KARYA ILMIAH SRI ASTUTI NINGSIH

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI
HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR DAUN TUMBUHAN DENGAN
FUNGSINYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TIPE
TALKING STICK DI KELAS IV SDN KARANG JAWA MUKA 2
Sri Astuti Ningsih
NIM. 819939228

Abstrak
Permasalahan yang terjadi pada siswa siswi di SDN Karang Jawa Muka 2 rendahnya
nilai siswa pada mata pelajaran IPA materi mengenai hubungan antara struktur daun tumbuhan
dengan Fungsinya di kelas IV.Hal tersebut dikarenakan kurang pahamnya siswa tentang materi
mengenai hubungan antara struktur daun tumbuhan dengan Fungsinya serta motivasi dan minat
siswa yang rendah dalam memperhatikan pelajaran. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa
kelas IV di sekolah ini maka dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas dengan menerapkan model
pembelajaran tipe Talking Stick. Penelitian ini bertujuan meningkatkan aktivitas siswa, hasil
belajar siswa aktivitas guru.
Penelitian ini dilaksanakan mengikuti prosedor Penelitian Tindakan Kelas melalui
tahapan perencanaan.Tindakan, observasi, dan refleksi.Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan tes dan lembar observasi guru di kelas IV SDN Karang Jawa Muka 2 Kecamatan
Padang Batung Kabupaten Hulu Sungai Selatan berjumlah 16 orang. Penelitian ni dilakukan
dalam 2 siklus.

Hasil Penelitian menunjukkan aktifitas pembelajaran guru melalui tahapan model
kooperatif tipe talking stick sudah mencapai APKG I 4,93 dan APKG II 4,94 hasil belajar siswa
dalam pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick
sudah mencapai di atas KKM yaitu 65 harus mencapai 85% sebagai inikator ketuntasan belajar.
Hal ini terbukti dari hasil belajar siklus I mencapai nilai rata- rata 71.25 dengan ketuntasan
klasikal 80% dan di siklus II meningkat dengan nilai rata-rata mencapai 85 dengan ketuntasan
klasikal mencapai 100%. Sehingga pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick mampu
meningkatkan hasil belajar siswa dilihat dari skor perkembangan siswa, pengamatan terhadap
hasil belajar siswa dilihat dati skor perkembangan siswa, pengamatan terhadap aktivitas siswa
dan guru menunjukan adanya peningkatan setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif
tipe Talking Stick.
Berdasarkan kesimpulan di atas maka diharapkan kepada guru IPA di SD model
pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif
dalam memilih pendekatan dan model pembelajaran serta meningkatkan kualitas proses
pembelajaran.

Kata Kunci : pembelajaran talking stick

1


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Undang-Undang Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada Bab II pasal 3 bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermatabat dalam rangka mencerdas kankehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Dalam rangka itu, berdasarkan hasil wawancara dengan guru wali kelas IV
SDN Karang Jawa Muka 2, masih banyak di jumpai kemampuan siswa untuk
menyerap materi pelajaran di bawah ini yang di harapkan, terutama mata pelajaran
IPA. Meskipun selama proses pembelajaran hampir semua fasilitas telah di berikan,
terutama motivasi yang bersifat merangsang keinginan siswa untuk lebih banyak
dalam proses pembelajaran. Kelemahan yang terbanyak adalah kurangnya minat dan
motivasi serta dorongan dari siswa untuk terlibat jauh dalam proses pembelajaran

dan pemecahan masalahnya. Padahal semestinya dalam pembelajaran di mana siswa
berperan aktif dalam pemecahan masalah yang di pelajari.
Untuk mencapai dari segala apa yang di harapkan. Penulis melakukan
penelitian sederhana untuk mengkaji lebih tentang permasalahan tersebut dan
berusaha mencari solusi pemecahannya dalam mencapai tujuan yang di harapkan
1. Identifikasi Masalah
Menerut Rachmadiarti, Fida (2003 :1) dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar sehari-hari terdapat tujuan yang harus di capai, yaitu tujuan
produk. Proses, dan keterampilan psikomotor, sikap (afektif) dan keterampilan
sosial. Dari beberapa tujuan tersebut yang biasa menjadi tolak ukur keberhasilan
belajar siswa adalah tujuan produk, proses, dan psikomotor karena tujuan ini di
ukur melalui tes yang lain. Jika siswa yang di ujikan dapat mencapai 65% tujuan
2

atau lebih, dapat dikatakan siswa tersebut telah mencapai tujuan pembelajaran
yang diujikan tersebut secara tuntas. Bila 85% siswa dapat mencapai 65% atau
lebih tujuan, dikatakan telah tuntas kelas untuk siswa belum tuntas pada tujuan
tertentu dari pembelajaran perlu diberikan tugas remedial, sedangkan siswa yang
sudah melaju cepat diberikan tugas-tugas atau pengayaan. Kedua tugas ini perlu
diberikan dengan tujuan siswa yang kurang pandai termotivasi untuk belajar dan

mendapat latihan, sedangkan siswa yang melaju cepat tidak jenuh di kelas
mendengar guru menjelaskan atau mengulang pelajaran pada topik yang sama
yang telah tuntas.
Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan
menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Cukup banyak
bahan pelajaran yang tergabung dengan percuma hanya karena penggunaan
metode menurut kehendak guru dan mengabaikan kebutuhan siswa, fasilitas, serta
situasi kelas.
Mengatasi

masalah

di

atas,

maka

perlu


diusahakan

perbaikan

pembelajaran siswa dengan lebih memfokuskan pada pembelajaran mengaktifkan
siswa dalam proses belajar mengajar, yaitu ,melalui pembelajaran mengaktifkan
siswa dalam proses belajar mengajar, yaitu melalui model tipe Talking Stick.
Keterlibatan siswa ini banyak metode yang dapat digunakan seperti diskusi,
demonstrasi, tanya jawab, percobaan dan lain-lainya. Demikian juga dengan
bergulirnya pendidikan yang memberikan kesempatan lebih besar pada siswa
untuk berperan aktif dan berbagai media pembelajaran pun bermunculan.
Pembaharuan ini menggugah jiwa kreativitas guru dan para ahli pendidikan untuk
berpacu dalam peningkatan kualitas pendidikan.Model-model pembelajaran sudah
banyak dibuat oleh para ahli pendidikan dalam rangka untuk meningkatkan
keterlibatan siswa sekaligus meningkatkan kualitas pendidikan.
Salah satu implementasi strategi dalam belajar yaitu di gunakannya
pendekatan dan model-model dalam pembelajaran di kelas, karena saat ini model
pembelajaran, di pandang paling punya peran strategis dalam upaya mendongkrak
keberhasilan proses hasil belajar mengajar, sehingga guru diharapkan mampu
menyampaikan materi dengan tepat tanpa siswa merasa bosan.

