Hubungan Karakteristik Penduduk dan Kesadahan Air Sumur dengan Penyakit Kejadian Batu Saluran Kemih di RSUD Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas Tahun 2015

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air Tanah (Groundwater)
Menurut Slamet (2002) dalam buku Kesehatan Lingkungan air di dalam
tubuh manusia, berkisar antara 50-70 % dari seluruh berat badan. Di tulang
terdapat air sebanyak 22 % berat tulang, didarah dan ginjal sebanyak 83 %.
Pentingnya air bagi kesehatan dapat dilihat dari jumlah air yang ada di dalam
organ, 80 % dari ginjal, 70 % dari hati, dan 75 % dari otot adalah air. Kekurangan
air menyebabkan banyaknya didapat penyakit batu ginjal dan kandung kemih,
karena terjadi kristalisasi unsur-unsur yang ada didalam cairan tubuh. Kehilangan
air sebanyak 15 % dari berat badan dapat mengakibatkan kematian. Kebutuhan
orang dewasa perlu minum minimum 1,5 – 2 liter air sehari.
Darmono (2001) menyatakan air tanah merupakan sumber air minum yang
sangat vital bagi penduduk di Indonesia, terutama di daerah pedesaan. Apabila
dilihat dari keseimbangan jumlah air tawar yang ada, maka air tanah memberikan
distribusi yang cukup penting, karena jumlahnya mencapai kurang lebih 30 % dari
seluruh air tawar yang ada.
Menurut Effendi (2003), karakteristik yang membedakan air tanah dari air
permukaan adalah pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal (residence
time) yang sangat lama, dapat mencapai puluhan bahkan ratusan tahun. Karena
pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal yang lama tersebut, air tanah

akan sulit untuk pulih kembali jika mengalami pencemaran.

8
Universitas Sumatera Utara

9

2.2 Jenis Air Tanah
Menurut Undang – Undang No.7 Tahun 2004 air tanah adalah air yang
terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Seperti yang
dinyatakan Sutrisno (2004) Air tanah merupakan air yang berada di bawah
permukaan tanah. Air tanah terbagi atas : air tanah dangkal, air tanah dalam dan
mata air.
1. Air Tanah Dangkal
Terjadi karena adanya proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur
akan tertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan
jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut)
karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk
masing-masing lapisan tanah.
2. Air Tanah Dalam

Terdapat setelah lapis rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah
dalam, tak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor
dan memasukkan pipa ke dalamnya sehingga dalam suatu kedalaman (biasanya
antara 100-300 m) akan didapatkan suatu lapis air.
3. Mata Air
Mata air adalah air yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah.
Mata air yang berasal dari tanah dalam hampir tidak terpengaruhi oleh musim dan
kualitasnya sama dengan keadaan air dalam.

Universitas Sumatera Utara

10

2.3 Kesadahan Air Tanah
2.3.1

Pengertian Kesadahan
Menurut Kristanto (2004), air tanah pada umumnya mengandung bahan-

bahan metal terlarut, seperti Na, Mg, Ca dan Fe. Air yang mengandung

komponen-komponen tersebut dalam jumlah tinggi disebut air sadah.
Kesadahan (hardnes) adalah gambaran kation logam divalen (valen dua).
Kation-kation ini dapat bereaksi dengan (soap) membentuk endapan (presipitasi)
maupun dengan anion-anion yang terdapat di dalam air membentuk endapan atau
karat pada peralatan logam. Pada perairan tawar, kation divalen yang paling
berlimpah adalah kalsium dan magnesium, sehingga kesadahan pada dasarnya
ditentukan oleh jumlah kalsium dan magnesium. Kalsium dan magnesium
berikatan dengan anion penyusun alkalinitas, yaitu bikarbonat dan karbonat.
Effendi (2003) menemukan bahwa keberadaan kation yang lain, misalnya
stronitum, besi valensi dua (kation ferro), dan mangan juga memberikan
konstribusi bagi nilai kesadahan total, meskipun peranannya relatif kecil.
Alumunium dan besi valensi tiga (kation ferri). sebenarnya juga memberikan
konstribusi terhadap nilai kesadahan. Namun demikian, mengingat sifat
kelarutannya yang relatif rendah pada PH netral maka peran kedua kation ini
sering kali diabaikan. Kesadahan dan alkalinitas dinyatakan dengan satuan yang
sama, yaitu mg/liter CaCO3.
Berdasarkan

