam-asam amino yang telah diketahui macamnya pada
kromatografi kertas seperti yang dilakukan di atas maka dapat diketahui macam
asam amino yang diperiksa. Penentuan macam asam aminodapat pula dilakukan
dengan menghitung harga Rf masing-masing asam amino, dan dibandingkan
dengan harga Rf asam amino yang telah ada (Poedjiadi dan Supriyanti, 2005).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1Bahan Percobaan
Larutan sampel, larutan glisin, larutan histidin, larutan alanin, eluen (nbutanol : asam asetat : air = 2,5 : 0,6 : 2,6 v/v), larutan penyemprot ninhidrin 2 %,
plat KLT, aseton, akuades, selotip dan tissue roll, sabun cair
3.2 Alat Percobaan
Chamber, pipet volum 1 mL, pipa kapiler 0,5µL, gelas ukur 10 mL,
botolsemprot, pipet tetes, gunting, pensil, penggaris, gegep dan oven, bulb
filter,mistar, lap halus, dan sikat tabung.
3.3 Prosedur Percobaan
Dibuat larutan eluen dengan menggunakan larutan n-butanol, asam
asetat,dan air dengan perbandingan 2,5 : 6 : 2,6 v/v. Kemudian dimasukkan eluen
kedalam chamber, dikocok sebentar, kemudian ditutup dan ditunggu sampai jenuh
kurang lebih selama 1 jam. Pada plat KLT yang sebelumya telah digunting sesuai
ukuran chamber, dibuat base line, kemudian membuat titik-titik pada base line
yang merupakan tempat penotolan larutan asam amino alanin, glisin, histidin serta
asam amino sampel Xserta membuat garis pada ujung atas absorben sebagai batas
tanda elusi. Plat KLTselanjutnya diaktifasi degan jalan dipanaskna dalam oven
pada suhu sekitar 100oC. Setelah plat KLT diaktifasi, semua larutan asam amino
dan larutan asamamino sampel X ditotolkan pada titik yang telah dibuat pada plat
KLT denganmenggunakan pipa kapiler yang sebelumya telah dicuci dengan
aseton kemudian dikeringkan. Jika eluen telah jenuh, plat KLT dielusi ke dalam
chamber denganhati-hati agar base line tidak tercelup ke dalam eluen. Elusi
dihentikan jipka eluenmenempuh jarak yang telah ditentukan sebelumnya.
Dikeluarkan absorben darichamber dan dikeringkan. Selanjutnya kromatogram
disemprot dengan larutanninhidrin, kemudian dikeringkan dalam oven dengan
suhu kurang lebih 60°Cselama setengah jam. Setelah kering diberi tanda pada
noda yang timbul pada kromatogram dengan pensil. Ditentukan nilai Rf dari
masing-masing noda pada kromatogram.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1
Noda
Asam Aspartat
Serin
Glisin
Sampel
Jarak eluen (cm)
4
4
4
4
Jarak Noda (cm)
1,8
1,3
1,3
1,2
Rf (cm)
0,45
0,325
0,325
0,3
Tabel 2
Noda
Asam Aspartat
Glisin
Serin
Sampel
4.2 Reaksi
Asam Aspartat
Jarak eluen (cm)
4
4
4
4
Jarak Noda (cm)
1,7
1,5
1,6
1
Rf (cm)
0,425
0,375
0,4
0,25
Glisin
Serin
Reaksi Serin dengan ninhidrin
Larutan eluen dibuat dari caSSmpuran n-butanol, asam asetat, dan air
dengan perbandingan 2,5 : 0,6 : 2,6 v/v. Pemilihan ketiga pelarut ini
didasarkan pada perbedaan kepolaran dari ketiga pelarut tersebut, dengan
urutan kepolaran air > n- butanol > asam asetat. Setiap asam amino memiliki
koefisien partisi tertentu untuk pasangan pelarut tertentu. Asam amino yang
memiliki afinitas terhadap fasa gerak (pelarut) yang lebih besar akan tertahan
lebih lama pada fasa gerak, sedangkan zatterlarut yang afinitasnya terhadap
fasa gerak lebih kecil akan tertahan lebih lama pada fasa diam.
Dengan
demikian
asam
amino
dapat
dipisahkan
akibat
perbedaanm i g r a s i d i d a l a m f a s a g e r a k d a n f a s a d i a m n y a . P r i n s i p
p e r c o b a a n K L T i n i didasarkan pada sifat fisik dan kimia asam amino.