Juga pada saat ini model - model pembelajaran inovatif - frogresif
merupakan konsep belajar yang membantu guru meningkatkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa mendorong siswa membuat hubungan
3

antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat
2. Analisis Masalah
a. Mengapa siswa kurang memahami materi mengenai Hubungan Antara Struktur

Daun Pada Tumbuhan Dengan Fungsinya.
b. Apa saja yang menyebabkan motivasi dan minat belajar siswa rendah sehingga
siswa menjadi bosan pada saat pembelajaran?.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Setelah melakukan identifikasi dan analisis masalah maka perlu dilakukan
perbaikan dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan pemecahan
masalah sebagai berikut :
a. Menggunakan Model Pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran
yaitu model pembelajaran tipe Talking Stick.

b. Serta menggunakan metode, strategi dan model yang dapat meningkatkan
motivasi dan minat belajar siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan analisis masalah di atas, maka
permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah dengan menggunakan Model Pembelajaran Tipe Talking Stick pada
materi Hubungan Antara Struktur Daun Tumbuhan Dengan Fungsinya, dapat
meningkatkan pemahaman siswa pada materi tersebut?
2. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran tipe Talking Stick pada
materi Hubungan Antara Struktur Daun tumbuhan Dengan Funginya dapat
meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa.
3. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran Tipe Talking Stick pada
materi Hubungan Antara Struktur Daun Tumbuhan Dengan Fungsinya dapat
meningkatkan hasil belajar siswa?
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Untuk mengetahui apakah dengan menggunakan model pembelajaran tipe
Talking stick pada materi Hubungan Antara Struktur Daun tumbuhan Dengan
Fungsinya sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi
tersebut.


4

2. Untuk mengetahui apakah dengan menggunakan model pembelajaran tipe
Talking Stick pada materi Hubungan Antara Struktur Daun tumbuhan dengan
Fungsinya sehingga dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa.
3. Untuk mengetahui apakah dengan menggunakan model pembelajaran tipe
Talking Stick pada materi Menjelaskan Hubungan Antara Struktur Daun
tumbuhan dengan Fungsinya sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Guru
Hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai salah satu alternatif dalam memilih
pendekatan dan model pembelajaran, serta meningkatkan kualitas proses
pembelajaran.
2. Siswa
Model pembelajaran tipeTalking Stick ini memberikan pengaruh positif kepada
siswa. Dalam pembelajaran ini siswa.Dalam pembelajaran ini siswa dituntut
aktif dalam kelompoknya dan hasil penelitian ini memberi motivasi belajar bagi
siswa.

3. Kepala Sekolah
Penelitian ini menjadi sumbangan pemikiran dalam merencanakan program
pembinaan melalui supervisi akademik guna mempertinggi kualitas proses dan
hasil belajar di sekolah.
4. Peneliti Lain
Penelitian ini dapat di manfaatkan sebagai bahan acuan dalam melaksanakan
penelitian yang mendalam tentang model pembelajaran tipe Talking Stick.

5

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori
1. Pengertian Belajar Dan Mengajar
Belajar merupakan kegiatan semua orang.Pengetahuan terbentuk dan
berkembang di sebabkan adanya belajar. Oleh karena itu seseorang di katakan
belajar bila dapat di asumsikan dalam diri seseorang itu menjadi suatu proses
kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku. Perubahan tanpa di sertai
usaha bukanlah di namakan belajar.Belajar juga merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan
perilaku individu.
Depdiknas (2003) mendifinisikan “Belajar” sebagai proses membngun
makna/pemahaman terhadap informasi dan pengalaman. Proses makna tersebut
dapat di lakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses
mendapatkan pengetahuan dengan membaca dan menggunakan pengalaman
yang memandu perilaku pada masa yang akan datang.
Dari semua pengertian tentang belajar, sangat jelas bagi kita bahwa belajar
tidak hanya berkenaan degan jumlah pengetahuan tetapi juga meliputi seluruh
kemampuan

individu.Kedua

pengertian

terakhir

tersebut

memusatkan


perhatiannya pada tiga hal.
Pertama, belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada
diri individu.Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek pengetahuan atau
kognitif saja tetapi juga meliputi aspek sikap dan nilai (afektif) serta
keterampilan (psikomotor).
Kedua, perubahan itu harus merupakan buah dari pengalaman perubahan
yang terjadi pada diri individu karena adanya interaksi antara dirinya dengan
lingkungan. Interaksi ini dapat berupa interaksi fisik misalnya, seorang anak
akan mengetahui api itu panas setelah ia menyentuh api pada lilin. Di samping
melalui interaksi fisik, perubahan kemampuan tersebut dapat diperoleh melalui
interaksi psikis. Contohnya, seorang anak akan berhati-hati memegang batang
pohon Daun Mangga setelah ia pernah melihat ada orang yang pernah di gigit
Ular dari batang pohon daun mangga tersebut.

