ANALISIS PENGARUH UTANG LUAR NEGERI AKUM

ANALISIS PENGARUH UTANG LUAR NEGERI, AKUMULASI MODAL, DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO INDONESIA TAHUN 1985-2014

Disusun Oleh: Deva Isnaini Romadhona Putra F0114028

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2016

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

Tabel 4.1 Hasil Uji Stasioner pada level ……………………………

16 Tabel 4.2 st Hasil Uji Stasioner pada 1 difference …………………..

16 Tabel 4.3

17 Tabel 4.4

Hasil Uji Kointegrasi pada Level ………………………..

17 Tabel 4.5

Hasil Uji Linearitas ………………………………………

17 Tabel 4.6

Hasil Uji Normalitas ……………………………………..

18 Tabel 4.7

Hasil Uji Multikolineritas ……………………………….

18 Tabel 4.8

Hasil Uji Heteroskedastisitas ……………………………

18 Tabel 4.9

Hasil Uji Autokorelasi …………………………………..

19 Tabel 4.10

Hasil Estimasi Model Ordinary Least Square (OLS) ……

19

Hasil Estimasi Error Correction Model (ECM) …………

DAFTAR GAMBAR/GRAFIK

Grafik/Gambar halaman

Grafik 1.1 Perkembangan PDB di Indonesia tahun 1985-2014 ……………… 2 (Dalam US$ Dollar)

Gambar 2.1 Paradigma Penelitian ……………………………………………… 10

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pembangunan ekonomi merupakan hal yang sangat penting terutama untuk Negara Sedang Berkembang (NSB) seperti Indonesia. Pembangunan ekonomi tujuan utama nya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun, terdapat banyak permasalahan yang terjadi di Indonesia seperti keterbatasan modal, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah, kurangnya lapangan pekerjaan dll. Maka dari itu dengan adanya pembangunan ekonomi diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah tersebut sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Apabila pertumbuhan ekonomi meningkat maka diharapkan dapat merangsang proses produksi barang maupun jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat.

Produksi barang maupun jasa tersebut dapat menjadi indikator apakah pembangunan ekonomi suatu negara sudah baik atau masih kurang baik. Produksi barang maupun jasa diukur dalam konsep nilai tambah yang merupakan perolehan dari sektor-sektor ekonomi di negara bersangkutan yang disebut dengan Produk Domestik Bruto (PDB).

Pada pemerintahan Indonesia saat ini dipimpin oleh Presiden Joko Widodo memprioritaskan kebijakan pembangunan ekonomi nya yaitu menambah dan memperbaiki sektor infrastruktur baik jalur darat maupun jalur laut (Contohnya Tol laut) di Indonesia. Masalah terbesar untuk merealisasikan kebijakan tersebut adalah masalah pendanaan. Pada umumnya ketika Indonesia sedang mengalami kekurangan dana maka jalan keluarnya yaitu Utang Luar Negeri (ULN). Dalam hal ini Indonesia meminjam dana dari beberapa lembaga dunia yaitu World Bank , Asian Development Bank (ADB), IMF dan dari Negara-negara lain. Meskipun utang luar negeri dapat meningkatkan pembangunan ekonomi, pemerintah juga harus memperhatikan syarat utang luar negeri, yaitu masih dibawah ambang batas Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia sebesar 51% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Meskipun Utang Luar Negeri (ULN) dapat bermanfaat bagi pembangunan negara yaitu peningkatan proyek infrastuktur maupun peningkatan sektor riil, akan tetapi utang luar negeri harus diperhatikan dan terus diawasi oleh pemerintah serta otoritas moneter dalam hal ini Bank Indonesia agar kejadian pada krisis ekonomi 1997-1998 tidak akan terulang kembali. Pada tahun tersebut terjadi krisis ekonomi yang disebabkan oleh kurangnya pengawasan pemerintah maupun otoritas moneter sehingga menyebabkan stok utang luar negeri berasal dari pihak swasta meningkat drastis dan umumnya berjangka pendek. Akibatnya, ketika jatuh tempo dan harus membayar utang tersebut dalam betuk Dollar AS. Hal tersebut menyebabkan nilai tukar rupiah merosot tajam dikarenakan meningkatnya permintaan terhadap Dollar AS. Dampaknya yaitu terjadi inflasi yang berasal dari nilai tukar rupiah yang merosot tajam.

Grafik 1.1 Perkembangan PDB di Indonesia tahun 1985-2014 (Dalam US$ Dollar)

PDB

Sumber : World Bank, diolah

Dapat dilihat dari grafik 1 diatas menunjukkan bahwa krisis 1997-1998 merupakan dampak buruk yang menyebabkan Produk Domestik Bruto mengalami penurunan. Terlihat jelas perkembangan PDB Indonesia dari tahun 1985-2014 mengalami penurunan terparah akibat dari krisis tahun 1997- 1998.

Selain utang luar negeri yang dapat berpengaruh terhadap tingkat PDB Indonesia, dalam penelitian ini juga terdapat variabel yang menentukan dari perkembangan PDB Indonesia yaitu akumulasi modal dan konsumsi rumah tangga. Akumulasi modal sendiri bagi Indonesia sangat penting dalam pembangunan ekonomi. Hal tersebut dikarenakan meningkatnya modal yang terakumulasi diantaranya dari sumber daya manusia, pengadaan pabrik baru, peralatan dan bahan baku, maka akan juga akan memperbesar produksi output dan pendapatan masyarakat. Akan tetapi, kenyataan di Indonesia yaitu masih rendahnya tabungan masyarakat. Padahal, tabungan tersebut dapat meningkatkan akumulasi modal yang ada di Indonesia. Maka dari itu, untuk meningkatkan akumulasi modal di Indonesia, pemerintah mencari sumber dana yang berasal dari investasi yaitu Penanaman Modal asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

Produk Domestik Bruto (PDB) juga dipengaruhi oleh perekonomian Indonesia yang stabil. Jika perekonomian stabil dan cenderung meningkat, maka hal tersebut juga dapat memacu PDB Indonesia. Dalam upaya untuk menstabilkan perekonomian Indonesia, terdapat 2 kebijakan yaitu kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Kebijakan mondeter sendiri dilakukan oleh otoritas moneter Indonesia yaitu Bank Indonesia, sedangkan dalam kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang dilakukan oleh eksekutif yaitu pemerintah Indonesia. Kebijakan fiskal sendiri tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dalam mengatur atau mengelola APBN, pemerintah melakukan pengendalian baik dari sisi penerimaan negara salah satunya oleh sektor pajak dan dari sisi belanja negara yaitu salah satunya pengeluaran pemerintah. Pengelolaan pengeluaran pemerintah sendiri diharapkan digunakan untuk membiayai sektor infrastruktur dan sektor produktif dalam hal ini merupakan sektor riil. Sehingga ketika sektor infrastruktur dan sektor riil meningkat, maka diharapkan dapat meningkatkan pelayanan masyarakat dan peningkatan kesejahteraan masyarakat diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB).