Peraturan


No.416/Menkes/Per/IX/1990,

tentang

Menteri
Syarat-Syarat

Kesehatan
Kualitas

Air

RI
Bersih,

menyatakan bahwa kadar maksimum kesadahan (CaCO3) yang diperbolehkan
yaitu 500 mg/lt. Air sadah tidak layak digunakan sebagai air minum karena

Universitas Sumatera Utara


11

banyak mengandung mineral kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) yang dapat
mengakibatkan gangguan terhadap kesehatan maupun gangguan secara ekonomi.
Nilai ambang batas kesadahan air yang diperbolehkan sebagai air minum adalah
100 mg/lt dan air yang mempunyai kesadahan di atas harga tersebut dikategorikan
sebagai air sadah. Sedangkan kesadahan air yang dianggap baik bila nilai
kesadahannya antara 50-80 mg/lt.
2.3.2

Jenis-jenis Kesadahan Air
Pembagian jenis air sadah digolongkan menjadi dua jenis berdasarkan

jenis anion yang diikat oleh kation (Ca2+ atau Mg2+), yaitu air sadah sementara
dan air sadah tetap. Menurut APHA (1985), berdasarkan sifatnya kesadahan dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
1.

Air sadah sementara
Air sadah sementara adalah air sadah yang mengandung ion bikarbonat


(HCO3-), atau boleh jadi air tersebut mengandung senyawa kalsium bikarbonat
(Ca(HCO3)2) dan atau magnesium bikarbonat (Mg(HCO3)2). Air yang
mengandung

ion

atau

senyawa-senyawa

tersebut

disebut air

sadah

sementara karena kesadahannya dapat dihilangkan dengan pemanasan air,
sehingga air tersebut terbebas dari ion Ca2+ dan atau Mg2+.
2.


Air sadah tetap
Air sadah tetap adalah air sadah yang mengadung anion selain ion

bikarbonat, misalnya dapat berupa ion Cl–, NO3- dan SO42-. Berarti senyawa yang
terlarut boleh jadi berupa kalsium klorida (CaCl2), kalsium nitrat (Ca(NO3)2),
kalsium sulfat (CaSO4), magnesium klorida (MgCl2), magnesium nitrat
(Mg(NO3)2), dan magnesium sulfat (MgSO4). Air yang mengandung senyawa-

Universitas Sumatera Utara

12

senyawa tersebut disebut air sadah tetap, karena kesadahannya tidak bisa
dihilangkan hanya dengan cara pemanasan.
2.3.3

Kerugian Kesadahan

1. Kerugian Terhadap Kondisi Ekonomi

Wardhana (2001) menyakatakan bahwa air sadah dapat merusak peralatan
yang terbuat dari besi, yaitu melalui proses pengkaratan (korosi) serta mudah
menimbulkan endapan atau kerak pada peralatan proses, seperti tangki/bejana air,
ketel uap, pipa penyaluran dan lain sebagainya. Sehingga dapat meningkatkan
ongkos pemanasan dan merugikan perindustrian.
Sastrawijaya (2000) menyatakan bahwa dalam kegiatan sehari-hari air
dengan kesadahan tinggi juga menyebabkan pemakaian sabun menjadi tidak
ekonomis, warna porselin menjadi kusam/pudar, menimbulkan bercak-bercak
pada pori kulit dan memperkeras serta mengurangi warna dari sayuran.
2. Kerugian Terhadap Kesehatan Masyarakat
Winarno (2002), garam kalsium dan magnesium pada tingkat tertentu
kesadahan akan bermanfaat bagi kesehatan namun ketika kesadahan menjadi
tinggi dan dikonsumsi manusia dalam jangka waktu yang lama akan dapat
mengganggu kesehatan. Secara khusus kelebihan unsur kalsium akan menjadikan
hyperparatyroidsm, batu ginjal (kidney stone), batu saluran kemih dan jaringan
otot rusak (musculusweaknes). Seperti yang dinyatakan Suryandoko (2003)
kelebihan logam magnesium dalam darah akan mempengaruhi syaraf otot dan otot
jantung yang ditandai lemahnya refleksi dan berkurangnya rasa sakit pada otot
yang rusak, ini merupakan kekhasan dari kelebihan magnesium. Selain itu
kelebihan magnesium dalam darah juga ditandai adanya keluarnya cairan asetil


Universitas Sumatera Utara

13

cholin dan berkurangnya gerakan karena terdapatnya pelapisan asetil cholin pada
otot. Adanya depresi pada vasodilatasi myocardial berperan dalam terjadinya
hipotensi.
2.3.4

Cara Menanggulangi Kesadahan

Cara menanggulangi kesadahan menurut APHA (American Public Health
Association (1995) adalah sebagai berikut :
1.

