Pengaruh Variabel Moneter dan Utang Luar Negeri Terhadap Inflasi di Indonesia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Jumlah Uang Beredar
Di dalam membahas mengenai uang yang terdapat dalam perekonomian

sangat penting untuk membedakan diantara mata uang dalam peredaran dan uang
beredar. Mata uang dalam peredaran adalah seluruh jumlah uang yang telah
dikeluarkan dan telah diedarkan oleh Bank Sentral,dimana mata uang tersebut
terdiri dari dua jenis yaitu uang logam dan uang kertas. Dengan demikian mata
uang dalam peredaran sama dengan uang kartal. Sedangkan uang beredar adalah
semua jenis uang yang ada di dalam perekonomian yaitu jumlah dari mata uang
dalam peredaran ditambah dengan uang giral dalam bank-bank umum. Uang
beredar atau money supply dibedakan menjadi dua pengertian yaitu dalam arti
sempit dan dalam arti luas.
a) Uang Beredar Dalam Arti Sempit (M1)
Uang beredar dalam arti sempit (M1) didefinisikan sebagai uang kartal
ditambah dengan uang giral (currency plus demand deposits).
M1 =C + DD

Dimana :
M1
= Jumlah uang beredar dalam arti sempit
C
= Currency (uang kartal)
DD = Demand Deposits (uang giral)
Uang giral (DD) di sini hanya mencakup pada saldo rekening koran/giro
milik masyarakat umum yang disimpian di bank. Sedangkan saldo rekening koran
milik bank pada bank lain atau bank sentral (Bank Indonesia) ataupun saldo

7
Universitas Sumatera Utara

rekening koran milik pemerintah pada bank atau bank sentral tidak dimasukkan
dalam definisi DD.
Pengertian jumlah uang beredar dalam arti sempit (M1) bahwa uang
beredar adalah daya beli yang langsung bisa digunakan untuk pembayaran, bisa
diperluas dan mencakup alat-alat pembayaran yang mendekati uang, misalnya
deposito berjangka (time deposits) dan simpanan tabungan (saving deposits) pada
bank-bank. Uang yang disimpan dalam bentuk deposito berjangka dan tabungan

ini sebenarnya adalah juga daya beli potensial bagi pemiliknya, meskipun tidak
semudah uang tunai atau cek untuk menggunakannya. (Boediono, 1994 :3-5).
b) Uang Beredar Dalam Arti Luas (M2)
Berdasarkan sistem moneter Indonesia, uang beredar M2 sering disebut
juga dengan likuiditas perekonomian. M2 diartikan sebagai M1 plus deposito
berjangka dan saldo tabungan milik masyarakat pada bank-bank, karena
perkembangan M2 ini juga bisa mempengaruhi perkembangan harga, produksi dan
keadaan ekonomi pada umumnya.
M2

= M1 + TD +SD

Dimana :
TD
= time deposite (deposito berjangka)
SD
= savings deposits (saldo tabungan)
Definisi M2 yang berlaku umum untuk semua negara tidak ada, karena halhal khas masing-masing negara perlu dipertimbangkan. Di Indonesia besarnya
mencakup semua deposito berjangka dan saldo tabungan dalam bentuk Rupiah
pada bank-bank dengan tidak tergantung besar kecilnya simpanan tetapi tidak


8
Universitas Sumatera Utara

mencakup deposito berjangka dan saldo tabungan dalam mata uang asing
(Boediono, 1994:5-6).
c) Jumlah Uang Beredar Dalam Arti Lebih Luas (M3)
Definisi jumlah uang beredar dalam arti lebih luas adalah M3, yang
mencakup semua deposito berjangka (TD) dan saldo tabungan (SD), besar
kecil, rupiah atau mata uang asing milik penduduk pada bank oleh
lembaga keuangan non bank. Seluruh TD dan SD ini disebut uang kuasi
atau quasi money.
M3