6

Perubahan kemampuan tersebut terbentuk karena adanya interaksi
individu dengan lingkungan.
Ketiga, perubahan itu relatif menetap. Perubahan perilaku akibat obatobatan, minuman keras, dan yang lainnya tidak dapat di kategorikan sebagai
perilaku hasil belajar. Seorang atlet yang dapat melakukan lompat melebihi
rekor orang lain karena minum obat tidak dapat di kategorikan sebagai hasil
belajar. Perubahan tersebut tidak bersifat cukup permanen ( Winataputra,
2008,1. 9).
Proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku
kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan
tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari pada
keadaan sebelumnya ( Syah, 2009:109).
Menurut Witting (1981), tahap belajar meliputi : 1) acquisition (perolehan
materi); 2) Storage (proses penyimpanan) 3) retrieval (memproduksi /
mengungkapkan kembali materi dari memori) (Syah, 2009: 111).
Djamaran dan Zain (2010: 39-40) Sebagai suatu proses pengaturan,
kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari ciri-ciri tertentu, yang menurut Edi
Suardi sebagai berikut:
1. Belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membentuk anak didik
dalam suatu perkembangan tertentu.
2. Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, didesain untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Kegiatan belajar mengajar dengan satu penggarapan materi yang khusus.
4. Ditandai dengan aktivitas anak didik.
5. Dalam kegiatan mengajar, guru berperan sebagai pembimbing.
6. Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan disiplin.
7. Ada batas waktu.
8. Evaluasi
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku
sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukan perubahan tingkah
laku. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang di alami siswa

7

dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai
hasil interaksi antara stimulasi dan respon ( httpmatheduunila. blagspot. Com /
2010 / 10 / pengertian - belajar. html ).
Menurut Watson belajar adalah proses interaksi antara stimulasi dan
respon, namun stimulasi dan respon dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang
dapat diamati (observasi) dan dapat diukur. Dengan kata lain walaupun ia
mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama
proses belajar, namun hal-hal tersebut faktor yang tak perlu diperhitungkan.
Thorndike menyatakan bahwa belajar adalah proses interaksi stimulasi
respon. Stimolasi yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan
belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lainnya yang dapat di tangkap
melalui panca indra. Sedangkan respon yaitu interaksi yang dimunculkan peserta
didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan
tindakan. Dari devinisi ini maka menurut Thorndike perubahan tingkah laku
akibat dari kegiatan belajar itu dapat berwujud kongkrit yaitu yang di amati, atau
tidak

kongkrit

yaitu

tidak

dapat

di

amati

(http://mathedu-unila.blogspot.com/2010/10/pengertian-belajar.html).
2. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD.
Pendidikan IPA merupakan di siplin ilmu yang di dalamnya terkait
dengan Ilmu pendidikan dan IPA itu sendiri,IPA sendiri berasal dari kata sain
yang berarti alam, sain menurut Suyoso (1998:23) merupakan pengetahuan hasil
kegiatan manusia yang bersift aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta di
peroleh melalui metode tertentu, sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku
secara iniversal.
Menurut Abdullah (1998:18) IPA merupakan pengetahuan teoritis yang di
peroleh atau di susun dengan cara yang khas atau khusus yaitu dengan melakukan
observasi, eksperimentasi, penyimpulan.
Tohari

(1978:3)

mendifinisikan

IPA

merupakan

usaha

untuk

menggunakan tingkah laku siswa memahami proses-proses IPA memiliki nilainilai dan sikap yang baik terhadap IPA serta menguasai materi IPA berupa
fakta,konsep,prinsip, hukum dan teori IPA.
Sumaji (1998:46) menyatakan suatu ilmu pengetahuan alam yang
merupakan di siplin ilmu bukan bersifat teoritis melainkan gabungan (kombinasi)
antara di siplin ilmu yang bersifat produktif.
8

Dengan demikain pendidikan IPA merupakan di siplin ilmu yang di
dalamnya terkait antara pendidikan dengan IPA, pendidikan merupakan
suatuproses sadar dan terencana dari setiap individu maupun kelompok
untukmembentuk pribadi yang baik dalam mengembangkan potensi yang ada
dalamupaya baik dalam mengembangkan potensi yang di harapkan. IPA sendiri
merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang di peroleh dengan
menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah yang di
dapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga akan
terus di sempurnakan.
a. Karakteristik Pendidikan IPA di Sekolah Dasar
untuk membahas karakteristik IPA dapat di lihat dari berbagai pandangan
berikut dikemukakan karakteristik di lihat dari strategi penyampaiannya.
1. Materi IPA
- Sumber daya alam dapat dilihat dari sumbe daya alam hayati.
- Sumber daya alam nonhayati.
- Sumber daya Laut.
- Sumber daya hutan.
- Sumber daya sungai, pengunungan, pengaruh kerusakan lingkungan terhadap
sumber daya alam kelestarian sumber daya alam.
2. Strategi Penyampaian Pengajaran IPA
Strategi penyampaian pengajaran IPA, sebagian besar adalah didasarkan
pada suatu tradisi,yaitu materi disusun dalam urutan: anak (diri sendiri), keluarga,
masyarakat/tetangga, kota, region,negara,dan dunia. Tipe kurikulum seperti ini
disebut “ The Wedining Horizon or Expanding Enviroment Curriculum”.
Sebutan masa Sekolah Dasar, merupakan periode keserasian bersekolah,
artinya anak sudah matang untuk bersekolah. Adapun kriteria keserasian
bersekolah adalah sebagai berikut:
 Anak harus bekerjasama dalam kelompok denganteman-teman sebaya,
tidakboleh tergantung pada ibu, ayah atau anggota keluarga lain yang
dikenalnya.
 Anak memiliki kemampun sineik-analtik dapat mengenal bagian-bagian dari
keseluruhannya, dan dapat menyatukan kembali bagian-bagian tersebut.
 Secara jasmaniah anak sudah mencapai bentuk anak sekolah.

9

Menurut Preston (Hidayati, dkk,2009: 28), anak mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
 Anak merespon (menaruh perhatian) terhadap bermacam-macam aspek dari
dunia sekitarnya. Anak secara spontan menaruh perhatian terhadap kejadiankejadian/peristiwa, benda-benda yang ada disekitarnya. Mereka memiliki
minat yang luas dan tersebar di sekitar lingkungannya.
 Anak adalah seorang penyelidik.anak memiliki dorongan untuk menyelidiki
dan menemukan sendiri hal-hal yang ingin mereka ketahui.
 Anak ingin berbuat, ciri khas anak adalah selalu ingin berbuat sesuatu,
mereka ingin aktif,belajar,dan berbuat.
 Anak mempunyai minat yang kuat terhadap hal-hal yang kecil atau terperinci
yang seringkali kurang penting/bermakna.
 Anak kaya akan imaginasi, dorongan ini dapat dikembangkan dalam
pengalaman-pengalaman seni yang dilaksanakan dalam pembelajaran IPA
sehingga

