Analisis Tingkat Kesehatan Bank Syariah Dengan Metode Capital, Asset, Earnings, dan Liquidity yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Periode 2012-2015

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Bank
Menurut Kasmir (2012), bank dapat diartikan sebagai lembaga
keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan
deposito. Bank juga merupakan tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi
masyarakat yang membutuhkannya. Disamping itu, bank juga merupakan
tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala
macam bentuk pembayaran dan setoran seperti pembayaran listrik, telepon,
air, pajak, uang kuliah, dan pembayaran lainnya.
2.1.1 Pengertian Bank Syariah
Menurut Kasmir (2012), bank syariah merupakan bank yang
berdasarkan kepada konsep Islam, yaitu kerja sama dalam skema
bagi hasil, baik untung maupun rugi. Pelaksanaan kegiatan bank
syariah dasar hukumnya adalah Al-Qur’an dan sunnah rasul. Bank
syariah mengharamkan penggunaan harga produk dengan bunga
tertentu karena bagi bank syariah bunga adalah riba. Bank syariah
memiliki beberapa produk yang ditawarkan, yaitu mudharabah,
musyarakah, murabahah, salam, istishna’, ijarah, wadiah, qardh, dan

lain-lain.
Dalam konsep Islam aktivitas komersial, perbankan harus
disesuaikan dengan prinsip Islam yakni bebas dari bunga (riba). Hal

7
Universitas Sumatera Utara

inilah yang juga menjelaskan mengapa pada tahap awal bank syariah
juga dikenal sebagai bank yang bebas dari bunga (riba).
Melarang menerima dan membayar bunga memang menjadi
inti dari perbankan syariah. Hal ini harus didukung oleh nilai-nilai
Islam yang sangat fundamental seperti; berbagi resiko, hak dan
kewajiban individu, hak milik, kesucian kontrak dan tangung jawab
pembangunan bangsa atau ummat. Sehingga akan terbentuk
kelembagaan perbankan Islam yang mendorong sharing resiko,
mempromosikan entrepreneurship, melemahkan perilaku spekulatif,
dan menekankan kesucian kontrak, Chapra (2000).
Menurut Hidayat (2008), sistem perbankan dan keuangan
Islam yang ada saat ini tercipta sebagai hasil ijtihad para ulama
dalam rangka menyelaraskan semua aspek kehidupan seorang

Muslim dengan ajaran agamanya. Hal ini dikarenakan Islam adalah
sebuah cara hidup yang komprehensif yang tidak hanya mencakup
hal-hal yang bersifat ritual, tetapi juga mengatur hal-hal yang
berkaitan dengan ekonomi, politik, dan aspek kehidupan lainnya.
Beberapa tujuan dan fungsi penting yang diharapkan dari
sistem perbankan Islam menurut Chapra (2000), antara lain:
a. Kemakmuran ekonomi yang meluas dengan tingkat kerja penuh
dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimum;
b. Keadilan

sosial-ekonomi

dan

distribusi

pendapatan

serta


kekayaan yang merata;

8
Universitas Sumatera Utara

c. Stabilitas nilai uang untuk memungkinkan alat tukar tersebut
menjadi suatu unit perhitungan yang terpercaya, standar
pembayaran yang adil dan nilai simpan yang stabil;
d. Mobilisasi dan investasi tabungan bagi pembangunan ekonomi
dengan cara-cara tertentu yang menjamin bahwa pihak-pihak
yang berkepentingan mendapatkan bagian pengembalian yang
adil; dan
e. Pelayanan yang efektif atas semua jasa-jasa yang biasanya
diharapkan dari sistem perbankan.
Dalam

pandangan

Chapra,


jelas

sekali

bahwa

selain

memberikan jasa keuangan yang halal bagi komunitas muslim
sebagai tujuan khusus, sistem keuangan dan perbankan Islam
diharapkan juga memberikan kontribusi bagi tercapainya tujuan
sosio-ekonomi Islam.
2.1.2 Ciri-ciri Perbankan Syariah
Bank syariah mempunyai ciri-ciri berbeda dengan bank
konvensional, adapun ciri-ciri bank syariah yaitu :
a. Beban biaya yang disepakati bersama pada waktu akad perjanjian
diwujudkan dalam bentuk jumlah nominal, yang besarnya tidak
kaku dan dapat dilakukan dengan kebebasan untuk tawar
menawar dalam batas wajar. Beban biaya tersebut hanya
dikenakan sampai batas waktu sesuai dengan kesepakatan dalam

kontrak.