Pemanasan
Kesadahan Sementara dapat dihilangkan dengan jalan pemanasan. Dengan

jalan pemanasan senyawa-senyawa yang mengandung ion bikarbonat (HCO3-)

akan mengendap pada dasar ketel. Reaksi yang terjadi adalah :
Ca(HCO3)2 (aq) –> CaCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g)
Mg(HCO3)2 (aq) –> MgCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g)
2.

Dengan Cara Kimia
Untuk membebaskan air dari kesadahan tetap, tidak dapat dengan jalan

pemanasan melainkan harus dilakukan dengan cara kimia, yaitu dengan
mereaksikan air tersebut dengan zat-zat kimia tertentu. Pereaksi yang digunakan
adalah larutan karbonat, yaitu Na2CO3 (aq) atau K2CO3 (aq). Penambahan larutan
karbonat dimaksudkan untuk mengendapkan ion Ca2+ dan atau Mg2+.
CaCl2 (aq) + Na2CO3 (aq) –> CaCO3 (s) + 2NaCl (aq)
Mg(NO3)2 (aq) + K2CO3 (aq) –> MgCO3 (s) + 2KNO3 (aq)
Dengan terbentuknya endapan CaCO3 atau MgCO3 berarti air tersebut telah
terbebas dari ion Ca2+ atau Mg2+ atau dengan kata lain air tersebut telah terbebas
dari kesadahan.

Universitas Sumatera Utara


14

3.

Pengenceran
Pengenceran dengan menggunakan air destilasi (air suling/aquadest) dapat

pula dilakukan untuk menurunkan kesadahan. Air yang memiliki tingkat
kesadahan yang tinggi, dapat diencerkan dengan air yang bebas sadah.
4.

Reverse osmosis (RO) atau deioniser (DI)
Cara yang paling baik untuk menurunkan kesadahan adalah dengan

menggunakan reverse osmosis (RO) atau deioniser (DI). Celakanya metode ini
termasuk dalam metode yang mahal. Hasil reverse osmosis akan memiliki
kesadahan = 0, oleh karena itu air ini perlu dicampur dengan air keran sedemikian
rupa sehingga mencapai nilai kesadahan yang diperlukan.
5.

Penggunaan asam-asam organic
Penurunan secara alamiah dapat pula dilakukan dengan menggunakan jasa

asam-asam organik (humik/fulvik) , asam ini berfungsi persis seperti halnya yang
terjadi pada proses deionisasi yaitu dengan menangkap ion-ion dari air pada
gugus-gugus karbonil yang terdapat pada asam organik (tanian). Beberapa media
yang banyak mengandung asam-asam organik ini diantaranya adalah gambut yang
berasal dari Spagnum (peat moss), daun ketapang, kulit pohon Oak, dll.
Proses dengan gambut dan bahan organik lain biasanya akan menghasilkan
warna air kecoklatan seperti air teh. Sebelum gambut digunakan dianjurkan untuk
direbus terlebih dahulu, agar organisme-organisme yang tidak dikehendaki hilang.
6.

Penggunaan resin pelunak air (penukar ion)
Resin pelunak air komersial dapat digunakan dalam skala kecil, meskipun

demikian tidak efektif digunakan untuk sekala besar. Resin adalah zat yang punya
pori yang besar dan bersifat sebagai penukar ion yang berasal dari polysterol,

Universitas Sumatera Utara

15

atau polyakrilat yang berbentuk granular atau bola kecil dimana mempunyai
struktur dasar yang bergabung dengan grup fungsional kationik, non ionik/anionik
atau asam. Dalam prosoes ini natrium (Na) pada umumnya digunakan sebagai ion
penukar, sehingga pada akhirnya natrium akan berakumulasi pada hasil air hasil
olahan. Kelebihan natrium (Na) dalam air akuarium merupakan hal yang tidak
dikehendaki.
7.