Berdasarkan penjelasan dari latar belakang penelitian, peneliti tertarik untuk meneliti seberapa besar pengaruh baik dalam jangka panjang maupun dalam jangka pendek Utang Luar Negeri (ULN), akumulasi modal, dan pengeluaran pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia dari tahun 1985-2014.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut, dapat ditarik rumusan masalah, yaitu :

1. Apakah Utang Luar Negeri (ULN) berpengaruh positif baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek terhadap PDB di Indonesia periode 1985 – 2014?

2. Apakah akumulasi modal berpengaruh positif baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek terhadap PDB di Indonesia periode 1985 – 2014?

3. Apakah pengeluaran pemerintah berpengaruh positif baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek terhadap PDB di Indonesia periode 1985 – 2014?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh Utang Luar Negeri (ULN) baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek terhadap perkembangan PDB Indonesia tahun 1985 – 2014

2. Pengaruh akumulasi modal baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek terhadap perkembangan PDB Indonesia tahun 1985 – 2014

3. Pengaruh pengeluaran pemerintah baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek terhadap pertumbuhan PDB Indonesia tahun 1985 – 2014

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan pemerintah Indonesia agar memperhatikan faktor utang luar negeri, akumulasi modal dan konsumsi pemerintah terhadap perkembangan PDB di Indonesia. Hal tersebut penting dilakukan karena peningkatan PDB dapat mencerminkan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Untuk para pembaca dapat digunakan sebagai sumber referensi dalam penelitian selanjutnya. Bagi penulis, penelitian ini dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam penulisan karya ilmiah serta sebagai sarana menambah wawasan.

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

2.1 Produk Domestik Bruto

Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah / negara tersebut dalam jangka waktu tertentu . PDB sendiri dapat menjadi indikator untuk melihat perekonomian suatu negara apakah dalam keadaan baik atau sedang buruk. Terdapat 2 indikator untuk melihat besarnya PDB, yaitu dilihat dari pendapatan total dari setiap orang didalam suatu perekonomian maupun dari pendekatan pengeluaran yakni dari masing-masing sektor perekonomian Indonesia (Bank Indonesia, 2016)

Selain dari cara memperolehnya, menurut jenisnya PDB dibagi menjadi 2, yaitu :

a. PDB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK), yaitu menunjukkan nilai tambah barang dan jasa baik perusahaan dalam negeri maupun asing yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar, misalnya dulu tahun dasar yang digunakan yaitu tahun 2000 dan sekarang yang dipergunakan adalah tahun dasar 2010.

b. PDB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB), yaitu menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan. Sehingga dapat disimpulkan PDRB atas dasar harga berlaku menghitung setiap nilai tambah barang dan jasa pada tahun yang bersangkutan, misalnya PDB Indonesia tahun 2014 maka pengitungan nilai tambah barang dan jasa menggunakan harga pada tahun 2014.

2.2 Utang Luar Negeri (ULN)

Utang luar negeri adalah pinjaman luar negeri ( loan ) yang diberikan oleh pemerintah dari badan-badan internasional seperti world bank , Asian Development Bank (ADB), dan IMF serta negara-negara lain dengan kewajiban untuk membayar kembali dan membayar bunga pinjaman tersebut {Zulkarnain, dalam Bonokeling (2016)}.

2.2.1 Dampak Utang Luar Negeri (ULN) bagi Indonesia

Utang Luar Negeri (ULN) memiliki dampak yang positif maupun negatif tergantung bagaimana pemerintah beserta otoritas moneter mengawasi besarnya Utang tersebut. Jika tidak di awasi maka utang luar negeri tersebut dapat berdampak negatif yaitu seperti peristiwa tahun 1997-1998 bisa terulang kembali. Selain dampak negatif yang harus dicegah dan dihindari oleh Indonesia, utang luar negeri juga dapat berdampak positif. Beberapa dampak positif dari utang tersebut yaitu meningkatkan sektor rill yang berasal dari pinjaman pihak swasta dan dapat menjadi sumber pendanaan bagi proyek-proyek pembangunan pemerintah sehingga dapat meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB).

2.3 Akumulasi Modal

Modal adalah input pada suatu proses produksi yang merupakan output suatu proses produksi sebelumnya (Mankiw, 2007). Akumulasi modal merupakan peningkatan modal dalam jangka waktu tertentu yang mana terjadi jika sebagian pendapatan diinvestasikan baik sektor riil maupun sektor finansial dengan tujuan memperbesar pendapatan di masa depan. Akumulasi modal termasuk semua investasi baru yang berwujud tanah (lahan), peralatan fiskal, dan sumber daya manusia ( human resources ) {Subandi, dalam Safari : 2016}.

Akumulasi sangat penting bagi Indonesia karena merupakan sumber pendanaan bagi Proyek-proyek pembangunan selain dari utang luar negeri. Jika utang luar negeri, Indonesia harus membayar pokok-pokok pinjaman maupun bunga akan tetapi akumulasi modal menghimpun investasi baik dari modal dalam negeri (PMDN) dan investasi asing (PMA). Dalam Proyek-proyek pembangunan, Indonesia seringkali bertumpu terhadap utang luar negeri, namun seiring berjalannya waktu disaat utang tersebut jatuh tempo maka akan menjadi beban bagi masa yang akan datang. Oleh karena itu akumulasi modal dapat mengurangi utang luar negeri sebagai tumpuan sumber pendanaan proyek-proyek pembangunan.

