LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT PEMBUATAN INDONESIA

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT
“PEMBUATAN RANCANGAN JALUR EVAKUASI BERBASIS 3 DIMENSI
DI SMP MUHAMMADIYAH 1 SUKOHARJO”

Disusun oleh:
Nofa Wijayanto
Nanda Khoirunisa
Vinsa Eko Junianto
Agung Eko Nugrahanto

A610130006
A610130007
A610130035
A610130038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2016


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat danhidayah-Nya
sehingga Penulis dapat menyelesaikan Laporan Pengabdian Masyarakat dengan
judul “Pembuatan Rancangan Jalur Evakuasi Berbasis 3 Dimensi di SMP
Muhammadiyah 1 Sukoharjo”. Laporan ini merupakan luaran akhir dari proses
pengabdian masyarakat yang telah dilakukan oleh mahasiswa.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak dan Ibu Dosen dan pihak
yang telah membimbing, memberikan masukan, motivasi, ilmu, dan dukungan,
sehingga laporan dan pengabdian masyarakat yang laksanakan berjalan dengan
baik. Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih memiliki banyak
ekurangan, sehingga saran dan kritik yang konstruktif sangat diharapkan.

Surakarta, 23 Januari 2015

Penulis

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................

i

KATA PENGANTAR....................................................................................

ii

DAFTAR ISI ................................................................................................

iii

BAB I

PENDAHULUAN ……..................................................................

1

A. Latar Belakang ………… …………………………..…………...…


1

B. Rumusan Masalah …………… ………………..……………..........

2

C. Tujuan ………………………… ………………………..…………

2

D. Manfaat ………………………………………………………….....

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………..…………………

3

A. Bencana ………………………………………………………...….


3

B. Kesiapsiagaan ………………………………………………………

3

C. Jalur Evakuasi ……………………………………………………..

4

BAB III METODE PENGABDIAN ……………………………………….

5

A. Tempat dan Waktu Pengabdian ……………………………………

5

B. Tehnik Pengumpulan Data ………………………………………...


5

C. Tahapan Pengabdian ………………………………………………

6

BAB IV PEMBAHASAN ………………………………………………….

7

A. Kesiapsiagaan Sekolah ……………………………………………

7

B. Jalur Evakuasi ……………………………………………………..

8

BAB V PENUTUP …………………………………………………………


16

A. Kesimpulan ………………………………………………………..

16

B. Saran ……………………………………………………………….

16

Daftar Pustaka ……………………………………………………………… 17
LAMPIRAN ………………………………………………………………..

18

iii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Analisis Situasi

Bencana dapat terjadi kapan saja tanpa peringatan dan memandang waktu.
Fenomena ini menimbulkan banyak kerugian harta benda dan jatuhnya korban
luka-luka bahkan korban meninggal dalam masyarakat. Sekolah merupakan bagian
dari komunitas masyarakat yang memiliki kerentanan yang paling tinggi terhadap
resiko bencana, hal ini dikarenakan pelajar yang memiliki kemampuan yang minim
dalam penyelamatan diri dan pengalaman terhadap situasi darurat saat terjadi
bencana. Saat terjadinya bencana pelajar akan kehilangan akses pendidikan
dikarenakan hancurnya fasilitas pendidikan dan dampak psikologis yang
disebabkan oleh bencana. Pelajar yang paling rentan terhadap bencana terutama
saat terjadi bencana di jam sekolah. Gempa bumi di Pakistan pada bulan Oktober
2005 menyebabkan lebih dari 16.000 pelajar tewas akibat tertimpa reruntuhan
gedung sekolah dan longsor di Leyte, Filipina menewaskan lebih dari 200 anak
sekolah (Disaster Management Institute of Indonesia, 2015).
Sekolah aman bencana sangat dibutuhkan untuk mengurangi gangguan terhadap
kegiatan pendidikan dan memberikan jaminan keselamatan, kelayakan, dan
kenyamanan di sekolah terutama saat terjadi bencana. Sekolah aman bencana terdiri
atas 3 pilar utama, yaitu: 1) fasilitas sekolah aman; 2) manajemen bencana di
sekolah, dan 3) pendidikan pengurangan resiko bencana (PRB) (Plan Indonesia,
2014). Pilar-pilar sekolah aman bencana dapat diwujudkan dalam penentuan lokasi
sekolah yang aman, infrastuktur dan fasilitas yang memadai untuk keselamatan