Penggunaan Zeolit
Zeolit adalah aluminosilikat berhidrat, alami atau buatan, dengan struktur

Kristal berdimensi tiga terbuka, yang di dalam kisinya terdapat molekul air. Air
dapat diusih lewat pemanasan dan zeolit kemudian dapat menyerap molekul lain
yang ukurannya cocok. Zeolit digunakan untuk memisahkan campuran lewat
penyerapan terpilih (selektif).
2.4 Batu Saluran Kemih
2.4.1 Pengertian batu Saluran Kemih
Chang

(2009), batu saluran kemih (BSK) adalah penyakit dimana

didapatkan masa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih
baik saluran kemih atas (ginjal dan ureter) dan saluran kemih bawah (kandung
kemih dan uretra), yang dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan
aliran kemih dan infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal)
maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Batu ini terbentuk dari
pengendapan garam kalsium, magnesium, asam urat, atau sistein.
BSK dapat berukuran dari sekecil pasir hingga sebesar buah anggur. Batu
yang berukuran kecil biasanya tidak menimbulkan gejala dan biasanya dapat
keluar bersama dengan urine ketika berkemih. Batu yang berada di saluran kemih

Universitas Sumatera Utara

16

atas (ginjal dan ureter) menimbulkan kolik dan jika batu berada di saluran kemih
bagian bawah (kandung kemih dan uretra) dapat menghambat buang air kecil.
Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis dapat
menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat di daerah
antara tulang rusuk dan tulang pinggang yang menjalar ke perut juga daerah
kemaluan dan paha sebelah dalam). Hal ini disebabkan karena adanya respon
ureter terhadap batu tersebut, dimana ureter akan berkontraksi yang dapat
menimbulkan rasa nyeri kram yang hebat.
2.4.2 Jenis-jenis Batu Pada Saluran Kemih
Menurut Haryanti (2006), komposisi kimia yang terkandung dalam batu
ginjal dan saluran kemih dapat diketahui dengan menggunakan kaidah kualitatif
analisis kimia khusus untuk mengetahui adanya kalsium, magnesium, ammonium,
karbonat, fosfat, asam urat, oksalat, dan sistin untuk semua jenis batu. Jenis-jenis
batu tersebut adalah :
1. Batu oksalat/kalsium oksalat.
Asam oksalat di dalam tubuh berasal dari metabolisme asam amino dan
asam askorbat (vitamin C). Asam askorbat merupakan prekursor okalat yang
cukup besar, sejumlah 30% - 50% dikeluarkan sebagai oksalat urine. Manusia
tidak dapat melakukan metabolisme oksalat, sehingga dikeluarkan melalui ginjal.
Jika terjadi gangguan fungsi ginjal dan asupan oksalat berlebih di tubuh (misalkan
banyak mengkonsumsi nenas), maka terjadi akumulasi okalat yang memicu
terbentuknya batu oksalat di ginjal/kandung kemih.

Universitas Sumatera Utara

17

2. Batu struvit.
Batu struvit terdiri dari magnesium ammonium fosfat (struvit) dan kalsium
karbonat. Batu tersebut terbentuk di pelvis dan kalik ginjal bila produksi ammonia
bertambah dan PH urin tinggi, sehingga kelarutan fosfat berkurang. Hal ini terjadi
akibat infeksi bakteri pemecah urea (yang terbanyak dari spesies Proteus dan
Providencia, Peudomonas eratia, semua spesies Klebsiella, HemoPHilus,
StaPHylococus, dan Coryne bacterium) pada saluran urin. Enzim urease yang
dihasilkan bakteri di atas menguraikan urin menjadi amonia dan karbonat.
Amonia bergabung dengan air membentuk amonium sehingga PH urine makin
tinggi. Karbondioksida yang terbentuk dalam suasana PH basa/tinggi akan
menjadi ion karbonat membentuk kalsium karbonat.
3. Batu asam urat.
Batu asam urat dijumpai pada 5-10% batu ginjal. Sebanyak 79% batu asam
urat terjadi pada pria, dengan puncak kejadian pada usia 60-65 tahun. Asam urat
merupakan produk metabolisme purin yang bersumber terutama dari protein
hewani. Peningkatan kadar asam urat darah atau dikenal sebagai hiperuricemia
terjadi karena ketidakseimbangan antara faktor produksi dan pembuangan.
Pembuangan asam urat terjadi karena berbagai hal, beberapa hal, kekurangan
enzim hipoxantine fosforibosil transferase yang bertugas mengubah bentuk purin
menjadi asam urat, serta adanya bahan purin yang berlebihan sel akibat
pembentukan sel dan perusakan sel secara berlebihan. Asam urat dalam darah
juga meningkat karena pembuangan asam urat melalui air kemih menurun. Batu
asam urat ini terjadi pada penderita gout (sejenis rematik), pemakaian urikosurik
(misal probenesid atau aspirin), dan penderita diare kronis (karena kehilangan