9
Universitas Sumatera Utara

b. Penggunaan persentase dalam hal kewajiban untuk melakukan
pembayaran selalu dihindari, karena persentase bersifat melekat
pada sisa utang meskipun batas waktu perjanjian telah berakhir.
c. Di dalam kontak-kontrak pembiayaan proyek, bank syariah tidak
menerapkan perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti yang
ditetapkan di muka, karena pada hakikatnya yang mengetahui
tentang ruginya suatu proyek yang dibiayai bank hanyalah Allah
semata.
d. Pengerahan dana masyarakat dalam bentuk deposito tabungan
oleh penyimpan dianggap sebagai titipan (al-wadiah) sedangkan
bagi bank dianggap sebagai titipan yang diamanatkan sebagai
penyertaan dana pada proyek-proyek yang dibiayai bank yang
beroperasi sesuai dengan prinsip syariah

sehingga pada


penyimpan tidak dijanjikan imbalan yang pasti.
e. Dewan Pengawas Syariah (DPS) bertugas untuk mengawasi
operasionalisasi bank dari sudut syariahnya. Selain itu manajer
dan pimpinan bank Islam harus menguasai dasar-dasar muamalah
Islam.
f. Fungsi kelembagaan bank syariah selain menjembatani antara
pihak pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana, juga
mempunyai fungsi khusus

yaitu fungsi amanah, artinya

berkewajiban menjaga dan bertanggung jawab atas keamanan

10
Universitas Sumatera Utara

dana yang disimpan dan siap sewaktu-waktu apabila dana diambil
pemiliknya.
2.1.3 Prinsip Bank Syariah

Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum
Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau
pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai
dengan syariah. Prinsip utama operasional bank yang berdasarkan
prinsip syariah adalah hukum islam yang bersumber dari Al-Qur’an
dan Al Hadits. Kegiatan operasional bank harus memperhatikan
perintah dan larangan dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Larangan utama
berkaitan dengan kegiatan bank yang dapat diklasifikasikan sebagai
riba. Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, bank yang
menggunakan prinsip syariah tidak menggunakan sistem bunga
dalam menentukan imbalan atas dana yang digunakan atau dititipkan
oleh suatu pihak.
Penentuan imbalan terhadap dana yang dipinjamkan maupun
dana yang disimpan di bank berdasarkan pada prinsip bagi hasil
sesuai dengan hukum Islam. Ditinjau dari sisi pelayanan terhadap
masyarakat dan pemasaran, adanya bank atas dasar prinsip syariah
merupakan usaha untuk melayani dan mendayagunakan segmen
pasar perbankan yang tidak setuju atau tidak menyukai sistem bunga.

11

Universitas Sumatera Utara

2.1.4 Fungsi dan Peran Bank Syariah
Fungsi dan peran bank syariah yang diantaranya tercantum
dalam pembukaan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI
(Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial
Institution), adalah sebagai berikut :
a.

Manajer investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana
nasabah.

b.

Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang
dimilikinya

maupun

dana


nasabah

yang

dipercayakan

kepadanya.
c.

Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank
syariah dapat melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan
perbankan sebagaimana lazimnya.

d.

Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada
entitas keuangan syariah, bank Islam juga memiliki kewajiban
untuk


mengeluarkan

dan

mengelola

(menghimpun,

mengadministrasikan, mendistribusikan) zakat serta dana-dana
sosial lainnya.
2.1.5 Sumber Dana Bank Syariah
Menurut Zainul (2002:46), Dana bank adalah uang tunai yang
dimiliki atau yang dikuasai oleh bank dalam bentuk tunai, atau
aktiva lain yang dapat segera diubah menjadi uang tunai. Uang tunai
yang dimiliki atau dikuasai oleh bank tidak hanya berasal dari para

12
Universitas Sumatera Utara

pemilik bank itu sendiri, tetapi juga berasal dari titipan atau

penyertaan dana orang lain atau pihak lain yang sewaktu-waktu atau
suatu saat tertentu akan ditarik kembali, baik sekaligus ataupun
secara berangsur-angsur.
2.2. Laporan Keuangan
2.2.1. Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Zainul (2002:65), laporan keuangan (financial
statement) menyimpulkan kegiatan dalam setiap bidang fungsional.
Neraca mewakili kesimpulan tentang keputusan manajemen yang
telah diambil untuk bidang-bidang fungsional dan pernyataan LabaRugi mengukur tingkat kemampuan menghasilkan laba (profitability)
dari keputusan-keputusan manajemen selama periode tertentu.
Menurut Lukman (2009:109), laporan perhitungan laba rugi
atau lebih dikenal juga dengan income statement dari suatu bank
umum adalah suatu laporan keuangan bank yang menggambarkan
pendapatan dan biaya operasional dan nonoperasional bank untuk
suatu periode tertentu.
2.2.2. Laporan Keuangan Bank Syariah
Menurut Zainul (2002:66), perangkat laporan keuangan
lengkap yang harus diterbitkan oleh bank-bank Islam terdiri dari :
a. Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
b. Laporan laba-rugi
c. Laporan Arus Kas

