MAKALAH UTANG LUAR NEGERI DAN PENANAMAN (1)

MAKALAH
UTANG LUAR NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA
Disusun guna memenuhi tugas akhir mata kuliah Perekonomian Indonesia
Yang di ampu oleh:
Yunan Syaifullah, S.E., M.Sc
Oleh :
FARIDAH OKTALIA (118)
DEWI NUR APRILIANINGSIH (131)

JURUSAN ILMU EKONOMI STUDY PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015

ABSTRACT

This research aims to determine if foreign debt and Foreign investment has been
profitable Indonesia or otherwise, and if Indonesia increasingly dependent on foreign capital
and foreign aid?
Results of this research indicate that there is no absolute certainty about if Indonesia is
getting harmed or profitable and if increasingly relies on PMA and ULN as suppose that

Indonesia did not borrow from abroad and no foreign capital is not necessarily the level of
progress of development like at this point, and Indonesia could be said to be impaired by
external debt and FDI as foreign debt swelled by the fall of the rupiah against the dollar, and the
entry of foreign capital into Indonesia is not merely enjoy themselves by Indonesia but capital
entering, exiting back to the home country. so can be regarded Indonesia as an exporter instead
of an importer of capital capital.

Keyword : Foreign Debt, Foreign Direct Investment.

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kami semua, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah Perekonomian Indonesia ini.
Kami menyusun makalah ini dengan hasil diskusi bersama dan dari beberapa
referensi buku serta jurnal yang kami dapatkan. Oleh karena itu, kami sangat
menghormati dan menghargai pikiran- pikiran penulis lain yang menjadi sumber acuan
dalam menulis makalah ini. Namun, bagaimana pun hal ini membuat kami berbuat hatihati dan tanggung jawab serta upaya yang maksimal demi terselesainya makalah ini
dengan sebaik-baiknya. Dalam memenuhi unsur kemudahan dalam memahami isi
makalah ini, kami mengupayakan menggunakan bahasa yang relatif sederhana dan

mudah di pahami. Selain itu, kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada semua
pihak yang terlibat dalam proses kontribusi untuk menyelesaikan tugas makalah ini,
khususnya kepada dosen mata kuliah Perekonomian Indonesia, yaitu Bpk. Yunan
Syaifullah, S.E., M.Sc. Yang mana beliau telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan
motivasi kepada kami atas tugas makalah ini.
Bagaimanapun, tugas ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih butuh banyak
pembelajaran. Namun, kami berharap bahwasanya tugas makalah yang kami buat ini
dapat memberikan manfaat bagi semua orang yang membaca.

Penyusun

1

DAFAR ISI

ABSTRACT
KATA PENGANTAR.......................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................

B. Rumusan Masalah........................................................
C. Tujuan..........................................................................
D. Manfaat Penelitian.......................................................
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Utang Luar Negeri (ULN)............................................
1. Definisi Utang Luar Negeri....................................
2. Jenis –Jenis Utang Luar Negeri.............................
3. Teori Utang Luar Negeri........................................
B. Penanaman Modal Asing.............................................
1. Definisi Penanaman Modal Asing..........................
2. Teori dan Model Penanaman Modal Asing............
BAB III: PEMBAHASAN
A. Arus Masuk Modal Asing.............................................
B. Modal Asing di Indonesia.............................................
C. Perkembangan Penanaman Modal Asing di Indonesia.
D.ULN, Pembiayaan Pembangunan, Beban Bunga dan
Cicilan Utang.............................................................
E. Perkembangan Utang Luar Negeri................................
F. Sumber-Sumber Pembiayaan Utang Luar Negeri.........
G. Upaya Mengurangi Beban ULN...................................

BAB IV : PENUTUP
A. KESIMPULAN............................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

2

i
ii
1
2
2
3
4
4
5
6
7
7
8

11
12
16
17
19
20
21
22

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ULN atau Utang luar Negeri saat ini menjadi perdebatan publik, khususnya dari
Negara berkembang tak terkecuali Indonesia, yang selama ini sering muncul adalah
besarnya beban hutang yang harus ditanggung, bahkan merugikan pembangunan atau
membuat rakyat di negara-negara peminjam menderita.Padahal tujuan utama peminjaman
adalah untuk menjalankan pembangunan ekonomi dan sosial sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan di negara-negara peminjam. (Tambunan,2001)
Pemanfaatan utang luar negeri (ULN) atau bantuan luar negeri sebagai sumber
pembiayaan pembangunan atau pertumbuhan ekonomi sudah menjadi bagian tak

terpisahkan dari pembangunan ekonomi dan sosial. Bukan hanya di negara-negara
berkembang (NB) termasuk Indonesia, melainkan juga di negara-negara yang sekarang
dikenal sebagain negara- negara maju (NM). Satu contoh yang sangat terkenal adalah
pembangunan kembali negara-negara Eropa Barat pascaperang dunia (PD) II pada
dekade 1950-an melalui bantuan dana yang sangat besar dari Amerika Serikat (AS),yang
dikenal dengan Marshall Plan. (Tambunan;2001;1)
Indonesia memiliki kondisi perekonomian menjanjikan pada awal dekade 1980an sampai pertengahan dekade 1990-an. Hal ini ditunjukkan dengan angka inflasi yang
stabil, jumlah pengangguran yang cukup rendah seiring dengan kondusifnya iklim
investasi yang ditandai dengan kesempatan kerja yang terus meningkat, angka
kemiskinan yang cukup berhasil ditekan, dan sebagainya. Namun perekonomian
Indonesia akhirnya runtuh oleh terjangan krisis ekonomi yang melanda secara global di
seluruh dunia pada tahun 1997. Hal ini menyebabkan tingginya angka inflasi, nilai kurs
Rupiah yang terus melemah, tingginya angka pengangguran seiring dengan kecilnya
kesempatan kerja, dan ditambah lagi dengan semakin membesarnya jumlah utang luar
negeri Indonesia akibat kurs Rupiah yang semakin melemah karena utang luar negeri
Indonesia semuanya dalam bentuk US Dollar. (Majid,2013)
Upaya untuk kembali menstabilkan kondisi perekonomian Indonesia pemerintah
Indonesia melakukan berbagai cara, salah satunya dengan mengambil kebijakan ekonomi
dengan melakukan pinjaman terhadap negara lain (ULN) atau lembaga-lembaga
keuangan internasional, yang tentunya disertai dengan beberapa persyaratan-persyaratan

tertentu, dan menggalakkan Penanaman Modal Asing yang telah ditetapkan melalui
undang-undang No.1 / tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA), yang
diharapkan dapat mendorong peningkatan investasi di Indonesia dari waktu ke waktu
yang kemudian menciptakan iklim investasi yang kondusif selama proses pembangunan
di Indonesia.
Arus masuk modal asing (capital inflows) berperan dalam menutup gap devisa
yang ditimbulkan oleh defisit pada transaksi berjalan. Selain itu, masuknya modal asing
juga mampu menggerakkan kegiatan ekonomi yang lesu akibat kurangnya modal (saving
investment gap) bagi pelaksanaan pembangunan ekonomi. Modal asing ini selain sebagai
perpindahan modal juga dapat memberikan kontribusi positif melalui aliran
industrialisasi dan modernisasi. Dalam jangka pendek, utang luar negeri sangat
membantu pemerintah Indonesia dalam upaya menutup defisit anggaran pendapatan dan
belanja negara, akibat pembiayaan pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan
yang cukup besar. Dengan demikian, laju pertumbuhan ekonomi dapat dipacu sesuai
1

dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya. Tetapi dalam jangka panjang, ternyata
utang luar negeri pemerintah tersebut dapat menimbulkan berbagai persoalan ekonomi di
Indonesia. Beberapa negara bahkan tercatat “aktif” dalam hal memberikan bantuan
berupa pinjaman kepada Indonesia, baik di Asia, Eropa bahkan Amerika Serikat serta

beberapa lembaga keuangan internasional lainnya.
Utang Luar Negeri merupakan konsekuensi biaya yang harus dibayar sebagai
akibat pengelolaan perekonomian yang tidak seimbang, ditambah lagi proses pemulihan
ekonomi yang tidak komprehensif dan konsisten. Pada masa krisis ekonomi, utang luar
negeri Indonesia, termasuk utang luar negeri pemerintah telah meningkat drastis.
Sehingga, pemerintah Indonesia harus menambah utang luar negeri yang baru untuk
membayar utang luar negeri yang lama yang telah jatuh tempo. Akumulasi utang luar
negeri dan bunganya tersebut akan dibayar melalui APBN RI dengan cara mencicilnya
pada tiap tahun anggaran. Hal ini menyebabkan berkurangnya kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat pada masa mendatang, sehingga jelas akan membebani masyarakat,
khususnya para wajib pajak di Indonesia.
Pada pertengahan dekade 1980-an, modal asing yang masuk ke Indonesia masih
didominasi oleh investasi langsung atau penanaman modal asing (PMA) dan pinjaman
luar negeri (terutama pinjaman pemerintah). Baru setelah pemerintah melakukan
deregulasi di sektor keuangan/perbankan yang dimulai sejak awal 1980-an, yang antara
lain membuat sektor tersebut, termasuk pasar modal, berkembang dengan pesat, arus
modal swasta jangka pendek dari luar negeri mulai mengalir ke dalam negeri. Penanaman
Modal Asing (PMA) sendiri, berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM), sampai akhir Juli 2006 meningkat menjadi US$ 3.713.4 juta dengan realisasi
proyek yang telah disetujui pemerintah sebanyak 563 proyek.

Salah satu impak dari kehadiran PMA di Indonesia selama era Orde Baru adalah
pertumbuhan PDB yang pesat, yakni rata-rata per tahun antara 7% hingga 8% yang
membuat Indonesia termasuk negara di ASEAN dengan pertumbuhan yang tinggi. Tidak
bisa dipungkiri bahwa pertumbuhan investasi dan PMA pada khususnya di Indonesia,
didorong oleh stabilitas politik dan sosial, kepastian hukum, dan kebijakan ekonomi yang
kondusif terhadap kegiatan bisnis di dalam negeri, yang semua ini sejak krisis ekonomi
1997 hingga saat ini sulit sekali tercapai sepenuhnya.
Negara –negara berkembang termasuk Indonesia memanfaatkan ULN dan PMA
sebagai dana untuk pembangunan baik infrastruktur maupun pembangunan ekonomi,
tetapi pada kenyataanya dana ULN dan PMA selama ini tidak semata-mata memberikan
hasil yang diharapakan, melainkan dampak buruk yang berakibat jauh sampai saat ini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan deskripsi yang telah dijelaskan diatas,maka rumusan masalah dalam
penelitian ini :
1. Apakah dana suntikan berupa ULN danPMA selama ini merugikan atau
menguntungkan bagi Indonesia ?
2. Apakah Indonesia semakin bergantung pada ULN?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut :

2

1. Mengetahui bagaiaman perkembangan ULN dan PMA saat ini
2. Mengetahui apakah ULN dan PMA menguntungkan atau merugikan bagi Indonesia.
3. Mengetahui apakah Indonesia semakin bergantung pada dana pinjaman dari negara
luar
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah :
1. Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan bahan masukan bagi
pemerintah dan instansi-instanis terkait dalam penyelesaian masalah Utang Luar
Negeri dan Penanaman Modal Asing.
2. Dari hasil penelitian ini kami berharap dapat menambahkan wawasan para
peneliti yang berhubungan dengan Utang Luar Neri dan Penaman Modal Asing
di Indonesia, dan hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu
referensi untuk melakukan penelitian sejenis lainnya.
3. Untuk menambah wawasan penulis dalam perekonomian Indonesia khususnya
masalah Utang Luar Negeri dan Penanaman Modal Asing
4. Sebagai masukan kepada masyarakat agar mengetahui kondisi perekonomian
indonesia yang berhubungan dengan utang luar negeri (ULN) dan penanaman
modal asing (PMA)


3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Utang Luar Negeri (ULN)
1.

Definisi Utang Luar Negeri (ULN)
Tabel 2.1 Definisi Utang Luar Negeri
Peraturan Pemerintah No.10
Tahun 2011

Peraturan Bank Indonesia No.
16/21/PBI/2014

Pinjaman Luar Negeri adalah
setiap pembiayaan melalui utang
yang diperoleh pemerintah dari
pemberi pinjaman Luar Negeri
yang diikat oleh suatu perjanjian
pinjaman dan tidak berbentuk surat
berharga negara,yang harus dibayar
kembali
dengan
persyaratan
tertentu.

Utang
Luar
Negeri
yang
selanjutnya disingkat ULN adalah
utang Penduduk kepada bukan
Penduduk dalam Valuta Asing
dan/atau Rupiah, termasuk di
dalamnya
pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah.

ULN adalah seluruh pinjaman serta konsensional baik secara resmi dalam bentuk
uang tunai maupun bentuk bentuk aktiva yang lainnya secara umum ditujukan untuk
mengalihkan sejumlah sumber daya negara-negara maju ke negara berkembang untuk
kepentingan pembangunan atau mempunyai maksud sebagai distribusi pendapatan
(Todaro, 1998:163).
ULN adalah sebagai bantuan berupa program dan bantuan proyek yang diperoleh
dari negara lain. Pinjaman luar negeri atau utang luar negeri merupakan salah satu
alternatif pembiayaan yang diperlukan dalam pembangunan dan dapat digunakan untuk
meningkatkan investasi guna menunjang pertumbuhan ekonomi (Basri, 2000:127).
Pinjaman luar negeri Indonesia dibedakan dalam 2 kelompok besar, yaitu
pinjaman luar negeri yang diterima Pemerintah (public debt) dan pinjaman luar negeri
yang diterima swasta (private debt). Dilihat dari sumber dananya, pinjaman luar negeri
dibedakan ke dalam pinjaman multilateral, pinjaman bilateral dan pinjaman dindikasi.
Sedangkan dilihat dari segi persyaratan pinjaman, dibedakan dalam pinjaman lunak
(concessional loan), pinjaman setengah lunak (semi concenssional loan) dan pinjaman
komersial (commercial loan).
Selain pinjaman luar negeri, terdapat juga penerimaan dalam bentuk hibah.
Menurut Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Menteri Keuangan dengan Ketua
BAPPENAS No.185/KMK.03/1995 dan No. KEP. 031/KET/5/1995 tanggal 5 Mei 1995
yang telah dirubah dengan SKB No. 459/KMK.03/1999 dan No.KEP.264/KET/09/1999
tanggal 29 September 1999 tentang Tatacara Perencanaan, Pelaksanaan/Penatausahaan
dan Pemantauan Pinjaman/Hibah Luar Negeri dalam Pelaksanaan APBN, pengertian
pinjaman luar negeri adalah setiap penerimaan negara baik dalam bentuk devisa dan
atau devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk barang dan atau dalam bentuk jasa
yang diperoleh dari pemberi pinjaman luar negeri yang harus dibayar kembali dengan
4