siswa, mitigasi stuktural dan non-stuktural, tersedianya jalur evakuasi, kebijakan
dan acuan dalam keadaan tanggap darurat, pelatihan dan peningkatan kesiapsiagaan
warga sekolah serta menanamkan tindakan pengurangan resiko bencana melalui
kurikulum dan mengintegrasikan PRB dalam proses pembelajaran yang relevan.
Penerapan pilar-pilar sekolah aman bencana sangat penting dilakukan untuk
menjamin keselamatan siswa disekolah yang sedang menempuh pendidikan. Pada
bulan Oktober Tahun 2015 Tim Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi
Angkatan 2013, Universitas Muhammadiyah Surakarta melakukan pengabdian
masyarakat di Kecamatan Sukoharjo yang memiliki potensi bencana berupa gempa
bumi, banjir, puting beliung dan resiko kebakaran. Pengabdian dilaksanakan di
satuan pendidikan Muhammadiyah yang tersebar di Kabupaten Sukoharjo. Hasil
penelitian yang dilakukan sebelumnya di lokasi menunjukkan bahwa tingkat
kesiapsiagaan komunitas sekolah masih rendah. Hal ini juga menjadi dasar dan
alasan dilakukannya pengabdian di SMP Muhammadiyah 1 Sukoharjo.
Penerapan pilar-pilar sekolah aman bencana pada lokasi pengabdian yang
ditentukan yaitu SMP Muhammadiyah 1 Sukoharjo dinilai masih belum memadai.
Oleh karena itu, Tim Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi Angkatan
2013, Universitas Muhammadiyah Surakarta melakukan pengabdian untuk

1


menganalisis bahaya dan resiko di lingkungan sekolah sehingga dapat menentukan
jalur evakuasi dan lokasi yang aman saat terjadi bencana serta melakukan analisis
tingkat kesiapsiagaan warga sekolah terhadap bencana. Jalur evakuasi merupakan
bagian vital dalam lingkungan sekolah saat terjadi bencana dan nantinya dari indeks
tingkat kesiapsiagaan komunitas sekolah dapat dilihat apakah sekolah telah siap
dalam menghadapi bencana yang tidak dapat diprediksi secara akurat.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan analisis situasi yang dilakukan maka tim pengabdian melakukan
identifikasi masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana tingkat kesiapsiagaan Komunitas sekolah SMP Muhammadiyah
1 Sukoharjo?
2. Bagaimana proses pembuatan rancangan jalur evakuasi berbasis 3 dimensi
di SMP Muhammadiyah 1 Sukoharjo?
3. Bagaimana jalur evakuasi tercepat di SMP Muhammadiyah 1 Sukoharjo?
C. Tujuan
Pengabdian yang dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 1 Sukoharjo memiliki
tujuan-tujuan, yaitu:
1. Menganalisis tingkat kesiapsiagaan komunitas sekolah terhadap bencana
yang terdiri atas kesiapsiagaan sekolah, kesiapsiagaan guru dan

kesiapsiagaan siswa.
2. Mengidentifikasi jalur evekuasi yang aman bagi komunitas sekolah yang
akan digunakan saat terjadi bencana.
3. Merancang jalur evakuasi berbasis 3 dimensi bagi sekolah
D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari pengabdian yang dilaksanakan di SMP
Muhammadiyah 1 Sukoharjo adalah sebagai berikut.
1. Hasil pengabdian yang dilaksanakan dapat menjadi bahan evaluasi bagi
sekolah terkait dalam hal upaya pengurangan resiko bencana berupa
peningkatan kesiapsiagaan komunitas sekolah.
2. Jalur evakuasi yang telah diidentifikasi dan digambarkan oleh Tim
Mahasiswa dapat bermanfaat oleh sekolah terkait dan dapat direalisasikan.
3. Kegiatan pengabdian dapat bermanfaat bagi kedua belah pihak yaitu sekolah
dan mahasiswa Progam Studi Pendidikan Geografi sebagai suatu bentuk
silaturahmi dan dapat dipertahankan dalam mewujudkan sekolah aman
bencana.