13
Universitas Sumatera Utara

d. Laporan Perubahan Modal Pemilik dan laporan laba ditahan
e. Laporan Perubahan Investasi Terbatas
f. Laporan sumber dan penggunaan dana zakat dan dana sumbangan
(apabila bank bertanggung jawab atas pengumpulan dan
pembagian zakat)
g. Laporan sumber dan penggunaan dana qard
h. Catatan-catatan laporan keuangan
i. Pernyataan, laporan dan data lain yang membantu dalam
menyediakan informasi yang diperlukan oleh para pemakai
laporan keuangan sebagaimana ditentukan di dalam statement of
objective.
2.3

Penilaian Kesehatan Bank Syariah
Menurut Kasmir (2012), penilaian kesehatan bank perlu dilakukan
termasuk oleh Bank Syariah. Hal tersebut perlu dan wajib dilakukan agar
dapat memberi gambaran yang lebih tepat mengenai kondisi saat ini dan
mendatang. Dalam menganalisa kesehatan finansial Bank Syariah, variabel
operasional penelitian diturunkan dari metode penghitungan tingkat
kesehatan untuk Bank Syariah.
Metode ini baru ditetapkan melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI)
No. 9 Tahun 2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam PBI tersebut dijelaskan bahwa Tingkat
Kesehatan Bank adalah hasil penilaian kuantitatif dan kualitatif atas

14
Universitas Sumatera Utara

berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu Bank
atau Unit Usaha Syariah (UUS) melalui:
(1) Penilaian Kuantitatif dan Penilaian Kualitatif terhadap faktor-faktor
permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas, sensitivitas terhadap
risiko pasar; dan
(2) Penilaian Kualitatif terhadap faktor manajemen.
Selain itu, dalam PBI tersebut juga dijelaskan faktor finansial adalah
salah satu faktor pembentuk Tingkat Kesehatan Bank yang terdiri dari
faktor permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas, dan sesitivitas
terhadap risiko pasar. Dalam penelitian ini penulis hanya berfokus untuk
meneliti empat variabel penting dalam komponen kesehatan finansial
tersebut yaitu: permodalan (capital), kualitas aset (asset quality), rentabilitas
(earning), dan likuiditas (liquidity).
Berdasarakan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 9/1/PBI/2007
tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan
Prinsip Syariah, penilaian untuk menentukan kesehatan suatu bank dapat
menggunakan analisis CAMEL (Capital, Asset, Management, Earnings,dan
Liquidity). Dalam menghitung nilai kumulatif tingkat kesehatan bank
syariah perlu dibuat pembobotan untuk masing-masing faktor keuangan.
Berdasarkan ketentuan BI tahun 2007 pembobotan tersebut adalah sebagai
berikut:

15
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1
Bobot Penilaian Faktor CAMEL
No
Keterangan
1 Faktor Permodalan
2 Faktor Kualitas Aktiva Produktif
3 Faktor Kualitas Manajemen
4 Faktor Rentabilitas
5 Faktor Likuiditas

Bobot
25 %
30 %
25 %
10 %
10 %

Sumber: Lampiran SE-BI No.9/24/DPbS, 2007.

Berikutnya karena dalam penelitian ini hanya menggunakan empat
variabel, yaitu permodalan (capital), kualitas aktiva (asset quality),
rentabilitas (earning), dan likuiditas (liquidity) maka perlu dilakukan
penyesuaian

atas

pembobotannya

dengan

mengacu

pada

standar

pembobotan Bank Indonesia tersebut.
Tabel 2.2
Penyesuaian Bobot Penilaian Faktor CAMEL
No
Keterangan
Penyesuaian
Bobot
1 Faktor Permodalan
25/75
34 %
2 Faktor Kualitas Aktiva Produktif
30/75
40 %
3 Faktor Rentabilitas
10/75
13 %
4 Faktor Likuiditas
10/75
13 %
Sumber: Penyesuaian dengan mengacu SE-BI No.9/24/DPbS, 2007.