persyaratan tertentu. Sedangkan Hibah Luar Negeri, adalah setiap penerimaan negara
baik dalam bentuk devisa dan atau devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk
barang dan atau dalam bentuk jasa termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang diperoleh
dari pemberi hibah luar negeri yang tidak perlu dibayar kembali.
Pinjaman luar negeri yang diterima Pemerintah, dimaksudkan sebagai pelengkap
pembiayaan pembangunan, disamping sumber pembiayaan yang berasal dari dalam
negeri berupa hasil perdagangan luar negeri, penerimaan pajak dan tabungan baik
tabungan masyarakat dan sektor swasta. Salah satu masalah dalam pelaksanaan
pembangunan ekonomi yang dihadapi negara-negara berkembang termasuk Indonesia
adalah keterbatasan modal dalam negeri. Hal ini tercermin pada angka kesenjangan
tabungan investasi “Saving-Investment Gap” (S-I gap) dan “Foreigan Exchange Gap”
(forexgap).
Saving Investment gap menggambarkan kesenjangan antara tabungan dalam
negeri dengan dana investasi yang dibutuhkan, sedangkan Foreign Exchange Gap
menggambarkan kesenjangan antara kebutuhan devisa untuk membiayai impor
barang/jasa dengan penerimaan devisa hasil expor barang/jasa. karena itu negara-negara
berkembang membutuhkan pinjaman luar negeri untuk menutup kekurangan kebutuhan
pembiayaan investasi dan untuk membiayai devisit transaksi berjalan (current account)
neraca pembayaran dalam rangka pembiayaan transaksi internasional sehingga posisi
cadangan devisa tidak terganggu.
2.

Jenis – Jenis Utang Luar Negeri
Utang luar negeri merupakan bantuan luar negeri (loan) yang diberikan oleh
pemerintah negara-negara maju atau badan-badan internasional yang khusus dibentuk
untuk memberikan pinjaman semacam itu dengan kewajiban untuk membayar kembali
dan membayar bunga pinjaman tersebut (Zulkarnain,1996:19).
Adapun bentuk-bentuk bantuan luar negeri dapat dibedakan atas :
1. Pinjaman dengan syarat pengembalian
a. Hadiah/Grant: yaitu bantuan luar negeri yang tidak bersyarat pengembalian atau
pelunasannya kembali.
b. Pinjaman Lunak : yaitu pinjaman dengan syarat yang sangat ringan, dimana
jangka waktu pengembaliannya antara 20 tahun sampai dengan 30 tahun dan
tingkat bunga antara 0 sampai dengan 4,5 persen per tahun.
c. Pinjaman/Kredit Ekspor : yaitu kredit yang diberikan oleh negara pengekspor
dengan jaminan tertentu untuk meningkatkan ekspor. Jangka waktu
pembayarannya adalah 7 tahun sampai dengan 15 tahun dan tingkat bunga
antara 4 persen sampai dengan 8,5 persen per tahun.
d. Kredit Komersial : yaitu kredit yang dipinjamkan oleh bank dengan tingkat
bunga dan lain-lain sesuai perkembangan pasar internasional.
2. Pinjaman/Kredit Bilateral/Multilateral
a. Pinjaman/Kredit Bilateral: misalnya bantuan/kredit yang diperoleh dari negara
CGI.
b. Pinjaman/Kredit Multilateral: misalnya bantuan/kredit dari peserta IBRD, IDA,
UNDP, ADB, dan lain-lain. Jangka waktu dan syarat pengembalian
5

bantuan/kredit bilateral/multilateral adalah berdasarkan perjanjian antara
pemerintah Indonesia dengan pihak-pihak yang memberikan bantuan/kredit.
Sumber-sumber pinjaman luar negeri yang diterima pemerintah Indonesia
dalam setiap tahun anggaran yang berupa pinjaman bersumber dari:
1. Pinjaman Multilateral Pinjaman multilateral sebagian besar diberikan dalam satu
paket pinjaman yang telah ditentukan, artinya satu naskah perjanjian luar negeri
antara pemerintah dengan lembaga keuangan internasional untuk membina
beberapa pembangunan proyek pinjaman multilateral ini kebanyakan diperoleh dari
Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia (BPD), Bank Pembangunan Islam (IDB),
dan beberapa lembaga keuangan regional dan internasional.
2. Pinjaman Bilateral Pinjaman bilateral adalah pinjaman yang berasal dari
pemerintah negara– negara yang tergabung dalam negara anggota Consultative
Group On Indonesia (CGI) sebagai lembaga yang menggantikan kedudukan IGGI.
Tabel 2.2 :Daftar Negara/Lembaga Kreditor (Pemberi Utang Luar Negeri)
terbesar untukIndonesia
Negara
Persentase (%)
Jumlah pinjaman Jumlah pinjaman
(miliar US$)
(Rp triliun)
Jepang
45,5
29.8
358
ADB (Asian
16,4
10.8
129
Development Bank)
World Bank
13,6
8.9
107
Jerman
7
3.1
37
Amerika Serikat
3,7
2.3
28
Inggris
1,7
1.1
13
Negara/Lembaga
14,6
9.6
115
lain
Sumber : UNCTAD (United Nations Conference on Trade and Development) 2010

3. Teori Utang Luar Negeri
Sumber keuangan dari luar berupa pinjaman luar negeri dapat memainkan
peranan penting dalam usaha melengkapi kekurangan sumber daya yang berupa devisa
atau tabungan domestik. Pendekatan inilah yang disebut sebagai analisis bantuan luar
negeri dua kesenjangan ( two-gapmodel) ini mengatakan bahwa negara berkembang
pada umumnya menghadapi kendala keterbatasan tabungan domestik yang jauh dari
mencukupi untuk menggarap segenap peluang yang investasi yang ada,serta
kelangkaan devisa yang tidak memungkinkan mengimpor barang-barang modal dan
antara yang penting bagi usaha pembangunannya. Secara umum model ini berasumsi
bahwa kekurangan dan kesenjangan ( antara persedian dan kebutuhan) tabungan
(saving gap) serta kesenjangan devisa ( foreign-exchange gap ) itu tdak sama
bobotnya, dan satu sama lain berdiri sendiri. Kekurangan tabungan tidaklah dapat
digantikan oleh cadangan devisi begitu juga sebaliknya, kekurangan devisa tidak pula
dapat dipenuhi oleh tabungan dalam negeri.
Secara matematis, model dua kesenjangan secara sederhana dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1.