= M2 + QM

Dimana :
QM
= Quasi Money
Di negara yang menganut sistem devisa bebas (artinya setiap orang boleh

memiliki dan memperjualbelikan devisa secara bebas), seperti Indonesia, memang
sedikit sekali perbedaan antara TD dan TS dalam Rupiah serta TD dan TS dalam
Dollar milik bukan penduduk tidak termasuk dalam defenisi uang kuasi
(Boediono, 1994:6).
Teori - teori jumlah uang beredar oleh beberapa pakar ekonomi :
a. Teori Cambridge (Marshall-Pigou)
Teori Cambridge mengatakan bahwa kegunaan dari pemegangan kekayaan
dalam bentuk uang adalah karena uang berbeda dengan bentuk kekayaan
lain). Sehingga dengan mudah bisa ditukarkan dengan barang lain. Uang
dipegang atau diminta oleh seseorang karena sangat mempermudah
transaksi atau kegiatan – kegiatan ekonomi lain dari orang tersebut.

9
Universitas Sumatera Utara

Teori Cambridge lebih menekankan kepada faktor – faktor perilaku
(pertimbangan untung atau rugi). Yang menghubungkan anatara
permintaan

uang


seseorang

dengan

volume

transaksi

yang

direncanakannya.
Teori Cambridge, berpokok pada fungsi uang sebagai alat tukar umum
(mean of exchange). Karena itu, teori – teori klasik melihat kebutuhan
uang (permintaan akan uang) dari masyarakat sebagai kebutuhan akan alat
likuid untuk tujuan transaksi.
a) Teori Keynes
Teori uang Keynes adalah teori yang bersumber pada teori Cambridge,
tetapi Keynes memang mengemukakan sesuatu yang betu – betul berbeda
dengan teori moneter tradisi Klasik. Pada hakekatnya perbedaan ini

terletak pada penekanan oleh Keynes pada fungsi uang yang lain, yaitu
sebagai store of value dan bukan hanya sebagai means of exchange. Teori
ini kemudian terkenal dengan nama teori Liquidity Preference (Boediono,
1994:7).
Menurut Keynes, ada tiga tujuan masyarakat memegang uang, yaitu :
1) Tujuan transaksi
Keynes tetap menerima pendapat golongan Cambridge, bahwa orang
memegang uang guna memenuhi dan melancarkan transaksi – transaksi
yang dilakukan, dan permintaan akan uang dari masyarakat untuk tujuan
ini dipengaruhi oleh tingkat pendapatan nasional semakin besar volume
transaksi semakin dan semakin besar pula kebutuhan uang untuk

10
Universitas Sumatera Utara

memenuhi tujuan transaksi. Demikian pula Keynes berpendapat bahwa
permintaan akan uang untuk tujuan transaksi inipun tidak merupakan suatu
proporsi yang konstan, tetapi dipengaruhi pula oleh tinggi rendahnya
tingkat bunga.
2) Tujuan berjaga-jaga

Keynes juga membedakan permintaan akan uang untuk tujuan melakukan
pembayaran – pembayaran yang tidak reguler atau yang diluar rencana
transaksi normal, misalnya untuk pembayaran keadaan – keadaan darurat
seperti kecelakaan, sakit dan pembayaran yang tak terduga. Permintaan
uang seperti ini disebut dengan permintaan uang untuk tujuan berjaga –
jaga (precautionary motive). Menurut Keynes permintaan akan uang untuk
tujuan berjaga – jaga ini dipengaruhi oleh faktor – faktor yang sama
dengan faktor yang mempengaruhi permintaan akan uang untuk tujuan
bertransaksi, yaitu terutama dipengaruhi oleh tingkat penghasilan dan
tingkat bunga.
3) Tujuan spekulasi
Motif dari pemegang uang untuk tujuan spekulasi adalah terutama
bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang bisa diperoleh dari
seandainya si pemegang uang tersebut meramal apa yang terjadi dengan
betul.