2.3.1 Capital (Permodalan)
Modal adalah segala sesuatu yang diberikan dan dialokasikan
kedalam suatu usaha dan atau badan yang berguna untuk
menjalankan apa yang diinginkan , dimana modal tersebut adalah
dapat berupa modal yang langsung dapat digunakan dan atau modal
tidak langsung dan juga modal itu didapat dari intern atau ekstern
perusahaan.
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kecukupan modal
yang berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan

16
Universitas Sumatera Utara

dihadapi oleh bank. Semakin tinggi CAR maka semakin baik
kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap
kredit/aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi maka
bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan
memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas. Aktiva
Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) adalah aktiva dalam neraca
perbankan yang diperhitungkan dengan bobot prosentase tertentu
sebagai faktor risiko pada masing-masing aktiva sebagai dasar
perhitungan ATMR yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia
sesuai Surat Edaran Bank Indonesia No.5/23/DPNP, tanggal 29
September 2003.
Kemudian dalam menghitung nilai kredit faktor CAR yaitu
berdasarkan pada kewajiban penyediaan modal minimum bank
sebagaimana ditetapkan dalam Surat Edaran Bank Indonesia
No.26./1/BPPP, tanggal 29 Mei 1993 yang penilaiannya sebagai
berikut:
• Untuk rasio modal 0% diberi nilai 1
• Untuk setiap kenaikan, 0,1% mulai dari 0% nilai kredit ditambah 1
dengan maksimum 100, dan
• Untuk bobot kecukupan modal adalah 25%
Menurut surat edaran bank Indonesia No.6/23/DPNP 31 Mei
2004 Lampiran 1, dalam menilai Capital suatu bank dapat
menggunakan rumus:

17
Universitas Sumatera Utara



• Nilai Kredit Faktor CAR = Nilai Kredit CAR x Bobot CAR
Tabel 2.3
Kriteria Penilaian Capital Adequacy Ratio (CAR)
No
Predikat
Rasio (%)
Nilai Kredit
1 Sehat
>8
>81
6,5 - 7,9
66 – 80
2 Cukup Sehat
< 6,49
0 – 65
3 Kurang Sehat
Sumber : Lampiran SE-BI No.9/24/DPbS, 2007

2.3.2

Asset Quality (kualitas aset)
Aset adalah sesuatu yang dimiliki oleh perusahan baik berupa
aset tetap maupun aset lancar yang dipakai perusahaan dalam
mengembangkan dan menciptakan produk usahanya dan untuk
aktivitas lainnya didalam usahanya baik aset sebagai penunjang
maupun aset utama.
Menurut surat edaran bank Indonesia No.6/23/DPNP 31 Mei
2004 Lampiran 2, dalam menilai asset suatu bank dapat
menggunakan dua rumus yaitu:
a. Kualitas Aktiva Produktif (KAP)
Menurut Surat Keputusan Direksi BI No.31/147/KEP/DIR
1998, Kualitas Aktiva Produktif adalah semua harta dalam bentuk
rupiah maupun valuta asing yang dimiliki oleh suatu bank dengan
tujuan untuk memperoleh penghasilan, diantaranya meliputi:
-

Surat berharga

18
Universitas Sumatera Utara

-

Kredit yang diberikan

-

Penempatan dana pada bank lain, baik di dalam maupun di
luar negeri

-

Tagihan akseptasi, yakni tagihan atas surat berharga yang
dibeli dengan janji dijual kembali

-

Penyertaan

-

Transaksi rekening administratif
Menurut SE BI No.30/2/UPPB tanggal 30 April 1997 aktiva

produktif yang diklasifikasi adalah aktiva produktif baik yang
sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan
penghasilan atau menimbulkan kerugian.
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.26./1/BPPP,
tanggal 29 Mei 1993 mengenai perhitungan rasio kualitas aktiva
produktif adalah sebagai berikut:
-

Untuk rasio 15,5% atau lebih diberi nilai kredit 0

-

Untuk setiap penurunan 0,15% mulai dari 15,5% niai kredit
ditambah 1 dengan maksimum 100; dan

