Distribusi Bakteri Aerob Penyebab Infeksi Saluran Kemih pada Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Januari 2013 – Juni 2013

(1)

Distribusi Bakteri Aerob Penyebab Infeksi Saluran Kemih pada Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Periode

Januari 2013 – Juni 2013

Oleh: JOEY 100100041

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

Distribusi Bakteri Aerob Penyebab Infeksi Saluran Kemih pada Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Periode

Januari 2013 – Juni 2013

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh: JOEY 100100041

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(3)

ABSTRAK

Bakteri adalah penyebab infeksi saluran kemih yang paling sering. Kejadian infeksi saluran kemih dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko, antara lain hubungan seksual dan penggunaan kateter. Pola bakteri penyebab infeksi saluran kemih dapat berubah dari waktu ke waktu dan dapat berbeda antara suatu tempat dengan tempat lainnya.

Berdasarkan hal inilah dilakukan penelitian dengan tujuan untuk melihat distribusi bakteri aerob penyebab infeksi saluran kemih di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada periode Januari 2013 – Juni 2013. Penelitian ini dilakukan dengan studi potong lintang (cross sectional study) secara total sampling untuk mengambil data rekam medis di Departemen Mikrobiologi dan Instalasi Rekam Medis RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Januari 2013 – Juni 2013.

Dari 96 sampel (100%), ditemukan bahwa bakteri aerob penyebab ISK paling banyak adalah Eschericia coli (41,7%). Pasien perempuan (58,3%) lebih banyak daripada pasien laki – laki (41,7%). Sampel paling banyak adalah urin kateter (54,2%). Pasien rawat inap (83,3%) lebih banyak daripada pasien rawat jalan (16,7%).


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Distribusi Bakteri Aerob Penyebab Infeksi Saluran Kemih pada Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan pada Periode

Januari 2013 – Juni 2013

Nama : Joey NIM : 100100041

Pembimbing Penguji I

(dr. Edhie Djohan Utama, Sp.MK) (dr. Aliandri Sp.THT-KL ) NIP 130535845 NIP 196603092000121007

Penguji II

(dr. Hj. Feraluna Nasution, Sp.A) NIP 196309271990102002

Medan, 20 Desember 2013 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP. 1954 02 20 1980 11 1 001


(5)

ABSTRACT

UTI is mostly caused by bacteria. UTI is caused by some risk factors, included sexual activity and catetherization. This study focus on the prevalence and distribution of the bacteria in UTI.

This is a cross sectional study performed in Microbiology Departement and Medical Record Center of Adam Malik Central Hospital Medan. Medical records between January 2013 and June 2013 were collected by using total sampling method.

From 96 samples (100%) in this study, the most species found in UTI was Escherichia coli (41,7%). Prevalence of UTI in women (58,3%) was higher than in men (41,7%). Most samples were catheterize-urine (54,2%). Most samples were found in the 18 – 40 age group (39,6%) and mostly were hospitalized patients (83,3%).


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk memaparkan landasan pemikiran dan segala konsep menyangkut penelitian yang akan dilaksanakan. Penelitian yang akan dilaksanakan ini berjudul “Distribusi Bakteri Aerob Penyebab Infeksi Saluran Kemih pada Pasien yang Rawat Jalan dan Rawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan pada Periode Januari 2013 – Juni 2013.”

Dalam penyelesaian proposal penelitian ini penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc(CTM), Sp.A(K), selaku rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedoteran Universitas Sumatera Utara.

3. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Lady Cecilia C. Koesoema, Sp.KK, yang telah menjadi Dosen Penasihat Akademik penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. dr. Edhie Djohan Utama, Sp.MK, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberi banyak arahan dan masukkan kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Kepada para dosen penguji, dr. Aliandri, Sp. THT dan dr. Hj. Feraluna Nasution, Sp.A yang telah memberikan saran dan kritikan yang membangun dalam penyelesaian laporan hasil penelitian ini.


(7)

6. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara atas bimbingan selama perkuliahan hingga penyelesaian studi dan juga penulisan karya tulis ilmiah ini.

7. Orang tua dan abang kandung penulis yang tiada bosan-bosannya mendoakan serta memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis dan pendidikan.

Penulis menyadari bahwa penulisan proposal ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun demi perbaikan proposal penelitian ini.

Medan, 7 Desember 2013

Joey


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 ... Latar Belakang ... 1

1.2 ... Rumus an Masalah ... 2

1.3 ... Tujuan Penelitian ... 3

1.4 ... Manfa at Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 ... Anatomi dan Fisiologi Saluran Kemih ... 4

2.2 ... Infeksi Saluran Kemih... 9

2.3 ... Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Kemih ... 19


(9)

3.1 ...

Kerangka Konsep ... 22

3.2 ... Definisi Operasional... 22

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 24

4.1 ... Rancangan Penelitian ... 24

4.2 ... Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

4.3 ... Populasi dan Sampel ... 24

4.4 ... Metode Pengumpulan Data ... 25

4.5 ... Metode Analisis Data ... 25

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 26

5.1. Hasil Penelitian ... 26

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 26

5.1.2. Karakteristik Sampel ... 26

5.1.3. Distribusi Penyakit ISK Berdasarkan Jenis Rawatan ... 27

5.1.4. Distribusi Penyakit ISK Berdasarkan Jenis Kelamin ... 27

5.1.5. Distribusi Penyakit ISK Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin ... 28

5.1.6. Distribusi Penyakit ISK Berdasarkan Cara Pengambilan Spesimen dan Jenis Kelamin ... 29


(10)

5.1.7. Distribusi Penyakit ISK Berdasarkan Bakteri Penyebab .. 29

5.2. Pembahasan ... 30

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 33

6.1. Kesimpulan ... 33

6.2. Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 35 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. ... Anatomi

saluran kemih ... 4

2.2. ...Kandung

kemih dan uretra pada wanita ... 5

2.3. ...Kandung

kemih dan uretra pada pria ... 6

2.4. ...Uretra pada


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. ...

Epidemiologi ISK Menurut Usia dan Jenis Kelamin ... 9

2.2. ... Probability of UTI Based on Urine Culture ... 18

5.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Rawatan ... 27

5.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ... 27

5.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin ... 28

5.4. Distribusi Sampel Berdasarkan Cara Pengambilan Spesimen dan Jenis Kelamin ... 29


(13)

ABSTRAK

Bakteri adalah penyebab infeksi saluran kemih yang paling sering. Kejadian infeksi saluran kemih dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko, antara lain hubungan seksual dan penggunaan kateter. Pola bakteri penyebab infeksi saluran kemih dapat berubah dari waktu ke waktu dan dapat berbeda antara suatu tempat dengan tempat lainnya.

Berdasarkan hal inilah dilakukan penelitian dengan tujuan untuk melihat distribusi bakteri aerob penyebab infeksi saluran kemih di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada periode Januari 2013 – Juni 2013. Penelitian ini dilakukan dengan studi potong lintang (cross sectional study) secara total sampling untuk mengambil data rekam medis di Departemen Mikrobiologi dan Instalasi Rekam Medis RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Januari 2013 – Juni 2013.

Dari 96 sampel (100%), ditemukan bahwa bakteri aerob penyebab ISK paling banyak adalah Eschericia coli (41,7%). Pasien perempuan (58,3%) lebih banyak daripada pasien laki – laki (41,7%). Sampel paling banyak adalah urin kateter (54,2%). Pasien rawat inap (83,3%) lebih banyak daripada pasien rawat jalan (16,7%).


(14)

LEMBAR PENGESAHAN

Distribusi Bakteri Aerob Penyebab Infeksi Saluran Kemih pada Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan pada Periode

Januari 2013 – Juni 2013

Nama : Joey NIM : 100100041

Pembimbing Penguji I

(dr. Edhie Djohan Utama, Sp.MK) (dr. Aliandri Sp.THT-KL ) NIP 130535845 NIP 196603092000121007

Penguji II

(dr. Hj. Feraluna Nasution, Sp.A) NIP 196309271990102002

Medan, 20 Desember 2013 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP. 1954 02 20 1980 11 1 001


(15)

ABSTRACT

UTI is mostly caused by bacteria. UTI is caused by some risk factors, included sexual activity and catetherization. This study focus on the prevalence and distribution of the bacteria in UTI.

This is a cross sectional study performed in Microbiology Departement and Medical Record Center of Adam Malik Central Hospital Medan. Medical records between January 2013 and June 2013 were collected by using total sampling method.

From 96 samples (100%) in this study, the most species found in UTI was Escherichia coli (41,7%). Prevalence of UTI in women (58,3%) was higher than in men (41,7%). Most samples were catheterize-urine (54,2%). Most samples were found in the 18 – 40 age group (39,6%) and mostly were hospitalized patients (83,3%).


(16)

Bab 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Infeksi saluran kemih merupakan invasi mikroorganisme, seperti jamur, virus dan bakteri, di sepanjang saluran kemih. Infeksi saluran kemih adalah infeksi terbanyak kedua yaitu sekitar 8,1 juta kasus per tahun (National Center For Health Statistics, 2008). Wanita lebih sering mengalami infeksi saluran kemih dibandingkan pria karena faktor perbedaan anatomi dan hormonal. Uretra wanita lebih pendek daripada uretra pria sehingga memudahkan bakteri mencapai daerah kandung kemih. Selain itu, letak uretra wanita dekat dengan anus dan vagina yang merupakan sumber bakteri (Griebling, 2007).

Infeksi biasanya masuk ke saluran kemih melalui uretra, namun infeksi yang ditularkan melalui darah dapat terdeposit di ginjal. Infeksi saluran kemih didiagnosis jika terdapat lebih dari 100.000 bakteri berspesies sama per mililiter urin. Skrining urin mendeteksi bakteriuria asimtomatik pada sekitar 5% wanita. Sekitar 30% berkembang menjadi simtomatik dalam satu tahun (Callaghan, 2009).

Menurut data dari Urologic Diseases in North America Project, insidensi infeksi saluran kemih adalah 14.000 per 100.000 pria dan 53.000 per 100.000 wanita. Infeksi saluran kemih terjadi pada 2,4% - 2,8% anak-anak.

Faktor resiko infeksi saluran kemih yaitu kehamilan, adanya obstruksi pada saluran kemih seperti batu ginjal, pembesaran prostat, dan penyempitan uretra, penggunaan kateter, aktivitas seksual, diabetes, refluks ( vesico-ureteric reflux), kelainan kongenital, serta tindakan operasi pada saluran kemih (Callaghan, 2009).