Menurut teori Solow terdapat beberapa hal yang dilakukan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yaitu memperbesar porsi tabungan dan peningkatan investasi baik dalam proyek fisik maupun nonfisik dapat menambah akumulasi modal sehingga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut menandakan meski porsi tabungan Indonesia masih rendah, maka pemerintah dapat memaksimalkan investasi baik dalam negeri maupun luar negeri (Mankiw, 2007).

2.4 Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran Pemerintah ( goverment expenditure ) merupakan salah satu bagian dari kebijakan fiskal yang mengatur jalanya perekonomian dengan cara menentukan besaran jumlah penerimaan maupun pengeluaran pemerintah dalam setiap tahunnya. Besaran penerimaan maupun pengeluaran tertuang dalam dokumen Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk nasional dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk daerah atau regional. Kebijakan tersebut dilakukan untuk menstabilkan harga, meningkatkan output dan adanya kesempatan kerja, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Menurut Keynes dalam teori nya yaitu The General Theory Keynes , menjelaskan bahwa dalam jangka pendek pendapatan total perekonomian sangat ditentukan oleh keinginan rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah untuk membelanjakan pendapatannya. Ketika pemerintah membelanjakan pendapatanya untuk meningkatkan sektor riil maka perusahaan maupun industri juga akan meningkat sehingga Produk Domestik Bruto (PDB) juga cenderung meningkat (Mankiw, 2007).

2.5 Penelitian Terdahulu ( Literature Review )

Menurut L.A, Sulaiman dan B.A, Azeez (2012) yang meneliti pengaruh utang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi di Nigeria dengan model Ordinary Least Square (OLS) dan Error Correction Model (ECM). Dalam model OLS, menjelaskan bahwa menjelaskan bahwa utang luar negeri memiliki hubungan yang positif signifikan terhadap GDP di Nigeria. Koefisien variabel utang luar negeri dalam model OLS sebesar 0,876129, artinya ketika utang luar negeri naik sebesar 1% maka GDP akan meningkat sebesar 0,876129 persen. Sedangkan, dalam model ECM variabel utang luar negeri berpengaruh positif tapi tidak signifikan terhadap GDP. Koefisien variabel uang luar negeri dalam model ECM sudah sesuai dengan hipotesis sebelumnya. Koefisien utang luar negeri yaitu sebesar 0,094117 maka dapat dijelaskan bahwa peningkatan utang luar negeri sebesar

1 persen maka akan meningkatkan PDB sebesar 0.094117 persen. Temuan menunjukkan bahwa utang luar negeri bermanfaat untuk Nigeria tapi tidak banyak memberikan peran penting dalam proses pertumbuhan GDP Nigeria. Hal ini dapat dikaitkan dengan fakta bahwa utang luar negeri belum disalurkan ke sektor yang produktif yang dapat meningkatkan output ekonomi keseluruhan.

Mempertegas penelitian sebelumnya, menurut Mahmoud (2015) dalam meneliti peran utang luar negeri terhadap pertumbuhan GDP Negara Mauritania dengan menggunakan model estimasi Ordinary Least Square (OLS) menunjukkan bahwa utang luar negeri berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan GDP di Negara Mauritania. Koefisien utang luar negeri sebesar 0.302175, artinya bahwa peningkatan utang luar negeri sebesar 1 persen maka akan meningkatkan GDP sebesar 0,30 persen. utang luar negeri diasumsikan membantu negara-negara berkembang untuk membiayai defisit neraca dan dapat merangsang ekonomi. Mauritania mengandalkan banyak pada utang luar negeri untuk membiayai defisit neraca dan untuk merangsang ekonomi. Begitu banyak utang tersebut sehingga menyebabkan ketergantungan yang mendalam terhadap utang luar negeri sebagai sumber pembiayaan menjadi di luar kendali misalnya apa yang terjadi di akhir 1985. Dalam kasus Mauritania, korupsi menjadi kendala utama dalam pertumbuhan GDP Negara Mauritania.

Menurut penelitian dari Soliu dan Ibrahim (2014) menjelaskan bahwa dengan menggunakan model Co-integrasi dan VECM, menjelaskan bahwa akumulasi modal ( capital formation ) berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan GDP baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek di Nigeria. Hal tersebut sesuai dengan teori Solow yang menyatakan peningkatan akumulasi modal dapat meningkatkan pertumbuhan GDP di Nigeria.

Hasil penelitian dari Adhikary (2015) yang meneliti pengaruh akumulasi modal di Nepal dengan menggunakan model VECM, menunjukkan bahwa akumulasi modal ( capital formation ) berpengaruh negatif dengan tingkat pertumbuhan PDB dalam jangka pendek, dan berpengaruh positif dalam jangka panjang. Salah satu alasanya adalah Nepal tidak memiliki ambang batas modal minimum yang dapat menghasilkan manfaat ekonomi yang nyata dalam jangka pendek. Alasan lainnya yaitu neraca perdagangan negatif secara terus-menerus dan stabilitas keuangan yang lemah di Nepal.

Hasil penelitian dari Al-Fawwaz (2016) yang meneliti pengaruh pengeluaran pemerintah di Jordan tahun 1980-2013 menggunakan model OLS, menunjukkan bahwa total pengeluaran pemerintah ( total government expenditure ) dan pengeluaran pemerintah saat ini ( current government expenditure ) berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan GDP di Jordan pada tahun 1980-2013. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil penelitian sesuai dengan teori Keynes yang menjelaskan bahwa dengan meningkatnya pengeluaran pemerintah akan dapat meningkatkan pertumbuhan GDP (Mankiw, 2007).