dapat

dikembangkan

dengan

merumuskan

hipotensis

dan

memecahkan masalah.
Berkaitan dengan atmosfer di sekolah, ada sejumlah karakteristik yang
dapat diidentifikasi pada siswa SD berdasarkan kelas-kelas yang terdapat di SD.
a) Karakteristik Pada Masa Kelas Rendah SD (kelas 1,2 dan3)
1. Ada hubungan kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah.
2. Suka memuji diri sendiri.
3. Apabila tidak dapat menyelesaikan sesuatu, hal itu dianggapnya tidak
penting.
4. Suka membandingkan dirinya dengan anak lain dalam hal yang
menggantungkan dirinya.
5. Suka meremehkan orang lain.
b) Karakteristik Pada Masa Kelas Tinggi SD (4,5, dan 6).
1. Perhatiantertuju pada kehidupan praktis sehari-hari.
2. Ingin tahu, ingin belajar,dan realistis

3. Timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus.
4. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi
belajarnya di sekolah.
“Menurut Jean Piaget, usia siswa SD (7-12 tahun) ada pada stadium
operasional konkrit. Oleh karena itu guru harus mampu merancang pembelajaran
10

yang dapat membangkitkan siswa, misalnya penggalan waktu belajar tidak terlalu
panjang,peristiwa belajar harus bervariasi, dan yang tidak kalah pentingnya sajian
harus

di

buat

menarik

bagi

siswa

(http://naiwa-85.blogspot.com/2011/10/karakteristik-ipa-sdmenurut-ahliasing.html)
4. Model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick
a. Pengertian pembelajaran kooperatif
“pembelajaran

kooperatif

merupakan

pembelajaran

siswa

dalam

kelompok kecil yang terdiri dari 3-5orang siswa yang sederajat tetapi
heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras,dan satu sama lain yang saling
membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan
kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat aktif dalam proses
berpikir dan kegiatan belajar.
Artzt & Newman (1990:448) menyatakan bahwa dalam pembelajaran
kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tigastugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap anggota
kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan
kelompoknya (Trianto,2010:56).
Herdian (2009) menyatakan “ Pembelajaran kooperatif merupakan srategi
pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam
kelompok

untuk

mencapai

tujuan

pembelajaran”

(http://herdy

07.wordpress.com).
Menurut Erman (2004) Pembelajaran kooperatif (cooperative Learning)
adalah

pembelajaran

dengan

cara

mengelompokan

siswa

secara

heterogen(dalam hal kemampuan,presentasi,gender,minat,dan sikap) agar
dalam kerja kelompok dinamis. Dalam kelompok mereka bisa saling berbagi
(sharing) rasa, ide, pengetahuan, pengalaman, tanggung jawab, dan saling.
membantu, sehingga mereka akan terlatih pengendalian diri melalui belajar
toleransi dengan menghargai pendapat orang lain, berempati dengan
merasakan perasaan orang lain, mengikis secara bertahap perasaan malu dan
rendah diri tanpa alasan, dan inilah pelatihan kecerdasan emosional sehingga
EQ siswa bisa meningkat. Dasar pembelajaran kooperatif ini adalah fitrah
manusia sebagai makhluk sosial dengan prinsip belajar adalah bahwa hasil

11

kerja banyak orang relatif lebih baik dari pada hasil sendiri (http://matheduunila.blogspot.com).
Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai paling sedikit
tiga tujuan pentig: prestasi akademis, toleransi dan penerimaan terhadap
keanekaragaman, dan pengembangan keterampilan sosial (Arends,2008:5).
b. Karakteristik pembelajaran kooperatif
Karakteristik pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
a. Pembelajaran secara tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan
tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat
setiap siswa belajar. Semua tim (anggota kelompok) harus saling
membantu untuk mencapai tujuan. Untuk itulah, kriteria keberhasilan
pembelajaran di tentukan oleh hasil tim.
b. Didasarkan pada manajemin kooperatif
Manajemen terdiri dari empat fungsi yaitu fungsi perencanaan, fungsi
organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi kontrol. Dalam pembelajaran
kooperatif, fungsi perencanaan yang menunjukkan bahwa pembelajaran
kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses mengajar
bisa efektif. Misalnya : Tujuan yang harus di capai, cara mencapainya,
yang digunakan untuk mencapai tujuan dan lain-lain. Fungsi pelaksanan
menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai
perencanaan, melalui langkah-langkah pembelajaran yang sudah disepakat
bersama. Fungsi organisasi menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif
adalah pekerjaan bersama antara setiap anggota kelompok.Funsi kontrol
menunjukan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan
kriteria keberhasilan baik melalui tes atau non tes.
c. Kemampuan untuk bekerjasama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara
kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja sama perlu ditentukan dalam
proses pembelajaran kooperatif. Setiap anggota kelompok bukan saja harus
diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing, tetapi juga ditanamkan
perlunya saling membantu.Misalnya yang pintar perlu membantu yang
kurang pintar.

12

d. Keteampilan bekerjasama
Kemampuan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikkan melalui
aktivitas

dan

kegiatan

yang

tergambarkan

dalam

keterampilan

bekerjasama. Siswa perlu didorong untuk mau dan mampu berinteraksi dan
berkomonikasi dengan anggota yang lain. Dengan demikian, siswa perlu di
bantu mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi,
sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan pendapat,
mengemukakan kontribusi kepada keberhasilan kelompok (Sanjaya,
2009:244).
c.

Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick
Menurut Anonim (2006) menjelaskan bahwa metode pembelajaran
kooperatif tipe talking Stick dengan menggunakan bantuan tongkat,
denagan cara tongkat dikelilingkan dan siapa yang memegang tongkat
wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi
pelajaran.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick, yaitu:
1. Langkah 1 : Guru masuk kelas kemudian mengucapkan salam.
2. Langkah 2 : Guru mengambil absen dan mulai mengabsen siswa
satu persatu.
3. Langkah 3 : Guru memberikan motivasi/apersiasi berupa
pertanyaan kepada siswa.
4. Langkah 4 : Guru menuliskan judul pelajaran.
5. Langkah 5 : Guru menyampaikan SK, KD dan Indikator ( Tujuan
Pembelajaran).
6. Langkah 6 : Guru memberikan Pre Test.
7. Langkah 7 : Guru memberikan materi pokok.
8. Langkah 8 : Guru membagi siswa berkelompok dengan 4 - 5 orang
anggota kelompok yang heterogen.
9. Langkah 9 : Tiap kelompok diberikan buku paket dan LKS (Lembar
kerja Siswa) kemudian memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mendiskusikan dan mengerjakan LKS
dengan batas waktu yang telah ditentukan oleh guru.
13

10. Langkah 10 : Setelah batas Waktu yang telah diberikan kepada siswa
untuk berdiskusi habis, guru mempersilahkan semua
siswa untuk menutup bukunya dan kembali ketempat
duduknya masing-masing.
11. Langkah 11 : Guru menyiapkan sebuah tongkat dan memulai
pembelajaran tipe Talking Stick (permainan tongkat
berjalan).

Siswa

diarahkan

dalam

menjalankan

permainan.
12. Langkah 12 : Guru memberikan tongkat pada salah seorang siswa
yang berada di depan, tapi paling ujung. Kemudian di
hitung dari hitungan satu sampai seterusnya sambil
tongkat dijalankan dari siswa yang satu ke siswa yang
yang lainnya. Apabila hitungan dihentikan guru, maka
siswa
yang memegang tongkat akan maju dan memilih salah
satu

amplop

yang

berisi

soal

dan

diberikan

waktubeberapa detik untuk memikirkan jawaban dari
soal yang dipegang (diberikan penghargaan berupa tepuk
tangan). Setelah satu babak permainaan dilanjutkan
kembali Hitungan dilanjutkan lagi tongkat dijalankan
lagi).Demikian

seterusnya

sampai

waktu

yang

ditentukan habis.
13. Langkah 13 : Guru membimbing siswa menyimpulkan materi
pelajaran.
14. Langkah 14 : Guru memberikan post test (evaluasi).
15 Langkah 15 : Guru menuttup pelajaran dan mengucapkan salam
(keluar).
Kelebihan:
1. Menguji kesimpulan Siswa.
2. Melatih membaca dan memahami dengan cepat.
3. Agar lebih giat belajar (belajar dahulu)
Kekurangan :
Membuat siswa senam jantung.

14

BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dikelas IV semester I SDN karang Jawa Muka
2 Kabupaten Hulu Sungai Selatan kandangan pada Tahu Ajaran 2013/2014. Adapun
sekolah ini terdiri dari 6 kelas yaitu 1,2,3,4,5,dan 6, ruang dewan guru dan kepala
sekolah, dan toilet (guru dan siswa). Subjek perbaikan pembelajaran ini adalah siswa
kelas IV dengan jumlah siswa sebanyak 16 orang, terdiri dari 6 orang laki-laki dan 8
orang perempuan.
Di kelas IV ini dipilih sebagai tempat melakukan penlitian karena masalah
yang ditemukan pada belajar kelas IV yang masih rendah yang perlu adanya
pengaturan dan perbaikan untuk mencapai indikator pembelajaran yang optimal.
Pada mata pelajaran IPA pada materi Hubungan Antara Struktur Daun Tumbuhan
Dengan Fungsinya.Dengan standar kompetensi Memahami Hubungan antara
struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya.
Untuk itu di terapkan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick sebagai
langkah dalam melakukan perbaikan dalam upaya meningkatkan efektivitas belajar
siswa dalam pembelajaran serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Penelitian ini mnggunakan pendekatan Penelitian Tindakan kelas(PTK)
dalam PTKini penelitian terlibat langsung di dalam proses penelitian sejak awal
sampai dengan hasil penelitian yang berupa laporan. Sedangkan jenis penelitia
adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Wardhani (2007),penelitian Tindakan
Kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Reseach yaitu satu Action
Research yang dilakukan di kelas.
T. Raka Joni (1998), penelitian tindkan kelas merupakan suatu kajian
yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakn yang dilakukan semata-mata untuk
meningkatkan

kemampuan

rasional

dari

tindakan-tindakan

yang

dilakukannyaitu,serta memperbaiki kondisi di mana praktek kegiatan pembelajaran
tersebut dilakukan.(Ghony, 2008:8).

15

Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru
didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki
kinerjanya sebagai guru,sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat (Wardhani,
2007:1.4).
Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan dengan
bagan yang berbeda,namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim
dilalui, yaitu (1) perencanaan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi. Adapun model dan
penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut:
Alur Model Penelitian Tindakan Kelas

Perencanaan
Refleksi

SIKLUS 1

Pelaksanaan

pengamatan
Perencanaan
Refleksi

Siklus II

Pelaksanaan

Pengamatan
?

Tahap I : Menyusun rancangan tindakan (planning)
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa,
kapan, dimana,oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.
Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya di lakukan secara berpasangan
antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses
jalannya tindakan.
Tahap II : Pelaksanaan Tindakan (Action)
Tahap ke -2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang
merupakan

implementasi

atau

penerapan

isi

rancangan.

Yaitu

mengenakan tindakan di kelas hal yang perlu diingat adalah bahwa tahap
16

ke-2 ini pelaksanaan guru harus ingat dan berusaha mentaati apa yang
sudah di rumuskan dalam rancangan.
Tahap III : Pengamatan (observing)
Tahap ke -3, yaitu kegiatan pengamatan yang di lakukan oleh
pengamatan.Sebelumnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini
dipisahkan dengan pelaksanan tindakan karena seharusnya pengamatan
dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi keduanya
berlangsung dalam waktu yang sama.
Tahap IV : (Reflecting)
Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali
apa yang sudah dilakukan kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan
ketika guu pelaksana sudah selesai melakukan tindakan,kemudian
berhadapan

dengan

peneliti

untuk

mendiskusikan

implementasi

rancangan tindakan (Arikunto,2008:17-22).
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan rancangan
penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang merupakan
suatu proses di mana proses ini menginginkan terjadinya perbaikan,
peningkatan dan perubahan pembelajaran yang lebih baik agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
Prosedur penelitian tindakan kelas ini direncanakan hanya dua
siklus,dalam dua siklus,siklus I dan siklus II sebagai langkah perbaikan
pembelajaran adapun kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1.