-

Untuk bobot kecukupan kualitas aktiva produktif adalah 25%

Rumus Kualitas Aktiva Produktif Sebagai Berikut:
-

Perhitungan NK Faktor KAP = NK KAP x Bobot KAP

19
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.4
Kriteria Penilaian Rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP)
No
Predikat
Rasio (%)
Nilai Kredit
1
Sehat
< 10,35
>81
2
Cukup Sehat
10,36 – 12,60
66 – 80
3
Kurang Sehat
12,61 – 14,85
51 – 65
4
Tidak Sehat
>14,86
0 – 50
Sumber : Lampiran SE-BI No.9/24/DPbS, 2007

b. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)
Menurut

Surat

Keputusan

Direksi

Bank

Indonesia

No.31/148/KEP/DIR Tanggal 12 November 1998, penyisihan
penghapusan aktiva produktif adalah cadangan yang harus
dibentuk sebesar persentase tertentu dari nominal berdasarkan
penggolongan kualitas aktiva produktif.
Menurut

Surat

Keputusan

Direksi

Bank

Indonesia

No.31/148/KEP/DIR Tanggal 12 November 1998, Bank wajib
membentuk PPAP berupa cadangan umum dan cadangan khusus
guna menutup risiko kemungkinan kerugian. Cadangan umum
PPAP ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar 1% dari aktiva
produktif yang digolongkan lancar, tidak termasuk sertifikat BI
dan surat utang pemerintah. Sedangkan cadangan khusus PPAP
ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar:
-

5% dari aktiva produktif yang digolongkan dalam perhatian
khusus

-

15% dari aktiva produktif yang digolongkan kurang lancar
setelah dikurangi nilai agunan

20
Universitas Sumatera Utara

-

50% dari aktiva produktif yang digolongkan diragukan
setelah dikurangi nilai agunan

-

100% dari aktiva produktif yang digolongkan macet setelah
dikurangi nilai agunan.
Rumus untuk menghitung Penyisihan Penghapusan Aktiva

Produktif adalah sebagai berikut:
- Perhitungan NK Faktor PPAP = NK Rasio PPAP x Bobot
PPAP
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.26./1/BPPP,
tanggal 29 Mei 1993 mengenai perhitungan rasio PPAP adalah
sebagai berikut:
- Untuk rasio 0 (tidak memiliki PPAP) diberi nilai 0
- Untuk setiap kenaikan 1% mulai dari 0% nilai kredit ditambah
1,5 dengan maksimum 100; dan
- Untuk bobot kecukupan rasio PPAP adalah 5%.
Tabel 2.5
Kriteria Penilaian Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif (PPAP)
No
Predikat
Rasio (%) Nilai Kredit
1
Sehat
>81
>81
2
Cukup Sehat
66 – 81
66 – 80
3
Kurang Sehat
51 – 66
51 – 6
4
Tidak Sehat
< 51
0 – 50
Sumber : Lampiran SE-BI No.9/24/DPbS, 2007

21
Universitas Sumatera Utara

2.3.3

Earnings (rentabilitas)
Berdasarkan

SE.

No.9/24/DPbS,

penilaian

earnings

merupakan penilaian terhadap kondisi dan kemampuan bank untuk
menghasilkan keuntungan dalam rangka mendukung kegiatan
operasional dan permodalan.
Menurut surat edaran bank Indonesia No.6/23/DPNP 31 Mei
2004 Lampiran 4, dalam menilai earnings suatu bank dapat
menggunakan dua rumus yaitu:
a. Return On Asset (ROA)
Menurut

Surat

Keputusan

Direksi

Bank

Indonesia

No.31/148/KEP/DIR Tanggal 12 November 1998, Return on
assets (ROA) merupakan rasio penunjang dalam menghitung
rentabilitas bagi bank syariah. Rasio ini digunakan untuk
mengukur keberhasilan manajemen dalam menghasilkan laba.
ROA dihitung dengan membagi laba sebelum pajak dengan total
aset. Semakin kecil rasio ini mengindikasikan kurangnya
kemampuan manajemen bank dalam hal mengelola aktiva untuk
meningkatkan pendapatan dan atau menekan biaya.
Rumus untuk menghitung ROA adalah sebagai berikut:
- Nilai Kredit Faktor ROA = NK Rasio ROA x Bobot ROA

22
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.26./1/BPPP,
tanggal 29 Mei 1993 mengenai perhitungan rasio ROA adalah
sebagai berikut:
- Untuk rasio 0% atau negatif diberi nilai kredit 0
- Untuk setiap kenaikan 0,015% mulai dari 0% nilai kredit
ditambah 1 dengan maksimum 100, dan
- Untuk bobot kecukupan rasio ROA adalah 5%.