Untuk mempertegas penelitian sebelumnya, Gisore et al . (2014) yang meneliti pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan GDP di Afrika Timur tahun 1980-2010 menggunakan model fixed effect dalam panel data, menjelaskan bahwa pengeluaran pemerintah berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan GDP di Negara Afrika Timur tahun 1980- 2010 pada level signifikansi 1%. Hal tersebut menunjukkan bahwa jika pengeluaran pemerintah dalam pemanfaatannya dikelola dengan tepat, maka total pengeluaran pemerintah memiliki pengaruh positif signifikan pada pertumbuhan GDP, terutama di negara-negara berkembang di mana terdapat fasilitas infrastruktur yang tidak memadai dan sektor swasta yang tidak cukup diandalkan untuk mengambil peranan strategis yang diharapkan dalam menumbuhkan perekonomian.

2.6 Kerangka Berpikir

Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) memiliki manfaat yaitu dapat mensejahterakan masyarakat. Hal tersebut dikarenakan PDB merupakan tolak ukur untuk melihat apakah keadaan ekonomi negara tersebut sedang baik ataupun kurang baik. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan 3 variabel untuk melihat seberapa besar pengaruhnya terhadap PDB Indonesia dari tahun 1985-2014.

Utang luar negeri sendiri berdasarkan penelitian terdahulu mempengaruhi secara positif signifikan terhadap GDP. Hal tersebut akan penulis uji dalam penelitian ini apakah utang luar negeri Indonesia juga memiliki pengaruh positif signfikan terhadap perkembangan PDB di Indonesia dari tahun 1985-2014.

Akumulasi modal sendiri menurut penelitian terdahulu yang dperoleh penuls juga menyatakan adanya pengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan GDP. Hal tersebut akan penulis uji dalam penelitian ini apakah akumulasi modal Indonesia juga memiliki pengaruh positif signfikan terhadap perkembangan PDB di Indonesia dari tahun 1985-2014.

Variabel terakhir yang diteliti yaitu pengeluaran pemerintah. Menurut teori Keynes dan penelitian terdahulu, menjelaskan bahwa adanya pengaruh positif pengeluaran pemerintah terhadap perkembangan GDP. Hal tersebut akan penulis uji dalam penelitian ini apakah Indonesia juga memiliki pengaruh positif signfikan terhadap PDB di Indonesia dari tahun 1985-2014.

Ketika secara parsial ketiga variabel berpengaruh signifikan terhadap perkembangan PDB Indonesia, diharapkan secara simultan juga berpengaruh terhadap perkembangan PDB Indonesia dari tahun 1985-2014.

Utang Luar Negeri (ULN)

PDB Indonesia

Akumulasi Modal Tahun 1985-2014

Pengeluaran Pemerintah

Gambar 2.1 Paradigma Penelitian

Keterangan : = Pengaruh secara parsial, artinya antar variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. = Pengaruh secara simultan, artinya semua variabel independen secara bersama- sama berpengaruh terhadap variabel dependen.

2.7 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu, berikut hipotesis yang akan diuji kebenarannya:

a) Variabel Utang Luar Negeri (ULN) diduga berpengaruh positif terhadap PDB Indonesia

baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek tahun 1985-2014.

b) Variabel akumulasi modal diduga berpengaruh positif terhadap PDB Indonesia baik

dalam jangka panjang maupun jangka pendek tahun 1985-2014.

c) Variabel pengeluaran pemerintah diduga berpengaruh berpengaruh positif terhadap PDB Indonesia baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek tahun 1985-2014.

d) Variabel Utang Luar Negeri (ULN), akumulasi modal dan pengeluaran pemerintah

secara simultan diduga berpengaruh terhadap PDB Indonesia baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek tahun 1985-2014.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif karena informasi atau data diwujudkan dalam bentuk angka dan dianalisis berdasarkan analisis statistik. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series periode tahun 1985-2014. Penelitian ini menggunakan 2 jenis model, yaitu model regresi berganda ( ordinary least square ) untuk analisis dalam jangka panjang dan model koreksi kesalahan ( error correction model ) untuk analisis dalam jangka pendek.

3.2 Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis variabel yaitu variabel terikat ( dependent variable ) dan variabel penjelas ( independent variable ).

1. Variabel terikat ( dependent variable ) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah PDB di Indonesia tahun 1985-2014.

2. Variabel bebas (independent variable ). Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel penjelas yaitu:

a) Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia tahun 1985-2014.

b) Akumulasi modal Indonesia tahun 1985-2014.

c) Pengeluaran pemerintah Indonesia tahun 1985-2014.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan jenis Kuantitatif berupa data time series di Indonesia dalam kurun waktu 1985-2014. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari publikasi di website World Bank dan Badan Pusat Statistik (BPS) .

3.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini adalah analisis data time series dengan model Ordinary Least Square (OLS) dan Model Koreksi Kesalahan ( Error Correction Model /ECM). Adapun analisis data dilakukan dengan bantuan Program EViews 9. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Log regresi untuk mengatasi penyakit autokorelasi yang sering terjangkit di model dengan data runtun waktu ( time series ) (Gujarati dan Porter, 2007). Sehingga, seluruh data dalam variabel penelitian ini di transformasi kan kedalam bentuk Logaritma (Log). Variabel yang digunakan yaitu produk domestik bruto Teknik analisis yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini adalah analisis data time series dengan model Ordinary Least Square (OLS) dan Model Koreksi Kesalahan ( Error Correction Model /ECM). Adapun analisis data dilakukan dengan bantuan Program EViews 9. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Log regresi untuk mengatasi penyakit autokorelasi yang sering terjangkit di model dengan data runtun waktu ( time series ) (Gujarati dan Porter, 2007). Sehingga, seluruh data dalam variabel penelitian ini di transformasi kan kedalam bentuk Logaritma (Log). Variabel yang digunakan yaitu produk domestik bruto

1. Model Error Correction Model (ECM)

ECM digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dalam jangka pendek dan penyesuaiannya yang cepat untuk kembali ke keseimbangan jangka panjangnya terhadap data time series untuk variabel-variabel yang memiliki kointegrasi. (Bonokeling : 2016). Spesifikasi model ECM dikatakan valid apabila koefisien ECT signifikan secara statistik yaitu dengan probabilitas kurang dari 5% (0,05).