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Bencana
Definisi bencana dalam buku Disaster Management – A Disaster Manager’s
Handbook (Carter dalam Khoirunisa, 2014) adalah suatu kejadian, alam atau buatan
manusia, tiba-tiba atau progresif, yang menimbulkan dampak yangdahsyat (hebat)
sehingga komunitas (masyarakat) yang terkena atau terpengaruh harus merespon
dengan tindakan-tindakan luar biasa dalam pengelolaan bencana terpadu, suatu
masyarakat sehingga tidakmenyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan
manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan yang melampaui kemampuan
masyarakat tersebut untuk mengatasi dengan menggunakan sumberdaya mereka
sendiri. Bukan hanya berdampak pada orang dewasa, bencana juga sangat
berdampak kepada remaja dan anak-anak.
Bencana selalu mengakibatkan kehancuran dan dampak bagi anak dan remaja
yang mana memiliki kerentanan paling tinggi (Jabry dalam Wijayanti, 2012). Data
pada tahun 2005 menunjukkan 200 anak tertimbun oleh reruntuhan sekolah dalam
bencana tanah longsor di Filipina (ADPC dalam Wijayanti, 2012). Bahkan
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam penelitian pada tahun 2006
yang bekerjasama dengan UNESCO menyatakan bahwa sekolah merupakan ‘ruang
publik’ dengan tingkat kerentanan tinggi. Hampir di sebagian besar wilayah
Indonesia, sarana dan prasarana sekolah yang ada sangatlah rentan terhadap
bencana. Selain infrastruktur bangunan sekolah, tak dapat dibayangkan apabila
kejadian bencana terjadi pada jam-jam sekolah (Sunarhadi, 2013). Letak geografis
Indonesia yang menyebabkan intensitas bencana yang cukup tinggi terutama
bencana akibat aktivitas vulkanik.
B. Kesiapsiagaan
Upaya penanggulangan bencana di Indonesia telah tercantum dalam UU Nomor
24 Tahun 2007. Salah satu tindakan penanggulangan bencana yang dapat dilakukan
adalah dengan peningkatan kesiapsiagaan terhadap bencana. Pada UU Nomor 24
Tahun 2007 pasal 1 ayat 7 berbunyi, kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta
melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Peningkatan kesiapsiagaan
adalah tahapan yang paling penting dilakukan sebelum terjadi bencana dan dapat
mengurangi korban jiwa. Kesadaran dan pemahaman hubungan antara bencana dan
kebutuhan dasar warga sangat penting. Kebutuhan dasar merupakan pondasi dari
pengurangan resiko bencana yang akan meningkatkan kesiapan warga terhadap
bencana.
Kajian tingkat kesiapsiagaan pelajar merupakan bagian dari kajian model
sekolah siaga bencana yang dilakukan menggunakan kerangka kerja (framework)
kesiapsiagaan yang dikembangkan oleh LIPI-UNESCO/ISDR pada tahun 2006