11
Universitas Sumatera Utara

2.2


Suku Bunga
Suku bunga adalah biaya yang harus dibayar oleh peminjam atas pinjaman

yang diterima dan merupakan imbalan bagi pemberi pinjaman atas investasinya.
Suku bunga mempengaruhi keputusan individu terhadap pilihan untuk
membelanjakan uang lebih banyak atau menyimpan uangnya dalam bentuk
tabungan. Suku bunga juga merupakan sebuah harga yang menghubungkan masa
kini dnegan masa depan, sebagaimana harga lainnya, maka tingkat suku bunga
ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan penawaran.
Tingkat bunga merupakan suatu variabel penting yang mempengaruhi
masyarakat dalam memilih bentuk kekayaan yang ingin dimilikinya, apakah
dalam bentuk uang, finnancial asset, atau benda – benda riil seperti tanah, rumah,
mesin, barang dagangan dan lain sebagainya. Suku bunga dibedakan menjadi dua,
suku bunga nominal dan suku bunga riil. Tingkat suku bunga nominal adalah
penjumlahan dari unsur – unsur tingkat bunga, yaitu tingkat bunga “murni” (pure
interest rate), premi risko (risk premium), biaya transaksi (transaction cost) dan
premi untuk inflasi yang diharapkan. Tingkat bunga inilah yang harus dibayar
debitur kepada kreditur di samping pengembalian pinjaman pokoknya pada saat
jatuh tempo. Sedangkan suku bunga riil adalah tingkat bunga nominal minus laju

inflasi yang terjadi selama periode yang sama (Boediono, 1994:86-89).
Suku bunga nominal adalah suku bunga yang biasa dilaporkan, dan ini pula
yang biasa ditawarkan oleh kalangan perbankan atas simpanan para nasabahnya.
Sedangkan suku riil adalah suku bunga yang sudah memperhitungkan perubahan
nilai atau daya beli uang dari waktu ke waktu (Mankiw Gregory, 20004:47).

12
Universitas Sumatera Utara

2.3

Giro Wajib Minimum
Giro wajib minimum adalah perbandingan antara saldo giro bank yang

wajib ditempatkan terhadap Bank Indonesia terhadap dana pihak ketiga (DPK)
yang dimiliki bank.
Kewajiban memelihara dan pemenuhan persentase GWM dihitung dengan
membandingkan jumlah Saldo Rekening Giro Bank pada Bank Indonesia setiap
hari dalam satu masa laporan terhadap rata-rata harian jumlah DPK dalam satu
masa laporan pada masa dua laporan sebelumnya.

Giro wajib minimum memiliki dua tujuan, yaitu sebagai berikut :
1. Menyerap kelebihan cadangan yang besar atau mengimbangi adanya
kehilangan cadangan dalam jumlah besar. Dalam contoh, dalam suatu
krisis likuiditas penurunan cadangan wajib memberikan cara untuk
memelihara solvabilitas dari sistem keuangan.
2. Mengumumkan keputusan kebijaksanaan penting baik kepada masyarakat
maupun bank. Perusahaan cadangan wajib merupakan tindakan yang
terbuka dan dipublikasikan dengan baik dan demikian memberikan jalan
yang lebih baik untuk menjaga likuiditas setiap bank.
2.4

Operasi Pasar Terbuka (IHSG)
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar

dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah. Jika ingin menambah
jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah.
Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan
menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat.Pada waktu perekonomian

13

Universitas Sumatera Utara

mengalami resesi, maka uang yang beredar perlu diadakan penambahan untuk
mendorong kegiatan ekonomi yaitu dengan cara membeli surat-surat berharga.
Sedangkan pada waktu inflasi, untuk mengurangi kegiatan ekonomi yang
berlebihan, uang yang beredar harus dikurangi dengan cara menjual surat-surat
berharga.Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau
singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat
Berharga Pasar Uang.
2.5

