Analisis Kelayakan Agribisnis Udang
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Konsep Agribisnis
Semakin bergemanya kata “agribisnis” ternyata belum diikuti dengan pemahaman
yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa
agribisnis diartikan sempit yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian.
Padahal pengertian agribisnis itu masih jauh dari konsep semula yang dimaksud
( Soekartawi,1999).
Istilah "agribisnis" telah menjadi semakin populer, berbagai macam pengertian
dan pemahaman tentang istilah ini telah berkembang. Dari asal katanya,
"agribisnis" terdiri dari dua suku kata, yaitu "agri" (agriculture = pertanian) dan
"bisnis" (business = usaha komersial). Oleh karena itu, agribisnis adalah kegiatan
bisnis yang berbasis pertanian. Sebagai konsep, agribisnis dapat diartikan sebagai
jumlah semua kegiatan-kegiatan yang berkecimpung dalam industri dan distribusi
alat-alat maupun bahan-bahan untuk pertanian, kegiatan produksi komoditas
pertanian, pengolahan, penyimpanan dan distribusi komoditas pertanian atau
barang-barang yang dihasilkannya (Davis dan Golberg, 1957 dalam Soemarno,
1996).
Dalam kegiatan agribisnis akan ada hubungan antara manusia dengan lingkungan
dan upaya untuk memanfaatkan serta menata lingkungan tersebut sedapat
mungkin sesuai dengan tujuan kegunaan yang diinginkan. Yang dimaksud
memanfaatkan dalam hal ini adalah seperti memberi pupuk, unsur kimiawi yang
dibutuhkan, irigasi, dan perlindungan lahan. Sedangkan yang dimaksud menata
8
Universitas Sumatera Utara
9
adalah memanfaatkan atau menerima suatu keterbatasan seperti menanam dalam
musim hujan, memanen dalam musim kering, atau menanam porennial crops
pada tanah miring/lereng dan sebagainya (Siagian,1997).
Konsep agribisnis adalah suatu konsep yang utuh mulai dari proses produksi,
meng olah hasil, pemasaran, dan aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan
pertanian. Menurut Arsyad dkk (1985) dalam Soekartawi (1999), konsep
agribisnis adalah suatu kegiatan yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari
mata rantai produksi pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya
dengan pertanian dalam arti luas. Yang dimaksud dengan ada hubungan dengan
pertanian dalam artian luas adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan
pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian.
2.1.2 Sistem Agribisnis
Agribisnis merupakan suatu cara lain melihat pertanian sebagai suatu sistim bisnis
yang terdiri dari empat subsistem yang berkaitan yaitu : subsistem agribisnis hulu,
(pengadaan dan penyaluran saranan produksi), subsistem agribisnis usaha tani
(produksi primer), subsistem agribisnis hilir (pengolahan,penyimpanan,distribusi
tata niaga), dan sub sistem jasa penunjang. Agribisnis secara umum mengandung
pengertian sebagai keseluruhan operasi yang terkait dengan aktivitas untuk
menghasilkan dan mendistribusikan input produksi, aktivitas untuk produksi
usaha tani, untuk pengolahan dan pemasaran. Agribisnis memberikan suatu
konsep dan wawasan yang sangat dalam tentang pertanian modern menghadapi
milenium ketiga (Saragih, 2010).
Universitas Sumatera Utara
10
Agribisnis sebagai suatu sistem adalah seperangkat unsur yang secara teratur
saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Disini dapat diartikan bahwa
agribisnis terdiri dari dari berbagai sub sistem yang tergabung dalam rangkaian
interaksi dan interpedensi secara reguler, serta terorganisir sebagai suatu totalitas
(Siagian,1997).
Adapun kelima mata rantai atau subsistem tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Subsistem Penyediaan Sarana Produksi
Sub sistem penyediaan sarana produksi menyangkut kegiatan pengadaan dan
penyaluran. Kegiatan ini mencakup Perencanaan, pengelolaan dari sarana
produksi, teknologi dan sumberdaya agar penyediaan sarana produksi atau input
budidaya memenuhi kriteria tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat mutu dan
tepat produk.