Penyebab infeksi saluran kemih paling sering adalah bakteri. Pada keadaan normal, bakteri yang masuk ke dalam saluran kemih akan segera dieliminasi


(17)

sebelum menimbulkan gejala. Beberapa sistem pertahanan tubuh yaitu sekresi dari kelenjar prostat pada pria dapat memperlambat pertumbuhan bakteri dan katup pada kandung kemih mencegah terjadinya refluks atau kembalinya urin ke ginjal. Akan tetapi, pada keadaan tertentu sistem pertahanan tubuh tidak dapat mengeliminasi bakteri tersebut, sehingga menyebabkan infeksi. Infeksi pada uretra disebut ureteritis. Infeksi pada kandung kemih disebut cystitis. Infeksi pada ginjal disebut pyelonephritis (National Kidney and Urologic Disease Information Clearinghouse).

Bakteri penyebab infeksi saluran kemih antara lain Escherichia coli, Klebsiella sp., Enterococcus sp., dan Staphylococcus saprophyticus. Escherichia coli adalah penyebab infeksi saluran kemih yang paling sering. Escherichia coli menggunakan fimbria untuk melekat ke epitel saluran kemih, mengurangi resiko terbilas keluar. Infeksi yang disebabkan oleh Proteus sp. cenderung terjadi pada pasien dengan batu. Proteus sp. memiliki aktivitas urease yang meningkatkan pH urin, sehingga mendukung pembentukan batu. Staphylococcus saprophyticus sering dijumpai pada wanita yang aktif secara seksual. Banyak bakteri Gram negatif yang berkoloni pada kateter urin, sering menyebabkan infeksi invasif yang disertai dengan bakteremia. (Gillespie & Bamford, 2009)

Suatu penelitian tentang Pola Resistensi Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Kemih memperlihatkan bahwa bakteri penyebab infeksi saluran kemih 28% Escherichia coli, 26% Klebsiella sp., 18% Pseudomonas sp., 10% Staphylococcus epidermidis, 8% Staphylococcus aureus, 6% Streptococcus sp., 2% Enterobacter sp., dan 2% Proteus sp. (Endriani, 2009)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian bagaimana distribusi bakteri aerob penyebab infeksi saluran kemih


(18)

pada pasien rawat jalan dan rawat inap di RSUP H. Adam Malik periode Januari 2013 – Juni 2013.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum :

Untuk mengetahui distribusi bakteri aerob penyebab infeksi saluran kemih pada pasien rawat jalan dan rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari 2013 – Juni 2013.

1.3.2. Tujuan Khusus :

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui angka kejadian infeksi saluran kemih pada pasien yang rawat jalan rawat inap.

2.Untuk mengetahui angka kejadian infeksi saluran kemih menurut jenis kelamin.

3.Untuk mengetahui angka kejadian infeksi saluran kemih menurut kelompok umur.

4.Untuk mengetahui angka kejadian infeksi saluran kemih menurut jenis spesimen.

5.Untuk mengetahui angka kejadian infeksi saluran kemih tanpa pemeriksaan mikrobiologi.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

1. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai distribusi bakteri aerob penyebab infeksi saluran kemih bagi para klinisi.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Saluran Kemih

Gambar 2.1. Anatomi saluran kemih (Adam, 2008)

Saluran kemih terdiri dari sepasang ginjal, sepasang ureter, satu kandung kemih dan satu uretra. Ginjal merupakan sepasang organ berbentuk kacang. Ukuran ginjal orang dewasa : panjang 10-12 cm, lebar 5-7 cm dan tebal 3 cm. Berat ginjal 135-150 gram dan berwarna kemerahan. Ginjal terletak di belakang peritoneum pada bagian belakang rongga abdomen, mulai dari vertebra torakalis kedua belas (T12) sampai vertebra lumbalis ketiga (L3). Ginjal kanan lebih rendah daripada ginjal kiri karena adanya hati. Setiap ginjal diselubungi oleh kapsul fibrosa, lemak perinefrik, dan fasia perinefrik (perineal). Korteks ginjal merupakan zona luar ginjal dan medula ginjal merupakan zona dalam yang terdiri dari piramida-piramida ginjal. Korteks terdiri dari semua glomerulus dan medula terdiri dari ansa Henle, vasa rekta dan duktus kolektivus. (Callaghan, 2009)

Ginjal menerima 20-25% cardiac output melalui arteri renalis kiri dan kanan yang berasal dari aorta. Lima atau enam vena kecil menyatu membentuk vena renalis, yang meninggalkan ginjal di depan cabang anterior arteri renalis dan masuk ke vena kava inferior. Posisi limfe dan saraf simpatis


(20)

ginjal bervariasi. Pembuluh limfe bermuara di nodus limfe aorta lateral. Saraf simpatis mempersarafi pembuluh darah ginjal dan aparatus jukstaglomerular, sampai ke nefron. Serabut aferen memasuki korda spinalis pada T10, T11, dan T12. (Callaghan, 2009)

Ginjal mengolah plasma yang mengalir masuk ke dalamnya untuk menghasilkan urin, menahan bahan tertentu dan mengeliminasi bahan-bahan yang tidak diperlukan ke dalam urin. Setelah terbentuk, urin mengalir ke sebuah rongga pengumpul sentral, pelvis ginjal, yang terletak pada bagian dalam sisi medial di pusat kedua ginjal. Dari situ urin disalurkan ke dalam ureter. (Sherwood, 2001)

Ureter keluar dari ginjal di belakang peritoneum pada muskulus psoas dan kemudian memasuki pelvis di depan sendi sakroiliaka. Panjang ureter 25-30 cm dan diameter 1-10 mm. Saraf aferen dari ureter memasuki korda spinalis pada T11, T12, L1, dan L2. Ureter berfungsi untuk menyalurkan urin dari ginjal ke kandung kemih. Ureter menembus dinding kandung secara oblik, sekitar 2 cm sebelum bermuara di kandung kemih. Susunan seperti ini mencegah aliran balik urin dari kandung kemih ke ginjal apabila terjadi peningkatan

tekanan di kandung

kemih. (Sherwood, 2001)


(21)

Gambar 2.2. Kandung kemih dan uretra pada wanita (Sobotta, 2006)

Gambar 2.3. Kandung kemih dan uretra pada pria (Sobotta, 2006)

Kandung kemih yang menyimpan urin secara temporer, adalah sebuah kantung berongga yang dapat merenggang sesuai volumenya, dengan mengubah status kontraktil otot polos di dindingnya. Pada pria, kandung kemih berada di anterior dari rektum. Pada wanita, kandung kemih berada di anterior dari vagina dan inferior dari uterus. (Sherwood, 2001)

Sebagaimana sifat otot polos, otot polos kandung kemih dapat sangat meregang tanpa menyebabkan peningkatan ketegangan dinding kandung kemih. Selain itu, dinding kandung kemih yang berlipat-lipat menjadi rata sewaktu kandung kemih terisi unutk meningkatkan kapasitas kandung kemih.


(22)

Otot polos kandung kemih mendapat banyak persarafan saraf parasimpatis, yang apabila dirangsang akan menyebabkan kontraksi kandung kemih. (Sherwood, 2001)

Jalur keluarnya urin dari kandung kemih dijaga oleh sfingter uretra interna yang terdiri dari otot-otot polos dan berada di bawah kontrol involunter. Sewaktu kandung kemih melemas, susunan anatomis sfingter interna menutupi pintu keluar kandung kemih. Secara berkala, urin dikosongkan dari kandung kemih ke luar tubuh melalui sebuah saluran, yaitu uretra. (Sherwood, 2001)

Gambar 2.4. Uretra pada pria (Sobotta, 2006)

Uretra pada wanita mempunyai panjang 3 - 5 cm, berbentuk lurus dan lebih pendek daripada uretra pria, berjalan secara langsung dari kandung kemih ke luar tubuh. Pada pria, uretra berukuran 18- 20 cm dan melengkung


(23)

dari kandung kemih ke luar tubuh, melewati kelenjar prostat dan penis. Uretra pada pria dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu uretra prostatika, yang melewati bagian tengah prostat, uretra membranosus, yang melewati bagian diafragma urogenital, dan uretra spongiosus yang melewati bagian distal diafragma urogenital sampai ke ujung penis. (Martini, 2006)

Pada bagian bawah uretra terdapat satu lapisan otot rangka yaitu sfingter uretra eksterna. Sfingter ini diperkuat oleh seluruh diafragma pelvis. Dalam keadaan normal, sewaktu kandung kemih melemas dan terisi, sfingter uretra interna dan eksterna tertutup untuk mencegah urin keluar. Selain itu, sfingter eksternal dan diafragma berada di bawah kontrol kesadaran karena merupakan otot rangka. Keduanya dapat dengan sengaja dikontraksikan untuk mencegah pengeluaran urin sewaktu kandung kemih berkontraksi dan sfingter interna terbuka. (Sherwood, 2001)

Proses berkemih adalah proses pengosongan kandung kemih, yang diatur oleh dua mekanisme, yaitu refleks berkemih dan kontrol volunter. Refleks berkemih dicetuskan apabila reseptor-reseptor regang di dalam dinding kandung kemih terangsang. Kandung kemih pada seorang dewasa dapat menampung sampai 250 atau 400 ml urin sebelum tegangan di dindingnya mulai meningkat untuk mengaktifkan reseptor regang. Semakin besar peregangan melebihi ambang ini, semakin besar tingkat pengaktifan reseptor. (Sherwood, 2001)

Serat-serat aferen dari reseptor regang membawa impuls ke korda spinalis dan akan merangsang saraf parasimpatis yang berjalan ke kandung kemih dan menghambat neuron motorik yang mempersarafi sfingter eksterna. Stimulasi parasimpatis pada kandung kemih menyebabkan organ ini berkontraksi. Perubahan bentuk kandung kemih sewaktu organ tersebut berkontraksi menarik sfingter interna terbuka. Secara simultan, sfingter eksterna melemas karena neuron-neuron motoriknya dihambat. Setelah kedua sfingter terbuka,


(24)

urin terdorong keluar melalui uretra akibat gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi kandung kemih. (Sherwood, 2001)