3

dengan lima parameter kesiapsiagaan yakni pengetahuan dan sikap, sistem
peringatan bencana, rencana tanggap darurat, kebijakan, dan mobilisasi sumber
daya (Koswara, 2012). Kesiapsiagaan seseorang dapat diukur dengan melihat
tingkat pengetahuan mengenai bencana yang terjadi dan tindakan-tindakan yang
akan dilakukan sebelum, saat dan setelah bencana terjadi.
Analisis hasil penilaian kesiapsiagaan yang digunakan adalah dengan
menggunakan analisis kuantitatif yang akhirnya didapatkan angka indeks
kesiapsiagaan dan merupakan hasil indeks gabungan dari parameter yang ada. Nilai
indeks tingkat kesiapsiagaan diklasifikasikan dan dikatagorikan dalam 5 kelas
(Sopaheluwakan, 2006), yaitu:
1) Sangat Siap
: 80-100
2) Siap
: 65-79
3) Hampir Siap
: 55-64
4) Kurang Siap
: 40-54
5) Belum Siap
: 0-39
C. Jalur Evakuasi
Evakuasi merupakan tahap penyelamatan yang dilakukan oleh tim SAR atau
warga sekitar untuk menghindari korban jiwa dan evakuasi dilakukan saat
terjadinya bencana serta merupakan salah satu tindakan tanggap darurat.
Menentukan membuat dan memelihara sarana Emergency Exit adalah sebagai
berikut :
1. Peta jalur emergency exit ditempatkan disetiap lantai, ruangan dan tempat –
tempat khusus termasuk assembly point dan sarana emergency (APAR, P3K
dll)
2. Jalur evakuasi harus bebas dari benda yang bisa menghalangi proses
evakuasi.
3. Jalur evakuasi harus cukup (jumlah & ukuran) untuk mengeluarkan personil
dalam waktu 2, 2 ½, atau 3 menit.
4. Jalur evakuasi harus bebas dari benda yang mudah terbakar atau barang
terbakar lainnya.
5. Terdapat petunjuk arah evakuasi yang harus terlihat jelas pada keadaan gelap.
Algoritma Djikstra menyediakan dasar untuk algoritma yang paling efisien
untuk memecahkan masalah penentuan jalur terpendek. Kebanyakan perbaikan
komputasi untuk memecahkan jalur terpendek telah dihasilkan dari peningkatan
struktur data yang digunakan untuk mengimplementasikan algoritma djiksa ini.
Algoritma Djikstra adalah algoritma dalam tabel yang dibuat permanen oleh setiap
literasi. Rumus yang digunakan dapat dilihat sebagai berikut :
d(x) = min{d(x), d(y) + a(y,x)} ......... (1)

4

BAB III
METODE PENGABDIAN
A. Tempat dan Waktu Pengabdian
Lokasi pengandian dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 1 Sukoharjo tepatnya
terletak di Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah. Pengabdian ini telah
berlangsung selama 1 minggu, dimulai pada tanggal bulan 2015.
B. Teknik Pengumpulan Data
Pengabdian ini bertujuan untuk menganalisis tingat kesiapsiagaan sekolah dan
menghasilkan rancangan jalur evakuasi yang aman bagi warga sekolah. Adapun
penggumpulan data yang digunakan dalam menunjang pengabdian ini sebagai
berikut:
1. Tinjauan Pustaka
Pengetahuan dalam studi kepustakaan ini untuk melengkapi data sekunder
yang akan menunjang proses pengabdian. Data sekunder adalah data yang
diperoleh dari membaca buku, jurnal, surat kabar, artikel atau bentuk tulisan
lainnya secara umum yang berkaitan dengan topik pengabdian yang
dilakukan.
2. Observasi (Survei)
Observasi/survei merupakan pengumpulan data dari suatu pengamatan yang
dilakukan seorang observer/peneliti pada kegiatan yang sedang
berlangsung. Observasi/survei dilakukan untuk mengamati lingkungan
sekolah di setiap bagiannya secara detail sehingga dapat menjadi acuan
dalam pembuatan rancangan jalur evakuasi yang aman bagi warga sekolah.
3. Kuisoner
Kuisoner/angket adalah pengumpulan data yang dilakukan secara tidak
langsung. Angket merupakan alat pengumplan data berupa pertanyaanpertanyaan yang akan diisi oleh responden. Kuisoner/angket digunakan
untuk mengukur seberapa bahaya lokasi sekolah dan tingkat kerentanan
yang dimiliki sekolah terhadap bencana yang pernah terjadi dan resiko
becana yang akan terjadi.
4. Dokumentasi
Dokumentasi berupa pengambilan gambar maupun data secara berkala yang
digunakan untuk memperkuat hasil dari observasi dan kuesioner.
Dokumentasi digunakan sebagai pembukti kebenaran yang diambil dilokasi
pengabdian.
5. Wawancara
Wawancara adalah kegiatan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
menanyakan secara langsung pada sumber informasi (Hadi Sabari Yunus,
2010).