2. Subsistem Budidaya atau proses produksi
Subsistem ini mencakup kegiatan pembinaan dan pengembangan budidaya dalam
rangka meningkatkan produksi primer pertanian. Termasuk kedalam kegiatan ini
adalah perencanaan pemilihan lokasi, komoditas, teknologi, dan pola budidaya
dalam rangka meningkatkan produksi primer. Disini ditekankan pada budidaya
yang intensif dan sustainable (lestari), artinya meningkatkan produktivitas lahan
semaksimal mungkin dengan cara intensifikasi tanpameninggalkan kaidah-kaidah
pelestarian sumber daya alam yaitu tanah dan air. Disamping itu juga ditekankan
budidaya yang berbentuk komersial bukan budidaya yang subsistem, artinya
produksi primer yang akan dihasilkan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasar
dalam artian ekonomi terbuka. Budidaya adalah sebagian dari kegiatan di
Universitas Sumatera Utara
11
permukaan bumi dimana seorang petani, sebuah keluarga atau manajer yang digaji
bercocok tanam atau memelihara ternak. Petani yang berusaha tani sebagai suatu
cara hidup, melakukan pertanian karena dia seorang petani. Apa yang dilakukan
petani ini hanya sekedar memenuhi kebutuhan. Dalam arti petani meluangkan
waktu, uang serta dalam mengkombinasikan masukan untuk menciptakan
keluaran adalah usaha tani yang dipandang sebagai suatu jenis perusahaan.
Menurut Maxwell L. Brown, 1974 dan Soekartawi (2002) Pengelolaan usaha tani
yang efisien akan mendatangkan pendapatan yang positif atau suatu keuntungan,
usaha tani yang tidak efisien akan mendatangkan suatu kerugian. Usaha tani yang
efisien adalah usaha tani yang produktivitasnya tinggi. Ini bisa dicapai kalau
manajemen pertaniannya baik. Dalam faktor-faktor produksi dibedakan menjadi
dua kelompok :
a. Faktor biologi, seperti lahan pertanian dengan macam-macam tingkat
kesuburan, benih, varietas pupuk, obat-obatan, gulma dsb.
b. Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat
pendidikan, status pertanian, tersedianya kredit dan sebagainya.
Menurut Soekartawi (1995) Menjelaskan bahwa dalam budidaya, seseorang
mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisen untuktujuan
memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Yang dimaksud dengan
efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka
miliki sebaik-baik, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut
menghasilkan keluaran atau output yang melebihi masukan atau input.
Universitas Sumatera Utara
12
3. Subsistem Agroindustri/pengolahan hasil
Lingkup kegiatan ini tidak hanya aktivitas pengolahan sederhana di tingkat petani,
tetapi menyangkut keseluruhan kegiatan mulai dari penanganan pasca panen
produk pertanian sampai pada tingkat pengolahan lanjutan dengan maksud untuk
menambah value added atau nilai tambah dari produksi primer tersebut. Dengan
demikian proses pengupasan, pembersihan, pengekstraksian, penggilingan,
pembekuan, pengeringan, dan peningkatan mutu.
4. Subsistem Pemasaran
Subsistem pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil budidaya dan agroindustri
baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Kegiatan utama subsistem ini adalah
pemantauan dan pengembangan informasi pasar dan market intelligence pada
pasar domestik dan pasar luar negeri.
5. Subsistem Penunjang
Subsistem ini merupakan penunjang kegiatan pra panen dan pasca panen yang
meliputi :
· Sarana Tataniaga
· Perbankan/perkreditan
· Penyuluhan Agribisnis
· Kelompok tani· Infrastruktur agribisnis
· Koperasi Agribisnis
· BUMN
· Swasta
· Penelitian dan Pengembangan
· Pendidikan dan Pelatihan
Universitas Sumatera Utara
13
· Transportasi
· Kebijakan Pemerintah
Sistem agribisnis dapat digambarkan seperti berikut ini:
Gambar: Bagan Sistem Agribisnis
2.2 Landasan Teori
Menurut Soekartawi (1995), biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang
dipergunakan dalam usahatani. Biaya usahatani dibedakan menjadi dua yaitu
biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak
tergantung pada besar kecilnya produksi yang akan dihasilkan, sedangkan biaya
tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh volume produksi.