2.2. Infeksi Saluran Kemih

Definisi. Infeksi saluran kemih adalah invasi mikroorganisme, seperti jamur, virus dan bakteri, di sepanjang saluran kemih. Infeksi pada ginjal disebut pyelonephritis. Infeksi pada ureter disebut ureteritis. Infeksi pada kandung kemih disebut cystitis. Infeksi pada uretra disebut urethritis. Pyelonephritis dan ureteritis termasuk infeksi saluran kemih bagian atas (upper urinary tract infection). Cystitis dan urethritis termasuk infeksi saluran kemih bagian bawah (lower urinary tract infection). (Gillespie & Bamford, 2009)

Epidemiologi. Infeksi saluran kemih dapat terjadi pada semua usia baik pada pria maupun wanita. Prevalensi kejadian infeksi saluran kemih sangat dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin. Menurut data dari Urologic Diseases in North America Project, insidensi infeksi saluran kemih adalah 14.000 per 100.000 pria dan 53.000 per 100.000 wanita. Infeksi saluran kemih terjadi pada 2,4% - 2,8% anak-anak. Insiden infeksi saluran kemih pada pria akan meningkat pada usia dewasa tua ketika terjadinya pembesaran prostat yang mengakibatkan pengeluaran urin dari kandung kemih terhambat. (Griebling, 2005)

Tabel 2.1. Epidemiologi ISK Menurut Usia dan Jenis Kelamin (Nguyen, 2008) Umur

(tahun)

Insidens (%)

Faktor Resiko Perempuan Laki-laki

<1 0,7 2,7 Foreskin, kelainan anatomis genitourinari 1-5 4,5 0,5 Kelainan anatomis genitourinari

6-15 4,5 0,5 Kelainan fisiologis genitourinari 16-35 20 0,5 Hubungan seksual, alat kontrasepsi


(25)

36-65 35 20 Operasi, pembesaran prostat, penggunaan kateter >65 40 35 Inkontinensia, penggunaan kateter, pembesaran

prostat

Faktor Resiko. Faktor resiko infeksi saluran kemih yaitu jenis kelamin wanita, usia tua, kehamilan, adanya obstruksi pada saluran kemih seperti batu ginjal, pembesaran prostat, dan penyempitan uretra, penggunaan kateter, aktivitas seksual, diabetes, refluks (vesico-ureteric reflux), kelainan kongenital saluran kemih, serta tindakan operasi pada saluran kemih. Uretra wanita lebih pendek daripada uretra pria sehingga memudahkan bakteri mencapai daerah kandung kemih. Selain itu, letak uretra wanita dekat dengan anus dan vagina yang merupakan sumber bakteri. (Gillespie & Bamford, 2009)

Pada usia tua, terjadi peningkatan sisa urin dalam kandung kemih akibat pengosongan kandung kemih yang kurang efektif, nutrisi yang sering kurang baik , sistem imunnitas yang menurun, adanya hambatan pada saluran urin, hilangnya efek bakterisida dari sekresi prostat, peningkatan penggunaan kateter urin, dan perubahan pH vagina pada wanita karena penurunan hormon estrogen. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensi yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri. Pada wanita hamil, terjadi perubahan anatomis dan fisiologis seperti menurunnya tonus dan peristaltik uretra, serta inkompeten katup vesikouretra secara temporal. Bakteri penyebab infeksi saluran kemih pada penggunaan kateter dapat berasal dari urin maupun dari permukaan kateter. (Stamm, 2010)

Etiologi dan Patogenesis. Infeksi saluran kemih dapat disebabkan oleh bakteri, virus, maupun jamur. Akan tetapi, penyebab infeksi saluran kemih paling sering diakibatkan oleh bakteri. Infeksi saluran kemih terjadi karena adanya interaksi antara uropatogen dan inang (host). Faktor virulensi bakteri,


(26)

dan mekanisme pertahanan tubuh pada inang yang tidak adekuat dapat menyebabkan infeksi saluran kemih. (Schaeffer & Schaeffer, 2012)

Infeksi saluran kemih sering disebabkan oleh mikroorganisme anaerob fakultatif yang ada pada usus. Uropatogen seperti Staphylococcus epidermidis dan Candida albicans merupakan flora normal pada vagina. Escherichia coli merupakan bakteri yang paling sering menyebabkan infeksi saluran kemih. Bakteri penyebab infeksi saluran kemih lainny adalah bakteri gram negatif lainnya, seperti Proteus dan Klebsiella, dan bakteri gram positif seperti Enterococcus faecalis dan Staphylococcus saprophyticus. Jamur yang dapat menyebabkan infeksi saluran kemih adalah Candida sp, sedangkan virus yang dapat menyebabkan infeksi saluran kemih adalah Herpes simplex virus, Papovavirus, dan Adenovirus. (Gillespie & Bamford, 2009)

Jalur masuknya mikroorganisme terdiri dari tiga yaitu secara ascending, hematogen dan lymphogen. Jalur ascending merupakan rute infeksi yang paling sering, terutama pada wanita dan pasien yang menggunakan kateter urin. Pada infeksi saluran kemih yang terjadi melalui jalur ascending, bakteri gram negatif maupun mikroorganisme yang berasal dari saluran cerna yang mampu berkolonisasi pada daerah vagina atau periuretra. Mikroorganisme ini kemudian akan memasuki kandung kemih, ureter dan ke ginjal. (Schaeffer & Schaeffer, 2012)

Jalur ini lebih sering terjadi pada wanita daripada pria karena uretra wanita lebih pendek dan letak uretra wanita yang lebih dekat dengan vagina dan rektum. Pada pasien yang menggunakan kateter, bakteri yang berkolonisasi pada membran mukosa yaitu bagian anterior uretra, akan terdorong dari uretra ke kandung kemih. 10% - 30% pasien yang menggunakan kateter akan mengalami bakteriuria. (Nguyen, 2008)

Jalur hematogen terjadi akibat bakteremia dari bakteri di organ tubuh lainnya. Jalur hematogen biasanya terjadi pada pasien yang mempunyai


(27)

daya tahan yang lemah (immunocompromised) dan neonatus. Mikroorganisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih melalui jalur hematogen adalah Staphylococcus aureus, dan Candida sp. (Schaeffer & Schaeffer, 2012)

Penyebaran bakteri secara langsung ke organ sekitar melalui sistem limfatik juga dapat menyebabkan infeksi saluran kemih. Infeksi saluran kemih melalui sistem limfatik ini biasanya terjadi pada penderita abses retroperitoneal atau infeksi usus yang berat (severe bowel infection). Infeksi saluran kemih juga dapat terjadi secara langsung melalui penyebaran bakteri dari organ di sekitarnya, seperti pada penderita abses intraperitoneal atau vesicointestinal fistula atau vesicovaginal fistula. (Schaeffer & Schaeffer, 2012)

Faktor pada inang berperan penting dalam patogenesis infeksi saluran kemih. Aliran urin yang lancar dengan washout yang adekuat dapat mencegah infeksi saluran kemih. Osmolalitas, konsentrasi urea, konsentrasi asam organik dan pH urin dapat menghambat pertumbuhan dan kolonisasi bakteri. Tamm-Horsfall Glcoprotein (THG) dapat menghambat pertumbuhan bakteri. (Schaeffer & Schaeffer, 2012)

Retensi urin, stasis atau reflux urin ke saluran kemih bagian atas menyebabkan terjadinya pertumbuhan bakteri dan infeksi. Abnormalitas anatomis maupun fisiologis pada saluran kemih yang menghambat aliran urin dapat meningkatkan kerentanan inang terhadap infeksi saluran kemih. Abnormalitas seperti obstruksi pada saluran kemih, penyakit neurologis, diabetes, kehamilan, benda asing seperti kateter, dan batu menyebabkan bakteri dapat bertahan pada tubuh inang. (Schaeffer & Schaeffer, 2012)

Epitelium pada permukaan saluran kemih berperan sebagai barrier dan dapat mengaktifkan sistem innate defense jika adanya bakteri. Sel pada lapisan saluran kemih akan mensekresikan chemoattractants seperti interleukin-8 yang akan merekrut neutrofil ke area atau jaringan yang


(28)

terinvasi bakteri. Serum spesifik dan antibodi yang dihasilkan ginjal akan menghambat pertumbuhan bakteri. Sistem pertahanan tubuh sellular dan humoral akan mencegah terjadinya infeksi saluran kemih. (Schaeffer & Schaeffer, 2012)

Mekanisme pertahanan tubuh pada inang terhadap pencegahan infeksi dapat menyebabkan kerusakan sel maupun jaringan. Pada ginjal, sel-sel yang rusak dan jaringan parut dapat menyebabkan kondisi patologis seperti hipertensi, preeklamsi pada kehamilan, disfungsi renal dan gagal ginjal. (Schaeffer & Schaeffer, 2012)

Sistem pertahanan inang lainnya adalah flora normal pada periuretra dan prostat. Pada wanita, flora normal pada periuretra mengandung laktobacillus yang merupakan suatu mekanisme pertahanan terhadap kolonisasi bakteri uropatogen. Perubahan pH, tingkat estrogen atau penggunaan antibiotik dapat mengganggu flora normal tersebut, sehingga terjadi kolonisasi uropatogen. Pada pria, sekret dari prostat yang mengandung zinkum merupakan antimikroba yang potent. Pada anak-anak dengan vesicouretral reflux, dapat menyebabkan inokulasi bakteri ke saluran kemih bagian atas dan menyebabkan terjadinya infeksi. (Osset et al, 2001)

Angka kejadian infeksi saluran kemih meningkat pada usia tua. Obstruksi saluran kemih pada pria, terganggunya flora normal periuretra dan vagina pada wanita menopause, fecal incontinence, penyakit neuromuskular, penggunaan kateter menyebabkan insidensi infeksi saluran kemih pada usia tua meningkat. (Ronald, 2002)

Tidak semua bakteri dapat menempel dan menginfeksi saluran kemih. Beberapa strain dari Escherichia coli, seperti serogrup O, K, dan H. Faktor yang menyebabkan bakteri tersebut dapat menyebabkan infeksi saluran kemih adalah adanya resistensi terhadap serum yang berperan sebagai bakterisidal, produksi hemolisis, dan adanya pili. Ligan pada pili bakteri


(29)

menyebabkan bakteri tersebut mampu melekat pada sel epitel. Ligan tersebut akan berikatan dengan reseptor glikolipid atau reseptor glikoprotein.