5

C. Tahapan Pengabdian
Pengabdian yang dilakukan di SMP Muhammadiyah 1 Sukoharjo melalui
beberapa tahapan, adapun tahapannya sebgai berikut.
1. Tahapan persiapan
Pengabdian ini diawali dengan tahap persiapan yaitu orientasi medan dan
data juga dilakukan perijinan pada sekolah terkait.
2. Persiapan instrumen pengabdian
Pengabdian ini bertujuan untuk menganalisis tingat kesiapsiagaan sekolah
dan menghasilkan rancangan jalur evakuasi yang aman bagi warga sekolah.
Oleh karena itu, Tim Pengabdian Mahasiswa Pendidikan Geografi
menggunakan instrumen kuisoner Panduan Monitoring dan Evaluasi
Sekolah Siaga Bencana yang berasal dari Lembaga Peneliti Indonesia (LIPI)
(Koswara, 2012) dalam menganalisis tingkat kesiapsiagaan sekolah.
Rancangan jalur evakuasi didasarkan pada penilaian kerentanan dan bahaya
sekolah yang dinilai oleh Tim Mahasiswa Pendidikan Geografi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
3. Survei lokasi
Survei lokasi dilakukan untuk menentukan sekolah-sekolah mana saja yang
menjadi lokasi pengabdian dan orientasi medan lokasi pengabdian.
4. Pengabdian dan Pengumpulan data
Pengabdian dan pengumpulan data dilakukan oleh Tim Mahasiswa
Pendidikan Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan
melakukan kunjungan langsung di lokasi pengabdian selama 4 hari. Selama
proses pengabdian Tim mahasiswa mengumpulkan data dan melakukan
observasi di sekolah. Rancangan jalur evakuasi disusun berdasarkan hasil
penilaian indeks kerentanan dan bahaya sekolah kemudian dilakukan survei
langsung disetiap ruang pada lingkungan sekolah untuk menentukan jalur
yang aman dan dapat digunakan sebagai jalur evakuasi nantinya.
5. Pembuatan rancangan jalur evakuasi
Tahapan selanjutnya adalah pembuatan rancangan jalur evakuasi berbasis
3D dengan menggunakan software Sketch Up 2014 dan Corel Draw
Graphics Suite X7. Dimana rancangan jalur evakuasi ini memberikan
gambaran tentang jalur evakuasi yang aman bagi warga sekolah.
6. Analisis data
Pengabdian ini dalam menganalisis tingkat kesiapsiagaan kmunitas sekolah
menggunakan analisis kuantitatif dari data yang bersumber dari data primer
hasil kuisoner sekolah, guru dan siswa. Analisis kesiapsiagaan
menggunakan analisis kuantitatif menggunakan tabel-tabel frekuensi dan
tabel-tabel silang, diagram dan angka-angka indeks.
7. Pembuatan laporan akhir
Tahapan terakhir adalah proses pembuatan laporan akhir.

6

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Kesiapsiagaan Sekolah
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya di lokasi
pengabdian yaitu SMP Muhammadiyah 1 Sukoharjo mengenai tingkat
kesiapsiagaan komunitas sekolah dalam menghadapi bencana yang menggunakan
instrumen berupa kuisoner Panduan Monitoring dan Evaluasi Sekolah Siaga
Bencana yang berasal dari Lembaga Peneliti Indonesia (LIPI), menunjukkan bahwa
tingkat kesiapsiagaan komunitas sekolah masih tergolong katagori “rendah”.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 3 instrumen berbeda tergantung
responden yaitu pihak sekolah (kepala sekolah), guru dan siswa dengan
menggunakan sampel yaitu kepala sekolah, 18 guru dan 30 siswa perwakilan setiap
kelas di SMP Muhammadiyah Sukoharjo.
Nilai indeks kesiapsiagaan komunitas sekolah dapat dilihat pada gambar 4.1
yang merupakan hasil penelitian mengenai tingkat kesiapsiagaan SMP
Muhammadiyah 1 Sukoharjo sebagai berikut.
80