Secara matematis untuk menghitung pendapatan usahatani dapat ditulis sebagai
berikut :
Π= TR-TC
Dimana:
Universitas Sumatera Utara
14
Π = Keuntungan/laba
TR= Total penerimaan
TC= Total biaya
Kelayakan dilakukan untuk mengetahui apakah usaha yang dijalankan akan
memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan
dikeluarkan. Dengan kata lain kelayakan dapat diartikan bahwa usaha yang
dijalankan akan memberikan keuntungan secara finansial. Layak disini diartikan
juga akan memberikan keuntungan tidak hanya bagi perusahaan yang
menjalankannya, akan tetapi juga bagi investor, kreditor, pemerintah dan
masyarakat luas. Untuk dapat dikatakan layak harus memiliki suatu standar nilai
tertentu, namun keputusan penilaian tidak hanya dilakukan pada salah satu aspek
saja. Penilaian untuk menentukan kelayakan harus didasarkan dari nilai
perhitungan (Kasmir.2003).
Ukuran kelayakan masing-masing jenis usaha sangat berbeda, misalnya antara
usaha jasa dan usaha non-jasa, seperti pendirian hotel dengan pembukaan
perkebunan kelapa sawit atau usaha pertanian dengan pendidikan. Akan tetapi
untuk menyatakan layak atau tidaknya adalah sama, sekalipun bidang usahanya
berbeda ( Muchdarsyah.1992).
Dengan demikian kelayakan merupakan bahan untuk mengetahui apakah usaha di
daerah penelitian layak untuk diusahakan. Pengertian layak dalam penilaian ini
adalah kemungkinan dari gagasan usaha yang akan dilaksanakan memberikan
manfaat dalam arti finansial benefit. Layaknya suatu gagasan usaha dalam arti
financial benefit tergantung dari segi penilaian yang dilakukan (Kasmir,2003).
Universitas Sumatera Utara
15
Kelayakan dari suatu gagasan usaha dilihat dari pengusaha secara individu. Secara
finansial : Usaha dikatakan berhasil apabila dapat memberikan keuntungan yang
layak dan mampu memenuhi kewajiban finansilanya. Kegiatan pada finansial ini
antara lain menghitung biaya produksi, penerimaan dan pendapatan dengan
menggunakan analisis BEP, R/C dan B/C.
1) BEP (break even point)
Menurut Soekartawi (1995). Menunjukkan bahwa analisis break even point dapat
disingkat dengan BEP atau analisis titik impas sebenarnya banyak dipakai pada
analisis pembiayaan atau budgeting dalam ekonomi perusahaan.
Dalam suatu usaha, analisis titik impas juga sering dipakai sebagai dasarpemikiran
dalam melakukan suatu usaha. Dengan demikian perbandingan jumlah
penerimaan dan biaya sebenarnya didasarkan pada analisis titik impas. Secara
hipotesis, analisis titik impas dapat dijelaskan melalui gambar berikut ini, dalam
gambar tersebut terlihat 4 variabel yang digambarkan dalam 4 garis yaitu variabel
biaya tetap, biaya tidak tetap, biaya total dan penerimaan total. Dengan grafik titik
impas pula petani akan mengetahui tingkat penjualan yang masih menimbulkan
kerugian dan tingkat penjualan yang sudah menunjukkan laba atau berapa
rugi/laba pada suatu tingkat penjualan tertentu.
2) R/C Ratio
R/C adalah singkatan dari Return Cost Ratio, atau dikenal sebagai perbandingan
antara penerimaan dan biaya.
R/C
dimana:
R=Q.P
Universitas Sumatera Utara
16
C = FC + VC
R = Revenue atau Penerimaan
C = Cost atau Biaya
Kriteria uji:
Jika R/C > 1, maka budidaya udang Vannamei layak diusahakan
Jika R/C < 1, maka budidaya udang Vannamei tidak layak
(Soekartawi, 2002).
3) B/C Ratio
Net benefit cost ratio (Net B/C Ratio) adalah perbandingan antara present value
yang dari net benefit yang positif dengan present value dari net benefit yang
negatif (Kadariah,1986). Jika Net B/C ratio >1, maka proyek tersebut layak untuk
diusahakan
karena
setiap
pengeluaran
sebanyak
Rp.
1
maka
akan
menghasilkan manfaat sebanyak Rp. 1. Jika Net B/C < 1 maka proyek tersebut
tidak layak untuk diusahakan karena setiap pengeluaran akan menghasilkan
penerimaan yang lebih kecil dari pengeluaran.
Menurut Gustiyana (2003), pendapatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu
pendapatan usahatani dan pendapatan rumah tangga.