P pili mampu mengagglutinasi darah manusia, berikatan dengan reseptor glikolipid pada sel urotelium dan sel tubular ginjal. Type 1 pili mampu berikatan dengan mannoside residues pada sel uroepitelium dan berfungsi untuk melekatkan bakteri pada mukosa kandung kemih. Kebanyakan uropatogen Escherichia coli mempunyai kedua tipe pili tersebut. Setelah bakteri melekat pada sel uroepitelium, bakteri akan memproduksi hemolysin. Antigen K pada bakteri dapat melindungi bakteri dari phagositosis neutrofil. (Ofek et al, 2000)

Gejala Klinis

Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah adalah :  Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih  Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis  Hematuria

 Nyeri punggung dapat terjadi.

Tanda dan gejala ISK bagian atas adalah :  Demam

 Menggigil

 Nyeri panggul dan pinggang  Nyeri ketika berkemih  Malaise

 Pusing

 Mual dan muntah

Diagnosis. Penegakkan diagnosis infeksi saluran kemih berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan mikroskopis urin dan kultur urin. Pemeriksaan mikroskopik dilakukan untuk menentukan jumlah


(30)

leukosit dan bakteri dalam urin. Jumlah leukosit yang dianggap bermakna adalah > 10 / lapang pandang besar (LPB). Apabila didapat leukosituri yang bermakna, perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur.

Pemeriksaan kultur urin adalah pemeriksaan mikrobiologi atau biakan urin berdasarkan kuantitatif bakteri untuk menentukan infeksi saluran kemih. Bahan urin untuk pemeriksaaan harus segar dan sebaiknya diambil pada pagi hari. Bahan urin dapat diambil dengan cara punksi suprapubik, dari kateter dan urin porsi tengah (midstream urine). Bahan urin yang paling mudah diperoleh adalah urin porsi tengah yang ditampung dalam wadah bermulut lebar dan steril.

Pengambilan urin dengan punksi suprapubik dilakukan pengambilan urin langsung dari kandung kemih melalui kulit dan dinding perut dengan semprit dan jarum steril. Yang penting pada punksi suprapubik ini adalah tindakan antisepsis yang baik pada daerah yang akan ditusuk, anestesi lokal pada daerah yang akan ditusuk dan keadaan asepsis harus selalu dijaga. Bila keadaan asepsis baik, maka bakteri apapun dan berapapun jumlah koloni yang tumbuh pada biakan, dapat dipastikan merupakan penyebab ISK.

Bahan urin dapat diambil dari kateter dengan jarum dan semprit yang steril. Pada cara ini juga penting tindakan antisepsis pada daerah kateter yang akan ditusuk dan keadaan asepsis harus selalu dijaga. Tempat penusukan kateter sebaiknya sedekat mungkin dengan ujung kateter yang berada di dalam kandung kemih (ujung distal). Penilaian urin yang diperoleh dari kateter sama dengan hasil biakan urin yang diperoleh dari punksi suprapubik.

Urin porsi tengah sebagai sampel pemeriksaan urinalisis merupakan teknik pengambilan yang paling sering dilakukan dan tidak menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien. Akan tetapi, resiko kontaminasi akibat kesalahan pengambilan cukup besar karena tidak boleh menggunakan antiseptik untuk persiapan pasien karena dapat mengkontaminasi sampel dan menyebabkan kultur false-negatif.


(31)

1. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah vagina dan muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum pembersihan daerah vagina selesai.

2. Dengan dua jari pisahkan kedua labia dan bersihkan daerah vagina dengan potongan kasa steril yang mengandung sabun. Arah pembersihan dari depan ke belakang.

3. Bilas daerah tersebut dari arah depan ke belakang dengan potongan kasa yang dibasahi dengan air atau salin hangat. Selama pembilasan tetap pisahkan kedua labia dengan dua jari dan jangan biarkan labia menyentuh muara uretra. Lakukan pembilasan sekali lagi, kemudian keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering.

4. Dengan tetap memisahkan kedua labia, mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter urin yang mula-mula keluar. Kemudian, tampung aliran urin selanjutnya ke dalam wadah steril sampai kurang lebih sepertiga atau setengah wadah terisi.

5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan kirim segera ke laboratorium.

Cara pengambilan dan penampungan urin porsi tengah pada pria :

1. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah penis dan muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum pembersihan selesai.


(32)

2. Tarik prepusium ke belakang dengan satu tangan dan bersihkan daerah ujung penis dengan kasa yang dibasahi air sabun. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.

3. Bilas ujung penis dengan kasa yang dibasahi air atau salin hangat. Ulangi sekali lagi, lalu keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke dalam tempat sampah.

4. Dengan tetap menahan prepusium ke belakang, mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter urin yang keluar, kemudian tampung urin yang keluar berikutnya ke dalam wadah steril sampai terisi sepertiga sampai setengahnya.

5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan kirim segera ke laboratorium.

Bahan urin harus segera dikirim ke laboratorium, karena penundaan akan menyebabkan bakteri yang terdapat dalam urin berkembang biak dan penghitungan koloni yang tumbuh pada biakan menunjukkan jumlah bakteri sebenarnya yang terdapat dalam urin pada saat pengambilan. Sampel harus diterima maksimun 1 jam setelah penampungan. Sampel harus sudah diperiksa dalam waktu 2 jam. Setiap sampel yang diterima lebih dari 2 jam setelah pengambilan tanpa bukti telah disimpan dalam kulkas, seharusnya tidak dikultur dan sebaiknya dimintakan sampel baru. Bila pengiriman terpaksa ditunda, bahan urin harus disimpan pada suhu 4oC selama tidak lebih dari 24 jam.

Pemeriksaan Kultur Urin. Deteksi jumlah bermakna kuman patogen (significant bacteriuria) dari kultur urin merupakan baku emas untuk diagnosis ISK. Bila jumlah koloni yang tumbuh > 105 koloni/ml urin, maka dapat dipastikan bahwa bakteri yang tumbuh merupakan penyebab ISK, sedangkan bila hanya tumbuh koloni dengan jumlah < 103 koloni / ml urin, maka bakteri yang tumbuh kemungkinan besar hanya merupakan kontaminasi flora normal dari muara uretra. Jika diperoleh jumlah koloni antara 103 - 105 koloni / ml urin, kemungkinan


(33)

kontaminasi belum dapat disingkirkan dan sebaiknya dilakukan biakan ulang dengan bahan urin yang baru. Bila lebih dari tiga jenis bakteri yang terisolasi, maka kemungkinan besar bahan urin yang diperiksa telah terkontaminasi.

Tabel 2.2. Probability of UTI Based on Urine Culture (Nguyen, 2008) Collection CFU (Colony-forming

Unit)

Probability of Infection (%) Suprapubic Gram (-) any

Gram (+) > 1000 >99 Catheterization >105

>104-5 >103-4 <103 95 Likely Repeat Unlikely Clean catch Male Female >104

3 specimens : >105 2 specimens : >105 1 specimen : >105 5 x 104 – 105 1-5 x 104 sympt. 1-5 x 104 nonsympt. <104 Likely 95 90 80 Repeat Repeat Unlikely Unlikely

Penatalaksanaan. Infeksi Saluran Kemih Bawah : Prinsip manajemen ISK bawah meliputi intake cairan yang banyak, antibiotik yang adekuat, dan kalau perlu terapi simtomatik. Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48 jam jam dengan antibiotik tunggal seperti ampisilin 3 gram, trimetroprim 200 mg. Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisis (leukosuria) diperlukan terapi konvensional selama 5-10 hari. Pada reinfeksi


(34)

berulang dan disertai faktor predisposisi terapi antimikroba yang intensif diikuti koreksi faktor resiko. Pada reinfeksi berulang tanpa faktor predisposisi, dilakukan asupan cairan yang cukup, dan cuci setelah melakukan senggama diikuti terapi antimikroba takaran tunggal (misalnya trimetropirm 200 mg). Pada infeksi saluran kemih atas, pasien pada umumnya memerlukan rawat inap untuk memelihara status hidrasi dan terapi antibiotik parenteral paling sedikit 48 jam. The infectious Disease Society of America mengajurkan satu dari tiga alternatif terapi antibiotik IV sebagai terapi awal selama 48-72 jam sebelum diketahui bakteri penyebabnya, yaitu fluorokuinolon, amiglikosida dengan atau tanpa ampisilin, dan sefalosporin dengan spektrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida. (Sukandar, 2009)

2.3. Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Kemih

Bakteri dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuknya yaitu bentuk bulat (coccus), batang (bacillus), spiral, dan bengkok (curved). Bakteri berbentuk batang yang pendek hampir sama dengan bakteri berbentuk bulat. Bakteri seperti ini disebut coccobacilli. Berdasarkan susunannya, bakteri cocci dapat dibedakan menjadi susunan berpasangan (diplococci), susunan seperti rantai (streptococci), dan susunan berkelompok yang tidak teratur (staphylococci). (Neidhardt, 2004)

Spesies bakteri yang dapat menginfeksi manusia mempunyai ukuran yang bervariasi dan berkisar antara 0,1 – 10 µm. Bakteri coccus umumnya berdiameter 0,5 – 2 µm, sedangkan bakteri berbentuk batang biasanya memiliki ukuran panjang 1 – 10 µm dan lebar 0,2 – 2 µm. (Neidhardt, 2004)

Bakteri dapat juga diklasifikasi berdasarkan pewarnaan Gram, yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Pada pewarnaan Gram, bakteri gram positif akan memberikan warna ungu, sedangkan bakteri gram negatif akan memberikan warna merah. Kebanyakan dinding sel gram posititf mengandung cukup banyak asam teikoat dan asam teikuronat, yang merupakan 50% dari berat kering dinding sel dan 10% dari berat kering


(35)

keseluruhan sel. Selain itu, beberapa dinding sel gram positif juga mengandung molekul polisakarida. Dinding sel bakteri gram negatif mengandung tiga komponen yang terletak di luar lapisan peptidoglikan, yaitu lipoprotein, membran luar, dan lipopolisakarida. (Brooks, et al., 2007)

Beberapa bakteri penyebab infeksi saluran kemih, antara lain :

Escherichia coli. bakteri batang gram negatif yang menunjukkan hasil positif pada tes indol, methyl red, lisin dekarboksilase, dan fermentasi karbohidrat, serta menghasilkan gas dari glukosa. Pada isolat dari urin dapat segera diidenfikasi sebagai Escherichia coli dengan melihat morfologi koloni yang khas dengan kilap logam (methalic sheen) pada agar EMB. Lebih dari 90% isolat Escherichia coli positif terhadap ß-glukuronidase dengan menggunakan substrat 4-metilumbeliferil- ß -glukuronida (MUG). (Lydyard, et al., 2010)