72

70

59,7

62,3

59

55

60

50

46,247,3

50

43,1

40

32
25

30

20

12
7,1

10

0

0

0

KAP

EP

WS
SEKOLAH

RMC
GURU

PS

K

SISWA

Gambar 4.1 Diagram parameter dan tingkat kesiapsiagaan
SMP Muhammadiyah 1 Sukoharjo
Keterangan:
K AP
EP
WS
RMC
PS
K

: Indeks
: Indeks
: Indeks
: Indeks
: Indeks
: Indeks

pengetahuan/knowledge
tanggap darurat/emergency planning
sistem peringatan dini/warning system
mobilisasi sumber daya/resource mobilization contribution
kebijakan dan panduan/
Kesiapsiagaan

Pada gambar 4.1 merupakan perbandingan seluruh parameter terhadap
responden penelitian. Terdapat perbedaan parameter dimana pada kuisoner sekolah
tidak memiliki parameter pengetahuan melainkan adanya parameter kebijakan dan
7

panduan. Pada keseluruhan parameter terlihat bahwa nilai indeks sekolah memiliki
nilai terendah. Pada kuiesoner siswa dan guru tingkat kesiapsiagaan dianalisis
parameter pengetahuan, rencana tanggap darurat dan mobilisasi sumber daya yang
menunjukkan guru memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan siswa. Namun,
pada parameter sistem peringatan dini terhadap bencana, nilai indeks siswa lebih
baik.
Nilai akhir hasil indeks kumulatif tingkat kesiapsiagaan menunjukkan bahwa
guru dengan nilai indeks 62,3 dan siswa dengan nilai indeks 55, termasuk dalam
katagori “Hampir Siap” dalam menghadapi bencana. Pihak sekolah dengan nilai
indeks tingkat kesiapsiagaan sebesar 7,1 termasuk dalam katagori “Belum Siap”
dalam menghadapi bencana.
B. Jalur Evakuasi
a) Proses Pembuatan Jalur Evakuasi Berbasis 3 Dimensi
1. Tampilan (interface) Google Sketchup serta alat-alat (tools) utama untuk
membuat desain.

2. Membuat disain rumah sedarhana (bangunan). Saya membuat empat
persegi panjang menggunakan Rectangle. Clik Rectangle (disamping
gambar pensil).

3. Untuk membuat bentuk 3D, klik icon Push/Pull (gambar kubus dengan
panah merah keatas). Klik dan tahan (drag and drop) kemudian tarik
keatas. Pada kolom Measurements akan berubah menjadi Distance,
silahkan berhenti padaketinggian yang Anda inginkan. Misalnya 3,5 m.

8

4. Icon/tool Orbit ini berguna untuk memutar gambar saat Anda ingin
membuat perubahan/desain padasisi lain. Contoh: saya akan membuat
atap, maka putar gambar, posisikan bagian atas menghadap kearah kita
(bisa kelihatan dengan jelas (lihat gambar dibawah). Istilahnya: eye bird
view (dilihat dari atas/sudut pandang burung).

Untuk membuat atap, klik Line (gambar pensil), arahkan pada bagian
tengah di garis depan (akan muncul titik biru dengan tulisan Midpoint).
Kik dan arahkan kegaris belakang, klik dibagian midpoint seperti pada
garis depan. Anda akan memiliki satu garis tepat ditengah-tengah seperti
gambar diatas.
5. Kik icon Move (gambar anak panah bersilang berwarna merah, tahan dan
tarik keatas. Measurement akan berubah menjadi Length, silahkan
berhenti pada ketinggian atap yang Anda inginkan.