Kesenjangan Tabungan

6

Dimulai dengan suatu persamaan atau identitas atas hubungan antara
pemasukan modal ( misalnya, selisih antara ekspor-impor ) dan dengan sumber –
sumber yang dapat digunakan untuk investasi, dengan tingkat investasi, dengan
tingkat investasi domestik, yang dapat di tulis sebagai berikut :
I < F + Sy ………………………………………… ( 1)
Dimana F adalah jumlah arus pemasukan modal. Seandainya nilai F ditambah
sY lebih besar dari I, dan perekonomian itu tengah berada dalam kondisi full
employment, maka bisa dipastikan bahwa tengan terjadi kesenjangan di tabungan
negara tersebut.
2. Kesenjangan Devisa
Jika setiap unit investasi yang dilakukan oleh negara – negara berkembang
menyebabkan kenaikan impor sebesar m1, yakni pangsa impor marjinal ( marginal
impor share ) di kebanyakan negara berkembang, pangsanya ini berkisar dari 30
sampai 60 persen dan kecenderungan marjnal terhadap impor ( marginal propensity
to impor) akibat naiknya 1 unit PDB dengan parameter m2, maka kesenjangan devisa
itu dirumuskan sebagai berikut :
( m1- m2)I + m2Y- E < F…………………………………( 2 )
Simbol E melambangkan tingkat ekspor eksogen. Faktor F dalam kedua
ketidaksamaan diatas merupakan faktor krisis dalam analisis. Jika F,E dan Y diberikan
nilai secara eksogen (ditentukan dari luar), maka salah satu dari ketidaksamaan diatas
menjadi faktor penghambat investasi akan tertekan menjadi lebih rendah oleh salah satu
ketidaksamaan tersebut.
Dengan demikian penerapan rumus tersebut setiap negara akan dapat diketahui
masalah utamanya, apakah kesenjangan tabungan atau kesenjangan devisa. Hal ini yang
lebih penting menurut sudut analisis pinjaman luar negeri adalah bahwasanya dampak
peningkatan arus modal asing akan lebih besar di negara yang tengah mengalami
kesenjangan tabungan ( persamaan 1 ) daripada di negara yang mengalami kesenjangan
devisa ( persamaan 2 ). namun hal ini tidaklah berarti bahwa negara negara yang
mengalami kesenjangan tabungan tidak membutuhkan utang luar negeri. Model dua
kesenjangan inilah merupakan metodologi yang bersifat garis besar untuk menentukan
kebutuhan serta kemampuan relatif dari masing- masing negara berkembang dalam
mengunakan pinjaman luar negerinya secara efektif. (Michael P. Todaro, 1998 : 169).
B. Penanaman Modal Asing (PMA)
1. Definisi Penanaman Modal Asing (PMA)
Istilah penanaman modal asing sebenarnya adalah terjemahan dari bahasa inggris
yaitu investment. Penanaman modal asing atau investasi seringkali dipergunakan dalam
artian yang berbeda – beda. Perbedaan penggunaan istilah terletak pada cakupan dari
makna yang dimaksudkan.
Komaruddin (1983) memberikan pengertian investasi dalam 3 arti, yaitu :
a. Suatu tindakan untuk membeli saham, obligasi atau surat penyertaan lainnya;
b. Suatu tindakan membeli barang – barang modal;

7

c. Pemanfaatan dana yang tersedia untuk produksi dengan pendapatan dimasa yang
akan datang.
Investasi dapat didefinisikan sebagai tambahan bersih terhadap stok kapital yang
ada. Istilah lain dari investasi adalah akumulasi modal atau pembentukan modal,
(Sukirno, 2000 :24)
PMA atau investasi asing merupakan investasi yang dilakukan oleh pemilik modal
asing di dalam negara untuk memperoleh keuntungan dari usaha yang dilakukan. PMA
merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional disamping ekspor,
tabungan domestik dan bantuan luar negeri, (Kuncoro, 2000 : 367)
Menurut Undang-undang No.1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing yang
sekarang telah di sempurnakan menjadi Undang-undang No.1 tahun 1970 pada Pasal 1
menyebutkan :”Penanaman modal asing di dalam Undang-undang ini hanyalah meliputi
modal asing secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuanketentuan Undang-undang ini dan yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di
Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung risiko dari
penanaman modal tersebut.” Sedangkan menurut Undang – Undang nomor 25 tahun
2007 tentang penanaman Modal Asing pada Pasal 1 ayat 3 menyebutkan bahwa:
“Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di
wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik
yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan
penanam modal dalam negeri.”
2.

Teori dan Model Penanaman Modal Asing
Ada beberapa teori yang dikemukakan oleh beberapan ahli untuk menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi Penanaman Modal Asing (PMA).
a. Teori Alan M. Rugman
Alan M. Rugman (1981) menyatakan bahwa Penanaman Modal Asing (PMA) atau
Foreign Direct Investment (FDI) di pengaruhi oleh variabel lingkungan dan
variabel internalisasi.
Variabel lingkungan sering sekali disebut sebagai keunggulan spesifik negara
(KSN) atau faktor spesifik – lokasi; Kedua istilah mengacu pada gagasan yang
sama. KSN adalah variabel yang mempengaruhi bangsa sebagai keseluruhan.
Ada 3 jenis variabel lingkungan yang menjadi perhatian, yaitu :
 Ekonomi, Nonekonomi, dan Pemerintahan.
Variabel ekonomi menyusun suatu fungsi produksi keseluruhan suatu bangsa,
yang didefinisikan meliputi semua masukan faktor yang terdapat di dalam
masyarakat. Contoh seperti tenaga kerja (labor,L) dan modal (K), Teknologi
(TECH), SDA (RES), serta keterampilan manajemen (MGMT). Disamping variabel
ekonomi, terdapat juga Varibale nonekonomi yaitu Politik, budaya, dan sosial
pada setiap bangsa. Meskipun varibel ekonomi dan non ekonomi telah
dipertimbangkan, ada satu faktor spesifik negara yang harus diperhitungkan secara
terpisah. Ini adalah pemerintah (G) dari bangsa dalam peninjauan. Baik variabel
pemerintah sendiri mapun tuan rumah mempengaruhi PMA.