Klebsiella sp. adalah bakteri batang gram negatif yang menghasilkan koloni yang mukoid, kapsul polisakarida yang besar dan tidak motil. Spesies ini menunjukkan hasil negatif terhadap uji motilitas, positif terhadap sitrat dan ornitin dekarboksilase dan menghasilkan gas dari glukosa. Klebsiella sp memberikan hasil positif terhadap reaksi Voges-Proskauer. (Brooks, et al., 2007)

Pseudomonas aeruginosa. merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang, motil, obligat aerob, dan membentuk koloni bulat halus dengan warna flurosensi hijau. Bakteri ini bersifat oksidase-positif, tidak memfermentasi karbohidrat, dan dapat tumbuh baik pada suhu 37o-42oC. (Brooks, et al., 2007)

Staphylococcus sp. adalah sel sferis gram positif, biasanya tersusun dalam kelompok seperti anggur yang tidak teratur. Genus Staphylococcus sedikitnya memiliki 30 spesies. S. saprophyticus relatif sering menjadi penyebab infeksi saluran kemih pada wanita muda. Staphylococcus sp. tidak motil dan tidak membentuk spora. Organisme ini memfermentasikan karbohidrat secara


(36)

lambat, menghasilkan asam laktat, tetapi tidak membentuk gas. (Brooks, et al., 2007)

Streptococcus sp. adalah bakteri sferis gram positif yang khasnya berpasangan atau membentuk rantai selama pertumbuhannya. Pertumbuhan dan hemolisis dibantu dengan intubasi dalam 10% CO2. Sebagian besar streptococccus sp tumbuh di medium padat sebagai koloni diskoid, biasanya berdiameter 1-2 mm. (Brooks, et al., 2007)

Proteus sp. adalah bakteri batang gram negatif yang mendeaminasi fenilalanin, motil, tumbuh pada medium kalium sianida (KCN) dan memfermentasi xilosa. Proteus sp. merupakan urease-positif dan sangat lambat memfermentasi laktosa atau tidak memfermentasikannya sama sekali. Proteus sp. menghasilkan urease, yang mengakibatkan hidrolisis urea secara cepat dan membebaskan amonia. Karena itu, pada infeksi saluran kemih akibat proteus, urin bersifat basa, sehingga memudahkan pembentukan batu dan membuat pengasaman hampir tidak mungkin. Motilitas protease yang cepat membantu invasinya ke saluran kemih. (Brooks, et al., 2007)


(37)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2.

Definisi Operasional

1. Umur pasien adalah usia pasien saat terdiagnosis menderita infeksi saluran kemih yang sesuai dengan rekam medis pada tahun 2013 yang dikelompokkan menjadi :

• < 1 tahun

• 1 – 5

tahun

• 6 – 17

tahun

• 18 – 40

tahun

• 41 – 65

tahun

Penderita infeksi saluran kemih yang rawat jalan dan rawat inap di RSUP

HAM pada periode Januari 2013 – Juni 2013

• Umur

• Jenis Kelamin • Jenis Spesimen • Bakteri Penyebab


(38)

• > 65 tahun Cara ukur : observasi

Alat ukur : rekam medis Skala : ordinal

2. Jenis kelamin adalah jenis kelamin pasien penderita infeksi saluran kemih, baik laki-laki ataupun perempuan yang sesuai dengan rekam medis tahun 2013.

Cara ukur : observasi Alat ukur : rekam medis Skala : nominal

3. Jenis spesimen adalah jenis sampel urin yang digunakan untuk pemeriksaan kultur urin, baik urin porsi tengah, urin kateter maupun urin suprapubis.

Cara ukur : observasi Alat ukur : rekam medis Skala : nominal

4. Bakteri penyebab adalah jenis bakteri yang terdeteksi pada hasil kultur urin dengan jumlah bermakna (bakteriuria bermakna).

Cara ukur : observasi Alat ukur : rekam medik Skala : nominal

Hasil ukur : a. Bakteri Gram (-) 1) Escherichia coli 2) Klebsiella pneumoniae 3) Pseudomonas aeruginosa 4) Bakteri Gram (-) lainnya b. Bakteri Gram (+)

1) Staphylococcus sp. 2) Streptococcus sp.


(39)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross-sectional. Pengumpulan data dan pengamatan dilakukan hanya satu kali dan pada satu saat tertentu tanpa adanya perlakuan terhadap sampel.

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Departemen Mikrobiologi dan Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2013 sampai Desember 2013 yang meliputi observasi data, pengumpulan data, penelitian dan penulisan hasil penelitian.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi adalah data penderita infeksi saluran kemih yang rawat jalan dan rawat inap di RSUP Haji Adam Malik pada periode Januari 2013 – Juni 2013.

4.3.2. Sampel Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan secara total sampling. Seluruh data pasien rawat jalan dan rawat inap yang terdiagnosis secara mikrobiologi


(40)

mengalami infeksi saluran kemih di RSUP Haji Adam Malik Medan sejak 1 Januari 2013 - 30 Juni 2013 dijadikan sampel.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data diperoleh melalui data sekunder yaitu rekam medik pasien. Setelah rekam medis didapatkan, dilakukan pencatatan variabel yang dibutuhkan yaitu usia, jenis kelamin, jenis spesimen, dan jenis bakteri aerob penyebab infeksi saluran kemih.

4.5. Metode pengolahan dan Analisis Data

Data rekam medis yang terkumpul akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan program komputer SPSS (Statistical Package for Social Science). Jenis analisis statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif dengan menggunakan distribusi frekuensi.


(41)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP H. Adam Malik) Medan. RSUP H. Adam Malik berlokasi di Jalan Bunga Lau Nomor 17, kelurahan Kemenangan Tani, kecamatan Medan Tuntungan. RSUP H. Adam Malik mulai beroperasi pada tanggal 21 Juli 1993 dan diresmikan oleh mantan presiden RI, H. Soeharto. Rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit kelas A sesuai SK Menkes No. 355/ Menkes/ SK/ VII/ 1990. Dengan predikat rumah sakit kelas A, RSUP H. Adam Malik telah memiliki fasilitas kesehatan yang memenuhi standar dan tenaga kesehatan yang kompeten. Selain itu, RSUP H. Adam Malik Medan juga merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang sangat bervariasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/ Menkes/ IX/ 1991 tanggal 6 September 1991, RSUP Haji Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Sumatera Utara.

5.1.2. Karakteristik Sampel

Semua data sampel diambil dari rekam medis pasien. Pasien yang terdiagnosis secara mikrobiologi mengalami ISK sebanyak 96 kasus dan pasien yang terdiagnosis mengalami ISK tanpa pemeriksaan mikrobiologi sebanyak 142 kasus di RSUP H. Adam Malik Medan dari Januari 2013 – Juni 2013.


(42)

5.1.3. Distribusi Penyakit ISK Berdasarkan Jenis Rawatan Tabel 5.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Rawatan

Jenis Rawatan Total

N %

Rawat Jalan 16 16,7 Rawat Inap 80 83,3 Total 96 100

Berdasarkan tabel 5.1, didapatkan pasien rawat inap lebih banyak yaitu 80 orang (83,3%) daripada pasien rawat jalan jalan sebanyak 16 orang (16,7%).

5.1.4. Distribusi Penyakit ISK Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 5.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Total

N %

Laki-laki 40 41,7 Perempuan 56 58,3 Total 96 100

Berdasarkan tabel 5.2, didapatkan penderita berjenis kelamin perempuan lebih banyak yaitu 56 orang (58,3%) sedangkan laki – laki sebanyak 40 orang (41,7%).


(43)

5.1.5. Distribusi Penyakit ISK Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Tabel 5.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Kelompok umur

Jenis Kelamin

Total Laki - laki Perempuan

N % N % N %

< 1 tahun 0 0 0 0 0 0

1 – 5 tahun 4 4,2 2 2,1 6 6,3

6 – 17 tahun 4 4,2 3 3,1 7 7,3

18 – 40 tahun 9 9,4 29 30,2 38 39,6 41 – 65 tahun 10 10,4 19 19,8 29 30,2 > 65 tahun 13 13,5 3 3,1 16 16,7

Total 40 41,7 56 58,3 96 100

Berdasarkan tabel 5.4, didapatkan angka kejadian infeksi saluran kemih paling banyak pada kelompok umur 18 – 40 tahun dengan jumlah 38 kasus (39,6%) dan angka kejadian infeksi saluran kemih paling sedikit pada kelompok umur 1 – 5 tahun dengan jumlah 6 kasus (6,3%). Selain itu, juga didapatkan bahwa pasien perempuan terbanyak pada kelompok umur 18 – 40 tahun yaitu sebanyak 29 kasus (30,2%) dan pasien laki – laki terbanyak pada kelompok umur > 65 tahun yaitu sebanyak 13 kasus (13,5%).


(44)

5.1.6. Distribusi Penyakit ISK Berdasarkan Cara Pengambilan Spesimen dan Jenis Kelamin

Tabel 5.4. Distribusi Sampel Berdasarkan Cara Pengambilan Spesimen dan Jenis Kelamin

Jenis Spesimen

Jenis Kelamin

Total Laki – laki Perempuan

N % N % N %

Urin Porsi Tengah 10 10,4 34 35,4 44 45,8 Urin Kateter 30 31,3 22 22,9 52 54,2 Urin Aspirasi Suprapubis 0 0 0 0 0 0

Total 40 41,7 56 58,3 96 100

Berdasarkan tabel 5.4, didapatkan urin porsi tengah sebanyak 10 sampel (10,4%) pada pasien laki-laki dan 34 sampel (35,4%) pada pasien perempuan, sedangkan urin kateter sebanyak 30 sampel (31,3%) pada pasien laki-laki dan 22 sampel (22,9%) pada pasien perempuan.