Utang Luar Negeri
Sejarah Singkat Utang Pemerintah Indonesia eksploitasi sumber-sumber

agraria perusahaan-perusahaan transnasional Amerika di Indonesia, telah
berlangsung semenjak periode sejarah penjajahan hingga sekarang. Untuk
kepentingan itulah, Amerika Serikat senantiasa melakukan intervensi politik
terhadap perkembangan situasi di Indonesia semenjak masa Perang Revolusi
Kemerdekaan Nasional Indonesia di tahun 1945 hingga sekarang.Dengan
difasilitasi pemerintah kolonial Hindia-Belanda, terutama setelah diberlakukannya
Agrarische Wet pada tanggal 9 April 1870, perusahaan-perusahaan transnasional
seperti Caltex (California Texas Oil Corporation), pada tahun 1920-an telah
meneguk laba di tengah kemelaratan rakyat Indonesia di bawah penindasan
kolonialisme Belanda.
Utang luar negeri atau pinjaman luar negeri, adalah sebagian dari total
utang suatu negara yang diperoleh dari para kreditor di luar negara tersebut.
Dalam jangka pendek, utang luar negeri sangat membantu pemerintah Indonesia
dalam upaya menutup defisit anggaran pendapatan dan belanja negara, akibat

14
Universitas Sumatera Utara

pembiayaan pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan yang cukup
besar.Pinjaman luar negeri adalah semua pinjaman yang menimbulkan kewajiban
membayar kembali terhadap pihak luar negeri baik dalam valuta asing maupun
dalam Rupiah. Termasuk dalam pengertian pinjaman luar negeri adalah pinjaman
dalam negeri yang menimbulkan kewajiban membayar kembali terhadap pihak
luar negeri. Pinjaman luar negeri yang diterima Pemerintah, dimaksudkan untuk
pembiayaan pembangunan, disamping sumber pembiayaan yang berasal dari
dalam negeri berupa hasil perdagangan luar negeri, penerimaan pajak dan
tabungan, baik tabungan masyarakan dan sektor swasta. Salah satu masalah dalam
pelaksanaan pembangunan ekonomi yang dihadapi negara-negara berkembang
termasuk Indonesia adalah keterbatasan modal dalam negeri.
Todaro (1998) berpendapat bahwa akumulasi utang luar negeri (external
debt) merupakan suatu gejala umum yang wajar. Rendahnya tabungan dalam
negeri tidak memungkinkan dilakukannya investasi secara memadai, sehingga
pemerintah negara-negara berkembang harus menarik dana pinjaman dan
investasi dari luar negeri. Bantuan luar negeri dapat memainkan kendala utamanya
yang berupa kekurangan devisa, serta untuk mempertinggi tingkat pertumbuhan
ekonominya.
Menurut Anton Bawono dari sudut pandang makro ekonomi, salah satu
tujuan pembangunan adalah pencapaian pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
Dalam

pencapaian

pertumbuhan

tersebut

diperlukan

indikator

kinerja

perekonomian yang tangguh dan hal ini sangatlah tergantung dari beberapa faktor
pendukungnya. Beberapa faktor tersebut antara lain kapital, sumberdaya alam,

15
Universitas Sumatera Utara

tenaga kerja dan teknologi serta struktur masyarakat (termasuk aturan dan
kebijakan). Dari lima faktor diatas, unsur kapital dan aturan (kebijakan) adalah
komponen utama dalam tinjauan khusus atas kebijakan moneter.
Pada awalnya bantuan luar negeri sangat efektif sebagai injeksi untuk
mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi agar tetap tinggi dengan rata-rata
diatas 6% pertahun. Tetapi hal tersebut hanya membuat kecanduan untuk semakin
tergantung pada bantuan luar negeri dari tahun ketahun dan sampai saat ini.
Bahkan oleh beberapa pengamat ekonomi, dikatakan bahwa utang luar negeri
Indonesia telah berada pada posisi rawan dan dapat mengganggu perekonomian
Indonesia. Hal ini perlu diwaspadai oleh pemerintah dan swasta yang menerima
modal sehingga diperlukan strategi dan kebijakan yang tepat.
Menurut Didik J. Rahbini hutang luar negeri sebenarnya tidak sesederhana
bila ditinjau dalam jangka panjang. Khususnya menyangkut implementasi
pemanfaatannya serta evaluasinya. Meskipun dalam jangka waktu pendek
berperan sebagai injeksi, tetapi dalam jangka panjang akan menjadi beban
ekonomi jika tidak digunakan secara tepat, inilah yang perlu dipertahankan seleksi
pemanfaatannya yang lebih baik.
Menurut prasetiantono (dalam Bawono; 1997) bahwa pendapat tentang
peran hutang luar negeri bukan lagi bukan lagi sebagai pelengkap akan tetapi
sebagai sokoguru. Sebenarnya ada benarnya akan tetapi hal ini ada salahnya.
Menurut Prasetiantono tidak seluruh hutang luar negeri tersebut milik dari sektor
swasta, yang beliau juga katakan, bahwa secara mikro, utang luar negeri oleh
swasta tersebut tidak salah karena memang pada kenyataannya bahwa suku bunga