8

Setiap bangsa mempunyai kekhususan merk politisinya sendiri. Para politisi
mencermikan faktor spesifik lokasi bangsa dan bahkan menambahnya dengan suatu
cara khusus. Selalu terdapat keragaman dalam campur tangan pemerintah dengan
bisnis international.
Faktor lain yang mempengaruhi PMA adalah variabel internalisasi atau
keunggulan spesifik perusahaan (KSP). Variabel internalisasi ini merupakan
keunggulan internal yang memiliki perusahaan multinasional.
b. Teori Vernon
Vernon (1966) menjelaskan Penanaman Modal Asing dengan model yang
disebut Model siklus Produk. Dalam model ini introduksi dan pengembangan
produk baru di pasar mengikuti tiga tahap. Pendorong untuk mengembangkan
produk baru diberikan oleh kebutuhan dan peluang pasar.
Semula model Vernon dikembangkan untuk menerangkan pertumbuhan yyang
cepat dan penyebaran diseluruh dunia dari PMN yang berpangkal di AS dalam dua
dasawarsa yang pertama sesudah perang dunia II. Ia memodifikasi model itu secara
cukup berarti dalam Vernon (1971 dan 1977), dimana PMN dalam tahap satu
sekarang diidentifikasi sebagai suatu oligopoli yang muncul, dalam tahap dua
sebagai oligopoli yang dewasa, dan dalam tahap tiga sebagai suatu oligopoli yang
menua.
c. Teori John Dunning
John Dunning (1977) dalam menjelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi
Penanaman Modal Asing melalui teori ancangan eklektis. Teori eklektis
menetapkan suatu set yang terdiri dari tiga persyaratan yang diperlukan bila sebuah
perusahaan akan berkecimpung dalam Penanaman Modal Asing.
1. Keunggulan spesifik perusahaan
2. Keunggulan internalisasi
3. Keunggulan spesifik negara
d. Teroi David K. Eiteman
Menurut David K. Eiteman (1989), motif yang mendasari penanaman modal
asing ada 3 yaitu : motif startegis, motif perilaku, dan motif ekonomi.
Dalam motif strategis dibedakan dalam :
a. Mencari pasar;
b. Mencari bahan baku;
c. Mencari efisiensi produksi;
d. Mencari pengetahuan; dan
e. Mencari keamanan politik.
Sedangkan motif perilaku merupakan rangsangan lingkungan eksternal dan
yang lain dari organisasi didasarkan pada kebutuhan dan komitmen individu atau
kelompok. Motif ekonomi merupakan motif untuk mencari keuntungan dengan
cara memaksimalkan keuntungan jangka panjang dan harga pasar saham
perusahaan.
e. Teori Robock & Simmonds
Teori PMA yang lain, dijelaskan oleh Robock & Simmonds (1989), melalui
pendekatan global, pendekatan pasar yang tidak sempurna, pendekatan
internalisasi, model siklus produk, produksi internasional, model imperalisasi
Marxis.
Pendekatan Global
Sebagai bagian dari pertumbuhan perusahaan,lingkup usaha secara geografis
juga akan berubah. Perubahan ini sebagai hasil dari rangsangan lingkungan.
Menurut pendekatan global, kekuatan intern yang mempengaruhi PMA yaitu
9

pengembangan teknologi/produk baru, ketergantungan pada sumber – sumber
bahanbaku, memanfaatkan mesin –mesin yang sudah usang, mencari pasar yang
lebih besar. Sedangkan kekuatan eksternal yang mempengaruhi PMA yaitu
pelanggan, pemerintah, ekspansi ke luar negeri dari pesaing dan pembentukan
Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE).
Model Siklus produk
Model ini menerangkan bahwa penanaman modal asing melalui 3 tahap, yaitu
produk baru, tahap produk matang, dan tahap produk yang distandardisasi.
Pada tahap produk baru, produk yang dihasilakn di dalam negeri sedangkan
untuk pasar luar negeri dilayani dengan ekspor.
Pada tahap produk matang, harga produk menjadi penting. Pasar luar negeri telah
dilayani oleh produksi lokal.
Pada tahap ketiga, persaingan menjadi lebih penting, dan produksi diarahkan pada
lokasi/tempat yang biayanya rendah (kecil) dalam lingkup negara yang
berpenghasilan rendah. Disini barasng diekspor kembali ke negara asal PMN atau
ke pasar lain. Untuk industri yang padat karya, diarahkan pada negara yang upah
buruhnya paling murah. Teori ini dikemukakan oleh Raymon vernon.
f. Teori Kindleberger
Aspek yang paling sensitif dalam perekonomian internasional kini adalah
aspek investasi langsung. Amerika Serikat dan Inggris berusaha membatasi
investasi langsung oleh perusahaan – perusahaan yang berdomisili di dalam batas –
batas ke dua negara ini untuk membatasi tekanan pada neraca pembayaran mereka.
Kanada, negara – negara Eropa dan Jepang berusaha untuk membatasi penanaman
modal asing di dalam wilayah mereka, agar pengawasan mereka atas sumber –
sumber daya dalam negeri tidak sirna karena pemilikan asing. Negara – negara
berkembang khawatir, bahwa orang – orang asing akan melakukan investasi di
negara – negara ini. Larangan – larangan dan pembatasan – pembatasan ditentukan
terhadap investasi dalam garis – garis kegiatan tertentu yang dianggap lemah
terhadap pengaruh asing atau yang diangggap memboros- boroskan SDA,
perbankan, surat kabar. Ditentukan persyaratan – persyaratan bahwa harus ada
partsipasi dari pihak dalam negeri, valuta asing harus dibawa masuk, suku cadang
harus dibeli, riset dalam negeri, ekspor dan sebagainya. Dan masih saja terdapat
kecenderungan untuk internasionalisasi perusahaan. (Kindleberger,1982).

10

BAB III
PEMBAHASAN
A. Arus Masuk Modal Asing
Data neraca pembayaran Indonesia yang dipublikasi oleh Dana Moneter
Internasional telah digunakan sebagai sumber data mengenai arus masuk modal asing ke
Indonesia. Modal asing yang masuk terdiri dari investasi asing, investasi portofolio dan
pinjaman luar negeri termasuk alokasi Special Drawing Rights (Arfi,Sasono,1987:5)
Selama periode 1970-1986, arus modal asing yang masuk ke Indonesia setelah
dikurangi cicilan hutang, pembayaran-pembayaran lain yang tercantum dalam perkiraan
modal dan disinvestasi yang terjadi setelah memperhitungkan kesalahan dan selisih yang
belum diperhitungkan (errors and omissions), ditunjukkan dalan Grafik 3.1 Arus modal
asing dalam nilai nominal yang masuk ke Indonesia seperti yang terlihat dalam Grafik
3.1 menunjukkan suatu fluktuasi yang tidak menggambarkan suatu trend pertumbuhan
yang stabil. Pada permulaan tahun tujuh puluhan, terdapat angka nominal yang naik
kemudian turun menjelang dan sampai dengan thun 1975. Sesudah tahun 1975, situasi
yang naik secara terus-menerus hanya terjadi dalam periode 1080-1983.
Grafik 3.1
Indonesia : Arus Masuk Modal Asing Setelah Memperhitungkan Cicilan Hutang Luar
Negeri, Pembayaran-pembayaran Lain dalam Perkiraan Modal dan
Disinvestasi, 1970-1986.(dalam juta US $)

Arus Masuk Modal Asing
3000
2246

2000
1000

601
394186
189198
37 0
0
-440
1
3
5
7
8
0
2
5
n
0
2
4
6
9
1
3
4
-530
7 9 7 9-639
7 97 97 97 98 98 98 98 98 98 986
h u 19 7 19 7 19 7 19 7 19-944
-1000
a
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
T
-1338
-1379
-1935
-2000
-2650
-3000
-4000