5.1.7. Distribusi Penyakit ISK Berdasarkan Bakteri Penyebab Tabel 5.5. Distribusi Sampel Berdasarkan Bakteri Penyebab

Jenis Bakteri Total

N %

Eschericia coli 40 41,7

Klebsiella pneumoniae 11 11,5

Pseudomonas aeruginosa 12 12,5

Gram (-) lainnya 21 21,9

Staphylococcus sp. 2 2,1

Streptococcus sp. 0 0

Gram (+) lainnya 10 10,3


(45)

Berdasarkan tabel 5.5, didapatkan bakteri Eschericia coli sebanyak 40 sampel (41,7%), Klebsiella pneumoniae sebanyak 11 sampel (11,5%), Pseudomonas aeruginosa sebanyak 12 sampel (12,5%), Bakteri Gram (-) lainnya sebanyak 21 sampel (21,9%), Staphylococcus sp. sebanyak 2 sampel (2,1%), dan Bakteri Gram (+) lainnya sebanyak 10 sampel (10,4%). Yang termasuk golongan bakteri Gram (-) lainnya adalah bakteri Acinetobacter baumannii, Burkholderia cepacia, Morganella morganii, Proteus mirabilis, Enterobacter aerogenes, Aeromonas sobria, Citrobacter freundii, dan Pseudomonas putida. Yang termasuk golongan bakteri Gram (+) lainnya adalah bakteri Enterococcus faecalis dan Enterococcus faecium.

5.2. Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, didapatkan bahwa penderita ISK rawat inap lebih banyak yaitu berjumlah 80 kasus (83,3%) daripada penderita ISK rawat jalan yang berjumlah 16 kasus (16,7%) (Tabel 5.1). Hal ini berkaitan dengan teori bahwa infeksi saluran kemih nosokomial yang berhubungan dengan pemakaian kateter (Catheter-Associated UTI). Selain itu, terdapat juga kondisi medis yang meningkatkan resiko kejadian infeksi saluran kemih, yaitu diabetes melitus, masalah ginjal, masalah sistem imun dan kelainan traktus urinarius. (Litwin, M.S dan Saigal, C.S.,2007).

Berdasarkan tabel 5.2, kasus infeksi saluran kemih lebih sering terjadi pada pasien perempuan yaitu 56 kasus (58,3%) sedangkan pada pasien laki – laki sebanyak 40 kasus (41,7%). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan di RSUP H. Adam Malik oleh Ng Mee San pada tahun 2009 yang menyimpulkan bahwa perempuan (52,7%) lebih dominan mengalami ISK. Hal ini dapat disebabkan karena uretra wanita lebih pendek daripada uretra pria sehingga memudahkan bakteri mencapai daerah kandung kemih. Selain itu, letak uretra wanita dekat dengan anus dan vagina yang merupakan sumber bakteri. (Gillespie & Bamford, 2009)


(46)

Berdasarkan tabel 5.3, didapatkan pasien perempuan terbanyak pada kelompok umur 18 – 40 tahun yaitu sebanyak 29 kasus (30,2%) dan pasien laki – laki terbanyak pada kelompok umur > 65 tahun yaitu sebanyak 13 kasus (13,5%). Hal ini sesuai dengan teori bahwa perempuan usia dewasa muda, aktivitas seksual serta penggunaan alat kontrasepsi merupakan faktor resiko terjadinya infeksi saluran kemih. Selain itu, pada laki – laki usia lanjut terjadi hipertrofi prostat, peningkatan penggunaan kateter yang merupakan faktor resiko terjadinya infeksi saluran kemih. (Nguyen, 2008)

Berdasarkan tabel 5.4, didapatkan urin porsi tengah lebih banyak pada pasien perempuan yaitu 34 sampel (35,4%), sedangkan urin kateter lebih banyak pada pasien laki-laki yaitu sebanyak 30 sampel (31,3%). Hal ini sesuai dengan teori bahwa penggunaan kateter lebih banyak pada laki-laki karena faktor usia dan pembesaran prostat yang merupakan faktor resiko terjadinya infeksi saluran kemih. (Nguyen, 2008)

Berdasarkan tabel 5.5, bakteri aerob penyebab infeksi saluran kemih terbanyak adalah Escherichia coli sebanyak 40 kasus (45,8%), bakteri gram (-) lainnya sebanyak 21 kasus (21,9%) dan Pseudomonas aeruginosa sebanyak 12 kasus (12,5%). Hasil ini sama dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan di RS Dr. Wahidin Sudirohusodo (Samirah, et al., 2006) yang menyimpulkan bahwa pola kuman ISK terbanyak adalah Eschericia coli (39,4%), sedangkan urutan kedua terbanyak adalah Klebsiella pneumoniae (26,3%). Hasil penelitian ini juga sama dengan penelitian yang dilakukan di University of Nigeria Teaching Hospital Kenechuku yang mengatakan kuman penyebab terbanyak adalah Escherichia coli (46,3%), sedangkan urutan kedua terbanyak adalah Staphylococcus aureus (30,7). Penelitian lain mengenai pola sensitivitas antimikroba pada ISK (Sovane, A. et al, 2008) juga menunjukkan pola kuman penyebab tersering Eschericia coli (41,3%), Klebsiella sp. (15,8%), dan Pseudomonas sp. (11,4%). Hal tersebut menunjukan bahwa bakteri penyebab ISK terbanyak adalah Eschericia coli. Namun, pola bakteri dapat


(47)

berubah dari waktu ke waktu dan berbeda antara satu lokasi dengan lokasi lainnya. (Magliano, et al., 2011)


(48)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Distribusi bakteri aerob penyebab infeksi saluran kemih yang paling banyak adalah Eschericia coli 41,7%.

2. Berdasarkan jenis rawatan, diperoleh 83,3% pasien rawat inap dan 16,7% pasien rawat jalan.

3. Berdasarkan sampel urin dan jenis kelamin, diperoleh urin porsi tengah 10,4% pada laki-laki dan 35,4% pada perempuan, sedangkan urin kateter 31,3% pada laki-laki dan 22,9% pada perempuan.

4. Berdasarkan jenis kelamin, diperoleh 58,3% pasien perempuan dan 41,7% pasien laki – laki.

5. Berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin, diperoleh pasien perempuan terbanyak pada kelompok umur 18 – 40 tahun (30,2%) dan pada pasien laki – laki terbanyak pada kelompok umur > 65 tahun (13,5%).

6. Pada penelitian ini diperoleh kejadian infeksi saluran kemih tanpa pemeriksaan mikrobiologi sebanyak 142 kasus (59,66%) dan kejadian infeksi saluran kemih yang terdiagnosis secara mikrobiologi adalah sebayak 96 kasus (40,34%).

6.2. Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang


(49)

mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut, yaitu :

1. Pemeriksaan kultur urin pada infeksi saluran kemih sebaiknya dilakukan sesuai indikasi agar dapat menjadi bahan acuan bagi klinisi dalam pemberian terapi empirik sebelum didapatkan hasil kultur dan keadaan dimana kultur urin tidak dapat dilakukan. 2. Pemeriksaan kultur urin sebaiknya dilakukan pada semua kasus

yang diduga ISK karena kultur urin merupakan Gold Standard (baku emas) untuk menegakkan diagnosis ISK.

3. Penelitian ini masih sangat sederhana, data yang digunakan hanya selama periode 6 bulan, dan jumlah sampel yang masih sedikit. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian dengan periode yang lebih lama dan jumlah sampel yang lebih besar, sehingga dapat lebih tepat menggambarkan distribusi bakteri penyebab infeksi saluran kemih.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Brooks, G. F., Butel, J. S. & Morse, S. A., 2007. Stafilokokus. In: Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: EGC, pp. 225-227.

Brooks, G. F., Butel, J. S. & Morse, S. A., 2007. Struktur Sel. In: Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, Melnick & Adelberg. Jakarta: EGC, pp. 25-28. Callaghan, C. O., 2009. At a Glance Sistem Ginjal. 2nd ed. Jakarta: Erlangga. Forbes, B. A., Sahm, D. F. & Weissfeld, A. S., 2007. Urinary Tract Infection. In:

Diagnostic Microbiology. Houston: Mosby Elsevier, pp. 842-855.

Gillespie, S. H. & Bamford, K. B., 2009. Infeksi Saluran Kemih. In: R. Astikawati & A. Safitri, eds. At a Glance Mikrobiologi Medis dan Infeksi. Jakarta: Erlangga, pp. 104-105.

Griebling, T., 2007. Urinary Tract Infection in Women. National Instituteof Diabetes and Kidney Diseases.

Griebling, T., 2007. Urinary Tract Infection in Women. [Online] Available at: http://www.urologic.niddk.gov [Accessed 1 April 2013].

Kayser, F. H., Bienz, K. A., Eckert, J. & Zinkernagel, R. M., 2005. Bacteria as Human Pathogen. In: Medical Microbiology. New York: Thieme Stuttgart, pp. 292-295.

Kohlerschmidt, D. J., Musser, K. A. & Dumas, N. B., 2009. Identification of Aerobic Gram-Negative Bacteria. In: Practical Handbook of Microbiology. New York: CRC Press, pp. 67-79.

Litwin, M.S. & Saigal, 2007. Urologic Diseases in America. US Department of Health and Human Services, Public Health Service, National Institute of Health, National Institute of Diabetic and Digestive and Kidney Diseases. Washington, DC : US Government Printing Office; 07-5512


(51)

Lydyard, P. M., Cole, M. F. & Holton, J., 2010. Escherichia coli. In: Case Studies in Infectious Disease. New York: Garland Science, pp. 129-137.

Magliano, E., Grazioli, V., Deflorio, L. & al, e., 2012. Gender and Age-Dependent Etiology of Community-Acquired Urinary Tract Infections. The Scientific World Journal, p. 3.

Martini, F. H., 2006. The Urinary System. In: Fundamentals of Anatomy & Physiology. San Fransisco: Pearson, pp. 985-986.

Neidhardt, F. C., 2004. Bacterial Structure. In: Sherris Medical Microbiology. USA: McGraw-Hill, pp. 11-25.

Nguyen, H. T., 2008. Bacterial Infections of the Genitourinary Tract. In: Smith's General Urology. USA: Mc Graw Hill, p. 194.

Samirah, Darwati, Windarwati & Hardjoeno., 2006. Pola dan Sensitivitas Kuman di Penderita Infeksi Saluran Kemih. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory, Volume 12, pp. 110-113.

San, N. M., 2010. Pola Kuman Penyebab Infeksi Saluran Kemih dan Sensitivitasnya Terhadap Antibiotik di RSUP HAM pada Periode Januari 2009-Desember 2009. Repository USU.

Sovane, A., Mathur, M., Turbadkar & Baradkar, 2008. Antimicrobial Susceptibility Pattern in Urinary Bacterial Isolates. Bombay Hospital Journal, Volume 50, pp. 240-244.