Pendapatan merupakan
pengurangan dari penerimaan dengan biaya total. Pendapatan rumah tangga yaitu
pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani ditambah dengan pendapatan
yang berasal dari kegiatan diluar usahatani. Pendapatan usahatani adalah selisih
antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input) yang dihitung dalam
per bulan, per tahun, per musim tanam.
2.3 Penelitian Terdahulu
Universitas Sumatera Utara
17
Mardiana (2000) dalam penelitian berjudul “Usaha tambak udang rakyat dalam
meningkatkan pendapatan masyarakat dan pengembangan wilayah kabupaten
langkat (studi kasus berandan barat)” . dalam penelitian ini diketahui bahwa hasil
tambak udang semi intensif lebih kecil dibandingkan tambak udang intensif.
Tambak udang semi intensif hanya menghasilkan rata-rata 1.139 kilogram per
hektar. Sedangkan tambak udang intensif mampu menghasilkan produksi sampai
4.795 kilogram per hektar. Selain itu Rata-rata harga jual per kilogram udang di
kecamatan Berandan Barat sekitar Rp. 43.859, dengan rentang Rp. 26.000 sampai
dengan Rp. 68.000. Harga jual udang dari tambak udang semi intensif lebih Kecil
yaitu rata-rata RP. 35.856 per kilogram sedangkan hasil Produksi udang dari
tambak intensif mencapai RP. 51.863 per kilogram.
Muhammad Fariyanto (2012) dimana penelitian berjudul “Kelayakan Budidaya
udang vannamei di Rejotengah, Deket Lamongan”. Dalam penelitian ini didapat
kesimpulan bahwa budidaya udang vannamei layak secara finansial dengan nilai
R/C Ratio di Daerah penelitian diketahui sebesar 1,12. Dimana nilai R/C >
Sedangkan untuk Nilai B/C Ratio budidaya udang Vannamei adalah sebesar Rp.
0,12. Dimana B/C > Bunga bank..
2.4 Kerangka Penelitian
Universitas Sumatera Utara
18
Budidaya udang Vannamei merupakan salah satu kegiatan budidaya pertanian
yang cukup menguntungkan. Keuntungan dari usaha budidaya udang vannamei
ini dapat diperoleh secara maksimal apabila udang yang di budidayakan mencapai
pertumbuhan normal dan hasil yang maksimal. Permintaan udang jenis ini sangat
besar baik pasar lokal maupun internasional, karena memiliki keunggulan nilai
gizi yang sangat tinggi serta memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi
menyebabkan pesatnya budidaya udang vannamei di berbagai daerah.
Agribisnis sebagai suatu sistem adalah seperangkat unsur yang secara teratur
saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Disini dapat diartikan bahwa
agribisnis terdiri dari dari berbagai sub sistem yang tergabung dalam rangkaian
interaksi dan interpedensi secara reguler, serta terorganisir sebagai suatu totalitas.
Semua subsistem dalam agribisnis adalah saling mempengaruhi dan merupakan
suatu kesatuan.
Untuk mengetahui sampai sejauh mana Agribisnis udang Vannamei di daerah
penelitian layak untuk dikembangkan bagi masyarakat maka harus dianalisis
komponen apa saja yang termasuk dalam subsistem tersebut. Hal ini sebagai suatu
biaya dalam usaha tani. Selain itu juga ini mempengaruhi tingkat produktivitas.
Semakin tinggi produktivitas (dengan asumsi harga given), maka tingkat
penerimaan dan pendapatan akan semakin tinggi. Tingkat keuntungan usaha
udang yang mempengaruhi tingkat kelayakannya.
Universitas Sumatera Utara
19
Adapun kerangka pemikiran penelitian ini secara keseluruhan dapat dilihat pada
gambar:
Input
-Bibit
-Pakan
Produksi
-Tahapan
budidaya
Pasca Panen
-Teknologi
Pemasaran
- Pasar
Pendukung
- Penyuluhan
- Koperasi
- Lembaga
Perbankan
Produksi
Kelayakan
- R/C
Penerimaan
Pendapatan
Keterangan:
: Menyatakan pengaruh
: Menyatakan hubungan
Gambar. Skema Kerangka Penelitian
2.5 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori yang diuraikan, maka diajukan hipotesis sebagai
berikut:
•
Usaha budidaya udang di daerah penelitian layak secara finansial.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Konsep Agribisnis
Semakin bergemanya kata “agribisnis” ternyata belum diikuti dengan pemahaman
yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa
agribisnis diartikan sempit yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian.