6. Untuk membuat atap menjorok, klik dinding sebelah kiri, gunakan icon
Push/Pull untuk mendorong didnding tersebut. Lakukan hal yang sama
untuk membuat atap sebelah kanan.

9

7. Tampak depan (front view). Silahkan putar menggunakan Orbit.

8. Untuk membuat jendela dan pintu, silahkan buat pola garis sesuai
keinginan Anda. Gunakan Line atau Rectangle, atur ukurannya dengan
melihat kolom Measurement. (front view).

9. Untuk memberi warna atau material, cari di Menu Bar: klik WindowsMaterial. Anda bisa memilih warna atau material. Klik segitiga kecil
berwarna hitam disamping tulisan Wood, akan muncul pilihan material.
Wood; untuk kayu, Roof: untuk atap/genteng, Stoone: untuk lantai atau
dinding batu, dst.

10. Untuk memberi warna atau material, silahkan klik warna atau material yang
diinginkan, kemudian klik bagian yang ingin diberi warna.

10

11. Kaca jendela bisa diberi efek kaca transfaran. Cari material Translucent,
pilih salah satunya. Gambar kaca diatas sudah transfaran, sudut ruangan
bagian dalam bisa terlihat dari luar.

12. Anda dapat memilih warna dinding, atap dan lantai sesuai bangunan.

13. Selanjutnya adalah proses penyimpanan. Simpan berupa file
.JPG.Caranya: Klik File-Export-2D graphic. Tentukan tempat untuk
menyimpannya.

14. Contoh desain RS telah selesai.

11

Dibawah ini merupakan hasil 3D bangunan SMP Muhammadiyah 1
Sukoharjo.

Dari sekian banyaknya langkah diatas yang tadi sudah dilakukan. Yang
merupakan bagian dari sisi nampak 3D, kemudian akan dilanjutkan dengan
gambar yang nampak dari atas 2D. Klik Section Plane. Guna memotong
bagian dari atas dan tarik kebawah.

Ini jika sudah meng-klik Selection Plane, akan muncul garis kuning
persegi empat dan ada panah mengarah ke bawah.

12

Gunakan Move untuk menarik garis kuning (Selection Plane) ke bawah.

Jika sudah ditarik kebawah maka akan Nampak gambar seperti posisi
dibawah ini, yang merupakan tampak gambar 2D. Terlihat bagian – bagian
Ruangannya.

Denah Lantai 1 SMP Muhammadiyah 1 Sukoharjo

Denah Lantai 1 SMP Muhammadiyah 1 Sukoharjo

13

Berdasarkan hasil observasi dan pengolahan data 3D bangunan sekolah
SMP Muhammasiyah 1 Sukoharjo maka jalur evakuasi yang aman adalah
sebagai berikut.

b) Analisis Jalur Tercepat
Berdasarkan jalur evakuasi yang telah ditentukan dan menggunakan
Algoritma Djikstra digunakan untuk menentukan jalur tercepat dan waktu yang
ditempuh dalam proses evakuasi. Adapun hasil perhitungannya adalah sebagai
berikut:

14

Tabel 4.1 Perhitungan jalur tercepat untuk evakuasi
SMP Muhammadiyah 1 Sukoharjo

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

Nama
Ruang/Simbol
A1
A2
A3
A4
A5
A6
A7
A8
A9
A10
A11
A12
A13
A14
A15
A16
K1
K2
K3
K4
K5
K6
K7
K8
K9

26

K10

27
28

K11
K12

No

Arah Evakuasi

Jarak (m)

A1-TK
A2-TK
A3-TK
A4-TK
A5-TK
A6-TK
A7-TK
A8-TK
A9-TK
A10-TK
A11-TK
A12-TK
A13-TK
A14-TK
A15-TK
A16-A15-TK
K1-TK
K2-TK
K3-TK
K4-TK
K5-TK
K6-TK
K7-TK
K8-TK
K9-K7-TK
K10-K9-K8K7-TK
K11-TK
K12-TK