Berikut model persamaan ECM dalam penelitian ini :

D(LogPDB t )=C+β 1 D(LogUTANG t )+β 2 D(LogMODAL t )+β 2 D(LogGOV t ) –β 3

ECT

Ket : C = Konstanta β = Koefisien

ECT = residual yang terkoreksi

2. Model Ordinary Least Square (OLS)

Dalam model regresi ini, bertujuan untuk mengetahui hubungan antar dua variabel yang salah satu variabel menjadi variabel terikat ( dependent variable ) dan variabel bebas ( independent variable ). Dalam analisis regresi linear, hasil akhir yang diperoleh adalah fungsi regresi dari data penelitian yang akhirnya dapat digunakan untuk mengintepretasi hasil penelitian.

Berikut model persamaan OLS dalam penelitian ini : LogPDB t =C+β 1 LogUTANG t +β 2 LogMODAL t +β 3 LogGOV t +e t Ket : C = Konstanta β = Koefisien

t = e error

3. Uji Stasioner

Uji stasioner bertujuan untuk memverifikasi bahwa proses generasi data ( data generating process /DGP) adalah bersifat stasioner. Pengujian stasionaritas data dapat dilakukan melalui prosedur formal yaitu dengan Uji Unit Root atau Uji Derajat Integrasi (I(d)). Dalam uji stasioner nilai ADF variabel harus lebih besar dari nilai kritis dan probabilitas < 0,05.

4. Uji Kointegrasi

Adanya kointegrasi merupakan syarat penggunaan Error Correction Model (ECM). Hubungan kointegrasi dilihat sebagai hubungan jangka panjang (ekuilibrium). Suatu set variabel dapat terdeviasi dari pola ekuilibrium namun demikian diharapkan terdapat suatu mekanisme jangka panjang yang mengembalikan variabel-variabel dimaksud pada pola hubungan ekuilibrium. Untuk mendeteksi adanya kointegrasi, dilakukan pengujian.

Augmented Dickey-Fuller (ADF) pada residual (series μ) hasil regresi antar variabel. Jika nilai statistik uji ADF lebih besar dari nilai kritis dan probabilitas nya kurang dari 0,05

(tingkat signifikansi 5%), maka hipotesis nol nonstasioner ditolak, yang berarti bahwa terdapat kointegrasi yang menjadi syarat model ECM.

5. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan antara harga-harga prediksi dengan harga residual. Pengujian linearitas dapat dilakukan dengan uji Ramsey. Model tersebut linear jika probabilitas F-hitung lebih dari tingkat signifikansi (dalam penelitian ini yaitu 0,05).

6. Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi yang digunakan benar-benar menunjukkan hubungan yang signifikan. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.

a) Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual pada model regresi berdistribusi normal atau tidak. Nilai residual dikatakan berdistribusi normal apabila sebagian besar nilai residual mendekati nilai rata-ratanya. Uji ini dilakukan

dengan membandingkan statistik 2 Jarque-Bera (JB) dengan nilai X tabel. Jika nilai JB kurang dari 2 pada tabel dan probabilitas lebih dari 0,05 (tingkat signifikansi 5%) maka

data dinyatakan berdistribusi normal.

b) Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji ada tidaknya korelasi yang tinggi atau sempurna diantara variabel bebas yang terdapat pada model regresi. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas.

Multikolineritas dapat dilihat dari tolerance and variance inflation factor (VIF). VIF mencoba melihat bagaimana varian dari suatu penaksir (estimator) meningkat seandainya ada multikolineritas dalam suatu model empiris. Jika VIF dari suatu variabel melebihi 10, dimana hal ini terjadi ketika nilai R 2 melebihi 0,09 maka suatu

variabel dikatakan berkolerasi sangat tinggi.

c) Uji Heteroskedastisitas

Kondisi heteroskedastisitas merupakan kondisi yang melanggar asumsi dari regresi linear klasik. Heteroskedastisitas menunjukkan nilai varian dari variabel bebas yang berbeda, sedangkan asumsi yang dipenuhi dalam linear klasik adalah mempunyai varian yang sama (konstan)/ homoskedastisitas. Dalam penelitian ini menggunakan uji heteroskedasticity white . Dalam pengujiannya, jika Obs*R-squared-nya lebih dari 0,05 (tingkat signifikansi 5%) maka persamaan tersebut tidak mengalami gejala heteroskedastisitas.

d) Uji Autokorelasi

Autokorelasi menunjukkan adanya korelasi antar variabel itu sendiri, pada pengamatan yang berbeda waktu atau individu. Umumnya kasus autokorelasi banyak terjadi pada data time series . Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi melalui Breusch-Godfrey Serial Correlation Test . Jika probabilitas lebih tinggi dari level of significance yang biasa digunakan (1%, 5% atau 10%) maka data terbebas dari autokorelasi (Gujarati dan Porter, 2007).

7. Uji Statistik

a. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah keseluruhan variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat dengan menggunakan level of significance 5%. Jika probabilitas F statistic lebih kecil dari 0,05 maka secara simultan variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat.

b. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah variabel indepeden secara individual mempengaruhi variabel dependennya. Uji t ini dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel . Apabila t hitung lebih besar dari t tabel , maka variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependennya. Sebaliknya jika t hitung lebih kecil dari t tabel , maka variabel independen tidak signifikan terhadap variabel dependennya. Atau dengan melihat probabilitas dari variabel independen, jika kurang dari 0,05 (tingkat signifikansi 5%) maka variabel bebas tersebut signifikan berpengaruh terhadap variabel terikat.

c. Uji Koefisien Determinasi (R²)

Koefisien determinasi (R²) bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh variasi variabel independen dapat menerangkan dengan baik variasi variabel dependen. Untuk mengukur kebaikan suatu model ( goodness of fit ) dengan menggunakan koefisien

2 determinasi (R 2) ). Koefisien determinasi (R dapat diartikan berapa persen variabel- variabel bebas mampu menjelaskan hampir semua informasi yang digunakan untuk

memprediksi variasi variabel terikat.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengujian

1. Hasil Uji Stasioner

Uji stasioner dalam penelitian ini menggunakan uji individual Root –Fisher- ADF Supaya stasioneritas variabel bisa dicek jika probabilitas pada Intermediate ADF test results Prob. < 0,05

1 maka model persamaan tersebut sudah stasioner dan jika belum maka dilanjutkan ke st difference .