Sifat fisik ditunjukkan olehkecepatan bergerak pada fase diam dari
kertas kromatografi dan sifat kimianya berdasarkan pada warna ynag timbul
ketika disemprot dengan larutan ninhidrinS e b e l u m d i m a s u k k a n p l a t K L T ,
chamber terlebih dahulu dijenuhkandengan eluen dengan cara
m e n u t u p r a p a t c h a m b e r y a n g b e r i s i e l u e n . T u j u a n penjenuhan ini
adalah
agar
proses
untuk m e n c e g a h
elusi
dapat
penguapan
berjalan
dengan
eluen.
cepat
Setelah
serta
eluen
d i j e n u h k a n d a n p l a t K L T t e l a h ditotolkan larutan asam amino dan
sampel, plat KLT dimasukkan dalam chamber dan dilakukan proses elusi sampai
bayang-bayang eluen mencapai end line (batasakhir elusi). Setelah plat KLT
diangkat dari eluen, kemudian dikeringkan padasuhu kamar dan
disemprotkan
dengan
larutan
ninhidrin,
yang
bertujuan
untuk m e m b e r i k a n w a r n a p a d a n o d a a s a m a m i n o d a n N i n h i d r i n
berfungsi
amino
sebagai p e r e a k s i
dengan
membentuk
spesifik
warna
terhadap
asam
u n g u (lembayung) bagi
asam amino glisin, serin, dan alanin dan larutan sampel.
Untuk m e m p e r j e l a s
noda
asam
amino,
plat
KLT
d i m a s u k k a n d a l a m o v e n p a d a s u h u s e k i t a r 9 0 O C selama sepuluh
menit. Proses elusi dibiarkan beberapa saat agar eluen mencapai jarak
tertentu yang telah diberi tanda dan setelah sampai padagaris tanda,
plat KLT dikeringkan dengan oven agar pelarut menguap sempurna
sehingga noda yang terbentuk tidak melebar. Selanjutnya dilakukan
pengukuran jarak
eluen
dan
jarak
noda
dari
base
line
(tempat
penotolan).Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan noda yang
akan dihitung jaraknya antara noda yang satu dengan noda yang
lainnya tidak dapat dilihat secara langsung karena adanya kesalahan
ketika dilakukkan pentotolan, lapisan tipis aluminium oksida tersentuh
tangan bahkan ada yang meniup-nupnya, sehinngga untuk membaca
noda harus di baca bibawa sinar UV.
Dari percobaan ini dapat diketahui bahwa sampel pada tabel 1 memiliki R f
sebesar 0,3 dimana jika dibandingkan dengan nilai Rf teori nilai ini merupakan
nilai Rf Asam Glutamat, jadi kita dapat simpulkan bahwa sampel pada tabel 1
yaitu asam glutamat. Hasil nilai Rf dari Asam aspartat, serin, dan glisin berturut –
turut yaiitu 0,45, 0,325, dan 0,325. Adapun sampel pada tabel 2 memiliki nilai Rf
pada hasil percobaan yaitu 0,25 dan jika dibandingkan dengan tabel Rf teoritis
maka nilai Rf sampel tersebut mendekati nilai Rf glisin pada tabel teori yaitu 0,26,
sedangkan pada hasil pengamatan pada tabel 2 di temukan bahwa asam aspartat,
glisin, dan serin memiliki nilai Rf berturut – turut yaitu 0,425, 0,375, dan 0,4.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan:
1. Nilai Rf asam amino pada kromatografi yang pertama
yaitu asam aspartat 0,45o, asam amino serin 0,325o,
a s a m amino alanin 0,325o, serta sampel X adalah 0,3o. S e d a n g k a n p a d a
kromatografi ke dua yaitu Asam aspartat 0,425, asam amino
glisin 0,375o, asam amino serin 0,4o, serta, sampel X adalah
0,25.
2 . Pada tabel 1 memiliki Rf sebesar 0,3 dimana jika dibandingkan dengan nilai Rf
teori nilai ini merupakan nilai Rf asam glutamat, . Adapun sampel pada tabel 2
memiliki nilai Rf pada hasil percobaan yaitu 0,25 dan jika dibandingkan
dengan tabel Rf teoritis maka nilai Rf sampel tersebut mendekati nilai Rf glisin
pada tabel teori yaitu 0,26.
5.2 Saran
Untuk laboratorium agar kebersihannya agar tetap terjaga dan
kalau bisa asam amino yang disediakan asam amino yang beragam. U n t u k
asiten
kinerjanya
sudah
sangat
baik
dalam
menjelaskan
k e p a d a kami praktiknnya tentang prosedur percobaan yang akan
dilakukan, saya harap dapat dipertahankan.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, 2008, Kromatografi, (http://rgmaisyah.wordpress.com/kromatografi,
diakses tanggal 24 Oktober 2012, pukul 16.00 WITA.)
Day, R.A., dan Underwood, A.L., 2001, Analisis Kimia Kuantitatif edisi keenam,
diterjemahkan oleh : Iis Sopyan, Erlangga, Jakarta.
Lehninger, A. L., 2002 Dasar-Dasar Biokimia jiid 1, diterjemahkan oleh Maggy
Thenawidjaja, Erlangga, Jakarta.
Khopkar, S.M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI-Press, Jakarta.
Poedjiadi, A., dan supriyanti 2005, Dasar-Dasar Biokimia edisi revisi, UI-Press,
jakarta.
Tim Dosen Biokimia, 2009, Penuntun dan Laporan praktikum Biokimia,
Laboratorium Biokimia fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
AlamUniversitas Hasanuddin, Makassar.
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar, 30 Oktober 2012
Asisten
( IRWAN )
Praktikan
( HAMSINA )