16
Universitas Sumatera Utara

diluar negeri lebih rendah dan murah dari pada di dalam negeri, akan tetapi
ditinjau secara makro hutang tersebut justru memberatkan pada neraca
pembayaran dan pada cadangan devisa. Jadi pendapat tersebut tidak salah akan
tetapi juga tidak benar. Tergantung bagaimana pemerintah memanfaaatkan hutang
luar negeri tersebut dengan sebaliknya dan mengendalikan jumlah hutang luar
negeri yang diciptakan oleh pihak swasta dengan berbagai strategi dan
kebijakannya.
Bentuk pinjaman luar negeri dapat di lihat dari dua aspek yaitu :
1. Sumber Dananya
Bila di lihat dari sumber dananya, pinjaman luar negeri dapat di bedakan
menjadi :
a) Pinjaman Multilateral
Yaitu pinjaman yang berasal dari badan-badan internasional, misalnya
World Bank, Asian Development Bank (ADB), Islamic Development
Bank (IDB).
b) Pinjaman Bilateral
Yaitu pinjaman yang berasal dari negara-negara baik yang tergabung
dalam CGI maupun anatar negara secara langsung (Intergovernment).
c) Pinjaman Sindikasi
Yaitu pinjaman yang di peroleh dari beberapa bank dan Lembaga
Keuangan Bukan Bank (LKBB) internasional. Pemberian pinjaman
tersebut dikoordinir oleh satu bank /LKBB yang bertindak sebagai
sindication leader. Pinjaman ini biasanya dalam jumlah besar dan bersifat

17
Universitas Sumatera Utara

komersial (commercial loan), misalnya dengan tingkat suku bunga yang
mengambang (floating rate). Syarat-syarat pinjaman yang dituangkan
dalam loan agreement merupakan konsensus dan kesepakatan diantara
para pemberi pinjaman.
2. Segi Persyaratannya
Bila di lihat dari segi persyaratannya, pinjaman luar negeri dapat di
bedakan menjadi :
a) Pinjaman Lunak (Consessional Loan)
Yaitu pinjaman luar negeri Pemerintah dalam rangka pembiayaan proyekproyek pembangunan. Pinjaman lunak biasanya di peroleh dari negaranegara yang tergabung dalam rangka CGI maupun non CGI. Pengertian
dengan dana sendiri atau dana pendampingan oleh Pemerintah RI. Fasilitas
Kredit Ekspor dapat dalam bentuk Suppliers Credit ataun Buyers Credit.
b) Purchase Installment Sale Agreement (PISA)
Yaitu pinjaman yang diberikan oleh perusahaan leasing untuk pembiayaan
proyek pembangunan tertentu yang dituangkan dalam bentuk persetujuan
jual beli dengan pembayaran angsuran. Besarnya pinjaman PISA adalah
100% dari nilai proyek.
c) Pinjaman Komersial (Commercial Loan)
Yaitu pinjaman yang diterima dengan syarat-syarat yang ditetapkan
berdasarkan kondisi pasar uang dan pasar modal internasional. Pinjaman
ini lazim pula disebut cash loankarena pinjaman diterima dalam bentuk
uang tunai serta penggunaannya lebih fleksibel atau tidak mengikat.