Universitas Sumatera Utara

18

cairan, dan peningkatan konsentrasi urine), serta asidosis (PH urin menjadi asam,
sehingga terjadi pengendapan asam urat).
4. Batu sistina.
Sitin merupakan asam amino yang kelarutannya paling kecil. Kelarutannya
semakin kecil jika PH urin turun/asam. Bila sistin tak larut akan berpresipitasi
(mengendap) dalam bentuk kristal yang tumbuh dalam sel ginjal/saluran kemih
membentuk batu.
5. Batu kalium fosfat.
Terjadi pada penderita hiperkalsiurik (kadar kalsium dalam urine tinggi)
dan atau berlebih asupan kalsium (misal susu dan keju) ke dalam tubuh.
6. Batu Xantin
Hal ini terjadi sehingga keadaan resesif autosomal dengan defisiensi xantin
oksidase dengan akibat peningkatan ekskresinya di urin.
2.5

Sistem Kemih
Menurut Syaifuddin (2006), sistem kemih (urinearia) adalah suatu sistem

tempat terjadinya proses penyaringan darah dari zat-zat yang tidak di pergunakan
oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat
yang tidak di pergunakan oleh tubuh larut dalam air dan di keluarkan berupa urine
atau air kemih.
Carlos L. J, dkk (1997) menemukan bahwa sistem kemih terdiri atas
saluran kemih atas (sepasang ginjal dan ureter). Gambaran sistem saluran kemih
pada manusia dapat di lihat pada gambar berikut :

Universitas Sumatera Utara

19

Gambar 2.1 Sistem Kemih Pada Manusia
1.

Saluran Kemih Atas
a. Ginjal
Sloane (2003), dalam keadaan normal, manusia memiliki 2 ginjal. Ginjal

merupakan orang yang berbentuk seperti kacang berwarna merah tua, panjangnya
sekitar 12,5 cm dan tebalnya sekitar 2,5 cm (kurang lebih sebesar kepalan tangan.
Menurut Syaifuddin (2006) bahwa ginjal adalah organ yang berfungsi sebagai
penyaring darah yang terletak di bagian belakang kavum abdominalis di belakang
peritoneum melekat langsung pada dinding belakang abdomen.
Chang (2009), setiap ginjal memiliki ureter, yang mengalirkan air kemih
dari pelvis renalis (bagian ginjal yang merupakan pusat pengumpulan air kemih)
ke dalam kandung kemih. 23 Setiap ginjal terdiri atas 1-4 juta nefron.21 Selama
24 jam dapat menyaring darah 170 liter. 20 Fungsi yang lainnya adalah ginjal
dapat menyaring limbah metabolik, menyaring kelebihan natrium dan air dari

Universitas Sumatera Utara

20

darah, membantu mengatur tekanan darah, pengaturan vitamin D dan Kalsium.
Gangguan fungsi ginjal akibat BSK pada dasarnya akibat obstruksi dan infeksi
sekunder. Obstruksi menyebabkan perubahan struktur dan fungsi pada traktus
urinearius dan dapat berakibat disfungsi atau insufisiensi ginjal akibat kerusakan
dari paremkim ginjal
Carlos L. J, dkk (1997) menyatakan bahwa ginjal mengatur komposisi
kimia dari lingkungan dalam melalui suatu proses majemuk yang melibatkan
filtrasi, absorpsi aktif, absorpsi pasif, dan sekresi. Filtrasi terjadi dalam
glomerulus, tempat ultra filtrate dari plasma darah terbentuk. Tubulus nefron,
terutama tubulus kontortus proksimal berfungsi mengabsorpsi dari substansisubstansi yang berguna bagi metabolisme tubuh, sehingga dengan demikian
memelihara homeostatis lingkungan dalam. Dengan cara ini makhluk hidup
terutama manusia mengatur air, cairan intraseluler, dan keseimbangan
osmostiknya.
Berikut ini adalah gambar anatomi ginjal normal dan ginjal dengan batu
saluran kemih :