No
1
2
3
4

Tabel 2.6
Kriteria Penilaian Return On Asset (ROA)
Predikat
Rasio (%) Nilai Kredit
Sehat
>1,22
>81
Cukup Sehat
0,99 – 1,21
66 – 80
KurangSehat
0,77 – 0,98
51 – 65
Tidak Sehat
< 0,76
0 – 50

Sumber : Lampiran SE-BI No.9/24/DPbS, 2007

b. Rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO)
Menurut Taswan, BOPO merupakan rasio anatara beban
operasional dengan pendapatan operasional yang dimaksudkan
untuk menilai efisiensi dan efektivitas yang digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan
biaya operasional yang dikeluarkan bank dalam menghasilkan
pendapatan operasional bank.
Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari
total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Sedangkan
pendapatan operasional adalah penjumlahan dari total pendapatan
bunga dan total pendapatan operasional lainnya.

23
Universitas Sumatera Utara

Rumus untuk menghitung Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Opersaional adalah sebagai Berikut:
- Nilai Kredit Faktor BOPO = NK BOPO x Bobot Rasio BOPO
- Untuk bobot kecukupan rasio BOPO adalah 5%
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.26./1/BPPP,
tanggal 29 Mei 1993 mengenai perhitungan rasio BOPO adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.7
Kriteria Penilaian Rasio Biaya Operasional Terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO)
No
Predikat
Rasio (%)
NIlai Kredit
1
Sehat
< 93,52
>81
2
Cukup Sehat
93,52 – 94,74
66 – 80
3
KurangSehat
94,73 – 95,92
51 – 65
4
Tidak Sehat
>95,92
0 – 50
Sumber : Lampiran SE-BI No.9/24/DPbS, 2007

2.3.4

Liquidity (likuiditas)
Berdasarkan

SE.

No.9/24/DPbS,

penilaian

likuiditas

merupakan penilaian terhadap kemampuan bank untuk memelihara
tingkat likuiditas yang memadai. Penilaian likuiditas dimaksudkan
untuk menilai bank dalam memelihara tingkat likuiditas yang
memadai termasuk antisipasi atas risiko likuiditas yang akan
muncul.
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal
31 Mei 2004 Lampiran 1e, Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah
24
Universitas Sumatera Utara

suatu pengukuran tradisional yang menunjukan deposito berjangka,
giro, tabungan,dan lain-lain yang digunakan dalam memenuhi
permohonan pinjaman atas nasabah. LDR dapat diukur dari
perbandingan antara seluruh jumlah kredit yang diberikan terhadap
dana pihak ketiga. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan
menentukan keuntungan suatu bank.
Menurut surat edaran bank Indonesia No.6/23/DPNP 31 Mei
2004 Lampiran 4, dalam menilai liquidity suatu bank dapat
menggunakan rumus:
- Nilai Kredit Faktor LDR = Nilai Kredit LDR x Bobot LDR
- Untuk bobot kecukupan rasio LDR adalah 5%
Total kredit merupakan kredit yang diberikan kepada pihak
ketiga (tidak termasuk kredit kepada bank lain). Sedangkan total
dana pihak ketiga mencakup giro, tabungan, dan deposito (tidak
termasuk antar bank).

No
1
2
3
4

Tabel 2.8
Kriteria Penilaian Loan To Deposit (LDR)
Predikat
Rasio (%)
Nilai Kredit
Sehat
< 94,75
>81
Cukup Sehat
94,75 – 98,76
66 – 80
KurangSehat
98,75 – 102,25
51 – 65
Tidak Sehat
>102,25
0 – 50

Sumber : Lampiran SE-BI No.9/24/DPbS, 2007

25
Universitas Sumatera Utara

2.4

Peneletian Terdahulu
1.

Rachmanto (2006), Analisis Tingkat Kesehatan Bank Syariah Dengan
Menggunakan Metode Camel (Studi Kasus Pada PT Bank Syariah
Mandiri), FE UII
Melakukan

penelitian

pada

Bank

Syariah

Mandiri

dengan

menggunakan studi kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
atau mengukur tingkat kesehatan bank pada tahun 2001-2005, dengan
menggunakan metode CAMEL. Hasil analisis menunjukkan Bank
Syariah Mandiri yang diteliti tersebut dinyatakan Sehat.
2.