Padahal pengertian agribisnis itu masih jauh dari konsep semula yang dimaksud
( Soekartawi,1999).
Istilah "agribisnis" telah menjadi semakin populer, berbagai macam pengertian
dan pemahaman tentang istilah ini telah berkembang. Dari asal katanya,
"agribisnis" terdiri dari dua suku kata, yaitu "agri" (agriculture = pertanian) dan
"bisnis" (business = usaha komersial). Oleh karena itu, agribisnis adalah kegiatan
bisnis yang berbasis pertanian. Sebagai konsep, agribisnis dapat diartikan sebagai
jumlah semua kegiatan-kegiatan yang berkecimpung dalam industri dan distribusi
alat-alat maupun bahan-bahan untuk pertanian, kegiatan produksi komoditas
pertanian, pengolahan, penyimpanan dan distribusi komoditas pertanian atau
barang-barang yang dihasilkannya (Davis dan Golberg, 1957 dalam Soemarno,
1996).
Dalam kegiatan agribisnis akan ada hubungan antara manusia dengan lingkungan
dan upaya untuk memanfaatkan serta menata lingkungan tersebut sedapat
mungkin sesuai dengan tujuan kegunaan yang diinginkan. Yang dimaksud
memanfaatkan dalam hal ini adalah seperti memberi pupuk, unsur kimiawi yang
dibutuhkan, irigasi, dan perlindungan lahan. Sedangkan yang dimaksud menata
8
Universitas Sumatera Utara
9
adalah memanfaatkan atau menerima suatu keterbatasan seperti menanam dalam
musim hujan, memanen dalam musim kering, atau menanam porennial crops
pada tanah miring/lereng dan sebagainya (Siagian,1997).
Konsep agribisnis adalah suatu konsep yang utuh mulai dari proses produksi,
meng olah hasil, pemasaran, dan aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan
pertanian. Menurut Arsyad dkk (1985) dalam Soekartawi (1999), konsep
agribisnis adalah suatu kegiatan yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari
mata rantai produksi pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya
dengan pertanian dalam arti luas. Yang dimaksud dengan ada hubungan dengan
pertanian dalam artian luas adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan
pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian.
2.1.2 Sistem Agribisnis
Agribisnis merupakan suatu cara lain melihat pertanian sebagai suatu sistim bisnis
yang terdiri dari empat subsistem yang berkaitan yaitu : subsistem agribisnis hulu,
(pengadaan dan penyaluran saranan produksi), subsistem agribisnis usaha tani
(produksi primer), subsistem agribisnis hilir (pengolahan,penyimpanan,distribusi
tata niaga), dan sub sistem jasa penunjang. Agribisnis secara umum mengandung
pengertian sebagai keseluruhan operasi yang terkait dengan aktivitas untuk
menghasilkan dan mendistribusikan input produksi, aktivitas untuk produksi
usaha tani, untuk pengolahan dan pemasaran. Agribisnis memberikan suatu
konsep dan wawasan yang sangat dalam tentang pertanian modern menghadapi
milenium ketiga (Saragih, 2010).
Universitas Sumatera Utara
10
Agribisnis sebagai suatu sistem adalah seperangkat unsur yang secara teratur
saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Disini dapat diartikan bahwa
agribisnis terdiri dari dari berbagai sub sistem yang tergabung dalam rangkaian
interaksi dan interpedensi secara reguler, serta terorganisir sebagai suatu totalitas
(Siagian,1997).
Adapun kelima mata rantai atau subsistem tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Subsistem Penyediaan Sarana Produksi
Sub sistem penyediaan sarana produksi menyangkut kegiatan pengadaan dan
penyaluran. Kegiatan ini mencakup Perencanaan, pengelolaan dari sarana
produksi, teknologi dan sumberdaya agar penyediaan sarana produksi atau input
budidaya memenuhi kriteria tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat mutu dan
tepat produk.