-3844
-3922

-5000
Arus Bersih Modal asing

11

Sumber : Data diolah

Angka-angka yang ditunjukan dalam Grafik 3.1 sering dianggap sebagai suatu deretan
net external resources flows yaitu Arus bersih sumber-sumber pembiayaan yang masuk
dari luar negeri sehingga sering pula dijadikan patokan sebagai sumber-sumber luar
negeri yang dapat digunakan sebagai penopang pembangunan nasional.
Menurut Sritua Arief dan Adi Sasono (1987) Untuk mendapatkan angka arus
masuk bersih sumber-sumber pembiayaan dari luar negeri haruslah diperhitungkan
pembayaran jasa-jasa modal yang dibayarkan ke luar negeri yang terdiri dari bunga
modal dan keuntungan modal. Grafik 3.2 menunjukkan arus bersih modal asing yang
masuk ke Indonesia setelah memperhitungkan bukan hanya cicilan hutang, pembayaranpembayaran lain yang tercantum dalam perkiraan modal dan disinvestasi, tetapi juga
setelah memperhitungkan pembayaran bunga hutang luar negeri dan keuntungan yang di
transfer ke luar negerioleh investor asing di Indonesia. Angka-angka inilah yang
merupakan angka-angka sumber pembiayaan dari luar negeri yang sebetulnya secara
netto dapat dimanfaatkan di dalam negeri untuk menunjang pembangunan nasional.
Grafik 3.2
Indonesia : Arus Bersih Modal Asing yang Masuk,1970-1986 (dalam juta US$)

Arus Bersih Modal Asing yang Masuk
8000
6000
4000
2000
0

70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86
-2000
19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19
-4000

-6000
Arus Masuk Modal Asing (1)
Pendapatan Investasi (2)
Arus Bersih yang Masuk (1) – (2)

Sumber : Data diolah

Angka-angka dalan Grafik 3.2 yang didasarkan atas perkiraan modal termasuk
alokasi spesial Drawing Rights dan perkiran sedang berjalan, menunjukkan bahwa
selama periode 1970-1986, arus bersih modal asing yang masuk ke Indonesia secara
kumulatif menunjukkan posisi yang negatif. Arus masuk yang positif hanya berjumlah
sebesar US $ 17,6 milyar. Dalam konteks ini, kita dapat menyatakan bahwa Indonesia
sebetulnya telah menjadi eksportir modal bukan importir modal.
B. Modal Asing di Indonesia
1. Peranan Modal Asing dalam Anggaran Belanja Negara
12

Sejak Pemerintahan Orde Baru, defisit dalam anggaran belanja negara secara
terus –menerus telah ditutup dengan pembiayaan dari luar negeri. Selisih diantara jumlah
pengeluaran (pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan) dengan jumlah
pemasukan dari dalam negeri yang menunjukan posisi negatif terus menerus kita artikan
sebagai defisit dalam anggaran belanja negara. Dengan adaya pembiayaan dari luar
negeri maka saldo keungan negara dalam periode 1970/1971 – 1986/1987 menunjukan
posisi yang positif kecuali pada tahun fiskal 1972/1973 yang menunjukan posisi negatif
sebesar Rp 0,4 milyar.
Tabel 3.1 Indonesia : Peneriamaan dan Pengeluaran Pemerintah, 1970/1971-1986/1987
(miliar rupiah)
Tahun
1970/197
1
1971/197
2
1972/197
3
1973/197
4
1974/197
5
1975/197
6
1976/197
7
1977/197
8
1978/197
9
1979/198
0
1980/198
1
1981/198
2
1982/198
3
1983/198
4
1984/198
5
1985/198
6
1986/198
7

Jumlah
Penerimaan
344,6

Jumlah
Pengeluaran
457,8

Defisit
-113,2

Pembiayaa
n120,4
Pihak

Saldo
Keuangan
7,2

428,0

545

-117

135,5

18,5

585,1

735

-149,9

149,5

-0,4

967,7

1.164,2

-196,5

203,9

7,4

1753,7

1.977,9

-224,2

232

7,8

2241,9

2.730,3

-488,4

491,6

3,2

2906,0

3.684,3

-778,3

783,8

5,5

3534,4

4.305,7

-771,3

773,4

2,1

4266,1

5.299,3

-1.033,2

1.035,5

2,3

6696,8

8.076,0

-1.379,2

1.381,1

1,9

10227,0

11.716,0

-1.489,0

1.493,8

4,8

12.212,6

13.917,6

-1.705,0

1.709,0

4,0

12.418,3

14.355,9

-1.937,6

1.940,0

2,4

14.432,7

18.311,0

-3.878,3

3.882,4

4,1

15.905,5

19.380,8

-3.475,3

3.478,0

2,7

18.525,0

22.824,6

-4.299,6

3.572,6

-727,0

17.832,5

21.421,6

-3.589,1

3.589,1

0,0

a) Menurut anggaran belanja
Sumber : Departemen Keuangan RI

Tabel 3.1 menunjukan bahwa terdapat korelasi yang negatif diantara modal luar
negeri yang masuk untuk pembiayaan anggaran belanja negara dengan surplus anggaran
belanja negara (suplus dalam hal ini menunjukan angka – angka yang negatif). Dalam
konteks ini, dapat di kemukakan proporsi bahwa modal luar negeri lebih berfungsi
13

sebagai penyedia sumber – sumber yang dapat di investasikan (investible resources).
Ditambah dengan fungsinya sebagai pembiyaan surplus impor (setelah memperhitungkan
jasa-jasa), maka modal luar negeri yang masuk ke Indonesia, khususnya pinjaman luar
negeri yang diterima secara resmi oleh Pemerintah Indonesia, dapat dikatan lebih banyak
berfungsi sebagai penyedia sumber – sumber pembiayaan anggaran belanja negara dan
sebagai sumber – sumber pembiayaan surplus impor daripada berfungsi sebagai
penambah sumber – sumber yang dinvestasikan. Oleh karena pos – pos dalam anggaran
belanja negara yang dibiayai oleh modal luar negeri adalah pos pos yang menghendaki
impor, maka secara keseluruahan dapat juga dikatan bahwa pinjaman luar negeri yang
masuk kesektor resmi di Indonesia lebih banyak berfungsi untuk membiayai foreign
exchange gap dari pada membiayai savings gap.
Tabel 3.2

Tahun
1970/197
1
1971/197
2
1972/197
3
1973/197
4
1974/197
5
1975/197
6
1976/197
7
1977/197
8
1978/197
9
1979/198
0
1980/198
1
1981/198
2
1982/198
3
1983/198
4
1984/198
5
1985/198
6
1986/198
7

Indonesia : Pengeluaran Pemerintah yang Dibiayai Pihak Luar
Negeri,1970/1971-1986/1987 (miliar rupiah)
Pembiayaan
Pihak
Luar
120,4

Pengeluaran
Pembangunan
169,6

Jumlah
Pengeluran
457,8

((A))/((B))
(dalam
71 %)

((A))/((C))
(dalam
26,3 %)