Menyusun rancangan tindakan (Planning)
kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah :
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai
dengan skenario pembelajaran dengan pokok bahasan peranan
beberapa tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan.
b. Mempersiapkan materi yang akan disampaikan.
c. Menyusun alat penilaian kemampuan guru-PKP 1 dan PKP 2 berupa
lembar penilaian kemampuan merencanakan perbaikan pembelajaran
yang dinilai oleh kepala sekolah dan teman sejawat.
d.

Menyusun alat Evaluasi untuk mengukur kemampuan intelektual
siswa dalam menguasai materi berupa tes akhir pembelajaran.

17

e. Menyiapkan foto dan dokumentasi untuk ovbservasi dalam proses
belajar mengajar sebagai fisik dalam penelitian.
2.

Pelaksanaan Tindakan (Action)
Kegiatan yang di lakukan pada tahap ini adalah melaksanakan
pembelajaran pada materi

Hubungan Antara Struktur Daun Pada

Tumbuhan Dengan Fungsinya. Dengan standar kompetensi Memahami
Hubungan Antara Struktur Bagian Tumbuhan Dengan Fungsinya. Dengan
model

pembelajaran

Talking

Stick

sesuai

dengan

perencanaan

sebelumnya.
a. Siklus I
Kegiatan yang di lakukan pada siklus ini adalah melakukan
kegiatan pembelajaran pada materi Hubungan Antara Struktur Daun
Tumbuhan Dengan Fungsinya. Dengan metode pembelajaran berupa
tanya jawab dan diskusi kelompok hasail analisis data

yang

dilaksanakan akan dipergunakan sebagai acuan untukmelaksanakan
tindakan selanjutnya. Apabila pelaksanaan pembelajaran pada siklus I
tidak berhasil maka akan dilanjutkan dengan siklus II.
b. Siklus II (Perbaikan)
Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan pertama adalah
melakukan kegiatan pada materi Hubungan Antara Struktur Daun
Tumbuhan Dengan Fungsinya dengan model pembelajaran Tipe Talking
Stick.
3.

Pengamatan (Observing)
Proses observasi ini dilakukan selama pelaksanaan tindakan
dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat serta melakukan
evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan pada setiap
pertemuan.dengan melakukan observasi dapat diketahui perubahan
aktivitas siswa dalam belajar IPA jika dibandingkan sebelum diberikan
tindakan. Sedangkan hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil tes belajar
siswa.

4. Refleksi(Reflecting)
Dalam tahap ini hasil yang diperoleh dalam tahap evaluasi
dikumpulkan dan dianalisis

Dari hasil tersebut,guru dapat merefleksi
18

dirinya dengan melihat data hasil evaluasi,apakah kegiatan yang telah
dilaksanakan dapat meningkatkan tes hasil belajar dan aktivitas siswa.
Disamping data hasil evaluasi siswa,digunakan lembar observasi guru
yang telah dibuat guru pada saat guru selesai melaksanakan kegiatan
pembeelajaran (APKG). Dari hasil ini guru bisa mempergunakan sebagai
acuan untuk mengevaluasi dirinya sendiri.
C.

Teknik Analis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1. Analisis Kualitatif
Teknik analisis ini digunakan untuk menganalisis hasil observasi
keaktifan siswa dan gejala-gejala yang timbul pada saat mengikuti
pembelajaran dan siswa dan gejala-gejala yang timbul pada saat mengikuti
pembelajaran dan hasil kuisioner terhadap sikap dan pendapat siswa terhadap
kegiatan pembelajaran.
2. Analisis Kuantitatif
Teknik analisis ini digunakan untuk menganalisis hasil belajar siswa (hasil
tes yang diberikan) pada saat mengikuti pembelajaran dan sesudah
pembelajaran.
3. Teknik Persentase
Teknik ini digunakan untuk menganalisa data hasil belajar siswa(hasil tes
yang diberikan) setelah mengikuti kegiata pembelajaran.Mengacu pada
pedoman Analisis Hasil Evaluasi Belajar, dalam menentukan ketuntasan
belajar siswa secara individu dan klasikal dibuat.
Ketuntasan Individu =

Jumlah Skor

x 100%

Jumlah skor maksimal
Ketuntasan Klasikal =

Jumlah siswa yang tuntas belajarx 100%
Jumlah seluruh siswa

Kriteria ketuntasan belajar :
(1) Ketuntasan Individual, jika mencapai ketuntasan > 65 %
(2) Ketuntasan Klasikal, jika >85 % dari seluruh siswa mencapai ketuntasan
>65%

19

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Diskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran.
Adapun diskripsi dari penelitian yang telah dilakukan dalam rangka perbaikan
pembelajaran melalui 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II sebagai berikut:
1. Siklus I
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada pertemuan siklus I ini guru
menyampaikan tentang materi Hubungan Antara Struktur

Daun Tumbuhan

Dengan Fungsinya. Dengan menggunakan metode pembelajaran tanya jawab
dan diskusi kelompok. Hasil penelitian sebagai berikut:
a) Aktivitas Guru Siklus I
Hasil pengamatan observasi teman sejawat terhadap aktivitas guru selama
proses pembelajaran pada siklus I dengan menggunakan lembar penilaian
kemampu dengan hasil guru APKG I PKP dengan hasil 4,36 (terlampir) dan
lembar penilaian kemampuan guru APKG 2 PKP dengan hasil 4,38
(terlampir).
b.) Aktivitas Siswa Siklus I
Adapun aktivitas siswa saat proses pembelajaran dengan menggunakan
metode pembelajaran tanya jawab dan diskusi kelompok pada siklus I ini
cukup rendah.
c.) Hasil Evaluasi Siswa Siklus I
Pada akhir pembelajaran siklus I guru mengadakan evaluasi kepada
seluruh siswa dngan memberika soal ganda dengan standar ketuntasan
minimal (KKM) yang ditetapkan adalah 65 adapun hasil evaluasi sebagai
berikut
Tabel I : daftar Nilai Siklus I
NO
1.
2.
3.