Gambar 2.2 Anatomi Ginjal Normal dan Ginjal dengan BSK

Universitas Sumatera Utara

21

b. Ureter
Chang (2009), Ureter merupakan saluran kecil yang menghubungkan
antara ginjal dengan kandung kemih (vesica urinearia), dengan panjang ± 25-30
cm, dengan penampang ± 0,5 cm. 20 Saluran ini menyempit di tiga tempat yaitu
di titik asal ureter pada pelvis ginjal, di titik saat melewati pinggiran pelvis, dan di
titik pertemuannya dengan kendung kemih. BSK dapat tersangkut dalam ureter di
ketiga tempat tersebut, yang mengakibatkan nyeri (kolik ureter). Setiap ureter
akan masuk ke dalam kandung kemih melalui suatu sfingter. Sfingter adalah suatu
struktur muskuler (berotot) yang dapat membuka dan menutup sehingga dapat
mengatur kapan air kemih bisa lewat menuju ke dalam kandung kemih. Air kemih
yang secara teratur tersebut mengalir dari ureter akan di terkumpul di dalam
kandung kemih.
Menurut Syaifuddin (2006) bahwa lapisan dinding ureter terdiri dari
dinding luar berupa jaringan ikat (jaringan fibrosa), lapisan tengah terdiri dari
lapisan otot polos, lapisan sebelah dalam merupakan lapisan mukosa. Lapisan
dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang
akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesica urinearia).
2.

Saluran Kemih Bawah
1. Kandung Kemih
Sloane (2003) menyatakan bahwa kandung kemih merupakan kantong

muscular yang bagian dalamnya dilapisi oleh membran mukosa dan terletak di
depan organ pelvis lainnya sebagai tempat menampung air kemih yang dibuang
dari ginjal melalui ureter yang merupakan hasil buangan penyaringan darah.
Menurut Purnomo (2011), dalam menampung air kemih kandung kemih

Universitas Sumatera Utara

22

mempunyai kapasitas maksimal yaitu untuk volume orang dewasa lebih kurang
adalah 30-450 ml.
Menurut Gibson (2002), kandung kemih bersifat elastis, sehingga dapat
mengembang dan mengkerut. Ketika kosong atau setengah terdistensi, kandung
kemih terletak pada pelvis dan ketika lebih dari setengah terdistensi maka
kandung kemih akan berada pada abdomen di atas pubis.
Chang (2009) menyatakan bahwa ukuran kandung kemih secara bertahap
membesar ketika sedang menampung jumlah air kemih yang secara teratur
bertambah. Apabila kandung kemih telah penuh, maka akan dikirim sinyal ke otak
dan menyampaikan pesan untuk berkemih. Selama berkemih, sfingter lainnya
yang terletak diantara kandung kemih dan uretra akan membuka dan akan
diteruskan keluar melalui uretra. Pada saat itu, secara bersamaan dinding kandung
kemih berkontraksi yang menyebabkan terjadinya tekanan sehingga dapat
membantu mendorong air kemih keluar menuju uretra.
2. Uretra
Menurut Syaifuddin (2006), saluran kemih (uretra) merupakan saluran
sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air
kemih keluar. Pada laki-laki uretra berjalan berkelok-kelok melalui tengah-tengah
prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis ke
bagian penis panjangnya ± 20 cm. Uretra pada laki-laki terdiri dari uretra
prostatika, uretra membranosa, dan uretra kavernosa. Uretra prostatika
merupakan saluran terlebar dengan panjang 3 cm, dengan bentuk seperti
kumparan yang bagian tengahnya lebih luas dan makin ke bawah makin dangkal
kemudian bergabung dengan uretra membranosa. Uretra membranosa merupakan

Universitas Sumatera Utara

23

saluran yang paling pendek dan paling dangkal. Uretra kavernosa merupakan
saluran terpanjang dari uretra dengan panjang kira-kira 15 cm. Pada wanita, uretra
terletak di belakang simfisis pubis berjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya
± 3-4 cm. Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris
dan vagina) dan uretra disini hanya sebagai saluran ekskresi. Uretra wanita jauh
lebih pendek dari pada uretra laki-laki.
2.6 Fakor-Faktor Batu Saluran Kemih
Berdasarkan penelitian Haryanti (2006) tentang hubungan kesadahan air
sumur dengan kejadian penyakit batu saluran kencing menemukan bahwa
terbentuknya batu secara garis besar dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan
ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu sendiri
yaitu umur, jenis kelamin, keturunan, atau riwayat keluarga. Faktor ekstrinsik
adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar individu seperti kebiasaan minum
dan makan. Sedangkan menurut Pearle dan Lotan (2011) faktor batu saluran
kemih adalah sebagai berikut :
1. Umur
Angka kejadian batu saluran kemih sangat jarang sebelum usia 20 tahun
dan meningkat pada usia 40-60 tahun. Ilmuwan telah mengamati bahwa wanita
memiliki model distribusi ganda kejadian batu saluran kemih pada usia 60 tahun
berkaitan dengan menopause. Temuan ini mungkin ada hubungannya dengan efek
estrogen yang dapat menghalangi pembentukan batu saluran kemih karena
hormon ini dapat meningkatkan penyerapan kalsium dan mencegah saturasi
kalsium di urin. Selain itu, batu saluran kemih lebih jarang pada wanita
dibandingkan dengan pria hingga mencapai usia 50 tahun.