Khoiriyah (2008) Universitas Islam Negeri Malang, melakukan
penelitian tentang “Analisis Rasio CAMEL untuk Menilai Kesehatan
PT Bank Syariah Mandiri Periode 1999-2007”. Berdasarkan penelitian
ini dapat disimpulkan bahwa kinerja PT. Bank Syariah Mandiri dari
tahun 1999 sampai tahun 2007 berpredikat sehat, kecuali pada tahun
1999 dan 2002 berpredikat kurang sehat karena pada tahun itu nilai
bersih rasio CAMEL kurang dari 81, yakni sebesar 70,41 dan 73,36.
Sedangkan selain tahun tersebut PT. Bank Syariah Mandiri berpredikat
sehat, karena pada tahun itu nilai bersih rasio CAMEL melebihi 81,
dengan nilai bersih rasio CAMEL tahun 2000 sebesar 88,76, tahun
2001 sebesar 89,28, tahun 2003 87,89, tahun 2004 sebesar 97,50, tahun
2005 sebesar 90,77, tahun 2006 sebesar 81,89 dan tahun 2007 sebesar
92,10.

26
Universitas Sumatera Utara

3.

Oktafrida

(2011), Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Dengan

Menggunakan Metode Camel Pada PT Bank Pembangunan Daerah
Jawa Tengah Tahun 2006 – 2009, FE UNDIP.
Melakukan penelitian pada Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah
dengan menggunakan studi kasus. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui atau mengukur tingkat kesehatan bank pada tahun 20062009,

dengan

menggunakan

metode

CAMEL.

Hasil

analisis

menunjukkan Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah yang diteliti
tersebut dinyatakan Sehat.
4.

Rizky (2012), Universitas Hasanuddin, melakukan penelitian tentang
“Analisis Kinerja Keuangan dengan Metode CAMEL (Studi Kasus
pada PT Bank Sulselbar Tahun 2008-2010)”. Berdasarkan penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa PT. Bank Sulselbar tergolong perusahaan
perbankan yang berpredikat sehat. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
CAMEL sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 berturut-turut
adalah 85,31; 83,89 dan 83,09. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut,
dapat diketahui bahwa PT. Bank Sulselbar tetap dapat melanjutkan
usahanya, meskipun selama periode 2008 hingga 2010 nilai CAMEL
PT. Bank Sulselbar mengalami tren yang menurun. Hal ini juga
menunjukkan bahwa selama periode yang sama, PT. Bank Sulselbar
memiliki kinerja yang baik dalam pengelolaan segala sumber daya yang
dimilikinya bila dilihat berdasarkan hasil perhitungan Rasio CAMEL
tersebut.

27
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.9
Review Penelitian Terdahulu
Variabel
Penelitian
CAR, ROA,
ROE,
BOPO, LDR

No

Nama

Judul Penelitian

1.

Rachmanto
(2006)

Analisis
Tingkat
Kesehatan Bank
Syariah Dengan
Menggunakan
Metode Camel
(Studi Kasus
Pada PT Bank
Syariah
Mandiri)

2

Khoiriyah
(2008)

Analisis Rasio
CAMEL untuk
Menilai
Kesehatan PT
Bank Syariah
Mandiri Periode
1999-2007

CAR, NPL,
ROA, ROE,
BOPO, LDR

3

Oktafrida,
(2011)

Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank
Dengan
Menggunakan
Metode Camel
Pada PT Bank
Pembangunan
Daerah Jawa
Tengah Tahun
2006 – 2009

CAR,
ROA,ROE

Hasil Penelitian
Melakukan penelitian pada Bank
Syariah
Mandiri
dengan
menggunakan
studi
kasus.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui
atau
mengukur
tingkat kesehatan bank pada tahun
2001-2005, dengan menggunakan
metode CAMEL. Hasil analisis
menunjukkan
Bank
Syariah
Mandiri yang diteliti tersebut
dinyatakan Sehat.
Berdasarkan penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa kinerja PT.
Bank Syariah Mandiri dari tahun
1999
sampai
tahun
2007
berpredikat sehat, kecuali pada
tahun 1999 dan 2002 berpredikat
kurang sehat karena pada tahun
itu nilai bersih rasio CAMEL
kurang dari 81, yakni sebesar
70,41 dan 73,36. Sedangkan
selain tahun tersebut PT. Bank
Syariah Mandiri berpredikat
sehat, karena pada tahun itu nilai
bersih rasio CAMEL melebihi 81,
dengan nilai bersih rasio CAMEL
tahun 2000 sebesar 88,76, tahun
2001 sebesar 89,28, tahun 2003
87,89, tahun 2004 sebesar 97,50,
tahun 2005 sebesar 90,77, tahun
2006 sebesar 81,89 dan tahun
2007 sebesar 92,10.
Melakukan penelitian pada Bank
Pembangunan
Daerah
Jawa
Tengah dengan menggunakan
studi kasus. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui atau
mengukur tingkat kesehatan bank
pada tahun 2006-2009, dengan
menggunakan metode CAMEL.
Hasil analisis menunjukkan Bank
Pembangunan
Daerah
Jawa
Tengah yang diteliti tersebut
dinyatakan Sehat.