18
Universitas Sumatera Utara

2.6

Inflasi
Inflasi yaitu suatu gejala dimana tingkat harga umum mengalami kenaikan

secara terus menerus (Nanga, 2001). Sedangkan menurut Turvey (1997), inflasi
adalah variabel yang melambung yaitu tingkat harga ataupun upah umum (Wage
Spiral Inflation). Menurut F.W. Paish, (1997), inflasi adalah pendapatan nominal
meningkat jauh lebih cepat bila dibandingkan dengan peningkatan arus barang
dan jasa yang dibeli (pendapatan nasional riil).
Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi
kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada
barang lainnya.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terhadinya inflasi, yaitu:


Inflasi karena kenaikan permintaan (Demand Pull Inflation)
Inflasi seperti ini terjadi karena adanya kenaikan permintaan untuk
beberapa jenis barang. Peningkatan permintaan ini dapat terjadi karena
peningkatan belanja pada pemerintah, peningkatan permintaan akan
barang untuk diekspor, dan peningkatan permintaan barang bagi
kebutuhan swasta. Kenaikan permintaan masyarakat (aggregate demand)
ini mengakibatkan harga-harga naik karena penawaran tetap.



Inflasi karena biaya produksi (Cost Pull Inflation)
Inflasi seperti ini terjadi karena adanya kenaikan biaya produksi. Kenaikan
pada biaya produksi terjadi akibat karena kenaikan harga-harga bahan
baku, misalnya karena keberhasilan serikat buruh dalam menaikkan upah

19
Universitas Sumatera Utara

atau karena kenaikan harga bahan bakar minyak. Kenaikan biaya produksi
mengakibatkan harga naik dan terjadilah inflasi.


Inflasi karena jumlah uang yang beredar bertambah
Teori ini diajukan oleh kaum klasik yang mengatakan bahwa ada
hubungan antara jumlah uang yang beredar dan harga-harga. Bila jumlah
barang itu tetap, sedangkan uang beredar bertambah dua kali lipat maka
harga akan naik dua kali lipat. Penambahan jumlah uang yang beredar
dapat terjadi misalnya kalau pemerintah memakai sistem anggaran defisit.
Kekurangan anggaran ditutup dengan melakukan pencetakan uang baru
yang mengakibatkan harga-harga naik.
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung parah atau

tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang
positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan
pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan
mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat
terjadi inflasi tak terkendali, keadaan perekonomian menjadi kacau dan
perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung,
atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat.
Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta
serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga
sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke
waktu.

20
Universitas Sumatera Utara

Indikator yang sering digunakan untuk mengukur inflasi adalah Indeks
Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan
pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang di konsumsi masyarakat.
Dimana sejak Juli 2008, paket barang dan jasa dalam keranjang IHK telah
dilakukan atas dasar Survey Biaya Hidup (SBH) tahun 2007 yang dilaksanakan
oleh Badan Pusat Statistik (BPS).Kemudian, BPS akan memonitor perkembangan
harga dari barang dan jasa tersebut secara bulanan di beberapa kota, di pasar
tradisional dan modern terhadap beberapa jenis barang/jasa di setiap kota.
Indikator inflasi lainnya berdasarkan international best practice antara
lain:
a. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)
Harga PerdaganganBesardari suatu komoditas ialah harga transaksi yang
terjadi antara penjual/pedagang besar pertama dengan pembeli/pedagang
besar berikutnya dalam jumlah besar pada pasar pertama atas suatu
komoditas.
b. Deflator Produk Domestik Bruto (PDB) menggambarkan pengukuranlevel
harga barang akhir (final goods) dan ajsa yang diproduksi di dalam suatu
ekonomi (negeri). Deflator PDB dihasilkan dengan membagi PDB atas
dasar harga nominal dengan PDB atas dasar harga konstan.
Pengelompokan Inflasi :
Inflasi yang diukur dengan IHK Indonesia dikelompokkan ke dalam 7
kelompok pengeluaran (berdasarkan the classification of individual consumption
by purpose – COICOP), yaitu :