Universitas Sumatera Utara

24

2. Jenis Kelamin
Batu saluran kemih biasanya terjadi pada pria dewasa dari pada wanita
dewasa dengan perbandingan 3:1. Namun, saat ini terdapat perbedaan yang
semakin sempit antara angka kejadian pada pria dengan wanita. Data dari
Amerika menunjukkan bahwa meskipun angka kejadian dari tahun 1997-2002
terdapat peningkatan pada wanita sebesar 17%.
Kejadian batu saluran kemih berbeda antara laki-laki dan wanita. Jumlah
pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan.
Tingginya kejadian batu saluran kemih pada laki-laki disebabkan oleh anatomis
saluran kemih pada laki-laki yang lebih panjang dibandingkan perempuan, secara
alamiah didalam air kemih laki-laki kadar kalsium lebih tinggi dibandingkan
perempuan, dan pada air kemih perempuan kadar sitrat (inhibitor) lebih tinggi,
laki-laki memiliki hormon testosterone yang dapat meningkatkan produksi oksalat
endogen di hati adanya hormon estrogen pada perempuan yang mampu mencegah
agregasi garam kalsium.
3. Riwayat Keluarga
Orang dengan riwayat keluarga yang memiliki batu saluran kemih
memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menderita batu saluran kemih yang
berulang, terlebih lagi jika orang tersebut memiliki riwayat gangguan saluran
cerna (terutama yang menyebabkan diare kronik), osteoporosis, infeksi saluran
kemih atau gout artritis. Seperti yang dinyatakan Stoller (2012) bahwa Insidensi
batu saluran kemih akan meningkat sebanyak dua kali pada pasien dengan riwayat
keluarga tingkat pertama yang memiliki riwayat batu saluran kemih. Pasangan
dari orang yang memiliki riwayat batu kalsium oksalat juga memiliki risiko yang

Universitas Sumatera Utara

25

lebih tinggi menderita batu saluran kemih dikarenakan adanya pengaruh
lingkungan dan faktor makanan. Riwayat batu ini bersifat keturunan, menyerang
anggota keluarga dari satu keluarga. Pada tahun 1978, ditemukan faktor keturunan
pada penderita batu kalsium yaitu berupa kerusakan pada beberapa gen (polygenic
defec). Sedangkan pada tahun 1973 dilaporakan bahwa faktor keturunan
hypercalcium pada anak laki-laki lebih tinggi dari pada wanita. Dilaporkan juga
adanya kasus keturunan renally ponicemia, menderita dengan renal lipourikemia
herediter, menderita batu ureter bilateral jenis uric acid.
2.7 Pencegahan Batu Saluran Kemih
Menurut Timmreck (2004), pencegahan batu saluran kemih terdiri dari
pencegahan primer atau pencegahan tingkat pertama, pencegahan sekunder atau
pencegahan tingkat kedua, dan pencegahan tersier atau pencegahan tingkat ketiga.
Tindakan pencegahan tersebut antara lain :
2.7.1

Pencegahan Primer
Tujuan dari pencegahan primer adalah untuk mencegah agar tidak

terjadinya penyakit batu saluran kemih dengan cara mengendalikan faktor
penyebab dari penyakit batu saluran kemih. Sasarannya ditujukan kepada orangorang yang masih sehat, belum pernah menderita penyakit batu saluran kemih.
Kegiatan yang dilakukan meliputi promosi kesehatan, pendidikan kesehatan, dan
perlindungan kesehatan. Contohnya adalah untuk menghindari terjadinya penyakit
batu saluran kemih, dianjurkan untuk minum air putih minimal 2 liter per hari.
Konsumsi air putih dapat meningkatkan aliran kemih dan menurunkan konsentrasi
pembentuk batu dalam air kemih. Serta olahraga yang cukup terutama bagi
individu yang pekerjaannya lebih banyak duduk atau statis.