135,5

195,9

545

69,2

24,9

149,5

290,7

735

51,4

20,3

203,9

450,9

1164,2

45,2

17,5

232,0

961,8

1977,9

24,1

11,7

491,6

1.397,7

2730,3

35,2

18

783,8

2.054,5

3684,3

38,2

21,3

773,4

2.156,8

4305,7

35,9

18

1035,5

2.555,6

5.299,3

40,5

19,5

1381,1

4.014,2

8.076,0

34,4

17,1

1493,8

5.916,1

11.716,1

25,2

12,7

1.709,0

6.940,0

13.917,6

24,6

12,3

1.940,0

7.359,6

14.311,0

26,4

13,5

3.882,4

9.899,2

18.311,0

39,2

21,2

3.478,0

9.951,9

19.380,8

34,9

17,9

3.572,6

10.873,1

22.824,6

32,9

15,7

3.589,1

8.296,0

21.421,6

43,3

16,8

a) Menurut anggaran belanja
Sumber : Departemen Keuangan RI

14

Tabel 3.2 menunjukan perkembangan peranan modal luar negeri dalam membiayai
pengeluaran pembangunan dan keseluruhan pengeluaran dalam anggaran belanja negara
selama perioade 1970/1971-1986/1987. Dapat diliat bahwa kecenderungan menurunnya
peran relatif modal asing dalam membiayai pengeluaran pembanguna dilihat dari
persentase dalam pembiayaan pengeluaran pembangunan yang mengarah ke tingkat
dibawah 30% pada tahun 1982/1983, telah mulai meningkat kembali pada tingkat diatas
30% dan bahkan diatas 40% sesudah tahun 1982/1983. Situasi yang bersamaan terdapat
dalam posisi relatif modal asing dalam pembiayaan keseluruhan pengeluaran dalam
anggaran belanja negara yang telah berhasil menurun ke tingkat dibawah 15% pada tahun
1982/1983 tetapi mulai naik kembali ketingkat diatas 15% bahkan diatas 20% sesudah
tahun fiskal 1982/1983. Hal ini menunjukan bahwa masih ketergantungannya Indonesia
pada modal asing dalam pembiayaan anggaran belanja negara.
2. Peranan Modal Asing dalam Pemupukan Investasi Domestik dan Tabungan
Domestik
Untuk melihat efek yang ditimbulkan oleh arus bersih modal asing yang masuk
terhadap pemupukan investasi domestik dan tabungan domestik, dapat menggunakan
model yang dikemukakan oleh Hojman. Model ini dianggap lebih tepat karena arus
bersih modal asing yang masuk (setelah memperhitungkan pembayaran – pembayaran
keluar negeri yang berkaitan dengan arus masuk modal asing) digunakan sebagai variable
penentu (determining varibale) terhadap besaran – besaran ekonomi makro. Fungsi
tabungan berdasarkan “two-gap model” sebagai berikut :
S
dimana,

= 0 + 1 Y + 2 F

(1)

S = Tabungan Domestik
Y = Output nasional
F = Arus bersih modal asing yang masuk

Investasi dalam negeri dibiayai oleh dua sumber pembiayaan yaitu tabungan
domestik dan arus bersih modal asing yang masuk. Berdasarkan ini maka investasi
domestik dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
I=S+F

(2)

Dengan mensubsitusikan persamaan (1) ke dalam persamaan (2), maka diperoleh :
I = (0 + 1 Y + 2 F

)+F

= 0 + 1 Y + ( 1 + 2 ) F

(3)

fungsi investasi domestik ini kita taksir dengan menggunakan regresi linear yang berikut
untuk periode 1970 – 1986 :
I = β0 + β1 Y + β2 F

(4)

Bahwa arus modal asing yang banyak masuk ke indonesia tidak menimbulkan efek
yang besar terhadap investasi domestik secara keseluruhan. Peran positifnya yang kecil
ini semata adalah disebabkan adanya penggunaan modal asing untuk membiayai import
contentdari investasi yang dilaksanakan, terutama di sektor negara dan sektor modern
yang sangat tergantung kepada import.
Dari hasil – hasil penaksiran fungsi investasi domestik ini, dapat diperkirakan efek
arus bersih modal asing yang masuk terhadap tabungan domestik. Seperti dinyatakan
15

dalam persamaan (1) dan persamaan (3) berdasarkan fungsi tabungan domestik dan
investasi domestik bahwa efek arus modal bersih modal asing yang masuk terhadapa
tabungan domestik adalah negatif. Dapat disimpulkan bahwa satu dollar tambahan arus
bersih modal asing yang masuk ke Indonesia telah mengakibatkan hampir senilai satu
dollar potensi tabungan domestik yang tidak dapat menjadi kenyataan sebagai tabungan
yang direalisasi.
Ada dua penjelasan pokok mengenai sumbangan negatif modal asing dalam
pemupukan tabungan domestik di negara – negara sedang berkembang.
Pertama, penjelasan yang dikaitkan dengan pandangan institutionalist – structuralist
menurut panangan ini modal asing banyak mengambil alih kegiatan – kegiatan yang
paling menguntungkan dalam ekonomi sehingga kesempatan – kesempatan investasi
yang dapat menghasilkan keuntungan yang tinggi menjadi relatif langka. Masuk nya
modal asing menurut pandangan ini juga telah mendorong konsumsi barang – barang
mewah disebabkan investasi asing yang masuk banyak digunakan untuk memproduksi
barang – barang mewah untuk konsumsi golongan berpenghasilan tinggi.
Kedua, kurangnya upaya Pemerintah dalam memobilisasi pembiayaan dari dalam negeri
oleh karena modal asing terus dapat diusahakan masuk untuk membiayai kegiatan –
kegiatan pembangungan.
Kedua penjelasan ini kemungkinan besar dapat digunakan untuk menerangkan
mengapa modal asing tidak berperan positif dalam pemupukan domestik di Indonesia.
Tergesernya banyak perusahaan – perusahaan domestik, merajalelanya konsumsi tinggi
dan lemahnya upaya mobilisasi sumber – sumber pembiayaan dari dalam negeri telah
terjadi di indonesia.
3. Peran dalam Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Mengenai peranan modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dapat
dikemukakan bahwa oleh karena peranan modal asing yang masuk ke Indonesia dalam
periode 1970-1986 terhadap investasi domestik begitu kecil, maka tentulah peranan arus
bersi modal asing yang masuk ke indonesia juga kecil terhadapat pertumbuhan ekonomi
nasional setelah memperhitungkan efeknya terhadap konsumsi.
Efek pertumbuhan yang ditimbulkan oleh modal asing pada waktu masuk telah
dikuras habis oleh arus ke luar sumber-sumber nasional yang harus dilakukan sebagai
akibat masuknya modal asing ini. Disatu sisi, modal asing menimbulkan growth
promoting efect,tetapi di sisi lain menimbulkan proses yang bersifat Growth
defeating,sehingga secara netto efeknya negatif. Inilah yang terjadi di Indonesia
(Arief,Sasono:1987)
C. Perkembangan Penanaman Modal Asing di Indonesia
Arus sumber keuangan internasional dapat terwujud dalam dua bentuk. Yang
pertama adalah penanaman modal asing “langsung” atau PMA, yang biasa dilakukan oleh
perusahaanperusahaan raksasa multinasional (atau biasa juga disebut perusahaan
transnasional, yaitu suatu perusahaan besar yang berkantor pusat berada di negara-negara
maju asalnya, sedangkan cabang operasi atau anak-anak perusahaannya tersebar di
berbagai penjuru dunia). Dana investasi ini langsung diwujudkan dengan berupa
pendirian
pabrik,
pengadaan
fasilitas
produksi,
pembelian
mesin-mesin dan sebagainya. Investasi asing swasta ini bisa juga berupa investasi
portofolio (portofolio investment) yang dana investasinya tidak diwujudkan langsung
sebagai alat-alat produksi, melainkan ditanam pada aneka instrumen keuangan seperti
saham, obligasi, sertifikatdeposito, surat promes investasi, dan sebagainya.
16