21
Universitas Sumatera Utara

1) Kelompok Bahan Makanan
2) Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau
3) Kelompok Perumahan
4) Kelompok Sandang
5) Kelompok Kesehatan
6) Kelompok Pendidikan dan Olah Raga
7) Kelompok Transportasi dan Komunikasi.
2.7

Hubungan Jumlah Uang Beredar dan Inflasi
Pada variabel utang luar negeri dalam jangka panjang maupun jangka

pendek tidak berpengaruh signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Sesuai dengan
UU No.17/2003 tentang Keuangan Negara, menyebutkan bahwa pemerintah
membatasi defisit nasional 3% dari PDB sehingga meskipun dalam kondisi defisit
tetapi tetap dalam porsi yang tepat. Dengan demikian tambahan utang untuk
pembiayaan defisit akan dibatasi pula karena upaya efisiensi belanja oleh
pemerintah. Maka dengan adanya batasan-batasan tersebut, defisit fiskal
Indonesia cenderung kecil sehingga efeknya terhadap moneter juga kecil atau
bahkan juga tidak memiliki dampak moneter karena dampak terhadap moneter
karena dampak terhadap output tidak banyak. Aloysius Deno Hervino (2011),
mengatakan bahwa sisi moneter yang diwakili jumlah uang beredar lebih dominan
dalam mempengaruhi volatilitas tingkat inflasi di Indonesia dari pada sisi fiskal
yang diwakili utang luar negeri karena tidak cukup mampu mempengaruhi inflasi
di Indonesia.

22
Universitas Sumatera Utara

Nilai tukar akan memperlancar kegiatan ekonomi antar negara. Karena
fungsinya sangat vital dalam perdagangan antar negara maka perubahan nilai
tukar akan berpengaruh langsung pada stabilitas harga barang-barang hasil impor.
Kenaikan nilai tukar disebut depresiasi atas mata uang dalam negeri. Mata uang
asing menjadi lebih mahal, ini berarti nilai mata uang dalam negeri merosot turun.
Sedangkan turunnya nilai tukar disebut apresiasi mata uang dalam negeri. Mata
uang asing menjadi lebih murah, hal ini berarti nilai relatif mata uang dalam
negeri meningkat. Depresiasi mata uang rupiah terhadap dollar Amerika
mengakibatkan para pemegang dollar AS menjual dollarnya dan membeli rupiah
lalu ditabung dalam bentuk rupiah, yang menyebabkan jumlah uang beredar M2
mengalami peningkatan.
2.8

Hubungan Suku Bunga dan Inflasi
Dalam menanggapi hubungan sebab-akibat antara jumlah uang beredar

dan laju inflasi, awam cenderung berpendapat bahwa tambahan jumlah uang
beredar menyebabkan kenaikan harga-harga secara umum. Dengan perkataan lain,
jumlah uang beredar merupakan penyebab inflasi, bukan sebaliknya inflasi
menyebabkan penambahan jumlah uang beredar.
Dalam ilmu teori ekonomi makro dapat disebutkan bahwa suku bunga
akan berpengaruh pada kesdiaan orang untuk berinvestasi, dimana investasi
tersebut pada gilirannya akan berpengaruh pada sisi permintaan. Dan permintaan
inilah yang akhirnya akan mempengaruhi inflasi.

23
Universitas Sumatera Utara

2.9

Hubungan Utang Luar Negeri dan Inflasi
Hutang luar negeri diartikan sebagai penerimaan negara dalam bentuk