28
Universitas Sumatera Utara

No

Nama

Judul Penelitian

4.

Rizky (2012)

Analisis Kinerja
Keuangan dengan
Metode CAMEL
(Studi Kasus pada
PT Bank
Sulselbar Tahun
2008-2010)”.

Variabel
Penelitian
ROA,NPL,
LDR,
BOPO,QR,
CAR

Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian dapat
disimpulkan bahwa PT. Bank
Sulselbar tergolong perusahaan
perbankan yang berpredikat sehat.
Hal ini ditunjukkan dengan nilai
CAMEL sejak tahun 2008 sampai
dengan tahun 2010 berturut-turut
adalah 85,31; 83,89 dan 83,09.
Berdasarkan hasil perhitungan
tersebut, dapat diketahui bahwa
PT. Bank Sulselbar tetap dapat
melanjutkan usahanya, meskipun
selama periode 2008 hingga 2010
nilai CAMEL PT. Bank Sulselbar
mengalami tren yang menurun.
Hal ini juga menunjukkan bahwa
selama periode yang sama, PT.
Bank Sulselbar memiliki kinerja
yang baik dalam pengelolaan
segala
sumber
daya
yang
dimilikinya
bila
dilihat
berdasarkan hasil perhitungan
Rasio CAMEL tersebut.

Sumber: Berbagai Jurnal

29
Universitas Sumatera Utara

2.5

Kerangka Konseptual
Menurut Erlina (2008:28), Kerangka konseptual menghubungkan
secara teoritis antara variabel-variabel penelitian, yakni antara variabel
bebas dengan variabel terikat. Dalam melihat hubungan antara berbagai
variabel, kerangka konseptual akan membantu menggambarkan hubungan
yang dimiliki dari variabel yang ingin diketahui. Mengacu kepada dasar dan
landasan teori, serta penelitian terdahulu yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut:

BANK SYARIAH

LAPORAN KEUANGAN

RASIO KEUANGAN

CAPITAL

ASSET

EARNING

LIQUIDITY

(CAR)

(KAP, PPAP)

(ROA, BOPO)

(LDR)

TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
30
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan kerangka konseptual tersebut maka dapat dijelaskan
hubungan antara variabel dependent dengan variabel independen penelitian
tersebut. Objek penelitiannya adalah Bank Syariah yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia, kemudian dari beberapa bank syariah tersebut maka
dibutuhkan laporan keuangan tiap-tiap bank untuk dilakukan analisis sesuai
dengan Peraturan Bank Indonesia tahun 2007. Setelah dilakukan analisis
laporan keuangan menggunakan rasio keuangan yang terdiri dari capital,
Asset, Earnings, dan liquidity, maka selanjutnya adalah melakukan penilaian
tingkat kesehatan Bank Syariah yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

31
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Tingkat Kesehatan Bank Syariah yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012

0 2 51

Analisis Tingkat Kesehatan Bank Syariah Dengan Metode Capital, Asset, Earnings, dan Liquidity yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Periode 2012-2015

0 4 114

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE Analisis Tingkat Kesehatan Perbankan Syariah Di Indonesia Dengan Menggunakan Metode Camel (Capital, Asset, Management, Earning Dan Liquidity).

0 2 19

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC PADA BANK BUMN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Metode Rgec Pada Bank BUMN Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2012.

0 1 14

Analisis Tingkat Kesehatan Bank Syariah Dengan Metode Capital, Asset, Earnings, dan Liquidity yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Periode 2012-2015

0 0 14

Analisis Tingkat Kesehatan Bank Syariah Dengan Metode Capital, Asset, Earnings, dan Liquidity yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Periode 2012-2015

0 0 1

Analisis Tingkat Kesehatan Bank Syariah Dengan Metode Capital, Asset, Earnings, dan Liquidity yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Periode 2012-2015

0 0 6

Analisis Tingkat Kesehatan Bank Syariah Dengan Metode Capital, Asset, Earnings, dan Liquidity yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Periode 2012-2015

0 0 2

Analisis Tingkat Kesehatan Bank Syariah Dengan Metode Capital, Asset, Earnings, dan Liquidity yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Periode 2012-2015

0 0 1

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC (RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS, CAPITAL) PADA BANK BUMN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2015-2016

0 1 20