2. Subsistem Budidaya atau proses produksi
Subsistem ini mencakup kegiatan pembinaan dan pengembangan budidaya dalam
rangka meningkatkan produksi primer pertanian. Termasuk kedalam kegiatan ini
adalah perencanaan pemilihan lokasi, komoditas, teknologi, dan pola budidaya
dalam rangka meningkatkan produksi primer. Disini ditekankan pada budidaya
yang intensif dan sustainable (lestari), artinya meningkatkan produktivitas lahan
semaksimal mungkin dengan cara intensifikasi tanpameninggalkan kaidah-kaidah
pelestarian sumber daya alam yaitu tanah dan air. Disamping itu juga ditekankan
budidaya yang berbentuk komersial bukan budidaya yang subsistem, artinya
produksi primer yang akan dihasilkan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasar
dalam artian ekonomi terbuka. Budidaya adalah sebagian dari kegiatan di
Universitas Sumatera Utara
11
permukaan bumi dimana seorang petani, sebuah keluarga atau manajer yang digaji
bercocok tanam atau memelihara ternak. Petani yang berusaha tani sebagai suatu
cara hidup, melakukan pertanian karena dia seorang petani. Apa yang dilakukan
petani ini hanya sekedar memenuhi kebutuhan. Dalam arti petani meluangkan
waktu, uang serta dalam mengkombinasikan masukan untuk menciptakan
keluaran adalah usaha tani yang dipandang sebagai suatu jenis perusahaan.
Menurut Maxwell L. Brown, 1974 dan Soekartawi (2002) Pengelolaan usaha tani
yang efisien akan mendatangkan pendapatan yang positif atau suatu keuntungan,
usaha tani yang tidak efisien akan mendatangkan suatu kerugian. Usaha tani yang
efisien adalah usaha tani yang produktivitasnya tinggi. Ini bisa dicapai kalau
manajemen pertaniannya baik. Dalam faktor-faktor produksi dibedakan menjadi
dua kelompok :
a. Faktor biologi, seperti lahan pertanian dengan macam-macam tingkat
kesuburan, benih, varietas pupuk, obat-obatan, gulma dsb.
b. Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat
pendidikan, status pertanian, tersedianya kredit dan sebagainya.
Menurut Soekartawi (1995) Menjelaskan bahwa dalam budidaya, seseorang
mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisen untuktujuan
memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Yang dimaksud dengan
efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka
miliki sebaik-baik, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut
menghasilkan keluaran atau output yang melebihi masukan atau input.
Universitas Sumatera Utara
12
3. Subsistem Agroindustri/pengolahan hasil
Lingkup kegiatan ini tidak hanya aktivitas pengolahan sederhana di tingkat petani,
tetapi menyangkut keseluruhan kegiatan mulai dari penanganan pasca panen
produk pertanian sampai pada tingkat pengolahan lanjutan dengan maksud untuk
menambah value added atau nilai tambah dari produksi primer tersebut. Dengan
demikian proses pengupasan, pembersihan, pengekstraksian, penggilingan,
pembekuan, pengeringan, dan peningkatan mutu.
4. Subsistem Pemasaran
Subsistem pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil budidaya dan agroindustri
baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Kegiatan utama subsistem ini adalah
pemantauan dan pengembangan informasi pasar dan market intelligence pada
pasar domestik dan pasar luar negeri.
5. Subsistem Penunjang
Subsistem ini merupakan penunjang kegiatan pra panen dan pasca panen yang
meliputi :
· Sarana Tataniaga
· Perbankan/perkreditan
· Penyuluhan Agribisnis
· Kelompok tani· Infrastruktur agribisnis
· Koperasi Agribisnis
· BUMN
· Swasta
· Penelitian dan Pengembangan
· Pendidikan dan Pelatihan
Universitas Sumatera Utara
13
· Transportasi
· Kebijakan Pemerintah
Sistem agribisnis dapat digambarkan seperti berikut ini:
Gambar: Bagan Sistem Agribisnis
2.2 Landasan Teori
Menurut Soekartawi (1995), biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang
dipergunakan dalam usahatani. Biaya usahatani dibedakan menjadi dua yaitu
biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak
tergantung pada besar kecilnya produksi yang akan dihasilkan, sedangkan biaya
tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh volume produksi.