NAMA SISWA
AHMAD YASIR
AHMAD MUHAIMIN
DEWI APRIYANTI

Nilai
90
70
70

Siklus I
Ketuntasan
T
T
T
20

4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

EGA SALSABILA
HALIMATUZ ZAHRAH
KHUSNUL KHOTIMAH
MULIDAYANI
MUHAMMAD BAYU
M.RIDHA AKBAR
MEILINA FADILA
M.RAYHAN.M
M.KHAIKAL
NABILA PUJAYANTI
NURAINA ANANDA.P
RANIA NOORSANDAGA
SAPRIYANTI
Jumlah Nilai
Rata-rata
Persentase Tuntas

70
80
80
60
70
60
90
70
60
80
60
70
60
1.140
71,25

T
T
T
TT
T
TT
T
T
TT
T
TT
T
TT
80%

Keterangan :
T = Tuntas
TT= Tidak tuntas
Dari daftar nilai pada siklus I di atas dapat dilihat ada 5 orang siswa yang
belum tuntas pada saat penelitian berlangsung. Di bawah ini disajikan tabel
nilai siswa dengan persentasi per nilai.
Tabel 2. Persentasi Nilai Siswa Siklus I
NO Nilai (N) Frekuensi (F)

N xF

Persentasi(%)

Ketuntasan (>65)

1.
2.
3.
4.
5.
6.

100
0
0
90
2
180
5
Tuntas
80
3
240
25
Tuntas
70
6
420
50
Tuntas
60
5
300
20
Tidak tuntas
50
0
0
Jumlah
16
1.140
100
JumlahRata-rata kelas
71,25
Ketuntasan klasikal
80%
Dari tabel di atas, hasil persentasi pada siklus 1, dapat disajikan dalam bentuk grafik
sebagai berikut :

21

Berdasarkan tabel dan grafik di atas dapat dilihat siswa yang memiliki nilai di
atas kriteria ketuntasan minimal (≥65) ada 11 orang sedangkan siswa yang tidak
memenuhi kriteria ketuntasan minimal ada 5 orang.Sehingga ketuntasan secara klasikal
sebesar 80% sedangkan tidak tuntas sebesar 20%.
Hal ini dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Grafik 2.Ketuntasan Klasikal Siklus I

 Refleksi
Setelah melakukan penelitian pada pembelajaran siklus 1 dan menganalisa hasil
penelitian, ada beberapa hal yang masih kurang dan perlu diperbaiki pada pelajaran
selanjutnya / siklus II seperti keaktifan siswa dalam pembelajaran yang

22

mempengaruhi terhadap hasil belajar siswa yang dilakukan guru saat akhir
pembelajaran.
2. Siklus II ( Perbaikan )
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada pertemuan siklus II ini guru
menyampaikan tentang materi Hubungan Antara Struktur Daun Tumbuhan Dengan
Fungsinya dengan menggunakan metode pembelajaran Tanya jawab dan diskusi
kelompok serta model pembelajaran tipe Talking Stick. Hasil penelitian sebagai
berikut :
a) Aktivitas Guru Siklus II
Hasil pengamatan observer teman sejawat terhadap aktivitas guru selama proses
pembelajaran pada siklus II dengan menggunakan lembar penilaian kemanpuan
guru APKG 1 PKP dengan hasil 41,93 (terlampir). Dan lembar penilaian
kemampuan guru APKG 2 PKP dengan hasil 41,94 (terlampir).
b) Aktivitas Siswa Siklus II
Adapun aktivitas siswa saat proses pembelajaran dengan menggunakan metode
pembelajaran Tanya jawab dan diskusi kelompok serta model pembelajaran tipe
Talking Stick pada siklus II ini terjadi peningkatan
c) Hasil Evaluasi Siswa Siklus II
Pada akhir pembelajaran siklus II, guru mengadakan evaluasi kepada seluruh
siswa dengan memberikan 10 soal ganda.Dengan standar ketuntasan minimal
(KKM) yang ditetapkan adalah 65. Adapun hasil evaluasi akhir sebagai berikut
Tabel 3. Daftar Nilai Siklus II

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Nama Siswa
Akhmad Yasir
Ahmad Muhaimin
Dewi Apriliyanti
Ega Salsabila
Halimatuz Zahra
Khusnul Khotimah
Mulidayani
Muhammad Bayu
M. Ridha Akbar
Melina Fadila
M. Rayhan. M
M. Khaikal
Nabila Pujayanti
Nuraina Ananda. P

Siklus II (Perbaikan)
Nilai
Ketuntasan
100
T
80
T
80
T
80
T
90
T
90
T
80
T
80
T
80
T
100
T
80
T
80
T
90
T
80
T
23

15
16

Rania Noorsandaga
Sapriyanti
Jumlah Nilai
Rata – rata
Prosentase Tuntas

90
80
1.360
85

T
T
100 %

Keterangan :
T

: Tuntas

TT

: Tidak Tuntas

Dari daftar nilai evaluasi pada siklus II diatas dapat dilihat semua siswa telah
tuntas.Di bawah ini disajikan tabel nilai siswa dengan persentasi per nilai.
Tabel 4. Persentasi Nilai Siswa Siklus II

No.
1
2
3
4
5
6

Nilai (N)
Frekuensi
100
2
90
4
80
10
70
60
50
0
jumlah
16
Rata-rata kelas
Ketentuan Klasikal

NxF
200
360
800
0
1360
85

Persentasi (%)
10
30
60
0
100 %

Ketuntasan (≥65)
Tuntas
Tuntas
Tuntas
-

100 %

Dari tabel di atas, hasil persentasi pada siklus II, dapat disajikan dalam bentuk grafik
sebagai berikut :

Grafik 3. Persentasi Nilai Siswa Siklus II

24

Berdasarkan tabel dan grafik di atas dapat dilihat siswa yang memiliki nilai di atas
kriteria ketuntasan minimal (≥65) adalah 16 orang (semua siswa).Sehingga ketuntasan
secara klasikal sebesar 100%.
Hal ini dapat grafik dibawah ini :

Grafik 4. Ketentuan Klasikal Siklus II
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran.
1. Aktivitas Guru
Hasil pengamatan atau observasi yang telah dilakukan teman sejawat
dalam rangka membantu perbaikan pembelajaran oleh peneliti di kelas IV pada
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pokok bahasan mengenai
menyebutkan bagian-bagian Daun Beserta Fungsinya pada siklus 1 ke siklus II
mengalami perbaikan. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel dibawah ini :
Tabel 5 : Aktivitas Guru Siklus 1 dan II