Tabel 4.1 Hasil Uji Stasioner pada level

Dapat dilihat pada tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa uji stasioner pada tingkat level, model persamaan tersebut masih belum stasioner karena semua variabel bebas ( independent variable ) probabilitasnya lebih dari 0,05 (tingkat signifikansi 5%).

Untuk mencari agar model stasioner maka dilanjutkan pada tingkat 1 st difference. Tabel 4.2 Hasil Uji Stasioner pada 1 st difference

Series

Prob.

D(LOGPDB)

D(LOGUTANG)

D(LOGMODAL)

D(LOGGOV)

Dapat dilihat tabel 4.2 diatas, semua variabel menunjukkan bahwa probabilitas kurang dari 0,05 (tingkat signifikansi 5%) sehingga semua variabel bebas ( independent variable ) sudah stasioner pada tingkat 1 st difference . Maka selanjutnya dilakukan uji kointegrasi.

2. Hasil Uji Kointegrasi

Uji kointegrasi ini bertujuan untuk menunjukkan adanya hubungan/keseimbangan jangka panjang pada variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika uji stasioneritas adalah uji unit root pada masing-masing variabel maka uji kointegrasi adalah uji unit root pada nilai residunya. Penelitian ini dalam uji kointegrasi menggunakan uji Augmented Dickey-Fuller (ADF).

Tabel 4.3 Hasil Uji Kointegrasi pada Level

Prob.* Augmented Dickey-

t-Statistic

0,0084 Fuller test

statistic

Pada tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa uji kointegrasi variabel ECT stasioner pada level, karena prob.* kurang dari 0,05 maka secara tersirat menyatakan bahwa PDB, Utang Luar Negeri (ULN), akumulasi modal, dan pengeluaran pemerintah saling berkointegrasi.

3. Hasil Uji Linearitas

Tabel 4.4 Hasil Uji Linearitas

Value

df Probability

Hasil uji linearitas menggunakan uji Ramsey menunjukkan probabilitas F-hitung lebih dari tingkat signifikansi 5% (0,5581> 0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa model penelitian ini merupakan model yang linear atau memenuhi asumsi linearitas.

4. Hasil Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Digunakan untuk mengetahui nilai residu berdistribusi normal atau tidak. Residual berdistribusi normal atau tidak dapat dideteksi menggunakan Jarque-Bera , yaitu apabila nilai Jarque-Bera (JB) tidak signifikan, maka data tersebut normal.

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas

Variabel obs

Jarque-Bera Probabilitas R

Pr (Skewness)

Pr (Kurtosis)

Dari hasil uji normalitas pada tabel 4.5 diperoleh hasil nilai prob. JB lebih dari 0,05 (tingkat signifikansi 5%) yang dapat disimpulkan residual berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakan dalam model regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi dan sempurna antara variabel bebas atau tidak.

Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolineritas

Dari hasil uji multikolinearitas pada tabel 4.6 diperoleh hasil nilai Variance Inflation Factors (VIF) semua variabel < 10 maka variabel dari penelitian ini tidak terdapat multikolinearitas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model, residual memiliki varians yang konstan atau tidak. Residual memiliki varians yang konstan atau tidak dapat dideteksi dengan uji Heteroskedasticity White , apabila ditemukan probabilitas chi-square lebih besar dari 0,05 dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas.

Tabel 4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas

source

Obs*R-squared

Prob chi-square (9)

Dari hasil uji heteroskedastisitas white pada tabel 4.7 diperoleh hasil Prob. Chi-square (9) lebih besar dari 0,05 (tingkat signifikansi 5%) sehingga dapat disimpulkan variabel dalam penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah model terbebas dari autokorelasi atau tidak. Model regresi yang baik harus terbebas dari autokorelasi. Melalui Breusch-Godfrey Serial Correlation Test, apabila ditemukan Prob Chi-square lebih besar taraf sig 5% (0,05) dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi.

Tabel 4.8 Hasil Uji Autokorelasi

source

Obs*R-squared Prob. Chi-Square

Dari hasil uji autokorelasi pada tabel 4.8 diperoleh hasil Prob. Chi-Square lebih besar dari 0,05 (tingkat signifikansi 5%) maka dapat disimpulkan variabel dalam penelitian ini tidak terdapat gangguan autokorelasi.

5. Regresi Jangka Panjang (OLS) dan Regresi Jangka Pendek (ECM)

Model Ordinary Least Square (OLS) dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dalam jangka panjang. Berikut hasil estimasi jangka panjang variabel bebas.

Tabel 4.9 Hasil Estimasi OLS

Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic Prob.

-2,388230 0,0245 LOGUTANG

C -1,871425

32,09034 0,0000 Dari hasil estimasi tersebut, dalam jangka panjang probabilitas untuk seluruh variabel bebas

berpengaruh signifikan dengan probabilitas ke 3 variabel yaitu 0,000 < 0,05 (signifikansi 5%).

Regresi Jangka Pendek (ECM)

Model ECM digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dalam jangka pendek dan penyesuaiannya yang cepat untuk kembali ke keseimbangan jangka panjangnya terhadap data time series untuk variabel – variabel yang memiliki kointegrasi.

Tabel 4.10 Hasil Estimasi ECM

Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic Prob.

1,031351 0,3127 D(LOGUTANG)

C 0,013142

0,445206 0,6602 D(LOGMODAL)

3,385686 0,0024 D(LOGGOV)

14,39772 0,0000 ECT(-1)

Nilai ECT(-1) menunjukan nilai ECT ( Error Correction Term ), berdasarkan hasil estimasi tersebut model penelitian dengan variabel utang luar negeri, akumulasi modal, dan konsumsi RT terhadap PDB dinyatakan lolos uji ECM karena koefisien nilai ECT(-1) menunjukan t-statistic nilainya negatif dan nilai probabilitas kurang dari 0,05.