Secara matematis untuk menghitung pendapatan usahatani dapat ditulis sebagai
berikut :
Π= TR-TC
Dimana:
Universitas Sumatera Utara
14
Π = Keuntungan/laba
TR= Total penerimaan
TC= Total biaya
Kelayakan dilakukan untuk mengetahui apakah usaha yang dijalankan akan
memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan
dikeluarkan. Dengan kata lain kelayakan dapat diartikan bahwa usaha yang
dijalankan akan memberikan keuntungan secara finansial. Layak disini diartikan
juga akan memberikan keuntungan tidak hanya bagi perusahaan yang
menjalankannya, akan tetapi juga bagi investor, kreditor, pemerintah dan
masyarakat luas. Untuk dapat dikatakan layak harus memiliki suatu standar nilai
tertentu, namun keputusan penilaian tidak hanya dilakukan pada salah satu aspek
saja. Penilaian untuk menentukan kelayakan harus didasarkan dari nilai
perhitungan (Kasmir.2003).
Ukuran kelayakan masing-masing jenis usaha sangat berbeda, misalnya antara
usaha jasa dan usaha non-jasa, seperti pendirian hotel dengan pembukaan
perkebunan kelapa sawit atau usaha pertanian dengan pendidikan. Akan tetapi
untuk menyatakan layak atau tidaknya adalah sama, sekalipun bidang usahanya
berbeda ( Muchdarsyah.1992).
Dengan demikian kelayakan merupakan bahan untuk mengetahui apakah usaha di
daerah penelitian layak untuk diusahakan. Pengertian layak dalam penilaian ini
adalah kemungkinan dari gagasan usaha yang akan dilaksanakan memberikan
manfaat dalam arti finansial benefit. Layaknya suatu gagasan usaha dalam arti
financial benefit tergantung dari segi penilaian yang dilakukan (Kasmir,2003).
Universitas Sumatera Utara
15
Kelayakan dari suatu gagasan usaha dilihat dari pengusaha secara individu. Secara
finansial : Usaha dikatakan berhasil apabila dapat memberikan keuntungan yang
layak dan mampu memenuhi kewajiban finansilanya. Kegiatan pada finansial ini
antara lain menghitung biaya produksi, penerimaan dan pendapatan dengan
menggunakan analisis BEP, R/C dan B/C.
1) BEP (break even point)
Menurut Soekartawi (1995). Menunjukkan bahwa analisis break even point dapat
disingkat dengan BEP atau analisis titik impas sebenarnya banyak dipakai pada
analisis pembiayaan atau budgeting dalam ekonomi perusahaan.
Dalam suatu usaha, analisis titik impas juga sering dipakai sebagai dasarpemikiran
dalam melakukan suatu usaha. Dengan demikian perbandingan jumlah
penerimaan dan biaya sebenarnya didasarkan pada analisis titik impas. Secara
hipotesis, analisis titik impas dapat dijelaskan melalui gambar berikut ini, dalam
gambar tersebut terlihat 4 variabel yang digambarkan dalam 4 garis yaitu variabel
biaya tetap, biaya tidak tetap, biaya total dan penerimaan total. Dengan grafik titik
impas pula petani akan mengetahui tingkat penjualan yang masih menimbulkan
kerugian dan tingkat penjualan yang sudah menunjukkan laba atau berapa
rugi/laba pada suatu tingkat penjualan tertentu.
2) R/C Ratio
R/C adalah singkatan dari Return Cost Ratio, atau dikenal sebagai perbandingan
antara penerimaan dan biaya.
R/C
dimana:
R=Q.P
Universitas Sumatera Utara
16
C = FC + VC
R = Revenue atau Penerimaan
C = Cost atau Biaya
Kriteria uji:
Jika R/C > 1, maka budidaya udang Vannamei layak diusahakan
Jika R/C < 1, maka budidaya udang Vannamei tidak layak
(Soekartawi, 2002).
3) B/C Ratio
Net benefit cost ratio (Net B/C Ratio) adalah perbandingan antara present value
yang dari net benefit yang positif dengan present value dari net benefit yang
negatif (Kadariah,1986). Jika Net B/C ratio >1, maka proyek tersebut layak untuk
diusahakan
karena
setiap
pengeluaran
sebanyak
Rp.
1
maka
akan
menghasilkan manfaat sebanyak Rp. 1. Jika Net B/C < 1 maka proyek tersebut
tidak layak untuk diusahakan karena setiap pengeluaran akan menghasilkan
penerimaan yang lebih kecil dari pengeluaran.
Menurut Gustiyana (2003), pendapatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu
pendapatan usahatani dan pendapatan rumah tangga.