Schaeffer, A. J. & Schaeffer, E. M., 2012. Infections of the Urinary Tract. In: C. A. Peters, ed. Campbell-Walsh Urology. Philadelphia: Elsevier, pp. 257-325. Sherwood, L., 2001. Sistem Kemih. In: B. I. Santoso, ed. Fisiologi Manusia dari

Sel ke Sistem. Jakarta: EGC, pp. 463-500.


(52)

Stamm, W. E., 2010. Urinary Tract Infection. In: Harrison's Infectious Disease. USA: Mc Graw Hill, pp. 272-274.

Sukandar, E., 2009. Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing, pp. 1008-1014.


(53)

(54)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Joey

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 23 November 1992

Agama : Buddha

Alamat : Jl. Jember Dalam No. 5-K, Medan

Riwayat Pendidikan 1. TK Hang Kesturi Medan 1997-1998

2. SD Hang Kesturi Medan 1998-2004

3. SMP Hang Kesturi Medan 2004-2007

4. SMA Hang Kesturi Medan 2007-2008

5. SMA Sutomo-1 Medan 2008-2010

6. Fak. Kedokteran USU Medan 2010-sekarang


(55)

Tabel 5.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Rawatan Frequency Percent Valid Percent

Valid

Rawat Jalan 16 16.7 16.7

Rawat Inap 80 83.3 83.3

Total 96 100.0 100.0

Tabel 5.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Frequency Percent Valid Percent

Valid

Laki-laki 40 41.7 41.7

Perempuan 56 58.3 58.3

Total 96 100.0 100.0

Tabel 5.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

JenisKelamin Total

Laki-laki Perempuan

Umur

1 - 5 tahun Count 4 2 6

% of Total 4.2% 2.1% 6.3%

6 - 17 tahun Count 4 3 7

% of Total 4.2% 3.1% 7.3%

18 - 40 tahun Count 9 29 38

% of Total 9.4% 30.2% 39.6%

41 - 65 tahun Count 10 19 29

% of Total 10.4% 19.8% 30.2%

> 65 tahun Count 13 3 16

% of Total 13.5% 3.1% 16.7%

Total Count 40 56 96


(56)

Tabel 5.4. Distribusi Sampel Berdasarkan Cara Pengambilan Spesimen dan Jenis Kelamin

JenisKelamin Total

Laki-laki Perempuan

Spesimen

Urin Porsi Tengah Count 10 34 44

% of Total 10.4% 35.4% 45.8%

Urin Kateter Count 30 22 52

% of Total 31.3% 22.9% 54.2%

Total Count 40 56 96

% of Total 41.7% 58.3% 100.0%

Tabel 5.5. Distribusi Sampel Berdasarkan Bakteri Penyebab Frequency Percent Valid Percent

Valid

Escherichia coli 40 41.7 41.7

Klebsiella pneumoniae 11 11.5 11.5

Pseudomonas aeruginosa 12 12.5 12.5

Bakteri Gram (-) lainnya 21 21.9 21.9

Staphylococcus sp. 2 2.1 2.1

Bakteri Gram (+) lainnya 10 10.4 10.4


(57)

DATA INDUK

No. Tanggal Nama Pasien Jenis Kelamin Umur Kelompok Umur Lokasi Spesimen 1 2-Jan-13 RM1 Laki-laki 78 > 65 tahun Rawat

Jalan Urin Kateter E

2 8-Jan-13 RM2 Laki-laki 66 > 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter Acine 3 8-Jan-13 RM3 Perempuan 39 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah Acine 4 10-Jan-13 RM4 Laki-laki 70 > 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter Pseud 5 15-Jan-13 RM5 Laki-laki 64 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter Pse 6 18-Jan-13 RM6 Perempuan 33 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah P 7 19-Jan-13 RM7 Perempuan 31 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah Acine 8 22-Jan-13 RM8 Perempuan 54 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter E 9 26-Jan-13 RM9 Perempuan 31 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah E 10 26-Jan-13 RM10 Laki-laki 70 > 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter E 11 28-Jan-13 RM11 Perempuan 34 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah Acine 12 28-Jan-13 RM12 Laki-laki 63 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter Kleb 13 29-Jan-13 RM13 Perempuan 83 > 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter E 14 29-Jan-13 RM14 Laki-laki 72 > 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter Kleb 15 30-Jan-13 RM15 Laki-laki 83 > 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter Ent 16 30-Jan-13 RM16 Perempuan 40 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Kateter E 17 4-Feb-13 RM17 Laki-laki 29 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah Ente 18 5-Jan-13 RM18 Perempuan 22 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Kateter P 19 5-Feb-13 RM19 Perempuan 37 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Kateter Pseud 20 6-Feb-13 RM20 Perempuan 36 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Kateter Pse 21 8-Feb-13 RM21 Perempuan 41 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah E 22 8-Feb-13 RM22 Laki-laki 76 > 65 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah Ente 23 12-Feb-13 RM23 Perempuan 35 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah E 24 12-Feb-13 RM24 Laki-laki 42 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter Ent 25 13-Feb-13 RM25 Perempuan 57 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah Pseud 26 13-Feb-13 RM26 Laki-laki 53 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter E 27 13-Feb-13 RM27 Perempuan 22 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah E 28 19-Feb-13 RM28 Laki-laki 68 > 65 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah Kleb 29 21-Feb-13 RM29 Perempuan 32 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah Bur 30 22-Feb-13 RM30 Perempuan 26 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah E 31 28-Feb-13 RM31 Perempuan 37 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah E 32 28-Feb-13 RM32 Laki-laki 34 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah Pse 33 3-Mar-13 RM33 Laki-laki 31 18 - 40 tahun Rawat

Jalan Urin Kateter E

34 4-Mar-13 RM34 Perempuan 71 > 65 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah E 35 15-Mar-13 RM35 Perempuan 34 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Kateter P


(58)

36 16-Mar-13 RM36 Laki-laki 61 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter Cit 37 18-Mar-13 RM37 Perempuan 61 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter E 38 18-Mar-13 RM38 Laki-laki 68 > 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter Ent 39 19-Mar-13 RM39 Perempuan 19 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Kateter E 40 20-Mar-13 RM40 Perempuan 19 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Kateter Ente 41 20-Mar-13 RM41 Perempuan 38 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah E 42 23-Mar-13 RM42 Laki-laki 37 18 - 40 tahun Rawat

Jalan Urin Kateter Kleb 43 25-Mar-13 RM43 Perempuan 34 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah E 44 30-Mar-13 RM44 Perempuan 40 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah Pseud 45 5-Apr-13 RM45 Perempuan 43 40 - 65 tahun Rawat

Jalan Urin Porsi Tengah E 46 11-Apr-13 RM46 Perempuan 19 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Kateter Pseud 47 16-Apr-13 RM47 Laki-laki 21 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Kateter Pseud 48 16-Apr-13 RM48 Perempuan 60 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter E 49 16-Apr-13 RM49 Perempuan 73 > 65 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah E 50 19-Apr-13 RM50 Perempuan 39 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Kateter Acine 51 19-Apr-13 RM51 Perempuan 32 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah Bur 52 22-Apr-13 RM52 Perempuan 55 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah E 53 26-Apr-13 RM53 Perempuan 60 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter Ente 54 26-Apr-13 RM54 Perempuan 57 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter E 55 30-Apr-13 RM55 Perempuan 59 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah E 56 4-May-13 RM56 Laki-laki 66 > 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter E 57 4-May-13 RM57 Perempuan 35 18 - 40 tahun Rawat

Jalan Urin Porsi Tengah Mo 58 6-May-13 RM58 Laki-laki 42 40 - 65 tahun Rawat

Jalan Urin Porsi Tengah Pse 59

14-May-13 RM59 Laki-laki 64 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter Kleb 60

14-May-13 RM60 Perempuan 35 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Kateter Acine 61

14-May-13 RM61 Laki-laki 59 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter Kleb 62

16-May-13 RM62 Perempuan 37 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Kateter E

63

16-May-13 RM63 Perempuan 59 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter E

64

20-May-13 RM64 Perempuan 14 6 - 17 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah Sta 65

21-May-13 RM65 Laki-laki 15 6 - 17 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah Kleb


(59)

13 67

27-May-13 RM67 Perempuan 10 6 - 17 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah E 68

27-May-13 RM68 Laki-laki 37 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Kateter E

69

29-May-13 RM69 Perempuan 51 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter E

70

30-May-13 RM70 Perempuan 63 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah Ent 71

31-May-13 RM71 Laki-laki 70 > 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter Kleb 72

31-May-13 RM72 Laki-laki 67 > 65 tahun

Rawat

Jalan Urin Kateter E

73 3-Jun-13 RM73 Laki-laki 4 1 - 5 tahun Rawat

Jalan Urin Kateter P

74 3-Jun-13 RM74 Perempuan 34 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah E 75 3-Jun-13 RM75 Perempuan 49 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah E 76 4-Jun-13 RM76 Perempuan 45 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah E 77 4-Jun-13 RM77 Laki-laki 58 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter Pseud 78 4-Jun-13 RM78 Perempuan 38 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Kateter E 79 5-Jun-13 RM79 Laki-laki 8 6 - 17 tahun Rawat Inap Urin Kateter Kleb

80 7-Jun-13 RM80 Perempuan 1 1 - 5 tahun Rawat Inap Urin Kateter E

81 8-Jun-13 RM81 Perempuan 40 18 - 40 tahun Rawat

Jalan Urin Porsi Tengah Acine 82 10-Jun-13 RM82 Laki-laki 33 18 - 40 tahun Rawat

Jalan Urin Porsi Tengah Pseud 83 11-Jun-13 RM83 Perempuan 55 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah Ent 84 11-Jun-13 RM84 Perempuan 59 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah E 85 12-Jun-13 RM85 Laki-laki 63 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter Pseud 86 12-Jun-13 RM86 Laki-laki 72 > 65 tahun Rawat

Jalan Urin Kateter Kleb 87 14-Jun-13 RM87 Laki-laki 38 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Kateter E 88 14-Jun-13 RM88 Perempuan 51 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah Ente 89 19-Jun-13 RM89 Perempuan 7 6 - 17 tahun Rawat