6. Hasil Uji Statistik

a) Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Berdasarkan hasil analisis menggunakan software Eviews 9, dalam jangka panjang diperoleh nilai F-hitung sebesar 2389,445 dan probabilitas F sebesar 0,000000 dan dalam jangka pendek diperoleh nilai F-hitung sebesar 144,3517 dan probabilitas F sebesar 0,000000. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam jangka panjang dan pendek variabel bebas secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

b) Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Hasil analisis uji parsial jangka panjang menunjukkan semua variabel bebas secara individu signifikan mempengaruhi variabel terikat sedangkan uji parsial pada jangka pendek masing-masing variabel bebas signifikan mempengaruhi variabel terikat kecuali Utang Luar Negeri (ULN) pada tingkat signifikansi 5%.

1. Pengaruh Utang Luar Negeri (ULN) terhadap PDB

Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel utang luar negeri dalam jangka panjang memiliki t hitung sebesar 10,10753 dan probabilitas sebesar 0,0000. Sedangkan dalam jangka pendek memiliki t hitung sebesar 0,445206 dan probabilitas sebesar 0,6602. Dalam taraf signifikansi 5% maka variabel utang luar negeri positif dan signifikan mempengaruhi PDB pada jangka panjang. Sedangkan, pada jangka pendek variabel utang luar negeri positif dan tidak signifikan berpengaruh terhadap PDB.

2. Pengaruh Akumulasi Modal terhadap PDB

Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel akumulasi modal dalam jangka panjang memiliki t hitung sebesar 7,845331, probabilitas sebesar 0,0000. Kemudian akumulasi modal dalam jangka pendek memiliki t hitung sebesar 3,385686 dan probabilitas sebesar 0,0024. Dalam taraf signifikansi 5% maka variabel akumulasi modal positif dan signifikan mempengaruhi PDB dalam jangka waktu panjang maupun pendek.

3. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah terhadap PDB

Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel pengeluaran pemerintah dalam jangka panjang memiliki t hitung sebesar 32,09034, probabilitas sebesar 0,0000. Kemudian pengeluaran pemerintah dalam jangka pendek memiliki t hitung sebesar 14,39772 dan probabilitas sebesar 0,0000. Dalam taraf signifikansi 5% maka variabel pengeluaran Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel pengeluaran pemerintah dalam jangka panjang memiliki t hitung sebesar 32,09034, probabilitas sebesar 0,0000. Kemudian pengeluaran pemerintah dalam jangka pendek memiliki t hitung sebesar 14,39772 dan probabilitas sebesar 0,0000. Dalam taraf signifikansi 5% maka variabel pengeluaran

c) Hasil Uji Koefisien Determinasi (R²)

Besarnya nilai determinasi adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perubahan variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen. Koefisien determinasi atau goodness of fit dalam jangka panjang diperoleh angka sebesar 0,996386. Hal ini berarti variasi perubahan variabel Produk Domestik Bruto (PDB) dapat dijelaskan oleh variabel utang luar negeri, akumulasi modal, dan pengeluaran pemerintah sebesar 99,64% Sisanya sebesar 0,36% dijelaskan oleh variabel lain diluar model.

Sedangkan dalam jangka pendek diperoleh angka sebesar 0,960094. Hal ini berarti bahwa kontribusi seluruh variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat sebesar 96,01%. Sisanya sebesar 3,99% dijelaskan oleh variabel lain di luar model.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Analisis data time series pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh utang luar negeri, akumulasi modal, dan pengeluaran pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 1985-2014. Dari hasil pengolahan data time series dengan estimasi OLS untuk estimasi jangka panjang, dan estimasi ECM untuk estimasi jangka pendek diperoleh persamaan regresi dalam jangka panjang sebagai berikut:

LogPDB t = -1,871425 + 0,108285 LogUTANG t + 0,352666 LogMODAL t +

0,691270 LogGOV t + e t

Berdasarkan persamaan regresi tersebut, dapat diketahui bahwa koefisien konstanta pada jangka panjang sebesar -1,871425, artinya jika variabel bebas tidak ada/ bernilai nol (0) maka dalam jangka panjang nilai PDB menurun sebesar 1,871425 US$ Dollar.

Sedangkan, persamaan model jangka pendek dapat dilihat sebagai berikut :

D(LogPDB t ) = 0,013142 + 0,023604 D(LogUTANG t ) + 0,240004 D(LogMODAL t ) +

0,717163 D(LogGOV t ) - 0,532758 ECT

Berdasarkan persamaan regresi tersebut, dapat diketahui bahwa dalam jangka pendek koefisien konstanta sebesar 0,013142 artinya jika variabel bebas tidak ada/bernilai nol (0) maka dalam jangka pendek nilai PDB meningkat sebesar 0,013142 US$ Dollar.

Berikut penjelasan variabel bebas yang mempengaruhi PDB :

1. Utang Luar Negeri (ULN)

Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam jangka panjang baik secara parsial maupun simultan, utang luar negeri berpengaruh signifikan terhadap PDB Indonesia. Sedangkan dalam jangka pendek meski secara simultan berpengaruh signifikan akan tetapi secara parsial tidak berpengaruh signifikan. Koefisien jangka panjang utang luar negeri adalah sebesar 0,108285 dan probabilitas sebesar 0,0000. Hal ini dalam jangka panjang, peningkatan utang luar negeri sebesar 1% akan mengakibatkan meningkatnya PDB sebesar 0,11 %. Adanya hubungan positif antara utang luar negeri dengan produk domestik bruto (PDB) dalam jangka panjang dapat diartikan bahwa kebijakan melakukan utang luar negeri oleh pemerintah Indonesia akan membawa dampak positif dalam jangka panjang. Artinya, apabila pemerintah Indonesia dapat mengelola dengan baik dana dari utang tersebut (misalnya untuk membangun pabrik, membangun infrastruktur publik dll) maka akan meningkatkan produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

Sedangkan, utang luar negeri dalam jangka pendek nilai koefisien regresi sebesar 0,023604 dan probabilitas sebesar 0,6602, hal tersebut menunjukkan bahwa utang luar negeri berpengaruh positif tidak signifikan terhadap PDB Indonesia. Hal ini berarti apabila utang luar negeri meningkat sebesar 1%, akan berpengaruh pada peningkatan PDB sebesar 0,02 %. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa utang luar negeri berpengaruh positif signifikan terhadap PDB dalam jangka panjang dan berpengaruh positif tidak signifikan dalam jangka pendek.