devisa ataupun dalam bentuk devisa yang di rupiahkan maupun dalam bentuk
barang dan atau jasa yang diterima dari Pemberi/Pinjaman Hibah Luar Negeri
(PPHLN) yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu atau hutang
luar negeri adalah sumber penerimaan negara yang berasal dari negara asing,
badan/lembaga keuangan internasional atau dari pasar uang internasional yang
berbentuk devisa, barang, dan atau jasa termasuk pinjaman yang mengakibatkan
pembayaran dimasa yang akan datang yang harus dibayar kembali sesuai
kesepakatan bersama.
Dalam rangka pencapaian tujuan suatu negara maka perlu adanya
program-program pembanguna yang berkesinambungan dengan dana yang tidak
sedikit jumlahnya. Salah satu syarat utama untuk mencapai tujuan pembangunan
adalah cukup tersedianya dana investasi.Kebutuhan dana investasi tersebut secara
ideal seharusnya dapat dibiayai dari dana (tabungan) dalam negeri. Tetapi dalam
kenyatanyaannya seperti negara Indonesia masih mengahadapi masalah
keterbatasan

modal

dalam

negeri

yang

dibutuhkan

untuk

pembiayaan

pembangunan. Hal tersebut tercermin dengan adanya kesenjangan tabungan dalam
negeri dengan dana investasi yang diperlukan. Untuk menutup investasi yang
diperlukan ini, pinjaman luar negeri merupakan salah satu sumber pembiayaan
pembangunan ekonomi Indonesia. Disamping itu, pinjaman luar negeri diperlukan
dalam upaya menutup kesenjangan antara kebutuhan valuta asing yang telah
ditargetkan dengan devisa yang diperoleh dari penerimaan hasil kegiatan ekspor.

24
Universitas Sumatera Utara

2.10

Penelitian Terdahulu

1. Heru Perlambang (2012), yang berjudul “Analisis Pengaruh Jumlah Uang
Beredar, Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Terhadap Tingkat Inflasi”.
Penelitian ini menganalisis pengaruh jumlah uang beredar,suku bunga
SBI, nilai tukar terhadaptingkat inflasi dengan menggunakan metode
regresi linier berganda. Kesimpulan dari penelitian ini adalah nilai tukar
dan jumlah uang beredar tidak berpengaruh signifikan terhadap inflasi,
sedangkan suku bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap inflasi.
2. Hadi Sasana (2004) yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Inflasi di Indonesia dan Filipina”. Penelitian ini
menganalisis variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat inflasi di
Indonesia dan Filipina dalam jangka pendek dan jangka panjang dengan
menggunakan pendekatan ECM (Error Correction Model). Hasil dari
penelitian ini adalah jumlah uang beredar dalam jangka pendek maupun
jangka panjang mempunyai hubungan positif dan berpengaruh signifikan
terhadap tingkat inflasi di Indonesia. Di Filipina, dalam jangka pendek
variabel jumlah uang beredar mempunyai hubungan positif dan signifikan
terhadap tingkat inflasi, tetapi dalam jangka panjang mempunyai
hubungan yang negatif dan berpengaruh secara signifikan.nilai tukar
dalam jangka pendek dan jangka panjang mempunyai hubungan positif
dan berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat inflasi baik di
Indonesia maupun di Filipina.

25
Universitas Sumatera Utara

3. Hafsyah Aprillia (2011) yang berjudul “Analisis Inflasi di Sumatera
Utara: Suatu Model Error Correction Model”. Penelitian ini menganalisis
pengaruh suku bunga dan nilai tukar terhadap inflasi menggunakan
metode ECM. Hasil penelitian ini adalah suku bunga berpengaruh
signifikan tehadap inflasi, nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap
inflasi dalam jangka pendek, sedangkan dalam jangka panjang
tidakberpengaruh signifikan.
2.11

Kerangka Konseptual
Jumlah Uang Beredar
Suku Bunga
Giro Wajib Minimum

Inflasi

Operasi Pasar
Terbuka (IHSG)
Utang Luar Negeri
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
2.12

Hipotesis

a) Jumlah uang beredar berpengaruh positif terhadap inflasi di Indonesia.
b) Suku bunga berpengaruh negatif terhadap inflasi di Indonesia.
c) Giro wajib minimum berpengaruh positif terhadap inflasi Indonesia.
d) Operasi pasar terbuka (IHSG) berpengaruh negatif terhadap inflasi
Indonesia.
e) Utang luar negeri berpengaruh negatif terhadap inflasi di Indonesia.

26
Universitas Sumatera Utara