Pendapatan merupakan
pengurangan dari penerimaan dengan biaya total. Pendapatan rumah tangga yaitu
pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani ditambah dengan pendapatan
yang berasal dari kegiatan diluar usahatani. Pendapatan usahatani adalah selisih
antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input) yang dihitung dalam
per bulan, per tahun, per musim tanam.
2.3 Penelitian Terdahulu
Universitas Sumatera Utara
17
Mardiana (2000) dalam penelitian berjudul “Usaha tambak udang rakyat dalam
meningkatkan pendapatan masyarakat dan pengembangan wilayah kabupaten
langkat (studi kasus berandan barat)” . dalam penelitian ini diketahui bahwa hasil
tambak udang semi intensif lebih kecil dibandingkan tambak udang intensif.
Tambak udang semi intensif hanya menghasilkan rata-rata 1.139 kilogram per
hektar. Sedangkan tambak udang intensif mampu menghasilkan produksi sampai
4.795 kilogram per hektar. Selain itu Rata-rata harga jual per kilogram udang di
kecamatan Berandan Barat sekitar Rp. 43.859, dengan rentang Rp. 26.000 sampai
dengan Rp. 68.000. Harga jual udang dari tambak udang semi intensif lebih Kecil
yaitu rata-rata RP. 35.856 per kilogram sedangkan hasil Produksi udang dari
tambak intensif mencapai RP. 51.863 per kilogram.
Muhammad Fariyanto (2012) dimana penelitian berjudul “Kelayakan Budidaya
udang vannamei di Rejotengah, Deket Lamongan”. Dalam penelitian ini didapat
kesimpulan bahwa budidaya udang vannamei layak secara finansial dengan nilai
R/C Ratio di Daerah penelitian diketahui sebesar 1,12. Dimana nilai R/C >
Sedangkan untuk Nilai B/C Ratio budidaya udang Vannamei adalah sebesar Rp.
0,12. Dimana B/C > Bunga bank..
2.4 Kerangka Penelitian
Universitas Sumatera Utara
18
Budidaya udang Vannamei merupakan salah satu kegiatan budidaya pertanian
yang cukup menguntungkan. Keuntungan dari usaha budidaya udang vannamei
ini dapat diperoleh secara maksimal apabila udang yang di budidayakan mencapai
pertumbuhan normal dan hasil yang maksimal. Permintaan udang jenis ini sangat
besar baik pasar lokal maupun internasional, karena memiliki keunggulan nilai
gizi yang sangat tinggi serta memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi
menyebabkan pesatnya budidaya udang vannamei di berbagai daerah.
Agribisnis sebagai suatu sistem adalah seperangkat unsur yang secara teratur
saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Disini dapat diartikan bahwa
agribisnis terdiri dari dari berbagai sub sistem yang tergabung dalam rangkaian
interaksi dan interpedensi secara reguler, serta terorganisir sebagai suatu totalitas.
Semua subsistem dalam agribisnis adalah saling mempengaruhi dan merupakan
suatu kesatuan.
Untuk mengetahui sampai sejauh mana Agribisnis udang Vannamei di daerah
penelitian layak untuk dikembangkan bagi masyarakat maka harus dianalisis
komponen apa saja yang termasuk dalam subsistem tersebut. Hal ini sebagai suatu
biaya dalam usaha tani. Selain itu juga ini mempengaruhi tingkat produktivitas.
Semakin tinggi produktivitas (dengan asumsi harga given), maka tingkat
penerimaan dan pendapatan akan semakin tinggi. Tingkat keuntungan usaha
udang yang mempengaruhi tingkat kelayakannya.
Universitas Sumatera Utara
19
Adapun kerangka pemikiran penelitian ini secara keseluruhan dapat dilihat pada
gambar:
Input
-Bibit
-Pakan
Produksi
-Tahapan
budidaya
Pasca Panen
-Teknologi
Pemasaran
- Pasar
Pendukung
- Penyuluhan
- Koperasi
- Lembaga
Perbankan
Produksi
Kelayakan
- R/C
Penerimaan
Pendapatan
Keterangan:
: Menyatakan pengaruh
: Menyatakan hubungan
Gambar. Skema Kerangka Penelitian
2.5 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori yang diuraikan, maka diajukan hipotesis sebagai
berikut:
•
Usaha budidaya udang di daerah penelitian layak secara finansial.
Universitas Sumatera Utara