2. Akumulasi Modal

Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel akumulasi modal dalam jangka panjang ataupun jangka pendek, baik secara parsial maupun simultan signifikan dalam mempengaruhi PDB Indonesia. Koefisien jangka panjang akumulasi modal adalah sebesar 0,352666 dan probabilitas sebesar 0,000. Hal ini berarti dalam jangka panjang, perubahan akumulasi modal sebesar 1% akan mengakibatkan perubahan PDB sebesar 0,35 %. Adanya hubungan positif antara akumulasi modal dengan PDB dalam jangka panjang menunjukkan bahwa kebijakan memperbesar investasi baik dari dalam negeri maupun dari asing serta berupa modal fisik dan non fisik yang dilakukan akan membawa dampak positif terhadap PDB Indonesia dalam jangka panjang. Artinya, apabila pemerintah terus meningkatkan akumulasi modal, maka dalam jangka panjang akumulasi modal akan menjadi faktor yang berperan penting dalam meningkatkan PDB Indonesia.

Dalam jangka pendek nilai koefisien regresi variabel akumulasi modal sebesar 0,240004 dan probabilitas sebesar 0,0024, hal tersebut menunjukkan bahwa akumulasi modal berpengaruh positif signifikan terhadap PDB Indonesia. Hal ini berarti apabila akumulasi modal meningkat sebesar 1%, akan berpengaruh pada peningkatan PDB sebesar 0,24%. Perubahan tersebut menurun daripada perubahan pada jangka panjang.

3. Pengeluaran Pemerintah

Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel pengeluaran pemerintah dalam jangka panjang ataupun jangka pendek, baik secara parsial maupun simultan berpengaruh signifikan terhadap PDB Indonesia. Koefisien jangka panjang pengeluaran pemerintah adalah sebesar 0,691270 dan probabilitas sebesar 0,0000. Hal ini berarti dalam jangka panjang, peningkatan pengeluaran pemerintah sebesar 1% akan mengakibatkan meningkatnya PDB sebesar 0,69%. Adanya hubungan positif antara pengeluaran pemerintah dengan PDB dalam jangka panjang menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah dapat menjadi penggerak perekonomian Indonesia jika pengeluaran tersebut dipergunakan untuk sektor-sektor produktif seperti membangun pabrik, meningkatkan pembangunan infrastruktur publik yang dapat mempermudah akses perekonomian dll.

Dalam jangka pendek nilai koefisien regresi variabel pengeluaran pemerintah sebesar 0,717163 dan probabilitas sebesar 0,0000. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap PDB Indonesia. Hal ini berarti apabila pengeluaran pemerintah meningkat sebesar 1%, akan berpengaruh pada peningkatan PDB sebesar 0,71%. Hasil regresi menunjukkan koefisien dalam jangka pendek lebih besar daripada koefisien dalam jangka panjang. Hal itu menjelaskan bahwa pengeluaran pemerintah langsung dapat mempengaruhi PDB dalam jangka pendek contohnya ketika pemerintah memberikan anggaran untuk suatu proyek di daerah dalam bentuk APBD setiap satu tahun sekali, maka perkembangan perekonomian daerah tersebut cenderung meningkat karena terdapat dana yang dapat tersalurkan ke sektor – sektor produktif daerah sehingga meningkatkan produksi barang maupun jasa.

Model ECM tentu tidak terlepas dari adanya ECT ( Error Correction Term ), koefisien ECT sebesar -0,532758. Hal tersebut mengindikasikan bahwa proporsi biaya ketidakseimbangan dan pergerakan PDB pada periode sebelumnya yang disesuaikan dengan periode sekarang adalah sekitar menunjukkan sebesar 0,53 % dengan tingkat signifikansi ECT menunjukkan angka 0,0080 berarti signifikan pada tingkat signifikansi 5%.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia merupakan jumlah utang baik pihak pemerintah maupun swasta. Dari pembahasan sebelumnya, variabel utang luar negeri berpengaruh signifikan terhadap PDB Indonesia dalam jangka panjang, sedangkan dalam jangka pendek variabel utang luar negeri tidak berpengaruh signifikan terhadap PDB Indonesia. Variabel utang luar negeri baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek memiliki pengaruh terkecil dari pada variabel akumulasi modal dan pengeluaran pemerintah dalam model penelitian ini. Pengaruh dalam jangka panjang sebesar 0,11% dan jangka pendek sebesar 0,02%. Hal ini disebabkan karena utang luar negeri tersebut dalam pengelolaan nya masih belum baik. Masih banyak anggaran dari utang luar negeri tersebut digunakan untuk pembiayaan konsumtif seperti subsidi, belanja pegawai dll daripada utang luar negeri tersebut digunakan untuk pembiayaan sektor produktif seperti pembiayaan untuk sektor riil, pembangunan proyek-proyek infrastruktur publik dll.

2. Akumulasi Modal dalam jangka panjang maupun jangka pendek memberikan pengaruh positif signifikan terhadap PDB Indonesia. Hal tersebut menjadikan akumulasi modal sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan PDB dikarenakan ketika tabungan dan investasi terkumpul dan dimasukkan ke sektor riil, maka produk baik barang maupun jasa meningkat. Sehingga dapat diharapkan dapat menjadi indicator untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengaruh dalam jangka panjang sebesar 0,35% sedangkan dalam jangka pendek sebesar 0,24%. Hal ini disebabkan Karena akumulasi modal merupakan alat untuk memobilisasi tabungan dan investasi lalu menyalurkannya ke bidang usaha yang lebih produktif untuk meningkatkan PDB seperti pembangunan industri, pembangunan infrastruktur publik, pelatihan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan lainnya.

3. Pengeluaran pemerintah dalam jangka panjang maupun jangka pendek memberikan pengaruh positif signifikan terhadap PDB Indonesia. Pengaruh dalam jangka panjang sebesar 0,69% dan dalam jangka pendek sebesar 0,71%. Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah jika dikelola dengan baik dalam bentuk APBN maupun APBD maka dapat meningkatkan PDB Indonesia yang mana dalam penelitian ini merupakan variabel dengan pengaruh terbesar terhadap PDB Indonesia.