4,3
7,72
4,12
4,12
4,12
4,12
4,12
9,32
10,11
4,33
4,33
4,33
4,33
4,33
5,51
11,7
4,12
4,12
4,12
4,12
4,12
5,61
4,47
4,47
12,13

Kecepatan
(m/s)
3,64
6,55
3,52
3,52
3,52
3,52
3,52
7,9
8,6
3,7
3,7
3,7
3,7
3,7
4,7
9,9
3,5
3,5
3,5
3,5
3,5
4,76
3,8
3,8
10,3

20,04

16,99

22,41
4,15

19
3,5

Keterangan
jalur evakuasi
Alternatif 1

Alternatif 2

15

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pengabdian yang telah dilaksanakan maka kesimpulan yang
didapatkan adalah:
1. Nilai akhir hasil indeks kumulatif tingkat kesiapsiagaan guru dengan nilai
indeks 62,3 dan siswa dengan nilai indeks 55, termasuk dalam katagori
“Hampir Siap”. Pihak sekolah dengan nilai indeks tingkat kesiapsiagaan
sebesar 7,1 termasuk dalam katagori “Belum Siap” dalam menghadapi
bencana.
2. Tedapat 2 alternatif dalam jalur evakuasi tercepat di lingkungan SMP
Muhammadiyah 1 Sukoharjo.
B. SARAN
1. Perlunya peningkatan kesiapsigaan terutama oleh pihak sekolah dan siswa
yang rentan terhadap bencana
2. SMP Muhammadiyah 1 Sukoharjo harus memiliki jalur evakuasi yang
baik. Tanda-tanda/rambu jalur evakuasi harus terpasang dengan baik dan
jelas di lingkungan sekolah.
3. Pada jam sekolah disarankan pagar disebelah mesjid terbuka (tidak
dikunci) karena dapat digunakan sebagai jalur alernatif evakuasi mengingat
lokasi dibawah tangga merupakan daerah yang beresiko tinggi.

16

DAFTAR PUSTAKA
Koswara, Asep dan Triyono. 2012. Panduan Monitoring dan Evaluasi Sekolah
Siaga Bencana. Jakarta: LIPI Press.
Riduwan. 2009. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: ALFABETA.
Sadisun, Imam A. 2008. Pemahaman Karakteristik Bencana: Aspek Fundamental
dan Upaya Mitigasi Penanganan Tanggap Darurat Bencana. Bandung:
Institut Teknologi Bandung (ITB).
Sarwidi. 2011. Penanggulangan Bencana Gunung Merapi Berdasarkan Sistem
Penanggulangan Bencana Nasional. Seminar Nasional Pengembangan
Kawasan Merapi Aspek Kebencanaan dan Pengembangan Masyarakat
Pasca Bencana. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Sunarhadi, Amin dan Teguh Setyawan. 2012. Melek Geografi SMA 7 Surakarta
dan MA Al Islam di Kecamatan Serengan dalam Mengenal Bencana Banjir
dan Lingkungan. Seminar Nasional Geografi, Fakultas Geografi, 19 Juni
2014. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Zaennudin, Akhmad. 2009. “Bencana Letusan Gunung Api” dalam “Perangkat
diagnosa kesiapsiagaan bencana Indoinesia (PASTI) Ancaman 7,175–180.
Jakarta Pusat: Humanitarian Forum Indonesia.

17

LAMPIRAN

Proses wawan cara dengan kepala sekolah smp 1 muhamaddiyah sukoharjo

Proses wawan cara dengan pak bon

Proses input data Quensiener Siswa siswi SMP 1 Muhamaddiyah sukoharjo

Proses observasi kondisi bangunan sekolah SMP 1 Muhamaddiyah sukoharjo

Kondisi Ruang kelas siswa

Kondisi atap sekolah

Kondisi Ruang guru dan teu

Musolah

Lorong kelas

Kondisi bangunan sekolah dari depan dan samping