Sedangkan yang kedua adalah bantuan pembangunan resmi pemerintah (public
development assistance) atau bantuan/pinjaman luar negeri (foreign aid) yang berasal dari
pemerintahan suatu negara secara individual atau dari beberapa pihak secara bersama
(multilateral) melalui perantara lembaga-lembaga independen atau swasta.
Grafik 3.3
Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia (US $ Juta)

Penanaman Modal Asing di Indonesia
45000
40000
35000
30000
25000
20000
15000
10000
5000
0
19

86

19

88

19

90

19

92

19

94

19

96

19

98

20

00

20

02

20

04

20

06

20

08

20

10

PMA

Sumber :Bank Indonesia, Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, (Berbagai Edisi) (Data diolah)

Dilihat dari grafik diatas bahwasanya perkembangan PMA di Indonesia pada
tahun 1986 hingga 2011 senantiasa berfluktuatif. Nilai PMA tertinggi terjadi pada tahun
1995 sebesar $399,147,0 kemudian pada tahun 1998 terjadi penurunan yang sangat
drastis $13,657,7 milyar yang diakibatkan oleh terjadinya krisis ekonomi melanda
Indonesia. Nilai terendah PMA terjadi pada tahun 1986 yakni hanya sebesar $826,2.
Menurut sukirno dalam Arwiny (2011:52) Kegiatan investasi memungkinkan
suatu masyarakat terus-menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja,
meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat.
Pengaruh dari peran ini bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi dalam
perekonomian. Pertama, investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran
agregat. Maka kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat dan pendapatan
nasional. Peningkatan seperti ini akan selalu diikuti oleh pertambahan dalam kesempatan
kerja. Kedua, pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambahkan
kepastian memproduksi di masa depan dan perkembangan ini akan menstimulir
pertambahan produksi nasional dan kesempatan kerja. Ketiga, investasi selalu diikuti oleh
perkembangan teknologi. Perkembangan akan memberikan sumbangan penting ke atas
kenaikan produktivitas dan pendapatan per kapita masyarakat.
D. Utang Luar Negeri, Pembiayaan Pembangunan, Beban Bunga dan Cicilan Utang
Beberapa tahun sebelum krisis ekonomi melanda Indonesia, ssudah muncul
desakan kuat kepada pemerintah untuk mengurangi ketergantungan pada utang luar
negeri yang waktu itu dari tahun ke tahun semakin besar. Hal yang sama ditujukan
kepada sektor swasta , yang saat itu sangat longgar dalam meminjam dari pasar uang
internasional. Dilihat dari berbagai indikator yang ada, memang utang luar negeri
Indonesia tersebut sudah terlalu banyak (over borrowing)dan sudah membahaykan
perkembangan jangka panjang ekonomi Indonesia.
17

Belum keinginan untuk terealisasikannya utang, ledakan beban pembayaran
bunga dan cicilan utang tersebut sudah terjadi karena adanya lonjakan permintaan valuta
asing,khususnya dollar AS yang terjadi pada tahun 1997 dan 1998,telah mengakibatkan
kemerosotannya nilai rupiah yang sangat signifikan. Sampai 2001, nilai rupiah masih
sangatrentan dan berfluktuasi sangat tajam, dan utang luar negeri masih belum bisa
dikendalikan.Krisis yang terjadi sejak 1997 telah menyebabkan beban APBN dalam utang
publik mencapai lebih dari 110 persen terhadap PDB. Beban utang publik ini lebih
separuhnya adalah utang dalam negeri (obligasi) yang nilainya mencapai Rp 650 triliun
untuk perbaikan sektor perbankan,serta utang luar negeri yang jumlahnya mencapai US$
75 miliar (Mulyani,2001).
Walaupun perekonomian nasional terus menanggung beban pembayaran bunga
dan cicilian utang masa lalu, pada saat yang sama pemerintah juga terus mencetak utangutang baru. Pemerintah harus meminjam dana dari luar negeri untuk menutupi defisit
anggaran belanja negara (APBN). Pinjaman pemerintah tersebut bukan hanya untuk
membiayai pengeluaran pembangunan , bahkan pernah digunakan untuk menutup defisit
pengeluaran rutinnya. Pemerintah telah pula mengikatkan diri dengan IMF untuk
mengatasi krisis yang terjadi dengan meminjam secara bertahap senilai US$ 43 miliar,
disamping terus meminjam dari CGI dengan angka berkisar US$ 5 miliar pertahun.
Masuknya arus uatng luar negeri ditengah utang lama yang belum mampu
dibayar, dan juga terus dinegosiasikan untuk menjadwalkan kembali
(reschedulling)kontrak yang sudah dibuat sebelumnnya menjadi suatu hal yang tidak
terelakan. Dari sisi pemerintah, dana segar berupa valuta asing dari luar negeri tersebut
bukan saja sangat penting untuk menutup defisit fiskal yang terjadi dalam APBN,
melainkan juga untuk mencegah terus merosotnya nilai mata uang rupiah terhadap mata
uang lainnya. Denga kata lain, ditengah krisis ekonomi dan usaha untuk keluar dari krisis
ini, indonesia semakin terjerat dalam jebakan dan ketergantungan utang. Hal ini dapat
menimbulkan masalah yyang sama dalam jangka panjang, yaitu ekonomi kembali
mengalami krisis, karena pada saat jatuh tempo nantinya semua kewajiban tersebut tetap
harus dibayar. Oleh karena itu, walaupun Indonesia saat ini sangat membutuhkan bantuan
luar negeri, manajemen utang harus sudah didesain dengan melihat kemampuan
membayar jangka panjangnya.
Pembiayaan Pembangunan
Sejak krisis ULN dunia pada awal 1980-an, masalah ULN yang dialami oleh
banyak NB tidak semakin baik, banyak NB semakin terjerumus ke dalam krisi ULN
sampai negara-negara pengutang besar terpaksa melakukan program-program
penyesuaian struktural terhadap ekonomi mereka atas desakan dari Bank Dunia dan Dana
Moneter Internasional (IMF), sebagai syarat utama untuk mendapatkan pinjaman baru
atau pengurangan terhadap pinjaman lama, (Tambunan, 2001).
Tingginya ULN dari banyak NB disebabkan terutama oleh tiga jenis defisit :
a. D