Jalan Urin Porsi Tengah Sta

90 19-Jun-13 RM90 Laki-laki 5 1 - 5 tahun Rawat

Jalan Urin Kateter A

91 20-Jun-13 RM91 Laki-laki 4 1 - 5 tahun Rawat Inap Urin Kateter Kleb 92 20-Jun-13 RM92 Laki-laki 14 6 - 17 tahun Rawat Inap Urin Kateter Pseud 93 22-Jun-13 RM93 Laki-laki 12 6 - 17 tahun Rawat

Jalan Urin Porsi Tengah Mo 94 22-Jun-13 RM94 Laki-laki 3 1 - 5 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah Pseud 95 25-Jun-13 RM95 Perempuan 61 40 - 65 tahun Rawat Urin Porsi Tengah E


(60)

Jalan 96 29-Jun-13 RM96 Laki-laki 25 18 - 40 tahun Rawat


(1)

Tabel 5.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Rawatan Frequency Percent Valid Percent

Valid

Rawat Jalan 16 16.7 16.7

Rawat Inap 80 83.3 83.3

Total 96 100.0 100.0

Tabel 5.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Frequency Percent Valid Percent

Valid

Laki-laki 40 41.7 41.7

Perempuan 56 58.3 58.3

Total 96 100.0 100.0

Tabel 5.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

JenisKelamin Total Laki-laki Perempuan

Umur

1 - 5 tahun Count 4 2 6

% of Total 4.2% 2.1% 6.3%

6 - 17 tahun Count 4 3 7

% of Total 4.2% 3.1% 7.3%

18 - 40 tahun Count 9 29 38

% of Total 9.4% 30.2% 39.6%

41 - 65 tahun Count 10 19 29

% of Total 10.4% 19.8% 30.2%

> 65 tahun Count 13 3 16

% of Total 13.5% 3.1% 16.7%

Total Count 40 56 96


(2)

Tabel 5.4. Distribusi Sampel Berdasarkan Cara Pengambilan Spesimen dan Jenis Kelamin

JenisKelamin Total Laki-laki Perempuan

Spesimen

Urin Porsi Tengah Count 10 34 44 % of Total 10.4% 35.4% 45.8%

Urin Kateter Count 30 22 52

% of Total 31.3% 22.9% 54.2%

Total Count 40 56 96

% of Total 41.7% 58.3% 100.0%

Tabel 5.5. Distribusi Sampel Berdasarkan Bakteri Penyebab

Frequency Percent Valid Percent

Valid

Escherichia coli 40 41.7 41.7

Klebsiella pneumoniae 11 11.5 11.5 Pseudomonas aeruginosa 12 12.5 12.5 Bakteri Gram (-) lainnya 21 21.9 21.9

Staphylococcus sp. 2 2.1 2.1

Bakteri Gram (+) lainnya 10 10.4 10.4


(3)

DATA INDUK

No. Tanggal Nama Pasien Jenis Kelamin Umur Kelompok Umur Lokasi Spesimen

1 2-Jan-13 RM1 Laki-laki 78 > 65 tahun Rawat

Jalan Urin Kateter E

2 8-Jan-13 RM2 Laki-laki 66 > 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter Acine

3 8-Jan-13 RM3 Perempuan 39 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah Acine

4 10-Jan-13 RM4 Laki-laki 70 > 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter Pseud

5 15-Jan-13 RM5 Laki-laki 64 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter Pse

6 18-Jan-13 RM6 Perempuan 33 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah P

7 19-Jan-13 RM7 Perempuan 31 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah Acine

8 22-Jan-13 RM8 Perempuan 54 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter E

9 26-Jan-13 RM9 Perempuan 31 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah E

10 26-Jan-13 RM10 Laki-laki 70 > 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter E

11 28-Jan-13 RM11 Perempuan 34 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah Acine

12 28-Jan-13 RM12 Laki-laki 63 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter Kleb

13 29-Jan-13 RM13 Perempuan 83 > 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter E

14 29-Jan-13 RM14 Laki-laki 72 > 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter Kleb

15 30-Jan-13 RM15 Laki-laki 83 > 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter Ent

16 30-Jan-13 RM16 Perempuan 40 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Kateter E

17 4-Feb-13 RM17 Laki-laki 29 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah Ente

18 5-Jan-13 RM18 Perempuan 22 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Kateter P

19 5-Feb-13 RM19 Perempuan 37 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Kateter Pseud

20 6-Feb-13 RM20 Perempuan 36 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Kateter Pse

21 8-Feb-13 RM21 Perempuan 41 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah E

22 8-Feb-13 RM22 Laki-laki 76 > 65 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah Ente

23 12-Feb-13 RM23 Perempuan 35 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah E

24 12-Feb-13 RM24 Laki-laki 42 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter Ent

25 13-Feb-13 RM25 Perempuan 57 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah Pseud

26 13-Feb-13 RM26 Laki-laki 53 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter E

27 13-Feb-13 RM27 Perempuan 22 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah E

28 19-Feb-13 RM28 Laki-laki 68 > 65 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah Kleb

29 21-Feb-13 RM29 Perempuan 32 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah Bur

30 22-Feb-13 RM30 Perempuan 26 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah E

31 28-Feb-13 RM31 Perempuan 37 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah E

32 28-Feb-13 RM32 Laki-laki 34 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah Pse

33 3-Mar-13 RM33 Laki-laki 31 18 - 40 tahun Rawat


(4)

36 16-Mar-13 RM36 Laki-laki 61 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter Cit

37 18-Mar-13 RM37 Perempuan 61 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter E

38 18-Mar-13 RM38 Laki-laki 68 > 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter Ent

39 19-Mar-13 RM39 Perempuan 19 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Kateter E

40 20-Mar-13 RM40 Perempuan 19 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Kateter Ente

41 20-Mar-13 RM41 Perempuan 38 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah E

42 23-Mar-13 RM42 Laki-laki 37 18 - 40 tahun Rawat

Jalan Urin Kateter Kleb

43 25-Mar-13 RM43 Perempuan 34 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah E

44 30-Mar-13 RM44 Perempuan 40 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah Pseud

45 5-Apr-13 RM45 Perempuan 43 40 - 65 tahun Rawat

Jalan Urin Porsi Tengah E

46 11-Apr-13 RM46 Perempuan 19 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Kateter Pseud

47 16-Apr-13 RM47 Laki-laki 21 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Kateter Pseud

48 16-Apr-13 RM48 Perempuan 60 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter E

49 16-Apr-13 RM49 Perempuan 73 > 65 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah E

50 19-Apr-13 RM50 Perempuan 39 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Kateter Acine

51 19-Apr-13 RM51 Perempuan 32 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah Bur

52 22-Apr-13 RM52 Perempuan 55 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah E

53 26-Apr-13 RM53 Perempuan 60 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter Ente

54 26-Apr-13 RM54 Perempuan 57 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter E

55 30-Apr-13 RM55 Perempuan 59 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah E

56 4-May-13 RM56 Laki-laki 66 > 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter E

57 4-May-13 RM57 Perempuan 35 18 - 40 tahun Rawat

Jalan Urin Porsi Tengah Mo

58 6-May-13 RM58 Laki-laki 42 40 - 65 tahun Rawat

Jalan Urin Porsi Tengah Pse

59

14-May-13 RM59 Laki-laki 64 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter Kleb

60

14-May-13 RM60 Perempuan 35 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Kateter Acine

61

14-May-13 RM61 Laki-laki 59 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter Kleb

62

16-May-13 RM62 Perempuan 37 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Kateter E

63

16-May-13 RM63 Perempuan 59 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter E

64

20-May-13 RM64 Perempuan 14 6 - 17 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah Sta

65

21-May-13 RM65 Laki-laki 15 6 - 17 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah Kleb


(5)

13

67

27-May-13 RM67 Perempuan 10 6 - 17 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah E

68

27-May-13 RM68 Laki-laki 37 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Kateter E

69

29-May-13 RM69 Perempuan 51 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter E

70

30-May-13 RM70 Perempuan 63 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah Ent

71

31-May-13 RM71 Laki-laki 70 > 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter Kleb

72

31-May-13 RM72 Laki-laki 67 > 65 tahun

Rawat

Jalan Urin Kateter E

73 3-Jun-13 RM73 Laki-laki 4 1 - 5 tahun Rawat

Jalan Urin Kateter P

74 3-Jun-13 RM74 Perempuan 34 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah E

75 3-Jun-13 RM75 Perempuan 49 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah E

76 4-Jun-13 RM76 Perempuan 45 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah E

77 4-Jun-13 RM77 Laki-laki 58 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter Pseud

78 4-Jun-13 RM78 Perempuan 38 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Kateter E

79 5-Jun-13 RM79 Laki-laki 8 6 - 17 tahun Rawat Inap Urin Kateter Kleb

80 7-Jun-13 RM80 Perempuan 1 1 - 5 tahun Rawat Inap Urin Kateter E

81 8-Jun-13 RM81 Perempuan 40 18 - 40 tahun Rawat

Jalan Urin Porsi Tengah Acine

82 10-Jun-13 RM82 Laki-laki 33 18 - 40 tahun Rawat

Jalan Urin Porsi Tengah Pseud

83 11-Jun-13 RM83 Perempuan 55 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah Ent

84 11-Jun-13 RM84 Perempuan 59 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah E

85 12-Jun-13 RM85 Laki-laki 63 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Kateter Pseud

86 12-Jun-13 RM86 Laki-laki 72 > 65 tahun Rawat

Jalan Urin Kateter Kleb

87 14-Jun-13 RM87 Laki-laki 38 18 - 40 tahun Rawat Inap Urin Kateter E

88 14-Jun-13 RM88 Perempuan 51 40 - 65 tahun Rawat Inap Urin Porsi Tengah Ente

89 19-Jun-13 RM89 Perempuan 7 6 - 17 tahun Rawat

Jalan Urin Porsi Tengah Sta

90 19-Jun-13 RM90 Laki-laki 5 1 - 5 tahun Rawat

Jalan Urin Kateter A

91 20-Jun-13 RM91 Laki-laki 4 1 - 5 tahun Rawat Inap Urin Kateter Kleb

92 20-Jun-13 RM92 Laki-laki 14 6 - 17 tahun Rawat Inap Urin Kateter Pseud

93 22-Jun-13 RM93 Laki-laki 12 6 - 17 tahun Rawat


(6)

Jalan

96 29-Jun-13 RM96 Laki-laki 25 18 - 40 tahun Rawat