Universitas Sumatera Utara

26

2.7.2

Pencegahan Sekunder
Tujuan

dari

pencegahan

sekunder

adalah

untuk

menghentikan

perkembangan penyakit agar tidak menyebar dan mencegah terjadinya
komplikasi. Sasarannya ditujukan kepada orang yang telah menderita penyakit
batu saluran kemih. Kegiatan yang dilakukan dengan diagnosis dan pengobatan
sejak dini.
2.7.3

Pencegahan Tersier
Tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah agar tidak terjadi

komplikasi sehingga tidak berkembang ke tahap lanjut yang membutuhkan
perawatan intensif. Sasarannya ditujukan kepada orang yang sudah menderita
penyakit batu saluran kemih agar penyakitnya tidak bertambah berat. Kegiatan
yang dilakukan meliputi kegiatan rehabilitasi seperti konseling kesehatan agar
orang tersebut lebih memahami tentang cara menjaga fungsi saluran kemih
terutama ginjal yang telah rusak akibat dari batu saluran kemih sehingga fungsi
organ tersebut dapat maksimal kembali dan tidak terjadi kekambuhan penyakit
batu saluran kemih, dan dapat memberikan kualitas hidup sebaik mungkin sesuai
dengan kemampuannya.

Universitas Sumatera Utara

27

2.8 Kerangka Teori

Kandungan Air
Tanah

Oksigen
terlarut

Zat
Organik

Kandungan
CO2

Tingkat Kesadahan

Memenuhi

Kandungan PH
CaCO3

Kandungan
zat organik

Usia, jenis kelamin, pekerjaan
riwayat orangtua, riwayat saudara
kandung, asal air minum

Tidak memenuhi
(>500mg/l

(500mg/l)
Lama tinggal
Aman
dikonsumsi

Kejadian penyakit
batu saluran Kemih
Gambar 2.3 Kerangka Teori (Effendi, 2003)

Universitas Sumatera Utara

28

2.9 Kerangka Konsep
Variabel Independen
Karakteristik Penduduk:
- Umur
- Lama tinggal
- Jenis Kelamin
- Pekerjaan
- Asal air minum
- Riwayat orang tua
-Riwayat saudara kandung

Variabel Dependen

Kejadian Penyakit
Batu Saluran Kemih

Kesadahan Air Sumur
Gambar 2.4 Kerangka Konsep
2.10

Hipotesis Penelitian
Berdasarkan variabel-variabel penelitian yang dilakukan, maka hipotesis

penelitian adalah :
1. Ada hubungan umur dengan kejadian penyakit batu saluran kemih.
2. Ada hubungan lama tinggal dengan kejadian penyakit batu saluran kemih.
3. Ada hubungan jenis kelamin dengan kejadian penyakit batu saluran kemih.
4. Ada hubungan pekerjaan dengan kejadian penyakit batu saluran kemih.
5. Ada hubungan asal air minum dengan kejadian penyakit batu saluran kemih.
6. Ada hubungan riwayat orang tua dengan kejadian penyakit batu saluran
kemih.
7. Ada hubungan riwayat saudara kandung dengan kejadian penyakit batu
saluran kemih.
8.

Ada hubungan kesadahan air sumur dengan kejadian penyakit batu saluran
kemih.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Distribusi Bakteri Aerob Penyebab Infeksi Saluran Kemih pada Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Januari 2013 – Juni 2013

1 65 60

Hubungan Karakteristik Penduduk dan Kesadahan Air Sumur dengan Penyakit Kejadian Batu Saluran Kemih di RSUD Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas Tahun 2015

4 32 129

Hubungan Sanitasi Lingkungan dan Higiene Perseorangan dengan Kejadian Skabies di Rutan Cabang Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013

4 26 124

Karakterisitik Penderita Stroke Rawat Inap di RSUD. Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas Tahun 2014-2015

0 10 152

UJI KADAR KESADAHAN SUMBER AIR MINUM PADA KEJADIAN PENYAKIT BATU SALURAN KEMIH DI DESA BARAKATI KECAMATAN BATUDAA KABUPATEN GORONTALO ipi255948

0 0 9

Hubungan Karakteristik Penduduk dan Kesadahan Air Sumur dengan Penyakit Kejadian Batu Saluran Kemih di RSUD Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas Tahun 2015

0 0 16

Hubungan Karakteristik Penduduk dan Kesadahan Air Sumur dengan Penyakit Kejadian Batu Saluran Kemih di RSUD Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas Tahun 2015

0 0 2

Hubungan Karakteristik Penduduk dan Kesadahan Air Sumur dengan Penyakit Kejadian Batu Saluran Kemih di RSUD Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas Tahun 2015

0 0 7

Hubungan Karakteristik Penduduk dan Kesadahan Air Sumur dengan Penyakit Kejadian Batu Saluran Kemih di RSUD Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas Tahun 2015

1 5 3

Hubungan Karakteristik Penduduk dan Kesadahan Air Sumur dengan Penyakit Kejadian Batu Saluran Kemih di RSUD Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas Tahun 2015

0 0 46