SIKLUS
APKG 1 PKP
APKG 2 PKP

I
4,36
4, 93

II
4,38
4,94

2. Aktivitas Siswa
Ativitas siswa saat proses pembelajaran dengan menggunakan metode
tanya jawab dan diskusi kelompok pada siklus I ini cakup rendah. Hal ini dilihat
pada proses pembelajaran siswa hanya Tanya jawab dan diskusi kelompok saja
yang disampaikan oleh guru.
Aktivitas siswa saat proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran tipe Talking Stick pada siklus II ini terjadi peningkatan. Hal ini
25

dilihat pada proses pembelajaran berlangsung siswa mulai aktif. Pada saat
melakukan model pembelajaran tipe Talking Stick, guru membimbing siswa
dalam pelaksanaannya.
3. Hasil Evaluasi Siswa
Pada setiap akhir pembelajaran siklus I dan siklus II peneliti mengadakan
evaluasi kepada setiap siswa.Dari hasil evaluasi tersebut ketuntasan secara
klasikal pada siklus I sebesar 80% sedangkan belum tuntas sebesar 20%.Dan
siklus II ketuntasan secara klasikal sebesar 100% sedangkan belum tuntas sebesar
0%. Hal ini secara jelas digambarkan berupa grafik dibawah ini :

Grafik 5 : Perbandingan Ketuntasan Klasikal
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka penelitian ini dapat
dikatakan berhasil dalam hal penggunaan metode pembelajaran dalam proses perbaikan
pembelajaran serta dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

26

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A. Simpulan
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan pada siswa kelas IV
SDN Karang Jawa Muka 2 Kabupaten Hulu Sungai Selatan dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Aktivitas guru dalam melaksanakan model pembelajaran tipe Talking Stick
dapat memperbaiki hasil belajar siswa pada materi Hubungan Srtuktur Daun
Tumbuhan Dengan Fungsinya di SDN Karang Jawa Muka 2 kelas IV yakni
pada siklus I dan II sehingga terjadi perbaikan.
2. Aktivitas siswa dengan menggunakan model pembelajaran tipe Talking Stick
pada materi mengenai Hubungan Struktur

Daun Tumbuhan Dengan

Fungsinya di SDN Karang Jawa Muka 2 Kelas IV Kecamatan Padang Batung
Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
3. Dengan menggunakan model pembelajaran tipe Talking Stick dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Hubungan Srtuktur Daun
Tumbuengan Fungsinya di SDN Karang Jawa Muka 2 Kecamatan Padang
Batung Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
B. Saran Tindak Lanjut
Berdasarkan kesimpulan di atas saran yang dapat diajukan peneliti antara lain:
1. Bagi Guru
Guru dapat meningkatkan kualitas pembelajarannya di kelas,tadinya yang
guru lebih dominan mengajar dengan cara ceramah, maka dengan adanya

27

strategi-strategi pembelajaran yang inovatif tersebut akan membantu guru
untuk memilih pembelajaran yang efektif untuk siswa
2. Bagi siswa
Siswa diharapkan termotivasi dan kemampuan berpikir mereka menjadi lebih
kritis,efektif terhadap permasalahan yang dihadapinya dan lebih mempunyai
jiwa bekerja sama yang kuat serta siswa terbiasa menemukan dan mencari
pengetahuannya.

3. Bagi kepala sekolah
Sebagai sumbangan pemikiran untuk sekolah dapat mengembangkan program
pembina melalui peningkatan mutu pembelajaran serta kualitas proses dan
hasil belajar IPA di sekolah.
4. Bagi Peneliti
Peneliti dapat memperoleh pengalaman langsung yang dapat membantu
nantinya untuk terjun ke sekolah dan menerapkannya pada saat melakukan
kegiatan belajar mengajar.

28

DAFTAR PUSTAKA
Andayani,dkk.2011. Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta: Universita Terbuka.
Anonim. 2006. Pembelajaran Kooperatif Tipe Snow Ball Throwing, (Online),(http://LearningWith-me.blogspot.com/2006/09/ pembelajaran.html, diakses 17 November 2007).
Arends,R.I. 2008. Learning To Teach Belajar untuk mengajar Edisi Ketujuh.Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Arikunto,S.2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi aksara.
Depdikbut.1995.’’Petunjuk Teknis mata Pelajaran: Biologi”. Jakarta.
Depdiknas, 2003.UU R.I. No. 20 Th 2003Tentang SISDIKNAS & P P R.I Th. 2010tentang
Penyelenggaraan pendidikan serta Wajib belajar.Nasional. Bandung: Citra Umbara.
Djamarah. S. B. Dan Zain. A. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Erman.2004, Pembelajaran Klasikal dan kooperatif,

(online),

(http://mathedu-

unila.blogspot.com Diakses 07 februari 2012).
Fajrina,

A.

N.

2011.

Karakteristik

IPA

SD,

85.blogspot.com/2011/10karakteristik-ipa-sd-menutut

(online),

(http://naiwa-

-ahli-asing.html,diakses

11

februari 2012).
Ghony, D. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: UIN – Malang press
Herdian. 2009. Model Pembelajaran

kooperatif.

(online).

(http://herdy07.wordpress.com,

Diakses 11 februari 2011)
Hidayati, dkk.2008.Pengembangan Pendidikan IPA SD.

Jakarta:

Departemen

Pendidikan nasional.
Rachmadiarti, Fida. 2003. “Pengajaran Remedial dan Pengayaan ’’. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.
Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan Bandung:
Kencana.
Syah. M. 2009. Psikologi Belajar. Jakarta: Pt Rajagrafindo Persada.
Abdullah Aly & Eny Rahma (1998) Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta : bumi aksara.
Sumaji (1998) Pendidikan Sains yang Humanistis Yogyakarta Kamisus.
29

Thohari Mustamar (1978) Program Penajaran Ilmu pengetahuan Alam Yogyakarta.
Soyoso (1998:23) Ilmu Alamiah dasar Yogyakarta : IKIP.
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Wardhani, IG. A.K, dkk.2007.Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
Winataputra, S.U. dkk.2008.Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

30